model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt prov. jateng)

29
PENINGKATAN KOMPETENSI SPEAKING MATERI TEKS DESKRIPTIF MELALUI TEKNIK POW-TEGA DENGAN MEDIA PIC-POW PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII-6 SMP NEGERI 1 SLAWI Bunyamin ) * Abstrak: Masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kompetensi speaking materi teks deskriptif rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi speaking materi teks deskriptif melalui teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow . Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Slawi. Desain penelitian dilakukan dua siklus, dimana setiap siklusnya terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) sebagian besar (96%) peserta didik semakin meningkat aktivitas belajar speaking teks diskriptifnya, 2) sebagian besar (92%) peserta didik semakin meningkat kompetensi speaking teks diskriptifnya. Saran yang dapat disampaikan bagi teman sejawat bahwa penggunaan teknik po w-tega dengan media Pic-Pow dalam pembelajaran speaking materi teks deskriptif ternyata mampu meningkatkan kompetensi speaking peserta didik. Kata kunci: teknik Pow-Tega, media Pic-Pow, kompetensi speaking materi teks deskriptif. PENDAHULUAN Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, khususnya untuk mata pelajaran bahasa Inggris untuk SMP/MTs, disebutkan bahwa kompetensi speaking dapat ditemukan baik dalam wacana dialog maupun monolog. Menurut standar tersebut peserta didik kelas VIII SMP semester gasal diharapkan mampu mengungkapkan makna dalam teks lisan fungsional dan monolog pendek sederhana yang berbentuk descriptive dan recount untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Teks deskriptif telah diajarkan pada kelas VII semester genap. Namun demikian, di kelas VIII peserta didik diharapkan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk berlatih mendeskripskan benda maupun orang secara lisan dalam bentuk monolog dengan bahasa lisan yang berterima, lancar dan akurat. * Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Slawi Kab. Tegal

Upload: bunyamin-yusuf

Post on 11-Jul-2015

2.955 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

PENINGKATAN KOMPETENSI SPEAKING MATERI TEKS DESKRIPTIF

MELALUI TEKNIK POW-TEGA DENGAN MEDIA PIC-POW PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII-6 SMP NEGERI 1 SLAWI

Bunyamin )*

Abstrak: Masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kompetensi

speaking materi teks deskriptif rendah. Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kompetensi speaking materi teks deskriptif melalui teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri

1 Slawi. Desain penelitian dilakukan dua siklus, dimana setiap siklusnya terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) sebagian besar (96%) peserta didik semakin

meningkat aktivitas belajar speaking teks diskriptifnya, 2) sebagian besar (92%) peserta didik semakin meningkat kompetensi speaking teks

diskriptifnya. Saran yang dapat disampaikan bagi teman sejawat bahwa penggunaan teknik pow-tega dengan media Pic-Pow dalam pembelajaran speaking materi teks deskriptif ternyata mampu meningkatkan kompetensi

speaking peserta didik. Kata kunci: teknik Pow-Tega, media Pic-Pow, kompetensi speaking

materi teks deskriptif.

PENDAHULUAN

Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi,

khususnya untuk mata pelajaran bahasa Inggris untuk SMP/MTs,

disebutkan bahwa kompetensi speaking dapat ditemukan baik dalam

wacana dialog maupun monolog. Menurut standar tersebut peserta didik

kelas VIII SMP semester gasal diharapkan mampu mengungkapkan

makna dalam teks lisan fungsional dan monolog pendek sederhana yang

berbentuk descriptive dan recount untuk berinteraksi dengan lingkungan

sekitar. Teks deskriptif telah diajarkan pada kelas VII semester genap.

Namun demikian, di kelas VIII peserta didik diharapkan lebih banyak

mempunyai kesempatan untuk berlatih mendeskripskan benda maupun

orang secara lisan dalam bentuk monolog dengan bahasa lisan yang

berterima, lancar dan akurat.

* Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Slawi Kab. Tegal

Page 2: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

2 |

Meskipun metode yang diterapkan oleh guru sudah cukup baik yaitu

dengan menerapkan model pembelajaran simulation, aktivitas peserta

didik dan kompetensi speaking materi teks deskriptif masih cukup rendah.

Hal ini terbukti nilai hasi l tes kompetensi speaking materi teks deksriptif

yang diadakan oleh peneliti menunjukkan nilai rata-rata kompetensi

berbicara peserta didik materi teks deskriptif masih, yaitu (69.59). Nilai

rata-rata yang dicapai ini termasuk kategori rendah karena KKM untuk

kompetensi speaking materi teks deskriptif di kelas VIII-6 SMP Negeri 1

Slawi semester gasal, tahun pelajaran 2011-2012 adalah 76. (lihat

dokumen penetapan KKM mapel Bahasa Inggris kelas VIII SMP N 1

Slawi). Jika dilihat dari segi ketuntasan belajar untuk speaking materi teks

deskriptif juga termasuk rendah karena ketuntasan belajar peserta didik

baru mencapai 6 peserta didik (24 %) dari 25 peserta didik. (Lihat

dokumen daftar nilai kompetensi speaking peserta didik kelas VIII-6). Di

samping itu, aktivitas peserta didik masih tergolong rendah. Hal ini

dibuktikan melalui observasi guru yang mempunyai nilai rata-rata 2.39

(kategori cukup).

Atas dasar fakta di atas, peneliti bersama-sama dengan teman

sejawat yaitu Subandi, S.Pd. dan Denny Adji Hastuti, S.Pd. mengadakan

refleksi pembelajaran untuk kompetensi speaking materi teks deskriptif.

Hasil refleksi menunjukkan bahwa peserta didik mengalami banyak

kendala dalam berbicara bahasa Inggris. Aktivitas peserta didik dalam

pembelajaran speaking juga masih rendah, sehingga mengakibatkan

rendahnya kompetensi speaking materi teks deskriptif. Hal itu

disebabkan oleh anggapan bahwa kompetensi speaking kurang penting

karena tidak masuk SKL UN. Di antara kendala-kendala yang bisa

ditemukan dimungkinkan karena kurangnya: (1) model atau contoh dari

guru saat pembelajaran speaking berlangsung, (2) pengetahuan peserta

didik tentang kosakata dan tata bahasa, (3) keyakinan peserta didik

terhadap pronunciation (pelafalan) beberapa kosa kata yang digunakan

Page 3: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

dalam kegiatan berbicara, (4) kesempatan yang diberikan oleh guru

kepada peserta didik saat pembelajaran speaking berlangsung, (5)

keberanian peserta didik untuk berbicara di depan kelas, (6) pengalaman

belajar yang benar-benar memotivasi peserta didik untuk berbicara, (7)

inisiatif peserta didik untuk berlatih saat pembelajaran speaking

berlangsung, dan (8) adanya media yang bisa menarik perhatian peserta

didik terhadap kegiatan pembelajaran speaking dan menginspirasi peserta

didik tentang apa yang akan mereka bicarakan.

Untuk mengatasi masalah dan kendala-kendala tersebut peneliti

berusaha menggabungkan beberapa teknik pembelajaran inovatif dan

kontekstual. Dengan diterapkannya beberapa teknik pembelajaran yang

lebih efektif diharapkan dapat dicapai tujuan pembelajaran (Slameto,

2003:37). Di antara metode yang dapat digunakan adalah teknik Power

Teaching yang digabungkan dengan game (permainan). Untuk teknik

game ini peneliti juga menggabungkan tiga jenis model pembelajaran

kontekstual yaitu, Scrable, Make a Match dan Talking Stick. Gabungan

antara teknik Power Teaching dan game (Scrable, Make a Match dan

Talking Stick) selanjutnya disebut Pow-Tega dalam penelitian ini. Pow-

Tega merupakan singkatan dari Power Teaching and Game.

