blok 2 modul 2

22
Pengertian, Proses, Faktor Penyebab dan Macam Karies Gigi Posted by Prasko, S.Si.T, M.H at 8/10/2011 08:34:00 AM Pengertian Karies Gigi, Proses Karies Gigi, Faktor Penyebab Karies Gigi, Macam-Macam Karies Gigi Karies gigi (Gigi Berlubang) dalam bahasa Yunani, kata “ker” artinya kematian. Dalam bahasa latin berarti kehancuran. Pembentukan lubang pada permukaan gigi disebabkan oleh kuman yang dikenal sebagai lubang (Srigupta, 2004). Karies adalah kerusakan pada struktur jaringan keras gigi (email, dentin) yang diakibatakan oleh asam yang dihasilkan oleh bakteri yang terdapat pada plak gigi (Post line,2008). Pembusukan terjadi di dalam lapisan gigi yang paling luar dan keras, tumbuh secara perlahan. Setelah menembus pada lapisan kedua (dentin, lebih lunak), pembusukan akan menyebar lebih cepat dan masuk ke dalam pulpa (lapisan gigi paling dalam yang mengandung saraf dan pembuluh darah). Dibutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menembus email, tetapi perjalanannya dari dentin ke pulpa hanya memerlukan waktu 1 tahun ( Handika,2008). Menurut Srigupta (2004) proses karies berkembang berdasarkan tiga tahap yaitu : 1. Berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam, dari gula yang terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi 2. Asam ini melarutkan “Email” pelapis gigi berwarna putih yang menghancurkan susunan gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi dan menyebabkan gigi berlubang 3. Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke gigi bagian dalam di bawah gigi kepala. Menurut Suwelo (1992) ada 3 faktor utama terjadinya kariesyaitu: gigi dan saliva, mikroorganisme, dan subtrat serta waktu sebagai tambahan. Selain faktor luar terdapat faktor-faktor yang tidak langsung ( faktor risiko luar ) yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies, faktor luar itu antara lain jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Library Sumut, 2008). Menurut Suwelo (1992) terjadinya karies merupakan multi faktor yang terdiri dari faktor luar dan dalam, dari faktor luar antara lain faktor dari usia, suku bangsa kultur sosial penduduk dan kesadaran, sikap dan perilaku, individu terhadap kesehatan gigi. Penjelasan : 1. Usia Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies pun semakin bertambah. Hal ini jelas, karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. 2. Suku bangsa Beberapa penelitian menunjukkan ada perbedaan pendapat tentang hubungan suku bangsa dengan prevalensi karies, semua tidak membantah bahwa perbedaan ini karena keadaan sosial ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan karies dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda di setiap suku tersebut. 3. Kultur sosial penduduk Dijelaskan oleh Wycoff ( 1980 ) ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi dan prevalensi karies. Faktor yang mempengaruhi perbedaan ini ialah pendidikan, dan

Upload: qorrie-furqan-al-annuri

Post on 24-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Laporan Hari ke 2 Tutorial FKG Unand 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Blok 2 Modul 2

Pengertian, Proses, Faktor Penyebab dan Macam Karies GigiPosted by Prasko, S.Si.T, M.H at 8/10/2011 08:34:00 AM

Pengertian Karies Gigi, Proses Karies Gigi, Faktor Penyebab Karies Gigi, Macam-Macam

Karies GigiKaries gigi (Gigi Berlubang) dalam bahasa Yunani, kata “ker” artinya kematian. Dalam bahasa latin berarti kehancuran. Pembentukan lubang pada permukaan gigi disebabkan oleh kuman yang dikenal sebagai lubang (Srigupta, 2004).Karies adalah kerusakan pada struktur jaringan keras gigi (email, dentin) yang diakibatakan oleh asam yang dihasilkan oleh bakteri yang terdapat pada plak gigi (Post line,2008).Pembusukan terjadi di dalam lapisan gigi yang paling luar dan keras, tumbuh secara perlahan. Setelah menembus pada lapisan kedua (dentin, lebih lunak), pembusukan akan menyebar lebih cepat dan masuk ke dalam pulpa (lapisan gigi paling dalam yang mengandung saraf dan pembuluh darah). Dibutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menembus email, tetapi perjalanannya dari dentin ke pulpa hanya memerlukan waktu 1 tahun ( Handika,2008).Menurut Srigupta (2004) proses karies berkembang berdasarkan tiga tahap yaitu :1. Berbagai bakteri yang ada dalam mulut membentuk asam, dari gula yang terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi2. Asam ini melarutkan “Email” pelapis gigi berwarna putih yang menghancurkan susunan gigi. Proses ini dikenal dengan karies gigi dan menyebabkan gigi berlubang3. Lebih jauh lagi asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke gigi bagian dalam di bawah gigi kepala.Menurut Suwelo (1992) ada 3 faktor utama terjadinya kariesyaitu: gigi dan saliva, mikroorganisme, dan subtrat serta waktu sebagai tambahan.Selain faktor luar terdapat faktor-faktor yang tidak langsung ( faktor risiko luar ) yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies, faktor luar itu antara lain jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi (Library Sumut, 2008).Menurut Suwelo (1992) terjadinya karies merupakan multi faktor yang terdiri dari faktor luar dan dalam, dari faktor luar antara lain faktor dari usia, suku bangsa kultur sosial penduduk dan kesadaran, sikap dan perilaku, individu terhadap kesehatan gigi.Penjelasan :1. UsiaSejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah karies pun semakin bertambah. Hal ini jelas, karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi.2. Suku bangsaBeberapa penelitian menunjukkan ada perbedaan pendapat tentang hubungan suku bangsa dengan prevalensi karies, semua tidak membantah bahwa perbedaan ini karena keadaan sosial ekonomi, pendidikan, makanan, cara pencegahan karies dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda di setiap suku tersebut.3. Kultur sosial pendudukDijelaskan oleh Wycoff ( 1980 ) ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi dan prevalensi karies. Faktor yang mempengaruhi perbedaan ini ialah pendidikan, dan penghasilan yang berhubungan dengan diet, kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Perilaku sosial dan kebiasaan akan menyebabkan perbedaan jumlah karies (Davies, 1963).4. Kesadaran, sikap dan perilaku terhadap kesehatan gigiAnak yang dipisahkan dari ibunya dan dititipkan di institusi ( Panti Asuhan ) akan mengalami kehampaan psikis. Biasanya anak kurang mendapatkan perawatan sehingga pertumbuhan pisik dan mental anak agak terlambat terutama intelegensia dan emosi ( Sri Rahaju Haditomo, 1985; dan Kartini-Kartono; 1986 ). Anak yang tinggal di suatu institusi akan mendapatkan perlakuan (disiplin) ketat dengan jadwal acara yang telah tersusun secara cermat. Bagaimana dan kapan harus makan, minum,membersihkan badan, dan lain-lain termasuk bilamana dan bagaimana membersihkan gigi. (Rahayu cit Suwelo, 1992).Untuk faktor luar yang disebabkan karena jenis kelamin dijelaskan :

