minat siswa terhadap pembelajaran bahasa indonesia kelas...
TRANSCRIPT
MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
KELAS VIII DI SMP AL AMANAH DESA BAKTI JAYA
KECAMATAN SETU TANGERANG SELATAN BANTEN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh:
Rifqi Alim Anur
NIM. 1110013000067
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
KELAS VIII DI SMP AL AMANAH DESA BAKTI JAYA
KECAMATAN SETU TANGERANG SELATAN BANTEN
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Rifqi Alim Anur
NIM. 1110013000067
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi berjudul Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas
VIII di SMP Al Amanah, Desa Bakti Jaya, Kecamatan Setu,Tangerang Selatan,
Banten Tahun Pelajaran 2014/2015, disusun oleh Rifqi Alim Anur, NIM.
1110013000067, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada
tanggal 6 Maret 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1 (S.Pd) dalam bindang Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia.
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rifqi Alim Anur
NIM. : 1110013000067
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sasta Indonesia
Alamat : Jl. Tarumanegara nomor 45 Kav. 21 RT 001/009
Puri Cirendeu Indah (PCI) Cireundeu, Ciputat
Timur,Tangerang Selatan, Banten
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul “Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Bahasa
Indonesia Kelas VIII di SMP Al Amanah, Desa Bakti Jaya, Kecamatan Setu,
Tangerang Selatan, Banten, Tahun Pelajaran 2014/2015”, adalah benar hasil karya
sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama : Dra. Hindun, M.Pd.
NIP. : 19701215 200912 2 001
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, 30 Desember 2014
,
Rifqi Alim Anur
NIM. 1110013000067
ABSTRAK
Rifqi Alim Anur. NIM: 1110013000067. Skripsi“ Minat Siswa terhadap
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII di SMP Al Amanah Tahun Pelajaran
2014/2015 Desa Bakti Jaya Kecamatan Setu Tangerang Selatan Banten”. Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Dra. Hindun, M.Pd. Desember
2014.
Minat merupakan salah satu faktor psikologis yang dapat mempengaruhi belajar
untuk mencapai prestasi dalam mata pelajaran tertentu. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan tingkat minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa
Indonesia di SMP Al Amanah. Penelitian ini dilakukan di SMP Al Amanah. Populasi
penelitian adalah siswa SMP Al Amanah kelas VIII, terdiri dari enam kelas dengan
jumlah siswa 240 orang. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak
50% dari populasi yang ada dan sampelnya berjumlah 120 siswa, peneliti melakukan
penyebaran angket ke 120 siswa dengan 30 item pernyataan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dan untuk menguji hipotesis menggunakan penafsiran nilai persentase. Hal
ini dapat dilihat dari hasil analisis data, yaitu siswa kurang mempunyai perasaan
senang, motivasi, ketertarikan, semangat, dan dorongan dari seorang pendidik atau
guru maupun orang tua, terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, di dalam dunia
pendidikan keberadaan minat itu sangat diperlukan, karena minat merupakan suatu
sikap atau dorongan/motivasi yang dilakukan secara terus menerus agar tercapai
segala sesuatu yang diinginkan.
Penulis menyimpulkan bahwa, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
bahasa Indonesia di SMP Al Amanah masih perlu mendapatkan perhatian dan perlu
ditingkatkan lagi, karena mata pelajaran bahasa Indonesia sangat dibutuhkan dan juga
sebagai syarat siswa untuk lulus dalam ujian nasional.
Kata Kunci: Minat, Belajar, Bahasa Indonesia.
i
ABSTRACT
Rifqi Alim Anur. NIM : 1110013000067. Thesis ”I Interest in Learning Indonesian
Students to Class VIII in Al Amanah Junior High School Academic Year 2014/2015
Village Bakti Jaya District Setu of South Tangerang Banten“. Majors Indonesian
Literature and Language Education. Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences.
UIN Syarif Hidaytullah Jakarta. Supervisor: Dra. Hindun, M.Pd. December 2014.
Interest is one of the psychological factors that can affect learning for
achievement in a particular subject. The purpose of this study was to determine the
level of students interest in learning Indonesian language teaching in Al Amanah
Junior High School. This research was conducted in Al Amanah Junior High School.
The research of population was a student Al Amanah Junior High School in class
VIII, consists of six classes with anall of 240 students. In this research the authors
took a sample of 50 % of the population and the sample totaled 120 students,
researchers conducted a questionnaire to 120 students with 30 items statements.
In this research used a descriptive method using a qualitative approach and to the
test the hypothesis using the interpretation of the value percentage. It can be seen
from the results of the data analysis, the less students have a sense of excitement,
motivation, interest, enthusiasm, and encouragement of an educator or a teacher or a
parents, to the Indonesian subjects, in the interest of education where it is necessary,
because interest is an attitude or encouragement/motivation is done continuously in
order to achieve everything you want.
Finally, the authors conclude that, students interest in learning Indonesian
subjects in Al Amanah Junior High School still need attention and need to be
increased again, because Indonesian subjects is needed and very supportive of
students to pass or not in the national exams.
Keywords: interest, learn, Indonesia language.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
telah membimbing umat manusia untuk mengikuti petunjuk dan risalah yang
dibawanya, yakni menuju bahagia di dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan,
rintangan dan kesulitan yang penulis hadapi, tetapi berkat bantuan dan motivasi yang
tidak ternilai dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini, khususnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Hindun, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, selaku Penasehat Akademik
yang sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan
waktu dan pikiran di sela-sela kesibukannya untuk memberikan nasehat,
bimbingan, pengarahan, semangat, dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dona Aji Karunia Putra, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak dan Ibu dosen Faskultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia yang telah mendidik dan membimbing selama perkuliahan
berlangsung, semoga ilmu yang diberikan bermanfaat bagi penulis.
5. Drs. H. Oman Rohmanuddin, M.M. selaku kepala SMP Al Amanah, guru, dan
karyawan yang telah memperkenankan penulis mengadakan penelitian di SMP
iii
tersebut, dan memberikan bantuan serta informasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh staf Pusat Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan pelayanan dan fasilitas serta bahan pustaka yang penulis perlukan.
7. Ayahanda tercinta Anwar Syamsuddin dan Ibunda tersayang Ummu Baroat yang
telah menyayangi Ananda dengan penuh kasih sayang dan dengan semangat
disertai pengorbanannya yang senantiasa mendorong dan mendoakan ananda
untuk selalu berjuang dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Rekan-rekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia kelas A, B, dan C angkatan 2010. Senang berteman sama
kalian semua, sukses buat kita semua, terima kasih atas bantuan, dan motivasinya
sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per-satu, baik secara langsung
maupun tidak langsung turut memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berharap dan memanjatkan doa,
semoga amal baik semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan
kepada penulis senantiasa mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah
SWT dan berharap skripsi ini sekiranya dapat memberikan inspirasi dan manfaat bagi
penulis khususnya, dan bagi pembaca umumnya.
Jakarta, 11 Maret 2015
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi
Lembar Pengesahan Ujian Munaqasah
Surat Pernyataan Karya Sendiri
Abstrak …………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar ……………………………………………………………... iii
Daftar Isi …………………………………………………………………... v
Daftar Tabel ……………………………………………………………….. viii
Daftar Lampiran …………………………………………………………... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………… 5
C. Pembatasan Masalah …………………………………………. 6
D. Perumusan Masalah ………………………………………….. 6
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 7
F. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Minat …………………………………………………………. 8
1. Pengertian Minat ………………………………………….. 8
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat ………………… 10
3. Macam-Macam Minat …………………………………….. 13
4. Fungsi Minat dalam Belajar ……………………………….. 14
5. Cara Membangkitkan Minat Belajar ……………………… 16
6. Ciri-Ciri Orang yang Berminat Belajar …………………... 18
7. Indikator Minat dalam Belajar ……………………………... 19
v
8. Metode Pengukuran Minat ………………………………… 21
9. Pengukuran Minat Belajar ………………………………….. 23
B. Hakikat Belajar ………………………………………………… 24
1. Pengertian Belajar ………………………………………….. 24
2. Ciri-Ciri Balajar ……………………………………………. 27
3. Jenis-Jenis Belajar ………………………………………… 30
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ……………….. 33
C. Hakikat Bahasa Indonesia …………………………………….. 36
1. Pengertian Bahasa Indonesia ………………………………. 36
2. Fungsi Bahasa Indonesia …………………………………... 38
3. Tujuan dan Manfaat Kemahiran Bahasa …………………. 40
4. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar …………………… 41
5. Pembelajaran Bahasa Indonesia ………………………….. 42
6. Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia ……………………. 43
7. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Bahasa Indonesia …….. 45
D. Hasil Penelitian yang Relevan ………………………………… 46
E. Kerangka Berpikir …………………………………………… 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian …………………………………………….. 51
B. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………………. 51
C. Populasi dan Sampel ………………………………………….. 51
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………. 52
E. Instrumen Penelitian …………………………………………... 55
F. Teknik Analisis Data ………………………………………….. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Al Amanah …………………………… 57
1. Sejarah dan Perkembangan SMP Al Amanah ………………. 57
vi
2. Visi dan Misi ……………….. …………………………… 58
3. Susunan Personalia SMP Al Amanah ……………………… 58
4. Kurikulum …………….. ………………………………. 59
5. Pendidik, Peserta Didik, dan Tenaga Kependidikan ……….. 60
B. Hasil Analisis Data …………………………………………… 63
C. Pembahasan …………………………………………………… 83
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ……………………………………………………… 87
B. Saran …………………………………………………………... 88
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….... 89
UJI REFERENSI
LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa pada Pembelajaran
Bahasa Indonesia …………………………………………… 54
Tabel 4.1 Keadaan Tenaga Pendidik SMP Al Amanah ……………….. 60
Tabel 4.2 Keadaan Peserta Didik SMP Al Amanah Menurut Jenis
Kelamin ……………………………………………………... 61
Tabel 4.3 Keadaan Tenaga Kependidikan SMP Al Amanah …………... 62
Tabel 4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Al Amanah …………... 62
Tabel 4.5 Saya Merasa Senang dengan Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia …………………………………………………… 65
Tabel 4.6 Saya Hadir Ketika Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Diajarkan ………………………………………………….. 66
Tabel 4.7 Saya Bersemangat Ketika Mengikuti Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia …………………………………………………... 66
Tabel 4.8 Saya Tidak Merasa Bosan dalam Mempelajari Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia …………………………………………. 67
Tabel 4.9 Saya Mendengarkan dengan Baik Penjelasan Guru Mata
Pelajaran Bahsa Indonesia …………………………………. 67
Tabel 4.10 Saya Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Ketika ada
Waktu Senggang …………………………………………… 68
Tabel 4.11 Saya Mencatat Materi Bahasa Indonesia yang Dianggap
Penting yang Dijelaskan Guru di Kelas …………………... 69
Tabel 4.12 Saya Sering tidak Mencatat Materi Bahasa Indonesia yang ada
di Papan Tulis ……………………………………………... 69
Tabel 4.13 Saya Membaca dengan Cermat Materi Pelajaran Bahasa
Indonesia yang Dicatat Guru di Papan Tulis ……………….. 70
viii
Tabel 4.14 Saya Konsentrasi dalam Mengikuti Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia …………………………………………………… 70
Tabel 4.15 Saya Aktif Bertanya Bila Terdapat Materi Pelajaran Bahasa
Indonesia yang Sulit Dimengerti …………………………… 71
Tabel 4.16 Bahasa Indonesia Ketika Pembelajaran berlangsung ……….. 72
Tabe l 4.17 Saya Belajar Bahasa Indonesia Mempelajari Buku Paket yang
Diwajibkan Sekolah ……………………………………….. 72
Tabel 4.18 Saya Meminjam Buku Bahasa Indonesia dari Perpustakaan
untuk Mengembangkan Wawasan …………………………. 73
Tabel 4.19 Saya Berkonsultasi kepada Guru,Orang tua dan Saudara/teman
Jika Mengalami Kesulitan dalam Belajar Bahasa Indonesia … 73
Tabel 4.20 Saya Melanjutkan Materi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
dengan Teman Sekolah di Luar Jam Pelajaran ……………... 74
Tabel 4.21 Saya Suka Mengerjakan Soal Latihan pada Buku Pelajaran
Bahasa Indonesia untuk Memperluas Perngetahuan ………. 75
Tabel 4.22 Saya Suka Menghubungkan Materi Bahasa Indonesia dengan
Kegiatan Hidup Sehari-hari ………………………………... 75
Tabel 4.23 Saya Mengerjakan Tugas Pelajaran Bahasa Indonesia Tepat
Waktu ……………………………………………………….
Tabel 4.24 Saya Sering tidak Mengerjakan Latihan-latihan Soal di Rumah 76
yang Diberikan Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ……. 76
Tabel 4.25 Saya Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Penuh
Perhatian ……………………………………………………. 77
Tabel 4.26 Saya Mencoba Mempelajari dengan Teliti Ketika ada Materi
yang Tidak Mengerti ……………………………………….. 78
Tabel 4.27 Saya Mengikuti Pelajaran Bahasa Indonesia Sambil
MengerjakanTugas Pelajaran yang lain …………………… . 78
ix
Tabel 4.28 Saya Kurang Suka Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
Karena Isinya tidak Menarik ………………………………. 79
Tabel 4.29 Saya Berusaha Menjawab pertanyaan yang Diberikan oleh
Guru dengan Benar ………………………………………… 79
Tabel 4.30 Saya Mengerjakan Sendiri, Ketika diberi Tugas atau PR
Pelajaran Bahasa Indonesia oleh Guru ……………………. 80
Tabel 4.31 Saya Tidak Berusaha Membaca Buku Pelajaran Bahasa
Indonesia, Walaupun Pengetahuan Bahasa Indonesia Saya
Kurang ……………………………………………………... 81
Tabel 4.32 Saya Kurang Tertar ik Mengunjungi Perpustakaan untuk
Mendalami Lebih Lanjut Materi Pelajaran Bahasa Indonesia ... 81
Tabel 4.33 Saya Membaca Buku Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Sebelum Pelajaran Bahasa Indonesia di Mulai ……………. 82
Tabel 4.34 Saya Tidak Mempunyai Waktu Membaca Buku Pelajaran
Bahasa Indonesia, Karena Sibuk Dengan Pekerjaan lain …... 82
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Minat Belajar Siswa Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Lampiran 2 Wawancara dengan siswa kelas VIII SMP Al Amanah
Lampiran 3 Hasil wawancara dengan siswa kelas VIII SMP Al Amanah
Lampiran 4 Wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia
Lampiran 5 Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonersia
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 7 Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 8 Surat Permohon Izin Penelitian
Lampiran 9 Riwayat Penulis
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem
pendidikan nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan
dapat memberikan harapan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong
berbagai upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan
dunia pendidikan di Indonesia. Berbagai cara yang dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia seperti diterbitkannya kurikulum tahun
2013.
Pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.1 Sudirman dalam Hasbullah, pendidikan diartikan
“sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar
menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi
dalam arti mental”.2 Fungsi pendidikan adalah membimbing anak didik ke arah suatu
tujuan yang dinilai tinggi, pendidikan yang baik adalah suatu usaha yang berhasil
membawa semua anak didik kepada tujuan tersebut.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 45, berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
1 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003,
(Jakarta: Mini Jaya Abadi, 2003), Cet.1, h. 5.
2 Hasbullah. Dasar-dasar Pendidikan : Umum dan Agama Islam. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008), Ed. Rev., cet. 6, h. 1.
2
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.3
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, secara substansial memiliki kesamaan
pandangan bahwa pendidikan merupakan sebuah proses yang melibatkan orang
dewasa dan peserta didik dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya dan norma yang
berkembang di masyarakat. Maka pendidikan diselenggarakan dengan memberikan
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran, “pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan
budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat”.4
Peningkatan kualitas atau mutu pendidikan pada umumnya merupakan usaha
berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Maka
pendidikan nasional yang bermutu “diarahkan untuk pengembangan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
yang demokratis serta bertanggung jawab”.5
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah serta guru yang mengajar
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, perlu adanya perubahan ke arah yang lebih
serius karena mata pelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang
diikutsertakan dalam ujian nasional. Untuk meningkatkan kualitas hasil kegiatan
belajar mengajar bahasa Indonesia perlu adanya peningkatan kemampuan membaca,
dengan membaca anak didik akan lebih memahami maksud atau isi bacaan, anak
didik dapat menyelesaikan dan menjawab pertanyaan dengan mudah.
3 Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta :
Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 8 – 9.
4 Ibid., h. 9.
5 Peraturan Pemerintah RI. Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
(Jakarta : Sinar Grafika, 2009), Cet., 4, h. 58.
3
Maka masyarakat Indonesia dianjurkan oleh pemerintah untuk menempuh
pendidikan yang sudah ditentukan pemerintah minimal selama 12 tahun, dengan
menempuh pendidikan minimal selama 12 tahun, maka masyarakat akan dijamin
oleh pemerintah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Masyarakat tidak hanya
menempuh pendidikan minimal 12 tahun saja, tetapi bisa menempuh ke perguruan
tinggi untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang lebih baik dan menjadi orang
yang sukses di masyarakat.
Masyarakat dapat meraih semua jenjang pendidikan itu sesuai dengan kemauan
dan tingkat kemampuan yang ada pada diri masing-masing. Masyarakat terutama
anak didik harus menanamkan minat yang tinggi pada diri masing-masing, karena
menanamkan minat pada diri masing-masing dapat membuat seseorang terdorong
untuk meraih sesuatu yang diinginkan tersebut. Selain itu, dengan minat masyarakat
atau anak didik tidak akan mengalami kesulitan untuk memilih sesuatu yang menjadi
pilihan yang terbaik untuk diri sendiri.
Untuk menghadapi kesulitan anak didik dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
bisa diatasi dengan memberikan perintah kepada peserta didik agar lebih rajin dalam
membaca. Bila peserta didik sedang menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN)
pelajaran bahasa, mengadakan pemantapan materi yang diadakan dari sekolah atau
pun dari guru bahasa. Meskipun kegiatan pemantapan materi sudah diadakan, tetapi
masih ada saja peserta didik yang tidak lulus dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Jadi, mata pelajaran bahasa Indonesia masih belum mengalami peningkatan.
Sebagaimana diungkapkan Kementiran Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh, dalam
evaluasi hasil UAN SMP/MTs tahun pelajaran 2011/2012, khususnya dari distribusi
nilai akhir tiap mata pelajaran, diketahui bahwa nilai mata pelajaran bahasa
Indonesia paling rendah apabila dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Kondisi
rendahnya nilai UAN bahasa Indonesia ini sama dengan hasil nilai UAN untuk
jenjang SMA.
4
Belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif, dan
merupakan suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan.
Proses belajar adalah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotor yang terjadi pada peserta didik. Perubahan tersebut bersifat positif
dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.
Faktor-faktor penting yang sangat erat berhubungan dengan proses belajar ialah
kematangan, penyesuaian diri (adaptasi), menghafal atau mengingat, pengertian,
berpikir, dan latihan.
Setiap siswa menginginkan bahwa dirinya dapat berprestasi dengan baik atau
dengan kata lain bahwa hasil belajarnya dapat tercapai secara maksimal. Akan tetapi,
untuk mewujudkannya tidak mudah karena ada beberapa faktor untuk mencapai itu
semua. Belajar bukanlah usaha ringan, melainkan suatu usaha yang rajin, tekun, dan
terus-menerus yang semuanya memerlukan suatu usaha dan energi. Setiap siswa
mempunyai kebiasaan belajar masing-masing.
Perubahan tingkah laku merupakan salah satu tujuan belajar. Namun, ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik di antaranya
sarana dan prasarana sekolah masih kurang, lingkungan keluarga, dan dorongan
orang tua. Akan tetapi, yang lebih penting ialah faktor dari dalam diri siswa yakni
dorongan kuat yang disertai dengan adanya perasaan, kemauan keras, serta keinginan
untuk meningkatkan hasil belajar. Hal itu sering disebut dengan istilah minat.
