modul 6 dcvg

Upload: jeremy-coleman

Post on 02-Jun-2018

264 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    1/17

    IV-1

    Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Voltage Gradient

    Tujuan Pembelajaran Umum

    Mahasiswa mengetahui cara pendeteksian kerusakan coating pada pipa menggunakan

    metode DCVG

    Tujuan Pembelajaran Khusus

    1.Mahasiswa melakukan pengukuran besar kerusakan coating pada pipa

    MODUL VI

    DIRECT CURRENT VOLTAGE GRADI ENT (DCVG)

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    2/17

    VI-2Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Sistemperpipaan merupakan salah satu hal yang sangatpenting dalam dunia

    perindustrian. Pemasangan intalasi perpipaan banyak sekali digunakan didunia

    perindustrian. Salah satunya digunakan di dunia perindustrian minyak dan gas di

    Indonesia. Proyekpipanisasi gas dibangun untuk mengatasi kekuranganpasokan gas

    bumi dalam negeri yaitu dengan mengangkut gas dari pusat cadangan gas yang

    tersebar di luar pulau jawa ke pusat pengguna gas di sektor pembangkit listrik,

    industri,rumahtanggadan transportasi. Pipanisasi mulai diterapkan oleh

    PerusahaanGasNegara(PGN)dalambentukproyekPipanisasiGasTerpadu Indonesia

    dan merupakanbagian dari proses distribusi gas yang digunakan sebagai pasokan

    energi pada beberapa pembangkit listrik maupun rumah tangga.

    Pipanisasi yang dilakukan mengacu berdasarkan peraturan dari Keputusan

    Menteri Pertambangan dan Energi tentang standar perpipaan ditanam di dalam

    tanah, pasal 7 ayat 1, 2 dan 3 :

    1. Penggelaran Pipa Penyalur baik di darat maupun di laut dapat dilakukandengancaraditanam ataudiletakkan di permukaan tanah.

    2. Pipa Transmisi Gas dan Pipa Induk yang digelar di daratan wajib ditanam,dengan kedalamanminimum 1(satu) meter dari permukaan tanah.

    3. Desain, konstruksi dan klasifikasi lokasi penggelaran wajib memenuhi

    Standar Pertambangan Migas (SPM) yang ditetapkan oleh Menteri.

    Karena medan yang dilalui saluran pipa sangat beragam, yakni mulai daridalamlaut, dataran rendah, lembah dan di dalam tanah maka dalam pengoperasiannya

    akanbanyakditemukanberbagaimacampersoalan, salahsatunya menggunakan metode

    DCVG.

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    3/17

    VI-3Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1Pengertian KorosiSetiap material di bumi ini terutama logam memiliki karakteristik dan sifat

    yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari nilai potensial yang dimiliki setiap

    logam. Nilai potensial dari setiap logam sangat berpengaruh terhadap kondisi

    logam tersebut. Ketika dua buah logam yang memiliki potensial yang berbeda

    kemudian digabungkan, maka akan menimbulkan aliran listrik dimana listrik akan

    mengalir dari logam yang memiliki potensial lebih negatif ke potensial yang lebih

    positif. Korosi akan terjadi pada suatu kondisi dimana muatan positif (kation)

    meninggalkan permukaan suatu logam (Bushman, 2000).

    Korosi dapat merusak permukaan logam, juga dapat mengurangi fungsi dari

    suatu logam. Korosi terjadi karena adanya degradasi atau penurunan mutu suatu

    logam akibat reaksi elektrokimia antara logam dengan lingkungannya. Lingkungan

    yang dapat menyebabkan korosi yaitu lingkungan yang lembap (mengandung uap

    air) dan diinduksi oleh adanya gas O2, CO2, atau H2S.