Page 2: Blok 2 Modul 2

Bahwa karies pada perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi perempuan lebih lama dalam mulut. Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko terjadinya karies (Suwelo, 1992).Karies gigi juga dibagi dari berbagai macam bentuk-bentuk karies, didalam buku Rasinta Tarigan (1993) :1. Berdasarkan stadium karies ( dalamnya karies gigi ) terbagi menjadi 3 yaitu:- Karies SuperficialisDimana karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum terkena.- Karies MediaDimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.- Karies ProfundaDimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.Karies profunda ini dibagi lagi atas :- Karies profunda stadium I :Karies telah melewati setengah dentin, biasanya radang pulpa belum dijumpai.- Karies profunda stadium II :Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa. Biasanya disini telah terjadi radang pulpa.- Karies profunda stadium III :Pulpa telah terbuka. Dijumpai bermacam-macam radang pulpa.2. Berdasarkan banyaknya permukaan gigi yang terkena karies, yaitu :- Simpel Karies- Kompleks Karies3. Berdasarkan lokalisasinya menurut G.V.Black, yaitu :a. Klas IKaries yang terdapat pada bagian oklusal ( pits dan fissure ) dari gigi premolar dan molar ( gigi posterior ). Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.b. Klas IIKaries yang terdapat pada bagian approximal dari gigi molar atau premolar, yang umumya meluas sampai kebagian oklusal.c. Klas IIIKaries yang tedapat pada bagian apprioximal dari gigi depan,( tetapi belum mencapai 1/3 incisal gigi ) .d. Klas IVKaries yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan dan sudah mencapai margo incisal ( telah mencapai 1/3 incisal gigi )e. Klas VKaries yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi – gigi depan maupun gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatal, ataupun bukal dari gigi .

Page 3: Blok 2 Modul 2

Pola Perjalanan (Penyebaran) Abses Pada Gigi

diposting oleh gilangrasuna-fkg pada 13 December 2011di Catatan Kecil Tentang Gigi - 0 komentar

Seperti yang sudah dibahas pada materi sebelumnya, bahwa pola penyebaran abses dipengaruhi oleh 3 kondisi, yaitu  virulensi bakteri, ketahanan jaringan, dan perlekatan otot. Virulensi bakteri yang tinggi mampu menyebabkan bakteri bergerak secara leluasa ke segala arah, ketahanan jaringan sekitar yang tidak baik menyebabkan jaringan menjadi rapuh dan mudah dirusak, sedangkan perlekatan otot mempengaruhi arah gerak pus.

Dalam skema yang ada dibawah ini, mari kita mencoba membayangkan bahwa cavum oris manusia adalah sebuah peta perjalanan, dimana kita pasti akan bertemu pertigaan, perempatan, lampu merah, dan rambu lalu lintas lainnya. Lalu apa korelasinya? Yaitu bahwa “peta” yang saya buat di bawah ini adalah prakiraan logis tentang lokasi abses, darimana arah pus, akan kemana, dan kira-kira akan menjadi kondisi seperti apa. Mari membahasnya!

Apabila terjadi sebuah kondisi abses periapikal pada sebuah gigi yang mengalami proses infeksi, maka pada prinsipnya, pus yang terkandung harus dikeluarkan, namun jika tidak dikeluarkan, maka ia pun dapat mencari jalan keluar sendiri, eits… tunggu dulu… jangan berasumsi “kalau gitu dibiarin aja!”, karena pada proses perjalanannya, pasti sakit… dengan intensitas yang berbeda di tiap individu.