Secara psikologis, minat itu berpengaruh dalam diri seorang siswa untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan oleh siswa itu sendiri. Dengan adanya, minat yang
kuat seseorang atau siswa akan mempunyai semangat yang kuat pula agar segala
yang diinginkannya dapat terwujud. Penulis dapat menyimpulkan bahwa minat itu
suatu sikap atau perasaan senang terhadap sesuatu yang diinginkan. Jika, seseorang
atau siswa mempunyai perasaan senang terhadap sesuatu dan seseorang atau siswa
tersebut akan berusaha secara terus-menerus untuk mendapatkan dan tidak akan
menyerah sebelum siswa itu memperoleh apa yang diinginkannya.
5
Kegiatan belajar di sekolah apabila seorang siswa mempunyai minat belajar
yang kuat terhadap salah satu mata pelajaran, contohnya minat belajar terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia. Maka, siswa itu pun akan terus-menerus untuk mengikuti
pelajaran bahasa Indonesia dengan perasaan yang senang dan siswa pun akan
mendapatkan nilai yang baik.
Dalam kegiatan belajar minat itu berperan sebagai kekuatan yang akan
mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat dalam belajar akan terus tekun
belajar, berbeda dengan siswa yang hanya menerima pelajaran yang hanya tergerak
untuk mau belajar tanpa ada minat yang ada dalam dirinya, maka untuk terus tekun
belajar tidak ada. Kerena, tidak adanya dorongan minat dalam dirinya.
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu disiplin ilmu yang
terdiri atas komponen yang saling terkait. Komponen tersebut adalah objek dari
keterampilan bahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis yang sangat
luas dan selalu berkembang dari waktu ke waktu yang memberikan konsekuensi pada
manusia. Pendidikan bahasa Indonesia lebih menekankan pada empat keterampilan
berbahasa, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis yang harus
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, siswa perlu dibantu untuk
mengembangkan sejumlah keterampilan berbahasa agar mereka mampu mempelajari
dan memahami konsep bahasa Indonesia dari lingkungan sekitar. Berdasarkan uraian
di atas, maka penulis tertarik untuk membahasnya dengan judul “Minat Siswa
Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII di SMP Al Amanah, Desa Bakti
Jaya, Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, Banten, Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dikemukakan
identifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
6
1. Kurangnya motivasi dan dorongan siswa untuk meningkatkan minat pembelajaran
bahasa Indonesia.
2. Guru dapat membantu meningkatkan minat siswa belajar bahasa Indonesia.
3. Kemampuan siswa mempunyai pengaruh terhadap minat belajar bahasa Indonesia.
4. Rendahnya minat siswa belajar bahasa Indonesia.
5. Adanya efektivitas belajar diperlukan dalam meningkatkan minat siswa belajar
bahasa Indonesia.
6. Kondisi lingkungan sekolah dapat mempengaruhi minat siswa belajar bahasa
Indonesia.
C. Pembatasan Masalah
Dalam pembahasan ini penulis ingin membatasi masalah yang akan dibahas
agar arah yang akan dicapai lebih jelas. Permasalahan dalam pembahasan ini dibatasi
pada minat belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah,
kelas VIII, semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015, Desa Bakti Jaya, Kecamatan
Setu, Tangerang Selatan, Banten.
D. Perumusan Masalah
Untuk menegaskan kembali permasalahan yang ada dalam latar belakang
masalah, diperlukan suatu pernyataan untuk mempermudah pemahaman terhadap
masalah, maka perlu adanya perumusan masalah secara sistematis.
Masalah yang akan dibahas sebagai suatu permasalahan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana minat belajar siswa SMP Al Amanah kelas VIII semester ganjil
tahun pelajaran 2014/2015, dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi minat belajar siswa SMP Al Amanah
tersebut?
3. Berapa besar pengaruh faktor-faktor minat belajar siswa SMP Al Amanah
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia?
7
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka tujuan
dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan belajar siswa SMP Al Amanah dalam pembelajaran
bahasa Indonesia.
2. Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi siswa SMP Al Amanah
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
3. Untuk mendeskripsikan berapa besar minat siswa SMP Al Amanah dalam
mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang minat belajar
siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa, dapat meningkatkan minat belajarnya, terutama pembelajaran
bahasa Indonesia. Maka melalui faktor-faktor minat belajar siswa akan mudah
memahami materi, meningkatkan keaktifan siswa, dan memberikan dorongan
belajar siswa SMP Al Amanah dalam pelajaran bahasa Indonesia.
2. Guru, dapat dijadikan refleksi bahwa dalam memberikan pelajaran bukan
hanya memberikan sebatas materi penting saja dan guru juga harus menjadi contoh
agar siswa SMP Al Amanah tetap minat dalam belajarnya.
3. Pihak sekolah, diharapkan mampu memperbaiki sarana dan prasarana dalam
menunjang pembelajaran, sehingga akan timbul minat dari siswa SMP Al
Amanah untuk terus belajar.
4. Orang tua, sebagai bahan acuan dalam memberikan arahan kepada anak, agar
anaknya terus berminat dalam belajar, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Minat
Minat (interest) adalah “kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan
mengingat sesuatu secara terus-menerus”.1 Minat erat kaitannya dengan perasaan
terutama perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap
senang kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti sikapnya senang
kepada sesuatu itu. Minat adalah ”suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”,2 minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri,
semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat.
Abdul Rahman Shaleh mengartikan minat sebagai “suatu kecenderungan untuk
memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas, atau situasi yang
menjadi objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang”.3 Dalam diri
manusia itu terdapat dorongan yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan
dunia luar, dari manipulasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu maka timbul minat
terhadap sesuatu, apa yang menarik minat seseorang mendorong untuk berbuat lebih
giat dan lebih baik.
Muhibbin Syah mendefinisikan “minat kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.4 Minat dapat diekspresikan melalui
pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu hal dari pada hal
1 Alisup Sabri. Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu, 2007), Cet. ke-3, h. 84.
2 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta,
2010), Cet. ke-5, h. 180.
3 Abdul Rahman Shaleh, Psikologi : Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta :
Kencana, 2004), Ed. 1, Cet. ke-4, h. 262-263.
4 Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2013), Cet. ke-18, h. 133.
8
9
lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam sesuatu aktivitas.
“Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian”.5
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat-ingat terus sesuatu,
dengan perasaan senang yang disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari
lebih lanjut. Minat senantiasa erat hubungannya dengan perasaan individu, objek,
aktivitas, dan situasi.
Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang
menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari atau mencoba aktivitas-aktivitas
dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif anak terhadap
aspek-aspek lingkungan. Ada juga yang mengartikan minat sebagai kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati sesuatu aktivitas disertai dengan rasa
menguasai individu secara mendalam untuk melakukan suatu aktivitas.
Minat merupakan gambaran sifat dari ingin memiliki kecenderungan tertentu.
Minat juga diartikan suatu moment dari kecenderungan yang terarah secara intensif
pada suatu tujuan atau objek yang dianggap penting. Objek yang menarik perhatian
dapat membentuk minat karena adanya dorongan dan kecenderungan untuk
mengetahui, memperoleh, menggali, dan mencapainya. Minat merupakan suatu
rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara
diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
maka semakin besar minatnya.
Minat terhadap sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap
seseorang untuk dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka. Minat juga
penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat
5 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), Cet. ke-4, h. 121.
10
melakukan sesuatu yang telah menarik lainnya, seperti minat pada pelajaran bahasa
Indonesia. Jadi, minat itu muncul akibat adanya kecenderungan dan
mengingat terhadap sesuatu secara terus-menerus. Minat pun berkaitan erat
dengan adanya perasaan senang terhadap sesuatu, karena itu jika seseorang
mempunyai perasaan senang terhadap sesuatu, maka seseorang tersebut akan
mempunyai minat untuk memperoleh sesuatu itu dengan usahanya agar keinginannya
dapat tercapai.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat merupakan salah satu pendorong dalam proses belajar tidak muncul
dengan sendirinya. Akan tetapi, banyak faktor yang menimbulkan minat siswa
terhadap beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh para guru. Faktor-faktor
tersebut antara lain:
a. Minat dapat juga dipupuk melalui belajar. Dengan bertambahnya pengetahuan,
minat akan timbul dan bahkan menggiatkan untuk mengenali dan mempelajarinya.
Minat erat hubungannya dengan dorongan, motif, dan respon emosional.
b. Minat dapat timbul dari situasi belajar. Minat akan timbul dari suatu yang telah
diketahui, dan kita bisa mengetahui sesuatu itu melalui belajar, karena itu semakin
banyak belajar, semakin luas pula bidang minatnya. Situasi belajar dan pengajaran
yang menarik harus memperhatikan dan mempertimbangkan minat siswa. Mereka
diberi kesempatan untuk dapat giat sendiri, dan bebas berpartisipasi secara aktif
selama proses belajar mengajar berlangsung. Mereka diberi kebebasan untuk
mencari sendiri, berargumen, dan mencoba untuk memecahkan masalah sendiri.
Guru berperan sebagai pembimbing.
c. Pengalaman merupakan faktor penting dalam pembentukan minat. Dari
pengalaman, dapat diketahui bahwa setiap pekerjaan memerlukan usaha untuk
menyelesaikannya. Minat yang timbul berlandaskan kesanggupan dalam bidang
tertentu akan mendorong ke usaha yang lebih produktif, ditambah dengan
11
pengalaman, dan pengetahuan akan mencapai sukses dalam batas kemampuan
yang dimiliki. Minat siswa akan bertambah bila ia dapat melihat dan mengalami
bahwa dengan bantuan yang dipelajari itu ia akan mencapai tujuan tertentu.
d. Bahan pelajaran. Bahan pelajaran dapat mempengaruhi minat siswa, siswa tidak
akan belajar dengan baik apabila dari bahan pelajaran tersebut tidak ada daya
tarik baginya, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. “Bahan pelajaran
yang menarik siswa akan lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat
menambah kegiatan belajar”.6
e. Pelajaran dan sikap guru. Pelajaran akan menjadi menarik bagi siswa, jika
mereka dapat melihat dan mengetahui adanya hubungan antar pelajar dengan
kehidupan yang nyata yang ada di sekitarnya. Sikap guru yang diperlihatkan
kepada siswa ketika mengajar memegang peranan penting dalam membangkitkan
belajar dan perhatian siswa.“Jika siswa membenci gurunya, ia segan mempelajari
mata pelajaran yang diberikan, akibatnya pelajaran tidak maju”.7
f. Cita-cita, suatu dorongan yang besar pengaruhnya dalam belajar, bahkan cita-
cita itu dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat seseorang dalam prospek
kehidupan di masa yang akan datang. Cita-cita ini senantiasa dikejar dan
diperjuangkan, bahkan tidak jarang mereka mendapat rintangan, seseorang tetap
berusaha untuk mencapainya. Bagi siswa yang memiliki cita-cita, maka minat
belajarnya akan lebih daripada minat siswa yang lain yang tidak mempunyai cita-
cita. Ia akan terdorong terus untuk belajar guna mencapai cita-cita.
g. Motivasi. Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Minat merupakan panduan antara keinginan
yang dapat berkembang jika ada motivasi, seseorang siswa akan memperdalam
ilmu pengetahuan tentang bahasa Indonesia, tentu akan terarah minatnya untuk
membaca buku-buku tentang bahasa Indonesia, mendiskusikan, dan sebagainya.
6 Slameto, op. cit., h. 57.
7 Ibid., h. 66.
12
h. Keluarga. Orang tua adalah orang terdekat dalam keluarga, karena itu keluarga
sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat seseorang siswa terhadap
pelajaran. Tidak semua siswa memulai belajar baru karena faktor minatnya
sendiri, ada yang mengembangkan minatnya terhadap pelajar tersebut karena
pengaruh dari guru, teman sekitar, dan orang tua.
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi minat dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu “yang bersumber dari dalam diri individu yang
bersangkutan (misal: bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman, perasaan mampu,
kepribadian), dan yang berasal dari luar mencakup lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat”.8 Faktor lingkungan justru mempunyai
pengaruh lebih besar terhadap timbul dan berkembangnya minat seseorang.
Menurut Crow dan Crow dalam Abdur Rahman Shaleh ada tiga faktor yang
menjadi timbulnya minat, yaitu :
1. Dorongan dari dalam diri individu, misal dorongan untuk makan, ingin tahu
seks. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau
mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain-lain.
Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk
membaca, belajar, menuntut ilmu, melakukan penelitian dan lain-lain.
Dorongan seks akan membangkitkan minat untuk menjalani hubungan dengan
lawan jenis, minat terhadap pakaian, dan kosmetika dan lain-lain.
2. Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu. Misalnya, minat terhadap pakaian timbul
karena ingin mendapat persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain.
Minat untuk belajar atau menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin
mendapat penghargaan dari masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu
pengetahuan cukup luas mendapat kedudukan yang tinggi dan terpandang
dalam masyarakat.
3. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila
seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan
senang dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut,
sebaliknya, suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.9
8 Abdur Rahman Shaleh, op. cit., h. 263.
9 Ibid.
13
Kepribadian manusia itu bersifat komplek. Maka sering ketiga faktor tersebut
yang menjadi penyebab timbulnya minat tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan
suatu perpaduan dari ketika faktor tersebut, akhirnya menjadi agak sulit bagi
kita untuk menentukan faktor manakah yang menjadi awal penyebab timbul minat.
3. Macam-macam Minat
Minat dapat digolongkan “berdasarkan timbulnya minat, berdasarkan arah
minat, dan berdasarkan cara mendapatkan atau mengungkapkan minat itu sendiri”.10
Minat berdasarkan timbulnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Minat Primitif
Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau
jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan makanan, perasaan enak atau
nyaman, kebebasan beraktivitas, dan seks.
b. Minat Kultural atau Minat Sosial
Minat kultural atau minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses
belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya,
belajar individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan
lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini
dapat menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat
penghargaan dari lingkungan. Hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi
harga dirinya.
Minat berdasarkan arahnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a. Minat Intrinsik
Minat intrinsik adalah minat yang berlangsung berhubungan dengan aktivitas
sendiri ini merupakan minat yang lebih mendasar. Misalnya, seseorang melakukan
kegiatan belajar, karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang
10 Ibid., h. 265.
14
senang membaca bukan karena ingin mendapatkan pujian.
b. Minat Ekstrinsik
Minat Ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari
kegiatan tersebut, apabila tujuan sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut
hilang. Misalnya, seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas.
Adapun minat yang berdasarkan cara mengungkapkannya dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:
a. Expressed interest, adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada
subyek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan baik yang berupa tugas
maupun bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi, maka dari
jawabannya dapat diketahui minatnya.
b. Manifest interest, adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau
melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas yang dilakukan subjek
atau dengan mengetahui hobinya.
c. Tested interest, adalah minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dari hasil
jawaban tes objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek, atau
masalah biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut.
d. Inventoried interest, adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat-
alat yang sudah distandarisasikan, yang biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan
yang ditunjukkan kepada subjek apakah ia senang atau tidak senang terhadap
sejumlah aktivitas atau suatu objek yang ditanyakan.
4. Fungsi Minat dalam Belajar
Minat merupakan faktor pendorong bagi siswa dalam melaksanakan usahanya
untuk mencapai keberhasilan dalam belajar, minat mempunyai pengaruh yang cukup
besar dalam belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang
diminatinya. Dengan demikian, jelas terlihat bahwa “minat belajar yang besar
cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi. Sebaliknya, minat belajar kurang akan
15
menghasilkan prestasi yang rendah”.11
Minat yang timbul dari kebutuhan anak didik
akan merupakan faktor pendorong bagi anak didik dalam melaksanakan usahanya.
Jadi, dapat dilihat bahwa minat adalah “sangat penting dalam pendidikan,
sebab merupakan sumber dari usaha”.12
Dengan adanya minat, anak didik akan terus
berusaha giat dalam belajar untuk memperoleh hasil atau prestasi yang diinginkan.
H. Oemar Hamalik kegiatan belajar yang didasari dengan penuh minat akan lebih
mendorong siswa belajar lebih baik sehingga akan meningkatkan hasil belajar.
Minat belajar ini akan muncul jika siswa merasa tertarik terhadap berbagai hal
yang akan dipelajari, atau jika siswa tersebut menyadari kegiatan hal-hal yang
akan dipelajarinya tersebut bermanfaat terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pribadinya.13
Minat turut mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Minat
akan mengarahkan dalam memilih macam pekerjaan yang akan dilakukan. Minat juga
mengarahkan seseorang terhadap apa yang disenangi dan dikerjakannya. Artinya
dengan adanya minat siswa akan mampu mengarahkan dan menyeleksi pekerjaan apa
yang baik juga disenangi untuk dikerjakan. “Minat dapat mempengaruhi kualitas
hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu”.14
Sejalan dengan pendapat H. Oemar Hamalik, Alisuf Sabri juga berpendapat
bahwa:
Minat berperan sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong
siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran
akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang
hanya menerima kepada pelajaran, mereka hanya tergerak mau belajar tetapi sulit
terus untuk tekun karena tidak ada pendorongnya.15
Fungsi minat besar sekali terhadap kegiatan belajar, karena minat mempunyai
11 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), h. 57.
12
Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sunartana. Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional,
1996), Cet. ke-4, h. 230.
13
H. Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : Remaja Rosada
Karya, 2007), Cet. Ke-1. h.110-111.
14
Muhibbin Syah, op. cit., h. 134.
15 Alisuf Sabri, op. cit., h. 85.
16
andil yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan. Seseorang akan memetik
hasil pekerjaanya ketika ia berminat terhadap sesuatu yang ia pelajari dan dengan
sendirinya ia akan menunjukkan keaktifan dalam mengikuti pelajaran. Minat itu
mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang
dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tersebut tidak akan
belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Bila bahan
pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari karena adanya
minat sehingga menambah kegiatan belajar.
Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu sebagai
kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran
akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang
sikapnya hanya menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar, tetapi
sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorong. Untuk memperoleh hasil yang
baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran
sehingga akan mendorong siswa untuk terus belajar.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat besar fungsinya
untuk pembelajaran. Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
usaha yang dilakukan siswa. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih,
serius, dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Minat juga akan
mengarahkan siswa dalam memilih macam pekerjaan yang akan dilakukan.
Minat belajar siswa adalah faktor pendorong yang dapat menentukan
keberhasilan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan atau melakukan suatu hal
yang ingin dicapai, sehinga dapat menghasilkan kualitas pendidikan yang baik.
5. Cara Membangkitkan Minat Belajar
Minat merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar anak
didik. Kebanyakan anak didik kurang berminat untuk belajar, terutama pada
17
mata pelajaran dan guru yang menurut mereka sulit atau menyulitkan. Unutk
mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran guru
dituntut mengembangkan minat belajar anak didik. Wina Sanjaya menjelaskan, ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar anak didik,
di antaranya:
a. Hubungan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan anak
didik. Minat akan tumbuh apabila ia dapat menangkap bahwa materi
pelajaran itu berguna untuk kehidupan.
b. Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan
anak didik. Biasanya, minat anak didik akan tumbuh kalau ia mendapatkan
kesuksesan dalam belajar.
c. Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi,
misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.16
E. Mulyasa, mengemukakan minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai
berikut:
a. Peserta didik akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik
dan berguna bagi dirinya.
b. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan
kepada peserta didik sehingga mereka mengetahui tujuan belajar. Peserta
didik juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan.
c. Peserta didik harus selalu diberi tahu tentang kompetensi dan hasil belajarnya.
d. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-
waktu hukuman juga diperlukan.
e. Manfaatkan sikap, cita-cita, rasa ingin tahu, dan ambisi peserta didik.
f. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individu peserta didik, misalnya
perbedaan kemampuan dan latar belakang ekonomi keluarga.
g. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan
memperhatikan kondisi fisik, memberikan rasa aman, memperhatikan mereka
dan lain-lain, sehingga peserta didik merasa memperoleh kepuasan dan
penghargaan.17
Dari poin-poin di atas yang memuat tentang cara-cara membangkitkan minat,
16 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta :
Kencara Media Group, 2011), Ed. 1, Cet. ke-8, h. 30.
17
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2006), h. 176.
