modul training jurnalistik (tentang etika & profesionalisme
DESCRIPTION
Bahan bacaan broadcaster semoga manfaatTRANSCRIPT
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 1
Modul Etika Jurnalistik & Profesionalisme
Internews Timor LesteJl. Marconi – Fatuhada, DiliPhone: (67) 0390 324 475
Firmansyah Training Manager
April 2004
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 2
Persoalan Etika: Menjadi Jurnalis Profesional
Media di Mata Publik Kode Etik & Perilaku Profesional
Nilai, Standar & Prinsip Untuk Apa Jurnalisme Itu?
Sembilan Elemen Jurnalisme
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 3
UU Pers no. 40/1999
Pers adalah lembaga sosial & wahana komunikasi massa yg melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data & grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yg tersedia. (Pasal 1 ayat 1)
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 4
UU Pers no. 40/1999
Kemerdekaan pers adalah salah satu wujudkedaulatan rakyat yang berasaskan prinsipprinsip demokrasi, keadilan, dan supremasihukum. (Pasal 2)
Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasiwarga negara. (Pasal 4 ayat 1)
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 5
UU Pers no. 40/1999
Terhadap pers nasional tidak dikenakanpenyensoran, pembredelan/pelarangan
penyiaran. (Pasal 4 ayat 2)
Untuk menjamin kemerdekaan pers, persnasional mempunyai hak mencari,
memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan & informasi. (Pasal 4 ayat 3)
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 6
UU Penyiaran no. 32/2002
Penyiaran radio: media komunikasi massadengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi
dalam bentuk suara secara umum & terbuka,berupa program yg teratur & berkesinambungan.
(Pasal 1 ayat 3)
Spektrum frekuensi radio: gelombangelektromagnetik yg digunakan utk penyiaran &merambat di udara serta ruang angkasa tanpa
sarana penghantar buatan, merupakan ranah publik& sumber daya alam terbatas. (Pasal 1 ayat 8)
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 7
UU Penyiaran no. 32/2002
Lembaga penyiaran: penyelenggara penyiaran (lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun
lembaga penyiaran berlangganan) yg dalammelaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung
jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(Pasal 1 ayat 9)
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 8
UU Penyiaran no. 32/2002
Wartawan penyiaran dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik media elektronik tunduk
kepada Kode Etik Jurnalistik & peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(Pasal 42)
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 9
Media di Mata Publik(Apa kata publik tentang media
pada umumnya?)
Tdk sensitif, arogan & pada umumnya berperilaku buruk
Tdk akurat, tidak lengkap & umumnya tidak profesional
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 10
Media di Mata Publik(Apa kata publik tentang media pd umumnya?)
Berbeda pandangan soal NILAI BERITA & “pengertian berita”
Berbeda pandangan soal manfaat berita bagi konsumennya/publik
Prof. Charles Self, Texas A&M University (1985)
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 11
Kode Etik & Perilaku Profesional
“Jurnalis elektronik profesional harus bertugas sebagai wakil dari publik, mengusahakan
kebenaran, melaporkan dengan jujur & independen serta bertanggung-jawab atas kerja mereka”
Radio-TV News Director Association Adopted on Sept 14,
2000
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 12
Nilai, Standar & Prinsip
1. Ketidakberpihakan2. Akurat3. Keadilan4. Berikan gambaran utuh & apa adanya
terhadap orang atau budaya
(Producers’ Guidelines The BBC’s values & standards)
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 13
Nilai, Standar & Prinsip
5. Editorial yg jujur & independen6. Menghormati hak-hak pribadi7. Menghormati standar rasa & kesopanan (adat-
istiadat, dll)
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 14
Nilai, Standar & Prinsip
8. Menghindari tiruan antisosial & perilaku kriminal (terutama dlm liputan peristiwa kriminal)
9. Melindungi keselamatan anak-anak
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 15
Utk Apa jurnalisme Itu?