Kali ini, kita membayangkan jika abses periapikal tidak dirawat dengan baik agar dapat terdrainase, tentunya pus masih akan berkutat di regio periapikal. Seperti yang sempat disebutkan diatas tadi, sesuai dengan pola penyebaran abses yang dipengaruhi oleh 3 kondisi :

1. Virulensi bakteri,2. Ketahanan jaringan,3. dan perlekatan otot.

Kondisi-kondisi yang tertulis di bawah ini adalah berkaitan dengan poin ke-2 dan ke-3, karena ketahanan jaringan dan letak perlekatan otot mempengaruhi sampai dimana arah gerak pus. Dengan adanya faktor-faktor tersebut,  maka akan tercipta kondisi-kondisi seperti yang tertera pada gambar, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku :

Page 4: Blok 2 Modul 2

a. Abses Submukosa (Submucous Abscess)

Page 5: Blok 2 Modul 2

Disebut “submukosa” karena memang dikarenakan pus terletak dibawah lapisan mukosa, akan tetapi, jika berbeda tempat, berbeda pula namanya. Ada 4 huruf “a” yang tertera pada gambar, kesemuanya merupakan abses submukosa, namun untuk yang terletak di palatal, disebut sebagai Abses Palatal (Palatal Abscess).  Yang terletak tepat dibawah lidah dan diatas (superior dari) perlekatan otot Mylohyoid disebut abses Sublingual (Sublingual Abscess). Yang terletak di sebelah bukal gigi disebut dengan Abses vestibular, kadangkala sering terjadi salah diagnosa karena letak dan secara klinis terlihat seperti Abses Bukal (Buccal Space Abscess), akan tetapi akan mudah dibedakan ketika kita melihat arah pergerakan polanya, jika jalur pergerakan pusnya adalah superior dari perlekatan otot masseter (rahang atas) dan inferior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Bukal, namun jika jalur pergerakan pusnya adalah inferior dari perlekatan otot maseter (rahang atas) dan superior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Vestibular.

b. Abses Bukal (Buccal Space Abscess)

Abses Bukal (Buccal Space Abscess) dan Abses Vestibular kadang terlihat membingungkan keadaan klinisnya, akan tetapi akan mudah dibedakan ketika kita melihat arah pergerakan polanya, jika jalur pergerakan pusnya adalah superior dari perlekatan otot masseter (rahang atas) dan inferior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Bukal, namun jika jalur pergerakan pusnya adalah inferior dari perlekatan otot maseter (rahang atas) dan superior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Vestibular.

c.  Abses Submandibular (Submandibular Abscess)

Kondisi ini tercipta jika jalur pergerakan pus melalui inferior (dibawah) perlekatan otot Mylohyoid dan masih diatas (superior) otot Platysma.

d. Abses Perimandibular

Kondisi ini unik dan khas , karena pada klinisnya akan ditemukan tidak terabanya tepian body of Mandible, karena pada region tersebut telah terisi oleh pus, sehingga terasa pembesaran di region tepi mandibula.

e. Abses Subkutan (Subcutaneous Abscess)

Sesuai namanya, abses ini terletak tepat dibawah lapisan kulit (subkutan). Ditandai dengan terlihat jelasnya pembesaran secara ekstra oral, kulit terlihat mengkilap di regio yang mengalami pembesaran, dan merupakan tahap terluar dari seluruh perjalanan abses. Biasanya jika dibiarkan, akan terdrainase spontan, namun disarankan untuk melakukan insisi untuk drainase sebagai perawatan definitifnya.

f. Sinusitis Maksilaris

Sebenarnya ini merupakan sebuah kelanjutan infeksi yang lumayan ekstrim, karena letak akar palatal gigi molar biasanya berdekatan dengan dasar sinus maksilaris, maka jika terjadi infeksi pada periapikal akar palatal gigi molar, jika tidak tertangani dari awal, maka penjalran infeksi dimungkinkan akan berlanjut ke rongga sinus maksilaris dan menyebabkan kondisi sinusitis.

Page 6: Blok 2 Modul 2

Penyebab, Gejala, Pencegahan dan Pengobatan Karies Gigi

Filed under: Info, Info Kesehatan — 3 Komentar 12 Juli 2012

Oleh : Drg. Martha Mozartha

Definisi

Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang paling sering ditemui. Penyakit ini ditandai dengan adanya kerusakan pada jaringan keras gigi itu sendiri (lubang pada gigi).

Penyebab

Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri dapat mengubah semua makanan, terutama gula, menjadi asam. Bakteri, asam, sisa makanan, dan ludah akan membentuk lapisan lengket yang melekat pada permukaan gigi. Lapisan lengket inilah yang disebut plak.

Plak akan terbentuk 20 menit setelah makan. Zat asam dalam plak akan menyebabkan jaringan keras gigi larut dan terjadilah karies. Bakteri yang paling berperan dalam menyebabkan karies adalah Streptococcus mutans.

Gejala

Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna coklat atau hitam.

Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada karies yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi jaringan syaraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar pulpa, akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses.

Pemeriksaan

Pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter gigi adalah pemeriksaan klinis, disertai dengan pemeriksaan radiografik bila dibutuhkan, tes sensitivitas pada gigi yang dicurigai sudah mengalami nekrosis, dan tes perkusi untuk melihat apakah infeksi sudah mencapai jaringan penyangga gigi.

