modul 6

68
Myelografi KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “MYELOGRAFI” Makalah ini berisikan tentang informasi Myelografi atau yang lebih khususnya membahas untuk pemeriksaan cairan otak dengan bantuan sinar-x dan bahan media kontras positif yang diinjeksikan kedalam pertengahan diskus menembus Medula Spinallis dengan cara memasukkan jarum ganda untuk menegakkan diagnosa,Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada Bapak Dosen untuk memberikan masukan- masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Upload: sena-ajah

Post on 08-Dec-2014

88 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 6

Myelografi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “MYELOGRAFI”

Makalah ini berisikan tentang informasi Myelografi atau yang lebih khususnya membahas untuk pemeriksaan cairan otak dengan bantuan sinar-x dan bahan media kontras positif yang diinjeksikan kedalam pertengahan diskus menembus Medula Spinallis dengan cara memasukkan jarum ganda untuk menegakkan diagnosa,Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada Bapak Dosen untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Page 2: Modul 6

BAB I

Pendahuluan

A. Anatomi

Sumsum tulang belakangmerupakan bagian sumsum saraf pusat, berbentuk silinder memanjang dan seluruhnya terletak didalam saluran tulang tulang belakang. Pada orang dewasa membentang dari medulla oblongata sampai setinggi ruang antar ruas lumbal 1-2.

Sumsum tulang belakang dibungkus oleh tiga lapis selaput meninges. Selaput paling dalam disebut pia meter berisi pembuluh darah yang membawa makanan ke sumsum tulang belakang. Selaput maninges yang berada ditengah adalah arachnoid, membungkus akar serabut saraf spinal sejak dari tempat keluarnya dari saluran tulang belakang. Arakhnoid dipisahkan dari pia meter oleh ruang sub arachnoid. Dura metermerupakan selaput terluar meluas kebawah sampai setinggi ruas sakral 2, untuk membungkus saraf-saraf spinal, yang memanjang dari sumsum tulang belakang ke pintu keluar.

Sumsum tulang belakang ke bawah semakin mengecil membentuk kerucut yang disebutknus medularis. Dari konus medularis sampai koksigeus 1 terdapat serabut saraf yang disebut filum terminale.

Ada 31 pasang saraf spinal. Akar masing-masing saraf keluar dari saluran tulang belakang setinggi permukaan antar ruas, mulai dari occipito-atlantis sampai sakro-koksigis. Menurut tempatnya masing-masing lintasan akra saraf berbeda-beda. Pada daerah cervikal akar saraf keluar hampir tegak lurus sumsum tulang belakang, daerah thorakal keluarnya mulai miring kebawah, di daerah lumbal dan sakral keluarnya merupakan berkas serabut-serabut yang hampir sejajar di sekitar filum terminalisimembentuk cauda equina ( ekor kuda ).

Ruang sub arachnoid merupakan selubung dari sumsum tulang belakang dan berakhir setinggi sakral 2. Ruang sub arachnoid dibawah lumbal 2 disebut teka lumbalis (sakus). Dari sinilah cairan cerbro spinalis dihasilkan oleh plexsus khoroid yang kemudian akan disalurkan kedalam ventrikel-ventrikel otak. Adapun peredaran dari saluran cerbospinalis dimulai dari ventrikel-ventrikel otak, cairan ini masuk ke dalam saluran pusat sumsum tulang belakang dan ruang sub arakhnoid melalui celah-celah ventrikel ke empat. Cairan yang normal tampak jernih tidak berwarna dan tidak berbau.

Page 3: Modul 6

B. Pengertian Myelogarafi

Myelografi adalah pemeriksaan secara radiologis dari medulla spinalis dengan menyuntikan media kontras positif ke dalam ruang sub arakhnoid. Tujuan pemeriksaan myelografi untuk memperlihatkan kelainan-kelainan pada :

Ruang sub arakhnoid Syaraf perifer Medulla spinalis

Adapun kelainan – kelainan yang sering terjadi pada daerah vertebrae, antara lain:

Tumor Ekstra dural, intra dural yang terbagi atas medullar, ekstra medullar. Pecahan tulang Bengkak karena luka trauma Hernia Nukleus Pulposus ( HNP ), yaitu suatu keadaan di mana terjadi penonjolan

diskus intervertebralis ke arah posterior. Tumor sekunder ( metastease )

Kontra indikasi pada pemeriksaan myelografi adalah :

Tekanan intra fena kranial meninggi Infeksi pada daerah tusukan Alergi terhadap bahan konstras Kesadaran menurun LCS bercampur darah

Media kontras

Media kontras yang digunakan bersifat water soluble non ionik. Contohnya : Ultravist, omnipaque, Iopamiero.

BAB II

Tehnik Pemeriksaan Myelografi

Page 4: Modul 6

A. PERSIAPAN PASIEN

Jika pasien wanita, tanyakan apakah pasien hamil. Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya. Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat asma. Penandatanganan informed consent. Melepaskan benda-benda logam pada daerah yang akan diperiksa. Pasien puasa: selama 5 jam sebelum pemeriksaan. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur pemeriksaan. Dibuat plain foto posisi AP dan lateral pada daerah yang akan diperiksa.

Premedikasi : diberikan obat sedatif, yaitu kombinasi dari 10 mg Drop ridol & 0,15 mg

B. Persiapan kamar / ruang pemeriksaan

Dikarenakan prosedur pemeriksaan myelografi harus aseptik, maka meja pemeriksaan dan alat – alat harus bersih. Dipersiapkan juga tabung oksigen yang siap pakai, strandart infus dan beberapa peralatan steril maupun tidak steril yang diperlukan dipesiapkan pada tempatnya.

C. Persiapan alat :

Pesawat sinar X Kaset yang berisi film Marker L dan R Baju penderita dan duk lobang steril Spuit 10 ml dan 20 ml Jarum spina beberapa ukuran Kasa steril Kapas steril Alkohol Yodium ( Betadine ) Media kontras yang digunakan Obat anti hestamin Konrentan Kergaji ampul Gunting dan plester Tensimeter, thermometer

D. Teknik pemeriksaan myelografi

1. Tepi atas os illeum ditarik garis lurus ke arah tulang belakang kemudian di desinfektan ( dari sentarl ke luar ) dengan menggunakan alkohol kemudian betadine.

Page 5: Modul 6

2. Setelah kering dicari diskus intervertebralis lumbal 3 – 4, ditusuk dengan jarum fungsi sampai keluar liquor cerebru spinalis (LCS).

3. Kemudian dimasukkan media kontras 10 – 12 cc tergantung dengan kondisi pasien yang diperiksa

4. Yang harus diperhatikan : kesterillan alat tusuk, daerah yang ditusuk, media kontras yang hendak dimasukkan.

E. Teknik radiografi

Myelografi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik radiografi konvensional ataupun dengan fluoroskapi. Sebelum pemeriksaan myelografi dilakukan dibuat terlebih dahulu foto pendahuluan ( polos ) dari vertebre dengan proyeksi AP dan lateral. Apabila foto pendahuluan taelah baik / informatif yang dinyatakan oleh radiolog, pemeriksaan diteruskan dengan penyuntikkan media kontras.

Pengambilan foto setelah pemasukkan media kontras tergantung klinis penderita dan permintaan dokter pengirim.

1. Proyeksi Lateral

Tujuan : untuk melihat kedalaman jarum yang menusuk ke dalam diskus intervertebralis menembus Medula Spinallis

Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent, kepala di atas bantal, knee fleksi, di bawah knee dan ankle diberi pengganjal.

Posisi Obyek :a) Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai buki).b) Pelvis dan tarsal true lateralc) Letakkan pengganjal yang radiolussent di bawah pinggang agar vertebra lumbal

sejajar pada meja (palpasi prosessus spinosus).

Page 6: Modul 6

Gambar 2.10 Posisi Lateral (Bontrager, 2001)

· Sinar

CR : Tegak lurus kaset.

CP : Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista iliaka) FFD : 100 cm

Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.

Kriteria :

a) Tampak gambaran jarum yang menusuk bagian diskus intervertebralcontras dan menembus Medula Spinallis

b) Tampak gambaran Medula Spinallis telah terisi zat contras.c) Tampak foramen intervertebralis L1 – L4, Corpus vertebrae, space intervertebrae,

prosessus spinosus

Tidak ada

Page 7: Modul 6

2. PROYEKSI AP

1. Tujuan : Untuk melihat zat contas yang telah terisi contras media2. Posisi Pasien : Pasien tidur supine, kepala di atas bantal, knee fleksi.3. Posisi Obyek :

a. Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai buki).b. Letakkan kedua tangan diatas dada.c. Tidak ada rotasi tarsal / pelvis.

4. Sinar CR : Tegak lurus kaset CP :

a) Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk memperlihatkan lumbal sacrum dan posterior Cocygeus.

b) Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.

FFD : 100 cm Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.

Kriteria : Tampak vertebra lumbal, space intervertebra, prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra, prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama

Myelografi (myelography) adalah pemeriksaan sinar x pada kanal tulang belakang. Sebuah agen radiokontras disuntikkan melalui jarum ke dalam ruang sekitar saraf tulang belakang untuk menampilkan sumsum tulang belakang, kanal tulang belakang, dan akar saraf pada foto sinar x.

