modul 3 blok 6 lagi

10
Resin yang sering digunakan di kedokteran gigi1) 1. Resin akrilik : Turunan etilen yang mengandung gugus vinyl. 2) Metil metakrilat : cairan yang bening dan transparan padasuhu ruangan 3) Poli (metil metakrilat) : resin trans paran dengan kejernihanluar biasa 4) Metakrilat & Resin akrilik mult ifungsi: yang pertma a l i digunakan di kedokteran gigi adalah Resi Bowen (Bis-GMA) 2.5.1 Kebaikan Resin komposit cukup kuat untuk digunakan pada tambalan gigi posterior dan resin komposit juga tidak berbahaya seperti amalgam yang dapat menyebabkan toksisitas merkuri kepada pasien. Selain itu, warnanya yang sewarna gigi menyebabkan resin komposit digunakan untuk tujuan estetik. 2.5.2 Kerugian Walaupun warna resin komposit sewarna gigi, tapi bahan ini dapat berubah warna selama pemakaian. Selain itu dapat juga terjadi pengerutan. Pengerutan biasanya akan terjadi dan menyebabkan perubahan warna pada marginal tambalan. Komposit dengan filler berukuran kecil dapat dipergunakan sehingga 9 tahun, lebih lekas rusak dibandingkan dengan tambalan amalgam. 2.5.3 Kegunaan resin komposit a. Bahan tambalan pada gigi anterior dan posterior ( direct atau inlay) b. Sebagai veneer mahkota logam dan jembatan (prosthodontic resin) c. Sebagai pasak. d. Sebagai semen pada orthodontic brackets, Maryland bridges, ceramic crown, inlay, onlay. e. Pit dan fisur sealant. f. Memperbaiki restorasi porselen yang rusa 2 Struktur Resin Komposit a) Bahan utama/Matriks resin Kebanyakan resin komposit menggunakan campur an monomer aromatic dan atau aliphatic dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS- GMA), selain itu juga banyak dipakai adalah tryethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA), dan urethane dimethacrylate (UDMA) adalah dimethacrylate yang umum digunakan dalam ko mposit gigi. Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi (komposit) dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan perubahan warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi (CH-O-CH2) dan akrilat (CH2=CHCOO). Percobaan-percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul BIS-GMA. Molekul tersebut memenuhi persyaratan matrik resin suatu komposit gigi. BIS-GMA memiliki viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan cairan dari dimethacrylate lain yang memiliki viskositas rendah yaitu TEGDMA untuk menghasilkan cairan resin yang dapat diisi secara maksimal dengan partikel glass. Sifatnya yang lain yaitu sulit melakukan sintesa antara struktur molekul yang alami dan kurang melekat dengan baik terhadap struktur gigi. b) Filler Dikenali sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70 persen dari berat material. Beberapa jenis filler yang sering dijumpai adalah berbentuk manik- manik

Upload: kiidouble

Post on 05-Dec-2014

101 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 3 Blok 6 Lagi

Resin yang sering digunakan di kedokteran gigi1)1.  Resin akrilik : Turunan etilen yang mengandun

g gugus vinyl.�2) Metil metakrilat : cairan yang bening dan transparan padasuhu ruangan3) Poli (metil metakrilat) : resin transparan dengan kejernihanluar biasa4) Metakri lat  & Resin akri l ik  mult ifungsi:  yang pertma al idigunakan di kedokteran gigi adalah Resi Bowen (Bis-GMA)2.5.1 Kebaikan

Resin komposit cukup kuat untuk digunakan pada tambalan gigi posterior dan

resin komposit juga tidak berbahaya seperti amalgam yang dapat menyebabkan

toksisitas merkuri kepada pasien. Selain itu, warnanya yang sewarna gigi

menyebabkan resin komposit digunakan untuk tujuan estetik.

2.5.2 Kerugian

Walaupun warna resin komposit sewarna gigi, tapi bahan ini dapat berubah warna

selama pemakaian. Selain itu dapat juga terjadi pengerutan. Pengerutan biasanya akan

terjadi dan menyebabkan perubahan warna pada marginal tambalan. Komposit

dengan filler berukuran kecil dapat dipergunakan sehingga 9 tahun, lebih lekas rusak

dibandingkan dengan tambalan amalgam.