Pencegahan

Page 7: Blok 2 Modul 2

1. Sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride dua kali sehari, pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.

2. Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan sisa makanan yang tersangkut di antara celah gigi-geligi.

3. Hindari makanan yang terlalu manis dan lengket, juga kurangi minum minuman yang manis seperti soda.

4. Lakukan kunjungan rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali.

5. Perhatikan diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan nutrisi, karena pembentukan benih gigi dimulai pada awal trimester kedua.

6. Penggunaan fluoride baik secara lokal maupun sistemik.

Penatalaksanaan

Biasanya perawatan yang diberikan adalah pembersihan jaringan gigi yang terkena karies dan penambalan (restorasi). Bahan tambal yang digunakan dapat bermacam-macam, misalnya resin komposit (penambalan dengan sinar dan bahannya sewarna gigi), glass ionomer cement, kompomer, atau amalgam (sudah mulai jarang digunakan).

Pada lubang gigi yang besar dibutuhkan restorasi yang lebih kuat, biasanya digunakan inlay atau onlay, bahkan mungkin mahkota tiruan. Pada karies yang sudah mengenai jaringan pulpa, perlu dilakukan perawatan saluran syaraf. Bila kerusakan sudah terlalu luas dan gigi tidak dapat diperbaiki lagi, maka harus dilakukan pencabutan.

Page 8: Blok 2 Modul 2

Laporan Biokimia Gigi dan Saliva

Iyo-iyo da naThis would be the last reports for biochemistry practice. About teeth and saliva. Indeed important for Dentistry student.

ACARA IVGIGI DAN SALIVA

Tujuan PraktikumTujuan praktikum gigi dan saliva ini bertujuan untuk mengetahui kandungan zat yang terdapat dapat gigi dan saliva, dan mengetahui fungsi saliva yang diintergrasikan dalam pencernaan tubuh manusia.

Tinjauan PustakaSebagian besar bahan makanan dikonsumsi dalam bentuk yang tidak segera dapat digunakan oleh organisme karena bahan makanan tersebut tidak dapat diserap dari dalam saluran cerna sebelum terlebih dahulu dipecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Proses penguraian bahan makanan yang terjadi secara alami menjadi bentuk yang bisa diasimilasi merupakan proses pencernaan (digesti). (Murray, Granner, 1999).

Perubahan kimiawi dalam proses pencernaan diselenggarakan dalam bantuan berbagai enzim hidrolase pada saluran cerna yang mengkatalisasi hidrolisis protein menjadi asam amino, pati menjadi monosakarida, dan triasilgliserol menjadi monoasilgliserol, gliserol, serta asam lemak. (Murray, Granner, 1999).

Page 9: Blok 2 Modul 2

Sistem pencernaan atau saluran gastrointestinal sebenarnya adalah suatu saluran yang dimulai dari mulut sampai pada pelepasan. Bahan makanan yang terdapat dalam saluran itu sebenarnya masih ada di luar tubuh. Bahan itu akan masuk dan merupakan bagian dari tubuh apabila bahan tersebut sudah menembus dinding saluran atau diabsorbsi oleh dinding intestin. (Martoharsono, Mulyono, 1978).

Proses pencernaan berawal di dalam rongga mulut. Saliva yang disekresikan oleh glandula salivarius (kelenjar liur), terdiri atas air sekitar 99,5 persen. Saliva berfungsi sebagai pelumas pada waktu mengunyah dan menelan makanan. Penambahan air pada makanan yang kering akan memberikan media untuk melarutkan molekul makanan dan di dalam media ini, enzim-enzimhidrolase dapat memulai proses pencernaan. Gerakan mengunyah berfungsi untuk memecah makanan dengan menaikkan kelarutannya dan memperluas daerah permukaan bagi kerja enzim. Saliva juga merupakan sarana untuk mengekskresikan obat-obat tertentu (misalnya etanol dan morfin), ion-ion organik seperti K+, Ca2+, HCO3-, tiosianat (SCN-) serta yodium dan imunoglobin (IgA). (Murray, Granner, 1999).Nilai pH saliva biasanya berkisar sekitar 6,8, kendati dapat bervariasi pada salah satu dari kedua sisi netralitas tersebut. (Murray, Granner, 1999).

Rongga mulut mengandung saliva yang disekresi oleh 3 pasang kelenjar saliva: kelenjar parotis, submaksillaris dan sublingualis. (Martoharsono, Mulyono, 1978). Saliva mengandung amilase dan lipase. Amilase salivarius mampu menghidrolisis pati dan glikogen menjadi maltosa; namun demikian, makna kemampuan ini tidak begitu penting di dalam tubuh karena waktu kontak enzim tersebut dengan makanan sangat singkat. Enzim amylase salivarius dapat dihilangkan keaktifannya dengan cepat pada pH 4,0 atau kurang, sehingga kerja enzim tersebut untuk mencernakan makanan dalam mulut segera akan berhenti di dalam suasana lambung yang asam. Pada banyak binatang, enzim lipase salivarius sama sekali tidak dijumpai. Enzim lipase lingual disekresikan oleh permukaan dorsal lidah (kelenjar Ebner), namun sejumlah penyelidikan menunjukkan bahwa enzim tersebut tidak mempunyai arti penting pada manusia jika dibandingkan dengan tikus atau mencit, di mana lipase lingual merupakan satu-satunya lipase preduodenal. (Murray, Granner, 1999).

