newsletter i

12
MENYUARAKAN KEBEBASAN, KEADILAN & KEJUJURAN Laporan Utama Edisi Maret 2011 INSTITUT NEWS www.lpminstitut.com Laporan Khusus Wawancara Beberapa Fakultas Tidak Ikut Aturan AIS Hal. 3 Dana Sepak Bola Rektor Cup Belum Jelas Hal. 12 Tak Bawa Laptop Tak Boleh Ikut Kuliah Hal. 5 Kampus UIN, INSTITUT- Pertandingan Sepak Bola Piala Rektor Cup dalam rangka menyambut hari ulang tahun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ke-54 diperkirakan menghabiskan anggaran sekitar Rp 69 juta rupiah. Hal tersebut disampaikan oleh julia Herniwati, bendahara Sepak Bola Rektor Cup, saat diwawancarai INSTITUT (17/3). Menurutnya, dana anggaran yang dibuat oleh panitia divisi Sepak Bola terse- but masih belum pasti, itu hanya proposal awal dana pertandingan. Dana tersebut masih bisa kurang atau bahkan bersisa. “Kita punya anggaran sekian, tapi itu bisa naik bisa turun, bisa kurang dari yang kita ajukan, atau malah bisa nambah, tergantung di lapangan,” ujar juli. Yuli mengatakan bahwa dana saat ini sudah diberikan sebesar Rp 20 juta. Jum- lah tersebut merupakan dana pertama (DP) dari keseluruhan yang diajukan. “Kita juga belum jelas anggaran dana itu bisa dikasih semua apa nggak, saya juga lagi sibuk, dana belum saya ambil semua,” tegasnya. Untuk masalah pengalokasian dana tersebut, Yuli belum bisa memberikan rinciannya. “Kita baru bisa kasih rincian di akhir, kan kegiatan baru dimulai. Masak baru di awal sudah dimintai pertanggung- jawaban,” jelasnya. Dikonfirmasi oleh INSTITUT (17/3) di bagian keuangan terkait dana pertandingan Sepak Bola Rektor Cup, Kepala bagian keuangan, Subarja, men- jelaskan bahwa total anggaran dana yang diajukan kurang dari Rp70 juta, dan seba- gai dana awal pihak keuangan memberikan Rp20 juta. Dana anggaran tersebut menu- rut Subarja pada prinsipnya akan dipenuhi sesuai usulan dan budget yang tersedia. Subarja mengatakan bahwa pertandingan Sepak Bola Rektor Cup ini hanya sebagian dari keseluruhan rangkaian acara bersambung ke hal. 10 kol. 2 Anggaran Dana Rektor Cup Hampir Rp 70 Juta Pertandingan sepak bola Rektor Cup (14/03) di stadion ISCI Kertamukti Foto: Rahmat/INSTITUT Editorial Hanya untuk Kesenangan S ebentar lagi UIN Jakarta akan mer- ayakan Hari Ulang Tahunnya. Tak ayal persiapan-persiapan menjel- ang hari H akan dilakukan. Mulai dari rentetan acara sampai acara puncaknya. Semuanya menguras materi maupun non materi. Tapi pertanyaannya, berapa rupiahkah yang habis demi terjalannya acara tersebut? Apakah sebanding den- gan efek yang akan didapatkan nantinya? Prasangka baiknya adalah mer- ayakan dengan kesenangan yang tak ber- lebihan. Hanya untuk kesenangan. Toh, tak akan berlebihan. Semua mahasiswa, mengharapkan hal demikian. Namun, semua mahasiswa tak bisa terlena den- gan kesenangan-kesenangan itu. Harus dipertanyakan dari mana uang itu beras- al? Tidak mungkin langsung turun dari langit begitu saja. Kesenangan merayakan HUT UIN Jakarta seharusnya tidak terlalu berlebihan. Perayaan yang memakan dana besar harus dengan transparansi je- las. Bukan perkiraan. Bukan bagaimana nantinya. Bukan bisa bertambah tergan- tung situasi. Seandainya permasalahan uang dijadikan hal yang krusial, barang- kali uang tak tersia-siakan begitu saja. Sangat disayangkan jika uang yang sebenarnya bisa dialokasikan buat hal yang mempunyai efek seband- ing dihambur-hamburkan begitu saja. Apalagi tanpa transparansi yang jelas. Seperti anak kecil saja diminta kejelasan uangnya malah merengek marah-marah. Padahal hal sekrusial itu bisa jelas, jika tak ada masalah dan diselesaikan dengan kepala dingin.

Upload: rizqi-ahmad

Post on 02-Jul-2015

89 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Newsletter I

MENYUARAKAN KEBEBASAN, KEADILAN & KEJUJURAN

Laporan Utama

Edisi Maret 2011

INSTITUT NEWSwww.lpminstitut.com

Laporan Khusus Wawancara

Beberapa Fakultas Tidak Ikut AturanAIS Hal. 3

Dana Sepak BolaRektor CupBelum Jelas Hal. 12

Tak Bawa Laptop Tak Boleh Ikut Kuliah Hal. 5

Kampus UIN, INSTITUT- Pertandingan Sepak Bola Piala Rektor Cup dalam rangka menyambut hari ulang tahun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ke-54 diperkirakan menghabiskan anggaran sekitar Rp 69 juta rupiah. Hal tersebut disampaikan oleh julia Herniwati, bendahara Sepak Bola Rektor Cup, saat diwawancarai INSTITUT (17/3). Menurutnya, dana anggaran yang dibuat oleh panitia divisi Sepak Bola terse-but masih belum pasti, itu hanya proposal awal dana pertandingan. Dana tersebut masih bisa kurang atau bahkan bersisa. “Kita punya anggaran sekian, tapi itu bisa naik bisa turun, bisa kurang dari yang kita ajukan, atau malah bisa nambah, tergantung di lapangan,” ujar juli. Yuli mengatakan bahwa dana saat ini sudah diberikan sebesar Rp 20 juta. Jum-lah tersebut merupakan dana pertama (DP) dari keseluruhan yang diajukan. “Kita juga belum jelas anggaran dana itu bisa dikasih

semua apa nggak, saya juga lagi sibuk, dana belum saya ambil semua,” tegasnya. Untuk masalah pengalokasian dana tersebut, Yuli belum bisa memberikan rinciannya. “Kita baru bisa kasih rincian di akhir, kan kegiatan baru dimulai. Masak baru di awal sudah dimintai pertanggung-jawaban,” jelasnya. Dikonfirmasi oleh INSTITUT (17/3) di bagian keuangan terkait dana pertandingan Sepak Bola Rektor Cup, Kepala bagian keuangan, Subarja, men-jelaskan bahwa total anggaran dana yang diajukan kurang dari Rp70 juta, dan seba-gai dana awal pihak keuangan memberikan Rp20 juta. Dana anggaran tersebut menu-rut Subarja pada prinsipnya akan dipenuhi sesuai usulan dan budget yang tersedia. Subarja mengatakan bahwa pertandingan Sepak Bola Rektor Cup ini hanya sebagian dari keseluruhan rangkaian acara bersambung ke hal. 10 kol. 2

Anggaran Dana Rektor Cup Hampir Rp 70 Juta

Pertandingan sepak bola Rektor Cup (14/03) di stadion ISCI Kertamukti Foto: Rahmat/INSTITUT

EditorialHanya untuk Kesenangan

Sebentar lagi UIN Jakarta akan mer-ayakan Hari Ulang Tahunnya. Tak ayal persiapan-persiapan menjel-

ang hari H akan dilakukan. Mulai dari rentetan acara sampai acara puncaknya. Semuanya menguras materi maupun non materi. Tapi pertanyaannya, berapa rupiahkah yang habis demi terjalannya acara tersebut? Apakah sebanding den-gan efek yang akan didapatkan nantinya? Prasangka baiknya adalah mer-ayakan dengan kesenangan yang tak ber-lebihan. Hanya untuk kesenangan. Toh, tak akan berlebihan. Semua mahasiswa, mengharapkan hal demikian. Namun, semua mahasiswa tak bisa terlena den-gan kesenangan-kesenangan itu. Harus dipertanyakan dari mana uang itu beras-al? Tidak mungkin langsung turun dari langit begitu saja. Kesenangan merayakan HUT UIN Jakarta seharusnya tidak terlalu berlebihan. Perayaan yang memakan dana besar harus dengan transparansi je-las. Bukan perkiraan. Bukan bagaimana nantinya. Bukan bisa bertambah tergan-tung situasi. Seandainya permasalahan uang dijadikan hal yang krusial, barang-kali uang tak tersia-siakan begitu saja. Sangat disayangkan jika uang yang sebenarnya bisa dialokasikan buat hal yang mempunyai efek seband-ing dihambur-hamburkan begitu saja. Apalagi tanpa transparansi yang jelas. Seperti anak kecil saja diminta kejelasan uangnya malah merengek marah-marah. Padahal hal sekrusial itu bisa jelas, jika tak ada masalah dan diselesaikan dengan kepala dingin.

