bahasa indonesia jurnalistik

28
BAHASA INDONESIA JURNALISTIK* Oleh Udo Z. Karzi** PENGERTIAN Bahasa yang digunakan wartawan dinamakan bahasa pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu ragam bahasa. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas, yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, menarik, dan netral (demokratis). Namun jangan dilupakan, bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak menganggap sepi kaidah- Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 1

Upload: udo-z-karzi

Post on 26-Jun-2015

1.958 views

Category:

Education


0 download

DESCRIPTION

Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas, yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, menarik, dan netral (demokratis). Namun jangan dilupakan, bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Begitu juga dia mesti memperhatikan ejaan yang benar. Akhirnya dalam kosa kata, bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.

TRANSCRIPT

Page 1: Bahasa indonesia jurnalistik

BAHASA INDONESIA JURNALISTIK*Oleh Udo Z. Karzi**

PENGERTIAN

Bahasa yang digunakan wartawan dinamakan bahasa

pers atau bahasa jurnalistik. Bahasa pers ialah salah satu

ragam bahasa. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas,

yaitu singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, menarik,

dan netral (demokratis).

Namun jangan dilupakan, bahasa jurnalistik harus

didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak menganggap sepi

kaidah-kaidah tata bahasa. Begitu juga dia mesti

memperhatikan ejaan yang benar. Akhirnya dalam kosa

kata, bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam

masyarakat.

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 1

Page 2: Bahasa indonesia jurnalistik

Ragam Bahasa

Bahasa Indonesia umum mempunyai dua corak yang

nyata bedanya, yaitu bahasa tutur dan bahasa bergaya.

Bahasa tutur atau bahasa percakapan ialah bahasa

yang lazim dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama

dalam percakapan. Sifat-sifat khasnya, bersahaja,

sederhana, dan singkat bentuknya.

Bahasa bergaya ialah bahasa yang digayakan, yang

sengaja diperbesar daya gunanya. Segala sesuatunya

disusun diatur, dan digunakan seefisien-efisiennya, supaya

sanggup menyalurkan berita batin.

Jenis yang kedua (bahasa bergaya) bentuknya

beragam:

1. ragam umum,

2. ragam khusus, terdiri dari

a. ragam ringkas yang meliputi ragam jurnalistik, ragam

ilmiah, dan ragam jabatan

b. ragam sastra

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 2

Page 3: Bahasa indonesia jurnalistik

Bahasa Baku

Bahasa baku ialah bahasa yang digunakan oleh

masyarakat paling luas pengaruhnya dan paling besar

wibawanya. Bahasa ini digunakan dalam situasi resmi, baik

bahasa lisan maupun bahasa tulisan.

Bahasa baku menjalankan empat fungsi, yaitu (1)

fungsi pemersatu, (2) fungsi penanda kepribadian, (3)

fungsi penambah wibawa, dan (4) fungsi sebagai kerangka

acuan.

Aturan Bahasa Indonesia

Bahasa jurnalistik harus mengindahkan kaidah-kaidah

tata bahasa. Ia harus mengikuti pokok aturan bahasa

Indonesia.

Pokok aturan pertama: Yang penting atau yang

dipentingkan ditaruh di depan, yang kurang penting atau

keterangan di belakang. Dengan demikian kita menulis:

"Buku ini bagus" bukan "Ini buku bagus"; "Malam nanti kita

menonton", bukan "Nanti malam kita menonton".

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 3

Page 4: Bahasa indonesia jurnalistik

Pokok aturan kedua: Kata benda Indonesia tidak

memunyai bentuk jamak (plurak; jumlah lebih dari satu).

Untuk menunjukkan jamak digunakan kata "banyak",

"beberapa", "semua", "segala", "setengah", dan sebagainya

atau disebut jumlahnya. Penjamakan kata dapat juga

dilakukan dengan mengulang kata sifat yang di bekangnya,

misalnya "kota bersih-bersih", "kuda bagus-bagus".

Terkadang dikatakan pula "kota-kota bersih", "kuda-kuda

bagus".

Pokok aturan ketiga: Tidak ada benda untuk laki-laki

atau perempuan dalam bentuk kata benda.