TEKNIK PEMERIKSAAN MYELOGRAFI

1. PENGERTIAN MYELOGARAFIMyelografi adalah pemeriksaan secara radiologis dari medulla spinalis dengan menyuntikan media kontras positif ke dalam ruang sub arakhnoid. Tujuan pemeriksaan myelografi untuk

Page 8: Modul 6

memperlihatkan kelainan-kelainan pada :• Ruang sub arakhnoid• Syaraf perifer• Medulla spinalis

2. TEKNIK PEMERIKSAAN MYELOGRAFI1) Tepi atas os illeum ditarik garis lurus ke arah tulang belakang kemudian di desinfektan ( dari sentarl ke luar ) dengan menggunakan alkohol kemudian betadine.2) Setelah kering dicari diskus intervertebralis lumbal 3 – 4, ditusuk dengan jarum fungsi sampai keluar liquor cerebru spinalis (LCS).3) Kemudian dimasukkan media kontras 10 – 12 cc tergantung dengan kondisi pasien yang diperiksaYang harus diperhatikan : kesterilan alat tusuk, daerah yang ditusuk, media kontras yang hendak dimasukkan.3. INDIKASI1) Tumor Ekstra dural, intra dural yang terbagi atas medullar, ekstra medullar.2) Pecahan tulang3) Bengkak karena luka trauma4) Hernia Nukleus Pulposus ( HNP ), yaitu suatu keadaan di mana terjadi penonjolan diskus intervertebralis ke arah posterior.5) Tumor sekunder ( metastease )

4. KONTRA INDIKASI1) Tekanan intra fena kranial meninggi2) Infeksi pada daerah tusukan3) Alergi terhadap bahan kontras4) Kesadaran menurun5) LCS bercampur darah

5. PROSEDUR PEMERIKSAANA. Persiapan Pasiena. Jika pasien wanita, tanyakan apakah pasien hamil.b. Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan sebelumnya.c. Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat asma.d. Penandatanganan informed consent.e. Melepaskan benda-benda logam pada daerah yang akan diperiksa.f. Pasien puasa: selama 5 jam sebelum pemeriksaan.g. Pasien diberi penjelasan tentang prosedur pemeriksaan.h. Dibuat plain foto posisi AP dan lateral pada daerah yang akan diperiksa.Premedikasi : diberikan obat sedatif, yaitu kombinasi dari 10 mg Drop ridol & 0,15 mgB. Persiapan Alat Dan Bahana. Pesawat sinar Xb. Kaset yang berisi filmc. Marker L dan Rd. Baju penderita dan duk lobang sterile. Spuit 10 ml dan 20 ml

Page 9: Modul 6

f. Jarum spina beberapa ukurang. Kasa sterilh. Kapas sterili. Alkoholj. Yodium ( Betadine )k. Media kontras yang digunakanl. Obat anti hestaminm. Konrentann. Kergaji ampulo. Gunting dan plesterp. Tensimeter, thermometer

C. Proyeksi PemotretanMyelografi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik radiografi konvensional ataupun dengan fluoroskapi. Sebelum pemeriksaan myelografi dilakukan dibuat terlebih dahulu foto pendahuluan ( polos ) dari vertebre dengan proyeksi AP dan lateral. Apabila foto pendahuluan taelah baik / informatif yang dinyatakan oleh radiolog, pemeriksaan diteruskan dengan penyuntikkan media kontras.Pengambilan foto setelah pemasukkan media kontras tergantung klinis penderita dan permintaan dokter pengirim.1. Proyeksi Lateral• Tujuan : untuk melihat kedalaman jarum yang menusuk ke dalam diskus intervertebralis menembus Medula Spinallis• Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent, kepala di atas bantal, knee fleksi, di bawah knee dan ankle diberi pengganjal.• Posisi Obyek : Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai buki),pelvis dan tarsal true lateral,letakkan pengganjal yang radiolussent di bawah pinggang agar vertebra lumbal sejajar pada meja (palpasi prosessus spinosus).• FFD : 100 cm• CR : Tegak lurus kaset• CP : Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas cristailiaka)Eksposi : Ekspirasi tahan nafasKriteria :a) Tampak gambaran jarum yang menusuk bagian diskus intervertebralcontras dan menembus Medula Spinallisb) Tampak gambaran Medula Spinallis telah terisi zat contras.Tampak foramen intervertebralis L1 – L4, Corpus vertebrae, space intervertebrae, prosessus spinosus tidak ada

2. Proyeksi Antero Posterior(AP)• Tujuan : Untuk melihat zat contas yang telah terisi contras media• Posisi Pasien : Pasien tidur supine, kepala di atas bantal, knee fleksi.• Posisi Obyek :Atur MSP tegak lurus kaset/meja pemeriksaan (jika pakai buki),letakkan kedua tangan diatas dada,tidak ada rotasi tarsal / pelvis.• FFD : 100 cm• CR : Tegak lurus kaset

Page 10: Modul 6

• CP : a) Setinggi Krista iliaka (interspace L4-L5) untuk memperlihatkan lumbal sacrum dan posterior Cocygeus.b).Setinggi L3 (palpasi lower costal margin/4 cm di atas crista iliaka) untuk memperlihatkan lumbal.Eksposi : Ekspirasi tahan nafas.Kriteria : Tampak vertebra lumbal, space intervertebra, prosessus spinosus dalam satu garis pada vertebra, prosessus transversus kanan dan kiri berjarak sama.

Low Back Pain (LBP)

Juli 7, 2009 pada 12:53 pm · Disimpan dalam referat, Rehabilitasi Medis

Page 11: Modul 6

PENDAHULUAN

Hampir semua orang pernah mengalami nyeri pinggang, hal ini menunjukan seringnya gejala ini dijumpai pada sebagian besar  penderita. Sakit pinggang merupakan keluhan banyak penderita yang berkunjung ke dokter. Yang dimaksud dengan istilah sakit pinggang bawah ialah nyeri, pegal linu, ngilu, atau tidak enak didaerah lumbal berikut sacrum. Dalam bahasa inggris disebut dengan istilah Low Back Pain (LBP).

Penyebab LBP bermacam-macam dan multifaktorial; banyak yang ringan, namun ada juga yang berat yang harus ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Mengingat tingginya angka kejadian LBP, maka tidaklah bijaksana untuk melakukan pemeriksaan laboratorium yang mendalam secara rutin pada tiap penderita. Hal ini akan memakan waktu yang lama, dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang seksama dan dibantu oleh pemeriksaan laboratorium yang terarah, maka penyebab LBP dapat ditegakan pada sebagian terbesar penderita

Untuk lebih mendalami tentang low back pain, sejenak perlu diketahui dahulu fungsi dari tulang belakang. Tulang belakang merupakan daerah penyokong terbanyak dalam fungsi tubuh. Tulang belakang terdiri atas 33 ruas yang merupakan satu kesatuan fungsi dan bekerja bersama-sama melakukan tugas-tugas seperti:

1. memperhatikan posisi tegak tubuh

2. menyangga berat badan

3. fungsi pergerakan tubuh

4. pelindung jaringan tubuh

Pada saat berdiri, tulang belakang memiliki fungsi sebagai penyangga berat badan, sedangkan pada saat jongkok atau memutar, tulang belakang memiliki fungsi sebagai penyokong pergerakan tersebut. Struktur dan peranan yang kompleks dari tulang belakang inilah yang seringkali menyebabkan masalah.

Pada makalah ini pengertian nyeri pinggang bawah digunakan untuk menjelaskan gejala nyeri yang terlokalisir didaerah lumbal atau nyeri yang menjalar ke tungkai atau kaki dengan menyingkirkan penyebab nyeri lain yang spesifik.

DEFINISI

Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya gejala akibat dari penyebab yang sangat beragam.

Page 12: Modul 6

Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu :

A. Acute low back pain

Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang acute terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik.

B. Chronic low back pain

Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

Disamping hal tersebut diatas terdapat juga klasifikasi patologi yang klasik yang juga dapat dikaitkan LBP. Klasifikasi tersebut adalah :

1. Trauma2. Infeksi3. Neoplasma4. Degenerasi5. Kongenital

EPIDEMIOLOGI

Nyeri pinggang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting pada semua negara. Besarnya masalah yang diakibatkan oleh nyeri pinggang dapat dilihat dari ilustrasi data berikut. Pada usia kurang dari 45 tahun, nyeri pinggang menjadi penyebab kemangkiran yang paling sering, penyebab tersering kedua kunjungan kedokter, urutan kelima masuk rumah sakit dan masuk 3 besar tindakan pembedahan. Pada usia antara 19-45 tahun, yaitu periode usia yang paling produktif, nyeri pinggang menjadi penyebab disabilitas yang paling tinggi.

Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara keseluruhan, LBP merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai (49 %). Pada negara maju prevalensi orang terkena LBP adalah sekitar 70-80 %. Pada buruh di Amerika, kelelahan LBP meningkat sebanyak 68 % antara thn 1971-1981.

Sekitar 80-90% pasien LBP menyatakan bahwa mereka tidak melakukan usaha apapun untuk mengobati penyakitnya jadi dapat disimpulkan bahwa LBP meskipun mempunyai prevalensi yang tinggi namun penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.

ANATOMI

Page 13: Modul 6

Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus invertebralis, ligamen antara spina, spinal cord, saraf, otot punggung, organ-organ dalam disekitar pelvis,  abdomen dan kulit yang menutupi daerah punggung.

Columna vertebralis (tulang punggung) terdiri atas :

1. Vertebrae cervicales                7 buah

2. Vertebrae thoracalis                 12 buah

3. Vertebrae lumbales                  5 buah

4. Vertebrae sacrales                   5 buah

5. Vertebrae coccygeus               4-5 buah

Vertebra cervicales, thoracalis dan lumbalis termasuk golongan true vertebrae.