Selain teknik Pow-Tega yaitu Power Teaching and game, peneliti

juga memilih media yang dianggap dapat membantu peserta didik agar

mudah mengikuti pembelajaran speaking. Media yang dimaksud adalah

media Pic-Pow (Picture in Power Point). Media ini dipilih karena dianggap

praktis, sesuai daya dukung ruang kelas RSBI yang dilengkapi dengan

LCD dan dianggap dapat mempermudah guru saat menginspirasi peserta

didik dan memberi model speaking materi teks deskriptif kepada seluruh

peserta didik.

Dengan media Pic-Pow ini diharapkan peserta didik dapat lebih

mudah menangkap penjelasan dari guru dan kembali mengungkapkan

apa yang ada dalam gambar. Selain media Pic-Pow, peneliti juga

menggunakan media kartu Make a Match Game sebagai media untuk

Page 4: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

4 |

memotivasi peserta didik dalam mencari informasi dan menemukan

jawaban saat diadakan kegiatan latihan-latihan dan penguatan terhadap

materi yang diajarkan oleh guru. Peneliti berasumsi bahwa melalui teknik

Pow-Tega dengan media Pic-Pow, para peserta didik baik sadar maupun

tidak, terlibat langsung dalam kehidupan nyata untuk mengungkapkan ide

atau gagasan dalam bahasa Inggris secara lisan. Dengan demikian,

aktivitas peserta didik dan kompetensi speaking materi teks deskriptif

peserta didik kelas VIII-6 diharapkan dapat meningkat.

Berdasarkan konteks di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah

”Apakah teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow dapat meningkatkan

kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 SMP

N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2011-2012?” Dengan

memperhatikan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka

penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis

kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 SMP

N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2011-2012.

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan model pembelajaran guna

meningkatkan kompetensi berbahasa, khususnya yang berkaitan dengan

speaking materi teks deskriptif. Disamping itu, penulisan ini juga

diharapkan dapat dijadikan model pemecahan masalah yang berkaitan

dengan pengajaran di kelas, khususnya Speaking materi teks deskritif,

serta dapat menggugah peserta didik dalam pembelajaran speaking

materi teks deskriptif.

LANDASAN TEORETIS

Langkah-langkah Pembelajaran Bahasa Inggris

Secara alamiah orang belajar bahasa mulai dari bahasa lisan dan

semakin lama menuju ke bahasa tulis. Hal ini menjadi suatu perhatian

dalam pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berdasarkan

kurikulum ini dimulai dari pembelajaran bahasa lisan yang seringkali

Page 5: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

disebut siklus lisan, setelah itu dilanjutkan dengan bahasa tulis yang

seringkali disebut siklus tulis. Dari sinilah pembelajaran bahasa

dikembangkan mulai dari siklus lisan ke siklus tulis. Pembelajaran siklus

lisan mulai dari listening dan kemudian speaking, sedangkan

pembelajaran siklus tulis mulai dari reading ke writing, dengan

menggunakan langkah-langkah pendekatan literasi (Literacy Approach)

atau Genre Approach. Selanjutnya dalam buku pelatihan terintergrasi

berbasis kompetensi (Depdiknas, 2005:12) dijelaskan bahwa untuk setiap

siklus guru hendaknya mengikuti langkah-langkah pembelajaran bahasa

sebagai berikut: 1) Building Knowledge of the Field (BKOF), 2) Modelling

of Text (MOT), Joint Construction of Text (JCOT), dan Independent

Construction (I-COT).

Pada langkah pertama ini, sesuai dengan namanya, yaitu building

knowledge of the field, peserta didik diberikan pengetahuan awal yang

berupa kosakata dan tatabahasa yang berhubungan dengan tema dan

genre yang akan dibahas. Kegiatan ini bersifat interaktif antara guru

dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik sehingga

keterampilan listening dan speaking dimulai di sini. Misalnya

membicarakan tentang deskripsi orang. Pada tahap ini peserta didik akan

diperkenalkan kosakata yang berhubungan dengan kosa kata tentang

cirri-ciri anggota badan orang, dan jenis-jenis hobi, kegiatan orang yang

dipakai dalam kegiatan speaking.

Pada tahap kedua (modeling of the text) mereka diperkenalkan

dengan teks-teks lisan maupun tulis yang berhubungan dengan jenis teks

deskriptif. Penyajian teks kemudian disusul dengan model cara

pengucapan, intonasi, dan kelancaran, yang kemudian disusul dengan

latihan-latihan pemahaman (comprehension) yang berhubungan dengan

teks yang telah disajikan. Latihan comprehension diarahkan kepada

stuktur jenis teks (generic structure) tersebut. Langkah-langkah ini disebut

Modeling of the Texs atau MOT.

Page 6: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

6 |

Tahap ketiga (joint construction of the text) merupakan tahap di

mana peserta didik secara berkolompok atau berpasangan peserta didik

mulai berlatih untuk membuat satu teks baru yang sejenis dan dilanjutkan

dengan presentasi hasil diskusi selama latihan di kelompoknya.

Sementara itu, Thornbury dalam bukunya “How to Teach Speaking”

menyatakan bahwa kegiatan ini bisa diisi dengan kegiatan task repetation,

yaitu kegiatan mengungkapkan kembali topik pembicaraan dengan

bahasa mereka sendiri (Thornbury:63).

Tahap pembelajaran terakhir adalah Independent Construction of

Text. Pada tahap ini setelah peserta didik belajar dan mendapatkan

pengalaman belajar dalam kelompok, mereka dipercaya mampu untuk

dapat membuat teks sendiri baik lisan maupun tulis yang sejenis dengan

teks yang sudah diajarkan. Peserta didik akan merasa bangga jika hasil

pekerjaan mereka dalam bentuk karangan dikoreksi oleh guru, dan

kemudian ditempel di mading kelas atau langsung di dokumentasi oleh

guru dalam bentuk porto folio. Namun kalau hasil pekerjaan mereka dalam

bentuk lisan atau harus dilisankan, mereka akan menyajikannya di

depan kelas dalam bentuk tes unjuk kerja berbicara (Depdiknas, 2005:

23).

Aktivitas Belajar Speaking Materi Teks Deskriptif

Menurut (Thornbury,2000:65) dalam bukunya “How to Teach

Speaking” ada beberapa aktivitas yang bisa dipilih untuk kegiatan

pembelajaran speaking. Di antaranya adalah: practiced control, drilling,

writing task, assisted performance, dan task repitation.

Kegiatan practiced control merupakan kegiatan latihan berbicara

yang dibimbing oleh seorang guru sebagai model berbicara. Sebelum

peserta didik melakukan berbicara guru terlebih dahulu memberikan

model cara berbicara bahasa Inggris secara akurat, lancar dan berterima.

Adapun drilling merupakan kegiatan di mana guru memberi contoh cara

Page 7: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

pengucapan kata per kata, kalimat per kalimat sedangkan peserta didik

menirukannya setelah guru.