2.5.3 Kegunaan resin komposit

a. Bahan tambalan pada gigi anterior dan posterior ( direct atau inlay)

b. Sebagai veneer mahkota logam dan jembatan (prosthodontic resin)

c. Sebagai pasak.

d. Sebagai semen pada orthodontic brackets, Maryland bridges, ceramic

crown, inlay, onlay.

e. Pit dan fisur sealant.

f. Memperbaiki restorasi porselen yang rusa

2 Struktur Resin Komposit

a) Bahan utama/Matriks resin

Kebanyakan resin komposit menggunakan campur an monomer aromatic dan atau

aliphatic dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS-GMA), selain

itu juga banyak dipakai adalah tryethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA), dan

urethane dimethacrylate (UDMA) adalah dimethacrylate yang umum digunakan

dalam ko mposit gigi. Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi (komposit)

dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960, ketika Bowen memulai percobaan

untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem

epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan perubahan warna, mendorong

Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi (CH-O-CH2) dan akrilat

(CH2=CHCOO). Percobaan-percobaan ini menghasilkan pengembangan molekul

BIS-GMA. Molekul tersebut memenuhi persyaratan matrik resin suatu komposit gigi. BIS-GMA memiliki viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan

cairan dari dimethacrylate lain yang memiliki viskositas rendah yaitu TEGDMA

untuk menghasilkan cairan resin yang dapat diisi secara maksimal dengan partikel

glass. Sifatnya yang lain yaitu sulit melakukan sintesa antara struktur molekul yang

alami dan kurang melekat dengan baik terhadap struktur gigi.

b) Filler

Dikenali sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70 persen dari berat

material. Beberapa jenis filler yang sering dijumpai adalah berbentuk manik-manik

kaca dan batang, partikel seramik seperti quartz (SiO2), litium-aluminium silikat

(Li2O.Al2O3.4SiO2) dan kaca barium (BaO) yang ditambahkan untuk membuat

komposit menjadi radiopak.

Ukuran partikel yang sering dipakai berkisar antara 4 hingga 15 m. Partikel yang

dikategorikan berukuran besar sehingga mencapai 60 m pernah digunakan tetapi

permukaan tumpatan akan menjadi kasar sehingga mengganggu kenyamanan pasien

Bentuk dari partikel juga terbukti penting karena manik-manik bulat sering terlepas

dari material mengakibatkan permukaan menjadi aus. Bentuk filler yang tidak

beraturan mempunyai permukaan yang lebih baik dan tersedia untuk bonding dan

dapat dipertahankan di dalam resin.

Penambahan partikel filler dapat memperbaiki sifat resin komposit:

Page 2: Modul 3 Blok 6 Lagi

i. Lebih sedikit jumlah resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangi

ii. Mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal

iii. Memperbaiki sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan dan

resisten terhadap abrasi

c) Coupling agent

Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak dipergunakan

pada saat ini adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal digunakan tidak

berfungsi dengan baik karena ikatan antara matriks dan filler adalah tidak kuat.

Melapiskan partikel filler dengan coupling agent contohnya vinyl silane memperkuat

ikatan antara filler dan matriks. Coupling agent memperkuat ikatan antara filler dan

matriks resin dengan cara bereaksi secara khemis dengan keduanya. Ini

membolehkan lebih banyak matriks resin memindahkan tekanan kepada partikel filler

yang lebih kaku. Kegunaan coupling agent tidak hanya untuk memperbaiki sifat

khemis dari komposit tetapi juga meminimalisasi kehilangan awal dari partikel filler

diakibatkan dari penetrasi oleh cairan diantara resin dan filler.

Fungsi bagi coupling agent adalah:

i. Memperbaiki sifat fisik dan mekanis dari resin

ii. Mencegah cairan dari penetrasi kedalam filler-resin

d) Bahan penghambat polimerisasi

Merupakan penghambat bagi terjadinya polimerisasi dini. Monomer

dimethacrylate dapat berpolimerisasi selama penyimpanan maka dibutuhkan bahan

penghambat (inhibitor). Sebagai inhibitor, sering digunakan hydroquinone, tetapi

bahan yang sering digunakan pada saat ini adalah monometyhl ether hydroquinone.

e) Penyerap ultraviolet (UV)

Ini bertujuan meminimalkan perobahan warna karena proses oksidasi.