Pada vertebrae juga terdapat otot-otot yang terdiri atas :

1. Musculus trapezius

2. Muskulus latissimus dorsi

3. Muskulus rhomboideus mayor

4. Muskulus rhomboideus minor

5. Muskulus levator scapulae

6. Muskulus serratus posterior superior

7. Muskulus serratus posterior inferior

8. Muskulus sacrospinalis

9. Muskulus erector spinae

10. Muskulus transversospinalis

11. Muskulus interspinalis

Otot-otot tersebut yang menghubungkan bagian punggung ke arah ekstrremitas maupun yang terdapat pada bagian punggung itu sendiri.Otot pada punggung memiliki fungsi sebagai pelindung dari columna spinalis, pelvis dan ekstremitas. Otot punggung yang mengalami luka mungkin dapat menyebabkan terjadinya low back pain.

Page 15: Modul 6

PENYEBAB

Penyebab nyeri pinggang bawah bermacam-macam dan multifaktor. Di antaranya dapat disebut :

1)      KELAINAN KONGENITAL

Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah adalah :

Page 16: Modul 6

a)      Spondilolisis dan spondilolistesis

Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae itu     ( in utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri.

Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan.

Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan, namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri pinggang ini berkurang / hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.

Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul nyeri radikuler.

b)      Spina Bifida

Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh kulit yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada tersembunyi suatu spina bifida okulta.

Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada tempat itu tidak terbentuk suatu ligamentum interspinosum.

Keadaan ini akan menimbulkan suatu “lumbo-sakral sarain” yang oleh si penderita dirasakan sebagai nyeri pinggang.

c)      Stenosis kanalis vertebralis

Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit telah ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita berumur 35 tahun.

Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si penderita jalan dengan sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila ia duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka penderita lantas jalan sambil membungkuk.

d)      Spondylosis lumbal

Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.

e)      Spondylitis.

Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang . ini merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi tulang belakang.

2)      TRAUMA DAN GANGGUAN MEKANIS

Page 17: Modul 6

Trauma dan gngguan mekanis merupakan penyebab utam nyeri pinggang bawah. Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Cara bekerja di pabrik atau di kantor dengan sikap yang salah lama-lama nenyebabkan nyeri pinggang bawah yang kronis.

Patah tulang, pada orang yang umurnya sudah agak lanjut sering oleh karena trauma kecil saja dapat menimbulkan fraktur kompresi pada korpus vertebra. Hal ini banyak ditemukan pada kaum wanita terutam yang sudah sering melahirkan. Dalam hal ini tidak jarang osteoporosis menjadi sebab dasar daripada fraktur kompresi. Fraktur pada salah satu prosesus transversus terutama ditemukan pada orang-orang lebih muda yang melakukan kegiatan olahraga yang terlalu dipaksakan.

Pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang besar dapat menggangu keseimbangan statik dan kinetik dari tulang belakang sehingga timbul nyeri pinggang.

Ketegangan mental terutama ketegangan dalam bidang seksual atau frustasi seksual dapat ditransfer kepada daerah lumbal sehingga timbul kontraksi otot-otot paraspinal secara terus menerus sehingga timbul rasa nyeri pinggang. Analog dengan tension headache maka nyeri pinggang semacam ini dapat dinamakan “tension backache”.

Tidak jarang seorang pemuda mengeluh tentang nyeri pinggang, yang timbul karena adanya anggapan yang salah yaitu bahwa karena seringnya melakukan onani di waktu yang lampau lantas kini sumsum balakangnya telah menjadi kering dan nyeri.

3. RADANG ( INFLAMASI )

Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.

Penyakit Marie-Strumpell

Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis ankilosa atau bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai kolum vertebra dan persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan menyebar di daerah pnggang disertai kekakuan

( stiffness ) dan kelainan ini bersifat progresif.

4. TUMOR ( NEOPLASMA )

Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak dapat mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering dijumpai pada tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang terutama waktu malam hari. Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah. Meningioma adalah tumor intradural dan ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan

Page 18: Modul 6

5. GANGGUAN METABOLIK

Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak keluhan nyeri   pada pinggang dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau oleh gangguan hormonal (menopause,penyakit cushing). Sering oleh karena trauma ringan timbul fraktur kompresi    atau seluruh panjang kolum vertebra berkurang karena kolaps korpus vertebra.penderita         menjadi bongkok dan pendek denga nyeri difus di daerah pinggang.

6.   PSIKIS

Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejala nyeri pinggang bawah.misalnya anksietas dapat menyebabkan tegang otot yang mengakibatkan rasa nyeri,misalnya dikuduk atau di pinggang;rasa nyeri ini dapat pula kemudian menambah meningkatnya keadaan anksietas dan diikuti oleh meningkatnya tegang otot dan rasa nyeri.kelainan histeria,kadang-kadang juga mempunyai gejala nyeri pinggang bawah.

FAKTOR RESIKO

Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok sigaret, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial. Pada laki-laki resiko nyeri pinggang meningkat sampai usia 50 tahun kemudian menurun, tetapi pada wanita tetap terus meningkat. Peningkatan insiden pada wanita lebih 50 tahun kemungkinan berkaitan dengan osteoporosis.

LOKASI

Lokasi untuk nyeri pinggang bawah adalah daerah lumbal bawah, biasanya disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong, kebawah lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki.

DIAGNOSA

1. ANAMNESA

Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam menganamnesa pasien dengan kemungkinan diagnosa Low Back Pain.

1. Apakah terasa nyeri ?

2. Dimana terasa nyeri ?

3. Sudah berapa lama merasakan nyeri ?

4. Bagaimana kuantitas nyerinya? (berat atau ringan)

5. Apa yang membuat nyeri terasa lebih berat atau terasa lebih ringan?

Page 19: Modul 6

6. Adakah keluhan lain?

7. apakah dulu anda ada menderita penyakit tertentu?

8. bagaimana keadaan kehidupan pribadi anda?

9. bagaimana keadaan kehidupan sosial anda?

2. PEMERIKSAAN

Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks

1. Motorik.

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :

a. Berjalan dengan menggunakan tumit.

b. Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.

c. Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )

2. Sensorik.

a. Nyeri dalam otot.

b. Rasa gerak.

3.Refleks.

Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui  lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.

4. Test-Test

a. Test Lassegue

Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0° )  didorong ke arah     muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.

Page 20: Modul 6

b. Test Patrick

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.

c. Test Kebalikan Patrick

Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi           meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick positif menunjukkan kepada            sumber nyeri di sakroiliaka.

PENUNJANG

FOTO

1.Plain

X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga efek radiasi dapat dikurangi.X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau

Page 21: Modul 6

CT scan. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.

2. Myelografi

Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.

3. Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )

Page 22: Modul 6

CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.

MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya pada punggung.

4. Electro Miography ( EMG ) / Nreve Conduction Study ( NCS )

EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.

Page 23: Modul 6

EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :

1. Adanya kerusakan pada saraf

2. Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )

3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )

4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf

5. Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf

Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pambedahan.

PENGOBATAN

Obat

1.   Obat-obat analgesik

Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :

-         Analgetik narkotik

Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat golongan ini hampir tidak digunakan untuk pengobatan LBP karena bahaya terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang. Contohnya : Morfin, heroin, dll.

-         Analgetik antipiretik

Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat anti piretik, dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi. Kelompok obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :

a) Golongan salisilat

Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik. Contohnya : Aspirin

Dosis Aspirin :       Sebagai anlgesik 600 – 900 mg, diberikan 4 x sehari

Sebagai antiinflamasi 750 – 1500 mg, diberikan 4 x sehari

Kontraindikasi :     Penderita tukak lambung

Resiko terjadinya pendarahan

Page 24: Modul 6

Gangguan faal ginjal

Hipersensitifitas

Efek samping :       Gangguan saluran cerna

Anemia defisiensi besi

Serangan asma bronkial

b) Golongan Paraaminofenol

Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling aman untuk  menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi.

Dosis terapi :         600 – 900 mg, diberikan 4 x sehari

c) Golongan pirazolon

Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita, lebih kuat dari pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang.

Dosis terapi :         0,5 – 1 gram, diberikan 3 x sehari

d) Golongan asam organik yang lain

Derivat asam fenamat

Yang termasuk golongan ini misalnya asam mefenamt, asam flufenamat, dan Na-    meclofenamat.Golongan obat ini sering menimbulkan efek samping terutama diare.Dosis asam mefenamat sehari yaitu 4×500 mg,sedangkan dosis Na-meclofenamat sehari adalah 3-4 kali 100 mg.

Derivat asam propionat

Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang relatif   baru, yang juga mempunyai khasiat anal getik dam anti piretik. Contoh obat golongan ini misalnya ibuprofen, naproksen, ketoprofen, indoprofen dll.

Derifat asam asetat

Sebagai contoh golonagn obat ini ialah Na Diklofenak. Selain mempunyai efek anti inflamasi yang kuat, juga mempunyai efek analgesik dan antipiretik. Dosis terapinya 100-150 mg 1 kali sehari.

Derifat Oksikam

Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi 20 mg 1 kali sehari.

Fisioterapi

Page 25: Modul 6

a. Terapi Panas

Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan menaruh sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5-10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad (kantong hangat).

b. Elektro Stimulus

-  Acupunture

Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan tetapi cara ini  tidak terlalu efisien karena ditakutkan resiko komplikasi akibat ketidaksterilan jarum yang digunakan sehingga menyebabkan infeksi.

-  Ultra Sound

Untuk menghangatkan

-    Radiofrequency Lesioning

Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf

-    Spinal Endoscopy

Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk memindahkan atau menghilangkan jaringan scar.

-    Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)

Page 26: Modul 6

-    Elektro Thermal Disc Decompression

-    Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation ( TENS )

Menggunakan alat dengan tegangan kecil.

c. Traction

Helaan atau tarikan pada badan ( punggung ) untuk kontraksi otot.

d. Pemijatan atau massage

Dengan   terapi  ini   bisa  menghangatkan,   merileksi  otot  belakang   dan   melancarkan

perdarahan.

