naskah akademik perda subak.doc
TRANSCRIPT
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN DAERAH
TE N T A N G
SU B A K
I. Identifikasi Masalah
Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan masyarakat hukum
adat yang bercorak sosio religius yang sangat spesifik dan khas yang tumbuh dan
berkembang sepanjang sejarah berabad-abad telah memberikan sumbangan yang sangat
berharga terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat dan pembanguan di Provinsi Bali.
Subak yang selama ini dikenal di Bali pada dasarnya adalah suatu wadah atau organisasi
tempat berhimpunnya para petani dengan tekad dan semangat yang tinggi untuk bekerja
sama secara bergotong royong dalam upaya mendapatkan air dengan tujuan memproduksi
tanaman pangan khususnya padi dan palawija. dan pada umumnya beranggapan bahwa
bagaimana sebaiknya irigasi itu dapat dikelola agar mampu mencukupi kebutuhan air
berbagai tanaman pada saat tanaman itu kekurangan air. Karena lingkungan topografi dan
kondisi sungai-sungai di Bali yang umumnya curam, maka hal itu menyebabkan sumber
air untuk komplek petani persawahan umumnya cukup jauh, dan kadang-kadang mereka
harus membuat terowongan. (aungan). Kondisi ini yang menyebabkan para petani tidak
mampu bekerja sendiri-sendiri, dan mereka harus menghimpun diri dalam bentuk
kelompok, yang dikenal dengan sebutan organisiasi Subak yang berlandaskan konsepsi Tri
Hita Karana (THK), yang bermakna bahwa dalam proses berkehidupan menuju hidup yang
sejahtera, manusia harus berusaha menjaga kesejahteraan (mokshartam jagadhita), manusia
harus berusaha menjaga keserasihan hubungan antara manusia dengan penciptanya yakni
Tuhan Yang Maha Esa (parhyangan), manusia dengan manusia (pawongan) dan manusia
dengan alam lingkungannya (palemahan). Secara implisit konsepsi holistik Tri Hita Karana
mengandung pesan agar manusia mengelola dan menjaga kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungannya secara arif dan bijaksana dan alam merupakan anugrah Tuhan yang dapat
memberikan sumber kehidupan dan penghidupan bagi umat manusia. Oleh karena itu alam
harus dijaga dan dipelihara kelestariannya agar dapat dimanfaatkan bukan saja oleh
generasi masa kini melainkan juga oleh generasi-generasi seterusnya. Konsep Tri Hita
Karana sungguh relevan dengan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) yang kini begitu populer dan sering dijadikan rujukan oleh setiap
perencanaan pembangunan diberbagai sektor. Berkembangnya sektor sektor lain diluar
sektor pertanian menyebabkan kebutuhan air semakin meningkat dengan adanya alih
fungsi lahan, baik secara kuantitas, maupun kualitas, karena nanti persaingan terhadap
keperluan pemukiman dan sumber daya air semakin ketat sektor irigasi sangat penting
peranannya untuk menyediakan bahan makanan bagi penduduk maka disarankan;
(i) sistem irigasi harus responsive terhadap kepentingan petani,
(ii) penawaran dan permintaan terhadap air harus dapat dipertemukan sedekat
mungkin.
(iii) kehilangan air dan alih fungsi lahan harus diminimalkan. Untuk mencapai
hal-hal tersebut diperlukan penantaan kembali sistem fisik dan manajemen,
serta adanya modernisasi serta pengakuan dan penghormatan tersebut mesti
diatur dalam undang-undang yang bermakna diatur berdasarkan ketentuan
undang-undang, atau pengakuan dan penghormatan negara atas kesatuan
mayarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya harus memenuhi
ketentuan Undang-Undang.
