migren
DESCRIPTION
migrenTRANSCRIPT
MIGREN
Definisi
Istilah migren berasal dari kata migraine yang berasal dari bahasa Prancis, sementara itu
dalam bahasa Yunani disebut hemicrania, sedang dalam bahasa Inggris kuno dikenal dengan
megrin.
Konsep klasik menyatakan bahwa migren merupakan gangguan fungsional otak dengan
manifestasi nyeri kepala unilateral yang sifatnya mendenyut atau mendentum, yang terjadi secara
mendadak disertai mual atau muntah.
Konsep tersebut telah diperluas oleh The Research Group on Migraine and Headache of
the Worl Federation of Neurology. Migren merupakan gangguan yang bersifat familial dengan
karakteristik serangan nyeri kepala yang berulang-ulang yang intensitas, frekuensi, dan lamanya
sangat bervariasi. Nyeri kepala biasanya bersifat unilateral, umumnya disertai anorksia, mual,
dan muntah. Dalam beberapa kasus, migren ini didahului atau bersamaan dengan gangguan
neurologic dan gangguan perasaan hati.
Klasifikasi
Menurut The International Headache society (1988), klasifikasi migren adalah sebagai
berikut:
1. Migren tanpa aura
2. Migren dengan aura
a. Migren dengan aura yang tipikal
b. Migren dengan aura yang diperpanjang
c. Migren hemiplegia familial
d. Migren basilaris
e. Migren aura tanpa nyeri kepala
f. Migren dengan awitan aura akut
3. Migren oftalmoplegik
4. Migren retinal
5. Migren yang berhubungan dengan gangguan intracranial
6. Migren dengan komplikasi
a. Status migren
- tanpa kelebihan penggunaan obat
- kelebihan penggunaan obat untuk migren
b. Infark migren
7. Gangguan seperti migren yang tak terklasifikasikan
Patogenesis
Migren merupakan reaksi neurovascular terhadap perubahan mendadak di dalam
lingkungan eksternal atau internal. Masing-masing individu mempunyai “ambang migren”,
dengan tingkat kerentanan yang bergantung pada keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi pada
berbagai tingkat sistem saraf. Mekanisme migren berwujud sebagai reflex trigeminovaskular
yang tidak stabil dengan cacat segmental pada jalur kontrol nyeri. Cacat segmental ini
mengakibatkan masukan aferen atau dorongan kortikobulbar yang berlebihan. Hasil akhirnya
adalah interaksi batang otak dan pembuluh darah cranial, dengan rangsang aferen pada pembuluh
darah yang menimbulkan nyeri kepala dengan cirri berdenyut-denyut.
Sementara itu, proyeksi difus locus cereuleus ke korteks serebri dapat mengawali
terjadinya oligemia kortikal dan mungkin pula terjadinya depresi yang meluas (spreading
depression). Aktivitas di dalam sistem ini dapat menjelaskan terjadinya aura pada migren yang
dapat terjadi terpisah dari munculnya nyeri kepala.
Di lain pihak, nyeri kepala dapat berasal dari distensi vascular terutama apabila dinding
pembuluh darah memperoleh sensitisasi oleh reaksi perivaskular. Hal terakhir ini mungkin
disebabkan oleh lepasnya peptide dari sistem trigeminovaskular.
Kemungkinan lain tentang patogenesis nyeri kepala didasarkan atas inflamasi neurogenik
di dalam jaringan intracranial. Inflamasi ini melibatkan vasodilatasi dan ekstravasasi protein
plasma.
Prevalensi
Prevalensi migren bervariasi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Migren dapat terjadi
mulai masa kanak-kanak sampai dewasa; biasanya jarang terjadi setelah umur 40 tahun. Sekitar
65-75% penderita migren adalah wanita. Wanita hamil tidak luput dari serangan migren. Pada
umumnya serangan muncul pada kehamilan trimester 1.
Gambaran Klinik dan Kriteria Diagnosis
1. Migren tanpa aura
Migren ini tidak jelas penyebabnya (idiopatik), bersifat kronis dengan manifestasi
serangan nyeri kepala 4-72 jam, sangat khas yaitu nyeri kepala unilateral, berdenyut-denyut,
dengan intensitas sedang sampai berat disertai mual, fotofobia, atau fonofobia. Nyeri kepala
diperberat dengan aktivitas fisik. Gejala-gejala tambahan meliputi nyeri kepala pada waktu
menstruasi dan berhenti pada waktu hamil.