18
dapat disimpulkan bahwa minat dapat dibangkitkan melalui cara-cara, di antaranya
yaitu penghargaan, karena sebagai manusia sudah kodrat mereka untuk selalu ingin
dihargai, menginginkan keindahan, dan sebagainya. Minat dapat dibangkitkan
melalui pengalaman, yaitu dengan cara mengbuhungkan kejadian (pengalaman)
masa lalu dengan realita saat ini, melalui cara tersebut maka minat dapat
dibangkitkan.
Berbagai upaya peningkatan minat belajar untuk meningkatkan kualitas belajar
mengajar, harus ditunjang dan didukung oleh guru profesional yang mampu
memerankan diri sebagai agen pembelajaran. Guru mempunyai pesan sangat besar
dalam membangkitkan minat belajar peserta didik, agar peserta didik memiliki minat
untuk belajar, guru harus berusaha membangkitkannya agar proses pembelajaran
yang efektif tercipta di dalam kelas dan anak didik mencapai suatu tujuan sebagai
hasil dari belajar. Guru kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar
yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelas sehingga hasil belajar peserta
didik berada pada tingkat optimal.
6. Ciri-Ciri Orang yang Berminat Belajar
Arden N. Frandsen yang dikutip Sardiman menyebutkan hal-hal yang dapat
mendorong atau menimbulkan minat belajar adalah sebagai berikut:
a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
b. Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan keinginan untuk maju.
c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan
teman-teman.
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha
yang baru, baik dengan koperasi, maupun dengan kompetensi.
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.18
Sementara itu, pendapat berbeda diutarakan Maslow yang dikutip oleh
Sardiman mengemukakan dorongan seseorang untuk belajar yaitu sebagai berikut:
18 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2003), Ed.. 1, cet. ke-10, h. 46.
19
a. Adanya kebutuhan fisik
b. Adanya kebutuhan rasa aman, bebas dari kekuatan.
c. Adanya kebutuhan dan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan
orang lain.
d. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan kehormatan dari masyarakat.
e. Sesuai dengan sifat seseorang untuk mengemukakan atau mengetengahkan
diri.19
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa orang yang berminat
belajar ditandai dengan adanya sifat ingin tahu, adanya kreativitas, adanya simpati
dari orang lain, memperbaiki kegagalan, adanya rasa aman, dan adanya ganjaran atau
hukuman.
7. Indikator Minat dalam Belajar
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, minat juga dapat menjadi sebab
suatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Tidak
adanya minat dalam diri peserta didik mengakibatkan anak didik tidak menyukai
pelajaran, anak didik menjadi tidak berkonsentrasi dalam belajar dan sulit mengerti
isi bahan pelajaran dan ini berkaitan pada hasil belajar anak didik. Jika terdapat anak
didik yang kurang berminat dalam belajar, maka guru memiliki kewajiban untuk
membangkitkan minat anak didik. Salah satunya dengan cara menjelaskan hal-hal
yang menarik dan berguna bagi anak didik sehingga mereka senang dan semangat
dalam belajar. Untuk mengetahui apakah anak didik berminat dalam belajar, dapat
dilihat dari beberapa indikator mengenai minat belajar. Adapun indikator minat
belajar pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Perasaan senang
Perasaan adalah “suatu fungsi jiwa untuk dapat mempertimbangkan dan
mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang. Perasaan merupakan
pernyataan jiwa yang sedikit banyak bersifat subyektif dalam merasakan semangat
19 Ibid., h. 46 – 47.
20
atau tidak senang”.20
Perasaan senang yang ada pada diri anak didik dalam
belajar merupakan indikator bahwa dia berminat untuk mengikuti pelajaran.
b. Memperhatikan pelajaran.
Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungan dengan
pemilihan rangsangan yang datang dari luar. Memperhatikan yaitu “mengarahkan
indera atau sistem persepsinya untuk menerima informasi tentang sesuatu, dalam
hal ini tentang pelajaran yang akan dipelajarinya. Tingkat yang lebih tinggi dari
menaruh perhatian adalah menaruh minat”.21
Untuk dapat menjamin hasil belajar
yang baik, “siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang akan
dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah
kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar”.22
Perasaan senang ini
diaktualisasikan melalui dengan cara memperhatikan pelajaran yang akan
diajarkan.
c. Kemauan untuk tahu lebih banyak
Kemauan adalah “fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, dan merupakan
kekuatan dari dalam”.23
Anak didik yang memiliki minat akan mempunyai
kekuatan dari dalam diri mereka untuk mencapai tujuan tertentu. Peserta didik
yang memiliki minat terhadap mata pelajaran, seperti mata pelajaran bahasa
Indonesia akan mempunyai kemauan untuk lebih mengenal apa yang ingin
diketahuinya.
d. Partisipasi
Partisipasi merupakan keinginan anak didik berstatus, keinginan untuk ambil
bagian dalam aktivitas untuk partisipasi. Maka perlu untuk memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk berpartisipasi pada segala kegiatan. Anak
didik akan lebih berminat dalam belajar, jika mereka dilibatkan secara aktif dalam
20 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), h. 36.
21
Slameto, op. cit., h.106.
22
Ibid., h. 56.
23
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, op. cit., h. 38.
21
proses belajar mengajar, termasuk dalam proses penyusunan tujuan pembelajaran.
Anak didik yang berminat dalam belajar di samping memperhatikan pelajaran
anak didik juga aktif dan interaktif ada atau tidak adanya guru yang penting
keterlibatan anak didik dalam belajar tidak hanya secara jasmaniah, tetapi terlibat
secara psikologis. Anak didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman
dan membentuk kompetensi yang akan mengatur mereka mencapai tujuan.
Dengan indikator di atas, bisa diketahui apakah anak didik yang sedang
mengikuti pembelajaran itu berminat untuk mempelajari suatu mata pelajaran.
Bila anak didik tidak berniat terhadap sesuatu materi pelajaran maka indikator
yang telah dijelaskan di atas tidak akan ditunjukkan oleh anak didik dan
sebaliknya. Bila anak didik menunjukkan indikator di atas maka bisa dikatakan
bahwa anak didik itu memiliki minat terhadap apa yang sedang dipelajarinya.
8. Metode Pengukuran Minat
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk mengadakan pengukuran
minat, di antaranya yang dikemukakan Nurkancana, yaitu “1) observasi, 2) interviu,
3) kuesioner, dan 4) inventori”.24
Adapun uraiannya sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi ialah “suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis”.25
Pengukuran minat dengan
metode observasi mempunyai keuntungan karena dapat mengamati minat peserta
didik dalam kondisi yang wajar dan tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan
dalam setiap situasi, baik dalam kelas maupun di luar kelas, pencatatan hasil
observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung.
24 Wayan Nurkancana dan PPN Sunartana, op. cit., h. 232.
25
Haris Herdiansyah. Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), Cet. ke-1, h. 131.
22
b. Wawancara
Wawancara adalah “tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung”.26
Wawancara baik dipergunakan untuk mengukur minat peserta didik,
sebab biasanya peserta didik gemar memperbincangkan hobinya dan aktivitas
lain yang menarik hati. Pelaksanaan interview ini biasanya lebih baik dilakukan
dalam situasi yang baik tidak formal (informal approach), sehingga percakapan
anak dapat berlangsung lebih baik. Misalnya dalam percakapan sehari-hari di luar
jam pelajaran, dengan mengadakan kunjungan rumah dan sebagainya. Guru dapat
memperoleh informasi tentang minat peserta didik dengan menanyakan kegiatan-
kegiatan apa yang dilakukan oleh anak setelah pulang sekolah.
c. Kuesioner atau Angket
Kuesioner atau angket adalah “teknik pengumpulan data dengan menyerahkan
atau mengirimkan daftar pertanyaan atau pernyataan untuk diisi oleh responden”.27
Dengan mempergunakan kuesioner guru dapat melakukan pengukuran terhadap
sejumlah anak sekaligus. Dengan demikian, apabila dibandingkan dengan
intervieu dan observasi, kuesioner ini jauh lebih efisien dalam menggunakan
waktu. Isi pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak
berbeda dengan isi pertanyaan dengan intervieu. Jadi, dalam kuesioner guru dapat
menanyakan tentang kegiatan yang dilakukan peserta didik di luar sekolah.
d. Inventori
Inventori adalah “satu alat untuk menaksir dan menilai ada atau tidak adanya
tingkah laku, minat, sikap tertentu, dan seterusnya”.28
Inventori mempunyai
persamaan dengan kuesioner yaitu “ kedua-duanya menggunakan instrumennya
26 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2008), Ed. ke-2, cet. ke-.1, h. 55.
27
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), Cet. ke-1, h. 177.
28
James P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi , (Jakarta : Grafindo Persada, 2005), Cet. ke-9,
h. 260.
23
berupa suatu daftar”.29
Perbedaannya kalau dalam kuesioner instrumennya berupa
daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden, sedangkan pada
inventori responden memberi jawaban dengan memberi lingkaran, tanda ceklis
(√), mengisi nomor atau tanda lain yang berupa jawaban yang singkat terhadap
sejumlah pertanyaan yang lengkap.
9. Pengukuran Minat Belajar
Untuk mengukur minat belajar seseorang dapat dilakukan dengan
menggunakan skala penilaian. Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang
ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut, bila digunakan dalam pengukuran
akan menghasilkan kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka variabel yang
diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga
lebih efisien dan komunikatif. Skala pengukuran sikap yang dapat dipergunakan
untuk lebih efisien dan komunikatif. Skala pengukuran sikap yang dapat digunakan
untuk penelitian administrasi, pendidikan, dan sosial antara lain adalah: “1) skala
Likert, 2) skala Guttman, 3) Rating Scale, dan 4) Semantic Deferential”.30
Pendekatan yang paling sering digunakan dalam pengukuran minat belajar adalah
teknik skala penilaian model likert.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian , fenomena sosial ini
telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian, dengan skala likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban item instrument yang menggunakan skala Likert mempunyai “gradasi dari
29 Wayan Nurkancana dan PPN Sunartana, op. cit., h. 232.
30
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, ( Bandung : Alfabeta, 2011) Cet. 13, h. 93.
24
sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata antara lain yaitu:
selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Sangat positif, positif, negatif, dan
sangat negatif, dan lain-lain”.31
Adapun alat ukur yang digunakan untuk minat belajar dalam penelitian ini
adalah skala minat belajar model Likert yang disusun berdasarkan indikator-indikator
minat belajar, yaitu : a) perasaan senang, b) memperhatikan pelajaran, c) kemauan
untuk tahu lebih banyak, dan d) partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan
empat alternatif jawaban pernyataan : “ sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju
(KS), dan tidak setuju (TS)”.32
B. Hakikat Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar adalah “kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan”.33
Skinner (dalam Barlow, 1985) belajar adalah “suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif”,34
Morgan dalam buku
Introduction of Psychology (1978), belajar adalah “setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan dan
pengalaman”,35
B.R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson dalam bukunya Theories
of Learning, mengemukakan bahwa belajar adalah “perubahan perilaku atau potensi
perilaku yang relative permanen yang berasal dari pengalaman dan tidak bisa dinis-
batkan ke temporary body states (keadaan tubuh temporer) seperti keadaan yang
31 Ibid.
32
Sumarsih Anwar. Sikap Profesional Peneliti Agama. (Jakarta : Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama, 2008), Cet. ke-1, h. 67.
33 Muhibbin Syah, op. cit., h. 87.
34
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar : Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung : Refika
Aditama, 2011), Cet. ke-5, h. 5.
35
M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2013), Cet. ke-
26, h. 84.
25
disebabkan oleh sakit, keletihan, atau obat-obatan”.36
Belajar adalah “suatu aktivitas
atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian”.37
Belajar merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat penting untuk
mengembangkan potensi yang di dalam individu tersebut untuk kelangsungan hidup.
Proses manusia ini dilakukan seumur hidup, mulai dari ia lahir sampai ia meninggal,
sedikit demi sedikit dan terus-menerus. Proses belajar dapat berjalan dengan
bimbingan dari seorang guru atau pendidik, tetapi tidak menutup kemungkinan,
belajar dapat dilakukan secara otodidak atau tanpa guru.
Belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku
yang dihasilkan dapat terlihat dalam berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan kepribadian juga belajar berarti suatu proses
perubahan tingkah laku pada siswa akibat adanya interaksi antara individu dan
lingkungan melalui proses pengalaman dan latihan. Usaha untuk mencapai
kepandaian dan ilmu tersebut merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan
untuk mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya,
sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat
melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu.
Belajar adalah “proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan
lingkungan”.38
Perubahan perilaku merupakan hasil belajar, seseorang dikatakan telah
belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.
Perilaku itu meliputi “aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotor). Hasil belajar pada aspek pengetahuan adalah dari tidak tahu menjadi
36 B.R. Hergenhanhn & Matthew H. Olson, Theories of Learning, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2010), Ed. 7, Cet. ke-3, h. 8.
37
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Konsep Dasar, (Bandung :
Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. ke-3, h. 9.
38
Lukmanul Hakim. Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : Wacana Prima, 2009), h. 27.
26
tahu, pada aspek sikap dari tidak mau menjadi mau, dan pada aspek
keterampilan dari tidak mampu menjadi mampu”.39
Ada pula yang berpendapat
bahwa “belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, yang perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk”,40
dan juga belajar adalah
“perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon atau perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuan untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon”.41
Belajar adalah proses perubahan yang terjadi dalam diri individu baik dari
aspek sikap ataupun pengetahuan. Seseorang mengalami proses belajar kalau ada
perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari kurang baik
menjadi baik. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi
kalangan hidup manusia, juga belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang disadari dan timbul
akibat praktik, pengalaman dan latihan, bukan secara kebetulan. Belajar dapat
diartikan “sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu dengan individu dan
individu dengan lingkungannya”,42
Cronbach (dalam E. Usman Effendi, 2012)
mengakatan “belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman”.43
Belajar bukan sekadar mengumpulkan pengetahuan, belajar
merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan
munculnya perubahan perilaku, aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi
39 Ibid., h. 28.
40
M. Ngalim Purwanto, op. cit., h. 85.
41
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara,
2008), Cet. ke-3, h. 7.
42
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994), h.2.
43
E. Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, (Bandung : Angkasa, 2012), Ed.
Revisi, h. 98.
27
individu dengan lingkungan yang disadari.
Robert dan Davies (1995), dalam Masitoh dan Laksmi Dewi juga merumuskan
belajar adalah “perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai suatu fungsi
praktis atau pengalaman”.44
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa belajar tidak hanya akan menghasilakan perubahan yang
baik-baik saja, tetapi belajar juga bisa dilakukan untuk mengubah tingkah laku
kearah yang lebih buruk dari sebelumnya. Selain itu belajar merupakan perubahan
tingkah laku yang membutuhkan proses seperti praktik, latihan dan proses belajar
baru akan terlihat. Juga Gagne (1977) yang dikutip Ratna Wilis Dahar (1993) dalam
Suyono dan Hariyanto (2011) menyatakan bahwa adalah “sebuah proses perubahan
tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat,
atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk
melakukan berbagai jenis kinerja,”45
juga belajar adalah “serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif,
dan psikomotor”.46
2. Ciri-ciri Belajar
Jika hakikat belajar merupakan perubahan tingkah laku, maka ada beberapa
perubahan tertentu yang termasuk ke dalam ciri-ciri belajar yaitu:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar.
Perubahan ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya
suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya, ia menyadari bahwa pengetahuannya
bertambah, kecakapannya bertambah, dan kebiasaanya bertambah.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan
yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara terus menerus dan tidak
44 Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Dirjen Pendis Depag , 2009), h. 3.
45
Suyono dan Hariyanto, op. cit., h. 12.
46
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), Cet. ke-3, h.13.
28
statis. Suatu perubahanyang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya
dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya
jika seseorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari
tidak bisa menulis menjadi dapat menulis.
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan
tujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan
demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak perubahan
makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya
bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha
individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses perubahan
kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya beberapa
saat saja, seperti berkeringat, mengeluarkan air mata, menangis, dan sebagainya
tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
Misalnya, kecakapan seorang anak dalam memainkan piano tidak hilang,
melainkan akan terus menerus dimiliki bahkan makin berkembang bila terus
dipergunakan atau dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar
disadari. Misal seseorang yang belajar mengetik sebelumnya sudah menetapkan
apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik atau tingkat
kecakapan mana yang dicapainya.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui sesuatu proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu,
sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh
dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Misalnya
jika seseorang belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak adalah
keterampilan naik sepeda itu.47
William Burton dalam buku Proses Belajar Mengajar karangan H. Oemar
Hamalik menyimpulkan uraiannya tentang cirri-ciri belajar sebagai berikut:
a. Proses belajar ialah suatu pengalaman, berbuat, mereaksi dan melampaui
(under going).
b. Prose situ melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran
47 Ibid., h. 15 – 16.
29
yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
c. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.
d. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang
mendorong motivasi dan kontinu.
e. Prosen belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.
f. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid.
g. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan
hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.
h. Prose belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.
i. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
j. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
didiskusikan secara terpisah.
k. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
l. Hasil-hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, aspresiasi, abilitas, dan keterampilan.
m. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada ke
butuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
n. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengelaman-
pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.
o. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan
kecepatan yang berbeda-beda.
p. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat
berubah-rubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis.48
Muhubbin Syah dalam bukunya psikologi pendidikan dengan pendekatan baru,
juga mengemukakan ciri-ciri belajar, yaitu:
a. Perubahan intensional.
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman
atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata
lain bukan kebetulan.
b. Perubahan positif dan aktif.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif.
Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga
bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan yakni
diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru)
yang baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan
48 H. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), Cet. 2, h. 31-32.
30
aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses
kematangan (misalnya bayi yang bisa merangkak setelah bisa duduk), tetapi
karena usaha siswa itu sendiri.
c. Perubahan efektif dan fungsional.
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni
berhasil guna, artinya perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan
manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu perubahan dalam proses belajar
bersifat fungsional dalam arti ia relatif menetap dan setiap saat apabila
dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan.
Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas, misalnya
ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.49
Berdasakan pendapat dan penjelasan atas, maka dapat disimpulakan bahwa ciri-
ciri belajar itu disebabkan karena adanya proses belajar yang dapat merubah tingkah
laku individu masing-masing. Proses belajarpun dapat merubah individu menjadi
seseorang yang lebih mengetahui dan mempunyai keterampilan yang sangat berguna.
Dengan belajar seseorang akan menambahkan pengetahuan yang belum tahu menjadi
pengetahuan yang sudah tahu.
3. Jenis-Jenis Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki
macam yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan
metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan.
Bermacam jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan
kehidupan manusia juga bermacam-macam. Oleh karena itu belajaranpun mempunyai
jenis-jenisnya, sebagaimana yang dikemukakan Muhibbin Syah, yaitu “a) belajar
abstrak, b) belajar keterampilan, c) belajar sosial, d) belajar pemecahan masalah,
e) belajar rasional, f) belajar kebiasaan, g) belajar apresiasi, dan h) belajar
pengetahuan”.50
49 Muhibbin Syah, op. cit., h. 115 – 116.
50
Ibid., h. 120 – 122.
31
a. Belajar Abstrak. Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara yang
berpikir abstrak.Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan
masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari yang abstrak diperlukan peranan
akal yang di samping penguasaan atau prinsip, konsep, dan generalisasi.
b. Belajar Keterampilan. Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan
gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan
otot-otot atau neuromuscular. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai
keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenius ini latihan-latihan intensif
dan teratur sangat diperlukan.
c. Belajar Sosial. Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-
masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk
menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah sosial seperti
keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok dan masalah lain yang
bersifat kemasyarakatan.
d. Belajar Pemecahan Masalah. Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah
belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis,
logis, teratur, dan teliti. Tujuannya untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan
kognif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu
kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
generalisasi serta insight (tilikan akal) sangat diperlukan.
e. Belajar Rasional. Belajar rasional adalah belajar dengan menggunakan kemampuan
berpikir secara logis dan rasional. Tujuannya untuk memperoleh aneka ragam
kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini
sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional,
siswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving, yaitu
kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan
strategi akal sehat, logis, dan sistematis.