Artinya, pengakuan dan penghormatan kesatuan mayarakat hukum adat dapat
diatur dengan Peraturan Daerah, asalkan berdasarkan atau memenuhi ketentuan
undang-undang, maka Subak pun perlu diakui dan dihormati dengan mengaturnya
dalam Peraturan Daerah. Pengaturan tentang Subak sudah dilakukan pada tahun
1972 yakni dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 02/PD/DPRD/1972
tentang irigasi yang ditetapkan pada tanggal 13 Desember 1972 oleh DPRD
Provinsi Bali. Namun sesuai perkembangan hukum dan masyarakat, menyebabkan
Perda tersebut tidak sesuai lagi dengan kebutuhan masyarakat, disamping ada
kecendrungan masyarakat untuk melakukan pemekaran Subak serta membentuk
Subak yang baru. Untuk menyikapi kecendrungan dimaksud perlu dibuatkan Perda
tentang Subak sehingga perlu diakui dan dihormati keberadaannya beserta hak-hak
tradisionalnya.
Data Statistik Subak
Subak yang tersebar di delapan kabupaten dan satu kota di Bali pada tahun 2003
tercatat 1.600 buah berkurang 42 buah menjadi 1.558 buah, menurun lagi 13 buah
menjadi 1.545 buah pada tahun 2008 dan pada 2008 tercatat 1.546 subak.
Di Kota Denpasar, misalnya awalnya terdapat 46 subah, namun sekarang hanya
masih tersisa 37 subak atau sembilan subak telah sirna. Kawasan subak yang ada
sekarang kondisinya compang-camping, karena di sela-sela sawah ada bangunan-
bangunan megah. Di Kota Denpasar dalam lima tahun terjadi penyusutan lahan dari
5.753 hektare masih tersisa 2.856 hektare dan itupun diperkirakan masih terus
menyempit lagi.
Sementara di Kabupaten Badung juga terjadi alih fungsi lahan, namun jumlah
subak justru meningkat berkat adanya pemekaran dari 113 subak pada 2003
sekarang menjadi 116 subak.
Lahan sawah beriigasi di Bali secara keseluruhan di Bali pada 2005 tercatat 87.850
hektare, namun sekarang hanya masih tersisa 82.664 hektare, sehingga menyusut
5.186 hektare. Sementara penyusutan lima tahun sebelum 2005 rata-rata 750
hektare setiap tahunnya untuk memenuhi berbagai kepentingan pembangunan,
termasuk tempat pemukiman baru.
Penyebab Masalah pada Implementing Agency (IA) :
Adapun pemerintah sebagai implementing agency dan stakeholder dalam kebijakan
irigasi subak di Bali menghadapi berbagai macam hambatan termasuk laju
peralihan alih fungsi lahan di Bali dari pertanian ke non-pertanian, belum ada
penataan, perlindungan, serta pelestarian yang signifikan bagi subak. Pemerintah
belum mampu menjamin kehidupan yang layak bagi para petani melalui subsidi
pertanian secara keseluruhan, pasar menyebabkan petani banyak merugi dan ini
merembet pada ketidakseriusan dalam mengelola subak dan pertanian itu sendiri.
Kendala untuk implementasi program pelestarian subak. Salah satunya minimnya
anggaran. Untuk di tahun 2013, belum ada dana bantuan dari pemerintah pusat.
Namun di tahun 2014 direncanakan tiap subak yang masuk Warisan Budaya Dunia
mendapat dana Rp 500 juta. Sementara anggaran dari Pemprov Bali masih sangat
kecil hanya Rp 300 juta. Anggaran dari Pemprov untuk WBD di tahun 2013 hanya
dapat Rp 300 juta. Untuk tahun 2014, diusulkan Rp 1,5 M tetapi hanya dapat Rp
350 juta. Dana itu untuk program penataan dan perbaikan saluran irigasi,
sosialisasi, membuat data base subak, dan lainnya.
Penyebab Masalah pada Role Occupant (RO) :
Dalam sepuluh tahun terakhir, jumlah petani Bali kian berkurang. Hasil Sensus
Pertanian 2013 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, jumlah petani tersisa
408.229 orang. Jumlah ini turun hingga 83.496 orang dibanding tahun 2003 lalu
yang mencapai 491.725 orang. Yang miris, penurunan jumlah petani terjadi hampir
di seluruh kabupaten di Bali. Rata-rata, penurunannya mencapai 1,84 persen. Hal
ini berimbas pada banyaknya alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian.