2. Migren dengan aura
Penyebabnya belum diketahui (idiopatik), bersifat kronis dengan bentuk serangan dari
gejala neurologic (aura) yang berasal dari korteks serebri dan batang
otak, biasanya berlangsung selama 5-20 menit dan berlangsung tidak lebih dari 60 menit. Nyeri
kepala, mual dengan atau tanpa fotofobia biasanya langsung mengikuti gejala aura atau setelah
interval bebas serangan tidak sampai 1 jam. Fase ini biasanya berlangsung 4-72 jam atau sama
sekali tidak ada.
KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN TANPA AURA
A. Sekurang-kurangnya 10 kali serangan yang termasuk B-D
B. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak diobati atau pengobatan tidak cukup) dan diantara serangan tidak ada nyeri kepala
C. Nyeri kepala yang terjadi sekurang-kurangnya dua dai karakteristik sebagai berikut:
1. Lokasi unilateral2. Sifatnya mendenyut3. Intensitas sedang sampai berat4. Diperberat oleh aktivitas fisik
D. Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut di bawah ini:
1. Mual atau dengan muntah2. Fotofobia atau dengan fonofobia
E. sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut di bawh ini:1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologic tidak menunjukkan
adanya kelainan organic2. Riwayat, pemerikaan fisik dan neurologic diduga ada kelainan
KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN DENGAN AURA
A. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut dalam B
B. Sekurang-kurangnya terdapat 3 dari 4 karakteristik tersebut di bawah ini:
1. Satu atau lebih gejala aura yang reversible yang menunjukkan disfungsi hemisfer dan/atau batang otak
2. Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih dari 4 menit, atau 2 atau lebih gejala aura terjadi bersama-sama
3. Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60 menit; bila lebih dari satu gejala aura terjadi, durasinya lebih lama
4. Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurang dari 60 menit, tetapi kadang-kadang dapat terjadi sebelum aura
C. Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut di bawh ini:a. Riwayat, pemeriksaan fisik dan neurologic tidak menunjukkan adanya kelainan
organicb. Riwayat, pemerikaan fisik dan neurologic diduga ada kelainan organic, tetapi
pemeriksaan neuro-imaging dan pemeriksaan tambahan lainnya tidak menunjukkan kelainan.
Aura apat berupa gangguan mata homonimus, gejala hemisensorik, hemiparesis, disfagia atau
gabungan dari gangguan tersebut.
3. Migren hemiplegic familial
Migren dengan aura termasuk hemiparesis dengan criteria klinik yang sama seperti di
atas dan sekurang-kurangnya seorang keluarga terdekat mempunyai riwayat migren yang sama.
4. Migren Basilaris
Migren dengan aura yang jelas berasal dari batang otak atau dari kedua lobi oksipitalis.
Criteria klinik sama dengan yang di atas, dengan tambahan dua atau lebih dari gejala aura seperti
berikut:
a. gangguan lapangan penglihatan temporal dan nasal bilateral
b. disartria
c. vertigo
d. tinnitus
e. pengurangan pendengaran
f. diplopia
g. ataksia
h. parestesia bilateral
i. parestesia bilateral dan penurunan kesadaran
5. Migren aura tanpa nyeri kepala
Migren jenis ini mempunyai gejala aura yang khas tetapi tanpa diikuti nyeri kepala.
Biasanya terdapat pada individu berumur lebih dari 40 tahun.
6. Migren dengan awitan aura akut
Migren dengan aura yang berlangsung penuh kurang dari 5 menit. Criteria diagnosis
sama seperti criteria migren dengan aura, dimana gejala neurologic (aura) terjadi seketika lebih
kurang 4 menit, nyeri kepala terjadi selama 4-72 jam (bila tidak diobati atau dengan pengobatan
tapi tidak berhasil), selama nyeri berlangsung sekurangnya disertai mual atau muntah,
fotofobia/fonofobia. Untuk menyingkirkan TIA dilakukan pemeriksaan angiografi dan
pemeriksaan jantung serta darah.
