mutasi guru bukan hukuman warta prioritasprioritaspendidikan.org/file/newsletter_6_sulsel(1).pdf ·...

4
PRAKTIK YANG BAIK WAJO – Para kepala SD/MI dan SMP/MTs serta guru se-Wajo memadati pameran pendidikan Wajo di kantor bupati Wajo pada 6 Maret 2014. Pameran itu juga dihadiri Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Wajo Hj Andi Faikah Burhanuddin Unru, yang juga istri bupati, staf Kemendikbud Jona Krisna, anggota DPRD, serta pejabat daerah lainnya. ”Pameran pendidikan yang diselenggarakan SD/MI dan SMP/MTs ini merupakan yang pertama di Wajo,” kata Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Wajo Drs Andi Sudirman MSi. Dalam pameran itu, terdapat 24 stan yang memajang karya siswa dan guru dari 24 sekolah mitra USAID PRIORITAS, yakni 16 SD/MI dan 8 SMP/MTs. Mereka memamerkan hasil kerajinan siswa, lembar kerja siswa, media pembelajaran, alat peraga, dan lain-lain. Direktur USAID PRIORITAS Stuart Weston menyatakan kagum terhadap perkembangan sekolah-sekolah binaan USAID PRIORITAS di Wajo. ”Sebenarnya daerah ini belum satu tahun dibina USAID PRIORITAS. Tapi, perkembangan sekolah binaan luar biasa. Dari foto-foto sekolah terlihat bahwa mereka sudah melakukan pembelajaran aktif yang telah kami berikan,” tuturnya. Ia juga memperkenalkan program USAID PRIORITAS kepada para audiens yang kebanyakan bukan berasal sekolah binaan USAID PRIORITAS. ”Program ini membuat para siswa tidak lagi belajar dengan model learning by listening, tetapi learning by doing. Dengan begitu, banyak karya kreatif tercipta seperti tampak di pameran ini,” tegasnya. Asisten 3 Bidang Administrasi Umum Dra Hj Andi Putri Anong yang membacakan sambutan bupati Wajo mengatakan bahwa siswa harus dididik sejak dini menjadi lebih kreatif dan inovatif. ”Tujuannya, generasi muda Indonesia tidak kalah dalam persaingan era globalisasi,” ujarnya. Dalam pameran itu, Roslianah, kepala SDN 6 Lapongkoda, memberikan apresiasinya terhadap program USAID PRIORITAS. ”Pembelajaran PAKEM telah meningkatkan mutu pembelajaran kami. Siswa menjadi lebih aktif dan percaya diri. Dulu pembelajaran sangat monoton, kami yang berbicara terus. Sekarang siswa senang belajar karena metodenya bervariasi. Kelas kami kini dipenuhi hasil kreativitas siswa seperti yang ada di stan kami,” paparnya. Pameran itu dikelola oleh para fasilitator USAID PRIORITAS Kabupaten Wajo. Sebelum pameran, mereka mendampingi sekolah-sekolah mitra sekitar dua bulan. Mereka membimbing guru-guru sekolah mitra dalam penerapan metode pembelajaran PAKEM atau kontekstual. Termasuk mematangkan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kepala sekolah dan tim pengembangan sekolah juga dilatih membuat rencana kerja sekolah (RKS). Hasilnya kemudian menjadi bahan pameran. USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan dan Siswa WARTA PRIORITAS Media Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan EDISI 06 / MARET - MEI 2014 Kreativitas Siswa di Pameran Pendidikan Wajo WARTA PRIORITAS WARTA PRIORITAS WARTA PRIORITAS Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator) Editor Mustajib (Communication Specialist) Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangan (TTO Primary), Fadiah Machmud (WSD), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist), Andi Irma, Bahar, Hamka, Azmi, Erni, Sira, dan Wiyah (DCs) ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi Selatan Telp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected] 2 4 8 1 3 2 (1) Hj Andi Faikah Burhanuddin Unru meninjau stan pameran berisi beragam kreatifitas siswa; (2) Di salah satu stand, Hj Faikah diperiksa dokter kecil, ide kreatif SDN 234 Inrello; (3) Siswa SMPN 3 Sengkang mempresentasikan kemampuan berbahasa Inggris cara membuat pisang goreng di depan undangan pameran. Mutasi Guru Bukan Hukuman Inovasi dan terobosan pembangunan terus digalakkan bupati Bantaeng, Prof. Dr. Ir. H.M Nurdin Abdullah, M.Agr untuk mewujudkan Incredible Bantaeng. Salah satu yang menjadi fokus perhatian peraih penghargaan bupati terbaik, Innovative Government Award 2013 dari Kemendagri itu adalah pembangunan sumber daya manusia kabupaten Bantaeng. Praktik terbaru yang dikerjakan dalam dunia pendidikan adalah mengembangkan sistem penataan pemerataan guru yang transparan. Tujuannya antara lain: (1) meningkatkan kualitas semua sekolah di Bantaeng baik yang ada di kota maupun di desa. Agar nantinya tidak terjadi kesenjangan kualitas pembelajaran karena kekurangan guru di satu sekolah dan kelebihan guru di sekolah yang lain. (2) mengelola redistribusi guru secara transparan dan akuntabel dengan pendekatan partisipatoris. Upaya ini penting karena menurut bupati ahli rekayasa bioteknologi pangan itu dapat menyadarkan stakeholder pendidikan, masyarakat dan khususnya guru bahwa mutasi guru bukanlah sebuah hukuman yang bertendensi politis. Inisiatif awal yang dilakukan Nurdin adalah membentuk Tim Penyusun Mutasi PNS di lingkup Dinas Pendidiakan Pemuda dan Olahraga Kab. Bantaeng. Ia meminta Kepala Dinas Dikpora, Dr. I. H. Syamsu Alam, M. Si., sebagai koordinator. Tim ini terdiri dari ketua (Sekretaris Dikpora), sekretaris tim (Kasubag Kepegawaian) dan anggota dari 18 orang Kepala Bidang, Kepala Cabang Dinas, Korwas, dan Kasi PAUD. Mandat utama tim ini sesuai SK antara lain: membuat database guru dan pegawai, menginventarisir data guru bersama dengan Kepala Cabang Dinas, mengerjakan pemetaan dan analisis kebutuhan guru dan pegawai. Nurdin, juga peraih Otonomy Award tiga kali berturut- turut itu sangat menghargai dukungan Program Penataan Guru USAID PRIORITAS yang bekerjasam dengan tim tersebut melakukan penataan dan pengelolaan redistribusi guru berdasarkan sistem database pendidikan terkini. Tahapan mutasi guru yang dilakukan oleh tim meliputi: (1) verifikasi fisik melalui vistasi lokasi, validasi data sesuai hasil analisis data guru bersama dengan tim PPG USAID PRIORITAS.Tujuannya, untuk memastikan kebutuhan sekolah akan guru, kelas, rombel dan kecukupan jam mengajar guru yang dimutasi; (2) penerimaan dan persetujuan surat permohonan mutasi.Tim membuka ruang bagi guru yang terkena program mutasi dapat menyampaikan pertimbangan kelayakan berpindah mengajarnya di sekolah yang dituju misalnya, karena kekurangan jam mengajar pasca berstatus guru sertifikasi; (3) rapat kesepakatan mutasi. Segenap guru yang akan dimutasi penting mengikuti rapat bersama dengan tim. Juga yang terlibat dalam rapat tersebut adalah pengawas gugus SD, pengawas SMP (dari wilayah sekolah sekarang dan wilayah mutasi), kepala sekolah yang melepaskan dan yang menerima. Pada tahap ini tim menyampaikan kepada semua pihak yang berkepentingan bahwa mutasi yang diadakan semata-mata bertujuan untuk peningkatan kualiatas pembelajaran dan pemerataan sumber daya guru di sekolah. Hingga saat ini tim yang dibentuk dan ditetapkan pada tanggal 30 Januari 2014 telah memutasi 200 orang guru di tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah. Menurut Kadis Dikpora, H. Syamsul Alam, tim mutasi tersebut telah bekerja secara transparan. Dalam setiap proses mutasi tim tidak memungut biaya, tidak ada transaksi sesuai kepentingan guru dan pihak terlibat, bahkan guru yang dimutasi berhak mengajukan surat keberatan jika keputusan dianggap tidak benar. Ketua tim mutasi guru, Drs. Basri, selalu berupaya meningkatkan kualitas dan melestarikan praktik baik dari program penataan dan pemerataan guru itu. Ia sangat menghargai fasilitasi tim PRIORITAS dalam pengelolaan sistem data base dan analisis data guru yang kemudian menjadi rujukan program mutasi. Sebagai ketua tim advokasi kebijakan program PPG USAID PRIORITAS dirinya saat ini tengah menggodok draf peraturan bupati yang akan menjadi sandaran legal pelaksanaan program PPG di masa mendatang. SDN 2 Unggulan Maros merupakan sekolah Non Mitra yang cukup memiliki nama di Maros. Di sekolah tersebut terdapat dua guru menjadi fasilitator daerah USAID PRIORITAS yaitu Ibu Hajerah Kadir dan Ibu Salwati. Keduanya tidak hanya dipercaya kepala sekolah menularkan pelatihan pembelajarannya ke guru- guru lain, tapi juga diminta memfasilitasi revisi RKAS disesuaikan dengan model USAID PRIORITAS. Revisi RKAS 2014 yang dilakukan untuk menyambut tahun ajaran baru 2014 ini, dilaksanakan di gedung SDN 2 Unggulan melibatkan sekitar 16 peserta. Mereka tidak ingin sekolah tempat mereka mengajar tidak menerapkan apa yang telah dilatihkan USAID PRIORITAS . “Jadi walaupun bukan sekolah mitra, kami harap kemajuannya dalam pembelajaran dan MBS menyamai bahkan kalau bisa melebihi sekolah mitra,” kata Alimuddin Assegaf pengawas sekolah di Turikale dan koordinator Fasilitator Daerah Maros yang juga ikut mendampingi revisi tersebut.. Alimuddin mengatakan kegiatan terlaksana berkat keberhasilan sekolah mitra USAID PRIORITAS terima pencairan dana BOS tercepat setelah RKAS yang mereka setor ke Dinas Pendidikan Maros dinyatakan paling memenuhi syarat akuntabilitas dan tepat sasaran. Menurut Alimuddin, RKAS yang dibuat oleh sekolah biasanya hanya mencontoh RKAS tahun sebelumnya, tanpa mengetahui logika penyusunan dan mempertimbangkan sasaran pokok yang ingin dicapai sekolah. Ia menjelaskan keunggulan RKAS model USAID PRIORITAS karena disusun berdasarkan RKT (Rencana Kerja Tahunan) yang berisi perencanaan untuk menangani isu strategis yang dihadapi sekolah. Agar RKAS akuntabel dan tepat sasaran, oleh karena itu, harus disusun bertahap, mulai dengan melakukan analisa evaluasi diri sekolah, menyusun issu strategis berdasarkan evaluasi tersebut, menyusun perencanaan yang dituangkan dalam RKT dan terakhir baru menyusun RKASnya. Dengan bertahap demikian, maka RKAS yang disusun akan lebih terarah untuk menjawab kebutuhan riil sekolah. Sekolah Unggulan Maros Adopsi Program USAID PRIORITAS Wakil Bupati dan Kadisdikpora Bantaeng membahas PPG bersama tim USAID PRIORITAS (dok)

