mklh beriliosis n alveolis alrgika ext

Upload: yandra-wijaya

Post on 12-Jul-2015

652 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUANMenurut data yang kami temukan penyakit yangsering terjadi pada pekerja industri pesawat ruang angkasa adalah Beriliosis. Oleh karena itu, kami membahas tentang kespesifikan penyakit Beriliosis dan bagaimana respon imun dalam tubuh pekerja tersebut berupa Hipersensitivitas Pneumonitis ( Alveolitis Alergik Ekstrinsik) Penyakit Paru Akibat Pekerjaan terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya pada saat seseorang sedang bekerja. Lokasi tersangkutnya zat tersebut pada saluran pernafasan atau paru-paru dan jenis penyakit paru yang terjadi, tergantung kepada ukuran dan jenis partikel yang terhirup. Partikel yang lebih besar mungkin akan terperangkap di dalam hidung atau saluran pernafasan yang besar, tetapi partikel yang sangat kecil bisa sampai ke paru-paru. Di dalam paru-paru, beberapa partikel dicerna dan bisa diserap ke dalam aliran darah. Partikel yang lebih padat yang tidak dapat dicerna akan dikeluarkan oleh sistem pertahanan tubuh. Tubuh memiliki beberapa cara untuk membersihkan partikel yang terhirup: Di dalam saluran pernafasan, lendir akan membungkus partikel, sehingga bisa lebih mudah dikeluarkan melalui batuk Di dalam paru-paru, sel-sel pembersih tertentu, akan menelan partikel tersebut dan melenyapkannya. Partikel yang berbeda akan menghasilkan reaksi yang berbeda pula di dalam tubuh. Beberapa partikel (misalnya serbuk tanaman) dapat menyebabkan reaksi alergi seperti rinitis alergika atau asma.Serbuk batubara, karbon dan oksida perak tidak menimbulkan reaksi yang berarti dalam paru-paru. Serbuk silika dan asbes bisa menimbulkan jaringan parut yang menetap pada jaringan paru-paru (fibrosis paru). Dalam jumlah yang cukup besar, asbes bisa menyebabkan kanker pada perokok. Orang-orang yang memiliki resiko menderita penyakit paru akibat pekerjaan: 1. Silikosis - penambang timah hitam, tembaga, perak dan emas

1

- penambang batubara tertentu (misalnya peledak atap) - pekerja pengecoran logam - pembuat keramik - pemotong batu pasir atau granit - pekerja terowongan - pembuat alat pengampelas sabun - pekerja peledak pasir 2. Paru-paru hitam, ditemukan pada pekerja batubara 3. Asbestosis - pekerja yang menambang, menggiling atau mengolah asbes - pekerja bangunan yang memasang atau memindahkan barang-barang yang mengandung asbes 4. Beriliosis terjadi pada pekerja ruang angkasa 5. Pneumokoniosis jinak - tukang las - penambang besi - pekerja barium - pekerja perak 6. Asma akibat pekerjaan terjadi pada orang-orang yang bekerja dengan: - gandum - kayu sedar merah dari daerah barat - kacang kastor - pewarna - antibiotik - damar - teh - enzim-enzim yang digunakan pada pembuatan sabun cuci, gandum dan bahan-bahan kulit 7. Bissinosis terjadi pada pekerja yang mengolah: - kapas - rami - goni - tanaman yang menghasilkan serat dan biji-bijian 8. Penyakit Silo filler ditemukan pada petani. 2

Dalam makalah ini, kami akan membahas lebih spesifik tentang Beriliosis dan alveolitis alergika.