Tujuan utama dari jurnalisme adalah menyediakan masyarakat informasi yang tidak
berpihak & bebas mereka tentukan sendiri
The Elements of Journalism: Bill Kovach & Tom Rosenstiel
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 16
9 Elemen Jurnalisme
1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN (fungsional)
2. Loyalitas kepada Masyarakat
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
The elements of Journalism: Bill Kovach & Tom Rosenstiel
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 17
9 Elemen Jurnalisme
4. Independensi
5. Memantau Kekuasaan & Menyambung Lidah Mereka yang Tertindas
6. Jurnalisme sebagai forum publik
The elements of Journalism: Bill Kovach & Tom Rosenstiel
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 18
9 Elemen Jurnalisme
7. Jurnalisme Harus MEMIKAT Sekaligus RELEVAN
8. Kewajiban Wartawan Menjadikan Beritanya PROPORSIONAL & KOMPREHENSIF
9. Setiap Wartawan Harus Mendengarkan Hati Nuraninya Sendiri
The elements of Journalism: Bill Kovach & Tom Rosenstiel
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 19
1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN (fungsional)
Namun, menurut Kovach & Rosenstielsendiri, ini sebuah ironi, yang justru paling
membingungkan!
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 20
Kebenaran yang mana? Bukankah kebenaran bisa dipandang dr kacamat berbeda2? Tiap-tiap
agama, ideologi ataukah filsafat punya dasar pemikiran yg belum tentu sama. Sejarah pun sering bisa direvisi. Jadi, kebenaran menurut
siapa?
1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 21
Mnrt Kovach & Rosenstiel masyarakat butuh prosedur & proses utk mendapatkan apa yang
disebut kebenaran fungsional (k.f). Polisi melacak & menangkap tersangka berdasarkan ini. Hakim menjalankan peradilan juga berdasarkan k.f.
1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 22
Kebenaran fungsional senantiasa bs direvisi. Seorg terdakwa bs dibebaskan krn tdk terbukti
salah. Hakim bs keliru. Pelajaran sejarah bs salah. Bahkan hukum2 alampun bs salah!
1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 23
Ini pula yg dilakukan jurnalisme. Bukankebenaran dlm tataran filosofis, tapi dlm tataran
fungsional. Kebenaran yg diberitakan mediadibentuk lapisan demi lapisan.
1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 24
Kovach & Rosenstiel mengambil contoh tabrakanlalu lintas. Hari pertama seorang wartawan
memberitakan kecelakaan itu. Di mana, jam berapa, jenis kendaraannya apa, nomor
polisi berapa, korbannya bagaimana.
1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 25
Hari kedua berita itu mungkin ditanggapi oleh pihak lain. Mungkin polisi, mungkin keluarga
korban. Mungkin ada koreksi. Kemudian, koreksi bisa diberitakan pd hari ketiga/segera mungkin. Ini juga bertambah ketika ada surat pendengar, atau opini lewat telepon, dst. Dari kebenaran sehari-
hari ini terbentuklah bangunan kebenaran yg lebih lengkap.
1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 26
Hari kedua berita itu mungkin ditanggapi oleh pihak lain. Mungkin polisi, mungkin keluarga
korban. Mungkin ada koreksi. Kemudian, koreksi bisa diberitakan pada hari
ketiga/segera mungkin. Ini juga bertambah ketika ada surat pendengar, atau opini lewat telepon, dst. Dari kebenaran sehari-hari ini
terbentuklah bangunan kebenaran yang lebih lengkap.
1. Tugas pertama jurnalisme adalah menyampaikan KEBENARAN
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 27
Mengetahui mana yg benar &mana yangsalah saja tak cukup. Kovach dan Rosenstiel
menerangkan elemen kedua dengan bertanya,“Kepada siapa wartawan harus menempatkan
loyalitasnya? Pada perusahaannya? Padapembacanya? Atau pada masyarakat?”
2. Loyalitas kepada Masyarakat
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 28
Mengetahui mana yg benar & mana ygsalah saja tak cukup. Kovach dan Rosenstiel
menerangkan elemen kedua dengan bertanya,“Kepada siapa wartawan harus menempatkan
loyalitasnya? Pada perusahaannya? Padapembacanya? Atau pada masyarakat?” Ingatlah:
wartawan punya tanggungjawab sosial!
2. Loyalitas kepada Masyarakat
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 29
Kovach & Rosenstiel khawatir banyaknya wartawan yang mengurusi bisnis bisa
mengaburkan misi media dlm melayani kepentingan masyarakat. Bisnis media beda dg
bisnis kebanyakan. Dalam bisnis media ada sebuah segitiga. Sisi pertama adalah pembaca,
pemirsa, atau pendengar. Sisi kedua adalah pemasang iklan. Sisi ketiga adalah masyarakat
(citizens).