32
f. Belajar Kebiasaan. Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-
kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar
kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan pengalaman khusus,
menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-
sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam
arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (kontekstual).
g. Belajar Apresiasi. Belajar apresiasi adalah mempertimbangkan arti penting atau
nilai suatu objek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan
kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan mengenai
secara tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, apresiasi
musik, dan sebagainya.
h. Belajar Pengetahuan. Belajar pengetahuan adalah “belajar dengan cara melakukan
penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu”.51
Tujuannya agar
siswa memperoleh informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang
biasa lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya
dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.
Sedangkan Robert M. Gagne (1990) mengemukakan belajar dapat dibedakan
kepada delapan tipe belajar, yaitu sebagai berikut:
1) Belajar isyarat (signal learning). Contoh: aba-aba siap merupakan isyarat
untuk mengambil sikap tertentu.
2) Belajar stimulus respon (stimulus–respone learning). Contoh: seorang bayi
belajar mengatakan “mama”.
3) Rangkaian atau rantai ( Chaining).Terjadi bila berbentuk hubungan antara
beberapa S-R, karena satu hal terjadi segera setelah hal lainnya. Contoh
kampung halaman, ibu bapak, selamat tinggal.
4) Asosiasi verbal (verbal association). Hubungan ini terbentuk bila semua
unsur itu terdapat dalam urusan tertentu, yaitu unsur satu segera mengikuti
mengikuti unsur lainnya. Contoh : bila seorang anak diperlihatkan bolanya,
ia akan mengatakan itu bola saya.
5) Belajar diskriminasi (discrimation learning). Contoh : anak dapat mengenal
51 Ibid.
33
berbagai merek mobil walaupun mobil-mobil itu tampak serupa. Ia harus
mengenal mobil tertentu berikut namanya.
6) Belajar konsep (concept learning). Belajar konsep ini mungkin timbul
karena kesanggupan manusia untuk mengabstraksi konsep dengan
menggunakan bahasa. Dengan mengusai konsep ia dapat menggolongkan
dunia sekitarnya. Misalnya menurut warna, bentuk, besar, jumlah, bangsa,
dan sebagainya.
7) Belajar aturan (rule learning). Banyak aturan yang perlu diketahui oleh
setiap orang yang terdidik. Aturan itu terdapat dalam setiap mata pelajaran.
Contoh: tiap warga negara harus setia kepada negaranya.
8) Pemecahan masalah (problem solving). Dalam memecahkan masalah
diperlukan berbagai hal berikut, yaitu: (1) pemikiran dengan menggunakan
dan menghubungkan berbagai aturan yang ada, (2) sejumlah konsep dan
aturan, (3) kemampuan memecahkan masalah yang satu, memperbesar
kemampuan untuk memecahkan masalah lain, dan (4) waktu lamanya
bergantung pada kekompleksitasan masalah itu.52
Jenis belajar ini dapat dipandang bertingkat atau bertahap yaitu setiap tipe
belajar yang di bawah merupakan syarat bagi bentuk belajar yang lebih tinggi. Jadi
untuk memehami jenis belajar tipe delapan, disyaratkan mampu belajar tipe ketujuh
dan seterusnya. Dari jenis-jenis belajar yang telah dijelaskan tersebut atas, penulis
berpendapat bahwa sebagai manusia yang mempunyai akal dan pikiran dapat
melakukan salah satu kegiatan belajar di atas atau melakukan semua kegiatan belajar
tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri masing-masing. Maka penulis
dapat menyatakan bahwa jenis belajar yang telah dijelaskan di atas semua sangat
penting dan dapat dijalankan sesuai dengan tingkat kemampuan yang ada di dalam
diri masing-masing.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan
merupkan suatu proses yang dapat menyebabkan perubahan dalam tingkah laku
52 M. Subhan dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia : Berbagai
Pendekatan, Metode Teknik, dan Media Pengajaran, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), Cet. 3, h. 11-12.
34
individu. Keberhasilan proses belajar ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
yaitu “1) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan
rohani siswa; 2) faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa; dan 3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis
upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran”.53
Dari ke tiga faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain. Misalnya seorang siswa yang bersikap conserving
terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) biasanya
cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam,
sebaliknya seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapat
dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih
pendekatan belajar yang lebih meningkatkan kualitas hasil belajar. Karena tersebut
pengaruh dari faktor-faktor tersebut di atas, maka muncul siswa-siswa berprestasi
tinggi dan berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini seorang yang
berkompeten dan profesional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan munculnya kelompok siswa yang menunjukkan gejala kegagalan
dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar
mereka.
Faktor keluarga, suasana dan keadaan setiap siswa tidak semua sama, ada yang
berasal dari keluarga yang kaya, kurang mampu, harmonis, broken home, dan lain-
lain. Keadaan keluarga yang bermacam-macam turut menentukan belajar juga dengan
fasilitas yang disediakan oleh keluarga di rumah juga akan mempengaruhi belajar.
Kemudian guru dan cara mengajarnya, faktor ini merupakan faktor yang penting,
sikakap dan kepribadian guru dan bagaimana guru itu mengajarkan pelajaran turut
menentukan hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap siswa terhadap guru juga dapat
53 Muhibbin Syah, op. cit., h. 129.
35
mempengaruhi belajar, siswa yang tidak suka pada guru atau pelajarannya akan
menghambat kelancaran belajar, begitu pula sebaliknya.
Selain itu kemampuan pembawaan turut menjadi faktor yang mempengaruhi
belajar, siswa yang mempunyai kemampuan pembawaan yang lebih akan lebih
mudah dan cepat belajar daripada anak yang mempunyai kemampuan kurang,
walaupun kemampuan pembawaan ini dapat diatasi dengan banyak cara, salah
satunya dengan banyak belajar.
Orang yang belajar tidak terlepas dari kondisi fisiknya, misalnya hal yang
sering terjadi disekitar kita, anak yang sedang sakit biasanya prestasinya menurun,
begitu pula dengan kondisi psikis, keadaan psikis yang kurang baik misalnya situasi
rumah, keadaan keluarga dan ekonomi dapat menjadi ganguan belajar. Oleh karena
itu kondisi fisik dan psikis orang yang belajar perlu disiapkan dengan baik agar dapat
membantu proses belajarnya.
Faktor pendekatan belajar, pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara atau
strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efesiensi proses
pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini seperangkat langkah
operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah
atau mencapai tujuan belajar tertentu.
Maka dari uraian tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
keberhasilan belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Apabila dalam
kegiatan belajar, baik di sekolah ataupun di rumah tidak ada salah satu faktor
belajar yang mendukung atau mendorong, maka kegiatan belajar tidak akan berjalan
dengan baik, sebaliknya apabila semua faktor tersebut mendukung maka keberhasilan
belajar akan tercapai secara maksimal.
36
C. Hakitat Bahasa Indonesia
1. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa adalah “sistem lambang bunyi yang arbiter yang digunakan oleh
anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan
mengidentifikasikan diri”.54
Harimurti memberikan batasan bahasa yang dikutip
Asep Ahmad Hidayat dalam bukunya berjudul Filsafat Bahasa : Mengungkap
Hakikat Bahasa Makna dan Tanda, “bahasa sebagai sistem lambang arbriter yang
dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan
mengidentifikasi diri.55
Batasan ini merupakan batasan yang lazim diungkapkan,
baik oleh para ilmuwan bahasa maupun para ilmuwan lainnya. Sementara itu, Kamus
Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian bahasa ke dalam dua batasan,
yaitu: “1) sistem lambang bunyi yang arbitrer, digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri, 2)
percakapan (perkataan) yang yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun, dan
baik budinya.”56
Bloch dan Teager dua ilmuwan barat mendefinisikan bahasa sebagai suatu
“sistem simbol-simbol bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh suatu
kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi (Language is a system of
arbitry vocal symbols by means of which a social group cooperates)”,57
sedangkan
Ronald Wardhaugh seorang linguis barat dalam Asep Ahmad Hidayat mendefinisikan
sebagai berikut “bahasa ialah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbiter yang
54 Ramlan A. Gani dan Mamhudah Fitriyah, ZA. Pembinaan Bahasa Indonesia, (Jakarta :
UIN Jakarta Press, 2007), Cet. ke-1, h.1.
55
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa : Mengungkap Hakekat Makna dan Tanda, (Bandung
: Remaja Rosda Karya, 2006), Cet. ke-1, h. 22.
56
Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), Ed. 3, cet. ke-4, h. 88.
57
Asep Ahmad Hidayat, op, cit., h. 22
37
digunakan untuk komunikasi manusia (a system of arbitrary vocal symbols used for
human communication)”.58
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar
tidak menyebabkan gangguan pada komunikasio yang terjadi. Kaidah aturan, dan
pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk, dan tata kalimat. Agar
komunikasi yang dilakuakan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim
bahasa harus menguasai bahasanya.
Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa
sekunder. Arbiter yaitu, tidak adanya hubungan antar lambang bunyi dengan
bendanya. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh
dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah
setajam pisau atau silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak
sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara atau target
komunikasi. Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara
berkomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan
permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri.
Dari beberapa pengertian tentang bahasa, dapat disimpulakan bahwa bahasa
merupakan alat komunikasi yang dapat dipakai oleh sekelompok masyarakat untuk
mendapatkan suatu informasi. Bahasa juga digunakan untuk mengetahui ciri bahasa
yang dipakai oleh masyarakat yang ada di Indonesia. Dengan adanya bahasa,
permasalahan dapat dipecahkan dengan adanya alat komunikasi atau bahasa. Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa melayu termasuk rumpun Austronesia yang telah
digunakan sebagai lingua franca di nusantara sejak awal abad penanggalan modern,
paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai
dengan istilah “melayu pasar, jenis ini sangat lentur sebab sangat muidah
dimengerti dan ekspresif dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah
--------------------------
58
Asep Ahmad Hidayat, loc. cit.
38
menyerap istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya”.59
Pada tanggal 28 Oktober 1928 bahasa Indonesia dikukuhkan menjadi bahasa
persatuan Indonesia. Bahasa itulah yang menggantikan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi, di antara para anggota gerakan kebangsaan. Namun, sampai awal tahun
1940 bahasa itu belum dipergunakan sebagai bahasa resmi di lembaga pemerintah
maupun di sekolah. Kemudian setelah Indonesia merdeka dalam Undang-Undang
Dasar tahun 1945 bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi negara. Ini
berarti bahwa di dalam Undang-Undang, peraturan pemerintah, serta pendidikan
digunakan bahasa Indonesia.
2. Fungsi Bahasa Indonesia
Secara umum, fungsi bahasa ada tiga yaitu, alat komunikasi, alat ekspresi, dan
alat berpikir. Ketika seseorang menggunakan bahasa, ada sesuatu yang ingin
disampaikan berupa informasi. Informasi tersebut bisa ditransformasi dua arah seperti
pada dialog, dan ada juga disampaikan searah seperti pada pidato. Ekspresi
seseorang ketika menyatakan senang atau susah paling lengkap dinyatakan
dengan bahasa, tidak dapat tersenyum atau menangis. Ekspresi yang menggunakan
bahasa tubuh tidak lengkap. Dalam fungsingnya sebagai alat berpikir bahasa selalu
dipakai baik lisan maupun tulisan. Fungsi bahasa sebagai alat berpikir dipakai baik
secara lisan maupun tulis. Fungsi bahasa sebagai alat berpikir adalah bahasa yang
dipakai baik secara lisan maupun tulis. Fungsi bahasa sebagai alat berpikir
adalah bahasa yang digunakan dalam penulisan hasil penelitian, bahasa dalam buku-
buku ilmu pengetahuan, bahasa dalam seminar, dan lain-lain.
Secara khusus, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antar anggota
masyarakat Indonesia. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan tingkat,
--------------------------
59 Alek dan Achmad HP. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), Ed. 1, cet. ke-1, h. 8.
39
dan kepentingan yang beraneka ragam. Hali ini, sesuai dengan prinsip sosiologis
yang menyatakan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri. Dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, maka “manusia pasti memerlukan orang lain. Mereka perlu
berkomunikasi dalam berbagai lingkungan di tempat mereka berada, seperti
antaranggota keluarga, antaranggota masyarakat, antarteman sejawat, antarilmuwan,
dan sebagainya.60
Kedudukan bahasa mempunyai dua kedudukan yaitu, kedudukan sebagai bahasa
nasional dan kedudukan sebagai bahasa negara. Bahasa nasional mulai berlaku sejak
tanggal 28 Oktober 1928 yang biasa diperingati hari Sumpah Pemuda. Bahasa negara
mulai berlaku sejak tanggal 18 Agustus 1945 dengan adanya Pancasila dan UUD
1945 pasal 36 yang isinya tentang Bahasa Indonesia. Jadi kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan maksudnya sudah jelas karena fungsi bahasa
Indonesia itu sendiri adalah sebagai pemersatu suku bangsa yang beraneka ragam
yang ada di Indonesia.
Bahasa Indonesia telah mampu mengemban fungsinya sebagai sarana
komunikasi modern dalam penyelenggaraan pemerintahan, pendidikan, pengemban
ilmu, teknologi, dan seni. Bahasa Indonesia dipakai pula sebagai alat untuk
mengantar dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada berbagai kalangan dan
tingkat pendidikan, semua jenjang pendidikan dalam penyampaiannya tentu
menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantarnya. Bagi bangsa Indonesia, bahasa
Indonesia tidak hanya sekedar merupakan alat komunikasi atau alat penyerap
berbagai informasi. Bahasa Indonesia juga merupakan kekayaan nasional yang
sangat berharga yang mempersatukan suku bangsa, serta menunjukkan jati diri
bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia perananya sangat penting sebagai sarana
komunikasi, berperan sebagai alat untuk mengantar dan menyampaikan ilmu
pengetahuan disemua jenjang pendidikan.
--------------------------- 60
Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah, ZA., op. cit., h.2
40
3. Tujuan dan Manfaat Kemahiran Bahasa
Melihat dari fungsi bahasa di atas, terutama fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi, maksudnya adalah berusaha untuk memberikan dasar-dasar kepada
masyarakat untuk memperoleh kemahiran berbahasa, baik menggunakan bahasa
secara lisan maupun tulisan agar mereka mendengar atau diajak berbicara dengan
mudah memahami apa yang dimaksudkan. Untuk langkah awal, bahasa yang harus
dipergunakan ialah bahasa yang paling umum dipakai dan tidak menyalahi norma
umum yang berlaku. Seseorang yang jarang atau belum mahir bahasa akan
mengalami kesuliatn dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan kepada orang lain.
Begitu pula, dengan bahasa yang dipergunakan. Jika bahasa yang digunakan tidak
umum berlaku, sukar memperoleh komunikasi yang lancar. Semua ini dapat
menimbulkan kesalahpahaman.
Latihan kemahiran berbahasa dimaksudkan untuk mengembangkan potensi
pribadi yang ada. Dengan latihan yang intensif, kita akan memperoleh keahlian
bagaimana menggunakan daya pikir yang intensif, menguasai struktur bahasa dan
kosa kata secara meyakinkan, menggunakan suara, dan artikulasi yang tepat
menggunakan isyarat dan air muka sesuai suara dan artikulasi bahasa yang tepat,
menggunakan isyarat dan air muka sesuai dengan suasana dan isi pembicaraan.
Dengan demikian, “kemahiran berbahasa akan mendatangkan keuntungan bagi
masyarakat bila dipergunakan sebagai alat komunikasi yang baik terhadap sesama
masyarakat”.61
Bila sudah memperoleh kemahiran berbahasa, secara tidak langsung ketika
memperoleh beberapa macam kemampuan lainnya. Kemampuan tersebut muncul
dengan sendirinya pada tahap seseorang betul-betul mahir berbahasa seperti “a) lebih
mengenal diri sendiri, b) lebih dalam memahami orang lain, c) belajar mengamati
dunia sekitar kita lebih cermat, dan d) mengembangkan suatu proses berpikir yang
------------------------- 61
Ibid., h. 3
41
jelas dan teratur”.62
4. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Ragam bahasa baku digunakan pada forum ilmiah, sedangkan Ragam tidak baku
digunakan pada forum tidak resmi. Ragam bahasa anak muda digunakan di forum
anak muda. Ragam bahasa pasar digunakan di pasar. Berbicara dengan orang yang
rendah pendidikannya, kita harus menggunakan kosakata yang sederhana.
Semua ragam itu tidak dapat ditukar, jika ditampilkan dengan pakaian, ragam
bahasa adalah jenis pakaian yang selalu disesuaikan dengan peruntukannya. Pakaian
renang tentu tidak baik dipakai pada forum pesta, demikian pula sebaliknya. Pakaian
senam tidak sesuai digunakan pada forum resmi misalnya rapat atau sebaliknya.
Demikian pula dengan bahasa, jika ditukar penggunaan bahasa menjadi tidak baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa yang
baik adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal ini
biasanya berhubungan dengan nilai rasa. Seseorang bisa saja menguasai bahasa lisan
secara fasih. Namun, sulit menguasai bahasa tulis dengan baik karena berbeda
ragam. Orang menguasai bahasa Indonesia ragam lisan belum tentu dapat
menggunakan ragam tulis dengan baik. Adapun bahasa yang benar adalah “bahasa
yang sesuai dengan kaidah yang ada. Bahasa yang benar harus menggunakan tata
bahasa, sistem ejaan, artikulasi, dan kalimat yang sesuai dengan aturan bahasa.”63
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia yang baik dan
benar adalah bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang sudah ditetapkan sesuai
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dan sesuai dengan Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar harus sesuai dengan
kondisi dan situasi, seseorang melakukan komunikasi.
------------------------------- 62
Ibid. 63
Ibid., h.5.
42
5. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenal diri, budaya, dan keadaan orang lain, mengemukakan
gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa
tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif
yang ada dalam diri. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan “untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya kesusastraan manusia Indonesia”.64
Pembelajaran yang baik adalah “pembelajaran yang mampu merangsang minat
dan motivasi siswa untuk giat berlatih dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan
proses belajar”.65 Guru harus mampu merangsang sikap siswa agar terlibat secara
penuh terhadap aktivitas belajar yang dijalani melalui kegiatan belajar yang aktif,
siswa dapat berpikir kritis dan menyusun makna dari sesuatu yang dipelajari dan
merefleksikan secara kritis dalam kehidupannya.
Pembelajaran merupakan sebuah upaya yang mengakibatkan anak didik
mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya ini dilakukan dengan
menetapkan sumber belajar, isi atau materi pembelajaran, dan strategi penyampaian
pembelajaran. Guru harus memiliki keterampilan yang baik dalam memilih strategi
pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis
kegiatan pembelajaran, maka pencapaian tujuan pembelajaran dapat terpenuhi.
Pembelajaran bahasa pada hakekatnnya adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran
------------------------- 64
E. Kosasih, Khaeruddin Kurniawan, dan Halimah. Pengajaran Keterampilan Berbahasa,
(Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), Ed. 1, cet. ke-1, h. 3.3.
65 Ma’mur Saadie, dkk.Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), Cet. ke-2, h. 7.4.
43
bahasa diajarkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam komunikasi
baik secara lisan maupun tulis. Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran
yang dipelajari mulai dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SMP dan MTs), Sekolah Lanjutan Atas (SMA, Madrasah Aliyah), sampai
dengan perguruan tinggi. Peranan bahasa Indonesia juga sangat penting di sekolah
sebagai mata pelajaran penentu kelulusan, maka dari itu pelajaran bahasa Indonesia
dituntut untuk memenuhi standar kelulusan.
6. Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan simbol yang digunakan sebagai alat komunikasi, bahasa
dalam kehidupan sehari-hari yang kita gunakan untuk menyatakan pikiran, perasaan,
dan kemauan. Jika tidak ada bahasa, sulit kita untuk mengemukakan kesan batin
sendiri, mengetahui isi batin orang lain dan mengadakan hubungan dalam
masyarakat. Bahasa Indonesia dalam Sumpah Pemuda menempatkan bahasa
Indonesia sebagai
bahasa nasional yang berfungsi:
1. Lambang Kebangsaan Nasional
Bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari
rasa kebangsaan. Melalui bahasa Indonesia, bangsa Indonesia menyatakan
harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikan pegangan hidup.