Camphorquinone dan 9-fluorenone sering dipergunakan sebagai penyerap UV

f) Opacifiers

Tujuan bagi penambahan opacifiers adalah untuk memastikan resin komposit

terlihat di dalam sinar-X. Bahan yang sering dipergunakan adalah titanium dioksida

dan aluminium dioksida.

g) Pigmen warna

Bertujuan agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli. Zat warna

yang biasa dipergunakan adalah ferric oxide, cadmium black, mercuric sulfide, dan

lain-lain. Ferric oxide akan memberikan warna coklat-kemerahan. Cadmium black

memberikan warna kehitaman dan mercuric sulfide memberikan warna merah.

2.3 Klasifikasi

Resin komposit dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu menurut ukuran filler

dan menurut cara aktivasi.

2.3.1 Ukuran filler

Berdasarkan besar filler yang digunakan, resin komposit dapat diklasifikasikan

atas resin komposit tradisional, resin komposit mikrofiler, resin komposit hibrid dan

resin komposit partikel hibrid ukuran kecil.

a) Resin Komposit Tradisional

Resin komposit tradisional juga dikenal sebagai resin konvensional. Komposit ini

terdiri dari partikel filler kaca dengan ukuran rata-rata 10-20µm dan ukuran partikel

terbesar adalah 40µm. Terdapat kekurangan pada komposit ini yaitu permukaan

tambalan tidak bagus, dengan warna yang pudar disebabkan partikel filler menonjol

keluar dari permukaan seperti terlihat pada gambar 2.

b) Resin Komposit Mikrofiler

Resin mikrofiler pertama diperkenalkan pada akhir tahun 1970, yang

mengandung colloidal silica dengan rata-rata ukuran partikel 0.02µm dan antara

ukuran 0.01-0.05µm. Ukuran partikel yang kecil dimaksudkan agar komposit dapat

dipolish hingga menjadi permukaan yang sangat licin. Ukuran partikel filler yang

kecil bermaksud bahan ini dapat menyediakan luas permukaan filler yang besar

dalam kontak dengan resin.

Page 3: Modul 3 Blok 6 Lagi

c) Resin Komposit Hibrid

Komposit hibrid mengandung partikel filler berukuran besar dengan rata-rata

berukuran 15-20µm dan juga terdapat sedikit jumlah colloidal silica, dengan ukuran

partikel 0.01-0.05µm seperti terlihat pada gambar 3. Perlu diketahui bahawa semua

komposit pada masa sekarang mengandung sedikit jumlah colloidal silica, tetapi

tidak mempengaruhi sifat-sifat dari komposit itu.

Gambar 3: Struktur komposit hibrid

d) Resin Komposit Partikel Hibrid Ukuran Kecil

Untuk mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil daripada sebelumnya telah

dilakukan perbaikan metode dengan cara grinding kaca. Ini menyebabkan kepada

pengenalan komposit yang mempunyai partikel filler dengan ukuran partikel kurang

dari 1µm, dan biasanya berukuran 0.1-1.0µm seperti terlihat pada gambar 4, yang

biasanya dikombinasi dengan colloidal silica. Partikel filler berukuran kecil

memungkinkan komposit dipolish permukaannya sehingga menjadi lebih rata

dibanding partikel filler berukuran besar. Komposit ini dapat mencapai permukaan

yang lebih rata karena setiap permukaan kasar yang dihasilkan dari partikel filler

adalah lebih kecil dari partikel filler

Cara Aktivasi

Cara aktivasi dari resin komposit dapat dibagi dua yaitu dengan cara aktivasi

secara khemis dan aktivasi mempergunakan cahaya.