    Korosi terjadi melalui reaksi redoks, di mana logam mengalami oksidasi,

    sedangkan oksigen mengalami reduksi. Korosi jauh lebih ekstensif berlangsung jika

    besi kontak dengan oksigen dan air (Oxtoby, dkk, 1988). Korosi merupakan

    pembebasan oksidatif yang terjadi pada suatu luas permukaan logam (Atkins

    1999). Korosi pada logam dapat juga dipandang sebagai proses pengembalian

    logam ke keadaan asalnya, yaitu bijih logam. Misalnya, korosi pada besi menjadi besioksida atau besi karbonat seperti pada reaksi berikut:

    4Fe(s) + 3O2(g) + 2nH2O(l) 2Fe2O3.nH2O(s)

    Fe(s) + CO2(g) + H2O(l) Fe2CO3(s) + H2(g)

    Oleh karena korosi dapat mengubah struktur dan sifat-sifat logam maka

    korosi cenderung merugikan. Logam yang terkorosi disebabkan karena logam

    tersebut mudah teroksidasi. Menurut tabel potensial reduksi standar, selain logam

    emas umumnya logam-logam memiliki potensial reduksi standar lebih rendah dari

    oksigen. Jika setengah reaksi reduksi logam dibalikkan (reaksi oksidasi logam)

    digabungkan dengan setengah reaksi reduksi gas O2 maka akan dihasilkan nilai

    potensial sel, Esel positif. Jadi, hampir semua logam dapat bereaksi dengan gas

    O2 secara spontan. Beberapa contoh logam yang dapat dioksidasi oleh oksigen

    ditunjukkan pada persamaan reaksi berikut.

    4Fe(s) + O2(g) + 2nH2O(l) 2Fe2O3.nH2O(s) Esel = 0,95 V

    Zn(s) + O2(g) + 2H2O(l) Zn(OH)4(s) Esel = 0,60 V

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    4/17

    VI-4Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    Proses korosi logam dalam lingkungan akuatik merupakan reaksi elektrokimia

    yang meliputi proses perpindahan massa dan perpindahan muatan. Bila suatu logam

    dicelupkan dalam larutan elektrolit maka akan terbentuk dua lokasi yang disebut

    anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi dan pada katoda terjadi reaksi

    reduksi.

    2.2Termodinamika Korosi BesiBerdasarkan termodinamika korosi, korosi terjadi karena

    adanya kecenderungan

    suatu logam kembali pada keadaan lebih stabil, dengan reaksi reduksi oksidasi.

    Hasil reaksi oksidasi membebaskan energi. Kecenderungan oksidasi bermacam-

    macam logam berkaitan dengan potensial elektrodanya. Kesetimbangan potensial

    elektroda (Eeq) suatu logam sesuai dengan kesetimbangan oksidasi dan reduksinya

    (Tonapa dkk, 2002).

    Termodinamika korosi dapat dipelajari berdasarkan diagram E-pH

    (diagram Pourbaix). Diagram E-pH menampilkan daerah-daerah kestabilan air,

    daerah-daerah logam pada kondisi imun, terkorosi atau terpasivasi sebagai fungsi daripotensial setengah sel dan pH. Diagram ini memberikan informasi tentang reaksi

    yang mungkin terjadi dan kemungkinan proteksi korosi logam. berdasarkan

    harga pH dan potensial (Tonapa dkk, 2002). Gambar diagram E-pHuntuk sistem Fe-H2O dapat dilihat seperti gambar 2.1

    Jika aktifitas logam semakin turun, yang ditandai dengan potensial yang

    turun, maka arah gerak ke bawah sehingga terbentuk endapan Fe yang stabil,

    artinya Fe akan imun atau kebal terhadap korosi. Apabila bergerak ke atas maka

    aktifitas logam akan naik. Hal ini mengakibatkan terbentuknya ion Fe2+ sehingga

    terjadi korosi. Diagram E-pH dapat digunakan dalam menentukan beberapa cara

    proteksi korosi pada logam yaitu :

    1) Pengaturan lingkungan (dengan perubahan pH)2) Membawa potensial antar muka ke daerah imun (proteksi katodik).

    3) Membawa potensial antar muka ke daerah pasif (proteksi anodik).

    4) Penambahan paduan logam dasar agar luas daerah pasif dapat diperbesar.

    5) Penambahan pasivator.

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    5/17

    VI-5Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    Gambar 2.1 Diagram E-pH sistem Fe-H2O

    (Sumber:www.substech.com)

    2.3Metode Pengendalian KorosiKorosi tidak dapat dicegah, namun dapat dikendalikan seminimal mungkin. Ada

    beberapa metode yang biasanya digunakan untuk mengendalikan korosi, diantaranya

    adalah sebagai berikut:

    a. Perancangan geometris alat atau benda kerja.

    b. Pemilihan bahan atau material logam yang sesuai dengan lingkungan.