Amilase (atau sering disebut diastase) adalah nama enzim yang dapat menghidrolisis amilum. Sekurang-kurangnya ada tiga jenis amylase yaitu -amilase, -amilase dan gluko-amilase. Hasil hidrolisis enzimatik ini berupa sakarida yang sederhana dan dextrin. Tergantung dari tingkat hidrolisis amilum maka dextrin yang terbentuk memmiliki barat molekul yang berbeda-beda. Makin lama dextrin yang terbentuk, makin kecil berat molekulnya. Reaksi khusus yang dipergunakan untuk mengetahui tingkat hidrolisis tersebut di atas adalah larutan yod. (Martoharsono, Mulyono, 1978).

Gigi geligi merupakan jaringan termineralisasi yang komposisi anorganiknya terdiri atas hidroksi apatit dan komposisi organiknya berupa amelogenin dan kolagen. Pada manusia, gigi terdiri atas jaringan keras dan jaringan lunak. Jaringan keras yang menyususn gigi adalah email (enamel), dentin dan cementum. Sedangkan jarinan lunak paada gigi adalah pulpa yang memiliki banyak pembuluh darah dan saraf. Email merupakan lapisan terluar dari gigi yang berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap kerusakan mekanik dan berfungsi pada penunjang mekanik yang dalam hal ini berupa mastikasi (pengunyahan). Dentin adalah lapisan penyusun utama gigi yang bersifat elastic cushion (bantalan elastik). Sedangkan cementum memberikan anchorage (penjangkaran) dan perlekatan pada

Page 10: Blok 2 Modul 2

membran periodontium. (DSC Biokimia FKG UGM, 2004).

Hidroksi apatit merupakan apatit biologis. Kalsium hidroksiapatit memiliki rumus empirik Ca10(PO4)6OH. Komposisi kimiawi email dan dentin manusia tercantum dalam tabel. (DSC Biokimia FKG UGM, 2004).

Tabel Komposisi Kimiawi Email dan Dentin Manusia

Komposisi tersebut sangat bergantung pada spesies dan umur

PolisakaridaPada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan oligosakarida, Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang menagdung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat mereduksi. Berat molekut polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. beberapa polisakarida yang penting diantaranya adalah amilim, glikogen, dekstrin dan selulosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)

AmilumPolisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Page 11: Blok 2 Modul 2

Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari 1.000 unit glukosa. Butir-butir pati tidak larut dalam air dingin tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan, akan terbentuk suatu larutan koloid yang kental. larutan koloid ini apabila diberi larutan iodium akan berwarna biru. Warna biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang membentuk senyawa. Amilopektin dengan iodium akan memberikan warna ungu atau merah lembayung. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amylase. Dalam ludah dan dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amylase yang bekerja terhadap amilum yang terdapat dalam makanan kita. Oleh enzim amylase, amilum diubah menjadi maltosa dalam bentuk maltosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)

DekstrinPada reaksi hidrolisis parsial, amilum terpecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil yang dikenal dengan nama dekstrin. jadi dekstrin adalah hasil antara proses hidrolisis amilum sebelum terbentuk maltosa. tahap-tahap dalam proses hidrolisis amilum serta warna yang terjadi pada reaksi dengan iodium adalah sebagai berikut :

Pembentukan OsazonSemua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazina berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat. Hal ini sangat penting karena dapat digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat dan merupakan salah satu cara untuk membedakan beberapa monosakarida, misalnya antara glukosa dan galaktosa yang terdapat dalam urine wanita dalam masa menyusui. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Page 12: Blok 2 Modul 2

Pada reaksi antara flukosa dengan fenilhirazina, mula-mula terbentuk D-glukosafenilhidrazon, kemudian reaksi berlanjut hingga terbentuk D-glukosazon. Glukosa, fruktosa dan amanosa dengan fenilhidrazon menghasilkan osazon yang sama. Dari struktur ketiga monosakarida tersebut tampak bahwa posisi gugus –OH dan atom H pada atom karbon nomor 3,4, dan 5 sama. Dengan demikian osazon yang terbentuk memiliki struktur yang sama. (McGilvery&Goldstein, 1996).

MATERI DAN METODE

MateriAlat. Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah rak tabung reaksi, tabung reaksi, lampu spiritus, penjepit tabung, gelas ukur, pipet tetes, corong, kertas saring, labu elenmeyer, penangas air, dan mikroskop cahaya.Bahan. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan gigi, larutan NH4OH, asam asetat panas 2%, larutan HNO3 pekat, ammonium molibdat, kalium oksalat, HCl encer, larutan BaCl2, larutan NaCl 0,2%, amilum, pereaksi yod, dan pereaksi benedict.

MetodeMula-mula sebelum pengujian dilakukan, dibuat terlebih dahulu preparasi sampel gigi. Caranya cairan gigi dibuat dengan cara gigi direndam di dalam HNO3 encer 10%. Pengujian dilakukan sehari sesudahnya atau pada praktikum selanjutnya.