Aktivasi secara khemis

Produk yang diaktivasi secara khemis terdiri dari dua pasta, satu yang

mengandung benzoyl peroxide (BP) initiator dan yang satu lagi mengandung

aktivator aromatic amine tertier. Sewaktu aktivasi, rantai --O--O-- putus dan elektron

terbelah diantara kedua molekul oksigen (O) seperti terlihat pada gambar 6. Pasta katalis dan base diletakkan di atas mixing pad dan diaduk dengan menggunakan instrument plastis selama 30 detik. Dengan pengadukan tersebut, amine akan bereaksi dengan BP untuk membentuk radikal bebas dan polimerisasi dimulai. Adonan yang telah siap diaduk kemudian dimasukkan ke dalam kavitas dengan menggunakan instrument plastis atau syringe

Aktivasi mempergunakan cahaya

1, 2Sistem aktivasi menggunakan cahaya pertama kali diformulasikan untuk sinar

ultraviolet (UV) membentuk radikal bebas. Pada masa kini, ko mposit yang

menggunakan curing sinar UV telah digantikan dengan sistem aktivasi sinar tampak biru yang telah diperbaiki kedalaman curing, masa kerja terkontrol, dan berbagai kebaikan lainnya. Disebabkan kebaikan ini, komposit yang menggunakan aktivasi

sinar tampak biru lebih banyak digunakan dibanding material yang diaktivasi secara khemis.

Komposit yang menggunakan aktivasi dari sinar ini terdiri dari pasta tunggal yang

diletakkan dalam syringe tahan cahaya. Pasta ini mengandung photosensitizer,

Camphorquinone (CQ) dengan panjang gelombang diantara 400-500 nm dan amine

yang menginisiasi pembentukan radikal bebas. Bila bahan ini, terkontaminasi sinar

tampak biru (visible blue light, panjang gelombang ~468nm) memproduksi fase eksitasi dari photosensitizer, dimana akan bereaksi dengan amine untuk membentuk radikal bebas sehingga terjadi polimerisasi lanjutan.

Working time bagi komposit tipe ini juga tergantung pada operator. Pasta hanya dikeluarkan dari tube pada saat ingin digunakan karena terkena sinar pada pasta dapat menginisiasi polimerisasi. Pasta diisi kedalam kavitas, disinar dengan sinar biru dan terjadi polimerisasi sehingga bahan resin mengeras.

Camphorquinone (CQ) menyerap sinar tampak biru dan membentuk fase eksitasi dengan melepaskan elektron seperti amine (dimetyhlaminoethyl methacrylate [DMAEMA]).

menerangkan elektron tunggal yang diberikan oleh amine kepada grup >C=O

(ketone) didalam CQ, seperti terlihat pada gambar 7. Setelah diaktivasi, CQ

memisahkan atom hidrogen daripada karbon-α yang bertentangan dengan grup amine

dan hasilnya adalah amine dan radikal bebas CQ. Radikal bebas CQ ini sudah

bersedia untuk diaktivasi.

Finishing dan polishing

Finishing dapat dilakukan 5 menit setelah dicuring. Finishing dilakukan dengan

menggunakan pisau atau diamond stone. Finishing yang terakhir dapat dilakukan

dengan mengunakan karet abrasif atau rubber cup dan disertai pasta pemolis atau disk aluminium oksida.

Page 4: Modul 3 Blok 6 Lagi

Lutz dan Philips (1983) mangklasifikasikan resin komposit berdasarkan

ukuran partikel filler dan distribusinya, yaitu :

a. Resin komposit makrofil

Resin komposit makrofil mempunyai ukuran filler 1-5 µm. Resin komposit

tipe ini mempunyai daya tahan yang baik terhadap fraktur, dapat dipolish tetapi

hasilnya tidak begitu baik (semipolishable) dan warnanya lebih stabil. Bahan ini

diindikasikan untuk restorasi kavitas klas IV, untuk gigi posterior dan pembuatan

core.

b. Resin komposit mikrofil

Resin komposit mikrofil mempunyai ukuran filler 0,04 µm. Resin komposit

tipe ini mempunyai daya tahan yang rendah terhadap fraktur, dapat dipolish dengan

sangat baik serta mengkilat dan warnanya stabil. Bahan ini diindikasikan untuk

restorasi kavitas klas III, kavitas klas V, kavitas klas IV yang kecil dan untuk labial

veneers.