2. Lambang Identitas Nasional
Derajat bahasa Indonesia sama dengan bendera dan negara Indonesia. Di
dalam melaksanakan fungsinya bahasa Indonesia harus memiliki khas sehingga
serasi dengan lambang-lambang kebangsaan yang lain.
3. Alat Pemersatu Bangsa
Sebagai alat pemersatu bangsa, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan
identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar
belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan bahasa Indonesia, kita
bahkan dapat melestarikan kepentingan nasional di atas kepentingan daerah
atau golongan.
4. Alat Penghubung Antardaerah dan Antarbudaya
Sebagai alat penghubung antardaerah dan antarbudaya bahasa Indonesia
44
Indonesia telah menunjukkan kemampuannya sejak berabad-abad yang lalu,
semenjak bahasa tersebut bernama bahasa melayu. Dengan bahasa Indonesia,
kita dapat mengadakan talimarga atau komunikasi dengan suku-suku bangsa
yang menghuni kawasan Indonesia. Bahasa Indonesia mampu menghilangkan
jarak antara suku yang satu dengan suku yang lain, baik yang disebabkan
oleh faktor geografi maupun latar belakang sosial budaya dan bahasa daerah
yang berbeda-beda.66
Selain fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia dalam UUD 1945,
juga menyatakan sebagai bahasa negara yang berfungsi:
1. Bahasa Resmi Negara
Bahasa Indonesia dipakai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan baik secara lisan maupun tulis. Dokumen-dokomen dan keputusan-
keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan
kenegaraan lainnya, ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato kenegaraan dan
penjelasan-penjelasan pemerintah kepada masyarakat disampaikan dalam
bahasa Indonesia.
2. Bahasa Pengantar di dalam Dunia Pendidikan.
Telah terbukti bahwa sejak bangsa Indonesia diproklamasikan sebagai
negara (17 Agustus 1945), bahasa Indonesia telah digunakan sebagai pengantar
dalam dunia pendidikan menggantikan bahasa Belanda, kecuali di TK dan tiga
tahun SD, penggunaan bahasa daerah belum sama sekali dapat dihilangkan,
mengingat bahasa Indonesia masih dianggap sebagai bahasa kedua. Namun,
perkembangan membuktikan bahwa bahasa Indonesia semakin banyak
dipergunakan sebagai bahasa pengantar pendidikan di semua jenjang dan jalur
pendidikan.
3. Alat Penghubung pada Tingkat Nasional
Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan
saja sebagai alat talimarga antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai
alat talimarga di dalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya
dan bahasa.
4. Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Penyebaran ilmu dan teknologi baik melalui penulisan maupun
penerjemahan buku-buku teks seta penyajiannya di lembaga-lembaga
pendidikan maupun melalui penulisan sarana-sarana lain di luar lembaga-
-------------------------- 66
Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian. (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 18-19.
45
lembaga pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Indonesia.67
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada
tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar 1945 disahkan
sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang
1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Berdasarkan
kedudukannya yang sangat penting, bahasa Indonesia sangat perlu untuk dipelajari
oleh seluruh rakyat Indonesia melalui proses pendidikan.
7. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Setiap jenjang pendidikan memberikan pelajaran bahasa Indonesia dengan
tujuan agar pembelajar dapat mengusai bahasa Indonesia dengan baik dan benar,
penggunaan bahasa yang baik menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi dan
kondisi. Bahasa yang benar, bahasa yang sesuai dengan kaidah yang ada, artinya
bahasa yang benar harus menggunakan tata bahasa, sistem ejaan, artikulasi, dan
kalimat yang sesuai dengan aturan bahasa. Di samping itu, bahasa yang benar, bahasa
yang rasional artinya isi pembicaraan dapat diterima akal sehat.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar pembelajar menghargai dan
membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara, bahasa persatuan, dan
bahasa nasional. Dengan menghargai dan mengembangkan bahasa Indonesia,
diharapkan seluruh masyrakat Indonesia memiliki rasa cinta dan tanggung jawab
untuk memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia, Selanjutnya agar
pembelajar memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, fungsi, serta
menggunakannya dengan tepat untuk berbagai macam tujuan.
Selain itu, tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar pembelajar
memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual serta kematangan emosional dan sosial. Melalui pemahaman
---------------------------
67 Ibid., h. 19.
46
bahasa Indonesia secara cermat diharapkan akan tercipta perilaku yang sehat dengan
landasan intelektual. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar pembelajar dapat
mencintai bahasa tanah air sebagai bahasa resmi negara. Dengan mempelajari
bahasa Indonesia, pembelajar akan mengetahui bagaimana penggunaan bahasa
Indonesia yang aik dan benar dapat digunakan dalam situasi dan kondisi tertentu,
karena kemampuan intelektual seseorang akan terlihat dari segi cara berbicara atau
berbahasa.
Bahasa yang mempunyai banyak fungsi, maka pembelajaran bahasa Indonesia
diajarkan di setiap jenjang pendidikan, karena pembelajaran bahasa Indonesia
bertujuan untuk membekali anak didik berupa kemampuan berbahasa Indonesia
yang baik dan benar untuk digunakan dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun
tulis. Pembelajaran bahasa Indonesia dapat memberikan manfaat yang bersifat praktis
dan juga manfaat strategis. Adapun manfaat yang dapat diperoleh melalui
pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan komunikasi.
2. Pembentuk perilaku positif.
3. Sarana pengembang ilmu pengetahuan.
4. Sarana memperoleh ilmu pengetahuan.
5. Sarana pengembang nilai atau norma kedewasaan.
6. Sarana ekspresi imajinatif.
7. Sarana penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia.
8. Sarana tranfer nilai-nilai kebudayaan.68
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum penelitian ini dilakukan, ada beberapa orang yang telah melakukan
penelitian dengan judul yang relevan dengan penulis. Namun, ada perbedaan dalam
objek, tempat, dan variabel penelitiannya.
Pertama, Ida Farida, 2009, dengan judul “Kepribadian Guru Pendidikan Agama
Islam Menurut Siswa dan Hubungannya dengan Motivasi Belajar Mereka.”, dari
----------------------------- 68
Ma’mur Saadie, dkk., op. cit., h. 7.7.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan positif yang signifikan antara persepsi tentang kepribadian guru dengan
minat belajar siswa. Hal ini menunjukkan semakin positif persepsi siswa tentang
kepribadian guru, semakin tinggi minat belajar yang dimilikinya. Perbedaan
penelitian Ida Farida dengan skripsi ini terletak hanya di variabel Y. Penelitian
sebelumnya menggunakan motivasi belajar siswa sebagai varibel Y, sedangkan
dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah minat belajar siswa.
Kedua, Hary Saputra, 2011, dengan judul “Hubungan Pengelolaan Kelas dengan
Minat Belajar Siswa di SMP Muhammadiyah 17 Ciputat”, dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Berdasakan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) Terdapat
hubungan yang positif antara pengelolaan kelas dengan korelasi berkatagori sedang
atau cukup, hasil tersebut dapat diketahui dari rhitung 0,401 dan rtabel 0,301 artinya
rhitung > dari rtabel. 2) Dalam penelitian tersebut terdapat konstribusi yang diberikan
variabel X (pengelolaan kelas) terhadap variabel Y (minat belajar siswa) adalah
sebesar 16% dengan demikian sebesar 84% dipengaruhi oleh faktor lain.
Ketiga, Syifa Sakinah, 2010, dengan judul “Pengaruh Sistem Pendidikan
Sekolah Gratis terhadap Minat Belajar Siswa SMP Utama Krukut Depok”, dari UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Perbedaan penelitian Syifa Sakinah dengan skripsi ini
adalah metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian
korelasional. Penelitian tersebut tujuannya untuk mengetahui pengaruh antara sistem
pendidikan sekolah gratis terhadap minat belajar siswa. Analisis data dengan
menggunakan koefisien korelasi product moment. Dari hasil data perhitungan
menunjukkan bahwa positif dan signifikan antara pengaruh sistem pendidikan
sekolah terhadap menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara sistem
pendidikan sekolah gratis terhadap minat belajar siswa tersebut adalah kuat atau
tinggi.
Penulis membahas skripsi dengan judul “Minat Belajar Siswa Terhadap
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Al-Amanah, Desa Bakti Jaya, Kecamatan
48
Setu, Tangerang Selatan, Banten”. Berdasarkan perasaan senang, memperhatikan
pelajaran, partisipasi dalam proses pembelajaran, dan kemauan untuk tahu lebih
banyak. Dengan melihat perbedaan minat belajar siswa yang diteliti akan menambah
pengetahuan penulis dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu diharapkan dalam
penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih luas lagi.
E. Kerangka Berpikir
Pelajaran bahasa Indonesia sering disepelekan siswa, mereka menganggap
bahwa pelajaran bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang mudah dan tidak terlalu
penting diperhatikan. Selain itu, sebagaian dari mereka juga menganggap bahwa
materi dalam pelajaran bahasa Indonesia itu membosankan, seperti membuat puisi,
menulis karangan atau pun berpidato di depan kelas, tetapi di balik semua kejenuhan
mereka itu pelajaran bahasa Indonesia memegang peranan penting. Di antaranya
yaitu bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi penentu
kelulusan pada ujian akhir nasional. Untuk menarik minat siswa dalam belajar
bahasa Indonesia, maka seharusnya siswa mempunyai perhatian yang besar untuk
belajar. Selain itu, dalam diri mereka juga akan timbul minat yang mendorong siswa
untuk mempelajari dan memahami pelajaran bahasa Indonesia.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus
yang disertai dengan rasa senang. Minat itupun besar pengaruhnya terhadap belajar,
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, maka siswa
tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya, ia
segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahkan
pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disimpan, karena
minat menambah kegiatan belajar.
49
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan
hasilnya, maka minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa
dalam bidang-bidang tertentu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi
yang rendah. Maka apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap
suatu bidang studi ia akan memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya,
kemudian karena pemusatan perhatian yang insentif terhadap materi itulah yang
memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi
yang tinggi dalam bidang studi tersebut. Demikian juga halnya dengan minat siswa
terhadap bidang studi bahasa Indonesia, apabila seorang siswa mempunyai minat
yang besar terhadap bidang studi bahasa Indonesia, maka siswa tersebut akan
memusatkan perhatiannya terhadap bidang mata pelajaran bahasa Indonersia dan
prestasinya pun akan memuaskan.
Pentingnya membangkitkan minat dan keinginan pada proses belajar mengajar
khususnya pada bidang studi bahasa Indonesia tidak dapat dipungkiri, karena
dengan membangkitkan minat yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat belajar.
Siapa yang bekerja berdasarkan minat dan motivasi yang kuat, ia tidak akan merasa
lelah dan tidak cepat bosan. Oleh karena itu guru perlu meningkatkan dan memelihara
minat belajar siswa dengan tujuan pencapaian keberhasilan pada proses belajar
mengajar yang maksimal. Selain untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam
proses belajar mengajar, guru juga bertugas memperhatikan kegiatan yang dilakukan
oleh siswa, baik itu yang dilakukan di dalam lingkungan sekolah ataupun di dalam
lingkungan masyarakat, karena seorang guru selain bertugas menyampaikan bahan
ajaran juga bertugas sebagai orang tua yang mengasuh, memperhatikan, serta
menjaga siswanya. Interaksi sosial yang dilakukan siswa akan sangat berpengaruh
terhadap prestasi yang akan dicapai oleh siswa, karena lingkungan sosial sangat
berperan aktif dalam pembentukan karakter seseorang.
50
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang pasti mengadakan hubungan atau
interaksi dengan orang lain, interaksi tersebut dapat berupa interaksi yang
berlangsung dalam bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya.
Oleh karena itu, jika minat belajar siswa tinggi serta diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari, maka minat belajar yang dilakukan siswa pasti akan baik pula,
sebaliknya apabila minat belajar siswa itu rendah, maka sekaligus minat belajar
sehari-harinya pasti tidak akan sempurna.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah “metode yang digunakan dalam aktivitas
penelitian”.1
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif, yaitu “penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan
karakteristik sesuatu sebagaimana adanya”,2 dan penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, “pendekatan yang penting untuk memahami suatu
fenomena sosial dan perspektif individu yang diteliti. Tujuan pokoknya untuk
menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan fenomena itu”.3
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan sekitar bulan Agustus sampai bulan September
2014, dan bertempat di SMP Al Amanah Jl. Raya Puspitek, Desa Bakti Jaya,
Kecamatan Setu, Tangerang Selatan, Banten.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah “keseluruhan individu atau obyek yang akan dikaji oleh
peneliti”.4 Pendapat Sugiyono populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.5 Adapun
populasi dalam penelitian ini siswa SMP Al Amanah kelas VIII yang terdiri dari
1 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), Cet. 2, h. 43.
2 Syamsuddin AR. dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahada, (Bandung :
Sekolah Pascasarjana UPI, 2006), Cet. 1, h. 24.
3 Ibid., h. 74.
4 Mustofa Usman dkk, Statistika : Pengantar pada Teknik Analisis Data, (Bandung: Sinar
Baru Gensindo, 2009), Cet. 1, h. 2.
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung : Alfabeta, 2011), Cet. 1, h. 119.
51
52
6 (enam) kelas dan jumlah populasi seluruhnya 240 siswa.
Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”.6
Sampel adalah ”sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.7
Teknik pengambilan sampel pada saat penelitian ini dilakukan dengan cara accidental
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan cara memilih siapa saja yang
kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel.
Kriteria penentuan besarnya pengambilan sampel, berdasarkan “apabila
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 –
15% atau 20 – 25% atau lebih”.8 Maka dalam hal ini penulis akan mengambil
sampel sebanyak 50 % dari jumlah siswa kelas VIII SMP Al Amanah, diperoleh hasil
50% dari 240 siswa, yaitu 120 siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data sangat penting bagi penelitian, sebab teknik pengumpulan
data mendukung keberhasilan dalam suatu penelitian. Adapun teknik yang digunakan
adalah :
1. Penelitian Kepustakaan adalah “ penelitian yang dilakukan dengan cara membaca
buku-buku, majalah, dan sumber data lainnya dalam perpustakaan”.9 Dalam
penelitian kepustakaan ini penulis melakukan dengan mempelajari buku-buku,
dokumentasi, majalah, dan artikel yang ada hubungannya dengan masalah yang
akan di teliti. Maka hal ini Mardalis mengatakan “pada hakekatnya data yang
diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan dasar dan
6 Ibid., h. 120.
7 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian : suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta : Rineka Cipta,
2010), Ed. rev., cet. 14, h. 174.
8 Ibid., h.112.
9 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), Cet.1, h. 31.
53
alat utama bagi pelaksanaan penelitian lapangan”.10
2. Penelitian Lapangan (field research), penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
data secara langsung ke lapangan melalui :
a. Observasi
Observasi adalah “suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam
situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan
tertentu”.11
Dalam hal ini, penulis mengadakan pengamatan langsung di SMP Al
Amanah.
b. Angket (Kuesioner)
Angket (kuesioner) “merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada
orang lain dengan maksud agar orang yang diberi angket tersebut bersedia
memberikan respons sesuai dengan permintaan”.12
Penyebaran angket berupa
daftar pertanyaan secara tertulis yang disesuaikan dengan operasional penelitian,
diberikan kepada subyek yang telah tersedia pada setiap item pertanyaan yang
penulis lakukan kepada siswa kelas VIII SMP Al Amanah yang penulis jadikan
sampel dalam penelitian ini dan sampel diambil sesuai dengan banyaknya siswa,
yaitu 120 siswa.
Berikut ini kisi-kisi angket tentang minat belajar siswa terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia.
10 Mardalis, Medote Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995).
Cet. 3, h. 28.
11
Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran : Prinsip, Teknik, Prosedur. (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2013), Cet. 5, h. 153.
12
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif,
(Jakarta : Erlangga, 2009), Ed. 2, h. 100.
54
Tabe 3.1
Kisi-kisi Angket Minat Belajar Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
Aspek Indikator Nomor
Soal
Jumlah
Soal
Perasaan
Senang
- Frekuensi kehadiran memadai
- Keinginan untuk terus belajar
- Antusias dalam belajar
- Tidak merasa bosan belajar
2
1, 3
6, 21, 26
4, 22
1
2
3
2
Memperhatikan
pelajaran
- Mendengarkan penjelasan guru
- Mencatat materi
- Membaca catatan di papan tulis
- Konsentrasi dalam belajar
5
7, 8
9, 27, 29
10, 30
1
2
3
2
Partisipasi
dalam proses
pembelajaran
- Bertanya
- Menjawab pertanyaan
- Mengerjakan tugas
- Mengaitkan toeri pengetahuan
dengan kehidupan sehari-hari
11
12, 20, 25
19, 23
18
1
3
2
1
Kemauan untuk
tahu lebih
banyak
- Mengunjungi perpustakaan
- Berkonsultasi & mendiskusikan
- Menelaah buku pengetahuan
tentang pelajaran bahasa
Indonesia
14, 28
15, 16
13, 17, 24
2
2
3
55
c. Wawancara.
Wawancara adalah ”salah satu alat yang paling banyak digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian kualitatif”.13
Dalam teknik ini, penulis
melakukan wawacara langsung dengan pihak terkait serta mengetahui terhadap
permasalahan yang sedang dibahas dalam kegiatan belajar, khususnya dalam
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Al-Amanah.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pernyataan yang
dibentuk berupa angket. Kemudian diberikan kepada objek penelitian, yaitu siswa
kelas VIII SMP Al-Amanah yang penulis pilih sebagai sampel dalam penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Setelah angket tentang minat belajar siswa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia terkumpul dengan lengkap. Tahap berikutnya adalah menganalisis data
tentang minat belajar siswa terhadap mata pembelajaran bahasa Indonesia. Langkah
selanjutnya adalah pengolahan data melalui tahap sebagai berikut:
a. Editing
Proses editing yakni memeriksa kembali berkas data yang telah terkumpul
sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dinyatakan baik, sehingga dapat
disiapkan untuk proses berikutnya.
b. Tabulating
Proses tabulating yakni mentabulasikan atau memindahkan jawaban
responden ke dalam tabulasi atau tabel yang kemudian dicari presentasinya untuk
dianalisis. Untuk memperoleh data angket yang telah ditabulasikan dan presentase,
maka digunakan rumus:
13 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif : Dasar-dasar, (Jakarta : Indeks, 2012), Cet. 1, h. 45.
56
Keterangan:
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = number of cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
P = angka persentase.14
Untuk menganalisis data, data digunakan penafsiran nilai prosentase sebagai
berikut:
0 % : Tidak ada satupun
1% - 25% : Sebagian kecil
26% - 49% : Hampir setengahnya
50% : Setengahnya
51% - 75% : Sebagian besar
76% - 99% : Hampir seluruhnya
100% : Seluruhnya.15
14 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafika Persada, 2004), cet.
14, h. 43.
15
Warsito Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1992), h.85.
F
P = ----- x 100 %
N
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Al Amanah
1. Sejarah dan Perkembangan SMP Al Amanah
SMP al-Amanah adalah unit yang pertama dibuka di lingkungan YPPA
(Yayasan Pondok Pesantren Al Amanah), beralamat di Jl. Raya Puspitek, Desa
Bakti Jaya, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. SMP Al
Amanah mulai beroperasi pada tahun ajaran 1991/1992 yang berdasarkan SK
Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa
Barat Nomor 572/102/Kep/E/91, tanggal 18 September 1991 yang berdiri di atas
tanah seluas 5.700 m2
dan statusnya akte jual beli, sedangkan luas bangunannya
1.630 m2.
Untuk mendapat kepercayaan dari masyarakat, SMP Al Amanah mengikuti
akreditasi pada tahun 1994 dan berhasil meraih status disamakan berdasarkan SK
Kakanwil Depdikbud Provinsi Jawa Barat Nomor 852/102/Kep/I/94, tanggal 4
November 1994, dan terakhir diakreditasi tahun 2011 dengan hasil terakreditasi B.
Sarana untuk belajar di SMP Al Amanah cukup memadai, ada laboratorium
IPA, dan Komputer, Perpustakaan, AV (Audio Visual), dan sarana lain. Secara
kuantitas maupun kualitas SMP Al Amanah selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Sejak tahun 2008/2009 kegiatan belajar mengajar dilaksanakan hanya 5 (lima) hari
kerja, mulai Senin sampai dengan Jumat, dari pukul 07.00 – 13.00. Untuk Sabtu dan
Minggu digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler, seperti paskibra, pramuka, futsal,
basket, taekondo, tari, musik, dan muhadharah (latihan berpidato).