1. Uji Fosfat dan Kalsium2 mL cairan gigi ditambahkan 3 mL NH4OH kemudian didihkan. Setelah itu larutan disaring. Endapan yang terjadi dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang lain dan ditambahkan asam asetat 2% sebanyak 1 mL.Untuk uji Fosfat, pada tabung pertama dimasukkan 2 mL cairan gigi, 3 tetes HNO3 pekat dan 3 tetes ammonium molibdat. Setelah itu, larutan tersebut dididihkan dan diamati perubahan yang terjadiUntuk uji Kalsium, pada tabung kedua dimasukkan cairan gigi sebanyak 2 mL dan tiga tetes kalium oksalat. Setelah itu diamati perubahan yang terjadi.

2. Uji KloridaKe dalam tabung reaksi dimasukkan cairan gigi sebanyak 1 mL, HNO3 pekat 2 mL dan AgNO3 1 mL. Setelah perlakuan ini, diamati perubahan yang terjadi. Kemudian larutan ditambahkan NH4OH hingga berlebihan. Amati lagi perubahan yang terjadi.

3. Daya Amilolitik SalivaMula-mula kumur-kumurlah dengan air bersih, kemudian dengan NaCl 0,2% sebanyak 20 mL. Hasil kumuran dengan NaCl ditampung dalam sebuah labu gojok. Kemudian digojok dan disaring sehingga diperoleh saliva encer.

Tabung 1. Sebanyak 3 mL saliva dididihkan dengan lampu spiritus, dan segera didinginkan. Kemudian ditambahkan amilum 1% sebanyak 2 mL dan aquades 1 mL. Tabung reaksi tersebut ditempatkan dalam penangas air pada suhu 37oC selama 10 menit. Setelah itu diamati perubahan yang trerjadi. Kemudian diuji dengan uji Yod.

Page 13: Blok 2 Modul 2

Tabung 2. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 3 mL saliva, 1 mL aquades, 2 mL amilum 1% dan 2,5 mL HCl encer. Tabung reaksi tersebut ditempatkan pada penangas air bersuhu 37oC selama 10 menit. Dan setelah itu larutan diuji dengan uji Yod.

Tabung 3. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 3 mL saliva, 1 mL aquades, dan 2 mL amilum 1%. Tabung reaksi tersebut ditempatkan pada penangas air bersuhu 37oC selama 10 menit. Dan setelah itu larutan diuji dengan uji Yod. Setelah uji Yod hasilnya negatif, larutan diuji dengan uji Benedict dan terakhir dengan uji Osazon.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Uji FosfatHasilPada tabung reaksi setelah penambahan HNO3 pekat terdapat endapan kuning.

Sebelumnya pada preparasi untuk uji fosfat dan kalsium asam asetat yang ditambahkan berfungsi untuk melarutkan endapan Ca-Mg-fosfat. Asam nitrat pekat yang ditambahkan berfungsi untuk melepaskan asam fosfat menjadi asam fosfat. Setelah panambahan ammonium molibdat, P yang terlepas berikatan menjadi ammonium fosfomolibdat. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka menurut DSC Biokimia 2004 yang menyatakan bahwa gigi memiliki kandungan fosfat.

2. Uji KalsiumHasilPada uji Kalsium diperoleh hasil warna putih keruh dan terdapat endapan putih pada dasar tabung.

Endapan putih tersebut adalah kalsium oksalat. Ion Ca+ dapat menggeser ion K+ yang terdapat dalam kalium oksalat. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka menurut DSC Biokimia 2004 yang menyatakan bahwa gigi memiliki kandungan kalsium.

3. Uji KloridaHasilPada tabung terdapat warna putih keruh setelah penambahan AgNO3 dan setelah penambahan ammonia berlebihan, larutan menjadi jernih kembali.

HNO3 berfungsi untuk membuat suasana menjadi asam dan mencegah endapan perak fosfat. Warna putih keruh disebabkan karena Cl berikatan dengan Ag+ membentuk AgCl (endapan). Endapan putih tersebut akan larut kembali (larutan menjadi jernih) setelah penambahan ammonia yang bersifat basa. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka menurut DSC Biokimia 2004 yang menyatakan bahwa gigi memiliki kandungan klorida yang jumlahnya relatif sedikit.

4. Daya Amilolitik SalivaHasilTabung 1. Warna larutan setelah diuji dengan yod tidak menimbulkan reaksi apapun. Warna larutan yang terjadi tetap seperti warna yod.Tabung 2. Setelah diuji dengan larutan yod warna larutan menjadi hijau lumut (belum sama

Page 14: Blok 2 Modul 2

dengan warna yod)Tabung 3. Setelah diuji yod, warnanya menjadi merah. Pada pengujian selanjutnya yaitu uji Benedict, warna yang terjadi adalah hijau. Dan pada pengujian terakhir yaitu uji Osazon, kristal yang terjadi tidak dapat terlihat di mikroskop.