2. Loyalitas kepada Masyarakat
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 30
Segitiga Bisnis Media
Masyarakat
Pendengar Pengiklan
2. Loyalitas kepada Masyarakat
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 31
Kovach & Rosenstiel berkata: Pengecekan ulang dengan teliti adalah ESENSI dari jurnalisme!
Disiplin mampu membuat wartawan menyaring desas-desus, gosip, ingatan
yang keliru, manipulasi, untuk mendapatkaninformasi yang akurat. Disiplin verifikasi inilahyang membedakan jurnalisme dengan hiburan,
propaganda, fiksi atau seni.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 32
Kovach & Rosenstiel berpendapat, “saudara sepupu” hiburan yang disebut infotainment
(dari kata information & entertainment) harus dimengerti wartawan agar tahu mana
batas-batasnya.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 33
Infotainment hanya terfokus pada apa-apayang menarik perhatian pemirsa/ -
pendengar. Jurnalisme meliputkepentingan masyarakat yang bisa
menghibur tapi juga bisa tidak.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 34
Bagaimana dg beragamnya standar jurnalisme? Tidakkah disiplin tiap wartawan
dalam melakukan verifikasi bersifat personal? Menurut Kovach & Ronsenstiel,
memang tak setiap wartawan punya pemahaman yang sama.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 35
Tidak setiap wartawan tahu standar minimal verifikasi. Susahnya, karena tak dikomunikasikan dengan baik, ini sering
menimbulkan ketidaktahuan pada banyak orang karena disiplin dalam
jurnalisme ini sering terkait dengan apa yg biasa disebut sebagai objektifitas.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 36
Orang sering bertanya apa objektifitas dalam jurnalisme itu? Apakah wartawan
bisa objektif? Bagaimana dengan wartawan yang punya latar belakang
pendidikan, sosial, ekonomi, kewarganegaraan, etnik, agama &
pengalaman pribadi yang nilai-nilainya berbeda dengan nilai dari peristiwa yang
diliputnya?
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 37
Kovach dan Rosenstiel menjelaskan, pada abad XIX tak mengenal konsep objektifitas itu.
Wartawan zaman itu lebih sering memakai apa yang disebut sebagai realisme. Mereka
percaya bila seorang reporter menggali fakta-fakta dan menyajikannya begitu saja maka
kebenaran bakal muncul dengan sendirinya.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 38
Ide tentang realisme ini muncul bersamaan dengan terciptanya struktur karangan yang disebut sebagai piramida terbalik di mana fakta yang paling penting diletakkan pada awal laporan, demikian seterusnya, hingga
yang paling kurang penting. Mereka berpendapat struktur itu membuat
pendengar memahami berita secara alamiah.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 39
Walter Lippmann (wartawan terkemuka New York Times) menekankan, jurnalisme tak cukup hanya
dilaporkan oleh “saksi Mata yang tak terlatih.” Niat baik atau usaha yang jujur juga tak cukup.
Lippmann mengatakan inovasi baru pada zaman itu, misalnya bylines atau kolumnis, juga tidak
cukup.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 40
Bylines diciptakan agar nama setiap reporter diketahui publik yang bakal mendorong si
reporter bekerja lebih baik karena namanya terpampang jelas. Kolumnis/ulasan adalah
wartawan atau penulis senior yang tugasnya menerangkan suatu peristiwa dengan konteks
yang lebih luas yang mungkin tak bisa dilaporkan reporter yang sibuk bekerja di lapangan.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 41
Solusinya, menurut Lippmann, wartawan harus menguasai semangat ilmu
pengetahuan (ANALISIS), “Ada satu hal yang bisa disatukan dalam kehidupan yang
berbeda-beda ini. Itu adalah keseragaman dalam mengembangkan metode, ketimbang sebagai tujuan; seragamnya metode yang
ditarik dari pengalaman di lapangan).”
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 42
Baginya, metode jurnalisme bisa objektif. Namun, objektifitas bukanlah tujuan. Objektifitas
adalah disiplin dalam melakukan verifikasi.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 43
Kovach & Rosenstiel menawarkan 5 konsep dalam verifikasi:
- Jangan menambah atau mengarang apa pun; - Jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsa, maupun pendengar; - Bersikaplah setransparan & sejujur mungkin ttg metode & motivasi Anda dlm reportase; - Bersandarlah pd reportase Anda sendiri; - Bersikaplah rendah hati.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 44
Kovach dan Rosenstiel juga menawarkan metode yang kongkrit dalam melakukan verifikasi:
Pertama, penyuntingan secara skeptis. Penyuntingan harus dilakukan baris demi baris,
kalimat demi kalimat, dengan sikap skeptis. Banyak pertanyaan, banyak gugatan.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 45
Kedua, memeriksa akurasi. David Yarnold dari San Jose Mercury News mengembangkan satu daftar pertanyaan yang disebutnya “accuracy
checklist.”