Sementara itu, reading aloud biasanya dilakukan untuk melatih

pronunciation peserta didik. Kegiatan ini bisa dilakukan secara variatif

sesuai keadaan kelas dan peserta didik. Writing task merupakan kegiatan

peserta didik untuk mencatat hal-hal yang mungkin perlu dijadikan catatan

setelah mendengarkan dan menirukan model dari guru. Sedangkan

Assisted performance merupakan kegiatan peserta didik dalam rangka

melakukan penampilan atau unjuk kerja berbicara di depan teman-teman

kelas yang dibantu dengan media gambar atau lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa aktivitas

belajar speaking materi teks deskriptif meliputi mendengarkan, membaca,

memperhatikan gambar, menirukan apa yang diucapkan guru, menganalis

hubungan huruf dengan huruf yang lain untuk membentuk kata,

melafalkan kata, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat

kepada teman maupun guru, interaksi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

Dalam penelitian ini aktivitas belajar yang akan diamati oleh peneliti

maupun observer adalah: memperhatikan penjelasan guru, merespon

penjelasan dan model dari guru, bekerja sama dengan peserta didik lain

dan mempunyai gagasan untuk memecahkan masalah.

Teknik Pow-Tega (Power Teaching and Game)

Teknik Pow-Tega (Power Teaching and Game) merupakan model

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang menggabungkan

teknik Power Teaching dengan game. Power Teaching adalah sebuah

teknik pembelajaran yang dikembangkan oleh negara-negara barat dan

dipelopori oleh guru-guru di Amerika. Metode ini cukup menarik, karena

mampu meningkatkan atensi dan konsentrasi peserta didik (Putri, 2011).

Untuk itu, metode belajar ini layak untuk di adopsi oleh para guru di

Indonesia. Adapun teknik bermain dalam kehidupan anak, mempunyai arti

Page 8: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

8 |

yang sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yang sehat

selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan

bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan

sakit, jasmaniah ataupun rohaniah. Para pakar mengatakan bahwa

bermain mempunyai banyak manfaat bagi anak. Di antara manfaat

tersebut seperti yang dikemukakan oleh (Montolalu, 2008: 1.20-1.24)

adalah sebagai berikut: 1) bermain memicu kreativitas anak, 2) bermain

bermanfaat mencerdaskan otak, 3) bermain bermanfaat menanggulangi

konflik, 4) bermain bermanfaat untuk melatih empati, 5) bermain

bermanfaat mengasah panca indera, 6) bermain melakukan penemuan.

Menurut Jean Piaget (melalui Montolalu et.al 2008:2.19) anak-anak

sesuai dengan usianya mempunyai jenis-jenis permainan tertentu, yaitu

sensory motor play (untuk usia 1 ½-2 tahun) , Symbolic play (2-7 tahun),

Social play games with rules (8-11 tahun) dan games dengan aturan dan

olahraga (11 tahun ke atas). Permainan dalam teknik Pow-Tega diambil

dari tiga model pembelajaran kontekstual yaitu: Scrable, Talking stick, dan

Make a match yang telah dimemodifikasi penelti sesuai dengan kebutuhan

di kelas speaking (Depdiknas, 2005:19-25).

Proses pembelajaran speaking melalui teknik Pow-Tega terdiri atas

empat aktivitas penting. Aktivitas pertama adalah aktivitas Scrable game

untuk kegiatan BKOF, yaitu kegiatan di mana guru mengajak peserta didik

untuk membangun kosa kata yang diperlukan untuk kegiatan modeling.

Pada kegiatan ini guru menyediakan slide show yang terdiri atas beberapa

kata yang diacak hurufnya. Sementara itu, peserta didik dipancing untuk

menebak susunan huruf tersebut menjadi kata yang benar yang

digunakan untuk mengisi kalimat rumpang. Peserta didik yang bisa

menjawab diharapkan mengangkat tangannya dan menyebutkan kata-

kata tersebut dengan suara keras. Guru memberi penghargaan kepada

peserta didik yang bisa menjawab dengan benar dan ikut memfasilitasi

Page 9: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

peserta didik lain supaya melafalkan kata-kata tersebut dengan baik dan

benar.

Aktivitas yang kedua adalah Aktivitas modeling of the text dibantu

media Pic-Pow. Dalam aktivitas ini guru menerapkan enam langkah teknik

Power Teaching untuk memberi model berbicara materi teks deskriptif

sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Pada langkah modeling ini

guru menerapkan enam langkah teknik Power Teaching. Langkah yang

pertama adalah “Class- Yess”. Pada tahap ini guru mengarahkan

perhatian peserta didik pada kegiatan pembelajaran dengan mengucap

kata “ class “ dengan intonasi tertentu. Peserta didik menjawab ucapan

dengan kata “ Yess” dengan intonasi kata yang sama dengan intonasi

guru. Adapun langkah yang kedua adalah “Micro Lecture”. Pada langkah

ini guru menyampaikan materi dalam waktu kurang lebih 1 menit. Peserta

didik memperhatikan dengan seksama penjelasan guru. Setelah langkah

yang kedua adalah langkah “Teach-Oke”. Setelah guru melakukan “ Micro

Lecture “ guru mengucapkan kata “Teach” jika perlu dengan tepuk tangan

dan disertai gerakan yang menarik, sedangkan peserta didik menjawab

dengan kata “Oke“ sambil menirukan gerakan tangan dan suara guru.

Setelah menjawab “Oke” peserta didik mengulang apa yang telah

disampaikan guru secara berhadap-hadapan dengan peserta didik lain.

Sementara itu, langkah yang keempat yaitu Score board. Pada

langkah ini guru melakukan penilaian terhadap kinerja peserta didik pada

papan tulis yang telah dibuat tabel dengan dua kolom. Kolom pertama

bagian atas diberi ikon wajah orang tersenyum, sedangkan kolom kedua

bagian di atas diberi ikon gambar orang sedih. Kolom wajah gembira

diberi skor satu jika guru menilai kinerja peserta didik dianggap sesuai

dengan harapan guru, sedangkan kolom kedua jika kinerja peserta didik

dianggap kurang baik. Setelah guru memberi penilaian peserta didik

menanggapi sesuai dengan nilai yang diperolehnya. Jika ia mendapat

penilaian wajah tersenyum peserta didik meneriakkan kata “Oh

yeah/Bingo“ jika perlu dengan tepukkan tangan. Jika mendapat nilai wajah

Page 10: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

10 |

sedih peserta didik pura-pura menangis dengan mengusap-usap mata

dengan tangan. Langkah selanjutnya adalah Hands and Eyes. Kegiatan

ini merupakan teknik untuk memusatkan perhatian peserta didik terhadap

penjelasan guru. Mereka duduk dengan tenang, kedua tangan di atas

meja dan memperhatikan penjelasan guru. Kegiatan ini biasanya

merupakan kegiatan yang diadakan sebelum kegiatan comprehension

check. Sedangkan langkah terakhir adalah Comprehension Chek. Pada

tahap ini peserta didik diminta mengulang secara lisan semua materi yang

telah disampaikan oleh guru. Pada saat peserta didik mengulang materi

yang diajarkan, guru berkeliling melakukan checking terhadap kegiatan

peserta didik (Healey, 2009 dalam http://www.powerteachers.net).