    Pemilihan material haruslah dipertimbangkan. Jenis material yang digunakan harus

    memiliki ketahanan korosi yang tinggi pada suatu media tertentu yang sesuaidengan lingkungan tempat aplikasinya

    c. Metode Pelapisan (Coating) adalah suatu upaya mengendalikan korosi dengan

    menerapkan suatu lapisan pada permukaan logam yang akan dilindungi.

    Misalnya, dengan pengecatan atau penyepuhan logam. Zat atau logam yang akan

    melapisi suatu logam harus bisa membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap

    karat (pasivasi) sehingga logam yang dilindungi terlindung dari korosi. Pasivasi

    adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi

    yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut.

    d.

    Proteksi Katodik merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya korosi

    pada logam. Prinsip kerjanya adalah dengan mengubah benda kerja menjadi katoda.

    Proteksi dilakukan dengan mengalirkan elektron tambahan ke dalam material.Terdapat dua jenis proteksi katodik, yaitu metode impressed current (arus

    paksa) dan sacrificial anode (anoda korban).

    e. Proteksi anodik yaitu dengan cara mempertebal lapisan pasif dari suatu material

    dengan cara memberikan potensial ke arah anodik.

    f.

    Inhibitor adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif

    dengan kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor

    korosi dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu

    http://www.substech.com/http://www.substech.com/http://www.substech.com/http://www.substech.com/
  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    6/17

    VI-6Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor

    teradsorpsi.

    2.3.1 Metode Pengendalian Korosi dengan Coating

    Coating merupakan sistem proteksi logam terhadap korosi dengan caramemberikan lapisan di permukaan logam untuk mencegah kontak langsung atau

    reaksi reduksi-oksidasi antara logam dengan lingkungan sekitar. Coating diberikan

    untuk melindungi pipa dengan keadaan tanah. Tanah memiliki harga resistivitas

    yang berbeda-beda, bergantung kepada keadaan geometris dan jenis tanah. Untuk

    mengetahui tingkat korosifitas, digunakan alat resistivity meter. Beberapa harga

    resistivitas dan tingkat korosifitas dari tanah terangkum dalam tabel 2.1

    Tabel2.1Derajatkorosifitastanahberdasarkannilairesistivitasnya

    Soil resistivity (ohm.cm) Degree of corrosivity

    0500 Very corrosive

    5001,000 Corrosive1,0002,000 Moderately corrosive

    2,00010,000 Mildly corrosiveAbove 10,000 Negligible

    (Sumber:peabody-controlofpipelinecorrosion2001(NACECorrosionBasics).

    Pada umumnya, coating dibagi menjadi dua macam, yaitu organic coating dan

    anorganic coating. Organic coating berbahan kimia biasanya menggunakan senyawa

    polimer seperti HDPE (High Density Polyethylene). Sedangkan organic coating yang

    umum digunakan dan murah adalah coal tar atau aspal. Anorganic coating biasanya

    bekerja dengan pembentukan oksida dengan proses anodisasi dan pembentukan

    senyawa anorganik di permukaan logam. Pelapisan dengan organic coatingbiasanyamenggunakan metode pengecatan. Sedangkan pelapisan anorganic coating yang

    biasanya dilakukan adalah anodisasi aluminium, kromatisasi dan fosfatisasi.Syarat dari coating pada sistem perpipaan dimuat di NACE Standard RP

    0169-96, diantaranya :1) Insulator elektrik yang efektif

    2) Pelindung Kelembaban yang efektif

    3) Aplikatif terhadap struktur

    4) Memiliki sifat adesi yang kuat terhadap pipa

    5) Mampu menahan defect dari kemungkinan membesar dalam jangka waktu lama

    Berikut adalah sifat fisis dan teknis dariglassfibre (senyawa polimer), yang biasa

    digunakan sebagai coating :

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    7/17

    VI-7Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    Tabel2.2Sifatfisisdanteknisdariglassfibre

    (Sumber:www.cathodicprotectionnetwork)

    2.4Metode Pendeteksi Kerusakan CoatingPada penerapan di lapangan, kerusakan coating dapat dideteksi dengan dua

    metode yang umum digunakan, yaitu metode Direct Current Voltage Gradient

    (DCVG) dan Close Interrupted Potential Survey (CIPS).

