molting pada-hewan-crustacea(1)

5
1 MOLTING PADA HEWAN CRUSTACEA Molting adalah proses pergantian cangkang pada hewan Crustacea : udang, kepiting, lobster, dll. dan terjadi ketika ukuran daging udang bertambah besar sementara eksoskeleton tidak bertambah besar karena eksoskeleton bersifat kaku, sehingga untuk menyesuaikan hewan ini akan melepaskan eksoskeleton lama dan membentuk kembali dengan bantuan kalsium. Semakin baik pertumbuhannya semakin sering udang berganti cangkang. Inilah yang kemudian dikenal sebagai pertumbuhan. Beberapa hal yang terkait dengan molting antara lain adanya sifat kanibalisme. Pertumbuhan adalah perubahan bentuk dan ukuran, baik panjang, bobot atau volume, yang secara fisik diekspresikan dengan perubahan jumlah atau ukuran sel penyusun jaringan tubuh dalam jangka waktu tertentu. Secara morfologi, pertumbuhan diwujudkan dalam perubahan bentuk (metamorfosis). Sedangkan secara energetik, pertumbuhan dapat diekspresikan dengan perubahan kandungan total energi (kalori) tubuh pada periode tertentu. Pertumbuhan larva dan pascalarva udang merupakan perpaduan antara proses perubahan struktur melalui metamorfosis dan ganti kulit (molting), serta peningkatan biomassa sebagai proses transformasi materi dari energi pakan menjadi massa tubuh udang. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis dan faktor eksternal yakni berkaitan dengan lingkungan yang menjadi media pemeliharaan. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya yaitu, komposisi kimia air, substrat dasar, temperatur air dan ketersediaan pakan. Lama periode perkembangan stadia pascalarva udang ditentukan oleh waktu antar ganti kulit yang disebut juga periode intermolt. Semakin singkat periode intermolt maka perkembangan pascalarva cenderung semakin cepat. Pada setiap ganti kulit, intergumen membuka, pertumbuhan terjadi cepat pada periode waktu yang pendek, sebelum intergumen yang baru menjadi keras. Penjelasan secara sederhana mengenai ganti kulit pada udang mengikuti alur proses sebagai berikut: 1. Mobilisasi dan akumulasi cadangan material metabolik, seperti Ca, P dan bahan organik ke dalam hepatopankreas selama akhir periode antar ganti kulit (intermolt akhir) 2. Pembentukan kulit baru diiringi dengan resorpsi material organik dan anorganik dari kulit lama selama periode persiapan (awal) ganti kulit (premolt) 3. Pelepasan kulit lama pada saat ganti kulit dan diikuti dengan absorpsi air dari media eksternal dalam jumlah besar (molt).

Upload: siti-mahmudah

Post on 09-Aug-2015

8 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Molting pada-hewan-crustacea(1)

1

MOLTING PADA HEWAN CRUSTACEA

Molting adalah proses pergantian cangkang pada hewan Crustacea : udang,

kepiting, lobster, dll. dan terjadi ketika ukuran daging udang bertambah besar sementara

eksoskeleton tidak bertambah besar karena eksoskeleton bersifat kaku, sehingga untuk

menyesuaikan hewan ini akan melepaskan eksoskeleton lama dan membentuk kembali

dengan bantuan kalsium. Semakin baik pertumbuhannya semakin sering udang berganti

cangkang. Inilah yang kemudian dikenal sebagai pertumbuhan. Beberapa hal yang

terkait dengan molting antara lain adanya sifat kanibalisme. Pertumbuhan adalah

perubahan bentuk dan ukuran, baik panjang, bobot atau volume, yang secara fisik

diekspresikan dengan perubahan jumlah atau ukuran sel penyusun jaringan tubuh dalam

jangka waktu tertentu. Secara morfologi, pertumbuhan diwujudkan dalam perubahan

bentuk (metamorfosis). Sedangkan secara energetik, pertumbuhan dapat diekspresikan

dengan perubahan kandungan total energi (kalori) tubuh pada periode tertentu.

Pertumbuhan larva dan pascalarva udang merupakan perpaduan antara proses

perubahan struktur melalui metamorfosis dan ganti kulit (molting), serta peningkatan

biomassa sebagai proses transformasi materi dari energi pakan menjadi massa tubuh

udang. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal meliputi sifat

genetik dan kondisi fisiologis dan faktor eksternal yakni berkaitan dengan lingkungan

yang menjadi media pemeliharaan. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya yaitu,

komposisi kimia air, substrat dasar, temperatur air dan ketersediaan pakan.

