mid ski

21
UJIAN TENGAH SEMESTER 1. Bandingkan zaman pra sejarah dan zaman sejarah! Jawab : Zaman Prasejarah adalah zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajarinya disebut ilmu Prasejarah. Pada zaman Prasejarah manusia hanya meninggalkan sisa-sisa hasil kebudayaan, misalnya alat berburu dan menangkap ikan, alat menebang pohon, alat pertanian, alat pertukangan, tembikar, perhiasan dan alat upacara. Sisa-sia peninggalan zaman Prasejarah juga berupa fosil-fosil makhluk hidup, yaitu Fosil binatang, tumbuh-tumbuhan, dan fosil manusia sebagai pendukung kebudayaannya. Zaman Sejarah adalah zaman ketika manusia telah mengenal tulisan. Mereka telah pandai membaca dan menulis. Ilmu yang mempelajarinya disebut Sejarah. Setiap bangsa bahkan setiap suku bangsa belum tentu sama dalam mengakhiri zaman Prasejarah dan memulai zaman sejarahnya. Misalnya, Bangsa Indonesia memulai zaman sejarahnya pada abad ke-5 tetapi belum semua suku di Indonesia pada saat itu memasuki zaman sejarahnya. Suku-suku Terpencil di Papua baru abad ke-20 memasuki zaman sejarah. Bangsa Mesir dan Mesopotamia sejak +/- 3500 SM telah memulai Zaman Sejarah. Bangsa India sejak +/- 2000 SM telah mengakhiri zaman Prasejarah. 1

Upload: dhewiidhewy-si-taewii

Post on 09-Nov-2015

243 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mid

TRANSCRIPT

UJIAN TENGAH SEMESTER

1. Bandingkan zaman pra sejarah dan zaman sejarah!Jawab :

Zaman Prasejarah adalah zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajarinya disebut ilmu Prasejarah. Pada zaman Prasejarah manusia hanya meninggalkan sisa-sisa hasil kebudayaan, misalnya alat berburu dan menangkap ikan, alat menebang pohon, alat pertanian, alat pertukangan, tembikar, perhiasan dan alat upacara. Sisa-sia peninggalan zaman Prasejarah juga berupa fosil-fosil makhluk hidup, yaitu Fosil binatang, tumbuh-tumbuhan, dan fosil manusia sebagai pendukung kebudayaannya.

Zaman Sejarah adalah zaman ketika manusia telah mengenal tulisan. Mereka telah pandai membaca dan menulis. Ilmu yang mempelajarinya disebut Sejarah. Setiap bangsa bahkan setiap suku bangsa belum tentu sama dalam mengakhiri zaman Prasejarah dan memulai zaman sejarahnya.

Misalnya, Bangsa Indonesia memulai zaman sejarahnya pada abad ke-5 tetapi belum semua suku di Indonesia pada saat itu memasuki zaman sejarahnya. Suku-suku Terpencil di Papua baru abad ke-20 memasuki zaman sejarah. Bangsa Mesir dan Mesopotamia sejak +/- 3500 SM telah memulai Zaman Sejarah. Bangsa India sejak +/- 2000 SM telah mengakhiri zaman Prasejarah.Sumber : https://id-id.facebook.com/KumpulanSejarahIndonesia/posts/3866039147680452. Jelaskan kehidupan manusia pada zaman palaeolithikum?

Jawab :

Zaman palaeolithikum (zaman batu tua) adalah zaman kehidupan manusia yang masih menggunakan alat-alat batu buatan manusia yang masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia pendukung zaman ini adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus dan Homo Soloensis. Daerah penemuan alat-alat kebudayaan Paleolithikum dapat dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong yaitu:1) kebudayaan Pacitan

Pada tahun 1935, von Koenigswald menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan sangat kasar dan belum dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara).2) kebudayaan Ngandong

Para ahli berhasil menemukan alat-alat dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat sangat kecil dari betuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan).