Latihan Low Back Pain dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Lying supine hamstring stretch

Page 29: Modul 6

e. Hip and quadriceps stretch

e. Alat Bantu

1. Back corsets.

Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk mengatasi Low Back Pain yang dapat membungkus punggung dan perut.

Page 30: Modul 6

2. Tongkat Jalan

Operasi

Tipe operasi yang dilakukan oleh dokter bedah tergantung pada tulang belakang/punggung pasien. Biasanya prosedurnya menyangkut pada LAMINECTOMY yang mana menghendaki bagian yang dinagkat dari vertebral arch untuk memperoleh kepastian apa penyebab dari LBP pasien. Jika disc menonjol atau bermasalah, para ahli bedah akan melakukan bagian laminectomy untuk mencari tahu vertebral kanal, mengidentisir ruptered disc ( disc yang buruk ), dan mengambil atau memindahkan bagian yang baik dari disc yang bergenerasi, khususnya kepingan atau potongan yang menindih saraf.

Ahli bedah mungkin mempertimbangkan prosedur kedua yaitu SPINAL FUSION, jika si pasien merasa membutuhkan keseimbangan di bagian spinenya. Spinal fusion merupakan operasi dengan menggabungkan vertebral dengan bone grafts. Kadang graft tersebut dikombinasikan dengan metal plate atau dengan alat yang lain.

Ada juga sebagian herniated disc ( disc yang menonjol ) yang dapat diobati dengan teknik PERCUTANEOUS DISCECTOMY, yang mana discnya diperbaiki menembus atau melewati kulit tanpa membedah dengan menggunakan X-ray sebagai pemandu. Ada juga cara lain yaitu CHEMONEUCLOLYSIS, cara ini menggunakan penyuntikan enzim-enzim ke dalam disc. Cara ini sudah jarang digunakan.

Larangan

Page 31: Modul 6

a. Berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan seperti jongkok.

b. Membawa beban yang berat.

c. Duduk terlalu lama.

d. Memakai sepatu hak tinggi.

e. Menulis sambil membungkuk terlalu lama.

f. Tidur tanpa menggunakan alas di permukaan yang keras atau menggunakan                kasur yang terlalu empuk.

Anjuran

a. Posisikan kepala dititik tertinggi, bahu ditaruh sedikit kebelakang.

b. Duduk tegak 90 derajat.

c. Gunakanlah sepatu yang nyaman.

d. Jika ingin duduk dengan jangka wqktu yang lama, istirahatkan kaki di lantai                atau apa saja yang mnurut anda nyaman.

e. Jika mempunyai masalah dengan tidur, taruhlah bantal di bawah lutut atau jika            tidur menyamping, letakkanlah bantal diantara kedua lutut.

f. Hindari berat badan yang berlebihan.

g. Ketika memerlukan berdiri dalam waktu lama salah satu kaki diletakkan diatas   supaya sudut ferguson tidak terlalu besar ( sudut ferguson adalah sudut kemiringan sakrum dengan garis horisontal )

.

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing SM, Tjokronegoro A, Junada A. Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta.  Fakultas . Kedokteran Universitas Indonesia. 1983

Nursamsu, Handono Kalim. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. Malang. Lab./SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Brawijaya. 2004Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC. 2002

www.eorthopod.com

www.backpainforum.com

www.hughston.com

www.healthcare.uiowa.edu

http://www.emedicine.com

Page 32: Modul 6

PUNKSI LUMBAL

   1.     Pengertian

Punksi lumbal merupakan upaya pengeluaran cairan serebrospinal

dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid.

   2.    Tujuan

         pemeriksaan cairan serebrospinal

         mengukur & mengurangi tekanan cairan serebrospinal

         menentukan ada tidaknya darah pd cairan serebrospinal

         mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal

         memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinal terutama kasus

infeksi.

   3.    Prosedur

1)    Persiapan Pasien

Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut

ditarik ke abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil

posisi duduk di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan

pada tempat sandarannya.

2)   Prosedur Pelaksanaan

a.    Lakukan cuci tangan steril

b.    Persiapkan dan kumpulkan alat-alat

c.    Jamin privacy pasien

d.    Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring

pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah

lutut), eksterimitas bawah fleksi maksimum (lutut di atarik kearah dahi),

dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) sejajar dengan tempat

tidur.

e.    Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan

menemukan garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan

garis antara kedua spina iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan.

Pungsi dapat pula dilakukan antara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3

namun tidak boleh pada bayi.

Page 33: Modul 6

f.    Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10

cm dengan larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan

tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka.

Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang

telah memakai sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan

menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.

g.    Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan

jarum spinal pada tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum

perlahan – lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan

mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus durameter. Jarak antara

kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan

keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5

cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.

h.    Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan

aliran cairan yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah

ke cranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan.

i.      Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester.

j.     Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit.

k.    Cuci tangan.

Daftar Pustaka

         http://www.ngt.org.uk/nursing_mifwifery, 2006         www.mtio.com         www.medstudent.com

punksi lumbal: cara melakukan dan indikasi

servasius epi | 20.26 | NEUROLOGI|VIDEO medis

Video cara melakukan punksi lumbal

Page 34: Modul 6

Defensi punksi lumbal atau Lumbar puncture

adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinali, mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal, menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal, dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinal terutama kasus infeksi.

Apa itu ruang subarakhnoid?

Sebelum membahas ruangan subarakhnoid, ada baiknya jika kita membahas dahulu meningens atau lapisan pembungkus otak dan saraf tulang belakang (medulla spinalis). Lapisan pembungkus otak atau meningens di bagi atas tiga macam, yaitu duramater, arachnoidmater dan piamater. Meningen terdiri dari jarningan ikat berupa membran yang menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis.

Duramater merupakan lapisan pembungkus yang melekat dengan tulang kranium, lapisan duramater akan memisah dan membentuk dua lapisan yaitu lamina periosteal dan lamina meningeal, Arachnoid Membrane (berasal dari kata arakhe=spider), merupakan jaringan bagian tengah yang bentuknya seperti jaring laba-Iaba. Sifatnya lembut, berongga-rongga dan terletak di bawah lapisan durameter. Sedangkan lapisan pembungkus yang terakhir adalah lapisan piamater. Pia Mater (berasal dari kata pious=small=kecil dan mater=mother=ibu), merupakan jaringan pelindung yang terletak pada lapisan paling bawah (paling dekat dengan otak, sumsum tulang belakang, dan melindungi jaringan-jaringan saraf yang lain). Lapisan ini mengandung pembuluh darah yang mengalir di otak dan sumsum tulang belakang. Lapisan ini ada yang beriveginasi ke ventrikel otak, lapisan piamater yang menjulur ke ventrikel otak ini membentuk plexus coroideus. Plexus coroideus inilah yang menghasilkan cairan cerebrospinal fluid (LCS).

Antara pia mater dan membran arachnoid terdapat bagian yang disebut subarachnoid space yang dipenuhi oleh cairan cerebrospinal fluid (LCS). Karena arakhnoid tidak mengikuti lekukan-lekukan otak, maka di beberapa tempat ruang subarakhnoid melebar yang disebut sisterna. Yang paling besar adalah siterna magna, terletak diantara bagian inferior serebelum dan medula oblongata. Lainnya adalah sisterna pontis di permukaan ventral pons, sisterna interpedunkularis di permukaan ventral mesensefalon, sisterna siasmatis di depan lamina terminalis. Pada sudut antara serebelum dan lamina quadrigemina terdapat sisterna vena magna serebri. Sisterna ini berhubungan dengan sisterna interpedunkularis melalui sisterna ambiens. Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan sisterna pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan serebrospinal diambil pada waktu pungsi lumbal.

Biasanya pungsi lumbal di lakukan dengan Jarum punksi lumbal dimasukan diantara vertebra lumbal ke-3 dan ke-4 atau ke-4 dan ke-5 hingga mencapai ruang subarachnoid dibawah medulla spoinalis di bagian cauda equine.

Page 35: Modul 6

Bagaimana regulasi pengaturan cairan cerebrospinalis?

Otak sangat lembut dan kenyal. Karena sifat fisiknya tersebut otak sangat mudah rusak, oleh karena itu perlu dilindungi dengan sempurna. Otak manusia dilindungi oleh cairan cerebrospinal. Cairan cerebrospinal merupakan konsentrasi dari darah dan plasma darah yang diproduksi oleh plexus choroideus. Cairan cerebrospinal ini terletak dalam ruang-ruang yang saling berhubungan satu sama lain. Ruang-ruang ini disebut dengan ventricles (ventrikel). Ventrikel berhubungan dengan bagian subarachnoid dan juga berhubungan dengan bentuk tabung pada canal pusat (central canal) dari tulang belakang. Ruang terbesar yang berisi cairan terutama ada pada pasangan ventrikel lateral (lateral ventricle).

