negosiasi-121205051111-phpapp02
DESCRIPTION
negosiasi bisnisTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negosiasi secara umum adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak –
pihak yang terlibat berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan
bertentangan. Menurut kamus Oxford, negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai
suatu kesepakatan melalui diskusi formal. Pengertian Negoisasi seorang advokat
dengan seorang klien yaitu suatu proses tawar menawar antara seorang advokat
dengan seorang klien dengan sebuah kesepakatn bahwa seorang advokat akan
menjadi seorang kuasa huku atau orang yang mewakili kliennya dalam penanganan
hukum yang nantinya hal ini tertuang dalam sebuah klausa-klausa yang akan
ditandatangani oleh kedua belah pihak, baik si advokat ataupun seorang klien.
Negosiasi merupakan suatu proses saat dua pihak mencapai perjanjian yang
dapat memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-
elemen kerjasama dan kompetisi. Termasuk di dalamnya, tindakan yang dilakukan
ketika berkomunikasi, kerjasama atau memengaruhi orang lain dengan tujuan
tertentu. Untuk itu Negoisasi dapat juga diartikan sebagai berikut :
a. proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai kesepakatan
bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak lain.
b. penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak yang
bersengketa.
c. langkah untuk membangun kesepahaman terhadap suatu permasalahan.
d. pembicaraan antara dua pihak atau lebih baik individual maupun kelompok
untuk membahas usulan-usulan spesifik guna mencapai kesepakatan yang
dapat diterima bersama.
Sedangkan tujuan negoisasi adalah sebagai berikut :
i. Mempelajari tawaran klien / seseorang
ii. Menawarkan suatu solusi permasalahan
iii. untuk menyelesaikan konflik kepentingan dan permasalahan
B. Rumusan Masalah
2
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan negosiasi ?
2. Bagaimanakah negosiasi yang efektif itu ?
3. Apa saja prinsip-prinsip dalam bernegosiasi ?
4. Apa saja gaya-gaya negosiator ?
5. Bagaimana dengan pertimbangan strategik dalam negosiasi ?
6. Bagaimana tahapan dalam negosiasi ?
7. Bagaimana pengaruh kebudayaan yang berbeda terhadap kemampuan
negosiasi?
8. Apakah yang dimaksud dengan lobbying?
9. Bagaimanakah memecahkan sebuah kasus dengan prinsip negosiasi pada kasus
pembajakan tenaga staff professional yang wajib memenuhi masa percobaan
dalam recruitment?
C. Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai apa yang dimaksud dengan
negosiasi
2. Memberikan penjelasan terkait negosiasi yang efektif
3. Memberikan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip negosiasi
4. Memberikan informasi mengenai gaya-gaya negosiator
5. Memberikan penjelasan tentang pertimbangan strategik dalam negosiasi
6. Memberikan penjelasan mengenai tahapan dalam bernegosiasi
7. Menjelaskan pengaruh kebudayaan yang berbeda terhadap kemampuan
negosiasi
8. Memberikan pengetahuan mengenai maksud dari lobbying
9. Memberikan informasi, pengetahuan, rincian serta alasan dalam problem solving
terhadap masalah yang menyangkut “pembajakan tenaga staff professional yang
wajib memenuhi masa percobaan dalam recruitment-nya” terkait dengan ilmu
negosiasi itu sendiri
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Negosiasi
Dalam kehidupan sehari hari kita akan dihadapkan pada berbagai kegiatan
yang mengharuskan kita untuk bersepakat atas sesuatu dan dengan pihak tertentu.
Apakah dalam kehidupan kampus maupun dunia usaha, hal ini dikenal sebagai
negoisasi.
Negoisasi secara umum memiliki kandungan unsur-unsur atau komponen
sebagai berikut :
1. Pertemuan antara 2 (dua) belah pihak atau lebih yaitu pihak kita dan pihak lain.
2. Membahas tentang suatu persoalan bisnis (dalam arti luas).
3. Adanya tawar menawar mutualistik (saling menguntungkan)
4. Adanya suatu musyawarah untuk mencapai titik temu..
5. Adanya suatu kesepakatan antara keduanya..
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :
Negosiasi adalah pertemuan antara 2 (dua) belah pihak atau lebih yang membahas
suatu persoalan bisnis dalam arti luas dengan adanya tawar menawar mutualistik,
adanya suatu musyawarah untuk mencapai titik temu dan adanya kesepakatan
antara keduanya.
Sasaran dari kebanyakan negosiasi adalah mencapai suatu persetujuan. Dan
yang menjadi dasar untuk negosiasi yang kreatif adalah tergantung pada penciptaan
suatu iklim kerja sama dan seterusnya memulai negosiasi sedemikian rupa yang
mengarahkan kedua belah pihak untuk bekerjasama secara harmonis dan kreatif.
Setelah itu barulah negosiasinya sendiri mulai. Periode ini seringkali
menegangkan dan sekaligus mengasyikkan sebab bentuk pertemuan itu sendiri
kadang-kadang sukar diramalkan atau dikendalikan. Namun demikian senantiasa
terdapat suatu pola tertentu dalam negosiasi. Benang merah inilah yang harus kita
gunakan jika kita ingin mengendalikan negosiasi untuk mencapai kesepakatan.
Untuk itu terdapat serangkaian taktik yang dapat menolong. Komunikasi yang
efektif merupakan unsur esensial dalam negosiasi yang efektif. Ketrampilan yang
efektif juga merupakan bagian penting dari perlengkapan negosiator yang terampil.
4
B. Negosiasi yang Efektif
Sepreti yang telah dikemukakan di atas bahwa negosiasi yang efektif
tergantung kepada komunikasi yang efektif. Artinya masing-masing pihak harus
dapat mengatasi berbagai perbedaan pandangan dan hambatan alamiah dalam
proses komunikasi.
Hambatan hambatan alamiah didalam komunikasi misalnya dapat diperhatikan dari
contoh berikut :
• Apa yang dikatakan belum tentu didengar.
Hambatan tersebut mungkin berupa ; kebisingan, kurangnya konsentrasi,
kepekaan, penyimpangan sewaktu transmisi, misalnya dengan telepon atau
mikrofon.
• Apa yang didengar belum tentu dimengerti.
Apapun yang mungkin didengar oleh pendengar dan apa yang dimengertinya
dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan teknis mengenai masalahnya,
kosakatanya: yakni oleh serangkaian kemampuan dan hambatan intelektual.
• Apa yang dimengerti belum tentu diterima.
Apapun yang mungkin dia mengerti, kesediaannya untuk menerima dipengaruhi
oleh factor psikologis ; sikapnya terhadap pihak lain, sikapnya kepada organisasi,
perasaanya mengenai hal yang didiskusikan, dan lain sebagainya.
• Pembicara mungkin tidak dapat mengetahui apa yang telah didengar atau
dimengerti atau diterima oleh pendengar.
Si pembicara sering beranggapan bahwa dia telah benar-benar dimengerti dan
pendengar biasanya hanya menaruh perhatian pad pernyataan atau pernyataan
balasanyang akan dibuatnya; tidak ada satupun yang memperdulikan perlunya
memeriksa efektifitas komunikasinya.
Langkah-langkah yang harus diambil oleh para negosiator agar komunikasi
dapat lebih efektif untuk minimalisasi hambatan diatas adalah :
1. Menciptakan kondisi yang tepat.
Kondisi yang tepat harus dibangun pada tahap-tahap permulaan. Ini
menggaris bawahi pentingnya upaya ‘menciptakan iklim’
5
2. Mengusahakan agar skala waktunya tepat.
Perlu diusahakan agar skala waktu komunikasi kita itu tepat. Kemampuan
untuk memahami apa yang dikatakan sebagian dipengaruhi oleh skala waktu
selam hal itu dikatakan. Selama dialog di antara dua pihak terdapat skala waktu
tertentu oleh kedua pihak diakui sebagai dapat diterima ; terdapat suatu
kerangka waktu yang sangat panjang sampai masing-masing pihak dapat
berbicara tanpa melelahkan orang lain. Kerangka waktu tersebut, dalam suatu
dialog negosiasi, maksimumnya kira-kira dua menit. Janganlah bicara lebih lama
dari dua menit, tanpa memberi kesempatan kepada pihak lawan untuk
memotong.
3. Menyiapkan dan mengemukakan informasi secara efektif.
Dalam meningkatkan komunikasi selama negosiasi, cara kita
menyampaikan informasi haruslah efektif. Untuk ini pada permulaan diperlukan
suatu keinginan dari pembicara untuk memberikan prioritas pada efektivitas
komunikasi, biarpun dengan mengorbankan keanggunan. Tidak perlu
mengatakannya secara indah, yang penting adalah dimengerti.
4. Mendengarkan secara efektif.
Kita perlu menjadi pendengar yang kompeten. Kita perlu berusaha
mendengar dan mengerti perspektif pihak lain.
5. Mengatasi hambatan “bahasa kedua”
Orang yang harus bernegosiasi dalam bahasa asing seringkali merasa
tidak beruntung. Mereka yakin bahwa terdapat hambatan bahasa yang
mendominasi dan menganggu komunikasi mereka. Padahal mungkin para
negosiator akan lebih baik berkomunikasi dalam bahasa asing dari pada dalam
bahasanya sendiri. Alasannya mungin terletak pada kenyataan bahwa masing-
masing pihak senantiasa sadar mengenai persoalankomunikasi; lebih sadar dari
pada negosiator yang menggunakan bahasa sendiri. Karenanya masing-masing
negosiator berusaha berkomunikasi secara sederhana dan efektif untuk
mendukung unsure-unsur non-verbal dalam komunikasi mereka, mendengarkan
secara efektif dan mencek pemahaman masing-masing. Hasilnya komunikasi
yang efektif.
6
Dari kelima hal diatas, masih pula dipengaruhi oleh ketrampilan negosiator
untuk menggunakan :
• Suaranya.
Suara mempunyai empat variabel. Negosiator perlu menggunakan masing-
masing variabel suara itu pada tingkat yang cocok, dan jugamengubah
penggunaannya. Variabel tersebut adalah; kecepatan langkah bicaranya, tinggi
suara, kekuatan volume dan perhatikan perubahan volume dapat sangat
berpengaruh.
• Ketrampilan non verbalnya.
Kelompok kedua dari ketrampilan dampak pribadi adalah ketrampilan non-
verbal. Yang paling kuat di antanya adalah penggunaan mata. Di samping mata
yang sangat penting, bentuk-bentuk kontak non-verbal mencakup sikap tubuh,
gerakan tangan dan ekspresi.
• Ketenangan (diam).
Aspek lain adalah penggunaan masa keheningan. Suatu keheningan harus
dipecahkan penanya, karena keheningan berpengaruh sangat kuat.
• Alat peraga yang dibutuhkan.
Alat peraga itu bisa sangat berkuasa, dan harus digunakan secara hati-hati.
Bahaya pokok terletak dalam pemberian terlalu banyak alat peraga. Karena itu
negosiator yang terampil memanfaatkan alat peraga yang dapat memberikan
pengaruh besar, namun secara hemat dan hati-hati.
C. Prinsip-prinsip Negosiasi
1. Adanya kerjasama/suatu tindakan kerjasama
Tujuannya adalah masalah kemitraan/kebersamaan/cooperative
bargaining. Dalam kerjasama akan menimbulkan konsensi dan kompensasi.
Maksud dari konsensi ialah dimana hal yang dinegosiasikan haruslah saling
menguntungkan. Kompensasi ialah tindakan yang ditimbulkan dari sebuah
negosiasi harus pula saling menguntungkan.
7
2. Segala sesuatu layak dicoba
a. Seperti yang dikutip dari Nelson Mandella “ONLY A FREE MAN CAN
NEGOTIATING”, hanya orang-orang yang bebaslah yang dapat bernegosiasi
tanpa tekanan dan dengan kebebasan yang seutuhnya. Dalam bernegosiasi
diharapkan tidak takut, percaya diri, tidak mencampur adukan masalah
pribadi dengan keprofesionalisme dan positive thinking.
b. Berprinsip “Tidak ada hal yang tidak bisa dinegosiasikan” artinya bahwa
semua hal memiliki pemecahan masalah dengan dasar pada persamaan
kepentingan, tidak ada yang lebih unggul dari yang lainnya
3. Selalu lakukan observasi, riset, dan tentukan pola.
4. Jangan berhenti bermanuver dan tetaplah taktis.
Seorang negosiator jangan langsung men-judge seseorang sebelum tahu
data valid seseorang. Manuver adalah anticipation plan. Dampaknya harus
terukur dan terkendali, tidak merusak rencana sebelumnya. Manuver sebagai
jalan keluar darurat. Kapan mulai manuver?
Diawal pertemuan untuk mencairkan suasana saat tengah-tengah
pembicaraan karena pada setengah jam berjalan biasanya sudah dapat membaca
arah, pola dan irama negosiasi. Bermanuver berarti tetap aktif, waspada dan
pada menit-menit berikutnya. Dalam situasi apa bermanuver dilakukan :
a. Dalam situasi apabila kita mengetahui bahwa mitra kita jauh lebih siap
b. Bila arah negosiasi melenceng dari konsep awal
c. Bila kita mencium ada trik-trik yang tidak sehat
d. Saat negosiasi akan mengalami jalan buntu
5. Selalu ada yang terbaik diantara yang terburuk
Negosiasi memiliki karakteristik unik yaitu berupa uang, konsesi,
kompensasi yang dapat dipakai untuk bertukar nilai atau manfaat. Dalam
konsensi dan kompensasi erat kaitannya dengan spirit positivisme yaitu
a. Sikap Optimis
b. Suatu cara untuk membangun hubungan jangka panjang yang mutualis
c. Menyalakan antusiasme
6. Memberi sesuatu untuk mendapatkan sesuatu.
Negosiasi sebagai proses interaksi professional yang akan berulang-ulang
dalam situasi yang berbeda-beda, dapat teman adalah bonusnya. Negosiasi
8
hanya melibatkan dua pihak tidak ada pihak ketiga yang ikut serta karena akan
mengurangi keobjektifan negosiasi.
7. Fokus pada Isu bukan orang.
Maksudnya jangan terbawa emosi, kurang konsisten dan kurang
memahami isu yang dibahas, tetapi lebih melihat siapa orang yang bicara.
8. Jaga bahasa tubuh dan raut muka.
Gesture/bahasa tubuh sering lebih jujur dari perkataan seperti kata-kata
lewat bibir tetapi matanya menjelajah kemana-mana.
Prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam The Nucleus of Negotiation ini
bisa dengan mudah diingat karena menggunakan singkatan “TIP”. Dalam artikel ini,
kita akan membahas prinsip-prinsip yang terkandung dalam TIP.
TIP: “T” Stands For “TIME”
Salah satu elemen terpenting dalam negosiasi adalah TIME (waktu). Ada 6
peraturan (rule) penting di sini.
Rule 1 – The Dateline Rule
Dalam negosiasi manapun, dateline sangatlah penting. Karena orang-orang
mempunyai dateline (tenggat waktu) yang memungkinkan mereka untuk
mengambil keputusan dan bertindak. Jika tidak ada tenggat waktu, para negosiator
akan menghabiskan banyak waktu untuk mengambil keputusan dan kadang-kadang
bahkan tidak mengambil keputusan sama sekali. Jadi, sebelum Anda memulai
negosiasi, cari tahu apakah pihak lain mempunyai dateline yang harus dipenuhi.
Bila mereka tidak punya, maka Anda harus siap tidak mendapatkan keputusan dan
hasil sama sekali, atau keputusan itu butuh waktu yang sangat lama!
Rule 2 –Always Has A Dateline of Sorts
Kadang-kadang saat Anda bertanya, mereka mengatakan tidak
memiliki dateline dan mereka tidak sedang dikejar waktu. Jangan panik! Mereka
PASTI punya tenggat waktu, dan itu hanya gertakan saja. Bila mereka benar-benar
tidak punya, dalam kebanyakan kasus, mereka tidak bakal repot-repot bertemu,
berdiskusi, dan bernegosiasi dengan Anda. Tugas Anda sebagai negosiator adalah
9
mencari tahu dan menyelidikidateline mereka yang sebenarnya. Terkadang Anda
harus bertanya pada lebih dari satu orang. SELALU ada dateline, ketahuilah.
Rule 3 –Tighter Timeframe is at a Disadvantage
Bandingkanlah dateline mereka dengan dateline Anda. Jika sudah
membandingkannya, maka pertimbangkanlah skenario-skenario berikut:
1. Dateline Anda lebih singkat, pendek atau lebih cepat dari mereka.
2. Dateline Anda lebih panjang, longgar atau lebih lambat dari mereka.
Aturan ketiga mengatakan bahwa pihak dengan dateline lebih singkat dan pendek,
akan berada dalam posisi yang lemah. Ini dikarenakan dia menghadapi tekanan
yang lebih besar dan harus lebih cepat mengambil keputusan atau membuat
kesepakatan. Bila punya dateline lebih singkat, maka dia mendapat tekanan lebih
besar, yang membuat mereka cenderung lebih mudah berkompromi untuk
mencapai kesepakatan.
Maka dari itu, berhati-hatilah dalam memberikan informasi. Bila mereka
mengetahui bahwa dateline Anda lebih pendek dari mereka, maka Anda akan
berada pada posisi yang lebih lemah untuk melakukan negosiasi dan mencapai
kesepakatan.
Sebaliknya, bila dateline Anda lebih singkat dari mereka, tetapi Anda tetap
mengatakan atau memberikan kesan bahwa dateline Anda lebih panjang atau
longgar, maka mereka akan mengira bahwa mereka berada dalam posisi yang lebih
lemah, walaupun faktanya Andalah yang lebih lemah.
Satu hal yang dapat Anda lakukan bila dateline Anda lebih singkat dari mereka
adalah berdiskusi dengan bos Anda agar dia dapat memberikan kelonggaran
waktu. Dengan begitu, Anda akan mendapatkan keuntungan dalam bernegosiasi.
Rule 4 – All Datelines Should Be Analyzed
Jadi, Anda harus tahu bahwa negosiator yang baik dan paham betul akan
pentingnya dateline, mungkin tidak akan memberitahukan dateline yang
sebenarnya pada Anda. Anda harus lebih banyak bertanya, lakukan cross-
check pada orang lain, dan selidikilah lebih lanjut kebenaran informasi yang ada.
Bila terdapat banyak informasi yang tidak akurat dan tidak konsisten, itu
10
merupakan bukti bahwa mereka berbohong tentang dateline mereka. Bila mereka
tahu bahwa Anda mengetahui mereka berbohong tentangdateline mereka, maka
posisi Anda akan menjadi lebih kuat.
Rule 5 – Generally Patience Pays
Anda harus bersabar, tenang, dan jangan emosional dalam bernegosiasi.
Negosiator yang emosional kerap tidak dapat mengambil keputusan yang logis dan
benar, yang seringkali baru disesalkan kemudian. Mereka mungkin akan mencoba
untuk memprovokasi dan membuat Anda menjadi emosional. Jangan terpancing,
dan kekuatan akan tetap di tangan Anda.
Rule 6 – A Proposal Tended Closer to the Dateline Has More Credibility
Peraturan ini benar adanya. Bila ingin agar pihak lain berpikir bahwa ini
adalah tawaran terakhir Anda, maka Anda dapat memberikan proposal sedekat
mungkin dengan waktu dateline mereka. Ini akan menunjukkan pada mereka
bahwa Anda sudah memikirkan semuanya dengan matang, melihat segala
kemungkinan, dan ini adalah benar-benar tawaran terakhir Anda. Berikan tawaran
terakhir Anda pada waktu yang sedekat mungkin dengan dateline yang ada. Hal ini
mempunyai keuntungan yang lain, yaitu mereka tidak punya banyak waktu lagi
untuk melakukan tawar-menawar dan cenderung akan menerima tawaran Anda.
TIP: “I” Stands For “INFORMATION”
Sudah merupakan hal yang umum bahwa input dapat mengubah output.
Informasi (INPUT) yang Anda terima secara langsung atau tidak langsung akan
mempengaruhi tindakan, strategi, dan perilaku Anda (OUTPUT). Begitu pula,
informasi yang dimiliki oleh pihak lain juga akan mempengaruhi tindakan, strategi
dan perilaku mereka. Karenanya, Anda harus mencari informasi, mendengarkan
dengan seksama informasi-informasi penting yang mungkin diberikan secara tidak
sadar oleh pihak lain.
Karena input mempengaruhi output, Anda juga bisa memberikan informasi
yang relevan kepada mereka agar dapat mempengaruhi tindakan, strategi dan
perilaku mereka. Bagaimana Anda menghendaki mereka bertindak? Berikan
informasi yang nantinya dapat memberikan keuntungan bagi Anda.
11
Pertahankan selalu konsentrasi anda. Orang cenderung untuk memberikan
informasi secara ceroboh bila mereka kehilangan konsentrasi. Orang dapat
kehilangan konsentrasi bila mereka sedang lelah. Jadi sebelum bernegosiasi,
pastikan anda mendapatkan istirahat yang cukup. Bila memungkinkan, lakukan
negosiasi bila mereka sedang lelah, dan Anda sedang dalam kondisi puncak.
Memberikan informasi kepada pihak lain mungkin menunjukkan bahwa Anda
mempercayai mereka. Saling bertukar informasi dapat mempererat hubungan yang
ada. Namun berhati-hatilah bila mereka memberikan informasi kepada Anda. Jadi
perhatikanlah dengan baik informasi yang Anda berikan dan dapatkan.
TIP: “P” Stands For “POWER”
POWER adalah kemampuan Anda untuk mempengaruhi perilaku pihak lain.
Pertama-tama, Anda harus menyadari bahwa pada situasi apapun dalam negosiasi,
Anda SELALU punya kekuatan (power). Bahkan jika anda merasa tidak mempunyai
kekuatan dan berada dalam posisi yang lemah, anda tetap punya kekuatan.
Mengapa? Karena ada dua macam kekuatan:
1. Real Power (kekuatan yang sesungguhnya), karena kekuatan memang di tangan
Anda.
2. Perceived Power, yaitu Anda sebenarnya tidak mempunyai kekuatan, tetapi
pihak lain tidak tahu atau mengira kekuatan Anda lebih besar dari mereka.
Jadi, jika Anda tidak memiliki kekuatan, Anda dapat menciptakan kesan, bahwa
Anda mempunyai kekuatan. Sebenarnya, kita sering UNDER-ESTIMATE dengan
kekuatan kita sendiri ketika bernegosiasi, dan terlalu OVER-ESTIMATE kekuatan
pihak lain.
D. Gaya Negosiator
Negosiator yang terampil, yang secara teratur bertemu dengan banyak pihak
lain tahu bahwa mereka masing-masing mempunyai gaya bernegosiasi tersendiri. Di
dalam praktek negoisasi akan ditemukan tiga gaya negosiator, yaitu :
1) Tipe petarung (fighter).
Yaitu negosiator yang memiliki orientasi pada tugasnya, sangat tinggi.
12
2) Tipe kolaborator (collaborator)
Yaitu negosiator yang bertujuan untuk memperoleh segalanya ditempat
terbuka, menghadapi berbagai masalah dan membuat transaksi yang kreatif.
3) Tipe kompromistis.
Yaitu negosiator yang selalu berusaha mencari kompromi untuk
menyelesaikan persoalan.
Ketiga jenis negosiator tersebut sangat erat kaitannya dengan jenis organisasi
yang berbeda-beda didalam penerapannya.
Diantara ketiga tipe tersebut yang paling unggul sangat tergantung kepada
“ketrampilan, pelatihan dan pengalaman” yang dimiliki masing-masing negosiator.
E. Pertimbangan Strategik Dalam Negosiasi
Ada beberapa pertimbangan latar belakang yang akan mempengaruhi strategi
dalam negoisasi yaitu :
• Kemampu-ulangan dalam menjalin “relationship”
Persoalan mengenai kemampu-ulangan memberikan pengaruh penting pada
gaya dan berbagai taktik yang harus digunakan. Jika kita melakukan
serangkaian perjanjian dengan sebuah organisasi, maka kita perlu membangun
kemauan baik dan hubungan yang berkesinambungan dengan organisasi
tersebut. Kita akan berusaha mengenal satu sama lain secara pribadidan
mengembangkan suatu pola negoisasi satu sama lain.
• Mampu membaca kekuatan pihak lain.
Kekuatan ini sebagian merupakan persoalan situasi mereka. Jika mereka
merupakan satu-satunya orang yang dapat melakukan perjanjian itu dengan
kita, maka mereka berada dalam posisi yang kuat. Sebaliknya jika kita
mempunyai banyak pelanggan potensial (pensuplai). Maka mereka berada
dalam posisi relatif lemah.
• Mampu mendeteksi kemampuan pihak kita.
13
Kekuatan kita adalah kebalikan kekuatan mereka. Kita kuat jika menguasai
pasar, baik sebagai pembeli atau sebagai penjual, dan lemah jika kita hanya
merupakan satu dari banyak yang lain. Kita pun mempunyai suatu gaya yang
khas mengenai organisasi, kepribadian dan kekuatan kita yang harus kita
gunakan sebaik-baiknya.
• Makna penting perjanjian itu (nilai totalnya).
Perjanjian itu ada pentingnya. Jika kita bernegosiasi tentang ratusan juta rupiah
atau jika kita sedang bernegosiasi tentang suatu produk yang sudah terkenal di
pasar yang sudah mapan, diperlukan adanya perjanjian untuk mengikat kedua
belah pihak. Karena tanpa adanya perjanjian masing-masing akan merasa tidak
bertanggung-jawab terhadap hal-hal yang merugikan.
Pertimbangan strategik diatas akan berpengaruh terhadap keputusan kita dalam
rangka negoisasi, yaitu :
• Dengan siapa kita harus bernegoisasi.
• Sejauh manakah sasaran kita.
• Sasaran macam apa yang harus digunakan.
• Gaya negoisasi apa yang harus digunakan.
• Apakah masalah dan peluang khusus yang ada.
• Tim mana yang harus bernegoisasi untuk kita.
F. Tahap-tahap Negoisasi
Menurut Bill Scott (1991) Suatu negoisasi dapat dilakukan dengan melalui
tahap-tahap berikut ini :
1. Explorasi
Meliputi Kegiatan-kegiatan sbb:
a. Masing-masing pihak berusaha memahami tuntutan pihak lain.
b. Kedua pihak merasakan bersama jenis perjanjian apa yang mungkin dapat
dilaksanakan bersama.
c. Masing-masing pihak berusaha bersikap keras dan diperlihatkan satu
terhdap lainnya.
14
d. Lahir pengertian tentang permasalahan yang perlu diselesaikan selama
proses tawar menawar.
1. Penawaran
Salah satu pihak atau kedua belah pihak berusaha untuk mengajukan tawaran
terbaik yang mengarah kepada keuntungan terbaik bagi pihaknya.
2. Tawar menawar
Masing-masing pihak berusaha untuk mengajukan tawaran terbaik yang
mengarah kepada keuntungan terbaik bagi pihaknya.
a) Penyelesaian, jika tawar menawar tersebut telah diambang persetujuan.
b) Pengesahan, adalah berupa tulisan atau formalitas hukum yang lazim.
Cara penanganan tahap-tahap negoisasi ini berbeda-beda dari satu negosiasi
ke negosiasi yang lain. Seringkali tahapan itu tidak berurutan. Kadang-kadang pihak
yang bersangkutan mengelak maju atau mundur di antara tahapan-tahapan
tersebut. Seringkali mereka mengikuti urutan yang ada dalam salah satu aspek
perjanjian itu dan kemudian mulai lagi dari awal aspek yang kedua. Namun, untuk
mendapatkan pengendalian yang efektif atas proses negosiasi itu, negosiator harus
selalu menyadari adanya lima tahapan itu. Tetapi untuk negoisasi yang ekstensif
(berlangsung dalam jangka waktu agak panjang) dapat diikuti dalam tiga tahap
yaitu :
1. Tahap Persiapan.
• Tentukan strategi.
• Pilih sumber-sumbernya.
• Pilih temanya.
• Organisasi team.
• Rumusan sasaran dan komponen informasi.
• Detail persiapan.
• Persiapan fisik.
• Gladi bersih.
15
2. Pelaksanaan Negoisasi.
• Kemajuan dinilai berdasarkan standard yang telah ditentukan atau
dimungkinkan untuk membuat penetapan standard baru.
• Pengembangan prosedural-perencanaan dan kecepatan langkah negoisasi.
• Efektifitas team dan cara kerja kita.
• Pemeliharaan iklim/sasaran.
3. Evaluasi-Pasca Negoisasi.
• Strategi kita.
• Cara pelaksanaan negoisasi kita.
• Team kita (kewenangan dan tanggung jawabnya, pelatihan dsb).
• Pihak kita (gaya kerja dan efektifitasnya, fokus dst).
G. Pengaruh Kebudayaan yang Berbeda Terhadap Kemampuan Negosiasi
Kemampuan negoisasi dengan pengaruh kebudayaan yang berbeda adalah
suatu hal yang perlu “diketahui” dan “di-identifikasi”. Orang dari negara yang
berbeda mempunyai nilai, sikap, dan pengalaman yang berbeda. Mereka mempunyai
kekuatan dan juga kelemahan yang berbeda satu sama lain.
Seorang negosiator yang berkompeten harus mengembangkan gaya yang cocok
dengan kekuatannya sendiri. Janganlah berusaha untuk mengikuti gaya dan
kebudayaan yang lain. Hendaknya dia jangan mengikuti gaya orang lain di mana ia
mempunyai kekuatan, sedangkan pihak lain tidak; suatu gaya yang akan
menyebabkan dia menunjukkan kelemahan alamiahnya dan bukan kekuatannya
yang alamiah.
Ia perlu menyadari apa yang merupakan kekuatannya dan mempraktekkan
keterampilannya untuk memanfaatkan kekuatan itu. Ia juga harus sadar bahwa
orang lain bekerja secara lain. Menghormati cara-cara mereka yang berbeda tanpa
perlu tunduk kepadanya adalah penting.
Perbedaan tentang kebudayaan itu tidak saja mempengaruhi perilaku luaran
tersebut, melainkan juga menentukan nilai-nilai dasar dari para negosiator itu.
Setiap orang membawa berbagai asumsi yang berakar dalam meja negosiasi yang
mungkin dia sendiri tidak menyadarinya. Adapun berbagai perbedaan budaya yang
mempengaruhi gaya negosiasi adalah sebagaimana dibawah ini :
16
1. Budaya Amerika.
Pada umumnya diidentifikasikan dengan kecenderungan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
• Percaya diri dan mengedepankan profesionalisme.
• Kemampuan tawar menawar.
• Minatnya pada “system-paket”.
2. Gaya Budaya Jerman.
Mempunyai kecenderungan ciri-ciri sebagai berikut :
• Gaya yang teliti dan sistematik.
• Persiapan sangat matang, kaku dan tanpa kompromi.
• Penyampaian masalah dan penawaran dengan jelas dan tegas.
3. Gaya Budaya Inggris.
Mempunyai kecenderungan ciri-ciri sebagai berikut :
• Cenderung amatir dan berbeda sekali dengan gaya Amerika.
• Kurang adanya persiapan.
• Baik hati, ramah, suka bergaul, menyenangkan.
• Luwes dan tanggap terhadap inisiatif.
4. Gaya Budaya China.
Mempunyai kecenderungan ciri-ciri sebagai berikut :
• Atensi terhadap “wajah-diri” (penampilan, harga diri yang sering
ditunjukkan dengan kemewahan).
• Spesialisasi (negoisator memang harus ahli di bidangnya atau membawa
ahli-ahlinya selama negoisasi).
• Rasa curiga terhadap ras “barat”.
• Menyukai perhatin tulus terhadap keluarganya.
H. Psikologi dan Negosiasi
Masalah negoisasi dan psikologi individu sangat berkaitan erat satu sama
lainnya. Hal ini dapat ditinjau dari teori Maslow tentang “Hirarki kebutuhan
manusia”.
17
Hirarki kebutuhan manusia terdiri atas :
1. Kebutuhan dasar (Basic Need).
Kebutuhan kita yang paling penting ialah hidup, agar dapat tetap hidup. Untuk
tetap hidup, orang memerlukan makanan, air, tempat tinggal dan istirahat.
2. Kebutuhan rasa aman (Safety Need).
Kebutuhan yang menjadi dominan adalah kebutuhan akan keamanan. Berbagai
usahanya sekarang ditujukan untuk memperoleh keamanan, kenyamanan, dan
keselamatan.
3. Kebutuhan sosial (Social Need).
Jika ketiga kebutuhan diatas sudah terpenuhi, maka rasa memiliki menjadi
sangat penting baginya. Dia perlu merasa termasuk dan diterima oleh suatu
kelompok sosial.
4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem Need).
Individu yang kebutuhannya fisiknya, kebutuhan rasa aman dan memiliki telah
terpuaskan, mulailah ia menaruh minat pada kehormatan, yakni kebutuhan akan
rasa harga diri dan hormat dari orang lain.
5. Kebutuhan pengaktualisasian diri (Self Actualication Need).
Jika keempat macam kebutuhan diatas telah terpenuhi, maka kebutuhan yang
paling penting bagi individu sekarang adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan ini ditujukan demi kesempurnaan diri, keinginannya untuk menjadi
yang terbaik, dan untuk mewujudkan sepenuhnya kemampuannya. Kebutuhan
ini kadang disebut kebutuhan “kreatif”.
Hubungan antara teori Maslow dengan masalah praktis negosiasi adalah :
• Agar dapat mencapai tingkat yang paling tinggi seperti disarankan oleh
Maslow yakni tingkat kreatif, para negosiator pertama-tama harus
memperhatikan keempat tingkat sebelumnya.
• Biarpun kebutuhan untuk tetap hidup, rasa aman, dan sosial itu telah
dipenuhi, masih terdapat banyak orang yang nilai-nilainya tidak mencakup
keterbukaan, kejujuran dan kreativitas.
18
• Ketrampilan dalam negoisasi merupakan kebutuhan akan pengakun atau
tingkat kebutuhan yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, seorang negosiator
pada umumnya tidak pernah merasa puas sehingga akan selalu meningkatkan
kreativitasnya dan kebutuhan manusia itu tidak pernah ada habisnya.
• Negosiator yang tidak berpengalaman tidak akan memberikan perhatian yang
cukup pada pekerjaan persiapan yang melandasinya.
I. LOBBYING.
Yang dimaksud Lobbying adalah merupakan suatu pertemuan yang bersifat
“personal approach”, mempunyai maksud dan tujuan tertentu serta ingin
mengetahui mengenai suatu informasi atau data tertentu.
Adapun ciri-ciri lobbying adalah sebagai berikut :
1. Adanya suatu pertemuan para pihak secara informal.
2. Bersifat “personal approach”.
3. Adanya maksud atau tujuan tertentu.
4. Ingin mengetahui suatu informasi atau data tertentu.
Lobbying merupakan bagian/tahapan dalam negoisasi yakni : explorasi yang
informal.
Explorasi terdiri dari atas :
1. Explorasi formal.
Data-data tertulis yang diberikan.
1. Explorasi informal.
Informasi yang diperoleh dengan personal approach.
J. STUDY KASUS
HRD MEMBERI MASA PERCOBAAN TIGA BULAN KEPADA SEORANG GM
PROFESSIONAL
Rina direktur HRD di perusahaan swasta di Jakarta harus membajak seorang GM
profesonal yang berpengalaman dengan eputasi yang sangat cemerlang.
Norman(GM) dengan gaji 2,5juta per bulan, saat akan membuat kontrak ketenaga
kerjaan terdapat masalah karena perbedaan persepsi aturan main dalam
perekrutan tenaga kerja profesional/spesialis Rina bersikeras bahwa peraturan
19
mengenai masa percobaan 3 bulan harus tetap diberlakukan karena itu adalah
peraturan perusahaan. Sementara itu norman merasa bahwa proses perekrutan
harus dibedakan karena status dirinya adalah dibajak, bukan perekrutan biasa. Jadi
Norman menginginkan kontrak permanen langsung tanpa harus melalui masa
percobaan 3 bulan. Rina sedikit melunak dengan menawarkan kepada Norman
bahwa selama 3 bulan gajinya 30% dari yang disepakati, bilalolos maka mulai bulan
ke-4 menjadi 100% ditambah 3 kali 20% dari gaji yang ditahan
selamamasapercobaan 3 bulan, menurut Rina peraturan harus dihormati
karenabila sekali dilanggar akan berdampak terhadap staff lainnya untuk minta
perlakuan sama. Norman yang frustasi karena tidak bisa mendapatkan fleksibilitas
Rina selaku direktur HRD dalam bernegosiasi tentang perkara masa percobaan
tersebut akhirnya menawarkan sesuatu yang bersifat mengimbangi konsep Rina.
Inilah konsep Norman :
Selama 3 bulan pertama Norman setuju dengan masa percobaan dan syarat-
syaratnya, namun setelah Norman mampu menunjukkan hasil kerjanya bagus
bahkan lebih dari harapan perusahaan maka pada bulan ke-4,ia menuntut gajinya
menjadi 3,5 juta per bulan. Norman merasa negosiasi ini cukup adil baginya karena
dengan begitu ia pun berhak memberlakukan 3 bulan percobaan terhadap
perusahaannya. Kalau perusahaannya bagus, ia akan terus kalau tidak ia akan
mundur mencari perusahaan lain. Rina dihadapkan pada pilihan yang sulit.
Bagaimanapun juga Norman memiliki catatan prestasi gemilang di perusahaan
lamanya dan ia adalah jaminan bahwa profit perusahaa akan meningka pada waktu
mendatang dengan kata lain jangan sampai gagal merekrut Norman. Tetapi dengan
conter profesi yang diajukan Norman ini Rina harus bersikap bagaimana ?
1. Analisis Kasus / Identifikasi Personal
Rina sebagai Manager HRD yang
bertanggung jawab pada perekrutan :
a. Berdedikasi terhadap penegakan
peraturan perusahaan sesuai dengan
tugas dan fungsinya sebagai Manager
HRD, demi keadilan bersikap terhadap
Norman sebagai GM Professional yang
dibajak :
a. Percaya diri dan mengetahui dengan
jelas akan potensi dirinya, mengenai
kemampuan dan kapabilitas yang
besar yang ia miliki, hingga ia
20
seluruh staff perusahaan
b. Merupakan orang yang bertanggung
jawab terhadap pengambilan
keputusan dan pelaksana kebijakan
terkait dengan fungsi SDM/HRD dari
perusahaan yang ia wakili
c. Memberikan solusi demi tercapainya
tujuan dengan tawaran berupa 3
bulan masa percobaan dengan gaji 80
% dari yang disepakati (2,5 juta) dan
pada bulan ke – 4, menjadi 100 %
dengan tambahan 3 kali 20 % gaji
yang ditahan.
Tujuan :
1. Tidak boleh gagal dalam merekrut
Norman sebagai staff professional,
karena Norman merupakan jaminan
dalam peningkatan profit perusahaan
2. Tetap menegakkan peraturan yang
telah dibuat terhadap seluruh
karyawan dengan azas keadilan, agar
tidak timbul kecemburuan dari
karyawan/staff lainnya
3. Bertujuan untuk meningkatkan profit
perusahaannya dengan perekrutan
SDM yang berkapabilitas
memiliki daya jual yang tinggi akan
kemampuan dirinya tersebut
b. Frustasi terhadap tidak fleksibelnya
penetapan peraturan hingga
menawarkan solusi : Setuju dengan 3
bulan masa percobaan tetapi jika ia
mampu menunjukkan hasil kerjanya
lebih baik dari harapan perusahaan
maka pada bulan ke – 4, ia menuntut
kenaikan gajinya menjadi 3,5 juta
per bulan dan ia ingin menerapkan
masa percobaan yang sama terhadap
perusahaannya pula, yaitu jika dalam
tempo itu bagus maka ia terus dan
jika tidak maka ia mundur.
Tujuan :
1. Menginginkan perekrutan yang
berbeda dan istimewa atas dirinya
karena potensi yang juga berbeda
atasnya
2. Menginginkan gaji yang lebih besar
yang sesuai dengan kemampuan
yang ia miliki
3. Ingin memberlakukan sistem
percobaan yang sama terhadap
perusahaan demi keinginannya atas
tempat kerja dan mengabdikan diri
yang layak
2. Prinsip Utama Negosiasi Yang Berkaitan Dengan Kasus
a. Segala sesuatu layak dicoba
b. Selalu lakukan observasi, riset, dan tentukan pola
21
c. Selalu ada yang terbaik dari yang terburuk
d. Fokus pada isu bukan orang
e. Jaga bahasa tubuh dan raut muka
3. Opsi Solusi yang ditawarkan Terkait Dengan Kasus yang Bersangkutan
antara lain :
a. Opsi 1
Rina menerima persyaratan dari Norman berupa 3 bulan masa
percobaan dan pada bulan ke-4 jika Norman mampu menunjukkan hasil
kerja nya lebih baik dari harapan Perusahaan maka akan diberikan
kenaikan gaji menjadi Rp 3.500.000 perbulan dari sebelumnya Rp
2.500.000 perbulan .
Alasannya :
Karena Rina sebagai manajer HRD memiliki misi untuk jangan
sampai “GAGAL” merekrut Norman sebagai GM atau tenaga
profesional perusahaannya, akibat dari diindikasikannya Norman
sebagai jaminan dalam meningkatkan profit perusahaannya.
Tidak melanggar kebijakan perusahaan mengenai masa
percobaan 3 bulan dalam proses Recruitment pegawai atau staff
baru hingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial dari pegawai
atau staf lain.
Mengukur dari kemampuan perusahaan untuk memberikan
penggajian terhadap Norman dilihat dari solusi sebelumnya yang
diajukan oleh Rina sebagai manajer HRD sebagai :
Tawaran gaji pertama : Rp 2.500.000/bulan
Masa percobaan 3bulan :
Bulan I : 80% Rp 2.000.000
Bulan II : 80% Rp 2.000.000
Bulan III : 80% Rp 2.000.000
Bulan IV : 100% Rp 2.500.000
3kali 20% dari bulan sebelumnya Rp 1.500.000
Penerimaan bulan ke-4 Rp 4.000.000
22
Yang diinginkan Norman pada bulan ke-4 gaji dinaikkan menjadi
Rp 3.500.000. Hingga dapat dikatakan bahwa perusahaan
memiliki kemampuan yang cukup jika berkaitan dengan
penggajian atau permintaan Norman tersebut.
Ibu Rina sebagai manajer HRD mendapatkan jaminan lain dari
Norman secara langsung akan kapabilitasnya dalam bekerja hingga
mampu menjanjikan kinerja yang luar biasa melebihi dari
keinginan perusahaan.
Ibu rina sebagai manajer HRD yang mewakili perusahaan dengan
ini memberikan kesempatan kepada norman untuk mengenali dan
membuktikan bahwa perusahaan yang ia tempati saat ini adalah
perusahaan dengan kapabilitas yang juga luar biasa hingga ia
mempersilahkan norman untuk memberlakukan masa percobaan 3
bulan terhadap perusahaan.
OPSI 2 :
Rina menerima persyaratan dari Norman berupa 3 bulan masa
percobaan dan pada bulan ke-4 jika Norman mampu menunjukkan hasil
kerja nya lebih baik dari harapan Perusahaan maka akan diberikan
kenaikan gaji menjadi Rp 3.500.000 perbulan dari sebelumnya Rp
2.500.000 perbulan , dengan persyaratan tertentu dari perusahaan yang
diantaranya adalah :
a. Bersedia bekerja dengan target yang ditetapkan perusahaan
b. Mampu memberikan bukti kinerja nyata dalam tahapan masa
percobaan 3 bulan (dapat dilihat dalam grafik profit
perusahaan, kemajuan pemasaran, dan lain sebagainya)
c. Ditunjukkan dalam waktu periodikal dimana setiap bulan
Norman harus mampu menunjukkan progresnya
d. Konsekuensi yang akan ditanggung oleh norman jika hasil
kerjanya tidak sesuai dengan standar perusahaan ataupun
yang sudah ia janjikan maka kesepakatan akan kembali pada
opsi-1 sebesar Rp 2.500.000 perbulannya.
23
Adapun alasan diajukannya opsi ke-2 ini adalah cenderung sama
dengan alasan pada opsi-1 diatas tetapi dengan tambahan alasan
lainnya antara lain sebagai berikut :
Membuktikan kepada karyawan atau staff lainnya bahwa
peraturan dan kebijakan yang berlaku di perusahaan tetap
berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku dengan
sedikit tambahan keistimewaan berupa gaji yang
merupakan hasil dari kinerja yang diukur dengan target
perusahaan
Menunjukkan kepada Norman akan kesejajaran posisi
bargaining power yang juga dimiliki perusahaan, dimana
jika Norman gagal membuktikan dirinya maka akan
kembali pada tawaran pertama dari perusahaan
Memberikan jaminan yang lebih nyata akan janji Norman
sebelumnya untuk menunjukkan kinerjanya yang lebih baik
dalam bentuk target dan program-program perusahaan
24
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari studi kasus diatas dapat ditarik benang merah mengenai kesamaan
kepentingan antara pihak yang bernegosiasi, perusahaan dalam hal ini diwakili oleh
Rina dengan Norman selaku tenaga ahli yang mewakili dirinya pribadi. Tidak ada satu
pihak pun yang merasa dirugikan artinya kedua belah pihak sama-sama diuntungkan
yang mana kedua belah pihak mendapatkan keinginan mereka masing-masing, tanpa
merugikan pihak lain yang menjadi lawan dalam bernegosiasi. Sehingga arah dari
sebuah dari negosiasi kesepakatan bersama dengan azas WIN WIN SOLUTION dari
pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah negosiasi.
25
DAFTAR PUSTAKA
• Kotler, Philip, Marketing Management, analysis, planning, implementation, and
control. Englewoods Cliffs, New Jersey: Prentice- Hall Inc., 1994.
• Drucker, Peter with Joseph A. Maciariello, Management (Revised Edition). New
York: Harper Collins Publisher, 2008.
• Naisbit, John, Global Paradox, New York: Time Magazine publisher, 1994.
• Patton, Patricia, EQ di Tempat Kerja alih bahasa oleh Zaini Dahlan (Jakarta: PT
Pustaka Delaprasta, 1988)
• V. Thill, John and Courtland Bovee Excelence In Bussines Communications, New
York: Mc Graw Hill Inc, 1994.
• www.eiconsortium.org/technical_report.htm, Cherniss, Cary, et al. Bringing
Emotional Intelligence to the Work Place, 1998.
• http://www.marketing.co.id/blog/2012/08/20/dasar-dasar-dan-prinsip-
negosiasi-herb-cohen/