Page 2: Newsletter I

2Edisi Maret 2011 Laporan Utama

Koneksi Wi-Fi Tidak Merata

Kampus UIN, INSTITUT- Keterbatasan koneksi internet Wi-Fi (Wireless Fidelity) di UIN Jakarta kerapkali dikeluhkan maha-siswa. “Saya terpaksa menggunakan mo-dem sendiri karena disini tidak ada koneksi Wi-Fi,” ujar Eka Julianti, mahasiswa semes-ter 8 Fakultas Sains dan Teknologi (FST), ketika ditemui INSTITUT di Tugu UIN. Ia merasa fasilitas koneksi Wi-Fi sangat dibutuhkan. “Saya harap fasilitas Wi-Fi di UIN ditambah, agar mahasiswa tidak kerepotan mengakses internet untuk mencari bahan-bahan rujukan kuliah den-gan mudah,” ungkap Eka. Menanggapi keluhan tersebut, Ketua Pusat Komputer (Puskom) UIN Jakarta, Husni Teja Sukmana mengatakan bahwa pihaknya ingin seluruh citivas aka-demika di UIN mendapat koneksi internet free. Mengenai koneksi internet yang belum ada, Puskom akan menambah device (alat, red). “Tahun ini kita sudah menga-jukan dana penambahan (koneksi Wi-Fi, red) di titik-titik yang strategis, bisa di ta-man, perpustakaan,” paparnya ketika dite-mui INSTITUT di Ruang Puskom (15/3).

Foto: D.N Adit/INSTITUT

Ia menerangkan bahwa titik kampus yang akan ditambahkan Wi-Fi meliputi tempat-tempat yang sering digunakan mahasiswa berkumpul. Sulitnya mendapat koneksi Wi-Fi dibeberapa tempat seperti Perpus-takaan Utama dan fakultas bukan ditangani Puskom. “Tugas Puskom, internet sampai ke fakultas. Ya jadi antar fakultas kita pakai optik ke provider dan di-combine (padu, red) yang lokal-lokal ini (fakultas, red) ini dengan Wi-Fi,” papar Husni. Husni menambahkan “Fakultas beli Wi-Fi sendiri tergantung set-up (peng-aturan, red)nya mau dinamis atau statis. Permasalahannya Wi-Fi itu diperuntukkan untuk dosen kan. Karena fakultas yang cre-ate (mengadakan, red) jadi akhirnya mereka nggak mau diganggu sama mahasiswa ka-rena mungkin alokasinya buat dosen.” Tanggapan dari mahasiswa yang lain, Adi Abdul Khadir dari Fakultas Di-rasat Islamiyah mengingikan akses Wi-Fi tidak perlu dipersulit. “Ya menurut gue ak-sesnya nggak usah dipersulit, kan jelas siapa penggunanaya (mahasiswa, red).” tukasnya. (Museuz, Ali Muta)

Mahasiswa yang mengkakss koneksi Wi-Fi di lt. 5 Fidkom

Pemimpin Umum: Khalisotussurur Sekretaris Umum: Egi Fajar Nur Ali Bendahara Umum: Rina Dwihana Fitriani Pemimipin Redaksi: Muhammad Fanshoby Redaktur Pelaksana: Umar Mukhtar Artistik: Dika Irawan Penelitian & Pengembangan: Hilman Fauzi, Abdul Kharis, Iswahyudi Perusahaan & Periklanan: Noor Rahma Yulia, Ibnu Afan, Fajar Ismail.

Koordinatur Liputan: Aprilia Hariani Reporter: Aam Mariyamah, Achmad Faruq A., Aditia Purnomo, Aditya Widya Putri, Afifatul Humairo, Ali Rahman M., Aprilia Hariani, Ema Fitriyani, Jaffry Prabu Prakoso, Jojon Suhendar, Kiky Achmad Rizqi, Makhruzi Rahman, Muhammad Umar, Muji Hastuti, Mustaqiim, Rahayu Oktaviani, Rahmat Komaruddin, Rifki Sulviar, Trisna Wulandari, Yulis Yasinta Fotografer: INSTITUTERS Desain Visual & Tata Letak: Rizqi, D.N Adit Editor: Oby, Umar, Lilis, Hilman, Haris , Egi, Fajar, Rina Ilustrator: Rifki, Trisna Alamat Redaksi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gedung Student Center Lt. III Ruang 307, Jln. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta Selatan 15419. Telp: 085-697-091-557 Web: www.lpminstitut.com Email: [email protected].

Setiap wartawan INSTITUT dibekali Tanda Pengenal serta tidak dibenarkan memberikan Insentif dalam bentuk apapun kepada warta-wan INSTITUT yang sedang bertugas.

Salam Redaksi

INSTITUT NEWS

Assalamulaikum Wr. Wb

Salam INSTITUT

Salam sejahtera untuk kita se-mua. Institut News kini hadir di hadapan Anda para pembaca setia kami. Dengan status yang juga sebagai mahasiswa, kami berusaha untuk menyuguhkan berita-berita seputar kampus tercinta kita ini. Kami bukan media informasi belaka, tapi berusaha menjadi penggali kritisisme terhadap kegelisahan di dalam kampus ini. Kehadiran calon anggota LPM Institut angkatan 2010, membuat kami akan terus eksis dalam dunia jurnal-isme, terutama di kampus ini. Dan, tidak lupa dengan keberadaan Anda di antara hidup kami, maka kami akan melakukan hal yang sama sebagaimana identitas kami sebagai jurnalis muda, dan maha-siswa. Bagaimanapun, kami hadir dengan semangat kegalauan. Dalam ar-tian, kegalauan menjadikan kami manu-sia yang lebih besar, baik moral ataupun jiwa. Karena kegalauan itu, kami beru-saha menguaknya sebagai alat kontrol sosial dari dan terhadap kampus ini. Harapan kami adalah saran dari Anda para pembaca. Kami pikir, manusia tanpa saran adalah manusia hampa. Sulit untuk maju. Kami belajar dari banyak hal. Tanggung jawab kami di sini diuji oleh dinamika kehidupan. Mulai dari perkuliahan maupun perde-batan di antara kami. Paling tidak, dari semuanya, bisa dijadikan bahan renun-gan kami. Terakhir, rasanya membaca ini tanpa kopi dan rokok, kurang nikmat. Jadi, coba dan nikmatilah…

Wassalamualaikum Wr. Wb

Page 3: Newsletter I

3Edisi Maret 2011 Laporan Utama

Beberapa Fakultas Tidak Ikut Aturan AIS

Kampus UIN, INSTIITUT- Adanya kearifan lokal ditiap fakultas, menyebab-kan beberapa fakultas memiliki kebijakan tersendiri mengenai AIS (Academic Informasi System). Hal ini diungkapkan Husni Teja Sukmana (15/3) selaku kepala Pusat Kom-puter (Puskom). Husni menjelaskan, kearifan lokal diberikan karena fakultas lebih mengerti permasalahannya masing-masing. Setiap fakultas pun memiliki operator AIS sendiri untuk mengurus masalah seperti pengam-bilan kelas bagi mahasiswa dan pengisian KRS secara manual. “Selama fakultas masih bisa mengakali masalah tersebut sesuai den-gan aturan AIS, tidak ada masalah,” ungka-pnya. Namun kebijakan tersebut dirasa

merugikan mahasiswa. Seperti yang dirasa-kan Susi Aryani, mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidkom) jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) semester dua. Ia tidak diizinkan pindah kelas oleh fakultas meskipun hal tersebut telah disetujui oleh AIS. “Buat apa ada AIS kalau nggak dijalanin,” tuturnya (7/3). Menyikapi hal tersebut, Pembantu Dekan (Pudek) I bidang Akademik Fid-kom, Wahidin Saputra menjelaskan, apabila mahasiswa pindah dari kelas A ke B, maka nilainya tidak akan keluar. Karena di Pang-kalan Data Perguruan Tinggi (PDPT), data mahasiswa itu ada di kelas A. Ia menambahkan, karena PDPT adalah sistem milik Kementrian Pendidikan Nasional maka Fidkom harus menyesuai-

kannya. “Kalau tidak disesuaikan, nanti akan semrawut,” lanjutnya ketika diwawan-carai INSTITUT di ruangannya (8/3). Sama halnya dengan Fidkom, Fakultas Dirasat Islamiyah (FDI) juga me-miliki kebijakan tersendiri. Kebijakan yang diterapkan oleh FDI ialah pengisian KRS secara manual oleh fakultas. “Disebabkan kebanyakan mahasiswa di sini dapat bea-siswa, mereka tidak bisa daftar karena be-lum ada laporan keuangan ke AIS,” tutur Usman Syihab, Pudek I FDI (11/3). Usman juga mengatakan, maha-siswa hanya dapat mengisi KRS apabila tel-ah membayar biaya perkuliahan. Jika fakul-tas mengikuti AIS, nama mahasiswa tidak akan ada di absen dan fakultas tidak ingin mempersulit mahasiswa. Meski Fidkom dan FDI memiliki kearifan lokal sendiri, tetapi ada beberapa fakultas yang tetap menjalankan peraturan AIS, seperti Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dan Fakultas Syariah dan Hukum (FSH). “AIS itu tidak terlalu bermasalah untuk Tarbiyah. AIS itu intin-ya ingin mempermudah masalah-masalah akademik,” tutur Nurlena, Pudek I FITK (15/3). Hal senada juga diungkapkan oleh Ahmad Mukri Aji, Pudek I FSH saat ditemui (16/3) di ruangannya. “Dengan sistem AIS mahasiswa dapat memilih kelas yang diinginkan sendiri,” ujarnya. (Aditia Purnomo, Jaffry).