c. Resin komposit hybrid

Resin komposit hybrid mempunyai ukuran filler 0,04-5 µm. Resin komposit

tipe ini mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap fraktur, dapat dipolish

dengan baik dan warnanya stabil. Resin komposit hybrid mengandung dua macam

filler yaitu partikel makrofil dengan penambahan partikel mikrofil. Resin komposit

hybrid kurang baik pada pemolesan dibanding dengan resin komposit mikrofil, tetapi

tipe ini lebih tahan terhadap abrasi sehingga dapat digunakan sebagai bahan restorasi

klas IV

Selain itu, dengan berkembangnya nanotekhnologi telah diperkenalkan tipe

resin komposit terbaru yaitu resin komposit nanofiller. Ukuran partikel filler resin ini

yaitu sebesar 20-75 nm. Resin komposit ini mengandung dua jenis partikel filler yaitu

nanomer dan nanocluster. Partikel nanomer mengandung silika dengan ukuran yang

sangat kecil yaitu 25-70 nm dengan penambahan silane dan secara sempurna dapat

berikatan dengan matriks resin, dan partikel nanocluster mengandung SiO2

nanocluster dengan ukuran 0,4-1 µm. Kombinasi partikel filler nanomer dan

nanocluster dapat mengurangi celah interstitial dari partikel filler sehingga dapat

meningkatkan muatan filler, sifat fisik yang lebih baik dan juga dapat dipolish lebih

baik.

Resin komposit juga diklasifikasikan berdasarkan persentase muatan filler

nya, yaitu :

a. Resin komposit flowable

Pada pertengahan tahun 1990, diperkenalkan resin komposit flowable sebagai

bahan tambalan alternatif untuk restorasi kavitas klas V.

Resin komposit ini

memiliki ukuran partikel filler yang berkisar antara 0,04-1 µm dan persentase

komposisi atau muatan filler nya berkurang hingga 44-54 %.

Komposisi filler

inorganik yang rendah dan komposisi resin yang lebih banyak menyebabkan resin

komposit tipe ini memiliki daya alir yang sangat tinggi dan viskositas atau

kekentalannya cukup rendah, sehingga dapat dengan mudah untuk mengisi atau

menutupi celah kavitas yang kecil

Resin komposit flowable memiliki modulus

elastisitas yang rendah menyebabkan bahan ini lebih fleksible, penumpatan bahan

yang lebih mudah, cepat, teliti, mudah beradaptasi, sangat mudah dipolish, radiopak,

dan mengandung fluoride serta pengurangan sensitifitas setelah penumpatan.

Selain

itu, resin komposit flowable dapat membentuk sebuah lapisan elastis yang dapat

mengimbangi tekanan pengerutan polimerisasi.

Indikasi bahan restorasi ini

ditujukan untuk kavitas dengan invasif minimal seperti restorasi klas I dan klas II

dengan tekanan oklusal yang ringan, restorasi kavitas klas V, juga dapat digunakan

Page 5: Modul 3 Blok 6 Lagi

sebagai liner

b. Resin komposit packable

Pada akhir tahun 1996 diperkenalkan resin komposit packable atau resin komposit condensable.

Resin komposit packable memiliki ukuran partikel filler

yang berkisar antara 0,7-2 µm dan persentase komposisi atau muatan filler nya

berkisar antara 48-65 % volume.

Komposisi filler yang tinggi dapat menyebabkan

kekentalan atau viskositas bahan menjadi meningkat sehingga sulit untuk mengisi

celah kavitas yang kecil. Tetapi dengan semakin besarnya komposisi filler juga

menyebabkan bahan ini dapat mengurangi pengerutan selama polimerisasi, memiliki

koefisien ekspansi termal yang hampir sama dengan struktur gigi, dan adanya

perbaikan sifat fisik terhadap adaptasi marginal. Resin komposit ini juga diharapkan

dapat menunjukkan sifat-sifat fisik dan mekanis yang baik karena memiliki

kandungan filler yang tinggi.

Resin komposit packable diindikasikan untuk

gigi posterior karena daya tahannya terhadap tekanan sehingga dapat mengurangi

masalah kehilangan kontak.

Resin komposit ini diindikasikan untuk restorasi klas I,

klas II dengan luas kavitas yang kecil, dan klas V

Polimerisasi Resin Komposit

Salah satu kelemahan resin komposit yaitu terjadinya pengkerutan selama

polimerisasi, sehingga menimbulkan stress yang terkonsentrasi pada daerah

interfasial.

Stress yang terjadi pada daerah interfasial diakibatkan oleh kompetisi

gaya yang dihasilkan antara stress pengkerutan polimerisasi resin komposit dan gaya

adhesi terhadap substrat gigi.