Pada tabung pertama, larutan tidak menunjukkan hasil positif dengan pereaksi yod karena, enzim amylase yang terdapat pada saliva sudah rusak oleh pengaruh suhu yang terlalu tinggi (pemanasan). Itulah sebabnya meskipun dimasukkan ke dalam penangas air, tidak akan terjadi reaksi apapun. Pada tabung kedua, warna hijau yang terjadi adalah juga merupakan pengaruh dari asam klorida HCl yang pada manusia ditemukan pada lambung. Pada pH rendah dalam lambung, enzim amylase tidak dapat berfungsi menghidrolisis sakarida (amilum). Sedangkan pada tabung ketiga, hasil yang terjadi kurang sesuai dengan harapan, sebab kemungkinan amilum yang dipakai terlalu sedikit dan tahap hidrolisis yang terjadi belum sampai pada tahap monosakarida (glukosa). Hasil yang seharusnya didapatkan adalah dengan pengujian yod, adalah warna larutan menjadi sama dengan warna yod dengan melalui proses perubahan warna tertentu. Perubahan warna tersebut merupakan hasil antara hidrolisis amilum menjadi glukosa yang melalui tahap hidrolisis menjadi dekstrin. Sehingga dengan uji Benedict, akan terdapat endapan merah bata dan dengan uji Osazon terdapat kristal-kristal glukosa.

KESIMPULAN

Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa proses pencernaan berawal di dalam rongga mulut yang dikatalis dengan enzim amilase yang terdapat di dalam saliva. Selain itu kadar hidrolisis amilum akan semakin sempurna jika kontak permukaan substrat dengan enzim tersebut makin lama. Kerja enzim amylase tersebut sangat spesifik terbukti dengan tidak adanya reaksi pada penambahan HCl dan pemanasan. Itu berarti enzim amylase memiliki range pH tertentu untuk dapat bekerja optimal. Sedangkan pemanasan dapat merusak struktur enzim yang termasuk protein.Gigi termasuk jaringan termineralisasi yang memiliki lapisan-lapisan. Komposisinya sebagian besar terdiri atas kalsium dan fosfor, sedangkan kandungan klornya relatif sedikit.

DAFTAR PUSTAKADSC Biokimia FKG UGM. 2004Gilvery, Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Edisi 3. Airlangga University Press: SurabayaHarper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry). Edisi 17. EGC: JakartaMartoharsono, Soeharsono, Mulyono. 1978. Petunjuk Praktikum Biokimia. Team Pengelola Kuliah dan Praktika Biokimia UGM YogyaMurray, Robert, Granner, Daryl K. 1999. Biokimia Harper. Edisi 24. EGC: Jakarta

Page 15: Blok 2 Modul 2

KARIES GIGIAdalah lubang yang terbentuk pada permukaan gigi berupa iritasi dan hiperemi pulpa.

PENYEBAB KARIES GIGIHubungan yang kompleks dari asam, plak, kuman, karbohidrat dan faktor modifikasi.

Sisa2 makanan yang menempel pada gigi → tempat kuman2 membentuk koloni → sisa makanan + kuman

membentuk endapan (plak) → enzim yang mengubah karbohidrat menjadi asam → melarutkan email gigi

membentuk lubang yang sangat kecil → besar dan berwarna hitam.

GEJALA KARIES GIGI1. Gigi terasa ngilu bila kena rasa asam, manis, atau dingin dan gigi akan terasa ngilu bila lubang di gigi kemasukan

makanan.

2. Bila di tusuk maka gigi akan terasa ngilu, bila gigi diketuk atau ditekan tidak terasa ngilu.

3. Pemeriksaan : pada iritasi pulpa ditemukan lubang gigi yang masih dangkal pada permukaan gigi, kadang terasa

ngilu kadang tidak. Bila sudah terjadi hiperemi pulpa, terdapat lubang gigi yang dalam tapi belum mencapai pulpa.

AKIBAT KARIES GIGI1. bau mulut

2. terasa ngilu bila terkena makanan yang panas atau dingin, asam dan manis.

3. tidak bisa tidur atau aktivitas seharí-hari terganggu

4. keadaan yang parah, kalau tidak dicabut menyebabkan gusi bengkak, terdapat nanah dan pilek-pilek.

5. hilangnya gigi adalah salah satu penyebab cacatnya fungsi kunyah.

Page 16: Blok 2 Modul 2

6. penyakit pada organ lain : penyakit jantung koroner, peradangan otot, penyakit katup jantung, penyakit ginjal,

penyakit mata, panyakit kulit.

JENIS MAKANAN YANG DAPAT MENYEBABKAN KARIES GIGI

1. makanan yang manis seperti permen, coklat, sari manis dll

2. makanan yang terlalu panas atau dingin

PENCEGAHAN KARIES GIGI1. menggosok gigi secara teratur minimal 2 kali sehari , yaitu pagi hari setelah makan dan sebelum tidur dan dengan

cara yang benar.

2. makan makanan yang bergizi seperti : makanan yang mengandung protein, karbohidrat, sellulosa, lemak, vitamin

A. vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, vitamin D, vitamin K, flavinoid, mineral dan silika.

3. Pemeriksaan gigi secara teratur setiap 6 bulan sekali ke puskesmas.

4. Jika tidak sempat menggosok gigi, bisa dilakukan kumur-kumur dengan obat kumur atau dengan air putih yang

masak.

PENANGGULANGAN KARIES GIGIPada prinsipnya dikakukan perawatan gigi secara teratur.

1. pada tahap awal, cukup dengan menggosok gigi secara teratur.

2. pada tahap agak lanjut, dilakukan penambalan gigi jika tidak dilakukan perawatan gigi.