3

BAB II

PEMBAHASANII.1 BeriliosisII.1.1 Definisi Berilliosis adalah suatu peradangan paru-paru yang terjadi akibat menghirup debu atau asap yang mengandung berilium. Dulu berillium biasa digali dan disuling untuk digunakan dalam industri elektronik dan kimia dan dalam pembuatan bola lampu pijar. Sekarang berillium terutama digunakan untuk industri pesawat ruang angkasa. Selain pekerja industri tersebut, orang-orang yang tinggal di sekitar tempat penyulingan juga bisa terkena beriliosis. II.1.2 Etiologi Penyebab utama terjadinya beriliosis adalah berilium Berilium (Wiktionary:beryllium) adalah unsur kimia yang mempunyai simbol Be dan nomor atom 4. Unsur ini beracun, bervalensi 2, berwarna abu-abu baja, kukuh, ringan tetapi mudah pecah. Berilium adalah logam alkali tanah, yang kegunaan utamanya adalah sebagai bahan penguat dalam aloy (khususnya, tembaga berilium). Sifat-sifat Berilium mempunyai titik lebur tertinggi di kalangan logam-logam ringan. Modulus kekenyalan berilium kurang lebih 1/3 lebih besar daripada besi baja. Berilium mempunyai konduktivitas panas yang sangat baik, tak magnetik dan tahan karat asam nitrat. Berilium juga mudah ditembus sinar-X, dan neutron dibebaskan apabila ia dihantam oleh partikel alfa, (seperti radium dan polonium [lebih kurang 30 neutron-neutron/juta partikel alfa]). Pada suhu dan tekanan ruang, berilium tak teroksidasi apabila terpapar udara (kemampuannya untuk menggores kaca kemungkinan disebabkan oleh pembentukan lapisan tipis oksidasi).

4

Kegunaan

Berilium digunakan sebagai agen aloy di dalam pembuatan tembaga berilium. (Be dapat menyerap panas yang banyak). Aloy tembaga-berilium digunakan dalam berbagai kegunaan karena konduktivitas listrik dan konduktivitas panas, kekuatan tinggi dan kekerasan, sifat yang nonmagnetik, dan juga tahan karat serta tahan fatig (logam). Kegunaan-kegunaan ini termasuk pembuatan: elektroda pengelasan bintik, pegas, peralatan elektronik tanpa bunga api dan penyambung listrik.

Karena ketegaran, ringan, dan kestabilan dimensi pada jangkauan suhu yang lebar, Alloy tembaga-berilium digunakan dalam industri angkasa-antariksa dan pertahanan sebagai bahan penstrukturan ringan dalam pesawat berkecepatan tinggi, peluru berpandu, kapal terbang dan satelit komunikasi.

Kepingan tipis berilium digunakan bersama pemindaian sinar-X untuk menepis cahaya tampak dan memperbolehkan hanya sinaran X yang terdeteksi.

Dalam bidang litografi sinar X, berilium digunakan untuk pembuatan litar bersepadu mikroskopik. Karena penyerapan panas neutron yang rendah, industri tenaga nuklir menggunakan logam ini dalam reaktor nuklir sebagai pemantul neutron dan moderator.

5

Gambaran Mikroskopik Penderita Beriliosis

Awasan Berilium dan garamnya adalah bahan beracun dan berpotensi sebagai zat karsinogenik. Beriliosis kronik adalah penyakit granulomatus pulmonari dan sistemik yang disebabkan oleh paparan terhadap berilium. Penyakit berilium akut dalam bentuk pneumonitis kimia pertama kali dilaporkan di Eropa pada tahun 1933 dan di Amerika Serikat pada tahun 1943. Kasus beriliosis kronik pertama kali diperincikan dalam tahun 1946 di kalangan pekerja dalam kilang penghasilan lampu kalimantang. Beriliosis kronik menyerupai sarkoidisis dalam berbagai hal, dan diagnosis pembedaan adalah sulit. Walaupun penggunaan campuran berilium dalam lampu floresesns telah dihentikan pada tahun 1949, kemungkinan pemaparan berilium masih dapat mungkin terjadi di industri nuklir, penerbangan, pemurnian logam berilium, peleburan Alloy berkandungan berilium, pembuatan alat elektronik dan pengurusan bahan yang mengandung berilium. Pengkaji awal mencicipi berilium dan campuran-campurannya yang lain untuk rasa kemanisan untuk memastikan kehadirannya. Alat penguji canggih tidak lagi memerlukan prosedur beresiko tinggi ini dan percobaan untuk memakan bahan ini tidak patut dilakukan. Berilium dan campurannya harus dikendalikan dengan rapi dan pengawasan harus dijalankan ketika melakukan kegiatan yang memungkinkan

