morpin edisi 64, april 2014

8
Media Kreatif dan Sikap Kritis Mahasiswa Kunjungi juga kami di http://www.majalahopini.com Edisi 64/2014 @majalahopini 1 64/ 2014 Salam hangat… Memasuki akhir bulan April, Morpin kembali hadir di tengah-tengah para pembaca. Pada edisi kali ini, akan dibahas mengenai “hilangnya” sepeda-sepeda yang biasa kita lihat di gedung A. Selain itu, Morpin akan memberikan laporan dalam upaya mengubah mindset warga Semarang, khususnya civitas akademik FISIP, terhadap penyebutan ikon dari Universitas Diponegoro. Selain itu ada laporan tentang rumah sakit jiwa terbesar di Jawa Tengah pasca pemilihan legislatif dan informasi-informasi menarik lainnya. Segala apresiasi, kritik serta saran akan kami hargai, Kami berharap Morpin dapat menambah informasi. Semoga Morpin dapat menjalankan fungsi-fungsi pers pada umumnya, terutama fungsi informasi dan fungsi kontrol sosial. Terima kasih. Salam. Red. Bagi mahasiswa lama, sebagian besar sudah mengetahui akan adanya fasilitas sepeda yang tersedia di lobby di gedung A FISIP. Sepeda tersebut daluhu sempat dipergunakan untuk kegiatan pinjam meminjam bagi mahasiswa, hanya dengan syarat menunjukan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Namun bagaimana gerangan dengan mahasiswa yang baru, apakah mereka mengetahui keberadaan sepeda-sepeda tersebut? Sepeda merupakan alat transportasi yang mudah dan efisien bagi penggunanya. Dari kalangan tua hingga muda, semuanya bisa menggunakannya. Namun apa jadinya jika sepeda, yang notabene merupakan kendaraan dengan biaya paling minimal daripada yang lain, tidak difungsikan dengan maksimal? Hal inilah yang akan dibahas pada Morpin edisi kali ini. berhasil mewawancarai Kasubag Umum dan Pengelolaan Aset FISIP, Jafar Latif, Rabu (16/4/2014). Ia mengatakan bahwa sepeda-sepeda tersebut sudah ada sejak setahun setelah rektor menjabat. Sepengetahuannya, sepeda tersebut merupakan bantuan dari Bank Mandiri dan BNI untuk memfasilitasi semua warga FISIP Undip. Jafar melanjutkan, bahwa awalnya sepeda-sepeda tersebut merupakan salah satu program dari rektor untuk semua fakultas. Pada tiap hari jumat, di pagi hari ada kegiatan bersepeda bersama kemudian diikuti dengan senam bersama. Setiap fakultas diberi fasilitas sepeda sebagai sarana transportasi untuk ke kampus. Proses peminjamannya hanya dengan menunjukan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) kemudian diberikan kepada satpam fakultas masing-masing. Siapa saja boleh mempergunakan sepeda tersebut, tak hanya mahasiswa saja tetapi juga dosen maupun karyawan. “Baru awal bulan April ini, ada seorang mahasiswa yang bertanya untuk peminjaman sepeda,” ungkap Jafar. Opini Sepedaku Sayang, Sepedaku Malang dari redaksi

Upload: gerry-maulana

Post on 26-Mar-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Buletin kedua di bawah tanggung jawabku. Telat. Iya, telat terbitnya. Maaf.

TRANSCRIPT

Media Kreatif dan Sikap Kritis Mahasiswa

Kunjungi juga kami di http://www.majalahopini.com

Edisi 64/2014G

@majalahopini

164/ 2014

Salam hangat…Memasuki akhir bulan April, Morpin kembali hadir di tengah-tengah para pembaca. Pada edisi kali ini, akan dibahas mengenai “hilangnya” sepeda-sepeda yang biasa kita lihat di gedung A. Selain itu, Morpin akan memberikan laporan dalam upaya mengubah mindset warga Semarang, khususnya civitas akademik FISIP, terhadap penyebutan ikon dari Universitas Diponegoro. Selain itu ada laporan tentang rumah sakit jiwa terbesar di Jawa Tengah pasca pemilihan legislatif dan informasi-informasi menarik lainnya.Segala apresiasi, kritik serta saran akan kami hargai, Kami berharap Morpin dapat menambah informasi. Semoga Morpin dapat menjalankan fungsi-fungsi pers pada umumnya, terutama fungsi informasi dan fungsi kontrol sosial.Terima kasih. Salam.Red.