Zaman Paleolithikum ditandai dengan kebudayan manusia yang masih sangat sederhana. Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman Paleolithikum, yakni:1) Hidup berpindah-pindah (Nomaden)

2) Berburu (Food Gathering)

3) Menangkap ikan

Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:1) Kapak Genggam

Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat penetak/pemotong). Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya sebagai tempat menggenggam. Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.

2) Kapak Perimbas

Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), lahat, (Sumatra selatan), dan Goa Choukoutieen (Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan Pacitan.

3) Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa

Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.

4) Flakes

Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.Sumber : http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2012/05/paleolithikum-zaman-batu- tua.html

3. Jelaskan konsep-konsep berikut:a. Kjokkenmoddinger

b. Abris Sous Roche

c. kebudayaan Bacson-Hoabinh

d. Food Gathering

e. Food Producing

Jawab :

a. Kjokkenmoddinger istilah dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur dan modding berasal dari bahasa Skandinavia melalui derivasi Bahasa Inggris Pertengahan,dapat diartikan sampah (kjokkenmoddinger= sampah dapur). Maksudnya adalah sebuah tempat pembuangan sampah lokal. Kata 'modding' ini digunakan oleh arkeolog di seluruh dunia untuk mengartikan sesuatu yang berisi produk sampah dan berhubungan dengan kehidupan manusia sehari-hari. Sesuatu tersebut berupa parit yang digunakan sekali yang dibuat oleh kelompok orang-orang menetap secara sementara atau jangka lama, sebagai tempat pembuangan khusus yang digunakan oleh masyarakat sedenter dan terus menumpuk selama beberapa generasi. Dalam kaitannya dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan tumpukan timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung di sepanjang pantai Sumatra Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Dengan kjokkenmoddinger ini dapat memberi informasi bahwa manusia purba zaman mesolitikumumumnyabertempat tinggal di tepi pantai. Pada tahun 1925Von Stein Callenfals melakukan penelitian di bukit kerang itu dan menemukan jenis kapak genggam (chopper) yang berbeda dari chopper yang ada di zaman paleolitikum. Kapak genggam yang ditemukan di bukit kerang di pantai Sumatra Timur ini diberi nama pebble atau lebih dikenal dengan Kapak Sumatra. Kapak jenis pebble ini terbuat dari batu kali yang pecah, sisi luarnya dibiarkan begitu saja dan sisi bagian dalam dikerjakan sesuai dengan keperluannya. Di samping kapak jenis pebble juga ditemukan jenis kapak pendek dan jenis batu pipisan (batu-batu alat penggiling). Di Jawa batu pipisan ini umumnya untuk menumbuk dan menghaluskan jamu.

b. Kebudayaan abris sous roche merupakan hasil kebudayaan yang ditemukan di gua-gua. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia purba pendukung kebudayaan ini tinggal di gua-gua. Kebudayaan ini pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein Callenfels di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo. Penelitian dilakukantahun 1928 sampai 1931. Beberapa hasil teknologi bebatuan yang ditemukan misalnya ujung panah, flakke, batu penggilingan. Juga ditemukan alat- alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan abris sous roche ini banyak ditemukan misalnya di Besuki, Bojonegoro, juga di daerah Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.

c. Istilah Bacson-Hoabinh dipergunakan sejak tahun 1920-an, yaitu untuk menunjukkan suatu tempat pembuatan alat-alat batu yang khas dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi permukaannya. Daerah tempat penemuan dari peninggalan kebudayaan Bacson-Hoabinh di temukan diseluruh wilayah Asia Tenggara, hingga Myanmar (Burma) di barat dan ke utara hingga propinsi-propinsi selatan dari kurun waktu antara 18000 dan 3000 tahun yang lalu. Namun pembuatan kebudayaan Bacson-Hoabinh masih terus berlangsung di beberapa kawasan, sampai masa yang lebih baru.