6

pelepasan debu berilium (kanker paru paru adalah salah satu dari akibat yanhg dapat ditimbulkan oleh pemaparan berpanjangan terhadap habuk berilium). Berilium ini harus dikendalikan dengan hati-hati dan prosedur tertentu harus dipatuhi. Tidak sepatutnya ada percobaan menggunakan berilium sebelum prosedur pengendalian yang tepat diperkenalkan dan dibiasakan.

Penampilan Berilium berwarna putih-kelabu metalik

Pengaruh Kesehatan Berilium adalah sangat berbahaya jika terhirup. Keefektivannya tergantung kepada kandungan yang dipaparkan dan jangka waktu pemaparan. Jika kandungan berilium di udara sangat tinggi (lebih dari 1000 g/m), keadaan akut dapat terjadi. Keadaan ini menyerupai pneumonia dan disebut penyakit berilium akut. Penetapan udara komunitas dan tempat kerja effektif dalam menghindari kerusakan paru-paru yang paling akut. Sebagian orang (1-15%) akan menjadi sensitif terhadap berilium. Orang-orang ini akan mendapat tindak balas keradangan pada sistem pernafasan. Keadaan ini disebut penyakit berilium kronik (CBD), dan dapat terjadi setelah pemamparan bertahuntahun terhadap tingkat berilium diatas normal {diatas 0.2 g/m). Penyakit ini dapat menyebabkan rasa lemah dan keletihan, dan juga sasak nafas. CBD dapat menyebabkan anoreksia, penyusutan berat badan, dan dapat juga menyebabkan pembesaran bagian kanan jantung dan penyakit jantung dalam kasus-kasus peringkat lanjut. Sebagian orang yang sensitif kepada berilium mungkin atau mungkin tidak akan mendapat simptom-simptom ini. Jumlah penduduk pada umumnya jarang

7

mendapat penyakit berilium akut atau kronik Karena kandungan berilium dalam udara biasanya sangat rendah (0.00003-0.0002 g/m). Menelan berilium tidak pernah dilaporkan menyebabkan efek kepada manusia Karena berilium diserap sangat sedikit oleh perut dan usus. Ulser dikesan pada anjing yang mempunyai berilium pada makannanya. Berilium yang terkena kulit yang mempunyai luka atau terkikis mungkin akan menyebabkan radang atau ulser. Pemamparan jangka masa panjang kepada berilium dapat meningkatkan risiko menghidap penyakit kanker paru paru. Pemaparan berilium terutama terjadi melalui penghirupan asap atau debu berilium dan kontak langsung melalui kulit yang terluka. Menghirup berilium (Be) bisa menyebabkan 2 gejala paru-paru, yaitu pneumonitis kimia akut dan penyakit paru granulomatosa yang disebut penyakit berilium kronis atau beriliosis. Pada penyakit berilium akut, logam ini bertindak sebagai iritan kimia langsung, yang menyebabkan suatu reaksi peradangan non-spesifik. Dengan semakin meningkatnya higienis dalam bidang industri, pada saat ini penyakit berilium akut sudah menghilang. Beriliosis masih ditemukan di industri pengolahan berilium, dimana para pekerjanya terpapar oleh asap atau debu berilium. Beriliosis berbeda dari penyakit akibat pekerjaan lainnya dimana masalah paruparu hanya timbul pada orang yang sensitif terhadap berillium, yaitu sekitar 2% dari mereka yang kontak dengan berillium. Penyakit ini dapat muncul bahkan pada mereka yang terpapar berillium dalam waktu yang singkat dan gejalanya baru timbul setelah 10-20 tahun.