    Metode DCVG ditemukan oleh seorang insinyur telekomunikasi yangberasal dari Australia, bernama John Mulvany pada awal 1980 (Wikipedia,

    2013). Dikembangkan bersama dengan Dr. John Leeds, seorang ahli korosi dari

    Inggris. Metode DCVG biasanya hanya dikenal di kalangan profesional di bidang

    korosi. Dasar metode DCVG diatur dalam NACE International Test method TM-

    0109-2009. Referensi dari kalangan inspeksi perpipaan diatur dalam API 571 danAPI RP 574 (Wikipedia, 2013).

    Metode kerja dari DCVG dan CIPS adalah dengan memastikan sistemperpipaan telah diproteksi dengan arus paksa (ICCP). Adanya kerusakan coating akan

    menyebabkan terjadinya peningkatan arus dalam jumlah yang besar di sekitar

    kerusakan coating. Ilustrasi dari kerusakan coating dapat dilihat pada gambar 2.4

    dan 2.5.

    Gambar2.5Ilustrasiarusmasukkedaerahcoatingyangrusak

    (Sumber:www.cathodicprotectionnetwork.com)

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    8/17

    VI-8Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    Gambar2.6Ilustrasijeniskerusakancoating

    (Sumber:PMLDCVGManualSheet)

    Metode DCVG merupakan pengembangan dari metode CIPS. Dengan

    menggunakan metode DCVG, tidak hanya posisi kerusakan dari coating yang dapat

    diketahui, akan tetapi besar kerusakan atau derajat kerusakan coating. Apabila ada

    kerusakan coating maka akan berdampak pada aliran arus listrik yang mengalir dari

    tanah sekitar dan masuk menuju pipa. Aliran listrik ini akan menyebabkan adanya

    gradient tegangan yang terjadi di tanah, yang dapat diukur dengan menggunakan

    voltmeter. Dengan mengamati arah dari gradien arus listrik tersebut, maka lokasi

    coating yang rusak dapat diidentifikasi. Dengan memasukkan data dari arah gradien

    tegangan yang terukur di sekitar lokasi coating yang rusak, maka jenis dan

    karakteristk kerusakan coating dapat diketahui.

    2.5Metode Direct Curr ent Voltage GradientSurvey DCVG dan CIPS dapat dilakukan dengan menggunakan interrupter

    pengaturan on/off dalam interval waktu tertentu. Tujuan dari penggunaan interrupter

    adalah untuk membedakan adanya arus yang liar yang mengganggu pengukuran

    dengan arus prokteksi. Dengan mengetahui frekuensi dari interrupter, maka arus

    proteksi struktur perpipaan dapat diketahui dengan pasti. on/off dari arus rectifier

    diatur siklusnya melalui current interruptor. Dengan begitu, potensial soil to soil

    atau tanah ke tanah bisa diukur pada saat siklus on dan juga pada saat siklus off.

    Apabila telah dilakukan pengukuran CIPS, maka pengukuran DCVG tidak perlu

    menggunakan interrupter. Istilah potensial DCVG diartikan sebagai perbedaan/selisih

    antara potensial soil to soil di sekitar lokasi coating yang rusak.

    Beberapa peralatan yang digunakan untuk survey DCVG adalah sebagai

    berikut:

    a. Current Interrupter

    b.

    DC Power Supply (12 V, 1 Ampere)

    c. Data Probe (dua buah elektroda Cu/CuSO4)

    d.

    Perlengkapan Safety untuk Personil yang berupa Helmet, SafetyBoot, Goggles,

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    9/17

    VI-9Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    dan Gloves

    e. Data Loggerberupa Voltmeter (akurasi 1mV).

    Dalam survey DCVG, dikenal dua teknik yang digunakan untuk menentukan

    posisi kerusakan coating, yaitu teknik tegak lurus dan teknik parallel

    sesuai dengan gambar 2.7 dan 2.8. Yang membedakan dari teknik ini adalahpergerakan dari Data Probe berupa Elektroda Standar Cu/CuSO4 (Copper

    Sulphate Electrode atau CSE).