Upload: doanliem

Post on 12-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mutasi Guru Bukan Hukuman WARTA PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/newsletter_6_sulsel(1).pdf · pameran pendidikan Wajo di kantor bupati ... (IT Specialist), Andi Irma, Bahar,

PRAKTIK YANG BAIK

WAJO – Para kepala SD/MI dan SMP/MTs serta guru se-Wajo memadati pameran pendidikan Wajo di kantor bupati Wajo pada 6 Maret 2014. Pameran itu juga dihadiri Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Wajo Hj Andi Faikah Burhanuddin Unru, yang juga istri bupati, staf Kemendikbud Jona Krisna, anggota DPRD, serta pejabat daerah lainnya. ” P a m e r a n p e n d i d i k a n y a n g diselenggarakan SD/MI dan SMP/MTs ini merupakan yang pertama di Wajo,” kata Kabid Dikdas Dinas Pendidikan Wajo Drs Andi Sudirman MSi.

Dalam pameran itu, terdapat 24 stan yang memajang karya siswa dan guru dari 24 sekolah mitra USAID PRIORITAS, yakni 16 SD/MI dan 8 SMP/MTs. Mereka memamerkan hasil kerajinan siswa, lembar kerja siswa, media pembelajaran, alat peraga, dan lain-lain.

Direktur USAID PRIORITAS Stuart Weston menyatakan kagum terhadap perkembangan sekolah-sekolah binaan USAID PRIORITAS di Wajo. ”Sebenarnya daerah ini belum satu tahun dibina USAID PRIORITAS. Tapi, perkembangan sekolah binaan luar biasa. Dari foto-foto sekolah terlihat bahwa mereka sudah melakukan pembelajaran aktif yang telah kami berikan,” tuturnya.

Ia juga memperkenalkan program USAID PRIORITAS kepada para audiens yang kebanyakan bukan berasal sekolah binaan USAID PRIORITAS. ”Program ini

membuat para siswa tidak lagi belajar dengan model learning by listening, tetapi learning by doing. Dengan begitu, banyak karya kreatif tercipta seperti tampak di pameran ini,” tegasnya.

Asisten 3 Bidang Administrasi Umum Dra Hj Andi Putri A n o n g y a n g m e m b a c a k a n sambutan bupat i Wajo mengatakan bahwa siswa harus dididik sejak dini menjadi lebih kreatif d a n i n o v a t i f . ”Tujuannya, generasi muda Indonesia tidak k a l a h d a l a m p e r s a i n g a n e r a globalisasi,” ujarnya.

Dalam pameran itu, Roslianah, kepala SDN 6 Lapongkoda, memberikan apresiasinya terhadap program USAID PRIORITAS. ”Pembelajaran PAKEM telah meningkatkan mutu pembelajaran kami. Siswa menjadi lebih aktif dan percaya diri. Dulu pembelajaran sangat monoton, kami yang berbicara terus. Sekarang siswa senang belajar karena metodenya bervariasi. Kelas kami kini dipenuhi hasil kreativitas siswa seperti yang ada di stan kami,” paparnya.

Pameran itu dikelola oleh para fasilitator USAID PRIORITAS Kabupaten

Wajo. Sebelum pameran, mereka mendampingi sekolah-sekolah mitra sekitar dua bulan. Mereka membimbing guru-guru sekolah mitra dalam penerapan metode pembelajaran PAKEM atau

kontekstual. Termasuk mematangkan pembuatan rencana pe laksanaan pembelajaran (RPP). Kepala sekolah dan tim pengembangan sekolah juga dilatih membuat rencana kerja sekolah (RKS). Hasilnya kemudian menjadi bahan pameran.