Dari langkah pertama sampai dengan langkah kelima diulang-ulang

sesuai dengan materi yang ingin disampaikan. Langkah-langkah di atas

sangat cocok untuk kegiatan pembelajaran speaking pada tahap modeling

of the text. Pada tahap modeling guru bisa memberi contoh bagaimana

berbicara dengan pengucapan, tata bahasa yang baik dan benar. Untuk

langkah class…..yes… bisa digunakan oleh guru pada setiap saat

dibutuhkan untuk kondisi kelas yang sedang gaduh. Keunggulan dari

teknik Power Teaching ini adalah membangun komunikasi antar peserta

didik. Antusiasme dan konsentrasi dibangun dengan menggunakan teknik

ini, khususnya pada langkah-langkah micro lecture, teach – ok, score

board dan hands and eyes. Selain itu, semua peserta didik juga

termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang menerapkan

teknik Power Teaching seperti kegiatan speaking (Putri, 2011).

Aktivitas ketiga dalam pembelajaran speaking melalui teknik Pow-

Tega adalah aktivitas Talking Stick Game untuk kegiatan Joint

Construction of The text. Aktivitas ini merupakan kegiatan di mana

peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen.

Peserta didik dalam kelompoknya dipacu untuk berlatih mengungkapkan

kembali topik pembicaraan dengan bahasa mereka sendiri dibantu oleh

Page 11: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

media Pic-Pow yang ditayangkan guru di layar. Setelah peserta didik

berlatih di kelompoknya, guru mulai menerapkan Talking Stick game.

Kegiatan Talking Stick game ini dimulai dari guru menyuruh peserta didik

untuk menutup mata dan guru memberikan Talking Stick kepada salah

satu anggota kelompok. Anggota kelompok yang mendapat Talking Stick

disuruh berbicara mendeskripsikan gambar yang ada di slide show.

Adapun aktivitas yang keempat adalah Make a Match Game.

Kegiatan ini dirancang agar peserta didik benar-benar memahami topik

pembicaraan selama proses pembelajaran. Di samping itu, dalam

kegiatan ini secara tidak langsung peserta didik diajak untuk reading aloud

dengan lafal yang baik dan benar. Kegiatan ini dimulai dari guru membagi

beberapa kartu Make a Match Game. Peserta didik diberi kesempatan

untuk mencari pasangannya masing-masing. Agar kegiatan ini lebih hidup,

maka guru boleh memilih halaman kelas sebagai tempat kegiatan. Peserta

didik yang telah berhasil menemukan pasangannya diberi kesempatan

paling awal untuk membacakan isi kartu. Guru memberi penghargaan

kepada peserta didik tercepat menemukan pasangannya dengan jawaban

yang benar.

Media Pic-Pow (Picture in Power Point)

Media Pic-Pow merupakan contoh media pembelajaran yang

menggunakan ICT dengan program Microsoft Power Point. Power Point

merupakan salah satu aplikasi yang dikembangkan oleh Microsoft yang

digunakan untuk pembuatan presentasi. Meskipun program aplikasi ini

sebenarnya merupakan program untuk membuat presentasi, fasilitas yang

ada dapat dipergunakan untuk membuat program pembelajaran bahasa.

Fasilitas yang tersedia di Microsoft power point menurut Ouda

(2003:4) dapat digunakan untuk membuat tampilan yang ada di layar

menjadi lebih menarik. Di antaranya adalah sebagai berikut: 1)

memasukkan Teks, Gambar, Suara dan Video, 2) membuat tampilan

Page 12: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

12 |

menarik, 3) membuat hyperlink yang menghubungkan tampilan di

program power point dengan program aplikasi lain.

Dengan media Pic-Pow guru diharapkan dapat mengajarkan

sesuatu yang sulit menjadi mudah dan sesuatu yang rumit menjadi

sederhana. Soedjana (melalui Soeparno,1988: 26) berpendapat

bahwa media memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: 1)

Pengajaran lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar, 2) Bahan pengajaran akan lebih

jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh peserta

didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan

pengajaran, 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-

mata komunikasi verbal, melalui penutupan mata-mata oleh guru

sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,

apalagi kalau guru mengajar setiap jam pelajaran, 4) Peserta didik

lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru.

Pemilihan media yang tepat seperti media Pic-Pow dapat

membantu guru menjelaskan pelajaran yang diberikan. Di samping

itu, media yang tepat juga membantu peserta didik untuk

membentuk pengertian di dalam jiwanya. Mengajar dengan

menggunakan bermacam-macam media akan lebih menarik

perhatian peserta didik, lebih merangsang peserta didik untuk

berpikir (Slameto,2003:37).

Kerangka Berpikir

Kompetensi speaking dapat dicapai melalui pendekatan

kontekstual dengan berbagai macam teknik. Untuk mengurangi beberapa

kendala peserta didik dalam hal mengungkapkan gagasan atau pendapat

Page 13: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

yang berkenaan dengan deskripsi orang atau binatang kesayangan

dalam pembelajaran harus melibatkan peserta didik baik fisik maupun

psikis. Diperlukan teknik yang membuat peserta didik secara tidak sadar

dibawa ke lingkungan nyata untuk mendiskripsikan orang dan binatang

kesayangan dalam bahasa Inggris lisan yaitu teknik Power Teaching and

game. Teknik tersebut diperkuat dengan adanya media Pic-Pow yang

dapat mempermudah peserta didik dalam menemukan ide dan gagasan

untuk berbicara secara individu. Pembelajaran speaking dengan

melibatkan peserta didik pada dunia nyata anak-anak yang masih suka

bermain dipandang perlu menggunakan teknik atau metode yang

menggabungkan beberapa model pembelajaran inovatif dan kontekstual

yaitu Powtega (Power Teaching and Game). Game yang dipakai peneliti

dalam pembelajaran speaking adalah gabungan tiga model pembelajaran

kontekstual yaitu scrable, talking stilk dan make a match. Penggunaan

media Pic-Pow yang berupa gambar-gambar menarik untuk memacu

perhatian dan memotivasi peserta didik agar lebih aktif dalam

pembelajaran juga dipandang perlu.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama

Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal. Waktu penelitian selama empat bulan

yaitu sejak bulan Juni sampai dengan September 2011. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada jadwal kegiatan penelitian sebagai berikut:

Tabel 1. Alokasi Waktu Penelitian

No

Uraian Kegiatan BULAN

Juni Juli Agustus Sept

1 Menyusun Proposal

Penelitian Tindakan Kelas

-

- -VV

2 Menyusun Instrumen Penelitian

VV - -

3 Pemgumpulan data dengan melaksanakan siklus I dan

siklus II

- - VV

V- - -

Page 14: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

14 |

4 Analisi data - -VV

5 Pembahasan dan diskusi - - - V

6 Menyusun laporan Hasil Penelitian

- VVV-

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom

Action Research) melalui dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan tiga kali

tindakan dan setiap tindakan 2 x 40 menit atau 2 jam pelajaran. Penelitian

tindakan ini berpatokan pada refleksi awal dengan prosedur (1)

perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) observasi (observation),

dan (4) refleksi (reflektion) dalam setiap siklusnya. Subjek penelitian

adalah peserta didik Kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal.