Husni Teja Sukmana, Kepala PUSKOM Foto: Prabu/INSTITUT

Masang iklan? Siapa takut!!!

Hub. 085781157788

INSTITUT NEWS

Page 4: Newsletter I

4Edisi Maret 2011 Lapsus

Kampus UIN, INSTITUT - Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) tidak mempu-nyai anggaran percetakan buku Bimbingan Akademik, hal ini disampaikan oleh Ahmad Farkhan, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik (10/3). Sehingga mahasiswa harus membayar uang Rp.7000,- untuk me-miliki buku Bimbingan Akademik. Sedang-kan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) sudah menganggarkan biaya buku Bimbingan Akademik Farkhan menambahkan, buku Bimbingan Akademik wajib dimiliki oleh setiap mahasiswa. Buku tersebut berfungsi sebagai catatan konsultasi perkuliahan yang dilakukan mahasiswa dengan Pembimbing Akademiknya. Penggunaan buku Bimb-ingan Akademik baru dilaksanakan FAH tahun ini. Farkhan juga menuturkan ”Pada tahun–tahun sebelumnya, mahasiswa FAH menggunakan lembaran kertas.” Lembaran tersebut dijadikan pengganti buku Bimbin-gan Akademik dengan fungsi yang sama. Ilona Rizky, mahasiswa jurusan

Ilmu Perpustakaan semester dua mengaku tidak terlalu peduli dengan biaya buku Bimbingan Akademik. “Saya sudah mem-beli buku itu (buku Bimbingan Akademik, red) jadi mau bagaimana lagi,” ujarnya. Ilona juga menambahkan buku Bimbingan Aka-demik sampai saat ini belum terpakai, saat persetujuan KRS pun Pembimbing Aka-demiknya tidak menanyakan ataupun me-meriksa buku Bimbingan tersebut Berbeda dengan FAH, menurut Nurlena, Pembantu Dekan Bidang Akade-mik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), pihak fakultas telah menyiapkan anggaran tersendiri untuk buku Bimbingan Akademik. Sehingga para mahasiswa FITK tidak mengeluarkan uang untuk membeli buku Bimbingan Akademik. Nurlena juga menambahkan, “Kalau buku Konsultasi Akademik dibiayai oleh Daftar Isian Pelak-sanaan Anggaran (DIPA) dari APBN” tu-turnya. Senada dengan FITK, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), juga menganggarkan biaya percetakan Buku

Bimbingan Akademik yang berasal dari BLU, ungkap Zamzami Kiram selaku kor-dinator Administrasi FISIP. Karena FISIP beroperasi baru dua tahun, penggunaan buku Bimbingan Akademik baru dibagikan ke mahasiswa pada tahun ini. Pewajiban me-miliki buku Bimbingan Akademik di FISIP, terdapat pada Surat Keputusan Dekan. Se-lain itu, buku tersebut juga dijadikan seba-gai salah satu syarat skripsi saat pengajuan proposal, tambahnya. (Ayu, April)

Kampus UIN, INSTITUT- Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Jakarta tak menyediakan pembuatan rekening Bank Rakyat Indonesia (BRI), yang men-jadi prasyarat pengajuan beasiswa DIPA secara kolektif. Akibatnya, mahasiswa FEB yang menginginkan rekening kolektif harus mengurus sendiri pembuatan rekeningnya di BRI Kantor Cabang Ciputat atau BRI Kantor Kas UIN Jakarta. Kepala Sub Bagian Akademik FEB Rahmatullah ketika diwawancarai IN-STITUT di ruang Subbag Akademik FEB (10/3), mengatakan, tidak ada perintah untuk membuat rekening BRI secara kole-ktif dari pihak akademik pusat. “Pembua-tan rekening di tiap-tiap fakultas itu boleh, tapi atas nama mahasiswa masing-masing, bukan atas nama Fakultas, takut ada uang

yang menguap (tak tersalurkan, red). Karena itu, langsung mahasiswa saja yang ke BRI,” ujarnya. Rahmat mengungkapkan, pem-buatan rekening kolektif di sub bagian Aka-demik FEB pernah dilakukan, namun divis-inya menjadi terlalu disibukkan, di samping harus memanggil pegawai BRI. Berbeda dengan FEB, fakultas-fakultas lain menyediakan pembuatan re-kening kolektif di bagian akademiknya. Kepala Sub Bagian Akademik Fakultas Di-rasat Islamiyah (FDI) Madinatul Musyako-fah mengatakan, memang tak ada pewajiban untuk mengurusi rekening kolektif, tapi, tiap sub bagian Akademik dihimbau pihak akademik pusat untuk mengkolektifkan re-kening tersebut di tiap fakultas. Husnul Marom, mahasiswa se-mester dua FDI mengatakan, pelayanan yang ia dapatkan saat membuat rekening kolektif lebih mudah dan tak begitu dibe-bani. Namun, prosesnya cukup memakan waktu lama, karena harus menunggu pem-buatan rekening sebelum mengisi formulir. Kepala Sub Bagian Kesejahter-aan Mahasiswa Mahmudah mengatakan, memang tidak ada surat keputusan untuk

mengkolektifkan pembuatan rekening, han-ya saja tiap fakultas dihimbau untuk men-gurusnya. Karena bila semua mahasiswa mengurusnya di akademik pusat, akan lebih lama prosesnya. Ia melanjutkan, ada fakultas yang kapok dan merasa kerepotan mengurus re-kening kolektif. Karena itu, ia menganjur-kan mahasiswa untuk langsung mengurus rekening kolektif tersebut di BRI. “Maha-siswa tinggal minta surat keterangan aktif kuliah dan tidak mengikuti beasiswa lain ke fakultas, lalu serahkan ke BRI, nanti akan dibuatkan di sana,” jelasnya. Di sisi lain, Umi Basiroh, maha-siswa semester dua FEB, mengaku kebin-gungan dengan ketidakberadaan rekening kolektif di fakultasnya. “Saya sudah tanya ke bagian akademik fakultas, tapi mereka bilang tidak ada rekening kolektif di FEB, langsung saja ke BRI. Sayangnya mereka tidak bilang harus disertakan surat ket-erangan aktif kuliah. Jadi, ketika saya ke kantor BRI, disuruh balik lagi ke fakultas untuk membuat surat keterangan tersebut,” ujarnya. (Ulan)

FAH tak Anggarkan Buku Bimbingan Akademik

FEB Tak Buatkan Rekening BRI Kolektif

Foto: Ulan/INSTITUT

Foto

: Ayu

/IN

STIT

UT

Surat pengajuan beasiswa DIPA

INSTITUT NEWS

Buku Bimbingan Akademik yang dibeli mahasiswa

Page 5: Newsletter I

5Edisi Maret 2011 Lapsus

FAH, INSTITUT- Mahasiswa wajib membawa laptop untuk bisa mengikuti mata kuliah Aplikasi Teknologi dan In-formasi (ATI) II. Jika tak bawa maka ma-hasiswa tersebut tak diperkenankan ikut perkuliahan. Hal tersebut dikatakan Ade Abdul Hak, Dosen ATI II, Jurusan Ilmu Perpustakaan (IP), Fakultas Adab dan Humaniora (FAH). Perkataan Ade dibenarkan Rizal Syaiful Haq, Ketua Jurusan (Kajur) Ilmu Perpustakaan (IP). “Hal itu (pewajiban membawa laptop, red) wajar untuk juru-san Ilmu Perpustakaan,” tuturnya (17/3).Menurut Ade, hal ini memiliki kelema-han dan kelebihan. “Jika beli, mau nggak mau kita harus mengeluarkan uang lebih. Sedangkan kelebihannya, mahasiswa bisa termotivasi untuk membeli komputer pribadi. Jadi, mahasiswa tidak ketergan-tungan pada lab. terus,” paparnya. Selain itu, ia juga menambah-kan, jika mengandalkan lab., belajar kom-puternya hanya satu kali. Tapi, jika punya laptop sendiri, bisa belajar tiap hari. Di lain pihak, mahasiswa Ju-rusan IP semester VI Doni Alfianthoro mengungkapkan, “Saya sangat kebera-

tan dengan adanya pewajiban membawa laptop.” Tambahnya, ia harus meminjam laptop untuk bisa mengikuti kuliah ATI II meskipun ia tahu resikonya besar. Senada dengan Doni, Muham-mad Haikal yang juga mahasiswa IP me-negaskan, “Saya jelas keberatan dengan pewajiban tersebut. Seharusnya fakultas menyediakan fasilitas, bukan maha-siswanya.” Ketika INSTITUT menghubun-gi Dekan FAH Ahmad Wahid Hasyim via telepon untuk dimintai keterangan peri-hal ketiadaan fasilitas, ia melimpahkan-nya pada Rizal.