Produksi LCS o LCS diproduksi terutama oleh pleksus khoroid ventrikel lateral, ventrikel tiga

dan empat, dimana ventrikel lateral merupakan bagian terpenting. 70 % LCS diproduksi disini dan 30% sisanya berasal dari struktur ekstrakhoroidal seperti ependima dan parenkhima otak.

o Mekanisme sekresi LCS oleh pleksus khoroideus dimulai dari Natrium yang dipompa/disekresikan secara aktif oleh epitel kuboid pleksus khoroideus sehingga menimbulkan muatan positif di dalam LCS. Hal ini akan menarik ion-ion bermuatan negatif, terutama clorida ke dalam LCS. Akibatnya terjadi kelebihan ion di dalam cairan neuron sehingga meningkatkan tekanan somotik cairan ventrikel sekitar 160 mmHg lebih tinggi dari pada dalam plasma.

o Kekuatan osmotik ini menyebabkan sejumlah air dan zat terlarut lain bergerak melalui membran khoroideus ke dalam LCS. Bikarbonat terbentuk oleh karbonik anhidrase dan ion hidrogen yang dihasilkan akan mengembalikan pompa Na dengan ion penggantinya yaitu Kalium. Proses ini disebut Na-K Pump yang terjadi dengan bantuan Na-K-ATP ase, yang berlangsung dalam keseimbangan. Ion campuran seperti glukosa, asam amino, amin dan hormon tyroid relatif tidak larut dalam lemak, memasuki LCS secara lambat dengan bantuan sistim transport membran. Juga insulin dan transferin memerlukan reseptor transport media. Fasilitas ini (carrier) bersifat stereospesifik, hanya

Page 36: Modul 6

membawa larutan yang mempunyai susunan spesifik untuk melewati membran kemudian melepaskannya di CSS.

o Natrium memasuki CSS dengan dua cara, transport aktif dan difusi pasif. Kalium disekresi ke LCS dengan mekanisme transport aktif, demikian juga keluarnya dari CSS ke jaringan otak. Perpindahan Cairan, Mg dan Phosfor ke LCS dan jaringan otak juga terjadi terutama dengan mekanisme transport aktif, dan konsentrasinya dalam LCS tidak tergantung pada konsentrasinya dalam serum. Perbedaan difusi menentukan masuknya protein serum ke dalam LCS dan juga pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke LCS dan ruang interseluler, demikian juga sebaliknya. 

o Ada 2 kelompok pleksus yang utama menghasilkan LCS: yang pertama dan terbanyak terletak di dasar tiap ventrikel lateral, yang kedua (lebih sedikit) terdapat di atap ventrikel III dan IV. Diperkirakan LCS yang dihasilkan oleh ventrikel lateral sekitar 95%. Rata-rata pembentukan LCS 20 ml/jam. LCS bukan hanya ultrafiltrat dari serum saja tapi pembentukannya dikontrol oleh proses enzimatik.

Sirkulasi LCSo Setelah dibentuk oleh pleksus khoroid, cairan LCS bersirkulasi pada sistem

ventrikuler. cairan dari plexus coroideus yang terdapat pada ventrikel lateral melalui foramen interventrikular monroe masuk ke dalam ventrikel III, selanjutnya melalui aquaductus sylvii masuk ke dalam ventrikel IV. Selanjutnya LCS dari ventrikel IV akan dialirkan keseluruh ruangan subaracnoid melalui dua lubang yang di sebut foramen ventrikel lateral (foramen luschka) yang berlokasi pada atap resesus lateral ventrikel IV dan foramen ventrikuler medial (foramen magendi) yang berada di bagian tengah atap ventrikel III memungkinkan LCS keluar dari sistem ventrikel masuk ke dalam rongga subarakhnoid, sedangkan LCS yang menuju ke medula spinalis dari ventrikel IV melalui canalis centralis.

o LCS mengisi rongga subarakhnoid sekeliling medula spinalis sampai batas sekitar S2, juga mengisi keliling jaringan otak. Dari daerah medula spinalis dan dasar otak, LCS mengalir perlahan menuju sisterna basalis, sisterna ambiens, melalui apertura tentorial dan berakhir dipermukaan atas dan samping serebri dimana sebagian besar LCS akan diabsorpsi melalui villi arakhnoid (granula Pacchioni) pada dinding sinus sagitalis superior. 

o Yang mempengaruhi alirannya adalah: metabolisme otak, kekuatan hidrodinamik aliran darah dan perubahan dalam tekanan osmotik darah

Arbsopsi LCSo Cairan selanjutnya diabsorpsi kesistem vena melalui villi arakhnoid. Villa

arakhnoid adalah evaginasi penting rongga subarakhnoid kesinus venosus dural dan vena epidural; mereka berbentuk tubuli mikro, jadi tidak ada membran yang terletak antara LCS dan darah vena pada villi. Villi merupakan katup yang sensitif tekanan hingga aliran padanya adalah satu arah. 

o Bila tekanan LCS melebihi tekanan vena, katup terbuka, sedang bila lebih rendah dari tekanan vena maka katup akan menutup sehingga mencegah berbaliknya darah dari sinus kerongga subarakhnoid. Secara keseluruhan, kebanyakan LCS  dibentuk di ventrikel lateral dan ventrikel keempat dan kebanyakan diabsorpsi di sinus sagital.

o Dalam keadaan normal, terdapat keseimbangan antara pembentukan dan absorpsi LCS. Derajat absorpsi adalah tergantung tekanan dan bertambah bila tekanan LCS  meningkat. Sebagai tambahan, tahanan terhadap aliran

Page 37: Modul 6

tampaknya berkurang pada tekanan LCS yang lebih tinggi dibanding tekanan normal. Ini membantu untuk mengkompensasi peninggian TIK dengan meningkatkan aliran dan absorpsi LCS.

Apa komposisi dan fungsi LCS?

Komposisi LCSo Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi aktif

dari epitel. LCS hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi Na, K, bikarbonat, Cairan, glukosa yang lebih kecil dankonsentrasi Mg dan klorida yang lebih tinggi. Ph CSS lebih rendah dari darah.

Fungsi LCSo LCS menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf. Unsur-unsur pokok pada

LCS berada dalam keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler, jadi mempertahankan lingkungan luar yang konstan terhadap sel-sel dalam sistem saraf. 

o LCS mengakibatkann otak dikelilingi cairan, mengurangi berat otak dalam tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak dari keadaan/trauma yang mengenai tulang tengkorak

o LCS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak, seperti CO2, laktat, dan ion Hidrogen. Hal ini penting karena otak hanya mempunyai sedikit sistem limfatik. Dan untuk memindahkan produk seperti darah, bakteri, materi purulen dan nekrotik lainnya yang akan diirigasi dan dikeluarkan melalui villi arakhnoid.

o Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormonhormon dari lobus posterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari fineal dapat dikeluarkan ke LCS dan transportasi ke sisi lain melalui intraserebral.

o Mempertahankan tekanan intrakranial. Dengan cara pengurangan LCS dengan mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam rongga subarakhnoid lumbal yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar 30%.

Apa indikasi di lakukan punksi lumbal?

Pengambilan cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal Punksi, Sisternal Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan prosedure neuro diagnostik yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal punksi dan lateral hanya dilakukan oleh orang yang benar-benar ahli.

Indikasi Lumbal Punksi:o Mengambil bahan pemeriksaan CSF untuk diagnostic dan persiapan

pemeriksaan pasien yang dicurigasi mengalami meningitis, encepahilitis atau tumor malignan.

o Untuk membantu pengobatan melalui spinal, pemberian antibiotika, anti tumor dan spinal anastesi

Page 38: Modul 6

o Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSF akibat trauma atau dicurigai adanya perdarahan subarachnoid dan Untuk mengidentifikasi adanya tekanan intrakarnial/ intraspinal.

o Untuk membantu diagnosa dengan penyuntikan udara pada pneumoencephalografi, dan zat kontras pada myelografi

Apa saja kontraindikasi di lakukan punksi lumbal?

Adanya peninggian tekanan intra kranial dengan tanda-tanda nyeri kepala, muntah dan papil edema.

Ada infeksi lokal pada tempat Lumbal Punksi, karena Kontaminasi dari infeksi akan menyebar melalui tempat suntik ke cairan LCS sehingga menyebabkan meningitis

Penyakit kardiopulmonal yang berat Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini akan sulit

untuk penusukan jarum ke ruang interspinal.

Bagaimana prosedur Punksi lumbal di lakukan?

Persiapan Lumbal Punksi:o Periksa gula darah 15-30 menit sebelum dilakukan Lmbal Punksio Jelaskan prosedur pemeriksaan, bila perlu diminta persetujuan pasen/keluarga

terutama pada Lumbal Punksi dengan resiko tinggi Teknik Lumbal Punksi:

o Pasien diletakkan pada pinggir tempat tidur, dalam posisi lateral decubitus (tidur dengan lutut ditarik ke abdomen) dengan leher, punggung, pinggul dan tumit lemas. Boleh diberikan bantal tipis dibawah kepala atau lutut, bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya

o Tempat melakukan pungsi adalah pada kolumna vetebralis setinggi L 3-4, yaitu setinggi crista iliaca. Bila tidak berhasil dapat dicoba lagi intervertebrale ke atas atau ke bawah. Pada bayi dan anak setinggi intervertebrale L4-5

o Bersihkan dengan yodium dan alkohol daerah yang akan dipungsio Dapat diberikan anasthesi lokal lidocain HCLo Gunakan sarung tangan steril dan lakukan punksi, masukkan jarum tegak lurus

dengan ujung jarum yang mirip menghadap ke atas. Bila telah dirasakan menembus jaringan meningen penusukan dihentikan, kemudian jarum diputar dengan bagian pinggir yang miring menghadap ke kepala.

o Dilakukan pemeriksaan tekanan dengan manometer dan test Queckenstedt bila diperlukan. Kemudian ambil sampel untuk pemeriksaan jumlah dan jenis sel, kadar gula, protein, kultur baktri dan sebagainya.

Apa kompikasi yang dapat timbul dari puksi lumbal?

Nyeri kepala hebat,  Biasanya dirasakan segera sesudah lumbal punksi, ini timbul karena pengurangan cairan serebrospinal atau akibat kebocoran CSF

Meningitis akibat masuknya bakteri ke CSF. Paresthesia/ nyeri bokong atau tungkai.

Page 39: Modul 6

Injury pada medulla spinalis atau Hematom dengan penekanan pada radiks Injury pada aorta atau vena cava, menyebabkan perdarahan serius. Herniasi otak. Pada pasien denga peningkatan tekanan, tiba-tiba terjadi penurunan

tekanan akibat lumbar puncture, bisa menyebabkan herniasi kompressi otak terutama batang otak.