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Siswa

WARTA PRIORITASMedia Diseminasi Praktik Inovasi di Bidang Pendidikan Dasar di Sulawesi Selatan

EDISI 06 / MARET - MEI 2014

Kreativitas Siswa di Pameran Pendidikan Wajo

WARTA PRIORITASWARTA PRIORITASWARTA PRIORITAS

Penanggung Jawab Jamaruddin (Provincial Coordinator)

Editor Mustajib (Communication Specialist)

Tim Redaksi Nensilianti (TTI Development Specialist), Saiful Jihad, (TTO Secondary), Amir Mallarangan (TTO Primary), Fadiah Machmud (WSD), M. Ridwan Tikollah (GMS), La Malihu (M/E Specialist), Abdul Rahman Patta (IT Specialist), Andi Irma, Bahar, Hamka, Azmi, Erni, Sira, dan Wiyah (DCs)

ALAMAT Jl. Rutan No. 75-77, Gunung Sari Baru, Makassar - Sulawesi SelatanTelp. dan Fax: 0411-885595, 886898, E-mail: [email protected]

2 4

8

1

3

2

(1) Hj Andi Faikah Burhanuddin Unru meninjau stan pameran berisi beragam kreatifitas siswa; (2) Di salah satu stand, Hj Faikah diperiksa dokter kecil, ide kreatif SDN 234 Inrello; (3) Siswa SMPN 3 Sengkang mempresentasikan kemampuan berbahasa Inggris cara membuat pisang goreng di depan undangan pameran.

Mutasi Guru Bukan HukumanInovasi dan terobosan pembangunan

terus digalakkan bupati Bantaeng, Prof. Dr. Ir. H.M Nurdin Abdullah, M.Agr untuk mewujudkan Incredible Bantaeng. Salah satu yang menjadi fokus perhatian peraih penghargaan bupati terbaik, Innovative

Government Award 2013 dari Kemendagri itu adalah pembangunan sumber daya manusia kabupaten Bantaeng. Praktik terbaru yang dikerjakan dalam dunia pendidikan adalah mengembangkan sistem penataan pemerataan guru yang transparan. Tujuannya antara lain: (1) meningkatkan kualitas semua sekolah di Bantaeng baik yang ada di kota maupun di desa. Agar nantinya tidak terjadi kesenjangan kualitas pembelajaran karena kekurangan guru di satu sekolah dan kelebihan guru di sekolah yang lain. (2) mengelola redistribusi guru secara transparan dan akuntabel dengan pendekatan partisipatoris. Upaya ini penting karena menurut bupati ahli rekayasa bioteknologi pangan itu dapat menyadarkan stakeholder pendidikan, masyarakat dan khususnya guru bahwa

mutasi guru bukanlah sebuah hukuman yang bertendensi politis.

Inisiatif awal yang dilakukan Nurdin adalah membentuk Tim Penyusun Mutasi PNS di lingkup Dinas Pendidiakan Pemuda dan Olahraga Kab. Bantaeng. Ia meminta Kepala Dinas Dikpora, Dr. I. H. Syamsu Alam, M. Si., sebagai koordinator. Tim ini terdiri dari ketua (Sekretaris Dikpora), sekretaris tim (Kasubag Kepegawaian) dan anggota dari 18 orang Kepala Bidang, Kepala Cabang Dinas, Korwas, dan Kasi PAUD. Mandat utama tim ini sesuai SK antara lain: membuat database guru dan pegawai, menginventarisir data guru bersama dengan Kepala Cabang Dinas, mengerjakan pemetaan dan analisis kebutuhan guru dan pegawai. Nurdin, juga peraih Otonomy Award tiga kali berturut-turut itu sangat menghargai dukungan Program Penataan Guru USAID PRIORITAS yang bekerjasam dengan tim tersebut melakukan penataan dan p e n g e l o l a a n re d i s t r i b u s i g u r u berdasarkan sistem database pendidikan terkini.

Tahapan mutasi guru yang dilakukan oleh tim meliputi: (1) verifikasi fisik melalui vistasi lokasi, validasi data sesuai hasil analisis data guru bersama dengan tim PPG USAID PRIORITAS. Tujuannya, untuk memastikan kebutuhan sekolah akan guru, kelas, rombel dan kecukupan jam mengajar guru yang dimutasi; (2) penerimaan dan persetujuan surat permohonan mutasi. Tim membuka ruang bagi guru yang terkena program mutasi dapat menyampaikan pertimbangan kelayakan berpindah mengajarnya di sekolah yang dituju misalnya, karena

kekurangan jam mengajar pasca berstatus guru sertifikasi; (3) rapat kesepakatan mutasi. Segenap guru yang akan dimutasi penting mengikuti rapat bersama dengan tim. Juga yang terlibat dalam rapat tersebut adalah pengawas gugus SD, pengawas SMP (dari wilayah sekolah sekarang dan wilayah mutasi), kepala sekolah yang melepaskan dan yang mener ima . Pada tahap in i t im menyampaikan kepada semua pihak yang berkepentingan bahwa mutasi yang diadakan semata-mata bertujuan untuk peningkatan kualiatas pembelajaran dan pemerataan sumber daya guru di sekolah.

Hingga saat ini tim yang dibentuk dan ditetapkan pada tanggal 30 Januari 2014 telah memutasi 200 orang guru di tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah. Menurut Kadis Dikpora, H. Syamsul Alam, tim mutasi tersebut telah bekerja secara transparan. Dalam setiap proses mutasi tim tidak memungut biaya, tidak ada transaksi sesuai kepentingan guru dan pihak terlibat, bahkan guru yang dimutasi berhak mengajukan surat keberatan jika keputusan dianggap tidak benar. Ketua tim mutasi guru, Drs. Basri, selalu berupaya meningkatkan kualitas dan melestarikan praktik baik dari program penataan dan pemerataan guru itu. Ia sangat menghargai fas i l i tas i t im PRIORITAS dalam pengelolaan sistem data base dan analisis data guru yang kemudian menjadi rujukan program mutasi. Sebagai ketua tim advokasi kebijakan program PPG USAID PRIORITAS dirinya saat ini tengah menggodok draf peraturan bupati yang akan menjadi sandaran legal pelaksanaan program PPG di masa mendatang.

SDN 2 Unggulan Maros merupakan sekolah Non Mitra yang cukup memiliki nama di Maros. Di sekolah tersebut terdapat dua guru menjadi fasilitator daerah USAID PRIORITAS yaitu Ibu Hajerah Kadir dan Ibu Salwati. Keduanya tidak hanya dipercaya kepala sekolah menularkan pelatihan pembelajarannya ke guru-guru lain, tapi juga diminta memfasilitasi revisi RKAS disesuaikan dengan model USAID PRIORITAS. Revisi RKAS 2014 yang dilakukan untuk menyambut tahun ajaran baru 2014 ini, dilaksanakan di gedung SDN 2 Unggulan melibatkan sekitar 16 peserta.

Mereka tidak ingin sekolah tempat mereka mengajar tidak menerapkan apa yang telah dilatihkan USAID PRIORITAS . “Jadi walaupun bukan sekolah mitra, kami harap kemajuannya dalam pembelajaran dan MBS menyamai bahkan kalau bisa melebihi

sekolah mitra,” kata Alimuddin Assegaf pengawas sekolah di Turikale dan koordinator Fasilitator Daerah Maros yang juga ikut mendampingi revisi tersebut..