- Apakah lead berita sudah didukung dengan data-data penunjang yang cukup?
- Apakah sudah dicek ulang: semua nomor telepon & alamat yg ada dalam laporan tsb?
Bagaimana dengan penulisan/cara pengucapan nama & jabatan?
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 46
- Apakah materi background guna memahami laporan Anda sudah lengkap?
- Apakah semua pihak yang ada dalam laporan sudah diungkapkan dan apakah semua pihak sudah diberi hak untuk bicara?
- Apakah laporan itu berpihak atau membuat penghakiman yang mungkin halus terhadap salah satu pihak? Siapa orang yang kira-kira tak suka dengan laporan Anda lebih dari batas yg wajar?
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 47
- Apa ada yang kurang?
- Apakah semua kutipan akurat dan diberi keterangan dari sumber yang memang mengatakannya? Apakah kutipan-kutipan (insert/actuality) itu mencerminkan pendapat dari yang bersangkutan?
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 48
Ketiga, jangan berasumsi. Jangan percaya pada sumber-sumber resmi begitu saja.
Wartawan harus mendekat pada sumber-sumber primer sedekat mungkin.
David Protess dari Northwestern University memiliki satu metode untuk ini.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 49
David Protess memakai tiga lingkaran yang konsentris. Lingkaran paling luar berisi data-data sekunder terutama kliping media lain. Lingkaran
yang lebih kecil adalah dokumen-dokumen misalnya laporan pengadilan, laporan polisi, laporan keuangan, dsb. Lingkaran terdalam
adalah saksi mata.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 50
Data sekunder
Dokumen
Saksi mata
Metode 3 Lingkaran
David Protess
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 51
Metode keempat, pengecekan fakta ala Tom French yang disebut Tom French’s Colored Pencil. Metode ini sederhana.
French, seorang spesialis narasi panjang nonfiksi dari suratkabar St. Petersburg Times, Florida, AS memakai pensil berwarna untuk mengecek fakta-fakta dalam karangannya, baris per baris, kalimat per kalimat.
3. Disiplin dalam Melakukan VERIFIKASI
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 52
“Seorang wartawan adalah mahluk asosial. Asosial bukan berarti antisosial.” (Namun ini sangat dilematis!)
Kovach dan Rosenstiel berpendapat, wartawan boleh mengemukakan pendapatnya dalam kolom opini (tidak dalam berita). Mereka tetap dibilang wartawan walau menunjukkan sikapnya dengan jelas.
4. Independensi
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 53
Kalau begitu wartawan boleh tak netral? Menjadi netral bukanlah prinsip dasar jurnalisme. Impartialitas juga bukan yang dimaksud dengan objektifitas.
Prinsipnya, wartawan harus bersikap independen terhadap orang-orang yang mereka liput.
4. Independensi
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 54
Semangat & pikiran untuk bersikap independen ini lebih penting ketimbang NETRALITAS. Namun wartawan yang
beropini juga tetap harus menjaga akurasi dari data-datanya. Menulis opini ibaratnya, menurut Maggie Galagher dari Universal Press Syndicate, “bicara dengan seseorang
yang tak setuju dengan saya.”
Mereka harus tetap melakukan verifikasi, mengabdi pada kepentingan masyarakat, dan memenuhi berbagai
ketentuan lain yang harus ditaati seorang wartawan (kode etik).
4. Independensi
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 55
Kesetiaan pada kebenaran inilah yang membedakan wartawan dengan juru penerangan
atau propaganda.
Kebebasan berpendapat ada pada setiap orang. Tiap orang boleh bicara apa saja walau isinya
propaganda atau menyebarkan kebencian. Tapi jurnalisme bukan hal yang sama.
4. Independensi
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 56
Independensi harus dijunjung tinggi di atas identitas lain seorang wartawan. Ada wartawan yang
beragama Kristen, Islam, berkulit putih, keturunan Asia, keturunan Afrika, laki-laki, perempuan, dsb.