Tumor epidermoid intraspinal

DAFTAR PUSTAKA

Adams RD. Disturbances of cerebrospinal fluid circulation, including hydrocephalus and meningeal reaction, infection of the nervous system, in principal of neurology. 6th ed. New York:McGraw Hill, 1997:623-642, 717-721

Arnold and Matthews. Lumbar puncsture and examination of cerebro spinalis fluid in diagnosti test in neurology.1st ed. USA, 1991:3-37

Chusid JG. Corelatif neuroanatomy and functional neurology. 2nd ed. New York: Lange Medical Publication, 1990: 391-397

Duus P. Meninges, Ventriceles and cerebro spinal fluid in topical diagnosis in neurology.3rd ed. New York : Theime Verlay, 1983:334-347

Gilroy J. Infectious disease in basic neurology. 2nd ed. New York: McGraw Hill, 1991: 251-273 Guyton AC. The special fluid systems of the Body in textbook of medical phsyilogy. Philadelphia :

WB Sounders, 1981: 383-386. Kandel ER. Principles of neural science. 2nd ed vol.1 New York : Elsevier, 1982: 651- 658 Olson WH. Neurodiagnostic procedures in handbook of symptom-oriented neurology. 2nd ed.

USA : Mosby, 1989: 15-28 Ranson and Clark. The Anatomy of the nervous system, its development and function. 10th ed.

Philadelphia: WB Sounders, 1959, 71-77 Ravel R. Clinical laboratory medicine. 4th ed. Chicago: Year Book Medical, 1984: 203-210 Scheld MW. Infection of the central nervous system. New York : Raven Press, 1991: 861-881 Sid Gilman MD. The cerebro spinal fluid in Manter and Gat’z Essentials of clinical neuroanatomy

and neurop

PEMERIKSAAN RADIOLOGI :: LUMBAL PUNKSI, CT SCAN, MRI, dan EEG

Page 40: Modul 6

BAB 1PENDAHULUAN

1.      LatarbelakangProsedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari

tindakan   untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim, perawat melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa,memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa.

Karena itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang  dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu :

1.    Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan.2.    Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan ( analisa ) sample3.    Faktor Pasca instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan           

 Pada tahap prainstrumentasi sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas,pasien dan dokter. Karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu /mempengaruhi hasi lpemeriksaan laboratorium. Yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :

1.    Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium.2.    Persiapan penderita.3.    Persiapan alat yang akan dipakai.4.    Cara pengambilan sample.5.    Penanganan awal sampel ( termasuk pengawetan ) & transportasi.

2. Tujuan 2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui berbagai macam pemeriksaan dan cara menpermudah para mahasiswa melakukan berbagai pemeriksaan.2.2. Tujuan Khusus

                                                      1.  Agar para mahasiswa dapat memehami definisi pemeriksaan                                                      2.  Agar para mahasiswa dapat memehami indikasi atau tujuan pemeriksaan

                                                      3.  Agar para mahasiswa dapat memehami kontra indikasi pemeriksaan                                                      4.  Agar para mahasiswa dapat memehami persiapan pasien pemeriksaan                                                      5.  Agar para mahasiswa dapat memehami prosedur tindakan pemeriksaan                                                      6.  Agar para mahasiswa dapat memehami persiapan alat pemeriksaan                                                      7.  Agar para mahasiswa dapat memehamihal – hal yang perlu diperhatikan pada berbagai pemeriksaan

BAB II

Page 41: Modul 6

TINJAUAN PUSTAKAA.    Pemeriksaan Lumbal Funksi1.      Pengertian

Lumbar puncture adalah uapaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum kedalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan serebrospinali,mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal,menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal,dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinalterutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630)

2.      Indikasi 1.      Mengambil bahan pemeriksaan CSF untuk diagnostic dan persiapan pemeriksaan pasien

yang dicurigasi mengalami meningitis, encepahilitis atau tumor malignan.2.      Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSF akibat trauma atau dicurigai adanya

perdarahan subarachnoid.3.      Untuk memasukan cairan opaq ke dalam ruang subarakhnoid.4.      Untukmengidentifikasiadanyatekananintrakarnial/intraspinl

intrakarnial/intraspinal,untuk memasukan obat intratekal seperti terapi antibiotik atau obat sitotoksik.

3.      Kontraindikasi1.      Infeksi dekat tempat penusukan. Kontaminasi dari infeksi akan menyebabkan meningitis.2.      Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau herniasi serebral3.      Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini akan sulit untuk

penusukan jarum ke ruang interspinal.4.      Persiapan alat1.      Troleey2.      Kassa steril3.      Kapas steril4.      Sarung tangan steril5.      Baju steril6.      Jarum punksi ukuran 19, 20, 22,23 G.7.      Manometer spinal8.      Masker dan pelindung mata9.      Alcohol dalam lauran antiseptic untuk membersihkan kulit.10.    Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local11.    Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin. 12.    Tempat penampung csf steril x 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan biokimia).13.    Plester14.    Depper15.    Jam yang ada penunjuk detiknya16.    Tempat sampah.5.      Persiapan pasien1.      Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke abdomen.

Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.

2.      Jelaskan prosedur pemeriksaan pada klien.6.      Prosedur1.      Preinteraksi 1)      Kaji catatan medis dan catatan keperawatan klien2)      Kesiapan perawat melakukan tindakan3)      Jelaskan tujuan tindakan

Page 42: Modul 6

4)      Persiapkan dan kumpulkan alat-alat5)      Cuci tangan.2.      Interaksi1)      Paparkan daerah lumbal.2)      Pasien diposisikan di ujung saping tempat tidur atau meja pemeriksaan dengan bokong

menghadap ke dokter,paha dan tungkai difleksikan semaksimal mungkin meningkatkan rongga antara prosesus spina vertebra, untuk mempercepat masuknya jarum ke ruang subarakhnoid.

3)      bantal kecil ditempatkan di bawah kepala pasien untuk mempertahankan spina dalamposisi lurus; mungkin juga bantal kecil ditempatkan diantara tungkai untuk mencegah tungkai atas berputar ke depan.

4)      Perawat membantu pasien mempertahankan kepala pasien untuk menghindari pergerakan yang tiba-tiba, karena akan menyebabkan trauma.

5)      Pasien dianjurkan untuk relaks dan diinstruksikan bernafas secara normal,karenahiperventilasi akan menurunkan meningginya tekanan.

6)      Perawat menggambarkan prosedur step demi step kepada pasien selama proses berlangsung.7)      Dokter membersihkan tempat penusukan dengan larutan antiseptic.8)      Anestesi local disuntikan ke tempat tempat penusukan dan jarum spinal dimasukan keruang

subarakhnoid melalui interspace lumbal ketiga dan keempat atau kelima.9)      Spesimen CSF dikeluarkan dan biasanya ditampung dalam tiga ples, diberi label. Jarum

dicabut.10)  Kassa ditempelkanpada tempat penusukan.11)  Ples-ples CSF dikirim ke laboratorium dengan segera.3.      Terminasi 1)      Anjurkan pasien berbaring terlentang selama 2 – 3 jam untuk memisahkan kelurusan bekas

jarum puncture dural dan arakhnoid di lapisan otak, untuk mengurangi kebocoran CSF.2)      Monitor pasien untuk komplikasi lumbar puncture. Memberi tahu dokter bila terjadi

komplikasi.3)      Anjurkan meningkatktan intake cairan untuk mengurangi risiko headache post-prosedur.

(Brunner and Suddarth’h. 1999 p 1631)4)      Rapikan alat-alat5)      Cuci tangan6)      dokumentasi7.      Hal-hal yang perlu diperhatikan 1.      Posisi yang tepat merupakan fungsi menuju sukses2.      Tindakan dapat dilakukan dengan pasien duduk dan membungkuk ke depan di atas bantal

yang di tempatkan di atas sandaran di samping tempat tidur3.      Jika berhasil pada tindakan pertama maka jarum di tarik kembali dari kulit dan di coba lagi

pada sudut yang sedikit berbeda4.      Jika pasien sebelimnya pernah mengalami pembedahan spinal atau pernah mengalami suatu

proses infeksi pada radio lumbal,maka diperlukan suatu konsultasi bedah syaraf untuk memperoleh cairan dari kanalis spinalis servikal

5.      Jika terdapat dugaan kuat adanya meningitis bakterialis maka antibiotik dapat diberikan sebelum pungsi lumbal

8.      Diagnosa yang mungkin muncul1.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan di tandai dengan pasien sering

bertanya-tanya tentang prosedur yang dilakukan

Page 43: Modul 6

2.      Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada luka bekas lumbal pungsi ditandai dengan klien mengatakan dia sakit dan wajah klien tampak pucat.

3.      Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan luka pada bekas penusukan lumbal pungsi ditandai dengan klien nampak lemas,konjungtiva pucat dan klien sering terbangun pada malam hari.

B.     Pemerisaan CT SCAN1.      Pengertian

CT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak

2.      Indikasi1)        Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik scanning/pemeriksaan tanpa

radioisotop2)        Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner, emboli paru,

aneurisma (pembesaran pembuluh darah) aorta dan berbagai kelainan pembuluh darah lainnya.

3)        Menilai tumor atau kanker misalnya metastase (penyebaran kanker), letak kanker, dan jenis kanker.

4)        Kasus trauma/cidera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma lainnya pada kecelakaan. Biasanya harusdilakukan bila timbul penurunan kesadaran, muntah, pingsan ,atau timbulnya gejala gangguan saraf lainnya.

5)        Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll.

6)        Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan yang menumpuk di tubuh. Disini CT scan berperan sebagai “mata” dokter untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan.