Pengkerutan polimerisasi merupakan masalah terbesar

pada semua bahan restorasi berbahan dasar resin. Penyusutan yang terjadi bervariasi

antara 1-5 % volume. Pengkerutan polimerisasi berkaitan dengan c-factor yang

merupakan perbandingan antara permukaan yang berikatan dengan permukaan yang

bebas. Semakin tinggi c-factor maka semakin tinggi potensi terjadinya pengkerutan

polimerisasi. Pada resin komposit aktivasi sinar, pengkerutan terjadi kearah sumber

sinar, sedangkan pada resin komposit aktivasi kimiawi, pengkerutan terjadi ke arah

tengah dari massa resin. Adanya kontraksi polimerisasi menyebabkan terjadinya

kehilangan kontak antara resin komposit dan dinding kavitas sehingga

mengakibatkan terbentuknya celah (gap) pada tepi restorasi.

Selain itu, resin

komposit memiliki koefisien ekspansi termal tiga atau empat kali lebih besar daripada

koefisien ekspansi termal struktur gigi.

Perbedaan koefisien ekspansi termal antara

struktur gigi dan resin komposit ini dapat menyebabkan terjadinya perbedaan

perubahan volume yang mengakibatkan timbulnya kebocoran mikro.

Sistem Adhesif

Secara terminologi, adhesi adalah proses perlekatan dari suatu substansi ke

substansi lainnya. Permukaan atau substansi yang berlekatan disebut adherend.

Adhesif adalah bahan yang biasanya berupa zat cair yang kental yang

menggabungkan dua substansi hingga mengeras, dan mampu memindahkan suatu

kekuatan dari satu permukaan ke permukaan lainnya. Bahan perekat atau bonding

agent adhesive system adalah bahan yang bila diaplikasikan pada permukaan suatu

benda dapat melekat, dapat bertahan dari pemisahan, dan dapat menyebarluaskan

beban melalui perlekatannya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan perlekatan resin komposit pada jaringan

gigi adalah penggunaan teknik etsa asam dan bahan bonding adhesive

Buonocore (1955), memperkenalkan konsep bonding dengan etsa asam yaitu memodifikasi

pembukaan email dengan menggunakan bahan yang bersifat asam.

Page 6: Modul 3 Blok 6 Lagi

Proses etsa asam pada permukaan email akan menghasilkan kekasaran

mikroskopik pada permukaan email yang disebut enamel tags atau micropore

sehingga diperoleh ikatan fisik antara resin komposit dan email yang membentuk

retensi mikromekanis.

Keberhasilan usaha tersebut telah mendorong para peneliti

untuk melakukan etsa pada dentin, namun walaupun dentin telah dietsa perlekatan

resin komposit terhadap permukaan dentin lebih sulit dibandingkan dengan

perlekatan terhadap permukaan email. Kesulitan ini disebabkan karena dentin

merupakan jaringan yang lebih kompleks dibandingkan dengan email.

Email

merupakan jaringan yang hampir termineralisasi secara sempurna, sedangkan dentin

merupakan jaringan hidup yang terdiri dari komponen inorganik (45%), komponen

organik (33%), dan air.

Komposisi organik substrat dentin memiliki struktur ultra

tubulus yang lembab dan heterogen. Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi kesulitan perlekatan resin komposit pada dentin yaitu variasi tingkat

mineralisasi dan adanya cairan pada tubulus dentin yang menghalangi perlekatan.

Perlekatan pada dentin juga menjadi lebih sulit dengan keberadaan smear layer.

Smear layer merupakan lapisan debris organik yang terdapat pada permukaan dentin akibat preparasi dentin.

Smear layer menghalangi tubulus dentin dan berperan sebagai barier difusi, sehingga menurunkan permeabilitas dentin

Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan pengetsaan dentin untuk menyingkirkan smear layer.

Fusayama (1980) mempelopori etsa dentin untuk mendapatkan ikatan secara adhesif antara dentin dan resin komposit dan untuk melarutkan smear layer.

Smear

layer dipindahkan melalui pengetsaan dengan asam phosphor 37 % selama 15 detik

yang menyebabkan terbukanya tubulus dentin. Pengetsaan terhadap intertubular dan

peritubular dentin mengakibatkan penetrasi dan perlekatan bagi bahan bonding

sehingga terbentuk hybrid layer.