Bagi mahasiswa lama, sebagian besar sudah mengetahui akan adanya fasilitas sepeda yang tersedia di lobby di gedung A FISIP. Sepeda tersebut daluhu sempat dipergunakan untuk kegiatan pinjam meminjam bagi mahasiswa, hanya dengan syarat menunjukan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Namun bagaimana gerangan dengan mahasiswa yang baru, apakah mereka mengetahui keberadaan sepeda-sepeda tersebut?

Sepeda merupakan alat transportasi yang mudah dan efisien bagi penggunanya. Dari kalangan tua hingga muda, semuanya bisa menggunakannya. Namun apa jadinya jika sepeda, yang notabene merupakan kendaraan dengan biaya paling minimal daripada yang lain, tidak difungsikan dengan maksimal? Hal inilah yang akan dibahas pada Morpin edisi kali ini.

berhasil mewawancarai Kasubag Umum dan Pengelolaan Aset FISIP, Jafar Latif, Rabu (16/4/2014). Ia mengatakan bahwa sepeda-sepeda tersebut sudah ada sejak setahun setelah rektor menjabat. Sepengetahuannya, sepeda tersebut merupakan bantuan dari Bank Mandiri dan BNI untuk memfasilitasi semua warga FISIP Undip.

Jafar melanjutkan, bahwa awalnya sepeda-sepeda tersebut merupakan salah satu program dari rektor untuk semua fakultas. Pada tiap hari jumat, di pagi hari ada kegiatan bersepeda bersama kemudian diikuti dengan senam bersama. Setiap fakultas diberi fasilitas sepeda sebagai sarana transportasi untuk ke kampus.

Proses peminjamannya hanya dengan menunjukan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) kemudian diberikan kepada satpam fakultas masing-masing. Siapa saja boleh mempergunakan sepeda tersebut, tak hanya mahasiswa saja tetapi juga dosen maupun karyawan. “Baru awal bulan April ini, ada seorang mahasiswa yang bertanya untuk peminjaman sepeda,” ungkap Jafar.

Opini

Sepedaku Sayang,Sepedaku Malangdari

redaksi

64/ 20142

Wajar, jika mahasiswa baru tidak mengetahui sepeda-sepeda yang dulu terpampang di bawah tangga lantai satu lobby gedung A FISIP. Bagi mahasiswa lama pun kebanyakan sudah tak peduli atau bahkan tidak tahu di mana sepeda-sepeda tersebut sekarang berada. “Sejak tahun 2013 lalu, kami memindahkan sepeda-sepeda itu ke ruang A111, yang dahulu kelas sekarang menjadi gudang,” terang Jafar.

Bukan untuk membuang, kata Jafar, tetapi memang tidak ada tempat untuk menaruh sepeda-sepeda tersebut. Apabila tetap ditempatkan di lobby, dikhawatirkan akan mengganggu pemandangan dan kenyamanan mahasiswa dalam beraktifitas di sekitarannya. Jafar mengeluhkan, sebagai staf sarana prasarana, ia juga mempunyai tanggung-jawab untuk mengontrol fasilitas lainnya, tidak hanya sepeda-sepeda itu saja.

Sepeda-sepeda yang keadaannya masih bagus ditempatkan di dalam gudang, muncul kesan tidak layak apabila disimpan di sana. Kini, keadaannya berdebu dan kotor. Bukan tidak mungkin sepeda-sepeda yang terbengkalai tersebut lama-lama akan rusak.Publikasi dan Sosialisasi

Memang, sepeda-sepeda yang difasilitasi kepada FISIP kurang diminati bahkan ada sebagian mahasiswa yang tidak tahu menahu soal sepeda itu. Jafar mengatakan bahwa masalah sosialisasi itu adalah tanggung jawab bidang kemahasiwaan, bukan

dirinya dari bidang sarana prasarana. Menurutnya, karena apapun yang berkaitan dengan informasi, kegiatan atau aktivitas mahasiswa, bidang kemahasiswaanlah yang lebih berhak untuk menyampaikan. “Tanggung jawab kami, sarana prasarana, pinjam-meminjam dan merawat sepeda-sepeda itu,” terangnya.