Rizal mengungkapkan, alih fungsi lab. komputer menjadi lab. ba-hasa FAH karena kurangnya dana untuk perawatan komputer. Sementara itu, Ade mengatakan ada solusi selain pewajiban membawa laptop. “Sebenarnya kita bisa menggunakan Pusat Laboratorium Ter-padu UIN Jakarta (PLT-UIN),” ungka-pnya. Sri Aftiah, Staf Administrasi PLT-UIN menuturkan, PLT-UIN dapat digunakan untuk semua mahasiswa UIN di semua fakultas. Tentunya sesuai den-gan prosedur yang ada. “Tapi yang bisa menggunakan fasilitas (PLT-UIN, red) ini hanya fakultas yang sudah mendaftarkan diri ke sini,” ungkapnya. Ketika INSTITUT menemui Ri-zal di ruangannya, ia mengatakan, “FAH sudah lama mendaftarkan diri ke PLT-UIN.” Namun, pihak PLT-UIN Mah-bub Wathoni, staf Lab. Teknik Informa-tika PLT-UIN menyebutkan, yang telah mendaftarkan diri hanya Fakultas Ushu-luddin dan Filsafat (FUF) dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FIDKOM). “Adab belum mendaftarkan diri,” tegasn-ya. (Ema, Rifki)

Tak Bawa Laptop, Tak Boleh Ikut Kuliah

Kampus UIN, INSTITUT- Masyarakat yang menyetor sampahnya mendapat 75 persen dan bank sampah mendapatkan 25 persen. Itu untuk sampah organik. Un-tuk sampah nonorganik, 85 persen untuk masyarakat dan 15 persen untuk Bank Sampah UIN. Hal ini diungkapkan Elpa-wati sebagai Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian masyarakat saat ditemui IN-STITUT, Sabtu (12/3). Ia melanjutkan, pengambilan hasil itu wajar untuk Bank Sampah UIN

sebagai ganti biaya ope-rasional pengolahan sampah. Pembagian hasil tersebut telah didiskusi-kan dengan ahli ekonomi syari’ah. Bank Sampah UIN baru terbentuk dan menggunakan sistem manajemen syari’ah, yai-tu bagi hasil. Yusuf, salah satu pekerja di Bank Sampah UIN menga-

takan, “Hasil yang diterima oleh bank sampah digunakan untuk operasional Bank Sampah UIN, seperti pembelian dan pera-watan mesin, pembelian bahan baku, ter-masuk gaji saya.” Terkait dengan keuangan Bank Sampah UIN, Elpa menuturkan, Bank Sampah UIN mendapat bantuan dana sebesar 44 juta rupiah dari Bank Rakyat In-donesia (BRI). ”Dana sebesar 44 juta rupi-ah tersebut diigunakan untuk membangun Rumah Kompos dan membeli dua mesin penghancur,” jelasnya.

Dalam hal sosialisasi untuk me-nyetor sampah di Bank Sampah UIN, Elpa mengungkapkan, masih ada sebagian warga yang tidak mau menyetor sampah, meski sosialisasi sudah dilakukan. Sugito, warga sekitar Bank Sampah UIN menuturkan, sebelumnya ia sudah diberi sosialisasi untuk menyetor sampah ke Bank Sampah UIN, tapi ia be-lum pernah menyetor sampah. Menanggapi hal itu, Elpa mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat menganggap sampah merupa-kan barang yang tak berguna. “Bagi orang-orang yang dapat mengolahnya, sampah bisa menjadi barang yang menguntung-kan,” lanjutnya. Elpa menyayangkan keawa-man masyarakat dalam membedakan sampah organik dan non-organik. “Kalau masyarakat tahu memilah antara sampah organik dan non-organik, maka sampah tidak banyak menumpuk, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat terutama pedagang,” ujar Elpa. (Rifki, Rahman)

Proses pengolahan sampah Foto: Pribadi

Bagi Hasil dari Sampah

INSTITUT NEWS

Lab. Komputer yang dijadikan Lab. Bahasa

Foto: Rifki/IN

STITUT

Page 6: Newsletter I

6Edisi Maret 2011 Opini

Setelah Kearah yang lebih funda-men, berubah 180 derajat pola pikirnya kearah yang lebih pro-

gresif dan moderat, ketika mahasiswa mulai bergumul ke kampus pembaharuan. Inilah era keemasan revolusi besar-besa-ran para mahasiswa Islam menyongsong perkembangan zaman yang semakin cang-gih. Tak ayal, panen intelektual pun men-jadi hiruk pikuk ditengah menggeloranya moderatisme di dunia kampus. Namun. Tak bisa dielakan juga, konservativisme pun menjadi momok yang menakutkan.

Banyak diantara para pemikir atau in-telektual tua maupun muda yang berada di Negara kita, sebelum mereka menjadi mod-erat, yang kebanyakan mereka berkutat di bumi pesantren, mind-set fundamen men-jadi makanan sehari-hari mereka. Doktrin kembali kepada mainstream itu merupakan hal yang wajib dipatuhi bagi kaum sarun-gan dan kalangan santri di sekitarnya. Ini yang membuat takjub sebagian masyarakat akan kuatnya tradisi pesantren, karena ideologinya yang absolute tidak dapat di ganggu gugat. Sehingga akar dari tradis-ional islam begitu mapan, hingga seakan-akan menjawab segala macam kebuntuan.

Tapi biasanya, santri yang dulunya pesantren dengan pola pikir fundamenya itu melekat pada dirinya. Tak berselang lama, setelah ia berselancar di samudra kampus pembaharuan, kemungkinan be-

sar pola pikir yang rigid itu menjadi lebih inklusiv dan moderat terhadap perubahan zaman. Sama halnya dengan dengan con-toh kasus bagi kaum Intelektual NU yang sekarang mulai memploriferasikan diri ke arah Tradisional Being Post-Modernisme

Dengan begitu perubahan mendasar telah manjadi paradigma yang mengagum-kan bagi kalangan yang telah sukses berta-masya ke republik moderat alias kampus pembaharuan. Dan lagi-lagi perubahan menjadifinaldanhargamatibagiintelektu-alyanginginmerefleksikandirinyakerevo-lusi sosial. Untuk merevolusi pun tidak mu-dah, menurut Ashgar Ali Engineer(1939) salah satu Intelektual Dari India menga-takan: Kekuatan Revolusioner manapun pertama-tama haruslah merombak status quo, sebelum alternatif lainnya berfungsi.

Juga tak kalah menariknya intelek-tual Mesir. Muhammad Ahmad Khalafal-lah mengemukakan pendapatnya tentang hakikat revolusi itu: pada dasarnya Nabi

Muhammad Saw adalah seorang revolu-sioner dalam ucapan dan perbuatannya, ia bekerja demi perbuatan radikal pada struktur masyarakat sosial di masanya. Inilah merupakan bentuk perubahan sejati yang menjadi fondasi awal maha-siswa islam ke jalur yang lebih moderat,

Dengan demikan, euphoria perubahan pola pikir mengalami perkembangan yang begitu pesat. Konservativisme, fundamen-talisme Tak lama telah terdegradasi, hilang di telan bumi kampus yang mengedepan-kan pembaruan dalam pemikiran, ucapan, serta tindakan.menjadi hegemoni yang mencerahkan bagi pemahaman kaum ter-pelajar. Karena nilai positif yang di usung oleh kaum moderat ialah seperti yang di katakan Ashgar Ali Engineer(1939): se-orang mukmin moderat bukanlah sek-edar percaya kepada Tuhan, melainkan juga ia mau berjuang menegakan keadi-lan dan melawan segala bentuk kezaliman dan penindasan. Jika tidak ia masih dig-olongkan sebagai orang kafir, meskipunia percaya kepada Tuhan. Maka sudah seyogyanyalah, kita jadikan paham mod-erat menjadi garda terdepan dalam mense-jahterakan rakyat dan membangun bangsa.