3. pada tahap yang sudah lanjut, dilakukan pencabutan gigi jika perawatan gigi tidak dilakukan dengan tuntas.

MANFAAT MENGGOSOK GIGI YANG BENAR1. gigi tampak bersih dan putih

2. mengurangi bau mulut

3. mencegah sakit gigi (misal karies gigi)

AKIBAT BILA TIDAK MENGGOSOK GIGI SECARA TERATUR1. gigi menjadi kuning kecoklatan

2. bau mulut bertambah

3. sakit gigi

MEMILIH SIKAT GIGI

Untuk menggosok gigi, lazimnya dipakai sebuah sikat gigi. Tetapi hal ini tentu tergantung dari kemampuan setiap

keluarga. Bila ingin membeli sikat gigi, maka pilihlah:

1. Sikat gigi dgn tangkai yang lurus dan mudah dipegang

Page 17: Blok 2 Modul 2

2. Kepala sikat gigi harus yang kecil. Sebagai patokan, panjang kepala sikat depan sama dengan jumlah lebar

keempat gigi depan di rahang bawah (lebar keempat gigi seri bawah). Kalau kepala sikat gigi terlalu panjang

maka bulu sikat gigi dibagian tangkai boleh dipotong atau dicabut

3. Bulu sikat gigi harus sama panjangnya sehingga membentuk permukaan yang datar.

4. Yang baik adalah sakit gigi dengan bulu sikat yang berderet tiga dan bulu sikat terbuat dari nilon yg tidak terlalu

kaku

MEMILIH PASTA GIGI

1. Pasta gigi yg mengandung fluor terkecuali untuk kasus-kasus tertentu menggunakan pasta sesuai kebutuhan

2. Penderita dengan erosi menyeluruh (keluhan sering linu), dianjurkan pasta gigi yg mengandung bifluor

3. Penderita keradangan gusi dianjurkan pasta gigi yang mengandung permenthol yang akan memperkuat gusi

terhadap infeksi dan efektif menghentikan perdarahan gusi

WAKTU YANG TEPAT UNTUK MENYIKAT GIGI

1. Minimal kita penyikat gigi 2 kali dalam sehari yaitu pagi setelah sarapan dan kedua setelah menjelang tidur

2. Yang paling ideal memang sebaiknya menyikat gigi segera setelah makan dan menjelang tidur, tetapi banyak

orang tidak mampu melakukan hal tersebut

3. Pada kesempatan dimana kita tidak mungkin melakukannya segera setelah makan, dianjurkan untuk kumur-kumur

yg banyak atau makan buah-buahaan yang berserat dan mengandung banyak air

CARA MENYIKAT GIGI

1. Cara menggosok yang dianjurkan adalah dengan gerakan-gerakan yg pendek yaitu menggosok gigi berulang

ulang pada satu tempat dahulu, sebelum pindah ke tempat yang lain

2. Gosoklah semua permukaan gigi. Pindahkan sikat gigi dengan teratur dan gosoklah gigi dengan teliti. Sikat gigi jgn

ditekan sewaktu menggosok

3. Bagian-bagian gigi yg memerlukan perhatian khusus saat menggosok gigi adalah

- bagian gigi yg berbatasan dengan gusi

- di rahang bawah (bagian gigi yg menghadap ke lidah)

- pada gigi belakang/geraham : bagian yg menghadap ke pipi

Menggosok gigi di rahang bawah

1. Tangkai sikat gigi diletakkan sejajar dengan dataran pengunyah

2. Perhatikan ujung-ujung bulu sikat terletak pada perbatasan gigi dengan gusi

3. Sikat gigi kemudian dimiringkan sedikit sehingga bulu sikat terararah pada perbatasan gigi dengan gusi

Menggosok permukaan gigi yg menghadap ke gigi atau bibir

Page 18: Blok 2 Modul 2

1. Sikat gigi digerakkan dengan gerakan maju mundur yang pendek. Sikat gigi digerak-gerakkan di tempat. Gosoklah

terlebih dahulu gigi-gigi yg terletak di belakang

2. Sesudah itu barulah sikat gigi dipindahkan ke tempat berikutnya.

Menggosok gigi-gigi depan

1. Perhatikan letak sikat gigi.

2. Gerakan menggosok adalah atas bawah secara perlahan.

Menggosok permukaan gigi yang menghadap ke lidah

1. Perhatikan letak sikat gigi. Gosoklah dahulu gigi-gigi yang terletak di belakang. Gerakan menggosok adalah maju

mundur secara perlahan.

Menggosok dataran pengunyah

1. Dataran pengunyah dari gigi-gigi rahang atas maupun rahang bawah digosok dengan gerakan maju mundur

secara perlahan.

CARA BERKUMUR

1. Tujuan berkumur adalah untuk membuang atau membersihkan semua sisa-sisa makanan yang ada di dalam

mulut.

2. Caranya: air dimasukkan ke dalam mulut dan gigi dikatupkan kemudian air digerakkan dengan jalan meniup

niupkan (menghembus hembuskan) pipi sekuat mungkin. Ulangi cara tersebut sampai betul2 bersih.

3. Kumur-kumur yg benar sangat berperan penting dalam mengeluarkan sisa-sisa makanan di gigi setelah menyikat

gigi.