Alimuddin mengatakan kegiatan terlaksana berkat keberhasilan sekolah mitra USAID PRIORITAS terima pencairan dana BOS tercepat setelah RKAS yang mereka setor ke Dinas Pendidikan Maros dinyatakan paling memenuhi syarat akuntabilitas dan tepat sasaran. Menurut Alimuddin, RKAS yang dibuat oleh sekolah biasanya hanya mencontoh RKAS tahun sebelumnya, tanpa mengetahui logika penyusunan dan mempertimbangkan sasaran pokok yang ingin dicapai sekolah. Ia menjelaskan keunggulan RKAS model USAID PRIORITAS karena disusun berdasarkan RKT (Rencana Kerja Tahunan) yang berisi perencanaan untuk menangani isu strategis yang dihadapi sekolah. Agar RKAS akuntabel dan tepat sasaran, oleh karena itu, harus disusun bertahap, mulai dengan melakukan analisa evaluasi diri sekolah, menyusun issu strategis berdasarkan evaluasi tersebut, menyusun perencanaan yang dituangkan dalam RKT dan terakhir baru menyusun RKASnya. Dengan bertahap demikian, maka RKAS yang disusun akan lebih terarah untuk menjawab kebutuhan riil sekolah.

Sekolah Unggulan Maros Adopsi Program USAID PRIORITAS

Wakil Bupati dan Kadisdikpora Bantaeng membahas PPG bersama tim USAID PRIORITAS (dok)

Page 2: Mutasi Guru Bukan Hukuman WARTA PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/newsletter_6_sulsel(1).pdf · pameran pendidikan Wajo di kantor bupati ... (IT Specialist), Andi Irma, Bahar,

BERITA BERITA

Prof Arismunandar: Jadilah Pendidik Inspiratif! Banyak Metode untuk Tingkatkan Mutu Pendidikan

Prof. Dr. Arismunandar memberi sambutan dan membuka acara pelatihan (22/4)

BONE – Saat membuka pelatihan PAKEM di gedung PGRI Bone (1/4), Bupati Bone Dr H A. Baso Fahsar Mahdin Padjalangi MSi berharap agar wawasan dan keterampilan yang diberikan USAID PRIORITAS kepada para guru mampu membawa perubahan kondisi mutu pendidikan di Bone. Bupati mengakui, tingkat pendidikan setempat masih rendah, di bawah sepuluh besar dari kabupaten-kabupaten lain di Sulawesi Selatan. Karena

i t u , D i n a s Pe n d i d i k a n B o n e berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan di Bone. Mereka berharap bisa masuk sepuluh besar pada 2014, terutama setelah adanya program USAID PRIORITAS.

” S e k o l a h h a r u s d i b u a t menyenangkan dan kreatif serta tidak boleh menjadi momok bagi anak-anak. Kalau anak-anak takut di sekolah, antusiasme belajar mereka turun. Dampaknya, mutu pendidikan di kabupaten ini akan tidak baik,” tegasnya.

D i a s a n g a t m e n d u k u n g pembelajaran PAKEM yang diperkenalkan USAID PRIORITAS. Menurut bupati, untuk menciptakan kelas yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan, mindset guru harus diubah. ”Guru mesti kreatif dengan terus m e n a m b a h p e n g e t a h u a n d a n keterampilan, kemudian menerapkannya,” ujarnya.

Diharapkan sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS bisa meluluskan

siswanya hingga seratus persen. ”Karena itulah, mutu pembelajaran sekolah mitra harus meningkat. Tidak ada lagi alasan apabila ada yang tidak lulus karena USAID P R I O R I TA S t e l a h m e m b e r i k a n pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk para guru,” paparnya.

Sementara itu, M. Amir Malarangang, TTO USAID PRIORITAS, mengatakan bahwa USAID PR IORITAS s i ap mendukung kerja bupati dan menggenjot mutu pendidikan di Bone. Hal itu, kata dia, termasuk program kerja USAID PRIORITAS.

Pelatihan PAKEM tersebut melibatkan 124 orang yang terdiri atas kepala UPTD, pengawas, kepala sekolah, dan guru. Para kepala sekolah dan guru itu berasal dari 12 SD dan empat MI di Kecamatan Tanete Riattang Timur dan Awangpone. Kegiatan tersebut dipandu fasilitator nasional Dr Hj Sulastriningsih dari UNM serta Drs H Suddin Bani MAg dari UIN.

Bupati Bone: Kualitas Sekolah Mitra Harus Meningkat!TAKALAR – Sebagai mitra baru USAID PRIORITAS, Takalar

mendapatkan beberapa program bantuan teknis untuk peningkatan mutu pendidikan. Setelah sebelumnya para guru dilatih metode pengajaran PAKEM untuk tingkat SD/MI, pembelajaran kontekstual untuk SMP/MTs, dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), Takalar menerima bantuan teknis pendampingan penataan dan pemerataan guru. Tujuannya, menata dan membuat distribusi guru menjadi seimbang dengan rasio jumlah murid yang diajarnya. Menurut Sekda Takalar Ir Nirwan Nasrullah, Takalar mengalami kelebihan guru, namun persebarannya belum baik. Karena itu, diperlukan penataan guru.

”Program penataan guru ini sangat baik karena sesuai dengan visi dan misi pemkab untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kami berharap, diknas, bappeda, dan BKD dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan program ini,” tegas Sekda (12/5).

Dalam pertemuan tersebut terungkap bahwa data potensi pendidikan dasar (dapodikdas) untuk wilayah Takalar yang diterbitkan Kemendikbud tidak sepenuhnya akurat. Dibutuhkan pembaruan dan pengecekan langsung di lapangan. Tercatat ada

tiga SD yang datanya tidak lazim. Misalnya, ada SD yang memiliki delapan rombongan kelas, namun siswanya cuma satu. ”Data

seperti ini tidak mungkin valid. Ini bisa jadi disebabkan kesalahan input oleh pihak sekolah saat memasukkan data pada aplikasi dapodikdas,” tegas Jamaruddin, provincial coordinator USAID PRIORITAS. Karena itu, USAID PRIORITAS berkomi tmen mendampingi dalam pengumpulan data dengan membantu pembentukan tim analisis data tingkat kabupaten.

Di hadapan para pejabat setempat, USAID PRIORITAS juga mengenalkan software simdikdas, aplikasi analisis keadaan sekolah yang bisa menunjukkan jumlah rombel, guru, siswa dan rasionya. Hasil analasis data dengan software tersebut diharapkan bisa menjadi acuan dalam

memahami isu strategis penataan dan pemerataan guru. Termasuk, kebijakan yang akan diambil oleh pemkab untuk menangani isu tersebut.

Kabid Dikdas Takalar Darwis mengatakan, pihaknya mendukung penuh program itu. ”Agar kami bisa mencapai standar pelayanan mutu yang telah ditetapkan secara nasional,” pungkasnya.

2

MAKASSAR. Jadilah pendidik yang inspiratif! Demikian pesan Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Dr H Arismunandar MPd kepada para peserta yang akan menjadi fasilitator modul II USAID PRIORITAS di Hotel M Regency, Makassar, (22/4). Menurut Prof Arismunandar, ilmu memang harus dikuasai. Namun, yang lebih penting adalah guru bisa menginspirasi siswa-siswa untuk berpikir besar dan bercita-cita tinggi. Para guru selayaknya selalu memberikan pujian dan kata-kata positif kepada siswa.

”Menepuk-nepuk punggung dan

mengatakan hal positif, walaupun sepele, bisa membuat siswa lebih percaya diri dan meningkatkan penghormatan atas dirinya,” paparnya. Hal-hal kecil tersebut akan membangun karakter siswa untuk berani tampil saat menghadapi tantangan pada masa depan. Ia menambahkan, kurikulum 2013 yang disusun untuk membangun karakter siswa selaras dengan pelatihan yang akan diterima para peserta.