Perkembangan sistem adhesif sampai saat ini sudah mencapai generasi ke-8,

tetapi sistem adhesif yang sering digunakan adalah generasi ke-4, generasi ke-5,

generasi ke-6 dan generasi ke-7.

Sistem adhesif generasi ke-4 menggunakan sistem adhesif total-etch sebagai

karakter utamanya, yaitu sistem adhesif total-etch three-step. Sistem adhesif totaletch menggunakan asam phosphor selama 15-20 detik, asam ini secara bersamaan

menghasilkan efek pada email (pola pengetsaan) dan dentin (menyingkirkan seluruh

smear layer, membuka semua tubulus dentin dan kolagen terekspos), kemudian

diikuti oleh aplikasi primer dan bahan adhesif

Sistem adhesif generasi ke-5 dikembangkan untuk menyederhanakan langkah

prosedur klinis sistem adhesif.

Generasi ke-5 juga menggunakan sistem adhesive

total-etch sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif total-etch two-step. Sistem

adhesif ini disebut juga dengan one-bottle adhesive system karena merupakan

kombinasi dari primer dan resin adhesif dalam satu botol yang diaplikasikan setelah

pengetsaan email dan dentin secara simultan dengan asam phosphor 35-37 % selama 15-20 detik.

Sistem adhesif generasi ke-6 menggunakan sistem adhesif self-etch sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif self-etch two-step. Sistem adhesif ini merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti dengan resin adhesif. Kombinasi ini dapat mengurangi waktu kerja, mengurangi sensitivitas dan untuk mencegah kolapsnya kolagen.

Sistem adhesif generasi ke-7 juga menggunakan sistem adhesif self-etch

sebagai karakter utamanya, yaitu sistem adhesif self-etch one-step. Sistem adhesif ini

disebut juga dengan all-in-one adhesive system. Pada sistem adhesif ini bahan etsa,

primer, dan adhesif terdapat dalam satu kemasan sehingga hanya terdiri dari satu

tahap aplikasi.

Generasi tersebut masing-masing mengandung 3 unsur utama yaitu

1. Bahan etsa

Bahan etsa asam menyebabkan permukaan gigi yang dietsa dengan bahan

Page 7: Modul 3 Blok 6 Lagi

yang bersifat asam menjadi kasar atau tidak rata. Bahan etsa dapat meningkatkan

kekasaran mikroskopik melalui dekalsifikasi permukaan enamel dengan pembuangan

kristal mineral prismatik dan interprismatik. Selain itu, bahan etsa juga dapat

meningkatkan energi bebas permukaan enamel untuk menghasilkan infiltrasi

monomer resin yang cukup sebagai retensi restorasi resin komposit, dekalsifikasi

permukaan dentin dengan melarutkan kristal hidroksiapatit pada peritubular dan

intertubular dentin sehingga serabut tubulus dentin terbuka dan kolagen pada

intertubular dentin terekspose untuk inflitrasi monomer (pada sistem adehsif totaletch) atau memodifikasi smear layer (pada sistem adhesif self-etch). Bahan etsa juga

disebut sebagai bahan kondisioner karena fungsinya untuk mengkondisikan atau

memodifikasi struktur permukaan gigi agar dapat menerima bahan adhesif sehingga

dapat membentuk ikatan yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam

phosphor adalah bahan yang paling baik sebagai bahan etsa.

2. Bahan Primer

Primer merupakan suatu monomer dengan viskositas rendah yang bersifat

hidrophilik, sehingga menyebabkan bahan ini mudah beradaptasi dengan permukaan

dentin yang juga bersifat hidrofilik. Proses priming menghasilkan suatu ikatan

kimiawi, yaitu interaksi intermolekuler antara gugus karboksil atau gugus fosfat dari

monomer bahan primer dengan kolagen (pada total-etch adhesive system) atau

dengan kristal hidroksiapatit yang melapisi kolagen (pada self-etch adhesive system).

Bahan adhesif biasanya tersedia dalam bentuk larutan dengan 60-80 % pelarut.

Contoh : BPDM / HEMA, HPDM / NTG-GMA, 4 META / MMA, glutaraldehyde.

3. Bahan Bonding (resin adhesif)

Bahan resin adhesif umumnya bersifat hidrophobik dan kompatibel dengan primer dan resin komposit.