Semua itu harus dinomorduakan! Pertama wartawan dulu, baru sebagai orang Kristen/Islam, dll. Jangan
jadikan identitasmu sebagai alasan untuk mendikte-mu.
4. Independensi
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 57
Memantau kekuasaan bukan berarti melukai mereka yang hidupnya nyaman.
Memantau kekuasaan dilakukan dalam kerangka ikut menegakkan demokrasi.
5. Memantau Kekuasaan & Menyambung Lidah Mereka yang Tertindas
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 58
Salah satu cara pemantauan ini adalah melakukan investigative reporting --sebuah jenis
reportase di mana si wartawan berhasil menunjukkan siapa yang salah, siapa yang
melakukan pelanggaran hukum, yang seharusnya jadi terdakwa, dalam suatu
kejahatan publik yang sebelumnya dirahasiakan.
5. Memantau Kekuasaan & Menyambung Lidah Mereka yang Tertindas
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 59
Namun investigasi sering dijadikan barang dagangan (terjadi di AS & juga di Indonesia).
Investigasi tidak sama dengan RUMOR.
Kovach & Rosenstiel menceritakan bagaimana radio-radio di sana menyiarkan rumor dan dengan
seenaknya mengatakan mereka melakukan investigasi. Susahnya, para pendengar, pemirsa, dan pembaca juga tak tahu apa investigasi itu.
5. Memantau Kekuasaan & Menyambung Lidah Mereka yang Tertindas
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 60
Banyak media lebih suka memperdagangkan label-nya saja tetapi tak benar-benar masuk ke dalam
investigasi.
Bob Woodward dari The Washington Post, salah seorang wartawan yang investigasinya ikut mendorong mundurnya Presiden Richard Nixon (skandal Watergate
pada 1970-an), mengatakan: salah satu syarat investigasi adalah “pikiran yang terbuka.”
5. Memantau Kekuasaan & Menyambung Lidah Mereka yang Tertindas
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 61
Manusia itu punya rasa ingin tahu yang alamiah. Bila media melaporkan, katakanlah dari jadwal-
jadwal acara budaya hingga kejahatan publik atau timbulnya suatu tren sosial, ini pasti akan menggelitik rasa ingin tahu pendengar.
Ketika mereka bereaksi terhadap laporan-laporan itu maka masyarakat pun dipenuhi dengan
komentar –mungkin lewat program telepon di radio/talk show, surat pendengar, dsb.
6. Jurnalisme Sebagai Forum Publik
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 62
Pada gilirannya, komentar-komentar dalam program interaktif didengar oleh para politisi & birokrat yang
menjalankan roda pemerintahan. Memang tugas merekalah untuk menangkap aspirasi masyarakat.
Dengan demikian, fungsi jurnalisme sebagai forum publik sangatlah penting karena, seperti pada zaman
Yunani kuno, lewat forum inilah demokrasi ditegakkan.
6. Jurnalisme Sebagai Forum Publik
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 63
Kovach dan Rosenstiel berpendapat jurnalisme yang mengakomodasi debat publik harus dibedakan dengan
“jurnalisme semu,” yang mengadakan debat secara artifisial dengan tujuan menghibur atau melakukan
provokasi.
Munculnya jurnalisme semu itu terjadi karena debatnya tak dibuat berdasarkan fakta-fakta secara memadai. “Talk
is cheap,” kata Kovach dan Rosenstiel.
6. Jurnalisme Sebagai Forum Publik
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 64
Memikat sekaligus relevan. Ironisnya, dua faktor ini justru sering dianggap dua hal yang
bertolakbelakang.
Laporan yang memikat dianggap laporan yang lucu, sensasional, menghibur, dan penuh selebritis. Tapi
laporan yang relevan dianggap kering, penuh dengan
angka-angka, dan membosankan.
7. Jurnalisme Harus Memikat Sekaligus Relevan
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 65
Padahal bukti-bukti cukup banyak, bahwa masyarakat mau keduanya. Orang menonton Cek
& Ricek tapi juga suka menyaksikan Seputar Indonesia, dst.
Majalah The New Yorker terkenal bukan saja karena kartun-kartunnya yang lucu, tapi juga
laporan-laporannya yang panjang & serius. Inilah yang disebut dengan jurnalisme yang bermutu.
7. Jurnalisme Harus Memikat Sekaligus Relevan
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 66
Apa itu berita yang proporsional?