Ejaan

Bahasa jurnalistik harus memperhatikan ejaan yang

benar. Kedengarannya mudah, tetapi dalam praktek bukan

main banyak kesulitan. Wartawan semestinya memiliki

Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan

untuk dikonsultasi sewaktu diperlukan.

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 4

Page 5: Bahasa indonesia jurnalistik

Pertumbuhan Kosa Kata

Kata-kata ialah alat para wartawan. Mereka tidak dapat

bekerja jika tidak memiliki jumla kata yang cukup. Untuk itu

harus diperoleh suatu penguasaan, baik kosa kata

(vocabulary) dan ungkapan-ungkapan (phrase).

Wartawan atau lebih luas media massa memunyai

peranan dalam menyiptakan kata-kata baru atau dalam

pertumbuhan kosa kata. Banyak kata yang dipopulerkan

melalui surat kabar seperti heboh, gengsi, anda, ganyang,

ceria, sadis, dan sekian banyak kata baru yang muncul

akhir-akhir ini.

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 5

Page 6: Bahasa indonesia jurnalistik

PATOKAN MENULIS

Pada awalnya sudah dikatakan bahasa jurnalistik

memiliki sifat-sifat khas, yaitu singkat, padat, sederhana,

lancar, jelas, lugas, menarik, dan netral. Dalam hubungan

itu, Rosihan Anwar (2004) menyodorkan beberapa patokan

dalam menggunakan bahasa jurnalistik Indonesia.

Gunakan kalimat-kalimat pendek. Prinsip inilah

yang mengantarkan pengarang Amerika Ernest Hemingway

memenangkan Hadiah Pulitzer dan Hadiah Nobel. Waktu

muda Hemingway menjadi wartawan surat kabar Kansas

City Star. Di situ, sambil bekerja, ia banyak belajar tentang

prinsip-prinsip penulisan berita.

Gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami

orang. Apa yang disampaikan kepada khalayak (audience)

harus betul-betul dapat dimengerti orang. Jauhi kata-kata

teknik ilmiah dan kata-kata bahasa asing. Kalau terpaksa,

jelaskan terlebih dahulu arti kata-kata itu.

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 6

Page 7: Bahasa indonesia jurnalistik

Gunakan bahasa sederhana dan jernih

pengutaraannya. Khalayak media massa terdiri dari aneka

ragam manusia dengan tingkat pendidikan dan

pengetahuan yang berbeda-beda, dengan minat perhatian,

daya tangkap, kebiasaan yang berbeda-beda pula.

Bayangkan pembaca yang pukul rata berpendidikan

sederhana, katakanlah tamat SMP agar tulisan kita

mencapai khalayak yang aneka ragam itu. Rumus ini

dikemukakan Injo Beng Goat, pemimpin redaksi harian

Keng Po di Jakarta tahun 1950-an.

Gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk. Dengan

menggunakan kalimat majemuk, pengutaraan pikiran kita

mudah terpeleset menjadi berbelit-belit dan bertele-tele.

Wartawan sebaiknya menjauhkan diri dari kesukaan

memakai kelimat majemuk karena bisa mengakibatkan

tulisannya menjadi tidak terang (wolly).

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 7

Page 8: Bahasa indonesia jurnalistik

Gunakan bahasa dengan kalimat aktif, bukan

kalimat pasif. Membuat berita menjadi hidup bergaya ialah

sebuah persyaratan yang dituntut dari wartawan.

Dibanding kalimat "Si Amat dipukul babak belur oleh si

Polan", kalimat "Si Polan memukul si Amat babak belur"

terasa lebih hidup bergaya. Kalimat pasif jarang digunakan,

walaupun ada kalanya dia dapat menimbulkan kesan kuat.

Gunakan bahasa padat dan kuat. Hematlah dengan

kata-kata. Kembang-kembang bahasa dan pengulangan

makna yang sama seperti dalam sastra harus dihindarkan.

Kalimat "Siapa nyana, siapa kira hati Bobby hancur luluh,

runtuh berderai karena gadis jelita elok rupawan si manis

Yatie" tidak akan dipakai dalam bahasa jurnalistik.

Gunakan bahasa positif, bukan bahasa negatif.

Kalimat "Bupati Pesawaran Aries Sandi menolak

memberikan keterangan kepada Lampung Post" terasa

lebih akurat dibandingkan dengan kalimat "Bupati

Pesawaran Aries Sandi tidak bersedia memberi keterangan

kepada Lampung Post".