7)        Alat bantu pemeriksaan bila hasil yang dicapai dengan pemeriksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain CT scan.

3.      Kontraindikasi1.      Pasien dengan berat badan kurang dari145 kg.2.      Pasien tidak mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-

25 menit.3.      Pasien dengan alergi iodine4.      Persiapan alat

Persiapan alat dan bahanAlat dan bahan yang digunakan untukpemeriksaan kepala dibedakan menjadi dua, yaitu :

a)      Peralatan sterill meliputi:1.      Alat-alat suntik2.      Spuit.3.      Kassa dan kapas 4.      Alkoholb)      Peralatan non-steril meliputi:1.      Pesawat CT-Scan2.      Media kontras 3.      Tabung oksigen

Persiapan Media kontras dan obat-obatan dalam pemeriksaan CT-scan kepala pediatrik di butuhkan media kontras nonionik, karena untuk menekan reaksi terhadap media kontras seperti pusing, mual dan muntah serta obat anastesi jika diperlukan. Media kontras digunakan

Page 44: Modul 6

agar struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh darah dan orga-organ tubuh lainnya dapat dibedakan dengan jelas. Selain itu dengan penggunaan media kontras maka dapat menampakan adanya kelainan-kelainan dalam tubuh seperti adanya tumor.Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 ).

1.   Jenis media kontras : omnipaque, visipaque2.   Volume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 m3.   Injeksi rate : 1 – 3 mm/sec.

5.      Persiapan pasiena.         CT scan otak :1)        Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan

dilakukan2)        Inform concent3)        Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan serta resiko-resiko yang timbul akibat

pemeriksaan tersebut, khususnya akibat pemakaian bahan kontras. 4)        Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam sebelum

pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara intra vena.

5)        injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 )Jenis media kontras : omnipaque, visipaqueVolume pemakaian : 2 – 3 mm/kg, maksimal 150 mInjeksi rate : 1 – 3 mm/sec

b.        CT scan thorax :1)        Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan

dilakukan2)        Inform concent3)        Jelaskan tujuan tindakan kepada klien dan keluarga 4)        Pasien di anjurkan untuk puasa .Pasien sebaiknya puasa minimal 6 – 8 jam sebelum

pemeriksaan. Hal ini bertujuan agar pasien pada saat pemeriksaan tidak mual sebagai akibat penyuntikan bahan kontras secara intra vena.

5)        injeksi dengan 50 cc bolus injeksi dan dengan 100 cc drip infus melalui kontras intravena. tumor. Teknik injeksi secara Intra Vena ( Seeram, 2001 ).

c.         CT Scan abdomen1)        Klien dan keluarga klien sebaiknya di berikan informasi mengenai pemeriksaan yang akan

dilakukan2)        inform consent 3)        Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada klien4)        Pasien meminum kontras :      Pasien minum kontras 300 cc 2 jam sebelum pemeriksaan.      Satu jam sebelum pemeriksaan pasien minum 200 cc yang kedua.      Ketika akan dilakukan pemeriksaan pasien minum bahan kontras ke tiga sebanyak 200 cc,

dimasukkan bahan kontras per anal sebanyak 500 cc. 6.      Prosedur1.      Preinteraksi1.      Lihat catatan keperawatan dan catatan medis2.      Jelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan kepada klien2.      Interaksi 1.      Cuci tangan2.      Memakai handscone3.      Posisi terlentang dengan tangan terkendali.

Page 45: Modul 6

4.      Meja elektronik masuk ke dalam alat scanner.5.      Dilakukan pemantauan melalui komputer dan pengambilan gambar dari beberapa sudut yang

dicurigai adanya kelainan.6.      Selama prosedur berlangsung pasien harus diam absolut selama 20-45 menit.7.      Pengambilan gambar dilakukan dari berbagai posisi dengan pengaturan komputer.8.      Selama prosedur berlangsung perawat harus menemani pasien dari luar dengan memakai

protektif lead approan.9.      Cuci tangan3.      Terminasi

1.      Sesudah pengambilan gambar pasien dirapihkan.2.      Evaluasi3.      Dokumentasi

7.      Hal-hal yang perlu diperhatikan1.      Observasi keadaan alergi terhadap zat kontras yang disuntikan. Bila terjadi alergi dapat

diberikan deladryl 50 mg.2.      Mobilisasi secepatnya karena pasien mungkin kelelahan selama prosedur berlangsung.3.      Ukur intake dan out put. Hal ini merupakan tindak lanjut setelah pemberian zat kontras yang

eliminasinya selama 24 jam. Oliguri merupakan gejala gangguan fungsi ginjal, memerlukan koreksi yang cepat oleh seorang perawat dan dokter

8.      Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul1.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan ditandai

dengan klien tampak pucat,tekanan darah meningkat dan klien sering menanyakan dampak dari prosedur pemeriksaan.

2.      Kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan berhubungan dengan kurangnya mendapat penyuluhan tentang prosedur pemeriksaan ditandai dengan klien terlihat bingung dan sering bertanya-tanya tentang pemeriksaan.

C.    Pemeriksaan MRI1.      Pengertian

1.         Pemeriksaan MRI merupakan salah satu bentuk pemeriksaan radiologi yang menggunakan prinsip magnetisasi. Medan magnet digunakan untuk proses magnetisasi komponen ion hidrogen dari kandungan air di tubuh. MRI dapat menggambarkan dengan sangat jelas dan kontras berbagai bagian organ tubuh

2.         Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) adalah suatu alat diagnostik muthakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan magnet yang besar dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X, ataupun bahan radioaktif, yang menghasilkan rekaman gambar potongan penampang tubuh / organ manusia dengan menggunakan medan magnet berkekuatan antara 0,064 – 1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hydrogen (Satya Negara, dkk,2010).

3.        Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hydrogen (Eko Bastiansyah 2008)

2.      Tujuan 1.      MRI dapat mengidentifikasikan zat kimia yang terdapat pada area yang membedakan tumor

otak dan abses otak 2.      Perfusi MRI dapat di gunakan untuk mengestiminasi aliran darah3.      Difusi MRI dapat digunakan untuk mendeteksi akumulasi cariran (edema) secara tiba-tiba.3.      Indikasi1.   Neoplasma2.   Infection3.   Infarction

Page 46: Modul 6

4.   Di bidang saraf: stroke, tumor otak, kelainan mielinisasi otak, gangguan aliran cairan otak/hidrocephalus, beberapa bentuk infeksi otak, gangguan pembuluh darah otak, dsb.

5.   Di bidang muskuloskeletal: tumor jaringan tulang atau otot, kelainan saraf tulang belakang, tumor spinal, jeputan akar saraf tulang belakang, dsb.

6.   Di bidang kardiologi: pembuluh darah besar, pemeriksaan MRA (Magnetic Resonance Angiografi) carotis, dsb.

4.      Kontraindikasi1.        Relatif :a.       Anemia hemolitikab.      Riwayat alergi dengan bahan yodida2.        Mutlak :a.       Kehamilan dan menyusui b.      Gagal ginjal

3.        Untuk pasien yang menggunakan alat pacu jantung (pace marker),4.        Pasien dengan alat bantu dengar5.        pasien dengan alat/klip/protesa berupa logam, yang di pasang pada bagian tubuhnya, antara

lain dapat berupa klippadaoperasi aniurisma, facemarker pada jantung, alat bantu dengar, gigi palsu dan sebagainya

6.        Pasien yang sedang menjalani kemoterapi, pasien dengan pompa insulin di mohon untuk melaporkan pada dokter. Pada kasus- kasus di atas, MRI dapat di batalkan dengan alas an trakut melukaipasien.

5.      Persiapan alat1.      Meja MRI2.      Bel6.      Persiapan klien1.      Pasien diharap tidak mengenakan aksesoris tubuh yang berasal dari bahan logam secara

berlebih. Hal ini penting karena MRI menggunakan prinsip magnetisasi. 2.      Pasien akan diminta diam untuk beberapa saat sampai prose magnetisasi selesai. 3.      Memberikan kesempatan pada pasien melihat dulu alat MRI beberapa saat sebelum prosedur

untuk menghindari ketakutan terhadap ruang sempit (klustrofobia4.      Memberikan inform cocent5.      Berikan medikasi sebelum tes6.      Kaji kemungkinan reaksi iodin7.      Prosedur1.      Preinteraksi1.      Cuci tangan2.      Jelaskan tujua dilakukan pemeriksaan pada klien2.      Interaksi1.    Pasien berbaring terlentang dengan posisi kedua tangan disamping badan2.    Meja MRI akan bergerak maju kedalam posisi medan magnet yang tepat3.    Pasien akan mendengar suara dari gelombang radio frekuensi,seperti suara ketukan selama

jalannya pemeriksan4.    Selama pemeriksaan MRI,pasien akan selalu dibawah pengawasan petugas,dan dapat

langsung berkomunikasi dengan petugas MRI5.    Pasien akan diberi bel ditangan dan dapat ditekan untuk memanggil petugas MRI,atau

mengalami kondisi yang kurang nyaman6.    Pada umumnya pemeriksaan ini membutuhkan waktu sekitar 40 menit7.    Setelah pemeriksan MRI selesai pasien dapat melakukan aktifitas normal seperti biasa8.    Cuci tangan

Page 47: Modul 6

3.      Terminasi 1.Evaluasi2.Dokumentasi

8.      Hal-hal yang perlu diperhatikan1.        Pada pemeriksaan MRI ini tidak boleh dilakukan pada wanita yang hamil muda(trisemester

1)2.        Pasien memberikan informasi kepada petugas sebelum dilakukan pemeriksaan9.      Diagnosa yang mungkin muncul1.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap prosedur pemeriksaan ditandai

dengan klien nampak bingung dan tekanan darah klien meningkat.2.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan tingkat pendidikan yang rendah ditandai

dengan klien tidak memahami prosedur pemeriksaan.