Sehingga, ini juga berdampak langsung pada eksistensi subak dari tahun ke tahun.
Masyarakat lebih fokus pada pengembangan lahan non pertanian dan tidak memilih
menjadi profesi petani, sehingga kurangnya kesadaran masyarakat menyebabkan
subak juga terancam, belum lagi persoalan musim kemarau, banyak petani merugi,
dan ketersediaan air di Bali yang semakin mengkhawatirkan.
II. Konsekuensi
Konsekuensi pada Masyarakat
Sesuai filosofi Tri Hita Karana, bilamana dua komponen dasar palemahan maupun
pawongan mengalami ketidakseimbangan, maka berimbas pada keseimbangan
parhyangan. Dimana masyarakat ke depannya akan mengalami banyak kesulitan
terkait ketahanan pangan dan pelestarian air melalui irigasi subak. Dalam aspek
kebudayaan, minimnya keterlibatan generasi muda yang cenderung memilih
teknologi, akan membuat keberadaan subak tradisional tergerus zaman dan
menghilangkan aset budaya yang bernilai tinggi di Bali.
Konsekuensi pada Pemerintah
Keberadaan subak yang diakui masuk Warisan Budaya Dunia secara tidak langsung
telah mempengaruhi peradaban dunia dalam penemuan teknologi tradisional pada
zamannya, dan daya tarik ini bukan saja bernilai materi melainkan pengetahuan
yang bernilai luhur. Sehingga pemerintah memiliki kewajiban moral dan sosial
kepada masyarakat untuk berkerja sama mempertahankan subak, dimulai dari
penataan pertanian untuk memepertahankan lahan basah, karena eksistensi subak
sangat bergantung pada laju pertumbuhan fungsi lahan pertanian di Bali yang
meningkat atau stagnan maupun yang semakin berkurang. Pemerintah juga harus
melakukan pelestarian air dengan spirit meningkatkan jumlah subak secara
menyeluruh. Perhatian pemerintah dapat dilihat dari penganggaran maupun
kebijakan yang pro pertanian dan petani.
III. Analisis Manfaat
Analisis Manfaat pada IA
- Terfokusnya dan terarahnya pembahasan Rancangan Peraturan Daerah dalam
rangka tersusun dan terbentuknya Peraturan Daerah tentang Urusan Pemerintah
Daerah Provinsi Bali, yang dapat diberlakukan secara efektif, baik dari segi
normatif maupun segi sosiologis.
- Dengan efektifnya pemberlakuan Peraturan Daerah dimaksud, maka Peraturan
Daerah tersebut, merupakan dasar hukum kewenangan yang sah (legal), bagi
Perangkat Daerah melaksanakan tugas dan fungsinya dalam penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan.
Analisis Manfaat pada RO
- Subak sebagai suatu sistem irigasi merupakan teknologi sepadan yang telah
menyatu dengan sosio-kultural masyarakat setempat. Kesepadan teknologi
system subak ditunjukkan oleh anggota subak tersebut melalui pemahaman
terhadap cara pemanfaatan air irigasi yang berlanadaskan Tri Hita Karana
(THK) yang menyatu dengan cara membuat bangunan dan jaringan fisik irigasi,
cara mengoperasikan, kordinasi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan yang
dilakukan oleh pekaseh (ketua subak), bentuk kelembagaan, dan informasi
untuk pengelolaannya. Sistem subak mampu melakukan pengelolaan irigasi
dengan dasar-dasar harmoni dan kebersamaan sesuai dengan prinsip konsep
THK, dan dengan dasar itu sistem subak mampu mengantisipasi kemungkinan
kekurangan air (khususnya pada musim kemarau), dengan mengelola
pelaksanaan pola tanam sesuai dengan peluang keberhasilannya. Selanjutnya,
sistem subak sebagai teknologi sepadan, pada dasarnya memiliki peluang untuk
ditransformasi, sejauh nilai-nilai kesepadanan teknologinya dipenuhi.