Jumlah peserta didik yang dijadikan subjek penelitian ada 25 orang terdiri

atas 8 anak lakilaki dan 17 anak perempuan. Data utama pada penelitian

ini adalah katakata, tindakan, dan sumber data tertulis. Data berupa kata-

kata diperoleh dari wawancara dan tindakan sebagai hasil observasi

(pengamatan), sumber data tertulis dari hasil tes. Sumber data primer

diperoleh dari nilai kompetensi speaking. Data dari pengamat teman

sejawat termasuk data sekunder. Sumber data sekunder diperoleh dari

hasil pengamatan yang dilakukan kolaborator. Dilihat dari bentuk data,

ada dua macam data yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data nilai

kompetensi speaking merupakan data kuantitatif. Data hasil pengamatan

aktivitas belajar peserta didik merupakan data kualitatif. Validitas atau

kesahihan merupakan ukuran dari instrumen yang digunakan dalam

penelitian. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat

mengukur apa yang hendak diukur (Suwandi, 2009:53). Oleh karena itu,

untuk mengukur validitas instrumen peneliti menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut: 1) Data hasil observasi aktivitas belajar speaking

yang diperoleh melalui pengamatan supaya diperoleh data yang valid

divalidasi dengan bantuan kolaborator dengan teman sejawat (triangulasi

sumber antara peneliti, teman sejawat selaku kolaborator dan peserta

Page 15: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

didik). 2) Data hasil tes kompetensi speaking supaya valid perlu dibuat

kisi-kisi sebelum soal disusun. Validasi dilakukan terhadap instrumen

penilaian tes unjuk kerja berupa penyusunan kisi-kisi sehingga terpenuhi

validitas teoretik, khususnya content validity.

Analisis data disajikan secara deskriptif komparatif yang dilanjutkan

refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan data

kondisi awal, siklus I dan siklus II, baik untuk aktivitas belajar maupun

kompetensi speaking. Refleksi artinya menarik simpulan berdasarkan

deskriptif komparatif kemudian dilanjutkan memberikan ulasan dan

langkah tindak lanjut. Ukuran berhasil tidaknya peningkatan aktivitas

peserta didik melalui observasi. Indikator keberhasilan tindakan

meningkatkan aktivitas belajar peserta didik melalui teknik Pow-Tega

adalah: 1) Persentase jumlah peserta didik yang mencapai skor aktivitas

peserta didik ≥ 3,00 meningkat dari 24 % menjadi lebih dari 75%. Skor ≥

3,00 (kualifikasi baik) merupakan skor aktivitas peserta didik dalam skala

maksimum 4 (kualifikasi sangat baik), 2) Persentase jumlah peserta didik

yang mencapai nilai kompetensi speaking ≥ 76 meningkat dari 24 %

menjadi lebih dari 75 % peserta didik memperoleh nilai tes kompetensi

speaking ≥ 76. Nilai 76 merupakan nilai ketuntasan minimal (KKM) mata

pelajaran Bahasa Inggris kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Slawi pada tahun

pelajaran 2011/2012.

Penelitian tindakan ini direncanakan terbagi menjadi dua siklus

yang masing-masing siklus terdiri atas tiga kali pertemuan. Prosedur

penelitian ini setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang

ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang akan

diselidiki. Penentuan dilaksanakan siklus II berdasarkan hasil refleksi.

Untuk melihat kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik

serta aktivitasnya dalam pembelajaran, maka perlu diberikan tes

pratindakan. Observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan

yang tepat yang diberikan dalam rangka meminimalkan kekurangan

tersebut.

Page 16: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

16 |

Dari evaluasi dan observasi, maka dalam refleksi ditetapkan bahwa

tindakan yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta

didik dan kompetensi speaking materi teks deskriptif adalah melalui

penerapan teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow. Pada siklus I dan II

peserta didik dibagi menjadi 5 kelompok secara heterogen. Pada siklu I

guru tidak melibatkan peserta didik di luar kelas pada aktivitas make a

match game, sedangkan pada siklus II guru melibatkan peserta didik di

luar kelas pada aktivitas make a match game.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Pratindakan

Kegiatan pratindakan meliputi studi pendahuluan dan penyusunan

rancangan. Studi pendahuluan berupa observasi awal terhadap

pembelajaran kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik.

kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Slawi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan

dilakukan rancangan tindakan oleh guru dan kolaborator dalam membuat

silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan

teknik Pow-Tega, media Pic-Pow, dan instrumen penelitian.

Hasil pengamatan menunjukkan hanya terdapat 6 peserta didik

(24%) mencapai rerata skor 3,00 atau lebih (kualifikasi Baik). Hal ini

mengindikasikan bahwa karakter percaya diri peserta didik masih rendah.

Berdasarkan hasil nilai akhir tes kompetensi speaking yang meliputi aspek

pelafalan, tata bahasa, kelancaran dan isi menunjukkan bahwa rata-rata

nilai adalah 69,59 dengan jumlah 6 peserta didik (24%) yang tuntas dan

19 peserta didik (76%) yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa

nilai kompetensi speaking materi teks deskriptif pada kondisi awal masih

rendah. Pada kondisi awal peneliti belum menerapkan teknik Pow-Tega

dengan media Pic-Pow sehingga kompetensi speaking masih sangat

rendah.

Page 17: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

Pelaksanaan Tindakan Kelas

Siklus Pertama

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 dan 23 Juli untuk penerapan

teknik Pow-Tega dan media Pic-Pow dan pada tanggal 25 Juli untuk tes

kompetensi speaking materi teks diskriptif siklus I. Penerapan teknik Pow-

Tega dengan media Pic-Pow pembelajaran keterampilan speaking materi

teks deskriptif pada siklus I ini disajikan tema deskripsi orang berprestasi.

Media Pic-Pow yang digunakan terdiri atas gambar peserta didik

berprestasi dalam bidang bahasa Inggris untuk pertemuan I dan orang

berprestsi dalam bidang perfilman (Tobey Marguire) pada pertemua II

yang belum diberi suara oleh guru. Pertemuan pertama kegiatan diawali

guru dengan membuka pelajaran dengan apersepsi melalui tanya jawab.

Tidak lupa guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru

menunjukan slide show scrable game, sementara peserta didik yang bisa

menjawab dengan benar diberi skor. Setelah aktivitas scrable game

berakhir, guru memberi model berbicara dengan teknik Power Teaching

dibantu media Pic-Pow dengan menerapkan langkah-langkah: 1) Class-

Yes, 2) Micro Lecture, 3) Teach-O.K, 4) Score Board, 5) Hands and eyes,

6) Comprehension Check. Setelah aktivitas modeling dirasa cukup, guru

membagi peserta didik menjadi 5 kelompok secara heterogen dan

membagikan lembar kerja kelompok. Peserta didik berlatih berbicara

dalam kelompoknya masing-masing dibantu guided questions. Setelah itu,

Guru menunjuk salah satu anggota kelompok dengan talking stick untuk

berbicara sesuai dengan tema yang telah ditentukan dibantu media Pic-

Pow.

Setelah aktivitas Talking Stick berakhir, guru membagikan kartu

soal dan jawaban kepada peserta didik secara acak. Peserta didik

mencari pasangan masing-masing dan guru memberi penghargaan

kepada 3 pasangan tercepat dengan jawaban benar. Pertemuan kedua

langkah awal yang dilakukan guru adalah dengan membuka pertanyaan

tentang kegiatan pada pertemuan yang lalu. Selanjutnya, guru

Page 18: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

18 |

menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada pertemuan ini.