8

II.1.3 Gejala Penderita pneumonitis kimia akut, akan mengalami batuk, gangguan pernafasan dan penurunan berat badan secara tiba-tiba. Bentuk yang akut juga dapat mengenai kulit dan mata. Pada beriliosis terbentuk jaringan abnormal pada paru-paru yang disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Pada keadaan ini, gejala-gejala seperti batuk, ganggauan pernafasan dan penurunan berat badan terjadi secara bertahap. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: - nyeri dada - nyeri sendi - lelah. II.1.4 Diagnosa Untuk menegakkan diagnosis beriliosis, harus memenuhi 3 kriteria berikut: adanya riwayat pemaparan berilium hasil positif dari pemeriksaan BeLPT (beryllium lymphocyte proliferation test) terhadap darah atau BAL (bronchoalveolar lavage) adanya granuloma non-kaseosa pada biopsi paru. Jika hasil BeLPT positif tetapi hasil biopsinya negatif, maka tidak dikatakan menderita beriliosis, hanya dikatakan telah tersensitisasi oleh berilium.

9

II.1.5 Pengobatan Indikasi dilakukannya pengobatan didasarkan kepada: adanya gejala hasil tes fungsi paru yang abnormal penurunan fungsi paru. Jika kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Pengobatan terpilih adalah corticosteroid. Belum ada kesepakatan mengenai dosis maupun lamanya pemberian corticosteroid. Pada awalnya diberikan prednisone peroral (melalui mulut) dengan dosis 20-40 mg/hari selama 4-6 minggu, selanjutnya dosisnya diturunkan sesuai dengan respon klinis yang terjadi. Kepada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pemberian corticosteroid atau penderita yang mengalami efek samping yang serius akibat pemberian corticosteroid, diberikan methotrexat. Pada stadium lanjut, dianjurkan untuk menjalani pencangkokan paru-paru.

II. 2 Alveolitis Alergika EkstrinsikII.2.1. Definisi Inhalasi partikel organik atau gas dapat menyebabkan perubahan respons pulmonar, yang ditandai oleh peningkatan resistensi aliran udara di saluran napas sehingga menyebabkan asma. Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik, Pneumonitis Interstisial Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah suatu peradangan paru yang terjadi akibat reaksi alergi terhadap alergen (bahan asing) yang terhirup. Alergen bisa berupa debu organik atau bahan kimia (lebih jarang). Debu organik bisa berasal dari hewan, jamur atau tumbuhan.

10

II.2.2 Etiologi Pneumonitis hipersensitivitas biasanya merupakan penyakit akibat pekerjaan, dimana terjadi pemaparan terhadap debu organik ataupun jamur, yang menyebabkan penyakit paru akut maupun kronik. Pajanan terhadap isosianat aerosol dapat mengakibatkan pneumonitis hipersensitivitas, walaupun jarang terjadi (1%).

Contoh Reaksi Hipersensitivitas Pemaparan juga bisa terjadi di rumah, yaitu dari jamur yang tumbuh dalam alat pelembab udara, sistem pemanas maupun AC. Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu pada saat penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit kronik disertai perubahan pada foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan jangka panjang. Penyakit kronik bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan parut pada paru). Contoh dari pneumonitis hipersensitivitas yang paling terkenal adalah paru-paru petani (farmer's lung), yang terjadi sebagai akibat menghirup bakteri termofilik di gudang tempat penyimpanan jerami secara berulang.Hanya sebagian kecil orang yang menghirup debu tersebut yang akan mengalami reaksi alergi dan hanya sedikit dari orang yang mengalami reaksi alergi, yang akan menderita kerusakan paru-paru yang 11