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 8

Page 9: Bahasa indonesia jurnalistik

EKONOMI KATA DAN KATA MUBAZIR

Ekonomi kata (word economy) sangat diperlukan untuk

membentuk bahasa jurnalistik yang lebih efisien (hemat

dan jelas).

Kita tidak menulis "agar supaya", tetapi cukup satu

perkataan saja, "agar" atau "supaya". Kita selalu berusaha

menulis dengan kalimat pendek, tidak dengan kalimat

majemuk. Kita juga mesti menghilangkan ungkapan atau

peribahasa.

Berkaitan dengan efisiensi pula, bahasa jurnalistik

selalu membuang kata mubazir. Kata mubazir ialah kata

yang bila tidak dipakai tidak akan mengganggu kelancaran

komunikasi. Kata mubazir ialah kata yang sifatnya tarasa

berlebih-lebihan. Kata mubazir ialah kata yang bila

dihilangkan dari sebuah kalimat malahan akan membantu

memperlancar jalan bahasa dan membuat kalimat itu lebih

kuat kesannya.

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 9

Page 10: Bahasa indonesia jurnalistik

Kata-kata yang digarisbawahi dalam kalimat-kalimat

berikut ini ialah kata mubazir yang lebih baik jika

dihilangkan saja.

1. Ismail menjelaskan bahwa pembinaan kesenian Pesawaran sebenarnya cukup baik.

2. Pernyataan dari/daripada pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Lampung itu adalah merupakan suatupernyataan yang keliru.

3. Ratusan pelajar telah menyerbu Kawasan Wisata Batu Putu beberapa waktu lalu.

4. Budi Anduk menyatakan bahwa ia akan siap untuk memikul tanggung jawab sebagai Bupati Serungkuk.

5. Unila sedang nampak sibuk menggelar berbagai kegiatan-kegiatan Dies Natalis.

Kalimat-kalimat di atas akan lebih baik jika dibuat:

1. Ismail menjelaskan, pembinaan kesenian Pesawaransebenarnya cukup baik.

2. Penyataan staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Lampung itu suatu kekeliruan.

3. Ratusan pelajar menyerbu Kawasan Wisata Batu Putubeberapa waktu lalu.

4. Budi Anduk menyatakan siap memikul tanggung jawab sebagai Bupati Serungkuk.

5. a. Unila nampak sibuk menggelar berbagai kegiatan Dies Natalis.b. Unila nampak sibuk menggelar kegiatan-kegiatan Dies Natalis.

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 10

Page 11: Bahasa indonesia jurnalistik

Dengan demikian, kita telah berkenalan dengan

beberapa kata mubazir seperti "adalah" (kata kopula),

"telah", "sedang", dan "akan" (pengaruh tenses dalam

bahasa Inggris); "untuk" (sebagai terjemahan to dalam

bahasa Inggris); "dari" dan "daripada" (sebagai terjemahan

of dalam hubungan milik); bahwa (sebagai kata sambung);

dan bentuk jamak yang tidak perlu diulang.

TERAS BERITA

Teras berita ialah istilah yang ditetapkan kantor berita

Antara sebagai terjemahan kata Inggris "lead". Ada juga

yang menyebutnya dengan "intro". Teras berita merupakan

bagian yang penting. Karena itu ia harus menarik. Caranya

ialah menulis dengan kalimat pendek-pendek.

Buku Tata Penulisan Berita, Suatu Style Book yang

diterbitkan Antara tahun 1977 meneybutkan teras berita

harus mudah ditangkap dan singkat padat, serta kalimat-

kalimatnya sederhana, tidak berbelit-belit.

Sebaiknya, dengan mengingat sifat bahasa Indonesia,

teras berita jangan mengandung lebih dari 30 dan 45

perkataan. Apabila teras berita lebih singkat, misalnya 25

perkataan atau kurang dari itu, maka hal itu lebih baik.

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 11

Page 12: Bahasa indonesia jurnalistik

KEPALA BERITA

Kepala berita (headline) kadang memunyai bahasanya

sendiri. Di antaranya ialah kebiasaan menghilangkan

bentuk awalan (prefix) agar judul berita lebih hidup.

Kebiasaan ini tentu saja tidak boleh dibawa-bawa dalam

menulis teras dan badan berita.