Sementara itu, mengutip pernyataan Dirjen Dikti Prof Djoko Santoso, P rov i nc i a l Coord ina tor USA ID PRIORITAS Jamaruddin menyebut bahwa

pembelajaran USAID PRIORITAS meneguhkan demokratisasi dalam pendidikan. Untuk membuat siswa bertanggung jawab dan kreatif, metode zaman dulu yang teacher centered diubah menjadi student centered. Dengan begitu, siswa lebih berperan dalam pembelajaran.

Pelatihan pada 22-29 April 2014 itu diikuti 66 fasilitator. Mereka berasal dari tiga daerah kohor 1 USAID PRIORITAS, yakni Bantaeng, Wajo, dan Maros, serta dua daerah eks DBE Pinrang dan Enrekang. Ada 12 dosen dari UNM dan UIN yang menjadi peserta pelatihan, termasuk enam orang dari Kemenag dan dinas pendidikan. Total pesertanya 89 orang.

Para peserta akan dilatih tentang pengelolaan pembelajaran secara efektif dengan melayani perbedaan individu tiap siswa. Tujuannya, menanamkan kesadaran gender dalam penerapan di sekolah serta mampu membuat siswa inovatif dan kreatif dengan pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi. Materi lain yang tak kalah penting ialah literasi.

Untuk menunjang tercapainya tujuan pelatihan pembelajaran aktif ini, para peserta dibekali pengetahuan dan keterampilan tentang kepemimpinan sekolah yang efektif. ”Tanpa dukungan kepemimpinan sekolah yang efektif, pembelajaran efektif tak mungkin terlaksana,” jelas Jamaruddin.

Penataan dan Pemerataan Guru di Takalar

3

TAKALAR – Para guru di Takalar menuai banyak manfaat dari program pendidikan USAID PRIORITAS seperti pelatihan PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) untuk SD/MI serta pembelajaran kontekstual untuk SMP/MTs. Setelah itu, diadakan pelatihan manajemen berbasis sekolah (MBS) bagi kepala sekolah, guru, komite, dan pengawas di gedung PKK Takalar pada 12–14 Maret 2014.

Ada 90 peserta dari 16 SD/MI dan 46 lainnya dari delapan SMP/MTs. Setiap sekolah rata-rata mengirimkan kepala sekolah, dua guru, dan dua anggota komite sekolah.

Pelatihan MBS mendapat apresiasi para peserta. Sebab, materinya yang mencakup metode penyusunan rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT), serta rencana kegiatan dan anggaran s e k o l a h ( R K A S ) a m a t dibutuhkan sekolah. Dengan pelat ihan tersebut, para peserta bisa mengetahui kiat mendorong peran masyarakat dan variasi penggalian dana untuk pembiayaan manajemen sekolah.

”Pelatihan penyusunan R K S , R K T, d a n R K A S memudahkan kami dalam memperoleh pencairan dana

BOS dan proposal lainnya. Perencanaan dan proposal sekolah kami menjadi lebih sistematis dan terarah. Selama ini kami sudah menyusun RKS dan RKT, namun tidak sedetail seperti ini,” kata Drs Abdullah, kepala SMPN 1 Takalar.

Ia menambahkan, pengga l ian p a r t i s i p a s i m a s y a r a k a t u n t u k pengembangan sekolah bisa dilakukan lewat cara lain. ”Di dalam kelompok, kami telah menyusun rencana penggalian dana lewat lewat presentasi di depan alumni-alumni yang potensial serta perusahaan. Kiat lainnya ialah membuat kantin dan los-los baru serta mendaur ulang sampah,” paparnya.

Pernyataan senada disampaikan Hj Siti Zaenab, kepala SDN 145 Inpres Bayowa. Menurut dia, pelatihan itu sangat bermanfaat. ”Sebelumnya saya tidak mengetahui kalau kita bisa menggerakkan dana dari masyarakat. Kami takut itu dianggap pungutan” terangnya.

Menurut dia, materi tentang metode mendorong peran masyarakat memicunya untuk lebih intens berkoordinasi dengan komite sekolah. Pihaknya pun siap m e n g a j a k m a s y a r a k a t u n t u k menyumbangkan dana dan tenaga bagi sekolah.

Kepala UPTD Kecamatan Galesong Drs Abbas MM berharap agar hasil pe l a t i han ter sebut benar-benar diimplementasikan di sekolah. Bahkan, ia berjanji mengawasi langsung dan menagih satu per satu sekolah dalam pelaksanaan MBS. Ia menambahkan, sebagai bentuk komitmen terhadap program USAID PRIORITAS, bupati Takalar telah memerintahkan mendiseminasi kegiatan-kegiatan tersebut.

Halwiyah, koordinator daerah Takalar USAID PRIORITAS, berharap, dengan pe lat ihan i tu penge lo la sekolah mengetahui metode manajemen sekolah dan strategi yang melibatkan masyarakat. ” A p a b i l a s e ko l a h m e n e r a p k a n pengetahuan dan keterampilan dari pelatihan ini dengan baik, pembelajaran dijamin lebih baik dan lancar,” tuturnya.

Jamaruddin menjelaskan misi program di hadapan Sekda Kabid Dikdas Takalar, dan aparatur kabupaten yang lain (12/5).

Kepala Sekolah SMPN I, Drs Abdullah MM terlibat aktif dalam diskusi penyusunan RKS dengan tim pengembang sekolah, selama pelatihan berlangsung.

Bupati Bone (tengah) membuka acara pelatihan PAKEM di Bone (1/4).

Page 3: Mutasi Guru Bukan Hukuman WARTA PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/newsletter_6_sulsel(1).pdf · pameran pendidikan Wajo di kantor bupati ... (IT Specialist), Andi Irma, Bahar,

BANTAENG. Sekolah Negeri 63 Bonto Jonga Bantaeng memiliki sekolah jauh yang letaknya sangat terpencil di desa Pa’bumbu-ngan di hutan Babangin di puncak pegunungan Lompobattang yang ketinggiannya mencapai 1200 mdpl. Hutan Babangin adalah hutan lindung yang cukup

lebat dan merupakan tempat pelestarian binatang langka Anoa. Karena lokasi yang susah untuk dijangkau, populasi penduduk di daerah terpencil tersebut juga sangat sedikit, yaitu kurang lebih terdapat 40 rumah. Satu rumah biasa dihuni satu atau dua kepala keluarga. Jarak dari Bantaeng kota ke sekolah tersebut sekitar 21 km. Jarak dari sekolah induk SD Negeri 63 Bonto Jonga dengan sekolah jauhnya kurang lebih 4 kilo meter.

Pengajaran di sekolah ini dilakukan oleh para guru dari sekolah induk yang berjumlah 11 orang. Tiga guru berstatus PNS dan yang lainnya honorer. Untuk mengajar di kelas jauh tersebut, para guru harus berjalan kaki melewati jalanan berkelok-kelok naik dan berbatu. Karena jalan susah ditempuh, tidak ada kendaraan yang bisa mencapai sekolah tersebut. Para guru, baik guru PNS maupun honorer yang masih bergaji kecil, tiap hari harus bangun pagi-pagi berjalan kaki menempuh waktu sekitar satu jam. “Mereka pantas mendapatkan penghargaan. Semangat

mengajar mereka s a n g a t t i n g g i sehingga walaupun bergaji kecil mereka tetap mau mengajar di tempat yang susah dijangkau seperti itu ,” k a t a k e p a l a sekolah SDN 62 B o n t o J o n g a , Rahman S.Pd.

Saat ini, 40 anak menjadi siswa SDN ini. Setiap kelas terdiri atas kurang lebih 5-10 anak dan belum ada kelas enam. Kebanyakan

siswa-siswa sekolah, terutama anak kelas III sampai kelas V, demi kelangsungan ekonomi keluarga, harus nyambi bekerja menjadi buruh tani. Akibatnya, ketika musim panen tiba, selama kurang lebih satu bulan, mereka tidak masuk sekolah; membantu orang tuanya mencari nafkah.

Mereka menjadi buruh tani di daerah-daerah sekitar Bantaeng, seperti Jeneponto, Bulukumba, Sinjai dan lain-lain.

Awalnya, pembelajaran di sekolah ini dilakukan di bawah kolong rumah. Tempat yang sempit ini dianggap tidak layak untuk melangsungkan proses pembelajaran. Setelah satu tahun berselang, dan berkat pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS, para komite SDN 63 Bonto Jonga menjadi paham bagaimana meningkatkan peran serta masyarakat dalam membangun sekolah terpencil tersebut.

Komite seko lah mengadakan pertemuan dengan masyarakat sekitar sekolah untuk mendorong mereka berperan serta membangun sekolah. Reaksi masyarakat kecil di daerah tersebut ternyata cukup mencengangkan. Hampir semua anggota masyarakat dengan sukarela bersedia membantu. Bahkan, Bapak Sampara, salah seorang tokoh masyarakat pendiri perkampungan, bersedia menghibahkan tanah yang cukup

untuk lokasi sekolah. Sementara warga lain menyumbangkan triplek, bambu, paku, tali dan lain-lain. Pemerintah daerah hanya membantu pengadaan seng untuk bahan atapnya. Karena wilayah tersebut terletak di pegunungan tempat perlindungan Anoa, masyarakat tidak boleh menebang kayu hutan. Oleh karena itu, pilar-pilar dan sokoguru bangunannya memakai bambu.

Luas bangunan sekolah 4 x 7 meter. Untuk menampung 40 siswa, bangunan tersebut disekat-sekat memanjang. Kualitas pembelajaran diusahakan oleh guru-guru tidak jauh berbeda dengan sekolah induknya. Para guru SDN 63 Bontojonga tetap menerapkan PAKEM. Para murid belajar berdiskusi secara berkelompok, memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan juga membuat produk-produk pembelajaran. Namun produknya ini tidak bisa dipajang karena kondisi bangunan sekolah yang belum memungkinkan.

Dengan penerapan pembelajaran aktif ini, kualitas pendidikan anak-anak di

tempat terpencil tersebut meningkat. “Dulu jangankan bertanya, menyapa guru pun anak-anak tidak ada yang berani. Mereka takut-takut dengan orang luar. Namun sekarang ini anak-anak sudah banyak yang tampil berani, pengaruh tersebut paling nyata kelihatan diantara mereka,” ujar Pak Rahman.

Selain itu, para murid juga semua mampu membaca dengan baik, tak kalah dengan sekolah-sekolah yang lain. “Ini kemajuan yang luar biasa bagi masyarakat terpencil seperti itu,” tambah Pak Rahman.

BERITA BERITA

Sekolah Terpencil pun Lakukan Pembelajaran Aktif

4 5

Terbitkan Buku Pembelajaran Aktif

Dr. Sulastriningsih, Mhum adalah fasilitator nasional USAID PRIORITAS yang cukup aktif dalam mengarang buku. Tidak kurang tujuh buku sudah diterbitkan. Diantaranya adalah: 1. Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra I n d o n e s i a ; 2 . P e r e n c a n a a n Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia; 3. Pengajaran Prosa, Fiksi dan Drama; 4. Strategi dan Aplikasi Model Pembelajaran Inovatif Bahasa dan Sastra. Ia juga bertindak sebagai editor pada Antologi Cerpen Kasih Tak Sampai . Semua buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Universitas Negeri Makassar dan bahkan ada yang dicetak beberapa kali.

Kecual i buku cerpen yang disebutkan terakhir, buku yang lain membahas tentang pembelajaran aktif. Buku-buku tersebut ia tulis untuk mahasiswa keguruan dan guru yang ingin mengembangkan pembelajaran aktif di sekolahnya.

Inspirasi Mengarang Buku

Semenjak DBE II pada tahun 2006, Ibu Sulastri telah aktif sebagai konsultan pelatihan USAID. Selama pelatihan-pelatihan tersebut, ia merasa guru-guru Bahasa Indonesia yang dilatih belum memiliki buku referensi yang memadai untuk mengembangkan lebih jauh kemampuannya diluar pelatihan. “Pada waktu itu, USAID juga tidak memiliki buku pegangan selengkap sekarang. Saya pun merasa perlu membuat buku-buku pegangan pembelajaran aktif,” ujarnya. Karena itu, ia kemudian menulis dan menerbitkan buku “Pengajaran Prosa, Puisi dan Drama”. Buku ini berisi tata cara mengajar prosa, puisi dan drama dengan strategi pembelajaran aktif. Misalnya, bagaimana siswa membentuk kelompok

mendiskusikan dan menciptakan puisi dari konteks lingkungan di sekitarnya.

Ia mengamati banyak guru yang masih belum bisa secara runut membuat RPP, prosedur pembelajaran, dan silabus. Dia kemudian bekerja keras mengumpulkan

referensi-referensi dan membuat buku baru yang berjudul “Perencanaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Berbasis Kurikulum Tingkat Satuan

Pe n d d i k a n ( K T S P ) , Te o r i d a n Penerapannya”. Sesuai dengan judulnya, buku ini membahas tentang perencanaan pembelajaran, silabus dan pemetaan kurikulum, serta perencanaan sistem penilaian. Salah satu referensi yang digunakan adalah Paket Dasar Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Pendampingan Pembelajaran yang diterbitkan oleh USAID. “Buku saya terinspirasi dari program USAID, sehingga sebagian referensi berasal dari modul dan buku yang diterbitkan USAID,” ujarnya. Buku ini sempat dicetak dua kali.

Dalam buku yang disebutkan terakhir, Ibu Sulastri berusaha mengelaborasi berbagai jenis perencanaan pengelolaan kelas, mulai dari pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, penataan sudut baca di kelas, penataan pajangan, pengelolaan kegiatan siswa, pengaturan tempat duduk dan lain lain. Pada bagian RPP, buku ini membahas tentang tahap-tahap membuat rencana pembelajaran, sampai contoh-contoh RPP, sehingga memudahkan bagi guru dan mahasiswa

untuk menyusun RPPnya sendiri. “ Buku yang saya karang ini sedang saya perbaharui untuk saya sesuikan dengan kurikulum 2013,” katanya.

Untuk mengarang buku-buku semacam itu, bukan hanya dibutuhkan kerja keras, tapi juga kemampuan menulis. Nah bagaimana kiat-kiat menulis buku-buku pembelajaran aktif. Menurut ibu Sulastri adalah sebagai berikut;

Pertama, merefleksi program pembelajaran. Menurut Ibu Sulastri,

proses-proses pembelajaran baik di kelas maupun di pelatihan, bisa menumbuhkan inspirasi untuk menulis. Apa yang lebih dan apa yang kurang dari pelatihan direfleksi dan dijadikan bahan-bahan penulisan. Misalnya, guru yang tidak bisa membuat

kelompok siswa menjadi tertib, maka dicarikan solusi terbaiknya. Selain itu, buku-buku referensi juga dibutuhkan untuk mencari inspirasi memecahkan

masalah semacam itu. Kedua, membuat kerangka

penulisan. Setelah melakukan refleksi, maka rencana penulisan segera d ibua t . Bu Su l a s t r i menyebutnya “Peta Konsep,”. Temanya apa, tujuannya apa, manfaatnya, urutan bab-babnya untuk mencapai tujuan tersebut. Buku ditulis berdasarkan rencana penulisan yang sudah matang.

Ket iga , membaca. Untuk mengisi bab-bab yang sudah disusun, maka aktivitas yang diperlukan adalah banyak membaca buku-buku

yang sesuai dengan bab-bab dalam perencanaan. Buku-buku tersebut menjadi referensi buku yang sedang disusun.

Keempat, disiplin waktu. Secara ketat harus benar-benar mengatur waktu. “ Saya luangkan waktu minimal satu jam sehari untuk menulis minimal satu halaman,” ujarnya.

Kabid Dikdas Sulawesi Selatan: Pelatihan USAID PRIORITAS Acuan Pelatihan yang Berhasil

Ditemui di sela-sela kesibukannya di Kantor Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan (25/5), Kabid Dikdas Sulawesi Selatan, Basri S.Pd memberikan komentarnya tentang pelatihan yang diselenggarakan USAID PRIORITAS ”Pelatihan USAID PRIORITAS menjadi acuan atau referensi pelatihan yang baik dan berhasil. USAID PRIORITAS telah terbukti meningkatkan kualitas pembelajaran dan manajamen berbasis sekolah di sekolah-sekolah mitra binaannya,” ujarnya. Oleh karena itu, Dinas Pendidikan Sulsel sangat mendukung program-program USAID PRIORITAS.

2 4

(1) Di sekolah terpencil SDN 62 Bontojonga, PAKEM juga diterapkan; (2) Perkampungan Pa’bumbungan tempat kelas jauh SDN 62 Bontojonga sangat terpencil di atas gunung, siswa kelas jauh SDN 62 Bonto Jonga naik kuda saat pergi ke sekolah; (3) Komite rapat membahas pembangunan sekolah; (4) Pembangunan sekolah dari bambu dan beratap seng pun dimulai.

1

2

(1) Buku-buku karya Ibu Sulastri tentang Pembelajaran Aktif; (2) Bu Sulastri juga selalu aktif menjadi fasiliatator pelatihan USAID PRIORITAS.

1

3

Page 4: Mutasi Guru Bukan Hukuman WARTA PRIORITASprioritaspendidikan.org/file/newsletter_6_sulsel(1).pdf · pameran pendidikan Wajo di kantor bupati ... (IT Specialist), Andi Irma, Bahar,

PRAKTIK YANG BAIK PRAKTIK YANG BAIK

Pembelajaran aktif yang diterapkan di sekolah membutuhkan bahan dan alat yang lebih banyak dibandingkan dengan pembelajaran klasik. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, mengandalkan dana dari pemerintah saja, rasanya tidak cukup.

Salah satu yang dilakukan oleh SDN 39 Kassi Maros untuk menambah dana pembelian alat dan bahan pembelajaran adalah melakukan penjualan sampah plastik, koran, kardus dan sampah-sampah anorganik la innya . Awalnya sampah tersebut mereka jual ke pengumpul. Setiap saat ada pengumpul yang datang ke sekolah untuk mengambil sampah tersebut. Pada tahun 2012, cebagai salah satu sekolah imbas SD Unggulan II Maros, SD 39 Kassi kemudian didapuk juga menjadi salah satu binaan BLHD Maros.

“Kami bercerita pada BLHD bahwa untuk untuk menambah kas kami, kami biasa menjual sampah ke para pengumpul,” cerita ibu Nensih, Kepala Sekolah SD 39 Kassi. Tertarik akan kegiatan lingkungan yang dilakukan sekolah, BLHD menawar membeli sampah sekolah dengan harga lebih tinggi. “Setiap sekolah bisa mengusulkan kepada BLHD setempat untuk menerapkan program yang sama seperti di sekolah kami,” ujarnya. Yang perlu dilakukan adalah menurut ibu Nensih; pertama, menghubungi dan mengundang BLHD datang ke sekolah; kedua, menawarkan kerjasama penjualan sampah; dan ketiga, menandatangani kerjasama secara resmi.

Tidak hanya itu, BLHD juga menyediakan karung-karung tempat sampah yang lebih kuat. Karung tersebut digantung di dinding sekolah, dan diganti oleh BLHD setiap selesai transaksi pembelian sampah. Masing-masing karung ditulisi nama kelas. Tiap

siswa yang ingin membuang sampah, memasukkan sampah tersebut berdasarkan kelasnya.

“Tiap bulan, tiga kali BLHD mengambil sampah, ditimbang terlebih dahulu, dan harganya ditentukan oleh berat perkilonya,” kata Andi Nensih. Hasil penjualan dikelola oleh bendahara masing-masing kelas. “Bendahara, guru dan siswa kelas yang menentukan bahan pembelajaran atau alat yang mereka butuhkan,' ujarnya.

Untuk mendorong cinta lingkungan lebih jauh, uang hasil penjualan tersebut biasa juga dibelikan sapu atau tempat sampah di kelas. “Kelas awal itu sampahnya paling sedikit, jadi dapatnya juga sedikit. Uang yang terkumpul bisa langsung dibelikan atau ditabung terdahulu,” lanjutnya. “Biasa uang terkumpul dari penjulanan sampah per bulan berkisar Rp. 200,000, tidak terlalu banyak,” ujarnya.

Namun yang penting, menurut Nensih, kegiatan tersebut telah berhasil mendidik anak untuk mencintai lingkungan. “Anak-anak menjadi t e r d o r o n g

dan terb iasa merawat lingkungan dan hidup bersih,” ujarnya. Anak-anak, menurutnya, menjadi tahu mana sampah organik dan anorganik, pemilahan dan kegunaan masing-masing sampah bila diolah lebih lanjut.

“Selain itu, mereka juga bersemangat melengkapi b a h a n - b a h a n pembelajarannya secara mandiri,” tambahnya. Berkat kegiatan ini, anak-anak tidak lagi membuang sampah sembarangan, bahkan sampah-sampah yang ada di depan sekolah pun mereka

Menutupi Kekurangan Dana Pembelian ATK dengan Jual Sampah

SDN 71 Parepare bukan sekolah mitra USAID PRIORITAS. Namun saat ini, sekolah tersebut akti f terapkan pembelajaran model PAKEM yang dilatihkan oleh USAID PRIORITAS. Ini terjadi berkat komitmen kepala sekolah yang selalu mendorong guru-guru p e n g a j a r n y a m e n g e n a l d a n mempraktikkan model pembelajaran tersebut.

Guru-guru in i mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan PAKEM

dari kepala sekolah yang langsung mengajar dan memberi contoh-contoh pengajaran PAKEM kepada mereka. Mentoring atau pendampingan ini dilakukan setelah kepala sekolah terpilih menjadi Fasilitator Daerah USAID PRIORITAS Parepare dan dilatih PAKEM. Awalnya, mentoring untuk guru-guru tersebut dilakukan beberapa kali dalam satu bulan. Setelah guru mengenal dengan baik, pertemuan diadakan satu bulan sekali. Tahapan pendampingan yang

dilakukan kepala sekolah meliputi: 1) berbagi pengetahuan dan pengalaman PAKEM yang didapatkan dari program pelatihan, 2) dalam pendampingan itu, modul USAID PRIORITAS dibahas, 3) m e m b a h a s m a s a l a h - m a s a l a h pembelajaran yang dihadapi guru kelas, 4) Kepala Sekolah memberikan tugas kepada guru-guru mempresentasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya yang meliputi media pembelajaran yang relavan, cara membuat dan menggunakannya dan

tujuan yang ingin dicapai dengan media tersebut. 5) simulasi praktik mengajar di depan teman sejawat lalu disusul dengan tanya jawab dan refleksi

Hasil mentoring kepala sekolah bisa kita lihat pada guru

Selama dua tahun berturut-turut, SMP YP PGRI, salah satu sekolah mitra USAID PRIORITAS di Makassar, menjuarai lomba resensi buku tingkat kota Makassar. Bahkan satu waktu di tahun 2013 mereka mendapatkan juara 1, 3 dan 4 dan semua juara

harapan. Hanya juara dua saja y a n g t i d a k disabet oleh SMP YP PGRI. M e r e k a mengalahkan siswa – siswa pesaing yang berasal dari S M P - S M P negeri favorit di Makassar.