- Subak merupakan teknologi yang masih tradisional dan berkearifan lokal. Peran
manusia dalam tata bagi distribusi air untuk keperluan irigasi persawahan masih
didominasi oleh tenaga , kemampuan,kearifan dan sikap adil dari masyarakat
yang dipimpin oleh pemangku adat. Namun disinilah letak keunggulan dari
sitem subak. Kesadaran untuk bekerja secara sosial terbentuk tanpa menafikan
penguasaan atas lahan pribadi. Selain itu kearifan pemangku adat dalam
mmbagi jatah air pada masyarakat petani menjadi prototipe kepemimpinan
lokal yang berkeadilan.
IV. Analisis Konsekuensi
Implementing Agency yang berperan dalam hal ini adalah :
- Pemerintah Provinsi Bali
- Gubernur Provinsi Bali
- Bupati/Walikota
Role Occupant atau masyarakat sasaran yang akan langsung terkena keberlakuan
Peraturan Daerah ini adalah :
- Pekaseh/Kelian Subak
- Krama Subak
Hak dan Kewajiban
Pada dasarnya subak merupakan teknologi yang masih tradisional dan berkearifan
lokal. Peran manusia dalam tata bagi distribusi air untuk keperluan irigasi
persawahan masih didominasi oleh tenaga , kemampuan,kearifan dan sikap adil
dari masyarakat yang dipimpin oleh pemangku adat. Namun disinilah letak
keunggulan dari sitem subak. Kesadaran untuk bekerja secara sosial terbentuk
tanpa menafikan penguasaan atas lahan pribadi. Selain itu kearifan pemangku adat
dalam mmbagi jatah air pada masyarakat petani menjadi prototipe kepemimpinan
lokal yang berkeadilan.
Untuk memperoleh penggunaan air yang optimal dan merata, air yang berlebihan
dapat dibuang melalui saluran drainasi yang tersedia pada setiap komplek/blok
sawah milik petani. Sementara itu, untuk mengatasi masalah kekurangan air yang
tidak terduga, mereka melakukannya dengan cara-cara seperti:
1. saling pinjam meminjam air irigasi antar anggota subak dalam satu subak, atau
antar subak yang sistemnya terkait
2. melakukan sistem pelampias, yakni kebijakan untuk memberikan tambahan air
untuk lahan sawah yang berada lebih di hilir. Jumlah tambahan air ditentukan
dengan kesepakatan bersama,
3. melakukan sistem pengurangan porsi air yang harus diberikan pada suatu
blok/kompleks sawah milik petani tertentu, bila sawah tersebut telah mendapatkan
tirisan air dari suatu kawasan tertentu di sekitarnya. Jika debit air irigasi sedang
kecil, petani anggota subak tidak dibolehkan ke sawah pada malam hari,
pengaturan air diserahkan kepada pengurus Subak. Dengan demikian distribusi air
berjalan secara adil.
Pemerintah berkewajiban untuk mengawasi penggunaan lahan pertanian, fungsi
subak, dan memberikan subsidi pertanian, serta pelestarian subak melalui anggaran
yang tersedia.
Sanksi
- Awig-awig Subak
- Perizinan di bidang pertanian, melalui Persetujuan Pemerintah Bupati/Walikota
maupun Gubernur, untuk tata guna lahan.
Beban Finansial
- Iuran subak melalui organisasi subak itu sendiri maupun pungutan di tingkat
lokal
- Pemerintah dibebani anggaran untuk mengelola kebutuhan pertanian dan
mempermudah petani dalam menggarap lahannya, serta pelestarian subak
dengan biaya-biaya diperlukan melalui usulan anggaran di daerah.
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN DAERAH
TENTANG SUBAK
PROVINSI BALI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROVINSI BALI
REPUBLIK INDONESIA
2014
PERANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN PERDA TENTANG SUBAK
PROV. BALI
Nama Kelompok:
- Made Dita Widyantari 1103005072
- Putu Novi Pujayanti 1103005073
- Therisya Karmila 1103005101
- A.A.A. Indah Pradnya Paramita 1103005103
- Sisca Anggreni Md 1103005108
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014