Lama periode perkembangan stadia pascalarva udang ditentukan oleh waktu

antar ganti kulit yang disebut juga periode intermolt. Semakin singkat periode intermolt

maka perkembangan pascalarva cenderung semakin cepat. Pada setiap ganti kulit,

intergumen membuka, pertumbuhan terjadi cepat pada periode waktu yang pendek,

sebelum intergumen yang baru menjadi keras. Penjelasan secara sederhana mengenai

ganti kulit pada udang mengikuti alur proses sebagai berikut:

1. Mobilisasi dan akumulasi cadangan material metabolik, seperti Ca, P dan bahan

organik ke dalam hepatopankreas selama akhir periode antar ganti kulit

(intermolt akhir)

2. Pembentukan kulit baru diiringi dengan resorpsi material organik dan anorganik

dari kulit lama selama periode persiapan (awal) ganti kulit (premolt)

3. Pelepasan kulit lama pada saat ganti kulit dan diikuti dengan absorpsi air dari

media eksternal dalam jumlah besar (molt).

Page 2: Molting pada-hewan-crustacea(1)

2

4. Pembentukan dan pengerasan kulit baru dari cadangan material organik dan

anorganik yang berasal dari hemolimfe (darah) dan hepatopankreas (sebagian

kecil berasal dari media eksternal), yang terjadi pada periode setelah ganti kulit

(postmolt).

Page 3: Molting pada-hewan-crustacea(1)

3

5. Pertumbuhan jaringan somatik selama periode setelah ganti kulit dan awal antar

ganti kulit, fase dimana udang akan mengalami homeostasis kalsium yakni

proses yang bertujuan untuk menyeimbangkan kandungan ion kalsium tubuh

dengan ion kalsium diperairan (intermolt awal).

Secara umum, frekuensi pergantian cangkang akan selalu beriringan dengan

pertambahan umur, pada juvenile terjadi setiap 10 hari, sedangkan setelah dewasa

terjadi 4-5 kali setahun, ketika sudah menjadi induk dan pernah memijah biasanya

melakukan molting 1-2 kali setahun.

Ada 2 faktor yang mempengaruhi molting pada krustasea yaitu faktor eksternal dan

faktor internal. Faktor eksternal diantaranya; adanya stressor, nutrisi, photoperiod dan

temperatur sedangkan faktor internal terkait dengan produksi hormon ekdisteroid dan

Molt Inhibiting Hormon (MIH). Pelepasan hormone ekdisteroid oleh organ-Y yang

bervariasi berdasarkan stadium yang dilaluinya dalam siklus ganti kulit dan juga

tergantung pada kadar hormon ekdisteroid yang terdapat dalam hemolim.

Page 4: Molting pada-hewan-crustacea(1)

4

Pengaturan kadar hormon ekdisteroid hemolim dapat dipengaruhi melalui beberapa

lintasan. Penelitian terhadap organ-Y dengan cara in vitro memperlihatkan bahwa

ekstrak tangkai mata dapat memperlambat atau menghentikan pelepasan hormone

ekdisteroid. Berdasarkan sistem pengaturan kadar hormon ekdisteroid hemolim tersebut

Page 5: Molting pada-hewan-crustacea(1)

5

diatas dan hubungannya dengan MIH. Model sistem pengaturan neuroendokrin yang

pernah diketahui adalah interaksi antara organ-X – kelenjar sinus dan organ-Y. Faktor

lingkungan termasuk di dalamnya stres akan mengaktifkan neuron serotonergik tangkai

mata yang merangsang kompleks sel-sel neurosekretori organ-X (XO) – kelenjar sinus

(SG) untuk melepaskan MIH. MIH dalam hemolim berikatan dengan permukaan

reseptor sel organ-Y yang menyebabkan adenilat siklase (AC) aktif dan mengubah ATP

menjadi cAMP (siklik AMP). Produksi hormon ekdison dari kolestrol akan ditekan oleh

cAMP. Pengaruh yang berlawanan ditimbulkan oleh kalsium (Ca) yang berikatan

dengan kamodulin akan mengaktifkan enzim cAMP-fosfodiesterase membentuk 5

AMP, sehingga produksi ekdison dapat ditingkatkan kembali. Kenaikan kadar kalsium

hemolim pada awal ganti kulit dan akan turun kembali pada saat ganti kulit, keadaan ini

berhubungan dengan perubahan ekdisteroid hemolim.

(Dari berbagai sumber yang terkait dengan molting pada hewan Crustacea)