Nah bagaimana kiat-kiat SMP YP PGRI dapat meraih prestasi seperti ini? Ternyata SMP YP PGRI menerapkan strategi budaya baca di sekolahnya.

Sebelumnya animo membaca siswa di SMP YP PGRI sangat kurang. Perpustakaan sepi pengunjung. Karena prihatin, kepala sekolah membuat kebijakan bahwa semua guru mewajibkan siswa membaca di perpustakaan.

Setelah kebijakan itu berjalan dua semester, belum tampak peningkatan animo membaca siswa. Strategi diubah dengan menambah dua jam pelajaran khusus pengembangan minat baca. Pihak sekolah mengangkat tiga guru pendamping. Mereka bertugas meningkatkan minat baca siswa. Sebelumnya mereka telah memperoleh pelatihan cara membaca aktif dan efektif.

Pada pembelajaran pengembangan minat baca, yang dibaca tidak hanya buku cerita atau ensiklopedi, tetapi juga buku-buku yang terkait langsung dengan mata pelajaran. Untuk itu, guru pendamping memiliki komunikasi intens dengan guru mata pelajaran. Materi yang dipelajari di kelas sering dilanjutkan menjadi bahan diskusi di perpustakaan dengan mengacu pada buku penunjang atau buku pelajaran.

Pada proses pembelajaran, siswa per rombel dibagi menjadi 6–7 kelompok. Tiap kelompok terdiri atas 5–6 siswa. Satu kelompok dibagi lagi menjadi dua, yaitu kelompok pembanding dan kelompok yang membuat resensi dan berpresentasi. Mereka diminta membaca selama 10–15 menit. Selanjutnya, mereka membuat pertanyaan, menyusun resensi, atau membuat kesimpulan yang harus dipresentasikan.

Kelompok pembanding mengkritisi dan kelompok lainnya ikut mendengar, bertanya atau menanggapi. Dengan kegiatan itu, siswa dapat lebih memahami isi buku. Kegiatan ini juga melatih mereka terbiasa menulis dan mempresentasikan hasil bacaan.

Agar membaca menjadi kebiasaan siswa, para pendamping memberikan tugas membaca dan meresensi buku di rumah. Tugas tersebut wajib dikerjakan bersama orang tua siswa. ”Motivasi terbesar untuk membaca itu datang dari orang tua. Kalau orang tua terus mendorong anak untuk membaca, mereka akan terbiasa membaca,” ujar Bu Nasrah, Kepala Sekolah SMP YP PGRI.

Selain itu, pihaknya menerapkan beberapa strategi untuk mengembangkan budaya baca di sekolahnya.

Pertama, setiap akhir semester diselenggarakan lomba menyusun resensi buku yang melibatkan seluruh kelas. Juaranya mendapatkan hadiah dan sertifikat dari sekolah yang diberikan pada waktu upacara.

Kedua, siswa yang paling sering berkunjung ke perpustakaan diberi penghargaan. Pengelola perpustakaan menyediakan buku catatan kunjungan perpustakaan. Buku ini bisa dipakai untuk mengetahui siswa yang paling sering berkunjung ke perpustakaan.

Ketiga, guru bidang studi memberikan nilai tambah bagi siswa yang rajin masuk perpustakaan. Pergi membaca di perpustakaan berpeluang meningkatkan nilai siswa.

Keempat, hasil-hasil karya siswa seperti resensi buku disimpan di perpustakaan dengan dijilid rapi sehingga menambah motivasi siswa untuk terus membaca dan meresensi lagi. Siswa lainnya bisa menjadikannya sebagai sumber belajar.

Kelima, menyediakan sudut baca di setiap kelas untuk memudahkan siswa mendapatkan akses membaca.

Keenam, menambah jumlah buku secara periodik. Misalnya, mewajibkan siswa yang akan lulus menyumbang buku. Dengan cara ini, setiap tahun perpustakaan mendapat tambahan lebih kurang 200 buku. Selain itu, sekolah mengalokasikan dana khusus perpustakaan dan menerima bantuan dana dari pemerintah daerah.

Ketujuh, menyelenggarakan bazar buku di sekolah yang bekerja sama dengan penerbit buku.

Kedelapan, mengundang perpustakaan keliling daerah untuk datang ke sekolah sehingga dapat dimanfaatkan siswa.

”Saya tergerak untuk membudayakan minat baca ini karena saya meyakini bahwa perintah pertama Tuhan yang datang kepada umat manusia adalah membaca. Iqra! Bacalah! Hal ini menunjukkan betapa urgennya kita menumbuhkan budaya baca kepada siswa,” kata Bu Nasrah.

Langganan Juara Resensi Buku Karena Budaya Baca

2

76

Kepsek Non Mitra Dampingi Gurunya Aktif Terapkan PAKEM

Karung-karung tempat sampah dicantolkan rapi di dinding pembatas sekolah

agama yang melakukan pembelajaran aktif dengan cara seperti ini. Pada pertemuan awal, RPP dengan media yang relevan dibuat para guru sangat sederhana. Seorang guru agama, misalnya, hanya membuat alat peraga huruf hijaiyah yang ia tempel sendiri. Akan tetapi, lama kelamaan inovasinya berkembang berkat masukan guru yang lain. Pada pertemuan berikutnya, guru tersebut sudah melakukan praktik memfasilitasi murid menempelkan huruf-huruf hijaiyah diantara kalimat-kalimat bahasa Arab, bahkan selanjutnya murid-murid membuat sendiri huruf-huruf tersebut dengan bahan-bahan yang murah. Demikian juga pelajaran-pelajaran lainnya,

guru-guru semak in ba ik da l am memfasilitasi siswa-siswanya.

Agar kondisi pembelajaran aktif ini terus terjaga dan berkelanjutan, kepala sekolah memotivasi para guru untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran aktif. Diantaranya dengan melakukan supervisi klinis pembelajaran aktif, mencermati metode pembelajaran aktif yang dipakai, penataan ruang kelas yang sesuai dengan pembalajaran aktif, dan pemakaian alat peraga agar selaras dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. “Untuk saya wajibkan semua guru menggunakan metode pembelajaran PAKEM,” katanya. Menurutnya, jika masih ada guru yang tidak menerapkan, akan

memicu guru lain berbuat yang sama. S e l a i n i t u , S y u k u r j u g a

menumbuhkan motivasi guru-gurunya dengan memberikan penghargaan berupa uang insentif guru kelas dan fotonya dipajang di mading sekolah.

Dampak dari kegiatan mentoring Pak Syukur sebagai kepala sekolah, perubahan sangat nyata terjadi pada guru kelas dalam melaksanakan pembelajaran. Guru semakin kreatif dalam merancang RPP pembelajaran PAKEM, semakin inovatif mendisain ide dan metode pembelajaran serta merancang media yang relevan dengan tujuan.

Di SMP YP PGRI, minat baca ditumbuhkan dengan pembelajaran aktif

Sekolah tampak bersih karena siswa rajin mengumpulkan sampah

sebagai sumber dana pembelajaran

Para guru sedang mempresentasikan RPP dan alat peraga yang relevan di depan teman sejawat.