Perlekatan resin adhesif yang terpolimerisasi dengan

fibril kolagen (pada sistem total-etch) dan sisa kristal hidroksiapatit (pada sistem selfetch) menghasilkan struktur interfasial, yang dinamakan ”hybrid layer”.

Bahan ini dapat berupa resin konvensional, contohnya Bis-GMA/TEGMA, yang kompatibel

dengan primer dan resin komposit.

Sedangkan berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam aplikasinya sistem adhesif dapat dibagi atas empat kategori yaitu :

1. Total-etch adhesive system

Memerlukan pencucian pada permukaan yang dietsa,antara lain :

a. Three-step total-etch adhesive

Terdiri dari tiga tahap aplikasi yaitu tahap etching/conditioning, dilanjutkan

dengan tahap priming, dan terakhir tahap bonding yaitu aplikasi dengan resin adhesif.

Bahan primer dan adhesif berada dalam keadaan terpisah (two-bottle component).

Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-4. Pengetsaan enamel dan dentin

secara bersamaan menggunakan asam phosphor 40 % selama 15 sampai 20 detik.

Untuk mencegah kolaps, permukaan harus dibuat lembab. Namun, pelembaban

dentin sulit dilakukan dengan benar karena menyebabkan perlekatan yang terbentuk

lebih rendah dari perlekatan ideal jika dentin terlalu basah atau terlalu kering.

b. Two-step total-etch adhesive

Bahan primer dan adhesif digabung dalam satu kemasan (single-bottle

component atau one-bottle system), sehingga terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu

tahap etching dan rinsing yang menggunakan bahan gabungan primer dan resin adhesif.

Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi ke-5. Pengetsaan enamel dan

dentin secara bersamaan dengan asam phosphor 35 % sampai 37 % selama 15 sampai

20 detik

2. Self-etch adhesive system

Tidak memerlukan tahap pencucian pada permukaan yang dietsa.

Bahan etsa

dan primer digabung menjadi satu (konsep self-etch primer), antara lain :

a. Two-step self-etch adhesive

Page 8: Modul 3 Blok 6 Lagi

Terdiri dari dua tahap aplikasi yaitu tahap aplikasi self-etch primer, kemudian

dilanjutkan dengan tahap aplikasi resin adhesif.

Bahan ini merupakan sistem adhesif

generasi ke-6. Pengetsaan enamel dan dentin secara bersamaan menggunakan

larutan aqueous berisi phenyl-P 20% di dalam HEMA 30%. Keuntungannya adalah

resiko kolapsnya kolagen dapat dieliminasi. Kerugiannya adalah larutan harus

diperbaharui secara terus menerus karena formulasi liquidnya tidak dapat

dikendalikan di tempatnya. Keefektifan pengetsaan enamel dengan tepat, kurang

dapat diramalkan dibandingkan dengan larutan asam phosphor, karena asam yang

digunakan lebih lemah.

b. One-step self-etch adhesive (all in one)

Semua unsur bahan bonding dikombinasikan dalam satu kemasan, sehingga

hanya terdiri dari satu tahap aplikasi.

Bahan ini merupakan sistem adhesif generasi

ke-7.

One-step self-etch adhesive adalah alternatif sistem adhesif yang

menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah. Tujuan

aplikasi one-step self-etch adhesive adalah untuk memudahkan prosedur restorasi

dengan mengurangi langkah-langkah yang dibutuhkan dalam prosedur bonding.

Smear layer tidak disingkirkan, sehingga potensi sensitivitas post-operative (pada sistem total-etch) akibat infiltrasi resin yang tidak sempurna ke dalam tubulus dentin

dapat dikurangi. Selain itu, air adalah komponen yang esensial dalam sistem ini

dalam mengadakan ionisasi monomer asam untuk demineralisasi jaringan keras gigi,

jadi sensitivitas teknik dalam tahap hidrasi matriks kolagen yang terdemineralisasi

(pada sistem adhesif total-etch) dapat dieliminasi. Pemisahan tahap etching dan

rinsing juga dieliminasi. Maka dari itu, all-in-one adhesive tidak hanya

mempermudah proses perlekatan dengan mengeliminasi langkah, tetapi juga

mengeliminasi beberapa sensitivitas teknik pada sistem total-etch.