Sebenarnya penyampaian mengenai sepeda, tidak perlu dari unit. Dari mahasiswa tingkat atas yang sebelumnya mengetahui sepeda-sepeda itu, langsung memberitahukan saja kepada rekan-rekan yang belum tahu tentang pogram sepeda yang dicanangkan oleh rektor dan bagaimana cara peminjamannya. Informasi dari mulut ke mulut. Karena sebagian dari mereka, apalagi mahasiswa baru belum mengetahuinya bahwa di FISIP ternyata memfasilitasi sepeda untuk diperbolehkan pinjam.

Fasilitas yang sudah disediakan di FISIP, hendaknya sudah menjadi milik bersama. Merawat sarana dan prasarana. Saling andil dalam berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan bersama. Menurut Jafar, jika hal-hal kecil ini bisa dilakukan, seperti menjaga fasilitas di FISIP dengan baik, ia berharap bahwa sepeda-sepeda tersebut dapat befungsi baik. Dengan demikian mahasiswa akan semakin antusias untuk memakainya. Serta perlu juga diberikan tempat yang layak untuk penyimpanan sepeda-sepeda tersebut.

Oleh: Ingrid Dyah, Chandra Laksmita, Intan Laraswari

364/ 2014

“Dulu sih katanya emang ada sepeda di FISIP, tapi sekarang udah enggak ada, nggak tau deh pada kemana. Iya,

pastinya kecewa banget udah nggak ada sepedanya. Seandainya masih ada sepedanya, bakal aku pinjem ya lumayan

buat olahraga.“

Syifa Dwihastari

Adminitrasi Publik 2013

“Nggak pernah denger kalo FISIP punya sepeda, tapi pernah liat sih diparkiran depan banyak sepeda. Entah itu

punya karyawan atau mahasiswa. Fakultas atau dari senior nggak pernah kasih tahu juga kalo FISIP punya sepeda.

Tahu FISIP ada sepeda sih bakal aku pinjem.”

Sapto Setyo Nugroho

Ilmu Pemerintahan 2013

“Iya tahu kalau ada sepeda FISIP, tapi kabarnya sekarang nggak jelas. Terkesan kayak dianggurin. Aku rasa banyak

yang mau pinjem, tapi kayaknya kurang pengurusan dan sosialiasi penggunaan sepeda itu sendiri kurang.”

Klaudia Molasiarani

Ilmu Komunikasi 2012

“Iya aku tau kok kalau di fisip ada sepeda. Aku pernah juga minjem tapi cuma sekali doang. Tapi entah kenapa tiba-

tiba sepedanya udah nggak ada lagi. Mungkin, karna sepedanya bikin kotor lobi depan dan nggak teratur gitu

makanya udah nggak dipake lagi.”

Yolanda Permata Dinda

D3 Manajemen Pemasaran 2011

“ Aku kaget lho kalau FISIP punya sepeda yang bisa dipinjem, aku pikir sepeda itu punya Universitas. Mungkin karna, aku mahasiswa baru jadi nggak tau tentang sepeda itu. Kalau misalkan ada sepeda di Fisip, aku sih mau banget minjem.”

Putri WulandariD3 Hubungan Masyarakat 2013

pojok opini

64/ 20144

Sebagai bentuk apresiasi terhadap semangat juang Pangeran Diponegoro, Kota Semarang menggunakan nama Pangeran Diponegoro sebagai nama unversitas, stadion olahraga, instansi militer, dan sebagai nama jalan. Tidak hanya itu, kegagahannya juga diabadikan melalui karya seni berupa Patung Pangeran Diponegoro.

Banyak spot yang menjadi tempat berdirinya Patung Pangeran Diponegoro. Salah satunya terletak di pintu masuk Universitas Diponegoro kawasan Tembalang, Semarang. Tempat tersebut “diberi penghargaan” sebagai tempat berdirinya Patung Pangeran Diponegoro yang kokoh. Patung Pangeran Diponegoro yang menunggangi kuda tersebut merupakan branding serta tanda memasuki kawasan Universitas Diponegoro.