Kovach & Rosenstiel mengatakan banyak suratkabar yang menyajikan berita yang tak
proporsional. Judul-judulnya sensional. Penekanannya pada aspek yang emosional.
8. Kewajiban Wartawan Menjadikan Beritanya PROPORSIONAL & KOMPREHENSIF
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 67
Apa itu berita yang sensasional?
Kovach & Rosenstiel mengambil contoh menarik. Pers sensasional diibaratkan seseorang yang ingin meraih perhatian orang dengan pergi ke tempat umum lalu melepas pakaiannya. Orang pasti suka &
melihatnya.
Pertanyaannya adalah bagaimana orang telanjang itu menjaga kesetiaan orang yang sedang melihatnya?
8. Kewajiban Wartawan Menjadikan Beritanya PROPORSIONAL & KOMPREHENSIF
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 68
Ini berbeda dengan pemain gitar di pusat keramaian. Dia datang ke tempat umum, memainkan gitar, ada sedikit orang yang
memperhatikan.
Namun seiring dengan kualitas permainan gitarnya, makin hari makin banyak orang yang
datang untuk mendengarkan. Pemain gitar inilah contoh pers yang proporsional.
8. Kewajiban Wartawan Menjadikan Beritanya PROPORSIONAL & KOMPREHENSIF
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 69
Masyarakat bisa tahu kalau si wartawan mencoba proporsional atau tidak. Sebaliknya masyarakat
juga tahu kalau si wartawan cuma mau bertelanjang bulat.
SETIAP wartawan harus mendengarkan hati nuraninya sendiri. Dari ruang redaksi hingga ruang direksi,
semua wartawan seyogyanya punya pertimbangan pribadi tentang etika dan tanggungjawab sosial.
8. Kewajiban Wartawan Menjadikan Beritanya PROPORSIONAL & KOMPREHENSIF
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 70
“Setiap individu reporter harus menetapkan kode etiknya sendiri, standarnya sendiri dan berdasarkan model itulah dia membangun karirnya,” kata wartawan televisi Bill Kurtis dari
A&E Network.
Menjalankan prinsip itu tak mudah karena diperlukan suasana kerja yg nyaman, bebas, dimana setiap orang
dirangsang utk bersuara. “Bos, saya kira keputusan Anda keliru!” atau “Pak, ini kok kesannya rasialis” adalah 2 contoh
kalimat yg seharusnya bisa muncul di redaksi.
9. Setiap Wartawan Harus Mendengarkan Hati Nuraninya Sendiri
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 71
Membolehkan tiap individu wartawan menyuarakan hati nurani pada dasarnya membuat urusan
manajemen jadi lebih kompleks. Tapi tugas setiap redaktur untuk memahami persoalan ini.
Mereka memang mengambil keputusan final tapi mereka harus senantiasa membuka diri agar tiap
orang yang hendak memberi kritik atau komentar bisa datang langsung pada mereka.
9. Setiap Wartawan Harus Mendengarkan Hati Nuraninya Sendiri
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 72
Esensi dari jurnalisme adalah disiplin dalam melakukan verifikasi. Ini membuat wartawan bisa
menyaring desas-desus, gosip, atau manipulasi, guna mendapatkan informasi yang akurat. Disiplin
verifikasi membedakan jurnalisme dengan hiburan, propaganda, fiksi atau seni.
Dua Elemen Penting Jurnalisme
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 73
Jurnalisme harus memantau kekuasaan & menyambung lidah mereka yang tertindas. Bukan berarti melukai mereka yang hidupnya nyaman tapi ikut menegakkan demokrasi.
Dua Elemen Penting Jurnalisme
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 74
1. Menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar
2. Menempuh cara yang etis utk memperoleh & menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber informasi
Kode Etik Wartawan Indonesia
Wartawan Indonesia:
Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan (UU Pers no. 40/1999 pasal
1 ayat 14)
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 75
3. Menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampur-adukkan antara fakta & opini, berimbang & selalu meneliti kebenaran informasi serta tidak melakukan plagiat
4. Tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis, cabul serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila
Kode Etik Wartawan Indonesia
Wartawan Indonesia:
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 76
5. Tidak menerima suap & tidak menyalahgunakan profesi
6. Memiliki hak tolak*, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang & off the records sesuai kesepakatan
*Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya,untuk menolak mengungkapkan nama dan atauidentitas lainnya dari sumber berita yang harus
dirahasiakannya. (UU Pers 40/1999 pasal 1 ayat 10)
Kode Etik Wartawan Indonesia
Wartawan Indonesia:
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 77
*Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak. (UU Pers 40/1999 pasal 4 ayat 4)
*Embargo: Menunda pemberitaan karena kesepakatan kita
dg nara sumber (sampai masa ia memperbolehkannya).