Kepala berita harus menceritakan intisari berita dalam

bentuk ringkas dan padat, serta mencerminkan nada berita

atau cerita; ditulis dalam bentuk kalimat aktif; dan

membatasi diri pada fakta dalam berita atau cerita (kecuali

untuk karangan khas atau feature).

KESALAHAN-KESALAHAN BAHASA

Kerancuan (Kontaminasi)

Kontaminasi ialah pencampuran dengan tidak sengaja.

Pencampuran ini sudah tentu tidak dapat dibenarkan

karena membuat kalimat menjadi kacau (rancu). Contoh:

1. "untuk sementara waktu" mestinya "untuk sementara"

atau "untuk beberapa waktu" (sementara = sedang, untuk

beberapa waktu);

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 12

Page 13: Bahasa indonesia jurnalistik

2. "sementara orang" mestinya "beberapa orang"

3. "selain daripada itu" mestinya "selain itu" atau "lain

daripada itu";

4. "dan lain sebagainya" mestinya "dan lain-lain" atau "dan

sebagainya";

5. "berhubung karena" mestinya "berhubung dengan" atau

"karena";

6. "demi untuk" mestinya "demi" saja atau "untuk" saja;

7. "agar supaya" mestinya "agar" saja atau "supaya" saja;

8. "Menurut Ketua Panitia Bulan Bahasa SMPN 2

Negerikaton Sakwan mengatakan, peserta setiap cabang

lomba tahun ini membludak."

mestinya

"Menurut Ketua Panitia Bulan Bahasa SMPN 2 Negerikaton

Sakwan, peserta setiap cabang lomba tahun ini

membludak."

atau

"Ketua Panitia Bulan Bahasa SMPN 1 Negerikaton Sakwan

mengatakan, peserta setiap cabang lomba tahun ini

membludak."

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 13

Page 14: Bahasa indonesia jurnalistik

Subjek Jangan Sampai Hilang

Dalam menyusun kalimat jalanlah subyek menjadi

hilang seperti kalimat: "Dengan keberhasilan kesebelasan

Negerisakti memenangkan pertandingan melawan

kesebelasan Sukamiskin itu, maka menempatkannya

sebagai juara Bupati Pesawaran Cup tahun ini."

Selain tidak bersubyek, kalimat di atas rancu. Kata

"dengan" mesti ditiadakan, dan dengan demikian

"keberhasilan kesebelasan Negerisakti memenangkan

pertandingan melawan kesebelasan Sukamiskin" menjadi

subyek kalimat. Kata "maka" juga harus dihilangkan karena

bukan pada tempatnya. Kalimat di atas baiknya begini:

"Keberhasilan kesebelasan Negerisakti melawan

kesebelasan Sukamiskin menempatkannya sebagai juara

Bupati Pesawaran Cup tahun ini."

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 14

Page 15: Bahasa indonesia jurnalistik

Kata 'di mana', 'hal mana', 'yang mana'

Baik dalam bahasa percakapan maupun dalam bahasa

tulisan, banyak kita jumpai kalimat relatif yang

dihubungkan dengan kata-kata:

di mana; yang mana; hal mana; di atas mana;

dari mana; dengan siapa.

Dengan tidak disadari kita terpengaruh oleh struktur

bahasa asing. Kata-kata tersebut ialah kata ganti

penghubung. Dalam bahasa Belanda kata-kata tersebut

ialah:

wat; welke; waarop; waarcan; met wie.

Contoh:

1. Kantor di mana dia bekerja, tidak jauh dari rumahnya.2. Keadaan di Iran sangar gawat, yang mana mengancam tahta Shah.3. Daerah dari mana beras didatangkan terletak jauh di pedalaman.4. Orang dengan siapa dia akan berunding ternyata bajingan.5. Penyakit ityu dianggap berasal (dan disebarkan) oleh serdadu-serdadu Amerika (GI) di mana konsentrasi besar mereka di Vietnam.