Ciri khas alat batu kebudayaan Bacson-Hoabinh adalah penyerpihan pada satu atau dua sisi permukaan batu kali yang berukuran lebih kurang satu kepalan, dan sering kali seluruh tepiannya menjadi bagian yang tajam. Hasil penyerpihannya itu menunjukkan berbagai bentuk seperti lonjong, segi empat, segitiga dan beberapa diantaranya ada yang mempunyai bentuk berpinggang. Menurut C.F. Gorman dalam bukunya The Hoabinhian and After: Subsistance Patterns in South East Asia during the latest pleistocene and early recent periods ( 1971 ) menyatakan bahwa penemuan alat-alat dari batu paling banyak ditemukan dalam penggalian pegununggan batu kapur di daerah Vietnam bagian utara, yaitu daerah Bacson pegunungan Hoabinh.

Disamping alat-alat dari batu yang berhasil ditemukan, juga ditemukan alat-alat serpih batu giling dari berbagai ukuran, alat-alat dari tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia yang dikuburkan dalam posisi terlipat dan ditaburi zat warna merah. Sementara itu, didaerah Vietnam ditemukan tempat-tempat pembuatan alat-alat batu, sejenis alat-alat batu dari kebudayaan Bacson-Hoabinh. Bahkan di Gua Xom Trai ( dalam buku Pham Ly Houng ; Radiocarbon Dates of The Hoabinh Culture in Vietnam, 1994 ) ditemukan alat-alat batu yang sudah diasah pada sisi yang tajam. Alat-alat batu dari Gua Xom Trai tersebut diperkirakan berasal dari 18000 tahun yang lalu. Kemudian dalam perkembangannya,alat-alat dari batu atau yang dikenal dengan kebudayaan Bacson- Hoabinh, tersebar dan berhasil ditemukan, hampir diseluruh daerah Asia Tenggara, baik daratan maupun kepulauan, termasuk wilayah Indonesia.

Di wilayah Indonesia, alat-alat batu dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dapat ditemukan pada daerah Sumatra, Jawa , Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi sampai Ke Papua ( Irian Jaya ). Di daerah Sumatra alat-alat batu sejenis kebudayaan Bacson- Hoabinh ditemukan di Lhokseumawe dan Medan. Benda-benda itu berhasil ditemukan pada bukit-bikit sampah kerang yang berdiameter sampe 100 meter dengan kedalaman 10 meter. Lapisan kerang tersebut diselang selingi dengan tanah dan abu.

Tempat penemuan bukit kerang ini pada daerah dengan ketinggian yang hampir sama dengan permukaan air laut sekarang dan pada kala Holosen. Daerah tersebut merupakan garis pantai. Namun, ada beberapa penemuan yang pada saat sekarang telah berada di bawah permukaan laut. Tetapi kebanyakan tempat-tempat penemuan alat-alat dari batu disepanjang pantai telahd. food gathering adalah masa dimana manusia hidup dengan cara mengumpulkan makanan, cara hidup ini dijumpai pada masa batu tua (paleolitikum). Manusia pada masa itu masih hidup secara nomaden, belum tahu bercocok tanam, dan alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar.

e. food producing adalah masa di mana manusia hidup dengan cara memproduksi makananya sendiri. Pada masa ini, manusia purba sudah menguasai pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan usaha pertanian. Mereka juga sudah memiliki kemampuan mengadakan persediaan makanan. Kemampuan ini diikuti juga dengan kemahiran membuat wadah untuk menyimpan persediaan makanan tersebut.Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kjokkenmoddinger

http://www.sridianti.com/kebudayaan-kjokkenmoddinger.html

http://geheimniser.com/kebudayaan-bacson-hoabinh/http://pengertianpengertian.blogspot.com/2014/10/pengertian-food-gathering.htmlhttp://pengertianpengertian.blogspot.com/2014/10/pengertian-food-producing.html

4. a. Jelaskan kebudayaan yang berkembang pada zaman neolithikum?

b. Jelaskan kebudayaan yang berkembang pada zaman logam?

Jawab : a. Zaman Neolitikum biasa juga dikenal dengan sebutan Zaman Batu Muda. Zaman batu muda diperkirakan berlangsung kira-kira tahun 2000 SM. Di Indonesia, zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini sudah sangat maju. Dalam zaman ini, alat yang dihasilkan sudah bagus. Meskipun masih terbuat dari batu, tetapi pada semua bagiannya telah dihaluskan dan persebarannya telah merata di seluruh Indonesia. