nefrotik syndrom
DESCRIPTION
perkemihanTRANSCRIPT
NEPROTIK SYNDROME
A.DEFINISI
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma yang
menimbulkan proteinuria hipoalbumin, hiper lipida
dan edema. ( Betz : 2002 ; 233 ).
Sindrom nefrotik adalah gangguan disfungsional
ginjal tanpa disertai peradangan biasa terjadi pada
usia anak 2-4 tahun.( Tucker : 2001 ; 975 ).
A.ETIOLOGI
Menurut suriadi ( 2001 : 218-219 ) syndrome nefrotik
disebabkan oleh :
Timbul setelah kerusakan glomerulus akibat
( systemic lupus erythematous, diabetes mellitus,
skle cell disease )
Respon alergi, glomerulusnepritis, yang berkaitan
dengan respon imun ( abnormal imunoglobilin )
B.PATOFISIOLOGI
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
glomerulus akan berakibat pada hilangnya protein
plasma dan akan terjadi proteinuria, kelanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbumin. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotic plasma
menurun sehingga cairan intravaskular berpindah
kedalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut
menjadikan volume cairan intravaskular berkurang,
sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hipovolemia. Menurunnya aliran darah ke
renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan
peningkatan sekresi ADH serta aldosteron sehingga
terjadi retensi natrium, air dan menjadi udem. Terjadi
peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat
dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein dan
lemak akan banyak dalam urine. Menurunnya respon
imun kaena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh hipoalbumin, hiperlipidemia, dan
defisiensi zat Zn ( Suriadi : 2001 ; 217 ).
C.MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suriadi ( 2001 : 219 ) tanda dan gejala dari
syndrome nefrotik adalah edema periorbital dan
tergantung pada ‘ pitting’ edema pada muka,
berlanjut ke abdomen serta genital dan extremitas,
anureksia, fatigue, nyeri abdomen, berat badan
meningkat.
D.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dari syndrome nefrotik
meliputi tanda klinis pada anak, riwayat infeksi
saluran nafas atas, analisa urine yaitu meningkatnya
protein dalam urine, menurunnya serum protein dan
biopsy ginjal ( Suriadi : 2001 ; 219 ). Menurut Tucker (
2001 : 975 ) pengkajian pada sindrom nefrotik
meliputi edema, oliguria, urine gelap dan berbusa,
berat badan bertambah, wajah bengkak, anureksia,
lesu, peka terhadap rangsang, asites, diare, muntah,
pucat atau dengan tanpa anemia, penurunan
kemampuan aktivitas.
E. PENATALAKSAAN
Medis
Menurut Ngastiyah ( 1997 ; 306-307 )
penatalaksanaan medis meliputi istirahat sampai
edema tinggal sedikit, diet tinggi
protein sebanyak 2-3 gr/Kg/BB dengan garam
minimal bila edema masih sedikit, mencegah
infeksi, diuretic, kortikosteroid, antibiotik bila
ada tanda-tanda infeksi.
Keperawatan
Menurut Ngastiyah ( 1997 : 307 ) pasien dengan
syndrome nefrotik perlu dirawat di rumah sakit
karena memerlukan pengawasan dan
pengobatana khusus. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan adalah edema yang berat, diet,
resiko terjadi komplikasi, pengawasan mengenai
pengobatan/ganguan rasa nyaman adan aman,
serta kurang pengetahuan mengenai
penyakit/umum.
F. FOKUS PENGKAJIAN
Menurut Suriadi ( 2001 : 209 ) pengkajian meliputi
riwayat perawatan edema , tanda- tanda vital, deteksi
dini hipovolemia, status hidrasi, monitor hasil
laboratorium dan pantau urine setiap hari ( adanya
proteinuria ), dan pengetahuan keluarga.
Menurut Tucker ( 2001 : 975 ) pengkajian pada
syndrome nefrotik meliputi proteinuria terutama
albumin, serpihan sel darah merah, peningkatan
berat jenis urine, tes klierens kreatinin normal serta
darah yaitu hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan
natrium.
G.FOKUS INTERVENSI
Menurut Tucker ( 2001 : 975- 977 ) ada beberapa
focus intervensi untuk pasien dengan neprotik
Syndrome :
a. Perubahan volume
cairan : kebihan volume dalam ruang interstitial
b/d perpindahan cairan dari plasma ke ruang
interstitial, permeabilitas protein pada glomerulus
dan retensi air serta natrium; potensial terjadi
kekurangan cairan dari ruang vaskulker ke ruang
intertisial.
Tujuan : penurunan edema, haluaran urin
meningkat dengan berat jenis urin menurun, tidak
adanya tanda dehudrasi.
Intervensi :
- Timbang berat badan/ hari
- Ukur input dan output.
- Ukur setiap spesimen yang
dikeluarkan.
- Kaji derajat edema.
- Ukur lingkar perut untuk memantau
derajat asites
- Beri kortikosteroid sesuai pesanan.
- Beri albumin rendah garam jika ada
pesanan
- Antisipasi diuresis dalam 3- 4 hari
dengan adanya berat badan menurun,
peningkata haluaran urin dan massa
jenis menurun. Sadari bahwa
dehidrasi dapat terjadi meskipun
kelebihancairan tetap ada.
- Pantau nadi, tekanan darah, untuk
hipovolemia.
b. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anorexia dan kelelahan dan atau pantau
pembatasan makanan.
Tujuan : konsumsi makanan yang adekuat
dengan kalori yang sesuai dengan usia dan berat
badan untuk menjaga kebutuhan metabolic.
Intervensi :
- Antisipasi bahawa diit tinggi protein
mungkin tidak boleh diberikan pada
anak.
- Rencanakan pemberisan makanan
dengan tim yang terlibat ( ahli gizi,
orang tua, anak dan perawat )
- Buat makanan yang menarik.
- Beri porsi makanan kecil tapi sering.
- Catat masukan untuk mengevaluasi
jumlah kalori yang masuk.
c. Perubahan integritas
kulit berhubungan dengan edema menyeluruh.
Tujuan : Kulit tetap utuh
Intervensi :
- Kaji warna, tekstur kulit , serta piting
edema
- Tinggikan kepala dengan bantal untuk
menurunkan edema
- Jaga kulit tetap kering dan hangat
- Ubah posisi setiap 2 jam
- Tempatkan bantal dibawah dan
diantara kaki untuk menhindari
penekanan
d. Potensial terjadi
infeksi b/d peningkatan kerentanan akibat edema
dan terapi kortikosteroid.
Tujuan : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi
Intervensi :
- Kaji TTV setiap 4 jam
- Kaji tanda- tanda infeksi
- Beri antibiotik sesuai dengan indikasi
- Beri tahu orang tua bahwa anak tidak
boleh mendapatkan imunisasi sampai
bebas dari proteinuria.
e. Intoleran aktivitas b/d
kelelahan
Tujuan : Pasien dapat memulai aktivitasnya lagi
seperti di rumah sakt sebelum pulang
Intervensi :
- Pertahankan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas hiburan
- Anjurkan aktivitas yang mendidik
sesuai dengan usia
- Izinkan anak menentukan tingkat
aktivitasnya sesuai dengan bimbingan
- Jadwalkan periode istirahat tiap hari
f. Potensial gangguan
citra tubuh b/d perubahan tubuh yang cepat dan
efek samping terapi steroid.
Tujuan : Pasien menyukai tentang dirinya
Intervensi :
- Anjurkan pasien untuk
mengekspresikan perasaan tentang
dirinya
- Anjurkan pasien untuk menanyakan
hal yang ingin diketahui
- Beri dukngan bahwa perubahan
tubuhnya tidak akan menetap dan
akan pulih kembali
- Dukung interaksi sosial
g. Kurang pengetahuan
b/d kurangnya informasi tentang perawatan diri di
rumah dan kebutuhan evaluasi.
Tujuan : Pasien dan keluarga tahu tentang
perawatan diri setelah di rumah dan intruksi
evaluasi
Intervensi :
- Jelakan sifat penyakit
- Diskusikan masalah diet
keseimbangan yang baik
- Diskusikan gejala yang muncul
kembali dan lapor dokter ( BB
meningkat, edema
meningkat,haluaran urin menurun )
- Antisipasi penggunaan kortikosteroid (
wajah bulat, nafsu makan meningkat,
bulu lebat, distensi abdomen, emosi
labil )
h. Cemas b/d efek
hospitalisasi
Tujuan: Cemas berkurang
Intervensi :
- Kaji cemas pasien
- Anjurkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
- Ber dukungan social pada orang tua
dan anak
- Ajak anak untuk berinterksi social.
H.PATHWAYS