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 15

Page 16: Bahasa indonesia jurnalistik

Kalimat-kalimat di atas sebenarnya tidak mengikuti

kaidah tata bahasa Indonesia. Kalimat-kalimat itu sebaiknya

berbunyi:

1. Kantor tempat dia bekerja tidak jauh dari rumahnya.2. Keadaan di Iran sangat gawat, dan mengancam tahta Shah.3. Daerah yang menghasilkan beras terletak jauh dari pedalaman.4. Orang yang akan berunding dengan dia ternyata bajingan.5. Penyakit itu berasal (dan disebarkan) serdadu-serdadu Amerika (GI). Konsentrasi besar mereka ada di Vietnam.

Kata-kata Penat

Kata-kata penat (tired words) ialah kata-kata yang

terlalu sering dipakai. Kata itu ke itu juga yang muncul

sehingga membuat orang bosan membacanya.

Ungkapan klise atau stereotype yang sering dipakai

dalam transisi berita misalnya, kata-kata "sementara itu",

"dapat ditambahkan", "perlu diketahui", "dalam rangka",

"selanjutnya", dan sebagainya.

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 16

Page 17: Bahasa indonesia jurnalistik

Bentuk Aktif dan Pasif Disatukan

Disiplinkan pikiran supaya tidak mencampuradukkan

bentik pasif (di-) dengan bentuk aktif (me-) dalam satu

kalimat.

Contoh:

"Karang Taruna Negarasuka-suka Senin kemarin

memulai rapat kerjanya selama tiga hari di Hotel Bahagia,

dibuka oleh Bupati Serungkuk Rahman Seago-ago."

Teras berita ini mesti dipecah dalam dua kalimat:

"Karang Taruna Negarasuka-suka Senin kemarin

memulai rapat kerjanya selama tiga hari di Hotel Bahagia.

Rapat kerja itu dibuka Bupati Serungkuk Rahman Seago-

ago."

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 17

Page 18: Bahasa indonesia jurnalistik

Kata Depan atau Awalan?

Sering terjadi wartawan melakukan kesalahan dalam

penulisan kata "di" dan "ke". Kesulitan ini biasanya terletak

pada kapan harus menulis kedua kata itu serangkai dan

kapan mesti menulis terpisah dengan kata yang di

belakangnya.

Untuk mengatasi kesulitan itu, kita harus dapat

membedakan "di dan ke sebagai kata depan" dan "di- dan

ke- sebagai awalan". Jika ia berfungsi sebagai kata depan,

maka penulisannya terpisah; tetapi jika berfungsi sebagai

awalan, maka penulisannya serangkai dengan kata yang

menyertainya.

Hiperkorek

Hiperkorek (bahasa Inggris: hypercorrect) berarti

"melampaui batas tepat atau benar sehinga menjadi salah".

Contoh:

1. "Dipakai tenaga akhli Amerika dengan memberikan gajih yang cukup tinggi." Kata akhli harus ditulis ahli dan gajih menjadi gaji.2. "Di lain fihak, perbedaan tingkat ekonomi yang menyolok itu, juga sering menimbulkan iri hati." Kata fihak harus ditulis pihak.

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 18

Page 19: Bahasa indonesia jurnalistik

BACAAN

Anwar Rosihan. 2004. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi. Yogyakarta: Media Abadi.

Badudu, J.S. 1986. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Gramedia.

Karzi, Udo Z., Ed. 1992. Jurnalistik Kampus. Bandar Lampung: UKM-PSKK Teknokra.

Patmono SK. 1990. Teknik Jurnalistik: Tuntunan Praktis Menjadi Wartawan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Poerwadarminta, WJS. 1979. Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang. Yogyakarta: UP Indonesia.

Rahardi, Kunjana. 2006. Asyik Berbahasa Jurnalistik: Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya. Yogyakarta: Santusta.

Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Siregar, Ras. 1991. Bahasa Indonesia Jurnalistik. Jakarta: Pustaka Grafika.

* Makalah disampaikan untuk Seminar Kebahasaan yang diselenggarakan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia Kabupaten Pesawaran di SMPN 2 Negerikaton, Pesawaran, 28 Oktober 2010.

** Udo Z. Karzi, lahir di Liwa, Lampung, 12 Juni 1970. Menyelesaikan studi di Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung (2006). Menulis buku: Momentum (kumpulan sajak, 2002) dan Mak Dawah Mak Dibingi (kumpulan sajak bahasa Lampung, 2007). Saat ini jurnalis Harian Umum Lampung Post.

Bahasa Indonesia Jurnalistik ~ Udo Z. Karzi Page 19