Namun, Patung Pangeran Diponegoro di kawasan Undip, yang merupakan simbol kebesaran sang pangeran, justru “dijuluki” patung kuda. Banyak elemen mulai dari supir angkot, warga Tembalang, hingga mahasiswa Undip sendiri sudah terbiasa menyebutnya dengan sebutan patung kuda. Padahal, patung tersebut bertujuan untuk merepresentasikan Universitas Diponegoro yang berjiwa selayaknya Pangeran Diponegoro. Sangat disayangkan jika mindset masyarakat telah terbiasa menyebut patung tersebut dengan sebutan patung kuda.

Patung yang berdiri di antara pertigaan Jalan Ngesrep Timur 5 dan Jalan Setiabudi ini telah dibanding oleh masyarakat sekitar menjadi “patung kuda”. Bahkan, ketika memasuki jalan Ngesrep Timur V, kita dapat langsung melihat adanya pos ojek yang dinamai dengan “Pos Ojek Patung Kuda”. Kemudian memunculkan pertanyaan, mengapa Pangeran Diponegoro tidak lebih populer dibanding kudanya? Menurut Muhammad Bayu Widagdo, S.Sos, M.I.Kom, salah satu dosen Ilmu Komunikasi FISIP Undip, hal tersebut dikarenakan kudanya yang terlalu “besar” kemudian orang-orang lebih mudah menyebut patung kuda dibanding dengan Patung Pangeran Diponegoro, mahasiswa dan warga Tembalang juga sudah terbiasa menyebutnya patung kuda.“Sehingga, nanti jika mahasiswa ngomong 'Pak, Patung Diponegoro ya Pak' kan nanti lama-lama supir dan kernetnya juga akan terbiasa, sebenarnya kan soal pembiasaan,” tutur pria yang sering dipanggil Bayu tersebut.

Ia menambahkan bahwa fenomena ini selain menjadi tanggung jawab bersama, juga menjadi pekerjaan rumah bagi Humas Undip untuk menjadikan Patung Pangeran Diponegoro dengan brand yang jelas. Julukan patung kuda juga dianggapnya perlu diubah dengan cara pembiasaan dari diri kita dan hal ini perlu dijadikan persoalan oleh civitas akademika. Jika tidak dijadikan persoalan, civitas akademika akan menganggap penyebutan ini merupakan hal yang wajar.“Diprogramkan (penyebutan Patung Diponegoro) kan berarti niat, kalau hanya dijadikan masalah, trus sementara civitas akademika tidak mempermasalahkan, mungkin malah gak masalah ya. Itu nanti diprogramkan, kemudian pembiasaan, nanti lama-lama jadi terbiasa,” ucap dosen yang punya keahlian mendalang tersebut.

Pria yang identik memakai topi tersebut mengatakan belum ada kebanggaan dari masyarakat sekitar termasuk mahasiswa Undip terhadap patung tersebut. Selain itu, kita dapat membuat acara yang berkaitan dengan Patung Pangeran Diponegoro dan menjadikan patung tersebut sebagai icon kebangaan Undip.“Kalau mau itu dijadikan ikon, apa sih ikon? Yang ada kebanggaan disitu. Seneng gak berfoto di gerbangnya Undip yang iconic gitu? Gak ada tuh. Pertanyaan kita bersama kan? Saya gak mencoba mempermasalahkan, tapi apakah ini masalah? Kan pertanyaan kita semua. Apakah harus kita dekatkan? Ya pikiran kita bersama aja, hanya membuka wacana bukan mencari masalah,” tutur Bayu.

Kondisi Patung Pangeran Diponegoro sendiri memang memprihatinkan, seperti tidak terawat. Setiap hari ia beradu dengan asap kendaraan yang seakan tak peduli terhadap keberadaanya. Patung yang seharusnya berdiri gagah perkasa, sekarang tampak lusuh dengan coretan cat semprot oleh oknum tidak bertanggung jawab. Bahkan, kawasan yang seharusnya “sakral” itu seringkali menjadi tempat pengemis dan pedagang asongan “beraksi” . Patung yang harusnya merepresentasikan besarnya jasa pahlawan seorang Pangeran Diponegoro sekarang hanya sekedar pemanis yang terlupakan.

Oleh: Indriastuti Septiyani dan Aditya Fahmi

Lip

uta

n K

husus

Universitas Kuda

Universitas Diponegoro?

atau

564/ 2014

Pemilu yang bagaimana yang diidamkan oleh bangsa Indonesia?

Tentunya yang mampu mengakomodir setiap pihak, saya

contohkan, jadi kalau kita berbicara dikalangan kampus, dikalangan

mahasiswa. Pertama, mengakomodir suara mahasiswa kemudian

tidak mengesampingkan beberapa aspek, kalau disudut pandang

KAMMI, sudut pandang saat ini yang dibuat adalah ada politik

islamis dan politik nasionalis, dalam statement KAMMI tidak ada

yang bisa dikotak-kotakan karena politik yang sifatnya islamis bisa

jadi nasional dan politik yang nasionalis belum tentu tidak bisa. Jadi

saya berharap memang ketersediaan atau menyampaikan aspirasi

pada setiap pihak itu bisa disetarakan.

Sejauh mana KAMMI berkontribusi dalam hal tersebut?

Kita (KAMMI) turut andil dengan berbagai peran yang

mungkin bisa jadi terbatas, kita harus tetap berperan, sebagai

mahasiswa, sebagai anggota KAMMI, sebagai pelajar juga. Yang

pertama, mengusahakan kita untuk mampu memberikan suara, ikut

serta (dalam pencoblosan), kalau dalam aspek kerjanya KAMMI

kita juga membuat program-program, kita juga membuat campaign

untuk tidak golput kalau di Jawa Tengah, kita membuat

#OrakGolput, itu yang saat ini sedang kita campaign. Kemudian

kita mencoba bicarakan bersama mengawal KPU, menyiapkan

wacana-wacana baru. Kita mempunyai wacana baru yang kemudia

kita lihat diaspek daerah, contohnya pilih caleg yang tidak cacat

hukum dan tidak terlibat dalam kasus korupsi. Wacana-wacana ini

kita ajukan ke masyarakat kemudian mengingatkan para caleg

untuk tidak memasang reklame di pohon.

Ada hubungan khusus antara KAMMI dengan kelompok yang

mempunyai kepentingan di pagelaran tersebut ?

Secara struktural kita tidak pernah terlibat dengan parpol

dan saya yakin juga teman-teman GMNI dan HMI tidak terlibat,

kalau misalnya kali ini di momen pemilu, kita bertemu dengan

banyak parpol, itu adalah hal yang wajar dan lumrah dan hal itu saya

akui, sayapun bertemu dengan banyak parpol untuk membicarakan

bagaimana setiap calon itu tidak terlibat dalam kasus tertentu, tidak

mencalonkan calon-calon yang salah. Kita berharap bagaimana

organisasi mahasiswa itu menjaga ruh gerakan itu sebagai

warnanya, kalau memang harus bertindak dijalanan ya memang

harus bertindak dijalanan kalau memang harus bertindak sebagai

gerakan independen ya maka harus bergerak sebagai gerkan

independen. Saya memastikan bahwa KAMMI itu tidak terikat

secara struktural, tidak punya kontrak apapun dengan parpol

tertentu, kalau punyapun dalam koridor yang publik mengetahuinya

misalkan KAMMI dan beberapa caleg melakukan MOU kontrak

politik tidak korupsi.

Kriteria pemimpin Indonesia 5 tahun ke depan versi KAMMI?

Metode kepemimpinan yang ditunggu-tunggu sama

Indonesia adalah pemimpin yang mampu memberikan contoh dan

beberapa nama sudah bermuculan saat ini hanya saja apakah layak

atau tidak (para calon pemimpin), itu yang belum kita uji. Di

kalangan mahasiswa seharusnya lebih mampu lagi menilai siapa

yang memang layak menjadi pemimpin, entah itu dengan duduk

bersama mereka atau diskusi dengan kalangan akademisi, itulah

yang mungkin bisa kita lakukan. Jadi kriteria yang paling penting

itu adalah yang bisa dijadikan teladan atau contoh.

Soal dominasi suatu kelompok di kampus?

Itu bagus. Itu warna dinamika yang harus terjadi kalau

misalnya tidak ada, teman-teman juga malah justru cara

berpikirnya akan tumpul, bisa jadi tingkat berpikir kritisnya

mahasiswa itu akan berkurang. Dengan tidak adanya dinamika,

membuat teman-teman merasa nyaman, justru malah

memperbesar tingkat apatis dalam hal dinamika kampus.

Saya berpikir penguasaan kampus di masing-masing fakultas oleh

teman-teman elemen gerakan mahasiswa itu jadi bagian strategi

untuk menyusun dinamikanya dan saya meyakini bahwa teman-

teman gerakan minoritas di fakultas tertentu pun punya strategi

untuk bergerak. Jadi dinamika cara berpikir para aktifis atau para

pemimpin gerakan mahasiswa itu tingkat cara berpikirnya itu

sampai bagaimana mempertahankan “kekuasaan” di masing-

masing fakultasnya.

Bagaimana kondisi mahasiswa saat ini?

Jika kita lebih sedikit berbelok, membahas masalah

pemilu dan pileg, saya mau ungkap sedikit kasus, dengan regulasi

yang kemudian menyulitkan kita (mahasiswa) untuk mencoblos

kemudian tingkat apatis yang sangat. Kita ini kan mahasiswa,

berada dalam kalangan terdidik, memiliki pengetahuan yang bisa

cukup diandalkan dibandingkan masyarakat yang lain di daerah

kita atau bahkan di kampung kita sendiri, kita digadang-gadang

sebagai calon pemimpin berikutnya dan kita dianggap sebagai

kaum yang diwajibkan mengikuti mata kuliah pendidikan

kewarganegaraan, namun pada kenyataanya di pemilu 2014 besok,

saya meyakini bahwa teman-teman tidak mampu atau tidak siap

atau bahkan tidak niat untuk melakukan pencoblosan atau untuk

pulang, mungkin nanti teman-teman yang pulang hanya teman-

teman yang memang niat mencoblos dan itu pun dengan logika

yang masuk akal maksudnya dengan ongkos yang tidak tinggi.

Banyak faktor yang kemudian kita mampu membicarakan solusi

dari semua ini yaitu menyelesaikan satu persatu masalah tadi.

Harapan KAMMI tentang Indonesia ke depan?

Indonesia butuh pemimpin yang mampu memberikan

tauladan jadi tidak sekadar pemimpin yang mampu mewujudkan

aturan main trus kemudian curhat ketika gagal, tidak, bukan

pemimpin yang seperti itu, jadi pemimpin yang mampu

memberikan tauladan, turun tangan kemudian memberikan solusi

lebih cepat, ini (pemimpin) yang harus kita cari.

Oleh: Intan Laraswari, Indriastuti Septiyani, Gerry Maulana

Waw

ancara

Indonesia Butuh Pemimpin yang Bisa Dijadikan TeladanKAMMI SEMARANG:

64/ 20146

Pasca Pemilu Legislatif, 9 April 2014, banyak hal-hal yang ingin kita ketahui tentang nasib-nasib calon legislatif. Entah itu mereka yang lolos, maupun yang tak lolos. Mengaitkan dengan pemilu legislatif, Opini mencoba menelusuri Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr. Amino Gondhoutomo tentang kisahnya dalam menampung pasien-pasien calon anggota legislatif yang mengalami gangguan jiwa.

Fessy Susilaningtyas, S.Sos, selaku Humas RSJD Dr. Amino Gondohutomo mengatakan bahwa tak ada peningkatan jumlah pasien yang signifikan pasca 9 April 2014 lalu. Ia pun tak memungkiri jika ada rasa heran ketika mengetahui tak ada peningkatan pasien karena gagal mendapatkan kursi di pemilu. Tak berhenti di situ, Opini mencoba menanyakan tentang seluk beluk dari salah satu rumah sakit jiwa yang terbesar di Jawa Tengah. Namun, bukan berarti banyak orang yang mengetahuinya. Banyak penduduk Semarang yang bahkan tak tahu keberadaan rumah sakit yang berlokasi di Jalan Brigjen Sudiarto nomor 347 itu.

Berbicara soal sejarah, RSJD Dr. Amino Gondohutomo pertama kali berdiri tahun 1848 dengan nama Doorgangshuizen Sompok. Saat itu belokasi di Jl. Sompok, sebagai tempat penampungan bagi pasien psikotik akut. Tahun 1912, rumah sakit pindah ke gedung Kleedingmagazijn di Jl Cendrawasih, sebuah gedung tua yang dibangun kurang lebih pada tahun 1878. Namanua pun berubah menjadi, dengan nama Doorgangshuizen Tawang.

Kemudian, pada tanggal 21 Januari 1928, Doorgangshuizen Tawang berubah status menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang dan menjadi milik Pemerintah Pusat. Mulai tanggal 1 Januari 2002 Rumah Sakit Jiwa ini akhirnya berubah nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang, Jawa Tengah. Hal ini sesuai dengan SK Gubernur No.440/09/2002. Dr. Amino Gondohutomo sendiri merupakan nama psikiater pertama di Indonesia kelahiran Surakarta Jawa Tengah.

Tidak seperti bayangan kita, Rumah Sakit Jiwa mungkin seperti tempat pengobatan penyakit kejiwaan yang sedikit seram dan menakutkan. Nyatanya, saat berkunjung ke sana, Opini diterima baik oleh staf bagian dari rumah sakit dan pasien-pasiennya.

Fessy Susilaningtyas, S.Sos, selaku Humas dari RSJD Dr. Amino Gondohutomo menerangkan, sistem perawatan dan pengobatan rumah sakit yang ada dari jaman

Belanda ini hampir sama dengan rumah sakit umum lainnya. Hanya saja penanganan nya tidak seperti mengobati orang-orang yang sakit fisik. “Kami tidak hanya memberikan obat, kami juga memberikan terapi seperti pelatihan keterampilan yakni menjahit, merajut, membuat taman, bertukang dan masih banyak lagi,” tuturnya.

Tak hanya itu, rumah sakit ini juga memberikan hiburan bagi pasiennya dengan musik, olahraga bersama dan rekreasi. “Tak lupa juga kami memberikan spiritual therapy seperti pengajian dan kebaktian bagi pasien nasrani,” tambahnya.Ada sekitar 14 ruang instalasi, 3 klinik dan beberapa unit layanan lainnya di rumah sakit jiwa ini. Seperti rumah sakit pada umumnya, ada beberapa kelas ruangan pasien diantaranya ada kelas VIP, kelas 1, kelas 2 dan juga kelas 3.

Fessy mengatakan kesembuhan adalah hal yang disepakati sebagai ukuran perbaikan. Sedikit berbeda dengan pasien yang terluka fisik, orang dengan masalah kejiwaan memerlukan pendekatan manusiawi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penanganan secara keseluruhan.

Lalu bagaimana jika penanganan gangguan jiwa tidak respon dengan obat dan pendekatan manusiawi? Ia mengaatakan salah satu instalasi di sana, yaitu terapi kejang listrik (ECT) yang jadi pilihan terakhirnya. ECT merupakan intervensi non farmakologis yang menggunakan aliran listrik singkat untuk menimbulkan kejang buatan. Instalasi ini didukung oleh dokter-dokter terlatih dan teknisi elektromedik guna mencegah trauma fisik dan kejiwaan.

RSJD Dr.Amino Gondohutomo berkomitmen dan senantiasa melihat pasien gangguan jiwa dengan berbagai sudut pandang. Karena memang sejatinya manusia dibangun dari sisi fisik maupun jiwa. Keduanya saling berkaitan satu sama lain.

Oleh: Hilda Nurul, Tiffana P Amarselma, Gerry Maulana Thiar

Nyem

ara

ng

Dr. Amino Gondohutomo

Mengenal Lebih Dekat

RSJD

764/ 2014

Di era teknologi yang serba canggih ini, kita dituntut untuk hidup

serba praktis. Para ilmuwan di pelbagai negara berlomba-lomba untuk

menciptakan inovasi yang dapat membantu kehidupan manusia. Mulai dari

pendidikan, ekonomi, politik, sosial, bahkan hiburan membutuhkan

teknologi canggih.

Tidak hanya canggih, tetapi teknologi masa kini juga memiliki

keunikan tersendiri. Meski unik, teknologi-teknologi ini sangat membantu

kehidupan manusia sehari-hari yang sebelumnya tidak terpikirkan. Sehingga

saat in kita benar-benar hidup di era teknologi. Berikut adalah 3 teknologi

yang canggih nan unik yang dapat menambah informasi Anda:

Info

rmasi G

aya H

idup

Teknologi ini ditemukan oleh Duncan Frazier dan Steve McGuigan dari Brooklyn,

New York ini telah menciptakan sebuah masker tidur yang diklaim memungkinkan

orang untuk mampu mengendalikan mimpinya. Uniknya, masker ini diciptakan bagi

Anda yang ingin memilih mimpi seperti bertemu artis idola, mengendarai mobil

impian, dan sebagainya. Masker ini dilengkapi dengan 6 lampu LED tersebut akan

menghasilkan serangkaian cahaya yang memberitahukan tahapan REM yang

terpanjang dan saat otak kita 'memasuki' mimpi akan ditandai dengan keenam

lampu yang berkedip-kedip.

Alat elektronik dengan layar sentuh atau touch screen telah meluas

dikalangan masyarat. Mulai dari handphone, televisi, hingga komputer

menggunakan konsep touch screen. Salah satu perusahaan di Hongkong,

menghadirkan teknologi yang canggih dan unik yaitu produk cermin

revolusioner. Cermin ini memiliki tampilan program aplikasi digital dan

dilengkapi dengan speaker stereo, WiFi, IP41 waterprofing, dan beragam

lainnya. Cermin ini dapat memberikan informasi penting, seperti memantau

kesehatan melalui sebuah pad sensor, dan juga mampu untuk berkomunikasi

dengan komputer dan ponsel. Cermin revolusioner dapat digunakan dapat

dikendalikan melalui remote control atau smartphone.

Produk ini tergolong unik dan menarik karena fungsinya yang dapat

menghilangkan gerah dan panas ditubuh. Teknologi temuan negara

sakura ini terlihat sedikit aneh dan unik. Namun, patut untuk dicoba

karena fungsinya yang dapat menghilangkan panas. Semprotan

pendingin ini berbentuk seperti krim pencukur. Penggunaannya cukup

disemprot pada bagian yang terasa gerah, seperti leher, lengan, tangan,

kaki, dan sebagainya. Nah, unik bukan? Semprotan ini sangat cocok

digunakan pada saat cuaca panas.

Itulah informasi mengenai teknologi yang unik dan menarik yang tentunya dapat menambah pengetahuan Anda. Kita seharusnya bersyukur hidup di zaman serba canggih dengan teknologi yang dapat membantu kehidupan kita.

Masker Pemilih Mimpi

Cermin Layar Sentuh

Semprotan Pendingin

Sumber: health.detik.com

Sumber: www.unikdunia.com

Sumber: 1000unik.blogspot.com

Oleh: Naomi Simeon

TeknologiUnik

era digital

64/ 20148

Pemimpin Umum: Nur Fajriani Falah

Pemimpin Redaksi: Ayu Nabila

Redaktur Pelaksana: Gerry Maulana Thiar

Editor: Ibrahim M. Ramadhan & Yuli Kurniawaty

Layout & Grafis: Gerry Maulana Thiar & Hilda Nurul Fathiya Chasani

Reporter: Gerry Maulana Thiar, Yuli Kurniawaty, Ibrahim M. Ramadhan, Naomi Putri Bahari Simeon, Hilda Nurul

Fathiya Chasani, Tiffana Puspa Amarselma, Indriastuti Septiyani, Chandra Laksmita, Intan Laraswari, Ingrid Dyah.

si opin

SEMINAR NASIONAL

YELLOW JOURNALISM

LPM OPINI

coming soon!

Ngopini

Kantin darurat ditargetkan terealisasi minggu kedua di bulan April.Sekarang minggu ke berapa? Bulan Apa?

Tak ada hadiah uang tunai bagi juara-juara dalam pemilihan Mas dan Mbak FISIP 2014.Mungkin uangnya ditabung buat acara lain.

Pihak universitas dirikan Patung Diponegoro di kawasan Widya Puraya.Paling disebut patung kuda lagi.