menetap. Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas dan penyakit ini, pemaparan terhadap alergen harus terjadi secara terus menerus dan sering. Penyakit Paru-paru petani Paru-paru pemelihara burung Paru-paru peternak burung dara Paru-paru pemelihara Paru-paru penyejuk ruangan Bagassosis Paru-paru pekerja jamur Paru-paru pekerja gabus (Suberosis) Penyakit kayu maple Paru-paru pekerja gandum Sequoiosis Paru-paru pekerja keju Penyakit kumbang gandum Paru-paru pekerja kopi Paru-paru pekerja atap Paru-paru pekerja kimia Bahan kimia yang digunakan untuk membuat serabut busa poliuretan, penyekatan, molding, karet tiruan dan bahan pembungkus Kayu maple yang berjamur Gandum yang berjamur Debu kayu merah yang berjamur Keju yang berjamur Tepung gandum yang terinfeksi Biji kopi Serabut atau tali yang digunakan untuk atap Gabus yang berjamur Pelembab udara, penyejuk ruangan Limbah tebu Pupuk jamur Kotoran betet, burung dara, ayam Sumber Partikel Debu Jerami yang berjamur

12

II.2.3 Gejala Gejala dari pneumonitis hipersensitivitas akut: - batuk - demam - menggigil - sesak nafas - merasa tidak enak badan dan sakit kepala Masa inkubasi 2 sampai 9 jam setelah pajanan. Umumnya gejala mencapai puncaknya 8 sampai 12 jam setelah pajanan dan berkurang setelah 12 sampai 24 jam bebas pajanan. Gejala pneumonitis hipersensitivitas subakut : Terjadi perlahan-lahan setelah beberapa hari atau minggu, ditandai dengan batuk, dan dapat berkembang menjadi sesak hebat disertai sianosis yang memerlukan perawatan rumah sakit segera. Gejala pneumonitis hipersensitivitas kronis: - sesak nafas, terutama ketika melakukan kegiatan - batuk kering - nafsu makan berkurang - penurunan berat badan. Gejala kronik timbul perlahan-lahan setelah beberapa bulan berupa peningkatan gejala batuk dan sesak saat bekerja. Lemas dan penurunan berat badan mungkin merupakan gejala yang menonjol II.2.4 Diagnosis 1. anamnesis 2. Pemeriksaan fisis Pada pemeriksaan dengan stetoskop, terdengar suara pernafasan ronki di basal atau kedua lapangan paru, pada keadaan akut sering dijumpai demam, takikardi, takipnu setelah pajanan dan dapat pula disertai leukositosis dan limfopenia. Pada 13

penyakit yang berat dapat terjadi sianosis dan komplikasi gagal jantung kanan disertai fibrosis tanpa disertai jari tabuh. Gejala dan tanda pneumonitis hipersensitivitas dapat hilang dalam beberapa hari sampai beberapa bulan setelah bebas pajanan. Pemeriksaan yang biasa dilakukan:

Rontgen dada Tes fungsi paru Pemeriksaan fungsi paru menunjukkan restriksi dengan penurunan compliance dan gangguan pertukaran gas. Pada keadaan akut didapatkan penurunan kapasitas vital paksa; walaupuN didapatkan perubahan ventilasi perfusi regional, resistensi saluran napas masih normal. Tekanan karbon dioksida biasanya turun akibat hiperventilasi alveolar. Beberapa penelitian mendapatkan penurunan kapasitas difusi beberapa jam setelah terpajan isosianat. Penurunan fungsi paru pada keadaan akut akan membaik setelah beberapa hari; gejala dapat menetap beberapa minggu pada keadaan penurunan fungsi paru dan kapasitas difusi yang berat. Pada keadaan subakut mungkin hanya dijumpai penurunan kapasitas difusi dan compliance paru; pada fase kronik dapat berkembang menjadi fibrosis yang progresif, perubahan saluran napas obstruktif dan restriktif; 1/3 kasus kronik dapat memberi gambaran seperti emfisema.

Hitung jenis darah Pemeriksaan antibodi Pemeriksaan Imunologi mendapatkan IgG spesifik antibodi isosianat HAS (human serum albumin)

Presipitan aspergillus CAT scan dada resolusi tinggi Bronkoskopi disertai pencucian atau biopsi transtrakeal.

3. 4.