7. Migren oftalmologik
Migren jenis ini dicirikan oleh serangan yang berulang-ulang yang berhubungan dengan
paresis satu atau lebih saraf otak ocular dan tidak didapatkan kelainan organic. Criteria diagnosis
terdiri dari sekurang-kurangnya 2 serangan disertai paresis saraf otak III, IV, dan VI serta tidak
didapatkan kelainan cairan serebrospinal.
8. Migren Retinal
Terjadi serangan berulag kali dalam bentuk skotoma monocular atau buta tidak lebih dari
satu jam. Dapat berhubungan dengan nyeri kepala atau tidak. Gangguan ocular dan vascular
tidak dijumpai.
KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN RETINAL
Sekurang-kurangnya terdiri dari 2 serangan sebagaimana tersebut di bawah ini:
1. Skotoma monocular yang bersifat reversible atau buta tiak lebih dari 60 menit, dan dibuktikan dengan pemeriksaan selama serangan atau penderita menggambarkan gangguan lapangan penglihatan monocular selama serangan tersebut
2. Nyeri kepala yang mengikuti gangguan visual dengan interval bebas nyeri tidak lebih dari 60 menit, tetapi kadang-kadang lebih dari 60 menit. Nyeri kepala bias tidak muncul apabila penderita mempunyai jenis migren lain atau menpunyai 2 atau lebih keluarga terdekat yang mengalami migren
3. Pemeriksaan oftalmologik normal di luar serangan. Adanya emboli dapat disingkirkan dengan pemeriksaan angiografi, CT scan, pemeriksaan jantung dan darah
9. Migren yang berhubungan dengan gangguan intracranial
Migren dan gangguan intracranial berhubungan dengan awitan secara temporal. Aura dan
lokasi nyeri kepala berhubungan erat dengan jenis lesi intracranial. Keberhasilan pengobatan lesi
intracranial akan diikuti oleh hilangnya serangan migren.
KRITERIA DIAGNOSIS MIGREN DENGAN AURA
A. Sekurang-kurangnya terjadi satu jenis migren
B. Gangguan intracranial dibuktika dengan pemeriksaan klinik dan neuro-imaging
C. Terdapat satu atau keduanya dari:
1. Awitan migren sesuai dengan awitan gangguan intracranial
2. Lokasi aura dan nyeri sesuai dengan lokasi gangguan intracranial
D. bila pengobatan gangguan intracranial berhasil maka migren akan hilang dengan sendirinya
Komplikasi Migren
1. Status Migren
Serangan migren dengan nyeri kepala lebih dari 72 jam walaupun telah diobati
sebagaimana mestinya. Telah diupayakan member obat yang berlebihan namun demikian nyeri
kepala tidak kunjung berhenti. Contoh pemberian obat yang berlebihan misalnya minum
ergotamine setiap hari atau lebih dari 30 mg/bulan, aspirin lebih dari 45 g, morfin lebih dari
2x/bulan, dan telah menggunakan lebih dari 300 mg diazepam atau sejenisnya setiap bulannya.
2. Infark Migren
Penderita termasuk dalam criteria migren dengan aura. Serangan yang terjadi sama tetapi
deficit neurologik tetap ada setelah 3 minggu dan pemeriksaan CT Scan menunjukkan
hipodensitas yang nyata pada waktu itu. Sementara itu penyebab lain terjadinya infark dapat
disingkirkan dengan pemeriksaan angiografi, pemeriksaan jantung dan darah
Diagnosis Banding
Nyeri kepala migren tanpa aura sering kali sulit dibedakan dengan nyeri kepala tegang
(tension headache), nyeri kepala klaster (cluster headache), dan gangguan peredaran darah
sepintas (Transient ischemics attacks)
Faktor Pencetus Serangan
Banyak penderita mengeluh bahwa migrennya kumat setelah ada beberapa factor yang
mendahului dan merangsang terjainya serangan migren. Factor ini sering disebut sebagai factor
pencetus. Efektivitas factor pencetus sangat dipengaruhi oleh kecepatan perubahan lingkungan
eksternal dan internal penderita. Contoh factor pencetus antara lain: trauma, stress psikogenik,
gangguan tidur, kelelahan, iklim, beberapa jenis makanan, yang mengandung tiramin atau
monosodium glutamate, minuman yang mengandung alcohol, cokelat, bau yang merangsang,
menstrauasi, pil kontrasepsi, dan perubahan barometric.