Kemudian pada kegiatan inti guru menunjukan slide show scrable game,

sementara peserta didik yang bisa menjawab dengan benar diberi skor.

Setelah aktivitas scrable game berakhir, guru memberi model berbicara

tentang Tobey Marguire dengan teknik Power Teaching dibantu media

Pic-Pow dengan menerapkan langkah-langkah: 1) Class- Yes, 2) Micro

Lecture, 3) Teach-O.K, 4) Score Board, 5) Hands and eyes, 6)

Comprehension Check. Setelah aktivitas modeling dirasa cukup, guru

membagi peserta didik menjadi 5 kelompok secara heterogen dan

membagikan lembar kerja kelompok. Peserta didik berlatih berbicara

dalam kelompoknya masing-masing dibantu guided questions. Setelah itu,

Guru menunjuk salah satu anggota kelompok dengan talking stick untuk

berbicara tentang Tobey Marguire media Pic-Pow.

Setelah aktivitas Talking Stick berakhir, guru membagikan kartu

soal dan jawaban tentang Tobey Marguire kepada peserta didik secara

acak. Peserta didik mencari pasangan masing-masing dan guru memberi

penghargaan kepada 3 pasangan tercepat dengan jawaban benar.

Berdasarkan data pengamatan dapat diketahui 14 peserta didik (56%)

mencapai rerata skor 3,00 atau lebih (kualifikasi Baik). Rerata skor

aktivitas adalah 2.93 (kualifikasi cukup). Apabila dibandingkan dengan

indikator kinerja maka pada siklus I ini indikator aktivitas peserta didik

dalam pembelajaran speaking materi teks deskriptif belum melebihi 75%.

Hasil nilai akhir tes kompetensi speaking yang meliputi aspek pelafalan,

tata bahasa, kelancaran dan isi menunjukkan bahwa rata-rata nilai adalah

76.6 dengan jumlah 16 peserta didik (64%) yang tuntas dan 9 peserta

didik (36%) yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa nilai

kompetensi speaking materi teks deskriptif belum mencapai indikator

keberhasilan penelitian ini. Kekurangan yang ada pada siklus I adalah

guru terlalu banyak mengadakan variasi gerakan tangan pada kegiatan

teach …O.K., peserta didik tampak bingung untuk menirukan gerakan

Page 19: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

tangan peneliti. Oleh karena itu, guru perlu mengurangi gerakan tangan,

guru mengalami sedikit kendala dalam kegiatan comprehension and

check saat mengulangi isi pembicaraan dari awal hingga akhir, maka

suara guru perlu direkam dan dimasukkan ke dalam program power point

yang bisa menyatu dalam slide show gambar, guru kurang tegas dalam

menerapkan Talking Stick Game bagi peserta didik yang memperoleh

stick untuk mewakili teman-teman di kelompoknya membacakan hasil

diskusi kelompoknya. Aturan dalam aktivitas Make a Match Game

kurang ketat karena masih banyak peserta didik yang tidak mau berusaha

untuk mencari pasangan sambil teriak menyampaikan pertanyaan

ataupun jawabannya. Kendala aktivitas Make a Match Game adalah

peserta didik kurang leluasa ketika bermain mencari pasangannya. Oleh

karena itu, guru perlu memperbaiki kegiatan make a match untuk

diadakan di luar kelas. Dengan demikian kegiatan pembelajaran ini perlu

dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan mengkaji ulang perencanaan

persiapan pembelajaran (RPP) yang dibuat sesuai permasalahan pada

siklus I.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Juli dan Jumat,

29 Juli 2011 yang merupakan perbaikan dari pelaksanaan tindakan pada

siklus I dengan materi teks deskriptif tentang binatang kesayangan. Tes

kompetensi speaking dilaksanakan pada hari Jum’at, 5 Agustus 2011.

Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi

penyusunan perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang

dilengkapi dengan instrumen penilaian, media Pic-Pow dilengkapi suara,

seperangkat kartu untuk Make a Match Game yang melibatkan peserta

didik di luar kelas, lembar observasi aktivitas peserta didik.

Media Pic-Pow yang digunakan untuk aktivitas scrable game berisi

kata-kata acak dan kalimat rumpang yang digunakan untuk memancing

peserta didik memahami dan menguasai kosa kata yang akan digunakan

dalam kegiatan speaking materi teks deskriptif tentang binatang

Page 20: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

20 |

kesayangan. Gambar yang dilengkapi suara dimasukkan kedalam

program Microsoft power point bersamaan dengan materi pembelajaran

lain yang akan digunakan sebagai alat bantu untuk menginspirasi guru

dan peserta didik dalam mendeskripsikan binatang kesayangan.

Perbaikan lembar kerja kelompok yang menitikberatkan pada latihan

berbicara juga dibuat untuk kerja kelompok yang diakhiri dengan Talking

Stick Game. Sementara itu, media kartu dirancang untuk aktivitas Make

a Match Game di luar kelas.

Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada

perencanaan tindakan yang telah dibuat. Materi yang disajikan pada siklus

II adalah tentang binatang kesayangan. Siklus II dilaksanakan dalam 3 kali

pertemuan yaitu pada tanggal 27 dan 29 Juli untuk penerapan teknik Pow-

Tega dengan media Pic-Pow dan pada tanggal 5 Agustus untuk tes

kompetensi speaking materi teks deskriptif siklus II.

Pertemuan pertama pada sikus II kegiatan diawali guru dengan

membuka pelajaran dengan pertanyaan tentang materi yang telah

diberikan pada pertemuan yang lalu. Setelah itu, guru memberi apersepsi

tentang kompetensi speaking yang akan dicapai. Tidak lupa guru

menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru menunjukan slide

show scrable game, sementara peserta didik yang bisa menjawab dengan

benar diberi skor. Setelah aktivitas scrable game berakhir, guru memberi

model berbicara tentang Frenky (kucing) dengan teknik Power Teaching

dibantu media Pic-Pow yang telah dilengkapi dengan suara guru dengan

menerapkan langkah-langkah: 1) Class- Yes, 2) Micro Lecture, 3) Teach-

O.K, 4) Score Board, 5) Hands and eyes, 6) Comprehension Check.

Setelah aktivitas modeling dirasa cukup, guru membagi peserta

didik menjadi 5 kelompok secara heterogen dan membagikan lembar

kerja kelompok. Peserta didik berlatih berbicara tentang Frenky dalam

kelompoknya masing-masing dibantu guided questions. Setelah itu, Guru

Page 21: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

menunjuk salah satu anggota kelompok dengan talking stick untuk

berbicara mendeskripsikan Frenky (kucing) dibantu media Pic-Pow.

Setelah aktivitas Talking Stick berakhir, guru membagikan kartu

soal dan jawaban kepada peserta didik secara acak. Guru menyuruh

peserta didik untuk keluar kelas. Peserta didik mencari pasangan masing-

masing, sementara peserta didik yang telah menemukan pasangannya

diperkenankan masuk kelas. 3 pasang paling cepat berdiri di depan

kelas. Guru memberi penghargaan kepada 3 pasangan tercepat dengan

jawaban benar dan membahas hasil kerja peserta didik.