*Penulis adalah mahasiswa SMT VIII, Jurusan Sejarah Dan Peradaban Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora.

Bertamasya ke Republik ModeratOleh Andriyansyah*

INSTITUT NEWS

Syarat dan ketentun lomba fotografi• Terbukauntukumum• Tema:APA KABAR BUMI KITA SAAT INI? Saatini,Bumi

yangkitapijakitelahbanyakmengalamidegradasilingkun-gan,baikitusecaraalamimaupunatasperbuatanmanusia.Diharapkanpesertadapatmenyampaikanpesandarihasilkaryafotografinya.Dengankatalain,secaratidaklangsungfotograferikutambilbagiandalampenyelamatanlingkungan

• Pesertadapatmenggunakankameradigitalmaupunanalog• Setiappesertadapatmengirimkanmaksimal3fotoukuran

10R(20x30cm)• Karyafototidakbolehmengandungunsurpornografi,SARA

dansadisme• Fotoadalahkaryamiliksendiridanbelumpernahmemenang

kanlomba,sertabelumpernahdipublikasikan• Modelreleasesepenuhnyamenjaditanggungjawabpeserta

lomba.Panitiatidakbertanggungjawabterhadapadanyatuntutanpihaklainataspenyertaan,peralatan,lokasi,modeldanobjeklainnya

• Umurfototidaklebihdari4tahun• Olahdigitalhanyasebatasbrightnes,contras,saturation,

doggingdanburning• 15(limabelas)fototerbaikpilihanjuriakandipamerkan

padasaatseminarharibumitanggal20April2011• Jikapesertakurangdari10orang,denganterpaksaperlom-

baandibatalkan• Karyafotoditerimapalinglambattanggal15april2011• Pemenangakandiumumkanpadasaatmalampagelaran

musikalisasidanbudaya“PERINGATAN HARI BUMI DAN HARI KARTINI 2011”

• Penjuriandilakukansecaratertutup• Keputusandewanjuriadalahmutlakdantidakdapatdi-

ganggugugatPersyaratan administrasi peserta

• Konfirmasipendaftaranbisaviasms,kemudianmengisiformulirpendaftaran(formulirterdapatdilampiransuratundanganperi-ingatanharibumidanharikartini,ataudapatdiunduhdiwebsitearkadiawww.kpaarkadia-uinjkt.org)

• Formatregristasiviasms:ketikNama<spasi>profesi<spasi>alamatemail<spasi>nomorcontactyangbisadihubungi.Kirimke08388204406 Contoh:[email protected]

• MembayarbiayaregistrasisebesarRp30.000.Pembayarandapatditransfermelaluirek.BRIa/nsucilestari,no.rek

• MenyerahkanFotocopykartuidentitas2lembar• Menyerahkanslipbuktitransferpembayaran

Cara pengiriman karya foto• Fotodikirimdalambentuksoftcopydanhardcopy• Fotodalambentuksoftcopymemilikisisiterpanjangminimal

500kb(jpeg)dengankualitassebaikmungkin(highresolu-tion),karenaakandipergunakanuntukprosescetakdanakandipamerkan

• Fotodalambentukhardcopydikirimtanpaalasbingkai/karton.DibalikfotoditempelkertasbertuliskanNama,alamat,email,no.telp/hp,jenis/merkkamera,judulfoto,tempatpengambilanfotodanketeranganfoto

• PengirimanfotodisertaidenganpersyaratanyanglaindandimasukankedalamamplopcoklatdengantuisanLOMBAFO-TOGRAFidisisikiriatasdanmenuliskannamajelasdanalamatpengirimpadasudutkananbawah.

Dialamatkan:GerbongKPA.Arkadia,GedungstudentcenterLantai1JalanIr.H.JuandaNo.95UINSyarifHidayatullahJakartaWebsite:www.kpaarkadia-uinjkt.orgEmail:[email protected]

Syarat Lomba Fotografi “Hari Bumi Kartini” KPA (Kelompok Pecinta Alam) Arkadia..

Page 7: Newsletter I

7Edisi Maret 2011 Kampusiana

Perpustakaan Utama, INSTITUT- Per-pustakaan Utama (PU) akan menerapkan sistem baru yaitu digitalisasi, yang bertujuan mengatasi penuhnya ruang untuk menyim-pan buku skripsi yang sudah lama. Namun disatu sisi koleksi yang sudah lama masih dipertanyakan keberadaanya, antara diraha-siakan atau memang benar-benar tidak ada. Digitalisasi akan dibuat dalam bentukCDdanfiledokumenyangnantin-ya akan di unggah ke web PU. Hal ini diuta-rakan oleh Nur Yudi, Kepala Perpustakaan Utama (10/3) saat ditemui INSTITUT diruangannya. Yudi juga menambahkan bahwa selama ini pihak PU sedang melaku-kan proses untuk penyiapan sistem digital-isasi. Sejauh ini pihak PU belum siap untukmengunggah file dokumen skripsi,karena untuk mengunggahnya masih ter-dapat banyak kendala, salah satu kendala utamanya adalah teknologi. “Belum ada proteksi dan sarana keamanan yang mema-dai untuk kita mengupload ke web. Disamping itu SDM juga tentu menjadi kendala lain, karena nantinya kita akan tergantungden-

gan SDM yang menguasai teknologi” jelas Yudi. Di sisi lain, Pihak PU akan me-nyeleksi skripsi yang dipandang bagus sesuai informasi yang didapat, yang bagus akan di kembalikan ke ruangan skripsi dan sisanya akan di arsipkan di tempat yang dirahasiakan. “Tempatnya itu dirahasiakan. karena tempat itu masih tentatif (sementa-ra, red), saya tidak beri tahu, karena jika di-bocorkan, nanti barang itu bisa hilang se-mua. dan tidak ada yang mau bertanggung jawab, jadinya kami yang di salahkan,” pa-par Nur.

Berbeda pendapat dengan Yudi, Anwar Syamsuddin, Kepala Sub Bagian (kasubag) umum PU mengatakan bahwa skripsi yang lama sudah tidak ada. “Kalau dari tahun 2000 kebawah nggak tahu dan saya tidak tahu kemana koleksi skripsi itu,” lanjutnya. Ahmad Badrun Kosasih, maha-siswa Perbankan Syariah semester 8 ber-pendapat, jika skripsi itu dirahasiakan dan memang menjadi hak mahasiwa ada baiknya mahasiswa diberi tahu juga. “Yang namanya skripsi itukan untuk mahasiswa yang ingin membuat skripsi juga buat ba-han bacaan yang bisa dipertanggungjwab-kan. hak mahasiswa harus disamakan, tidak dibeda-bedakan,“ kata Badrun tegas. Namun, Sam Nur Abdulah, ma-hasiswa Perbankan Syariah semester 8, berbeda suara dengan Badrun, tidak akan terjadi apa-apa bila dirahasiakan, karena su-dah didigitalisasi. Tetapi sangat disayangkan bila skripsi hilang karena skripsi merupa-kanhalyangpentinguntukbuktifisik,dantentunya akan menjadi tinjauan terdahulu bagi para pembuat skripsi. (MU)