SMP Al Amanah sejak berdiri sampai sekarang dipimpin oleh seorang Kepala
Sekolah, yaitu :
1) Periode 1991 - 1993 : Drs. Asep Saefuddin
2) Periode 1993 - sekarang : Drs. H. Oman Rohmanuddin, M.M.
57
58
2. Visi dan Missi
a. Visi “unggul dalam iman, prtestasi, aman dan nyaman”, indikator:
- Unggul dalam aktivitas keagamaan dan sosial.
- Unggul dalam memperoleh nilai US/UN.
- Unggul dalam olah raga, kesenian, kepramukaan, dan paskibra.
b. Misi
- Meningkatkan aktivitas keagamaan dan sosial dengan penuh kesadaran dan
kebersamaan.
- Meningkatkan perolehan nilai rata-rata US/UN melalui pembelajaran aktif,
kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
- Meningkatkan aktivitas ekstrakurikuler olah raga, kesenian, kepramukaan
dan Paskibra.
- Meningkatkan pengelolaan 7 (tujuh) K secara aktif, kreatif dan partisipatif.
3. Susunan Personalia SMP Al Amanah
Susunan personalia SMP Al-Amanah pada tahun ajaran 2013/2014, sebagai
berikut :
a. Jabatan
- Kepala Sekolah : Drs. H. Oman Rohmanuddin, M.M.
- Waka Sekolah : Drs. Nuryaman, S. Ag.
- PKS Bidang Kurikulum : Drs. Ulum Ahkham
- PKS Bidang Kesiswaan & OSIS : Iyep Sumpena, S.Pd.
- Pengelola Perpustakaan : Zaenul Hasan
- Pengelola Laboratorium : Dyah Purwandari, S.Pd.
- Ketua Koperasi : Tri Wiyanto, S.Kom.
- Pengelola Komputer : Tri Wiyanto, S.Kom.
- Petugas BP/BK : - Drs. Nuryaman, S.Ag.
- Shodikin Nizan, S.Pd.
59
b. Pembantu Kesiswaan
- Pembina Kerohanian : - Ahmad Husen, S.Ag.
- Dede Aslikah, S.Ag.
- Pembina Olah raga : Saeful Bachri, S.E.
- Pembina Pramuka/Paskibra : - Ahmad Sofyan
- M. Nugroho
- Ingdam Pratama
4. Kurikulum
SMP Al Amanah memadukan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI dan Kementerian Agama RI, agar para peserta didik memiliki
ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan agama, di antaranya:
a. Mata Pelajaran
Mata pelajaran di SMP Al Amanah ada 14 mata pelajaran dan dibagi
kepada dua muatan, yaitu:
1) Muatan tetap, terdiri dari: (1) Pendidikan Agama Islam
(2) Pendidikan Kewarganegaraan
(3) Bahasa Indonesia
(4) Bahasa Inggris
(5) Matematika
(6) IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
(7) IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
(8) Seni Budaya
(9) Penjaskes/Olahraga
(10) Komputer/TIK.
2) Muatan lokal, terdiri dari: (1) Baca Tulis Quran/Hadis
(2) Aqidah Akhlak/Budi Pekerti
(3) Fiqih, dan Bahasa Arab
60
5. Pendidik, Peserta Dididk, dan Tenaga Kependidikan
a. Pendidik
Jumlah pendidik/guru SMP Al Amanah pada tahun pelajaran 2014/2015,
ada 25 tenaga pendidik/guru, terdiri dari 14 guru laki-laki dan 11 guru
perempuan dan semua guru berpendidikan S1, dari berbagai program
studi/jurusan, lihat tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Keadaan Tenaga Pendidik SMP Al Amanah
No Nama L/P Pend Bidang Studi
1 Drs. H. Oman R, MM L S2 Bahasa Inggris
2 Drs. Nuryaman , S.Ag L S1 Pend. Agama Islam
3 H. Ahmad Hadi, S.Ag L S1 Fiqih
4 Drs. Ahmad Muhroj L S1 IPS
5 Drs. Ulul Arkham L S1 PKn
6 Drs. Saefullah L S1 IPS &KTK
7 Shodikin Nizan, S.Pd L S1 Bahasa Inggris
8 Bambang Widada, M.Pd L S1 Matematika
9 Iyep Supena, S.Pd L S1 IPS
10 Ahmad Husen, S.Ag L S1 Bahasa Arab
11 Dede Asikah, S.Ag P S1 Qur’an/Hadis/PAI
12 Siti Maryam, S.Ag P S1 Akhlaq & B. Arab
13 Dyah Purwandari S., S.Pd P S1 IPA
14 Deasy Mariyatul Q, S.Pd P S1 Bahasa Inggris
15 Dian Sunanti, S.Pd P S1 Matematika
16 Siti Maesaroh, S.Ag P S1 B. Indonesia
17 Ngatinem, S.Pd P S1 Matematika
18 Eka Fitriah V., S.Pd P S1 IPA (Biologi)
19 Tri Wiyanto, S.Kom L S1 Komputer
20 Saeful Bachri, SE L S1 Penjakes
21 Pujono, SS L S1 B. Indonesia
22 Eti Sumiati, S.Sos P S1 Qur’an &Seni Budya
23 Fifin Dwi Aryani, S.Pd P S1 B. Indonesia
24 Ary Kusmawati, S,Pd P S1 PKn & Penjakes
25 A. Bachruddin Fahri, S.Pd L S1 Akhlak & TU
b. Peserta Didik
Jumlah peserta didik SMP Al Amanah pada tahun pelajaran 2014/2015,
yaitu 717 siswa, terdiri dari kelas VII ada 6 (enam) kelas sebanyak 275 siswa,
kelas VIII ada 6 (enam) kelas sebanyak 240 siswa, dan kelas IX ada 6 (enam)
sebanyak 220 siswa, utnuk memperjelas pernyataan di atas dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Keadaan Peserta Didik SMP Al Amanah Menurut Jenis Kelamin
No
Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1 Kelas VII 139 118 275
2 Kelas VIII 116 124 240
3 Kelas IX 115 105 220
Jumlah 370 347 717
c. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan SMP Al Amanah ada 6 (enam orang, terdiri dari 5
(lima) orang laki-laki dan satu orang perempuan dan yang menjadi pegawai
tetap yayasan ada 2 (dua) orang dan pegawai tidak tetap yayasan ada 4
(empat) orang. Untuk memperjelas pernyataan di atas dapat dilihat pada
62
tabel di bawah ini:
Tabel 4.3
Keadaan Tenaga Kependidikan SMP Al Amanah
No Tenaga Kependidikan Jumlah Keterangan
1 PelaksanaTU tetap yayasan 2 orang pria & perempuan
2 Tenaga TU tidak tetap 4 orang pria semua
Jumlah 6 orang
d. Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana yang tersedia pada SMP Al Amanah,
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Keadaan Sarana dan Prasaran SMP Al Amanah Menurut Kondisinya
No Jenis Fasilitas Jumlah Kondisi
1 Ruang Administrasi
a. Ruang Kepala Sekolah 1 ruang baik
b. Ruang Guru 1 ruang baik
c. Ruang Pelayanan Administrasi 1 ruang baik
2 Ruang Kegiatan Belajar
a. Ruang Kelas 18 ruang baik
b. Ruang Lab. Fisika/Kimia/Biologi 1 ruang baik
c. Ruang Lab. Bahasa 1 ruang baik
d.Ruang Praktek Komputer 1 ruang baik
3 Ruang Penunjang Pendidikan
a. Ruang Perpustakaan 1 ruang baik
b. Tempat Ibadah 1 ruang baik
4 Ruang Penunjang lainnya
a. Ruang Toilet/kamar mandi 11 ruang baik
b. Ruang Gudang 1 ruang baik
B. Hasil Analisis Data
1. Observasi
Tahap observasi dilakukan melalui pengamatan langsung di SMP Al
Amanah di kelas VIII, yaitu pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Pengamatan ini dilakukan oleh penulis. Penulis mengamati siswa ataupun guru
pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Setelah kegitan belajar mengajar
di kelas selesai, kemudian penulis mewawancarai langsung kepada guru mata
pelajaran bahasa Indonesia tentang minat belajar siswa terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas.
Berdasarkan hasil observasi penulis, keadaan siswa SMP Al Amanah bisa
dikatakan dari yang mampu sampai yang tidak mampu, SMP Al Amanah setiap
tahun pelajaran baru menyediakan satu kelas khusus untuk siswa yang tidak
mampu. Siswa tersebut harus tinggal di Pesantren al-Amanah. Biaya hidup di
pesantren dan biaya pendidikan ditanggung yayasan Al Amanah sampai selesai.
Perlengkapan selama di pesantren dan di sekolah, seperti: baju seragam, sepatu,
buku pelajaran, dan kitab disediakan oleh yayasan Al-Amanah.
Siswa dari keluarga yang mampu bisa membiayai uang sekolah sampai
akhir tahun pelajaran. Namun, siswa itu dalam belajar tidak semangat dan
besantai santai saja. Tetapi ada juga siswa yang dari kalangan bawah sangat
bersemangat dalam belajar, dapat dilihat dari kepedulian siswa ini terhadap guru
serta lingkungan sekolah dan dari para guru menyukai siswa ini.
Dari wawancara yang penulis lakukan terhadap siswa mengatakan
kurangnya media pembelajaran serta keterbatasan fasilitas membuat mereka
64
kurang tertarik terhadap mata pelajaran, membuat mereka kurang berminat
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, ini dapat dilihat ketika pembelajaran
bahasa Indonesia berlangsung ada yang masih suka mengobrol, bercanda bahkan
ada yang berdiskusi di luar jam pelajaran bahasa Indonesia dan ada juga siswa
yang disuruh guru membaca materi pelajaran bahasa, ternyata siswa tersebut
dalam membaca materi bahasa Indonesia kurang lancar, tetapi ada juga sebagian
siswa yang antusias atau serius dan ikut berpartisipasi terhadap pelajaran bahasa
Indonesia karena mereka menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia.
Dari hasil obeservasi tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa
untuk siswa kelas VIII di SMP Al Amanah dalam hal minat belajar siswa
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia ada yang berminat atau serius dan ada
yang sangat memahami, ada juga siswa yang kurang berminat untuk belajar dan
memahami mata pelajaran bahasa Indonesia. Artinya minat belajar siswa terhadap
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah masih perlu ditingkatkan lagi
dengan memberikan bimbingan dan motivasi belajar kepada siswa.
2. Angket
Dari data yang telah dikumpulkan, dianalisis dengan tujuan dapat menarik
kesimpulan dengan baik. Pengolahan data yang masuk, ditempuh dengan cara
mentabulasikan, menganlisis, dan menafsirkan setiap data dari masing-masing
responden atau individu. Setelah diperoleh data dari hasil angket, kemudian data
tersebut diolah dalam bentuk tabel deskriptif persentase dengan menggunakan
rumus:
F
P = -------- x 100 %
N
Keterangan:
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = number of cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
P = angka persentase.
65
Adapun parameter untuk penafsisran nilai persentase, adalah sebagai
berikut:
1. 0% = tidak ada satu pun
2. 1% - 25% = sebagian kecil
3. 26% - 49% = hampir setengahnya
4. 50% = setengahnya
5. 51% - 75% = sebagain besar
6. 76% - 99% = hampir seluruhnya
7. 100% = seluruhnya
Kemudian sejumlah pernyataan yang penulis berikan kepada para
responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Saya merasa senang dengan mata pelajaran bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 17 14,2%
Setuju (S) 46 38,3%
Kurang setuju (KS) 57 47,5%
Tidak Setuju (TS) 0 0%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menujukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 14,2%, setuju 38,3%, kurang setuju 47,5%, dan tidak setuju 0%.
Dengan demikian, ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju,
hampir setengahnya dari jumlah siswa yang menyatakan setuju dan kurang
setuju, dan tidak ada satu pun siswa yang menyatakan tidak setuju terhadap
pernyataan saya merasa senang dengan mata belajar pelajaran bahasa Indonesia.
66
Tebel 4.6
Saya hadir ketika mata pelajaran bahasa Indonesia diajarkan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 43 35,8%
Setuju (S) 69 57,5%
Kurang setuju (KS) 8 6,7%
Tidak Setuju (TS) 0 0%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 35,8%, setuju 57,5%, kurang setuju 6,7%, dan tidak setuju 0%.
Dengan demikia, hampir setengahnya siswa responden ada yang menyatakan
sangat setuju, sebagian besar siswa menyatakan setuju , sebagian kecil siswa
menyatakan kurang setuju , dan tidak ada satupun siswa yang menyatakan tidak
setuju terhadap pernyataan saya hadir ketika mata pelajaran bahasa Indonesia
diajarkan.
Tabel 4.7
Saya bersemangat ketika mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 23 19,2%
Setuju (S) 34 28,3%
Kurang setuju (KS) 63 52,5%
Tidak Setuju (TS) 0 0%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyataakan
sangat setuju 19,2%, setuju 28,3%, kurang setuju 52,5%, dan siswa yang
67
menyatakan tidak setuju 0%. Dengan demikian , ada sebagian kecil siswa yang
menyatakan sangat setuju, hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan
setuju, sebagian besar siswa menyatakan kurang setuju, dan tidak ada satupun
siswa yang menyatakan tidak setuju terhadap penyataan saya bersemangat
ketika mengikuti pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 4.8
Saya tidak merasa bosan dalam mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 15 12,5%
Setuju (S) 48 40 %
Kurang setuju (KS) 52 43,3%
Tidak Setuju (TS) 5 4,2%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 12,5%, setuju 40%, kurang setuju 43,3% , dan yang menyatakan
tidak setuju 4,2%. Dengan demikian, ada sebagian kecil siswa menyatakan
sangat setuju dan tidak setuju, hampir setengahnya dari jumlah siswa responden
menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap terhadap pernyataan saya tidak
merasa bosan dalam mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 4.9
Saya mendengarkan dengan baik penjelasan guru mata
Pelajaran bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 12 10%
Setuju (S) 45 37,5%
Kurang setuju (KS) 58 48,3%
Tidak Setuju (TS) 5 4,2%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan , bahwa terdapat siswayang menyatakan
sangat setuju 10%, setuju 37,5%, kurang setuju ada 48,3%, dan tidak setuju
2,8%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju,
dan tidak setuju, hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju,
dan setengahnya dari jumlah siswa menyatakan kurang setuju terhadap penyataan
saya mendengarkan dengan baik penjelasan guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 4.10
Saya membaca buku pelajaran bahasa Indonesia ketika ada
waktu senggang
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 15 12,5%
Setuju (S) 55 45,8%
Kurang setuju (KS) 45 37,5%
Tidak Setuju (TS) 5 4,2%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan , bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 12,5%, setuju 45,8%, kurang setuju 37,5%, dan tidak setuju 4,2%.
Dengan demikian, ada siswa yang menyatakan sebagian kecil sangat setuju dan
tidak setuju, siswa yang hampir setengahnya menyatakan setuju dan kurang setuju
terhadap pernyataan saya membaca buku pelajaran bahasa Indonesia ketika ada
waktu senggang.
69
Tabel 4.11
Saya mencatat materi bahasa Indonesia yang dianggap penting
yang dijelaskan guru di kelas
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 18 15 %
Setuju (S) 36 30 %
Kurang setuju (KS) 61 50,8%
Tidak Setuju (TS) 5 4,2%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 15%, setuju 30%, kurang setuju 50,8%, dan tidak setuju 4,2%.
Dengan demikian, ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan
tidak setuju, hampir setengahnya siswa menyatakan setuju, dan sebagian besar
siswa menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan saya mencatat materi mata
pelajaran bahasa Indonesia yang dianggap penting yang dijelaskan guru di kelas.
Tabel 4.12
Saya sering tidak mencatat materi bahasa Indonesia yang ada dipapan tulis
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 0 0%
Setuju (S) 57 47.5%
Kurang setuju (KS) 46 38,3%
Tidak Setuju (TS) 17 14,2%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 0%, setuju 47,5%, kurang setuju 38,3%, dan tidak setuju 14,2%.
70
Dengan demikian tidak ada satupun siswa yang menyatakan sangat setuju, hampir
setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju dan kurang setuju, dan ada
sebgaian kecil siswa yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan saya
sering tidak mencatat materi pelajaran bahasa Indonesia yang ada di papan tulis.
Tabel 4.13
Saya membaca dengan cermat materi pelajaran bahasa Indonesia
yang dicatat guru di papan tulis
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 27 22,5%
Setuju (S) 39 32,5%
Kurang setuju (KS) 49 40,8%
Tidak Setuju (TS) 5 4,2%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 22,5%, setuju 32,5%, kurang setuju 40,8%, dan tidak setuju 4,2%.
Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju, dan
hampir setengahnya dari jumlah siswa yang menyatakan setuju dan kurang setuju,
dan ada sebagian kecil siswa menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan
saya membaca dengan cermat materi pelajaran bahasa Indonesia yang dicatat
guru di papan tulus.
Tabel 4.14
Saya konsentrasi dalam mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 23 19,2%
Setuju (S) 34 28,3%
Kurang setuju (KS) 63 52,5%
Tidak Setuju (TS) 0 0%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 19,2%, setuju 28,3% yang menyatakan kurang setuju 52,5%, dan
menyatakan tidak setuju 0%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang
menyatakan sangat setuju, hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan
setuju, dan sebagian besar siswa responden menyatakan kurang setuju, dan tidak
ada satupun siswa yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan saya
konsentrasi dalam nengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 4.15
Saya aktif bertanya bila terdapat materi pelajaran bahasa Indonesia
yang sulit dimengerti
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 15 12,5%
Setuju (S) 43 35,8%
Kurang setuju (KS) 57 47,5%
Tidak Setuju (TS) 5 4,2%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 12,5%, setuju 35,8%, kurang setuju 47,5%, dan tidak setuju 4,2%.
Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan
tidak setuju, dan hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju dan
kurang setuju terhadap pernyataan saya aktif bertanya bila terdapat materi
pelajaran bahasa Indonesia yang sulit dimengerti.
72
Tabel 4.16
Saya menjawab pertanyaan yang diberikan guru mata pelajaran
bahasa Indonesia ketika pembelajaran berlangsung
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 18 15 %
Setuju (S) 52 43,3%
Kurang setuju (KS) 46 38,3%
Tidak Setuju (TS) 4 3,4%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 15%, setuju 43,3% kurang setuju 38,3%, dan tidak setuju 3,4%.
Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan
tidak setuju , dan hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju dan
kurang setuju terhadap pernyataan saya menjawab pertanyaan yang diberikan guru
mata pelajaran bahasa Indonesia ketika pembelajaran sedang berlangsung.
Tabel 4.17
Saya belajar bahasa Indonesia mempelajari buku paket yang diwajibkan sekolah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 16 13,3%
Setuju (S) 66 55 %
Kurang setuju (KS) 38 31,7%
Tidak Setuju (TS) 0 0%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 13,3%, setuju 55%, kurang setuju 31,7%, dan tidak setuju 0%.
73
Dengan demikian ada sebagain kecil siswa yang menyatakan sangat setuju,
sebagian besar siswa menyatakan setuju, hampir setengahnya siswa responden
menyatakan kurang setuju, dan tidak ada satupun siswa yang menyatakan tidak
setuju terhadap pernyataan saya belajar bahasa Indonesia mempelajari buku paket
yang diwajibkan sekolah.
Tabel 4.18
Saya meminjam buku bahasa Indonesia dari perpustakaan untuk
mengembangkan wawasan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 20 16,7%
Setuju (S) 42 35 %
Kurang setuju (KS) 55 45,8%
Tidak Setuju (TS) 3 2,5%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 16,7%, setuju 35%, kurang setuju 45,8%, dan tidak setuju 2,5%.
Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan
tidak setuju, dan hampir setengahnya dari jumlah siswa yang menyatakan setuju
dan kurang setuju terhadap pernyataan saya meminjam buku bahasa Indonesia
dari perpustakaan untuk mengembangkan wawasan.