1. Terapi medikamentosa
Tujuan terapi ini adalah untuk membantu oenyesuaian psikologik & fisiologik penderita,
mencegah berlanjutnya dilatasi arteri ekstrakranial tanpa mengurangi aliran darah ke
otak, serta menghambat aksi mediator humoral misalnya serotonin dan histamin, dan
mencegah vasokonstriksi arteri intracranial untuk memperbaiki aliran darah otak, yang
kesemuanya sangat berperan dalam proses terjadinya sindrom migraine. Terapi
medikamentosa dapat dilaksanakan pada tahap akut dan dapat pula dilaksnakana sebagai
pencegahan terjadinya serangan nyeri.
1.a. terapi tahap akut
Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi rasa nyeri akibat terjadinya dilatasi
arteri di kulit kepala yang terjadi pada saat serangan migraine.
Ergotamine menghambat pengembalian kembali norepinefrin bebas, noreponefrin ini
sangtat erat hubungannya dngan reseptor adrenerghik alhfa yang bertanggung jawab
untuk melakukan vasokonstriksi. Efektivitas ergotamine pada pembuluh darah perifer dan
terutama pada otot polos akan memperpanjang waktu ko0nstriksi arteri di kulit kepala.
Obat ini dapat mengurangi amplitude pulsasi arteri kulit kepala sehingga menghilangkan
rasa nyeri. Ergotamine tidak member efek vasokonstrikisi pada arteri serebral maupun
retinal.
Ergotamine tartrat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral atau melalui
rectum. Dosis yang dianjurkan adalah 1-2mg pada sat serangan migren kemudian
dilanjutkan 2 mg dalam 1 jam, tetapi tidak lebih dari 6 mg pada satu kali serangan.
Pemberian suntikan pada waktu serangan dosisnya antara 0,25-0,50 mg. sementara itu,
efek samping yang terjadi perlu dipantau, antara lain: sakit di otot, parestesia, angina
pectoris dan tromboplebitis. Perlu diperhatikan pula adanya toleransi dan dependensi
pemakaian ergotamine ini. Sebagai bahan profilaksi ergotamine sangat tidak di anjurkan.
Dehidro-ergotamin, suatu dferivat ergot, juga mempunyai efek vasokonstriksi
tetapi tidak sekuat ergotamine tartrat. Efek sampingnya jauh lebih sedikit dibandingkan
ergotamine tartrat. Biasanya diberikan peroral.
Obat-obat yang memberikan efek nonspesifik pada serangan nyeri akut dapat
diberikan misalnya analgesic, sedative & obat-obat anti cemas. Kombinbasi obat tersebut
dapat dibetrikan terutama setelah tahap akut mereda. Dapat pula diberikan bersama
dengan ergotamine pada tahap akut misalnya cafergot.
1.b. terapi profilaksis
Ditujukan untuk mencegah terjadinya serangan akut. Efek placebo dapat
menurunkan frekuensi serangan migren lebih dari 40%. Sementara itu, metilsergid maleat
suatu obat yang berefek antiserotonin, dapat menurunkan frekuansi serangan migren akut.
Siproheptadin hidroklorida yang merupakan antagonis serotonin dan hbistamin,
dapat dipakai untuk profilaksis migren tetapi mempunyai efek samping mengantuk,
merangsang nafsu makan, dan menambah berat badan.
Propanolol slaah satu obat penghambat adrenergic beta, tujuannya dapat
menurunkan frekuensi serangan migren. Hambtan oleh propanolol ditujukan pada
reseptor beta-2 pada dinding pembuluh darah. Sehingga propanolol dapat mencegah
dilatasi vaskuler sebagai akibat dari berbagai senyawa humoral yang bekerja pada
reseptor tersebut. Efek sampingnya adalah hipotensi dan insomnia. Obat ini tidak boleh
diberikan pada penderita bronkospasmus.
2. Terapi tanpa obat
Yoga dan terapi relaksasi bertujuan untuk mengatasi serangan migren akut. Upaya
lainnya adalah meditasi dan hipnotis, tetapi sayangnya terapi tersebut secara metodelogik
kurang bias dipegang hasilnya mengingat kemungkinan munculnya bias. Selain itu upaya
tersebut cukup sulit untuk dilakukan setiap orang. Sebaiknya terapi profilaksis dengan
psikoterapi sejak awal sudah dapat dilakukan bersama dengan terapi medikamentosa.