PU Segera Terapkan Sistem Digitalisasi

Mahasiswa mencari referensi skripsi

Foto

: Um

ar/I

NST

ITU

T

Aula SC, INSTITUT- “Orang gagal ban-yak alasan untuk sukses, orang sukses tidak punya alasan untuk alasan,” ungkap Nana-ng Qosyim Yusuf berfalsafah dalam train-ing motivasi One Minuite Awarnes (OMA) di Aula Student Center (SC) (05/03). Nanang Qosyim yang lebih akrab disapa Naqoy menuturkan, empat alasan mengapa orang sulit berubah. Diantaranya, rasa nyaman yang tinggi, rasa takut yang berlebihan (nervous), fokus pada kesuksesan masa lalu, dan yang terakhir merasa tidak layak atau minder. Naqoy juga menggunakan 4 O sebagai cara untuk mengatasi masalah, 4 O tersebut adalah olah raga, olah pikir, olah hati, dan olah jiwa. Lanjutnya, “Dengan menerap-kan empat langkah ini dan dibarengi den-ganberfikirpositif,makaseseorangakanmendapatkan kedamaian dan ketentraman hidup yang luar biasa,” ujarnya. Naqoy menambahkan, seseorang yang ingin menemukan perubahan lebih berarti dalam hidupnya harus berani ke-luar dari zona aman dan selalu berpikir

positif. “Kita jangan sekali-kali memposis ikan diri dalam zona aman tapi ber-pikir satu lagi dan satu lagi, misalnya kuliah lulus S1, satu lagi ke S2 lulus S2 satu lagi ke S3 dan seter-usnya,” tandas Naqoy yang juga alumni UIN tahun 2001. Saat diminta tanggapan mengenai training tersebut, mahasiswa semester dua Jurusan Perbankan Syariah Mahiz Wahid Ansori, mengaku puas dengan apa yang telah diperoleh dalam training tersebut. Selain memberikan motivasi Wahid juga merasa menemukan semangat baru serta pandangan hidup yang positif. Wahid yang mengaku masuk UIN dengan sedikit kekecewaan, baru menya-dari bahwa kuliah dimanapun kalau tidak

sungguh-sungguh sama saja dan menu-rutnya lagi, kesuksesan itu berasal dari diri kita sendiri. Siti Usniyah ketua penyelenggara training tersebut, berharap agar training tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidu-pan sehari-hari. “Kita berharap agar ma-hasiswa yang mengikuti training mengap-likasikan apa yang telah didapat dari OMA karena seringnya, niat kita melenceng,” imbuh Siti yang juga aktif di UKM Pra-muka. (Jojon)

Suasana seminar OMA (05/03) Foto: Doc. UKM Pramuka

Langkah Mencerahkan Bersama OMA

INSTITUT NEWS

Page 8: Newsletter I

8Edisi Maret 2011 Kampusiana

Budayakan Bersepeda ke Kampus

Teater FAH, INSTITUT - “Menulis ada-lah pekerjaan manusia, mengedit adalah pekerjaan Dewa”. Ini pribahasa Stephen King yang dilontarkan Faried Wijdan, Manager Produksi dan Redaksi PUSTA-KA IIMAN, sebagai narasumber seminar House Style dengan tema “Sukses Menjadi Penyunting Bahasa” di ruang teater Fakul-tas Adab dan Humaniora lantai 4, Senin (14/3). Seminar ini diadakan oleh BEM Tarjamah. Sebagai moderator, penyeleng-gara mengundang Mohammad Sani, Ketua Jasa Penerjemahan TRANSTAR. Di dalam seminar, Faried Wijdan, menyampaikan peran editor dalam pen-yuntingan di sebuah penerbitan sangat penting. Namun sejatinya, nama seorang editor hilang dibalik nama penulis. Hal itu-lah yang menyebabkan editor kerap diju-luki pahlawan tanpa nama. “Editor itu berperan 100% dalam proses penyuntingan,” ujarnya. Ia pun me-nambahkan, proses penyuntingan yang buruk merupakan pembunuhan sadis ter-hadap sebuah buku. Moderator pun menanggapi tentang pentingnya peran editor. Ia men-gatakan bahwa jika tidak ada kesinambun-

gan antara editor dan penulis, buku yang dihasilkan tidak akan dapat dinikmati oleh khalayak. Dalam makalahnya, Faried meny-ampaikan bahwa Editor tak hanya men-yajikan teks dengar kadar keterbacaan yang tinggi. Lebih dari itu, editor juga dituntut untuk menjembatani antara kepentingan penulis dan pembaca. Editor pun mesti mengerjakan tugasnya dengan keahlian yang mumpuni, sekaligus hasrat dan intuisi untuk mengenali apa yang dibutuhkan dan diinginkan banyak orang. “Seorang editor yang baik, harus senang membaca, mampu menuliskan pemahaman dan tidak malas untuk mem-buka kamus atau referensi penting lainnya, serta mampu menggunakan otak kanan dan kirinya secara maksimal. Penting juga memiliki science of art yang tinggi,” paparn-ya. Saat sesi tanya jawab, Kaula Fahmi, mahasiswa Tarjamah semester 2, mempertanyakan eksistensi seorang editor dalam dunia penerbitan. “Mengapa nama seorang editor tidak terkenal seperti halnya penulis? Padahal dalam tugasnya ia sangat berjasa dalam kualitas sebuah buku.” Menanggapi pertanyaan tersebut,

Faried menjawab, pencantuman nama edi-tor bukanlah hal yang sembarangan. Seba-gai penanggung jawab atas hasil naskah, jika hasilnya jelek, maka nama baik yang dipertaruhkan. “Sebenarnya tergantung keberanian dari editor itu sendiri untuk mencantumkan namanya,” ujarnya. Ketika ditemui INSTITUT, Faried menjelaskan bahwa kualitas editor di Indonesia masih lima langkah tertinggal dari Singapura dan Amerika. Hal ini dika-renakan belum adanya pendidikan khusus untuk editor, sehingga mereka pun harus belajar secara otodidak. Ia melanjutkan, kesuksesan editor puntakdapatdilihatdarisegifinansial,ka-rena hampir di seluruh penerbitan Indone-sia, editor bukan sebagai pekerja tetap. Saat ditanya tanggapan mengenai seminar ini, ketua BEMJ Tarjamah, Eka Priyanto mengatakan acara seminar ini sangat penting, khususnya untuk jurusan tarjamah. “Seminar ini menginformasikan tentang peran editor yang sebenarnya dan merupakan langkah awal bagi kita untuk terjun ke dunia penerbitan tanpa takut ber-peran sebagai pahlawan tanpa nama,” tu-turnya. (Aam)

Editor, Pahlawan Tanpa Nama

Gowes gowes, bahasa anak muda masa kini un-tuk mengistilahkan bersepeda. Banyak manfaat yang didapatkan dengan bersepeda, selain menye-hatkan, sepeda juga merupakan alat transportasi yang cukup ekonomis. Maka jangan heran jika pemandangan bersepeda di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) makin marak be-lakangan ini. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh pihak dekanat FKIK di lingkungan Fakultas Kedokteran, sepeda menduduki peringkat kedua kendaraan terbanyak setelah motor. Alasannya kare-na cukup banyak mahasiswa yang memilih sepeda sebagai kendaraan alternatif yang ekonomis. Selain menjadi kendaraan alter-natif bersepeda pun lebih menyehatkan dibandingkan mengendarai motor. Hal itu disamapaikan Achmad Gholib, selaku Pembantu Dekan II bidang Administrasi Umum FKIK yang ditemui di ruangannya (8/3). Lelaki berkumis itu menam-bahkan, bersepeda selama 15 menit di-rasa cukup ampuh membakar kalori serta memperlancar peredaran darah. Dalam

hal ini bersepeda merupakan peringkat kedua setelah berlari. Selain memperhitungkan keseha-tan, mahasiswa yang bersepeda mengaku kalau kendaraan yang sering disebut onthel itu merupakan kendaraan yang efektif dan ekonomis. “Aku beli sepeda karena hargan-

ya terjangkau,” ungkap Citra Rezza Aurora Putri Palangka, mahasiswi jurusan Farmasi semester II. Selain dari segi ekonomi, ternyata bersepeda mempunyai manfaat lebih dari itu. Bersepeda dirasa cukup membantu menghambat pemanasan global, karena tidak menghasilkan polusi. “Sepeda tidak mengeluarkan emisi sehingga ramah ling-

kungan dan dapat menghambat pema-nasan global,” ujar Muhammad Fahad, mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat semester IV. Sekian banyak manfaat yang didapatkan dengan bersepada, tampak kontras pemandangan di FKIK dengan keadaan di kampus I yang sesak dipenuhi motor. Sari Rahmawati, mahasiswi semes-ter II Pendidikan IPS, mengaku lebih ny-aman menggunakan motor karena jarak tempuh yang cukup jauh. Berbeda dengan Sari, Eka An-drianto, mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester II. merasa ber-jalan lebih efektif walaupun jarak kosan menuju kampus lumayan jauh. “Lebih cepat jalan kaki karena Ciputat macet banget,” katanya. Mengingat bersepeda memiliki banyak manfaat dan cukup digemari di lingkungan FKIK, pihak BEM fakultas akan membentuk kelompok bersepeda bertepatan pada ulang tahun FKIK bulan Mei mendatang, tutur Fahad. (Ulis)