Penemuan pajanan lingkungan. Gambaran radiologik bervariasi Dapat normal walaupun pada pasien dengan gejala. Pada fase akut dapat dijumpai nodul kecil, batas tidak tegas, uniform, diskret dan difus, dapat juga ditemukan infiltrat interstisial atau difus dengan atau tanpa nodul. Pada fase kronik dapat dijumpai fibrosis. Kelainan yang jarang dijumpai pada pneumonitis hipersensitif 14

adalah efusi pleura atau penebalan, pembesaran kelenjar hilus, kalsifikasi, kavitas, atelektasis dan lesi mata uang (coin lesions).Pada biopsi paru didapatkan lesi granulomatosis dan pada bilasan bronkoalveolar dijumpai limfositosis.

II.2.5 Pengobatan Pneumonitis hipersensitvitas episode akut, biasanya akan sembuh jika kontak yang lebih jauh dengan alergen dihindari. Kortikosteroid sistemik dapat mengurangi gejala pada keadaan akut, tetapi penggunaan secara kronik tidak dianjurkan Bila terjadi penyakit yang lebih berat, untuk mengurangi gejala dan membantu mengurangi peradangan yang lebih berat, bisa diberikan corticosteroid (misalnya prednisone). Episode berkelanjutan atau berulang bisa mengarah ke terjadinya penyakit yang menetap. Fungsi paru-paru bisa semakin memburuk sehingga perlu diberikan terapi oksigen tambahan II.2.6 Pencegahan Pencegahan terbaik adalah menghindari pemaparan terhadap alergen, yaitu dengan cara berganti pekerjaan. Meniadakan atau mengurangi debu atau menggunakan masker pelindung bisa membantu mencegah berulangnya penyakit.

15

Menangani limbah jerami secara kimiawi dan menggunakan sistem ventilasi yang baik, membantu mencegah pemaparan dan sensitisasi pekerja terhadap bahan-bahan ini

16

BAB III PENUTUPIII. 1 Kesimpulan 1. Penyakit Paru Akibat Pekerjaan terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya pada saat seseorang sedang bekerja. 2. Berilliosis adalah suatu peradangan paru-paru yang terjadi akibat menghirup debu atau asap yang mengandung berilium. 3. Penyebab utama terjadinya beriliosis adalah beriliumBerilium adalah logam alkali tanah, yang kegunaan utamanya adalah sebagai bahan penguat dalam aloy (khususnya, tembaga berilium). 4. Pada beriliosis terbentuk jaringan abnormal pada paru-paru yang disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Pada keadaan ini, gejala-gejala seperti batuk, ganggauan pernafasan dan penurunan berat badan terjadi secara bertahap. 5. Indikasi dilakukannya pengobatan didasarkan kepada: adanya gejala hasil tes fungsi paru yang abnormal o penurunan fungsi paru 6.Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik, Pneumonitis Interstisial Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah suatu peradangan paru yang terjadi akibat reaksi alergi terhadap alergen (bahan asing) yang terhirup 7. Pneumonitis hipersensitivitas biasanya merupakan penyakit akibat pekerjaan, dimana terjadi pemaparan terhadap debu organik ataupun jamur, yang menyebabkan penyakit paru akut maupun kronik

17

DAFTAR PUSTAKAhttp://ms.wikipedia.org/wiki/Berilium http://medicastore.com/med/detail_pyk.php? id=&iddtl=426&idktg=2&idobat=&UID=20070511110021219.83.0.29 http://72.14.235.104/search? q=cache:Wrbro585e5oJ:elearning.upnjatim.ac.id/courses/000000/document/BAB_10 _Pengelolaan_Pencemaran_Partikel.doc%3FcidReq %3D000000+beriliosis&hl=id&ct=clnk&cd=5&gl=id&lr=lang_id /escuela.med.puc.cl/paginas/Cursos/tercero/AnatomiaPatologica/Imagenes_ www.medicastore.com //www.kalbefarma.com/files/cdk/files/08_DampakInhalasiCatSemprot

18