Pertemuan kedua langkah awal yang dilakukan guru adalah

dengan membuka pertanyaan tentang kegiatan pada pertemuan yang

lalu. Selanjutnya, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus

dicapai pada pertemuan ini. Kemudian pada kegiatan inti guru

menunjukan slide show scrable game, sementara peserta didik yang bisa

menjawab dengan benar diberi skor. Setelah aktivitas scrable game

berakhir, guru memberi model berbicara tentang Tobey Marguire dengan

teknik Power Teaching dibantu media Pic-Pow dengan menerapkan

langkah-langkah: 1) Class- Yes, 2) Micro Lecture, 3) Teach-O.K, 4) Score

Board, 5) Hands and eyes, 6) Comprehension Check. Setelah aktivitas

modeling dirasa cukup, guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok

secara heterogen dan membagikan lembar kerja kelompok. Peserta didik

berlatih berbicara dalam kelompoknya masing-masing dibantu guided

questions. Setelah itu, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok

dengan talking stick untuk berbicara tentang Brownie (kelinci) dengan

media Pic-Pow.

Setelah aktivitas Talking Stick berakhir, guru membagikan kartu

soal dan jawaban tentang Brownie kepada peserta didik secara acak.

Peserta didik mencari pasangan masing-masing dan guru memberi

penghargaan kepada 3 pasangan tercepat dengan jawaban benar.

Berdasarkan data pengamatan pada siklus II dapat diketahui Aktivitas

belajar speaking mengalami peningkatan dibandingkan kondisi awal. Jika

Page 22: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

22 |

dibandingkan dengan siklus Il rerata skor aktivitas meningkat dari 2.93

menjadi 3.56. Pada siklus II ini, jumlah peserta didik yang memiliki rerata

skor 3 atau lebih adalah 24 peserta didik (96%). Hal ini menunjukkan

adanya peningkatan dari 56 % pada siklus I menjadi 96% pada siklus II.

Hal ini berarti telah mencapai indikator keberhasilan dari penelitian ini

yaitu, persentase jumlah peserta didik yang mencapai skor ≥ 3,00

meningkat dari 24 % menjadi 75%. Skor ≥ 3,00 (kualifikasi baik)

merupakan skor aktivitas peserta didik dalam skala maksimum 4

(kualifikasi sangat baik).

Berdasarkan hasil tes kompetensi speaking materi teks deskriptif,

ketuntasan klasikal untuk setiap aspek juga mengalami kenaikan yaitu dari

100 %, (aspek pelafalan) 48 % (aspek tata bahasa), 48% (aspek

kelancaran) dan 76% (aspek isi) pada siklus I menjadi 100%, 84%,88%

dan 88% pada siklus II. Secara keseluruhan, nilai akhir kompetensi

speaking siklus II jika dibandingkan dengan siklus I ni lai rata-rata naik dari

76.6 menjadi 83. Di samping itu, persentase ketuntasan klasikal juga

mengalami kenaikan dari 76% pada siklus I menjadi 92%. Hal ini sudah

memenuhi indikator keberhasilan dari penelitian ini yaitu persentase

ketuntasan klasikal nilai kompetensi speaking meningkat dari 24 %

menjadi lebih dari 75 % peserta didik memperoleh nilai tes kompetensi

speaking ≥ 76.

Dalam pelaksanaan tindakan ada beberapa hal yang menjadi

catatan, yaitu: 1) Peserta didik sudah memahami aturan Pow-Tega (Power

Teaching and Game) selama mengikuti pembelajaran speaking, sehingga

kegiatan pembelajaran speaking berjalan lancar, 2) Pada pertemuan II

siklus II semua peserta didik sudah mendapatkan pasangannya masing-

masing pada aktivitas Make a Match Game, 3) Semua peserta didik

terlibat dalam kerja sama kelompok dan karakter percaya diri mulai

berkembang, 4) Kegiatan Make a Match Game yang berlangsung di luar

kelas membuat peserta didik lebih antusias dan bergairah dalam

Page 23: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

mengikuti permainan, 5). Di antara empat langkah pembelajaran dengan

menggunakan teknik Pow-Tega yang paling disenangi peserta didik

adalah kegiatan Make a Match Game dan kegiatan Power Teaching

langkah score board.

Selain itu, dapat ditemukan beberapa kelebihan teknik Pow-Tega.

Di antaranya adalah sebagai berikut:1) Teknik Pow-Tega merupakan

gabungan dari empat model pembelajaran CTL, sehingga kelebihan dari

keempat model pembelajaran tersebut dirasakan oleh guru dengan

diterapkannya teknik Pow-Tega, 2) Kegiatan Scrable game sangat cocok

untuk kegiatan BKOF, 3) Melalui aktivitas Power Teaching dengan media

Pic-Pow, peserta didik secara tidak langsung diajak untuk berlatih

konsentrasi dan fokus terhadap penjelasan dan model dari guru, 4) Media

Pic-Pow sangat bermanfaat untuk menginspirasi peserta didik saat

berbicara mendeskripsikan binatang kesayangan yang ada dalam gambar

tersebut, 5) Aktivitas Power Teaching sangat efektif untuk tahap modeling

of the text karena dalam aktivitas ini ada kegiatan simulasi, role play, dan

kerja sama antar peserta didik, 6) Aktivitas Talking Stick, sangat efektif

untuk tahap pembelajaran Joint Construction of the Text karena semua

peserta didik termotivasi untuk berinisiatif dalam berlatih berbicara

sesuai dengan waktu dalam kelompoknya. 7) Aktivitas Make a Match

Game sangat efektif untuk mengecek pemahaman peserta didik terhadap

materi teks deskriptif yang sedang menjadi topik pembicaraan.

Pembahasan Hasil Tiap Siklus

Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya

aktivitas belajar, dan kompetensi speaking. Masalah tersebut dikarenakan

guru belum menerapkan teknik dan media yang menarik dan variatif,

sehingga kegiatan speaking dianggap sulit, kurang menarik dan monoton.

Perlu penerapan gabungan teknik inovatif pembelajaran dengan media

yang tepat. Teknik yang dimaksud adalah Gabungan antara teknik Power

Teaching dan Game (Pow-Tega) dengan media Pic-Pow.

Page 24: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

24 |

Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 2 siklus. Penerapan

teknik Pow Tega dengan media Pic-Pow pada siklus I dan II berbeda.

Pada siklus I teknik Pow-Tega tidak melibatkan peserta didik di luar kelas,

sedangkan pada siklus II melibatkan peserta didik di luar kelas. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa penerapan teknik Pow-tega dengan

media Pic-Pow berdampak pada peningkatan aktivitas peserta didik dan

kompetensi speaking

Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar peserta didik diamati pada aspek

memperhatikan penjelasan guru dengan antusias, merespon dan

menirukan model dari guru, bekerja sama dengan peserta didik lain, dan

mempunyai gagasan dalam pemecahan masalah. Hasil pengamatan

menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal, siklus I dan siklus II.

Persentase jumlah peserta didik dengan skor aktivitas belajar ≥ 3.00

(kualifikasi baik atau baik sekali) mengalami peningkatan. Berikut adalah

grafik peningkatan skor rata-rata hasil observasi aktivitas peserta didik.