Tabel 4.19
Saya berkonsultasi kepada guru, orang tua, dan saudara atau teman,
jika mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 21 17,5%
Setuju (S) 44 36,6%
Kurang setuju (KS) 51 42,5%
Tidak Setuju (TS) 4 3,4%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 17,5%, setuju 36,6%, kurang setuju 42,5%, dan tidak setuju ada
3,4%. Dengan demikian sebagian kecil siswa menyatakan sangat setuju dan tidak
setuju, dan hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju dan kurang
setuju terhadap pernyataan saya berkonsultasi kepada guru, orang tua, saudara
atau teman, jika mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia.
Tabel 4.20
Saya melanjutkan materi mata pelajaran bahasa Indonesia dengan
teman sekolah di luar jam pelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 13 10,8%
Setuju (S) 50 41.7%
Kurang setuju (KS) 54 45 %
Tidak Setuju (TS) 3 2,5%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk pernyataan saya melanjutkan
materi pelajaran bahasa Indonesia dengan teman sekolah di luar jam pelajaran. Hal
ini dapat dilihat dari hasil prosentase, terdapat siswa yang menyatakan sangat
setuju 10,8%, setuju 41,7%, kurang setuju 45 %, dan tidak setuju 2,5%. Dengan
demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak
setuju, dan hampir setengahnya siswa yang menyatakan setuju dan kurang setuju
terhadap pernyataan saya melanjutkan materi mata pelajaran bahasa
Indonesia dengan teman sekolah di luar jam pelajaran.
75
Tabel 4.21
Saya suka mengerjakan soal-soal latihan pada buku pelajaran
bahasa Indonesia untuk memperluas pengetahuan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 25 20,8%
Setuju (S) 44 36,7%
Kurang setuju (KS) 48 40 %
Tidak Setuju (TS) 3 2,5%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 20,8%, setuju 36,7%, kurang setuju 40%, dan tidak setuju 2,5%.
Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan
tidak setuju, dan hampir setengahnya siswa yang menyatakan setuju dan kurang
setuju terhadap pernyataan saya suka mengerjakan soal-soal latihan pada buku
pelajaran bahasa Indonesia untuk memperluas pengetahuan.
Tabel 4.22
Saya suka menghubungkan materi bahasa Indonesia dengan
kegiatan hidup sehari-hari
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 18 15 %
Setuju (S) 46 38,3%
Kurang setuju (KS) 52 43,4%
Tidak Setuju (TS) 4 3,3%
Jumlah 120 100%
76
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 15%, setuju 38,3%, kurang setuju 43,4%, dan tidak setuju 3,3%.
Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan
tidak setuju, dan hampir setengahnya siswa menyatakan setuju dan kurang setuju
terhadap pernyataan sya suka menghubungkan materi bahasa Indonesia dengan
kegiatan hidup sehari-hari.
Tabel 4.23
Saya mengerjakan tugas pelajaran bahasa Indonesia tepat waktu
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 21 17,5%
Setuju (S) 46 38,3%
Kurang setuju (KS) 49 40,8%
Tidak Setuju (TS) 4 3,4%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 17,5%, setuju 38,3%, kurang setuju 40,8%, dan tidak setuju 3,4%.
Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan
tidak setuju, hampir setenganya dari jumlah siswa yang menyatakan setuju dan
tidak setuju terhadap pernyataan saya mengerjakan tugas pelajaran bahasa
Indonesia tepat waktu.
Tabel 4.24
Saya sering tidak mengerjakan latihan-latihan soal di rumah
yang diberikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 9 7,5%
Setuju (S) 56 46,7%
Kurang setuju (KS) 52 43,3%
Tidak Setuju (TS) 3 2,5%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas nenunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 7,5%, setuju 46,7%, kurang setuju 43,3%, dan tidak setuju 2,5%.
Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan
tidak setuju, dan hampi setengahnya dari jumlah siswa menyatakan setuju dan
kurang setuju terhadap pernyataan saya sering tidak mengerjakan latihan-latihan
soal di rumah yang diberikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 4.25
Saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan penuh perhatian
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 20 16,7%
Setuju (S) 46 38,3%
Kurang setuju (KS) 54 45 %
Tidak Setuju (TS) 0 0%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 16,7%, setuju 38,3%, kurang setuju 45%, dan 0% tidak setuju.
Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju,
hampir setengahnya dari jumlah siswa yang menyatakan setuju dan kurang setuju,
dan tidak ada satupun siswa yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan
saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan penuh perhatian.
78
Tabel 4.26
Saya mencoba mempelajari dengan teliti ketika ada materi yang tidak mengerti
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 15 12,5%
Setuju (S) 39 32,5%
Kurang setuju (KS) 61 50,8%
Tidak Setuju (TS) 5 4,2%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang menyatakan
sangat setuju 12,5%, setuju 32,5%, kurang setuju 50,8%, dan tidak setuju 4,2%.
.Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan
tidak setuju, hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan tidak setuju,
dan sebagian besar siswa menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan saya
mencoba mempelajari dengan teliti, ketika ada materi yang tidak mengerti.
Tabel 4.27
Saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sambil mengerjakan tugas pelajaran
yang lain
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 8 6,7%
Setuju (S) 61 50,8%
Kurang setuju (KS) 33 27,5%
Tidak Setuju (TS) 18 15 %
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa terdapat siswa
menyatakan sangat setuju 6,7%, setuju 50,8%, kurang setuju 27,5%, dan tidak
79
setuju 15%. Dengan demikian sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat
setuju dan tidak setuju, sebagian besar siswa menyatakan setuju, dan hampir
setengahnya siswa menytakan kurang setuju terhadap pernyataan saya mengikuti
pelajaran bahasa Indonesia sambil mengerjakan tugas pelajaran yang lain.
Tabel 4.28
Saya kurang suka membaca buku pelajaran bahasa Indonesia
karena isinya tidak menarik
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 7 5,8%
Setuju (S) 56 46,7%
Kurang setuju (KS) 37 30,8%
Tidak Setuju (TS) 20 16,7%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang
menyatakan sangat setuju 5,8%, setuju 46,7%, kurang setuju 30,8%, dan tidak
setuju 16,7%. Dengan demikian sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat
setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnya siswa responden menyatakan
setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya kurang suka membaca buku
pelajaran bahasa Indonesia karena isinya tidak tertarik.
Tabel 4.29
Saya berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan benar
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 15 12,5%
Setuju (S) 58 48,3%
Kurang setuju (KS) 42 35 %
Tidak Setuju (TS) 5 4,2%
Jumlah 120 100%
80
Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa terdapat siswa
menyatakan sangat setuju 12,5%, setuju 48,3%, kurang setuju 35%, dan tidak
setuju 4,2%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat
setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan
setuju dan setengahnya siswa responden menyatakan kurang setuju terhadap
pernyataan saya berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan
benar.
Tabel 4.30
Saya mengerjakan sendiri, ketika diberi tugas atau PR pelajaran
bahasa Indonesia oleh guru
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 21 17,5%
Setuju (S) 39 32,5%
Kurang setuju (KS) 52 43,3%
Tidak Setuju (TS) 8 6,7%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa terdapat sebagian kecil
siswa yang menyatakan sangat setuju 17,5%, setuju 32,5%, kurang setuju 43,3%,
dan tidak setuju 6,7%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang
menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnyadari jumlah
siswa responden menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya
mengerjakan sendiri, ketika diberi tugas atau PR pelajaran bahasa Indonesia oleh
guru.
81
Tabel 4.31
Saya tidak berusaha membaca buku pelajaran bahasa Indonesia,
walaupun pengetahuan bahasa Indonesia saya kurang
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 5 4,2%
Setuju (S) 58 48,3%
Kurang setuju (KS) 45 37,5%
Tidak Setuju (TS) 12 10 %
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa terdapat siswa menyatakan
sangat setuju 4,2%, setuju 48,3 %, kurang setuju 37,5%, dan tidak setuju 10%.
Dengan demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan
tidak setuju, setengahnya dari jumlah siswa responden yang menyatakan setuju,
dan hampir setengahnya dari jumlah siswa menyatakan kurang setuju terhadap
pernyataan saya tidak berusaha membaca buku pelajaran bahasa Indonesia,
walaupun pengetahuan bahasa Indonesia saya kurang.
Tabel 4.32
Saya kurang tertarik mengunjungi perpustakaan untuk mendalami
lebih lanjut materi pelajaran bahasa Indonesia
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 5 4,2%
Setuju (S) 49 40,8%
Kurang setuju (KS) 47 39,2%
Tidak Setuju (TS) 19 15,8%
Jumlah 120 100%
82
Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang
menyatakan sangat setuju 4,2%, setuju 40,8%, kurang setuju 39,2%, dan tidak
setuju 15,8%. Dengan demikian ada sebagian kecil siswa responden yang
menyatakan sangat setuju dan tidak setuju, dan hampir setengahnya dari siswa
responden menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap pernyataan saya
kurang tertarik mengunjungi perpustakaan untuk mendalami lebih lanjut materi
pelajaran bahasa Indonesia.
Tabel 4.33
Saya membaca buku mata pelajaran bahasa Indonesia sebelum
pelajaran bahasa Indonesia mulai
Alternatif Jawaban Frekuensi Peresentase (%)
Sangat Setuju (SS) 15 12,5%
Setuju (S) 40 33,4%
Kurang setuju (KS) 52 43,3%
Tidak Setuju (TS) 13 10,8%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa siswa yang menyatakan sangat
setuju 12,5%, setuju 33,4%, kurangsetuju 43,3%, dan tidak setuju 10,8 %. Dengan
demikian ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat setuju dan tidak setuju,
hampir setengahnya siswa responden menyatakan setuju dan kurang setuju terhadap
pernyataan saya membaca buku pelajaran bahasa Indonesia sebelum pelajaran
bahasa Indonesiadi mulai.
Tabel 4.34
Saya tidak mempunyai waktu untuk membaca buku pelajaran bahasa Indonesia,
karena sibuk dengan pekerjaan lain
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase (%)
Sangat Setuju (SS) 6 5%
Setuju (S) 56 46,7%
Kurang setuju (KS) 38 31,6%
Tidak Setuju (TS) 20 16,7%
Jumlah 120 100%
Dari tabel di atas dapat menunjukkan, bahwa terdapat siswa yang
menyatakan sangat setuju 5%, setuju 46,7%, kurang setuju 31,6%, dan tidak
setuju 16,7%. Dengan demikian, ada sebagian kecil siswa yang menyatakan sangat
setuju dan tidak setuju. Hampir setengahnya, siswa menyatakan setuju dan
kurang setuju terhadap pernyataan saya tidak mempunyai waktu untuk membaca
buku pelajaran bahasa Indonesia, karena sibuk dengan kegiatan lain.
3. Wawancara
Tahap wawancara dilakukan pada sebagian siswa kelas VIII SMP Al
Amanah , teknik wawancara ini dilakukan dengan mengacak nama siswa yang
penulis peroleh dari absen siswa. Penulis hanya mewawancarai tiga siswa, yaitu
satu siswa laki-laki dan dua siswa perempuan dari 36 siswa kelas VIII SMP Al
Amanah , dan satu orang guru bahasa Indonesia, wawancara ini mengenai
minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Al
Amanah. Berdasarkan hasil wawancara yang terlampir, menyimpulkan bahwa
minat belajar siswa SMP Al Amanah terhadap pembelajaran bahasa Indonesia
masih harus ditingkatkan.
C. Pembahasan
Berdasarkan data di atas dapat diketahui, bahwa minat belajar siswa
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah masih perlu
mendapatkan perhatian, baik dari guru (pendidik) maupun lingkungan sekitar.
Tingkat minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al
Amanah dapat dilihat dari analisis data berupa angket dan hasil wawancara.
84
Bila dilihat dari data angket di atas, bahwa minat belajar siswa terhadap
bahasa Indonesia masih perlu ditingkatkan lagi di SMP Al Amanah. Hal ini
terlihat dari indikator minat siswa dalam ketertarikan, dan perasaan senang
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan agar siswa
lebih berminat dalam belajar bahasa Indonesia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa di SMP Al Amanah
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu kurang motivasi, kurang senang
terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, tidak semangat dalam setiap mengikuti
mata pelajaran bahasa Indonesia. Siswa pun tidak mempunyai niat untuk belajar
bahasa Indonesia, contoh kurang setuju melanjutkan materi pelajaran bahasa
Indonesia dengan teman sekolah di luar jam pelajaran. Selain faktor di atas, ada
pula faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa di SMP Al Amanah yang
masih kurang, yaitu kurangnya dorongan dari guru, orang tua, dan sarana dan
prasarana untuk menunjang kelancaran dalam kegiatan balajar mengajar. Dengan
guru, orang tua, teman, dan sarana prasarana apabila tersebut cukup terpenuhi
akan menimbnulkan adanya minat yang dimiliki para siswa.
Motivasi seorang guru atau seorang pendidik yang dapat menimbulkan
minat siswa adalah dengan memberikan strategi mengajar dan motivasi yang
menarik dalam kegiatan belajar mengajar dan harus selalu memberikan informasi
dan semangat pada setiap siswa, khusus dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam
ujian nasional. Maka pendidik pun harus memberikan keyakinan bahwa dengan
mempelajari bahasa Indonesia siswa dapat mengetahui bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
Dorongan dari orang tua pun sangat diperlukan bagi siswa untuk
menimbulkan minat belajar, agar minatnya sudah mulai timbul, maka sebagai
orang tua harus memberikan perhatian kepada setiap anaknya tentang belajar
di sekolah dan melihat nilai yang diperoleh sesuai kemampuan anak. Orang tua
85
pun jangan suka memarahi anaknya, jika anaknya mendapat nilai yang tidak
memuaskan, tetapi sebagai orang tua harus memberikan motivasi dan semangat
pada anaknya. Selain dorongan dari pendidik dan orang tua yang dapat
menimbulkan minat belajar siswa, ada juga dorongan dari seorang teman yang
dapat menciptakan minat belajar. Seorang teman dapat berperan seperti orang tua
dan pendidik yang memberikan motivasi dan semangat positif kepada temannya
untuk meraih dan mencapai sesuatu yang diinginkan oleh temannya sendiri.
Berapa besar pengaruh faktor-faktor yang mempengeruhi minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia , yaitu merasa senang siswa
dengan mata pelajaran bahasa Indonesdia 14,2% sangat setuju, dan 38,3 setuju,
sedangkan 47,5% siswa yang menyatakan kurang setuju. Jadi hampir setengahnya
siswa kurang setuju terhadap pernyataan merasa senang dengan mata pelajaran
bahasa Indonesia, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5. Bersemangat ketika
mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia hanya 19,2% sangat setuju dan 28,3%
setuju, sedangkan 52,5% siswa yang menyatakan kurang setuju. Jadi sebagian
besar siswa responden menyatakan kurang bersemangat dalam mengikuti
pelajaran bahasa Indonesia, hal ini dapat dilihat pada tabel 4.14, tabel 4.20 dan
tabel 4.26.
Siswa SMP Al Amanah kurang suka membaca buku pelajaran bahasa
Indonesi, contoh seperti pada tabel 4.28 di mana siswa menyatakan hal tersebut
ada 6,7% sangat setuju dan setuju 45,8%, sedangkan 30% dan 17,5% siswa yang
menyatakatan kurang setuju dan tidak setuju terhadap penyataan kurang suka
membaca buku pelajaran bahasa Indonesia, karena isinya tidak menarik. Pada
tabel 4.24 siswa pun sering tidak mengerjakan latihan soal di rumah yang
diberikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari hasil
presentasenya, sebanyak 7,5% siswa menyatakan sangat setuju dan 46,7% siswa
responden menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut di atas, sedang
43,3% siswa menyatakan kurang setuju dan 2,5 % siswa menyatakan tidak setuju
86
terhadap pernyataan sering tidak mengerjakan latihan soal di rumah yang
diberikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini terbukti bahwa minat
siswa SMP AL Amanah terhadap pembelajaran bahasa Indonesia masih kurang.
Sarana dan prasarana di SMP Al Amanah juga masih kurang, seperti
laboratorium bahasa yang masih belum mendukung dalam kegiatan proses
belajar mengajar. Maka minat belajar siswa pun masih berkurang karena tidak
didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana yang memadai di SMP Al Amanah.
Hal ini penulis dapat dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa
Indonesia di SMP Al Amanah.
Dorongan dan perhatian guru pun sangat berpengaruh untuk minat belajar
siswa. Dalam tabel 4.9 sebanyak 10% siswa sangat setuju, 37,5% siswa
menyatakan setuju, 48,3% siswa menyatakan kurang setuju, dan 4,2% siswa
menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan mendengarkan dengan baik
penjelasan guru pelajaran bahasa Indonesia. Guru harus memberikan dorongan
kepada siswa agar dapat mendengarkan dengan baik penjelasan dari guru.
Dorongan dari orang tua dapat dilihat dari tabel 4.33 sebanyak 43,3 % siswa
menyatakan kurang setuju dan 10,8% siswa menyatakan tidak setuju terhadap
pernyataan membaca buku pelajaran bahasa Indonesia sebelum jam pelajaran
bahasa Indonesia dimulai, sedangkan siswa yang menyatakan sangat setuju ada
12,5% dan siswa yang menyatakan setuju ada 33,4%. Jadi, siswa yang membaca
kembali buku pelajaran bahasa Indonesia sebelum jam pelajaran bahasa Indonesia
dimulai, minatnya kurang.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan kajian teoritis dan penelitian mengenai tingkat minat belajar
siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al Amanah yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya. Dalam bab ini, penulis mencoba
mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran, sebagai berikut:
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas VIII
SMP Al Amanah, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Minat belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Al
Amanah masih perlu mendapatkan perhatian dan peningkatan, karena mata
pelajaran bahasa Indonesia sangat dibutuhkan dan yang termasuk mata
pelajaran dalam ujian nasional.
2. Faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia di SMP Al Amanah, yaitu perlunya rasa senang terhadap
mata pelajaran bahasa Indonesia, motivasi atau dorongan dari guru, orang
tua, dan teman, serta minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia.
Pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat harus mendukung faktor yang
mempengaruhi minat belajar siswa agar siswa mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Faktor yang mempengaruhui minat belajar siswa sangat berpengaruh untuk
meningkatkan minat belajar siswa baik di sekolah maupun di lingkungan
sekitar. Faktor tersebut harus tercapai secara maksimal, agar siswa lebih
minat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
4. Untuk menumbuhkan dan membangkitkan minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran bahasa Indonesia, guru harus berusaha mencari metode
yang mampu menghubungkan antara mata pelajaran bahasa Indonesia
87
88
dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam bermasyarakat, agar siswa dapat
termotivasi untuk dapat memahami dan membaca buku mata pelajaran
bahasa Indonesia.
B. Saran
Mengacu pada penelitian yang menyatakan bahwa minat merupakan faktor
yang penting dalam pembelajaran siswa, penulis memberikan beberapa saran,
sebagai berikut:
1. Hendaknya kepala SMP Al Amanah bekerja sama dengan para guru agar
mengadakan program untuk memotivasi minat belajar siswa khususnya
mata pelajaran bahasa Indonesia, karena mata pelajaran bahasa Indonesia
merupakan mata pelajaran yang diujikan dalam UN (Ujian Nasional).
2. Hendaknya guru khususnya guru mata pelajaran bahasa Indonesia
memberikan bimbingan agar maksimal minat belajar siswa dan cara
mengajar untuk lebih ditingkatkan lagi, karena faktor minat belajar siswa
sangat dibutuhkan siswa agar siswa tersebut dapat mencapai segala yang
diinginkannya.
3. Hendaknya semua faktor-faktor yang mempengeruhi minat belajar siswa
sangat berpengeruh terhadap setiap mata pelajaran, khususnya mata
pelajaran bahasa Indonesia. Setiap guru harus mengetahui besar pengaruh
yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Dengan hal ini diharapkan
akan menjadi tolok ukur bagi setiap guru untuk selalu meningkatkan minat
yang ada pada diri siswa masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Alek dan Achmnad HP, Buku Ajar Bahasa Indonesia, Jakarta: FITK Press UIN
Syarif Hidayatullah, Cet. ke-1, 2009.