D.    Pemeriksaan EEG1.      Pengertian1.      Elektro Ensefalografi adalah suatu prosedur pemeriksaan menggunakan alat elektromedik

yang digunakan untuk merekam aktivitas listrik otak, melalui tengkorak yang utuh.juga merupakan pemeriksaan syaraf otak dengan mereka gelombanggelombang otak.

2.      EEG adalah pemeriksaan penunjang yang sangat diperlukan di bagian syaraf untuk menentukan adanya kelainan gelombanggelombang di otak secara fungsional(Jan Nissl, 2006)

2.      IndikasiEEG dilakukan untuk (Jan Nissl, 2006)

1.      Mendiagnosa dan mengklasifikasikan Epilepsi2.      Mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan otak,parkinson3.      Mendiagnosa Lesi desak ruang lain4.      Mendiagnosa Cedera kepala5.      Periode keadaan pingsan atau dementia.6.      Narcolepsy.7.      Memonitor aktivitas otak saat seseorang sedang menerima anesthesia umum selama

perawatan.8.      Mengetahui kelainan metabolik dan elektrolit3.      Kontraindikasi1.   Kejang2.   Tumor otak3.   Cedera kepala 4.   pendarahan intrakranial5.   abses otak 6.   ensefalitis7.   mati batang otak

4.      Persiapan alat1.      Mesin eeg2.      Pasta ten 203.      Bantal bayi4.      Abrasive gel5.      Cotton bud

5.      Persiapan klien1.      Pasien tidak dalam keadaan Batuk, Pilek atau Demam.2.      Berhenti meminum obat tertentu ( Obat Penenang).

Page 48: Modul 6

3.      Hindari makanan yang mengandung Kafein ( seperti Kopi, Teh, Cola, Coklat) sedikitnya 8 jam se belum test.

4.      Hindari Puasa malam sebelum prosedur, Makanlah dalam porsi kecil sebelum test, sebab gula darah rendah dapat mempengaruhi hasil EEG.

5.      Rambut Harus Bersih, bebas dari minyak rambut. hair spray, gel, conditioner atau cairan yang mengandung obat kulit (atau sebaiknya keramas terlebih dahulu).

6.      Tidur malam yang cukup.7.      Tidak perlu persiapan puasa8.      Jelaskan prosedur tindakan pada klien 9.      Inform concent6.      Prosedur1.      Preinteraksi1.    Jelaskan tujuan pemeriksaan pada klien

2.      Interaksi1.      Tutup sampira2.      Cuci tangan3.      Memakai hanscone4.      Pastikan pasien sudah keramas sebelum pemeriksaan EEG5.      Sebelum pemeriksaan jangan menggunakan minyak rambut,dan make up6.      Untuk pemasangan elektroda yang benar,ukur kepala dengan tekhnik 10-20 sistem7.      Setelah diukur berikan tanda dengan pensil khusus EEG disetiap titik pelekatan elektroda8.      Bersihkan tiap titik pelekatan elektroda dengan abrasive gel,9.      Letakan abrasive gel ke cutton bud kemudian gosok perlahan-lahan di titik yang akan

diletakan elektrodanya.10.  Elektroda pertama yang dipasang sebaiknya elektroda Ref (diletakan di antara CZ dan

FCZ),dan Ground(diletakan di FPZ)11.  Rekatkan elektroda ke kepala dengan pasta ten 20.12.  Perhatikan setelah pemasangan elektroda akan muncul nilai ipedansi di layar monitor13.  Bila angka dibawah 5 kohm(mesin EEG berwarna hijau dan berwarna merah jika lebih dari

5),berarti pemasangan sudah baik.14.  Pada saat perekaman, biasanya pasien dalam kondisi terentang, ganjal kepala pasien dengan

bantal, pergunakan bantal yang nyaman tapi tidak mengganggu elektroda yang terpasang. Penulis menyarankan gunakan bantal guling kecil (bantal bayi).

15.  Tanyakan ke pasien apakah posisi kepalanya sudah nyaman dan tidak tegang. Beritahukan juga ke pasien agak tidak terlalu sering berkedip dan bergerak.Renggangkan rahang pasien, maksudnya antara gigi atas dan gigi bawah jangan menempel. Semua ini dimaksudkan agar mengurangi artefact yang timbul dari pasien sendiri.

16.  Setelah semua prosedur diatas dilakukan, lihatlah ke monitor, apakah gelombang EEG sudah baik (tidak banyak artefact), Bila sudah lakukanlah perekaman.

17.  Dalam awal perekaman perintahkanlah ke pasien agar membuka dan menutup mata, lakukanlah beberapa kali. Jangan lupa memberikan marker pada saat melakukan setiap perintah yang kita minta. Biasanya pada mesin EEG sudah terdapat tamplate marker seperti Eye Open, Eye Close dll. Operator tinggal mengklik saja.

18.  Aktivitas pasien harus selalu dipantau, misalkan saat pasien bergerak atau batuk, berikanlah marker. Ini memudahkan dokter dalam membaca hasil rekaman. Saat ini teknologi EEG sudah berkembang, selain menggunakan marker untuk menandai setiap aktivitas pasien ada juga EEG dengan fasilitas Video recording, jadi saat hasil EEG dibaca, dokter pembaca dapat melihat langsung aktivitas pasien selama perekaman bersamaan dengan gelombang EEG.

19.  Untuk jenis mesin EEG lama, operator harus merubah montage tiap beberapa menit, Biasanya 2 sampai 3 menit perekaman operator harus merubah montage , dari montage I

Page 49: Modul 6

sampai VIII20.  Di mesin EEG terbaru operator sudah tidak perlu lagi merubah montage, dikarenakan pada

saat merekam semua montage sudah direkam oleh mesin EEG. Penulis menyarankan pada saat rekaman gunakanlah montage Referential, contoh : FP1-Ref, FP2-Ref, F4-Ref dst. Kenapa penulis menyarankan menggunakan montage Referential? Karena dengan montage referential pada saat ada elektroda yang lepas atau bed connect dapat langsung terlihat posisi elektroda mana yang bermasalah, jadi operator dengan mudah dan cepat untuk memperbaikinya.

3.      Terminasi1.      Cuci tangan2.      Dokumentasi 7.      Hal-hal yang perlu diperhatikan1.      Prosedur ini sangat aman. Namun, lampu berkedip atau bernafas cepat (hiperventilasi) yang

diperlukan selama pengujian dapat memicu kejang pada mereka dengan gangguan kejang.

8.      Diagnosa yang mungkin muncul1.      Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur EEG ditandai dengan

klien nampak memikirkan kondisi fisiknya saat dilakukan pemeriksaan

DAFTAR PUSTAKABrunner,suddart.1966.keperawatan medikal bedah.Jakarta:EGC http://www.google.com

Smeltzer,suzanne C,dan Brenda G. Bare.2001.keperawatan Medikal Bedah edisi 8.Jakarta:EGC

Pembagian dermatom pada tubuh

Page 50: Modul 6

Rabu, 13 Oktober 2010Diposkan oleh easthomas | di 10/13/2010 04:45:00 PM

Dermatom adalah area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf spinalis. Ada 8 saraf servikal, 12 saraf torakal, 5 saraf lumbal dan 5 saraf sakral. Masing masing saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang dipersarafinya ke otak.Sepanjang dada dan perut dermatom seperti tumpukan cakram yang dipersarafi oleh saraf spinal yang berbeda.Sepanjang lengan dan kaki, pola ini berbeda: dermatom berjalan secara longitudinal sepanjang anggota badan. Meskipun pola umum sama pada semua orang, daerah yang tepat dari inervasi merupakan keunikan untuk individu sebagai sidik jari.

Manfaat KlinikDermatom sangat bermanfaat dalam bidang neurologi untuk menemukan tempat kerusakan saraf saraf spinalis. Karena kesakitan terbatas dermatom adalah gejala bukan penyebab dari dari masalah yang mendasari, operasi tidak boleh sekalipun ditentukan oleh rasa sakit. Sakit di daerah dermatom mengindikasikan kekurangan oksigen ke saraf seperti yang terjadi dalam peradangan di suatu tempat di sepanjang jalur saraf.Virus yang menginfeksi saraf tulang belakang seperti infeksi herpes zoster (shingles), dapat mengungkapkan sumbernya dengan muncul sebagai lesi pada dermatom tertentu . Herpes zoster merupakan virus yang dormant di dalam ganglion dorsalis, bermigrasi sepanjang saraf spinalis dan hanya mempengaruhi daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf tempat virus tersebut menetap. Gejala biasanya unilateral tetapi dalam keadaan kekebalan tubuh menurun, mereka lebih cenderung menjadi bilateral dan simetris, yang berarti bahwa virus ada pada kedua ganglia dari ganglion dorsalis.

Pembagian Dermatom Tubuh

C2 - posterior half of the skull cap C3 - area correlating to a high turtle neck shirt C4 - area correlating to a low-collar shirt

Page 51: Modul 6

C6 - (radial nerve) 1st digit (thumb) C7 - (median nerve) 2nd and 3rd digit C8 - (ulnar nerve) 4th and 5th digit, also the funny bone T4 - nipples. T5 - Inframammary fold. T6 /T7 - xiphoid process. T10 - umbilicus (important for early appendicitis pain) T12 - pubic bone area. L1 - inguinal ligament L4 - includes the knee caps S2 /S3 - genitalia

sumber : http://en.wikipedia.org

Page 52: Modul 6

Read more: Pembagian dermatom pada tubuh http://easthomas.blogspot.com/2010/10/pembagian-dermatom-pada-tubuh.html#ixzz2R52hdqP0