Grafik di atas menunjukkan bahwa rerata skor aktivitas belajar peserta

didik dari kondisi awal, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada

2.39

2.93

3.56

0

1

2

3

4

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Grafik 1. Peningkatan Skor Rata-rata Aktivitas Siswa

Page 25: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

siklus I rerata skor naik 0.54 yaitu dari 2.39 menjadi 2.93. Pada siklus II

rerata skor naik 0.6 yaitu dari 2.39 menjadi 3.56. Persentase jumlah

peserta didik dengan skor aktivitas belajar ≥ 3.00 (kualifikasi baik atau baik

sekali) juga mengalami peningkatan. Berikut adalah grafik peningkatan

persentase jumlah peserta didik yang mencapai skor ≥ 3.00.

Grafik di atas menunjukkan peningkatan bahwa di kondisi awal 24%, pada

siklus I meningkat menjadi 56% dan pada siklus II meningkat menjadi

96%. Pada indikator kinerja penelitian, indikator keberhasilan direfleksikan

persentase jumlah peserta didik mencapai skor ≥ 3,00 meningkat dari 24

% menjadi lebih dari 75%. Skor ≥ 3,00 (kualifikasi baik) merupakan skor

aktivitas peserta didik dalam skala maksimum 4 (kualifikasi sangat baik).

Dengan melihat aktivitas belajar maka pada siklus II telah tercapai

indikator tersebut. Melalui penerapan teknik Pow-Tega dengan media Pic-

Pow guru dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik peserta didik

kelas VIII-6 dari kondisi awal 24% menjadi 96%.

Kompetensi Speaking

Nilai kompetensi speaking dilihat dari setiap aspeknya mengalami

peningkatan dari kondisi awal ke siklus I dan siklus II. Berikut adalah

perbandingan nilai dari kondisi awal, siklus I dan siklus II di lihat dari setiap

24%

56%

96%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Grafik 2. Peningkatan Persentase Jumlah siswa yang mencapai skor Aktivitas siswa ≥

3,00

Page 26: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

26 |

aspeknya. Peningkatan persentase jumlah peserta didik yang mencapai

nilai ≥ 76 untuk setiap aspek penilaian dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik di atas menunjukkan peningkatan persentase jumlah peserta didik

yang tuntas bahwa untuk aspek pelafalan di kondisi awal 32%, pada siklus

I meningkat menjadi 100% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%.

Pada aspek tata bahasa di kondisi awal 12%, pada siklus I meningkat

menjadi 48% dan pada siklus II meningkat menjadi 84%. Pada aspek

kelancaran di kondisi awal 12%, pada siklus I meningkat menjadi 48% dan

pada siklus II meningkat menjadi 88%. Persentase jumlah peserta didik

yang mencapai nilai akhir kompetensi speaking ≥ 76 juga mengalami

peningkatan. Berikut adalah grafik peningkatan persentase jumlah peserta

didik yang mencapai nilai ≥ 76.

Pelafalan Tata Bahasa Kelancaran Isi

32%

12% 12%

20%

100%

48% 48%

76%

100%

84%88% 88%

Grafik 3. Peningkatan Persentase Ketuntasan Klasikal Per Aspek

Pra Siklus Sikus I Siklus II

Page 27: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

Grafik 4. Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Klasikal Kompetensi

Speaking

Grafik di atas menunjukkan peningkatan bahwa di kondisi awal 24%, pada

siklus I meningkat menjadi 64% dan pada siklus II meningkat menjadi

92%. Pada indikator kinerja penelitian, indikator keberhasilan direfleksikan

dengan persentase jumlah peserta didik yang mencapai rerata nilai

kompetensi speaking ≥ 76 meningkat dari 24 % menjadi lebih dari 75%

peserta didik. Dengan melihat nilai kompetensi speaking pada siklus II

maka telah tercapai indikator tersebut. Melalui penerapan teknik Pow-

Tega dengan media Pic-Pow guru dapat meningkatkan kompetensi

speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 yaitu dari kondisi

awal 24% menjadi 92%.

Hasil Tindakan

Berdasarkan perbandingan data kondisi awal, siklus I dan siklus II

yang dijabarkan dalam pembahasan dapat disimpulkan tindakan yang

dilakukan pada siklus I maupun siklus II berpengaruh pada peningkatan

baik karakter percaya diri, aktivitas belajar maupun, kompetensi speaking.

Aktivitas belajar peserta didik juga mengalami peningkatan dari

rata-rata skor 2.39 menjadi 3.56. pada kondisi akhir, berarti meningkat

1.17. Persentase jumlah peserta didik yang mencapai rata-rata skor ≥3

24%

64%

92%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Page 28: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

28 |

(kualifikasi baik) juga meningkat dari 24% pada kondisi awal menjadi 96%

pada kondisi akhir, berarti meningkat 72%.

Kompetensi speaking materi teks deskriptif juga mengalami

peningkatan dari rata-rata nilai 69.59 menjadi 83 pada kondisi akhir,

berarti meningkat 13.41. Persentase jumlah peserta didik yang mencapai

nilai ≥76 (kualifikasi baik) juga meningkat dari 24% pada kondisi awal

menjadi 92% pada kondisi akhir, berarti meningkat 68%. Peningkatan

paling signifikan ada pada aspek pelafalan yaitu dari 32% pada kondisi

awal menjadi 100% pada kondisi akhir, berarti meningkat 68%.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis yang

menyatakan: Teknik Pow-tega dengan Media Pic-Pow dapat

meningkatkan karakter percaya diri, aktivitas peserta didik dan

kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 SMP

N 1 Slawi Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2011-2012 terbukti.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pelaksanaan tindakan, peneliti dapat menarik

kesimpulan bahqwa: 1) teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow dapat

meningkatkan aktivitas peserta didik kelas VIII-6 SMP N 1 Slawi, semester

gasal tahun pelajaran 2011-2012, 2) teknik Pow-Tega dengan media Pic-

Pow dapat meningkatkan kompetensi speaking materi teks deskriptif

peserta didik kelas VIII-6 SMP N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran

2011-2012.

Saran

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini

adalah: 1) guru perlu merancang pembelajaran yang baik, meliputi

perencanaan penggunaan teknik dan media pembelajaran yang

diperlukan agar pembelajaran lebih efektif, 2) guru dapat menggunakan

Page 29: model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow dalam pembelajaran speaking

materi teks deskriptif agar kompetensi peserta didik lebih meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas 2002. Pendekatan Kontekstual ; Contextual Teaching and Learning. Jakarta: Direktorat PLP

Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah. Pedoman Khusus Mata Pelajaran :Jakarta. Dharma Bhakti.

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.

Healey, Deborah, 2009.Power Teaching. http://www.powerteachers.net/ (diunduh tanggal 20 Maret 2011).

Moleong Lexy J, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Montolalu.B.E.F. Cet. Ke-8. 2008. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta.

Universitas Terbuka.

OudaTeda Eda.2003. Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Putri, Mertha Tyananda.2011. Penerapan Model Power Teaching dan

Cooperative Script untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia dalam Meringkas Isi Wacana Cerita. Skripsi, Jurusan KSDP, FIP, Universitas Negeri Malang.

Subandi, 2009. Peningkatan Kemampuan Listening Teks Descriptive dengan Teknik Quiz pada peserta didik kelas 8-4 semester gasal

tahun pelajaran 2009-2010”.

Suwandi, Sarwiji, 2010. Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma

Pustaka.

Slameto, 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:

P.T. Rineka Cipta.

Soeparno, 1988. Media Pengajaran Bahasa, Klaten: Intan Pariwara.

Thornburrie, Scott. How To Teach Speaking.Cina. Longman.