7. Segera mencabut & meralat kekeliruan dalam pemberitaan serta melayani Hak Jawab
*Hak Jawab adalah seseorang/sekelompok org utkmemberikan tanggapan/sanggahan thd pemberitaan yg
merugikan nama baiknya. (UU Pers 40/1999 pasal 1 ayat 11)
Kode Etik Wartawan Indonesia
Wartawan Indonesia:
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 78
Proses kebebasan dari pengekangan, yang sangat esensial untuk memungkinkan para
jurnalis, redaksi & penerbit/lembaga penyiaran untuk memajukan kepentingan masyarakat melalui penerbitan, penyiaran atau sirkulasi
fakta-fakta & opini yang tanpanya suatu kelompok pemilih yang demokratis tidak akan
dapat membuat pertimbangan yang bertanggung jawab.
(International Federation of Journalists)
Kebebasan untuk Media
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 79
Serikat-serikat IFJ menolak usaha-usaha untuk memanipulasi media baik melalui cara kasar
penyensoran resmi atau dengan mekanisme apapun dimana para jurnalis diberitahu apa yang harus
ditulis/disiarkan dalam suratkabarnya/gelombang siaran.
Manipulasi dapat terjadi dalam pelbagai bentuk: apakah melalui tangan besi dari suatu departemen penerangan
sampai kepada tekanan yang lebih halus dari pihak periklanan dan kepentingan komersial.
Kebebasan untuk Media
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 80
Ancaman yang paling serius terhadap kebebasan pers seringkali bukan dalam bentuk pengontrolan langsung,
tapi melalui terciptanya suasana dimana terjadi penyensoran diri oleh para jurnalis dan redaktur sendiri.
IFJ yakin akan perlunya pemberdayaan para jurnalis agar dapat memperjuangkan kebebasan pers. IFJ sepenuhnya mendukung definisi kebebasan & pluralitas dalam media
yg tertuang pada Deklarasi Windhoek th. 1991
Kebebasan untuk Media
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 81
“Dengan mengatakan pers independen, kami maksudkan pers yang bebas dari
kontrol pemerintah, kepentingan-kepentingan politik atau ekonomi, atau
dari pengontrolan bahan-bahan dan infrastruktur yang penting bagi produksi dan distribusi suratkabar, majalah dan
terbitan periodik.”
Deklarasi Windhoek (1991) UNESCO
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 82
“Dengan mengatakan pers pluralistik, kami maksudkan dihentikannya monopoli dalam bentuk apapun juga, dan kehadiran sebanyak mungkin suratkabar, majalah dan terbitan periodik yang mencerminkan jangkauan opini yang terdapat di masyarakat seluas-luasnya.”
Deklarasi Windhoek (1991) UNESCO
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 83
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 84
Daftar Pustaka
1. Primadi, Riza, Persoalan Etika dalam Program kampanye & Iklan Politik di Radio, sebuah Makalah pada Seminar UNESCO, Jakarta, 2003
2. Kovach, Bill & Rosenstiel, Tom, The Elements of Journalism, 2001
3. Kovach, Bill, Journalism and Patriotism , Commentary, 2003
4. Harsono, Andreas, Resensi Buku ‘Sembilan Elemen
Jurnalisme’, Pantau, Jakarta, 2001.
5. International Federation of Journalists, Election Reporting Handbook, IFJ, 1999.
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 85
6. Center for Civic Education, Press Gallery, Islamabad, Pakistan.
7. International Federation of Journalists, Keselamatan Jurnalis di Daerah Konflik, AJI, Jakarta.
8. Jonathans, Errol, Kekuatan Radio Lokal Membangun Demokrasi di Indonesia, sebuah Makalah pada Seminar UNESCO, Jakarta, 2003.
9. Firmansyah, dkk, Radio & Pemilu 2004, FNS, CETRO dan JRPP, Jakarta, 2004
Daftar Pustaka
21 April 2004 Firmansyah MS - Internews TL 86