Suasana sepeda yang terparkir di depan FKIK

Foto: Ulis/IN

STITUT

INSTITUT NEWS

Page 9: Newsletter I

9Edisi Maret 2011 Kampusiana

Penerapan Kode Etik Mahasiswa Belum Maksimal

Foto

: Muj

i/IN

STIT

UT

Kurangnya Komputer di Lab. Fidkom

Kampus UIN, INSTITUT – Penerapan kode etik mahasiswa UIN Syarif Hidayat-ullah yang tertera dalam Surat Keputusan (SK) Rektor nomor 073 A th 2002 dinilai belum maksimal, kurangnya sosialisasi dan sanksi menjadi penyebabnya. Demikian pemaparan Sudarnoto Abdul Hakim, Pembantu Rektor (Purek) Bidang Kemahasiswaan, Selasa (15/03). “Mengenai kode etik mahasiswa memang untuk saat ini ada problem so-sialisasi yang kurang baik. Namun, sejauh ini telah dibicarakan pada rapat kerja ber-sama seluruh pembantu dekan bagian ke-

mahasiswaan, yang nantinya akan diso-sialisasikan disetiap fakultas,” ujar Su-darnoto. Aldri Sulaiman Latief, mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) semester dua men-gakuinya, bagi Aldi masalah kode etik biasa saja, karena memang dari pihak fakultas sendiri kurang mensosial-

isasikannya. “Sanksinyapun belum jelas, yang ada paling teguran doang, dan itu bagi saya tidak membikin efek jera,” tambahnya. Menanggapi hal tersebut, Pem-bantu Dekan (Pudek) Bidang Kemaha-siswaan FAH Yaniah Wardani menuturkan, “Sebetulnya dari pihak fakultas sudah ada tindakan (Sosialisasi, Red) dan itu ditugas-kan kepada dosen masing-masing untuk menegurnya,” jelasnya. Hal itu debenarkan oleh Amri Ra-syidin Kabag TU Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) yang mengatakan, so-

sialisasi sudah dilakukan ketika mahasiswa diberi buku pedoman akademik pada awal masuk kuliah. Walaupun sejauh ini masih ada mahasiswa yang tidak sesuai dengan kode etik. Berbeda dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Herni Ali Pudek bidang kemahasiswaan FEB me-nerangkan, “Penerapan kode etik di sini sudah berjalan dengan baik bahkan diper-ketat dengan penjagaan Satpam yang siap menghukum mahasiswa bila melanggar kode etik dan sanksinya akan diberikan surat pernyataan,” tutur Herni. Senada dengan Pudek bidang kemahasiswaan Fakultas Syariah dan Hu-kum (FSH) Herni Ali, JM. Muslimin yang terang-terangan mengatakan, “Di Fakul-tas ini penerapan kode etik sudah berjalan, hanya dua orang saja yang masih melang-gar dan itupun akan kami tindaklanjuti se-cepatnya,” tegasnya. Mengenai hal tersebut, Sudar-noto mempertegas bahwa tugas menerap-kan kode etik bukan hanya dilakukan pada dekan dan dosen-dosen saja akan tetapi mahasiswa juga wajib mengingatkan satu sama lain yang nantinya berdampak pada citra kampus yang mentaati kode etik. (Rizqi Kota Mangga)

Kampus UIN, INSTITUT- Sebanyak 30 unit komputer di laboratorium komputer Fakultas Dakwah dan Komunikasi (Fid-kom) tak berfungsi maksimal. “Dari sekitar 30 unit komputer yang ada, sekitar 15 yang masih bisa digunakan. hal itu diungkapkan Dudun Ubaedullah dosen Aplikasi Kom-puter FIDKOM saat ditemui INSTITUT (15/3). Ia menambahkan, “Banyaknya

kuantitas komputer yang ada di Lab Kom-puter tidak sebanding dengan kualitas,” un-gkapnya. Tarmi, Ketua Laboratorium Fid-kom juga mengungkapkan, kekurangan dan kerusakan komputer dikarenakan tidak memiliki dana dan komputernya yang su-dah berumur 5 sampai 6 tahun. Hal senada diungkapkan Dedi Fahrudin, salah seorang staf laboratorium. “Adanya komponen-komponen yang rusak diakibatkan pemindahan dari lantai tiga ke lantai tujuh oleh orang lain, bukan dari pihak lab-nya sendiri,” tuturnya. Akibat hal itu, Dudun men-gakui praktik pembelajaran kurang efektif. “Misalnya pakai photoshop, bagaimana cara menggambarkan, kalau yang cuma lihat aja kan kurang maksimal, ya imbasnya ke situ,” ungkapnya. “Saya kurang nyaman saat praktik di lab, karena nggak semua komputer yang

nyala, jadi makan waktu”, ungkap Tri Lest-ari, salah satu mahasiswa Fidkom. Marliana, mahasiswa Fidkom, juga mengeluhkan hal tersebut. “Saya nggak fokus karena satu komputer tiga atau em-pat orang, ditambah lagi yang tidak hidup masih disimpan di lab itu, jadi bikin ru-angan tambah sempit,” ujarnya. Menanggapi hal itu, Muchlas Noorhidayat, salah satu staf laboratorium komputer menjelaskan, “Kalau dilihat dari efektifitas memang satu komputer itu se-harusnya satu orang, tapi karena terbatasn-ya anggaran dan karena sarana dan prasa-rana yang kurang mendukung, jadi seperti itu,” ungkapnya. Tarmi menjelaskan, untuk tahun 2011 ini pihak laboratorium FIDKOM akan mengajukan anggaran pengadaan dan perbaikan komputer ke kabag. umum pusat. (Muji)

Suasana mahasiswa di Lab. Fidkom

Salah satu mahasiswa yang melanggar kode etik Foto: Rizqi/INSITUT

INSTITUT NEWS

Page 10: Newsletter I

10Edisi Maret 2011 Sosok

Orang bilang berorganisasi hanya men-gurangi nilai akademis, namun tidak bagi Haviz al Asad, mahasiswa hubungan internasional semester VIII, FISIP yang belum lama dinyatakan lolos Beasiswa Study of the United States Institutes (SUSI) ke Amerika sebagai Duta bangsa. Pria kelahiran jawa timur ini mengakui betapa pentingnya berorganisasi, karena tanpa organisasi mustahil bagi Havis bisa bertandang ke negeri “Paman Sam”. Haviz mengaku aktif di berbagai organisasi sejak Madrasah Tsanawiyah, seperti OSIS, mading sekolah hingga men-jadi reporter di Bulletin Fajar. Saat masih duduk di bangku Madrasah Aliyah, mantan presenter Istiqomah FM ini sempat merasa

putus asa saat kesibukannya di berbagai organisasi seperti, Nadwah Iqro maupun Forum Lingkar Pena (FLP) yang dip-impinnya membuat nilai akademisnya tak sebagus saat Ia di Sekolah Dasar. Namun, setelah Ia menyabet berbagai kejuaraan seperti lolos lima besar dalam lomba deklamasi puisi, hingga juara dua lomba cipta cerita pendek se-Kabu-paten Pamekasan membuatnya semakin terobsesi dengan dunia organisasi. Saat melanjutkan studinya ke UIN Jakarta, kesibukan dalam dunia organisasi masih tetap ia geluti, contohnya menjadi salah satu pengurus BEMU pada periode 2008-2009. Dan berkat info yang diperoleh karena keaktifannya berorgan-isasi, ia pun meraih beasiswa ke Amerika, “Tanpa berorganisasi Saya tidak akan tahu bahwa jiwa leadership ternyata sangat dibu-tuhkan,” ungkap Haviz dengan bangganya. Dalam program beasiswa ini ada tujuh mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di seluruh Indonesia

yang terjaring dan akan belajar di Southern Illinois University Carbondale Amerika Serikat, dengan tema “News Media and Politics” bersama delegasi dari Malaysia dan Filipina. Selain peminatnya yang tak sedikit pastinya proses mendapatkan beasiswa ini sangat sulit “Kesulitan ya pasti ada, karena kompetitornya bukan dari PTN ecek-ecek tapi dari PTN yang berkuali-tas,” tambah Haviz. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, salah satunya nilai TOEFL minimal 475 serta meminta surat reko-mendasi dari Kajur dan Pimpinan Redaksi Rakyat Merdeka, mengingat tema yang diangkat “News media and politics”. Sedangkan kriteria penilaian, Ia mengaku tidak mengerti karena hal itu merupakan hak prerogratif pihak kedutaan Amerika. Ketika disinggung masalah kes-iapannya menuju beberapa tempat seperti Chicago,SpringfielddanWashington,sejauh ini Haviz lebih mempersiapkan pada mental, materi keilmuan dan bahasa Inggris. Karena nantinya Ia akan menjadi Duta bangsa yang diharapkan mampu mempresentasikan kondisi Indonesia saat ini. khususnya di bidang Media dan Politik. “Saya merasa senang pastinya, bahkan Saya sampai menangis terharu.” kenang Haviz tersenyum ceria. (Ahfa)

Organisasi Mengantarku ke Negeri Paman Sam

Haviz Al AsadFoto: Ahfa/INSTITUT

Sambungan hal. 1 perayaan ulang tahun UIN. Masih ada kegiatan lain seperti, futsal, pop song, jalan santai, karya ilmiah, dan lain sebagainya. Subarja melanjutkan bahwa pent-ingnya inovasi dan improvisasi oleh panitia dalam mengelola dana. “Kalau bisa saya mohon panitia mintalah sumbangan kema-

na, di’amilin tapi jangan diambilin,” tuturnya. Ditemui sehari sebelumnya (10/3), Nurul Jamali, Ketua Koordinator Sepak Bola, menolak menjelaskan dana anggaran tersebut. Dia mengatakan, bahwa dirinya mengusulkan pertandingan hanya un-tuk karyawan. Dikarenakan kisruh politik

mahasiswa, mahasiswa sibuk berpolitik, Pemira. Namun adanya usulan-usulan lain yaitu dengan adanya olahraga mungkin leb-ih baik, terkait pengembangan bibit-bibit olahraga, ungkapnya. (Rahmat, Afifah)

Kunjungi website kamiwww.lpminstitut.com

Portal Berita Mahasiswa UIN Jakarta

INSTITUT NEWS

“Saya merasa senang pastinya, bahkan Saya

sampai menangis terha-ru.” kenang Haviz terse-

nyum ceria.