Anwar, Sumarsih. Sikap Profesional Peneliti Agama, Jakarta: Balai Penelitian dan
Pengembangan Agama, Cet. ke-1, 2008.
Arifin, Zenal. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung:
Rosdakarya, Cet. ke-5, 2013.
Arikunto, Surasimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, Ed. Rev., cet. ke-14, 2010.
Chaplin, James P. Kamus Lengkap Psikologi, Penerjemah Kartini Karto, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, Ed. 1, cet. ke-9, 2004.
Dalyono, M. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Pelaturan Pemerintah RI Tentang
Pendidikan, Jakarta: Dirjen Pendis Depag RI, 2006.
Dapartemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, Ed. ke-3, cet. ke-4, 2007.
Djaali. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke-4, 2006.
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, Ed. 2, 2008.
Effendi, E. Usman dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, Bandung: Angkasa, Ed.
Rev., 2012.
Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Strategi
Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum dan
Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, Cet. ke-1, 2007.
Gani, Ramlan A. dan Mahmudah Fitriyah ZA, Pembinaan Bahasa Indonesia, Jakarta:
UIN Jakarta Press, Cet. ke-1, 2007.
89
90
Hermawan, Warsito. Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1992.
Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima, 2009.
Hamalik, H. Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja
Rosada Karya, Cet. ke-1, 2007.
-------------, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. ke-2, 2003.
Hergenhanhn, B.R.. & Matthew H. Olson, Theories of Learning, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, Ed. 7, cet. ke-3, 2010.
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan : Umum dan Agama Islam, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, Ed. Rev., cet. ke-6, 2008.
Hidayat, Asep Ahmad. Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakekat Makna dan Tanda,
Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. ke-1, 2006.
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, Jakarta: Erlangga, Ed. ke-2, 2009.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, Cet. ke-1, 2011.
Mardalis. Metode Penelitian : suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara,
Cet. ke-3, 1995.
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Pendis Depag,
2009.
Misbahuddin dan Iqbal Hasan. Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta:
Bumi Akasara, Ed. 2, cet. ke-1, 2013.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.
Nurkencana, Wayan dan P.P.N. Sunartana, Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha
Nasional, Cet. ke-4, 1993.
Peraturan Pemerintah RI. Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional
Pendidikan, Jakarta: Sinar Grafika, Cet. ke-4, 20 09.
91
Purwanto, M. Ngalim.Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. ke-
26, 2013.
Rahayu, Minto, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian, Jakarta: Grasindo, Cet. ke-1, 2007.
Saadie, Ma’mur, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008.
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. ke-3, 2007.
Saebani, Beni Ahmad. Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, Cet. ke-2, 2008.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorinetasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencara Media Group, Ed. 1, cet. ke-8, 2011.
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, 1988.
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif : Dasar-dasar, Jakarta: Indeks, Cet. ke-1, 2012.
Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group,Cet. ke-4, 2009.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, Cet. ke-5, 2010.
Subhan, M. dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai
Pendekatan, Metode Teknik, dan Media Pengajaran, Bandung: Pustaka Setia,
Cet. ke-3, 2011.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafika Persada, 2004,
Cet. ke-14, h.43.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi Bandung: Alfabeta, Cet. ke-1, 2011.
------------, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, Cet. ke-13,
2011.
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar,
Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. ke-3, 2012.
92
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan : dengan Pendekatan Baru, Bandung:
Remaja Rosdakarya, Cet. ke-18, 2013.
Syamsuddin AR. dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahada,
Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI, Cet. ke-1, 2006.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Mini Jaya Abadi, Cet. ke-1, 2003.
Uno, Hamzah B. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. ke-3, 2008.
Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta:
Bumi Aksara, Ed. 2, cet. ke-1, 2008,
Usman, Moh. Uzer. Menjadi guru professional, Bandung: Remaja Rosda Karya,
1994.
Usman, Mustofa, dkk, Statistika: Pengantar pada Teknik Analisis Data,
Bandung: Sinar Baru Gensindo, Cet. ke-1, 2009.
Lampiran 1
ANGKET MINAT BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
Penunjuk pengisian
1. Bacalah terlebih dahulu dengan teliti sebelum menjawab pernyataan.
2. Berilah tanda ceklis (√) pada jawaban yang sesuai.
3. Alternaitif jawaban sebagai berikut: SS (Sangatsetuju) KS (Kurangsetuju)
S (Setuju) TS (Tidaksetuju)
No
URAIAN PERNYATAAN
SS
S
KS
TS
1.
Saya merasa senang dengan mata pelajaran bahasa Indonesia
2.
Saya hadir ketika mata pelajaran bahasa Indonesia diajarkan
3.
Saya bersemangat ketika mengikuti mata pelajaran bahasa
Indonesia
4.
Saya tidak merasa bosan dalam mempelajari mata pelajaran bahasa
Indonesia
5.
Saya mendengarkan dengan baik penjelasan guru mata pelajaran
bahasa Indonesia
6.
Saya membaca buku pelajaran bahasa Indonesia ketika ada waktu
senggang
7.
Saya mencatat materi bahasa Indonesia yang dianggap penting yang
dijelaskan guru di kelas
8.
Saya sering tidak mencatat materi bahasa Indonesia yang ada di
papan tulis
9.
Saya membaca dengan cermat materi pelajaran bahasa Indonesia
yang dicatat guru di papan tulis
10. Saya konsentrasi dalam mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia
11.
Saya aktif bertanya bila terdapat materi pelajaran bahasa Indonesia
yang sulit dimengerti
12.
Saya menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mata pelajaran
bahasa Indonesia ketika pembelajaran berlangsung
13.
Saya belajar bahasa Indonesia mempelajari buku paket yang
diwajiban sekolah
14.
Saya meminjam buku bahasa Indonesia dari perpustakaan untuk
mengembangkan wawasan.
15.
Saya berkonsultasi kepada guru, orang tua, saudara atau teman, jika
mengalami kesulitan dalam belajar bahasa Indonesia
16. Saya melanjutkan materi mata pelajaran bahasa Indonersia dengan
teman sekolah di luar jam pelajaran
17. Saya suka mengerjakan soal-soal latihan pada buku pelajaran
bahasa Indonesia untuk memperluas pengetahuan
18. Saya suka menghubungkan materi bahasa Indonesia dengan
kegiatan hidup sehari-hari
19. Saya mengerjakan tugas pelajaran bahasa Indonesia tepat waktu
20. Saya sering tidak mengerjakan latihan-latihan soal di rumah yang
diberikan guru mata pelajaran bahasa Indonesia
21. Saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia dengan penuh perhatian
22.
Saya mencoba mempelajari dengan teliti, ketika ada materi yang
tidak mengerti
23.
Saya mengikuti pelajaran bahasa Indonesia sambil mengerjakan
tugas pelajaran yang lain
24.
Saya kurang suka membaca buku pelajaran bahasa Indonesia karena
isinya tidak menarik
25.
Saya berusaha menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
dengan benar
26.
Saya mengerjakan sendiri, ketika diberi tugas atau PR pelajaran
bahasa Indonesia oleh guru
27.
Saya tidak berusaha membaca buku pelajaran bahasa Indonesia,
walaupun pengetahuan bahasa Indonesia saya kurang
28.
Saya kurang tertarik mengunjungi perpustakaan untuk mendalami
lebih lanjut materi pelajaran bahasa Indonesia
29.
Saya membaca buku pelajaran bahasa Indonesia sebelum pelajaran
bahasa Indonesia dimulai
30.
Saya tidak mempunyai waktu untuk membaca buku pelajaran
bahasa Indonesia, karena sibuk dengan pekerjaan lain
Selamat mengerjakan dan terima kasih.
Lampiran 2
Lembaran Wawancara dengan Siswa
Wawancara pada observasi untuk siswa kelas VIII SMP Al Amanah yang dipilih
secara acak.
1. Apakah yang kamu sukai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia?
2. Bagimana proses belajar mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas kamu?
3. Menurut kamu materi mata pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang kamu
sukai?
4. Bagaimana minat kamu dalam mempelajari materi bahasa Indonesia?
5. Menurut kamu mata pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat
kamu menyukai pelajaran bahasa Indonesia?
6. Apakah kamu sering membaca buku mata pelajaran bahasa Indonesia?
7. Apakah kamu bertanya kalau ada materi yang belum dipahami?
8. Apakah nilai mata pelajaran bahasa Indonesia kamu bagus?
Lampiran 3
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa SMP Al Amanah
Nama : M. Bilqis
Tempat : SMP Al Amanah
Kelas : VIII
Tanggal : 12 Agustus 2014
Tanya : Assalamu’alaikum wr, wb.
Jawab : Waalaikumsalam wr. Wb.
Tanya : Siapakah nama kamu?
Jawab : M. Bilqis
Tanya : Kenapa kamu memilih sekolah di SMP Al Amanah?
Jawab : Karena dengan sekolah di SMP Al Amanah saya dapat ilmu pengetahuan
agama dan pengetahuan umum.
Tanya : Apakah yang kamu sukai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Saya menyukai materi diskusi dalam pelajaran bahasa Indonesia, karena
dapat melatih saya di depan umum, dan sering saya membaca di depan
umum dapat membuat saya lebih jadi percaya diri.
Tanya : Bagaimana proses belajar mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas
kamu?
Jawab : Proses belajar di kelasa saya mencatat, membaca, dan mengisi soal-soal
yang diberikan guru. Saya tidak terlalu suka cara metode guru saya
dalam menyampaikan materi kurang jelas, ketika guru saya menjelaskan
materi, ada salah satu murid yang tidak mengerti, kemudian bertanya.
Guru hanya menjelaskan saja dan penejelasannya tidak dijelaskan secara
tuntas. Kemudian ketika guru saya menjelaskan pelajaran, ada murid
yang tidak memperhatikan, guru saya hanya diam saja tidak berusaha
untuk menegurnya.
Tanya : Menurut kamu materi mata pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang
kamu sukai?
Jawab : Saya tidak menyukai materi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, tetapi
saya lebih suka praktek dalam mata pelajaran bahasa Indonesia,
contohnya praktek dalam materi pelajaran wawancara. Saya suka dengan
adanya praktek wawancara karena dapat melatih saya untuk berhadapan
dengan orang lain.
Tanya : Bagaimana minat kamu dalam mempelajari materi bahasa Indonesia?
Jawab : Saya senang terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia seperti membuat
naskah drama, membuat puisi, dan membuat karya tulis, karena dengan
adanya kegiatan tersebut dapat mendorong saya untuk menjadi pemain
drama dan penulis yang baik. Dengan adanya dorongan dari guru saya
lebih giat dan berusaha terus agar yang saya inginkan dapat tercapai.
Tanya : Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat
kamu menyukai pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Saya menyukai mata pelajaran bahasa Indonesia, karena dapat
mengekspresikan diri saya, dan dalam pelajaran bahasa Indonesia juga
saya bisa belajar membuat naskah drama, puisi, dan karya tulis, juga
pelajaran bahasa Indonesia saya bisa membedakan mana bahasa
Indonesia yang baik dan yang tidak baik.
Tanya : Apakah kamu sering membaca buku mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Saya dan mungkin juga teman-teman saya jarang sekali membaca buku
pelajaran bahasa Indonesia, kecuali kalau mau ada ulangan.
Tanya : Apakah kamu bertanya kalau ada meteri pelajaran bahasa Indonesia yang
belum paham?
Jawab : Saya tidak pernah bertanya walaupun tidak paham.
Tanya : Apakah nilai mata pelajaran bahasa Indonesia saudara bagus?
Jawab : Saya mengenai nilai mata pelajaran bahasa Indonesia tidak pernah baik,
hanya cukup saja.
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa SMP Al Amanah
Nama : Nia Aulia Rahmah
Tempat : SMP Al Amanah
Kelas : VIII
Tanggal : 19 Agustus 2014
Tanya : Assalamu’alaikum wr, wb.
Jawab : Waalaikumsalam wr. Wb.
Tanya : Siapakah nama kamu?
Jawab : Nia Aulia Rahmah
Tanya : Kenapa kamu memilih sekolah di SMP Al Amanah?
Jawab : Karena saya ingin berprestasi dan bisa mencari ilmu untuk dunia
dan akhirat nanti.
Tanya : Apakah yang kamu sukai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Mata pelajaran bahasa Indonesia cakupan materinya luas, seperti
membaca, menyimak, menulis, dan berbicara, karena cakupannya luas
saya tidak bisa mengatakan suka atau tidak suka yang penting bagi saya
nilai bahasa Indonesia janga merah.
Tanya : Bagaimana proses belajar mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas
kamu?
Jawab : Kurang menyenangkan dan sebagian teman-teman ada yang tidak suka
dan menganggap gampang terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Oleh
karena itu minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia
kurang diminati.
Tanya : Menurut kamu materi mata pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang
kamu sukai?
Jawab : Menghafal dan menganalisis dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
Tanya : Bagaimana minat kamu dalam mempelajari materi bahasa Indonesia?
Jawab : Minat saya terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia tidak terlalu karena
saya selalu menganggap gampang dalam setiap belajara bahasa Indonesia.
Tanya : Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat
kamu menyukai pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Saya suka terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia ketika mengeluarkan
pendapat.
Tanya : Apakah kamu sering membaca buku mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Saya kadang-kadang baca dan kadang-kadang tidak kecuali kalau mau
ulangan.
Tanya : Apakah kamu bertanya kalau ada meteri pelajaran bahasa Indonesia
yang belum paham?
Jawab : Saya jarang bertanya ke guru, walaupun materi pelajaran bahasa
Indonesia yang dijelaskan guru tidak paham.
Tanya : Apakah nilai mata pelajaran bahasa Indonesia kamu bagus?
Jawab : Nilai mata pelajaran bahasa Indonesia saya tidak pernah bagus, hanya
pas-pasan saja
HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan siswa SMP Al Amanah
Nama : Fitri Dianarosi
Tempat : SMP Al Amanah
Kelas : VIII
Tanggal : 19 Agustus 2014
=============================================================
Tanya : Assalamu’alaikum wr, wb.
Jawab : Waalaikumsalam wr. Wb.
Tanya : Siapakah nama kamu?
Jawab : Fitri Dianarosi
Tanya : Kenapa kamu memilih sekolah di SMP Al Amanah?
Jawab : Karena SMP AlAmanah pelajarannya perpaduan dari kurikulum
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan kurikulum
Kementerian Agama RI.
Tanya : Apakah yang kamu sukai dalam mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Bagi saya, mata pelajaran bahasa Indonesia yang disukai membaca dan
berbicara.
Tanya : Bagaimana proses belajar mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas
kamu?
Jawab : Proses belajar di kelas biasa saja kurang semangat, karena motivasi
dari guru kurang dan metode yang digunakan ceramah dan tanya jawab,
dalam menyampaikan materi pelajarannya kurang jelas.
Tanya : Menurut kamu materi mata pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang
kamu sukai?
Jawab : Saya menyukai materi pelajaran bahasa Indonesia, yaitu materi puisi,
drama, karya tulis, dan pantun.
Tanya : Bagaimana minat kamu dalam mempelajari materi bahasa Indonesia?
Jawab : Minat saya terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia biasa saja,
karenasaya selalu menganggap gampang dalam setiap materi pelajaran
bahasa Indonesia.
Tanya : Menurut kamu pelajaran bahasa Indonesia seperti apa yang membuat
kamu menyukai pelajaran bahasa Indonesia
Jawab : Saya suka materi pelajaran bahasa Indonesia tentang drama dan puisi,
karena dapat mengekspresikan diri saya sendiri.
Tanya : Apakah kamu sering membaca buku mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Saya jarang sekali membaca buku pelajaran bahasa Indonesia,kecuali
kalau ada tugas dari guru pelajaran bahasa Indonesia.
Tanya : Apakah kamu bertanya kalau ada meteri pelajaran bahasa Indonesia
yang belum paham?
Jawab : Saya tidak pernah bertanya, sekalipun tidak mengerti apa yang di
jelaskan oleh ibu guru.
Tanya : Apakah nilai mata pelajaran bahasa Indonesia kamu bagus?
Jawab : Nilai mata pelajaran bahasa Indonesia saya kadang baik dan kadang jelek.
Lampiran 4
Lembaran Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia
Wawancara pada kegiatan observasi untuk Guru Pelajaran Bahasa Indonesia.
1. Apakah pembagian kelas VIII ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa?
2. Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas VIII ini terhadap mata pelajaran
bahasa Indonesia?
3. Apakah minat baca terhadap buku pelajaran bahasa Indonesia siswa sudah baik?
4. Apa yang menyebabkan siswa kurang berminat membaca buku pelajaran bahasa
Indonesia?
5. Apaka minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia siswa ada pengaruhnya
dengan hasil belajar siswa? Jika ada bagaimana pengaruhnya!
6. Bagaimana upaya ibu dalam meningkatkan minat membaca siswa terhadap buku
pelajaran bahasa Indonesia?
7. Hambatan apa yang ibu pernah temukan dalam meningkatkan minat baca siswa?.
8. Bagimana menurut ibu kondisi psikologis siswa dalam mengikuti mata pelajaran
bahasa Indonesia?
Lampiran 5
HASIL WAWANCARA
Nama : Siti Maesaroh, S.Ag
Jabatan : Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia
Tempat : Ruang Guru
Tanggal : 2 September 2014
============================================================
Tanya : Apakah pembagian kelas VIII ini berdasarkan tingkat kemampuan
siswa?
Jawab : Pembagian kelas VIII berdasarkan nilai, minat siswa itu sendiri, dan ada
juga dari persetjuan orang tuanya.
Tanya : Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas VIII ini terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Tingkat kemampuan dalam pelajaran bahasa Indonesia cukup baik dan
memahaminya, tetapi masih ada meteri pelajaran bahasa Indonesia yang
siswa membutuhkan penjelasan dari gurunya sendiri.
Tanya : Apakah minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia
siswa sudah baik?
Jaawab : Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, saya amati
kurang baik ya.
Tanya : Apa yang menyebabkan siswa kurang berminat terhadap mata
pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Penyebab siswa kurang berminat terhadap mata pelajaran bahasa
Indonesia, salah satunya motivasi dari siswa itu sendiri yang kurang. Selain
itu juga banyak siswa yang merasa malas untuk belajar mata pelajaran
bahasa Indonesia karena wacana yang ditampilkan di buku pelajaran
bahasa Indonesia terlalu panjang, siswa-siswa juga lebih suka belajar buku
yang bergambar seperti komik dari pada buku yang banyak tulisannya.
Tanya : Kendala apa saja yang dihadapi siswa dalam proses KBM berlangsung,
terutama pada mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Kendala yang dihadapi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah
kurangnya media untuk melengkapi pembelajaran seperti LCD dan
laboratorium bahasa yang belum biasa digunakan, juga dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia masih ada materi yang belum diminati siswa,
seperti drama, puisi, dan membaca novel, karena pada saat saya
menerangkan materi tersebut siswa tidak serius atau tidak memperhatikan
ketika menjelaskan.
Tanya : Bagaimana upaya ibu dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap
mata pelajaran bahasa Indonesia?
Jawab : Sampai sekarang usaha yang sudah saya lakukan hanya sekedar
membiasakan siswa berkunjung ke perpustakaan sekolah, agar mau
membaca buku pelajaran secara bersama-sama di ruang baca dengan
pengawasan dari saya. Dengan demikian mereka mau tidak mau akan
membaca, tetapi itu pun tidak berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
minat membaca siswa ya.
Tanya : Hambatan apa yang ibu pernah temukan dalam meningkatkan minat baca
siswa?.
Jawab : Hambatan yang sering saya temukan dalam meningkatkan minat baca
siswa, yaitu bagaimana siswa itu sendiri yang belum sadar akan dirinya
yang membutuhkan motivasi untuk membaca, dan juga ada kurang
kerjasama antara orang tua untuk meningkatkan minat baca siswa.
Tanya : Bagaimana menurut ibu kondisi psikologis siswa dalam mengikuti mata
pelajaran bahasa Indonesia?.
Jawab : Yah memang pada kenyataannya siswa belum merasakan kesenangan
terhadap pelajaran yang saya ampuh, yaitu mata pelajaran bahasa
Indonesia.