    Pada teknik tegak lurus, pergerakan CSE dilakukan dalam kondisi dimanaposisi dari kedua elektroda tersebut tegak lurus terhadap centerline dari struktur pipa.

    Jarak antar elektroda umumnya antara 50 cm sampai 1 meter, dengan salah satu

    elektroda berada tepat di garis pusat dari pipa. Data logging umumnya dilakukan

    setiap interval satu sampai dua meter.

    Pada teknik DCVG ini sebelum memasuki daerah coating defect yang

    ditunjukkan dengan daerah di luar lingkaran merah, beda potensial yang terbaca pada

    voltmeter dari data logger akan menunjukkan angka nol. Semakin mendekati coating

    defect maka beda potensial akan semakin naik dan mencapai nilai maksimumtepat pada bagian dari pipa yang mengalami coating defect. Dan sebaliknya

    apabila pergerakan menjauhi lokasi yang mengalami coating defect, beda potensial

    yang terbaca akan turun kembali. Profil dari survey DCVG dengan teknik tegak lurus

    apabila menemui suatu lokasi yang mengalami coating defect dapat dilihat di gambar

    2.7 (b).

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    10/17

    VI-10Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    Gambar2.7:(a)PosisiPenempatanElektroda (b)ProfilDCVGTegakLurus(sumber:EUS,ManualDCVG)

    Pada survey DCVG dengan teknik Paralel, posisi dari kedua elektroda

    standard Cu/CuSO4 segaris dengan centre line dari pipa. Sehingga pergerakan dari

    data probe segaris antar probe yang satu dengan yang lain. Pada metode ini, lokasi

    dari coating defect ditunjukkan dengan adanya simpangan dari nilai beda potensial,

    dimana:

    a) Pada saat pergerakan data probe mendekati area yang mengalami coating defect,

    nilai beda potensial akan meningkat dan bernilai positif.

    b) Pada saat data probe berada tepat di atas lokasi pipa yang mengalamicoating

    defect, beda potensial yang terbaca di voltmeter adalah nol.

    c)

    Pada saat data probe menjauhi area yang mengalami coating defect, nilai beda

    potensial bernilai negatif.Setelah dapat menentukan posisi dari kerusakan coating, maka dapat

    dilakukan pengukuran tingkat kerusakan dari coating tersebut. Persen kerusakan dari

    coating menggunakan variabel total potensial dalam satuan mV. Total potensial

    merupakan perbedaan antara potensial maksimum pada lokasi coating defect dan

    potensial tanah yang semakin meningkat akibat kontribusi sistem Proteksi Katodik

    terhadap aliran arus ke coating defect.

    Untuk menentukan Total mV, terlebih dahulu harus diketahui posisi yang pastidari coating defect, contoh: lokasi dimana bacaan potensial DCVG mencapai

    maksimum yang diketahui dari survey DCVG sebelumnya.. Kemudian dilakukan

    pengukuran potensial DCVG dengan menggerakan data probe segaris dengan arah

    tegak lurus dari arah pipa.

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    11/17

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    12/17

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    13/17

    VI-13Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    Gambar2.10VisualisasiKerusakanCoatingberdasarkanVoltageGradient(Sumber:DokumenPresentasiIndocorr)

    Nilai dari IR drop dari persamaan tersebut di atas, diambil dari pengukuran IR

    drop pada 2 test point terdekat dari lokasi coating defect (lokasi coating defectberadadi antara 2 test point). Nilai IR drop pada masing masing test point merupakan

    selisih dari potensial pipa terhadap tanah pada saat CP on dan potensial pipa

    terhadap tanah pada saat CP off. Apabila hasil pengukuran selisih potensial on/off di

    kedua test point sama, maka nilai itulah yang digunakan sebagai nilai IR drop.

    Tetapi apabila dari hasil pengukuran didapatkan nilai selisih potensial yang berbeda

    diantara kedua test point tersebut, maka nilai selisih potensialnya bisa ditentukan

    dengan cara ekstrapolasi dari jarak antara test point dengan lokasi coating defect.