Page 11: Newsletter I

11Edisi Maret 2011 Komunitas

“Apa yang aneh tentang Halyu (Korea, red)? Jangan lihat Korean lovers itu freak. Coba lihat dulu kebudayaannya. Ada sisi unik dan menarik yang bisa ditemui kok, nggak hanya tentang cowok-cewek manis dan cantik saja,” ujar Muhammad Ikhsan salah seorang anggota perkumpulan pecinta Korea di UIN Jakarta menggebu-gebu. Ia masih semangat menceritakan awal keikutsertaannya dalam Korean Be-loved Addict (KBA) kepada INSTITUT di tengah-tengah kesibukannya mengajar pada keheningan Jumat malam (11/3). Pemuda yang menyukai kimchi, masakan khas Korea ini tertarik pada KBA saat mendapat balon dan cokelat yang diberikan anggota KBA ketika Propesa. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk bergabung. Menurutnya, banyak budaya korea yang patut ditiru. Contohnya saja

dari cara memberi salam. Orang Korea akan mem-bungkuk sebagai tanda menghormati orang. Selain itu orang Korea sangat menghargai dan menjaga budaya yang mereka miliki. Jumat sore itu, ke-tika matahari mulai menenggelamkan sinar keemasannya, air muka keletihan terlihat di paras Rahma Sari. Tetapi

senyumnya selalu mengembang di pipi kala menceritakan perjalanan KBA yang sudah menginjak setahun pada tanggal 15 Desember 2010 lalu. Perbincangan sore itu diiringi candaan hangat dari gadis penyuka Hip-Hop Korea ini. Ia menuturkan, pada awal terbentuknya KBA hanya beranggotakan tiga orang. Namun kini sudah mencapai 132 orang dari berbagai fakultas. Ia juga menyadari bahwa ada sebagian orang yang mempunyai anggapan negatif tentang Halyu. Bibirnya lincah menceritakan bagaimana sindiran-sindiran pedas itu menghinggapi. Mulai dari komentar yang mer-agukan kemampuan para seniman Korea hingga adanya pembentukan anti Halyu oleh beberapa temannya. Siti Novita gadis manis yang merupakan salah satu pendiri KBA ini, mengungkapkan dengan bangga bahwa KBA bukan sekedar komunitas penggila

Korea saja. KBA juga mempunyai kegiatan yang bermanfaat bagi para anggotanya, seperti gathering (pertemuan rutin) yang diisi games, dance cover, song cover dan learning Hangul (Bahasa Korea, red) setiap dua minggu sekali. “Padahal awalnya, biar ada temen gila-gilaan aja.” Dan seperti Jumat sebelumnya, siang itu suasana di salah satu kelas Fakul-tas Sains dan Tekhnologi (FST) riuh oleh teriakan dan gelak tawa para anggota KBA yang sedang mengadakan gathering. Ama juga menjelaskan arti logo KBA yang berbentuk wajah tertutup bendera Korea, “Wajah berwarna merah-putih itu menandakan bahwa kita orang Indonesia, dan masih cinta Indonesia. Sedangkan bendera Korea ya melam-bangkan kesukaan kita terhadap budaya Korea.” Bahkan untuk menambah pengetahuan tentang Hangul, Nadia Astari tutor dalam KBA Learning Hangul mengaku belajar langsung lewat teman-nya yang berada di Korea. Ia juga tidak memungut bayaran dalam KBA Learning Hangul karena rasa persahabatan yang sudah terjalin diantara anggota KBA. “Murid-muridnya kan ma-hasiswa, jadi aku sama-sama tahu lah bagaimana kondisi keuangan mahasiswa. Selain itu supaya belajarnya semangat dibikin gratis saja,” tutur gadis hitam manis ini mengahiri pembicaraan malam itu. (Tya)

Halyu Lovers, Dicaci dan Disukai

Foto: Doc. PribadiAnggota Korean Beloved Addict (KBA)

“Wajah berwarna merah-putih itu

menandakan bahwa kita orang In-

donesia, dan masih cinta Indonesia.

Sedangkan bendera Korea ya mela-

mbangkan kesukaan kita terhadap

budaya Korea.”

INSTITUT NEWS

Page 12: Newsletter I

12Edisi Maret 2011 WAWANCARA

Pertandingan Sepak Bola Rektor Cup telah berlangsung dua kali pada tanggal 7 dan 14 bulan ini. Anggaran dana sebesar 20 juta

telah dikucurkan dan diperkirakan akan menghabiskan anggaran hingga lebih dari Rp 69 juta. Berikut petikan wawancara den-gan Julia Herniwati, bendahara bidang per-lombaan sepak bola, Selasa (15/3):

Dari mana asal dana Sepak Bola Rek-tor Cup?

Dari UIN, dari dana BLU.Berapa jumlah anggaran untuk kegia-

tan tersebut?Kita belum bisa ngasih, baru bisa ngasih

di akhir. Kegiatan baru mulai dua kali jadi anggaran masih bisa berkembang, seperti sewa lapangan, bisa saja nambah harinya, jadi otomatis anggaran juga bertambah. Masa baru di awal sudah dimintai pertang-gungjawaban anggaran, nanti kalau di akhir baru saya kasih, tapi saya minta izin dulu kepada ketua koordinasi (Nurul Jamali, red) Sepak Bola Rektor Cup, kalau dia setuju, baru saya kasih.

Untuk apa saja pengalokasian angga-ran dana tersebut?

Sewa lapangan Rp 2,2 juta ditambah PPN, konsumsi, kesehatan, sewa wasit, kos-tum panitia, juga perlengkapan seperti bola dan pluit.

Bagaimana proses pencairan dan-anya?

Pertama, kita diberi dana awal untuk yang diperlukan, seperti sewa lapangan, konsumsi, kesehatan, bola dan pluit. Selan-jutnya, kalau ingin mencairkan dana harus ngasih kuitansi pembelian dulu, baru cair dananya. Jadi kita utang dulu ke tokonya, karena sudah kenal. Prosedurnya memang seperti itu, namun untuk pengambilan dana selanjutnya belum, karena belum ada dokumen penyewaan lapangan dan masih diproses.

Berapa dana awal yang sudah diberi-kan?

Sudah diberikan Rp 20 juta.Seandainya dana yang dibutuh-

kan ternyata lebih banyak dari anggaran awal, apakah bisa ditambah?

Nah itu dia, kita belum jelas. Saya tidak tahu, bisa dikasih atau tidak, karena belum jelas. Saya juga lagi sibuk, dana belum saya ambil semua, tapi kegiatan sudah berjalan. Kan sudah ada proposal, sudah ada surat keputusan. Penyelenggaraan ini sampai tanggal 18 April.

Sebenarnya total dari anggaran Sepak Bola Rektor Cup ini berapa?

Anggaran memang sudah ada dan sudah dibicarakan di proposal. Karena acara baru berjalan, saya tidak bisa beri tahu sekarang.

Kita punya anggaran sekian, tapi itu kan bisa naik bisa turun. Bisa kurang dari yang kita ajukan atau bisa bertambah, tergantung di lapangan ada masalah apa.

Dana yang dianggarkan awalnya be-rapa?

Yang dianggarkan awal? Kamu belum dapat? Enam puluh sembilan juta sekian. (Afifah).

Anggaran Sepak Bola Rektor Cup Masih Fluktuatif

Julia Herniwati, bendahara bidang perlombaan sepak bola Foto

: Afif

ah/I

NST

ITU

T

INSTITUT NEWS

KarikaturIlustrator: Trisna Wulandari