    Ukuran dari coating defect diekspresikan dalam hubungan IR potensial drop

    dalam tanah dengan adanya aliran proteksi katodik dari arus paksa.

    Besaran coating defect diekspresikan dalam % IR dengan formula sebagaiberikut:

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    14/17

    VI-14Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    Gambar2.11GrafikKarakteristikKerusakanCoating

    (Sumber:DokumenIndocorr,2013)

    Keterangan :

    V1 = Potensial terukur pada test box pertama (mV)

    V2 = Potensial terukur pada test box kedua (mV)

    X = Jarak test box atau panjang pipa dari test box pertama (m)

    dX = Letak atau posisi kebocoran pipa (m)

    Dari hasil perhitungan % IR, maka dapat diketahui seberapa besar

    kerusakan coating. Untuk menentukan tingkat kerusakan coating dapat didasarkansesuai table 2.3 berikut:

    Tabel 2.3 Tingkat Kerusakan Coatingberdasarkan % IR

    Klasifikasi Kerusakan % IR

    Ringan 0-15

    Sedang 15-35

    Berat 35-70

    Parah 70-100

    (Sumber : Dokumen Presentasi Indocor, 2013

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    15/17

    VI-15Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 AlatPeralatan-peralatan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :

    1) Simulator Perpipaan

    2)

    Pengukur DCVG

    3) Elektroda Standar Cu/CuSO4 (1 pasang)

    4)

    Voltmeter Digital

    5) Transformator

    6) Recifer

    7)

    Kabel

    8)

    Peralatansafetyuntuk personil (Helmet, Safety Boot, Googledan Gloves)

    3.2Prosedur Percobaan

    3.2.1 Mengoperasikan Proteksi Arus Paksa

    1) Menghubungkan Transformatordengan sumber arus AC 220V

    2)

    MenghubungkanRectifierdengan Transformator.

    3) Mengatur Set Potensial Proteksi di Angka 4.5V

    4) MenyalakanMain Switcherke Posisi 1

    3.2.2 Pemasangan Alat Ukur DCVG

    1)

    Siapkan dua buah halfcell dan satu buah multimeter.2) Sambungkan kabel dari masing-masing halfcell kepada multimeter.

    3.2.3 Mencari Nilai Overline (OL/RE) dan Tititk Kerusakan CoatingPipa

    1)

    Telusuri daerah yang diduga terdapat kerusakan coatingpada pipa dengan

    melihat data pengukuran CIPS.

    2) Tancapkan kedua buah halfcell diantara pipa sampai menemukan nilai 0

    mV di multimeter.

    3) Titik kerusakan coatingpipa terdapat ditengah jarak halfcell.

    3.2.4 Mencari Nilai Remote Ear th

    1)

    Tancapkan satu halfcellpada titik kerusakan pipa.2) Tancapkan satu halfcell lainnya tegak lurus dengan pipa.

    3) Catat nilai yang terbaca oleh multimeter sampai terjadi perubahan yang

    tidak signifikan.

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    16/17

    VI-16Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    BAB IV

    LANGKAH PENGOLAHAN DATA

  • 8/10/2019 Modul 6 Dcvg

    17/17

    VI-17Jobsheet Prakti kum D ir ect Curr ent Vol tage Gradient (DCVG)

    DAFTAR PUSTAKA

    Jones, D.A. Principles And Prevention of Corrosion-2ndEdition, Prentice Hall,

    Singapore,1997.

    Bariyyah, Mariana, Analisa Risiko Pipa Transmisi gas Onshore Di Sumatera,

    UniversitasIndonesia,Depok, 2012.

    Peabody, A.W., Control of Pipeline Corrosion 2ndEdition, Houston, NACE

    International, 2001.

    Parker, Marshall E., Peattie, Edward G., Pipeline Corrosion and Cathodic

    Protection, Gulf Professional Publishing, Burlington MA.

    EngineersNAoC.NACE SP0169. Control of External Corrosion on Underground or

    Submerged Metallic Piping System 2007.

    Engineers NAoC. NACE SP0207. Performing Close Interval Potential Survey and

    DCSurfacePotentialGradientSurveysonBuriedorSubmergedMetallic Piping

    System 2007.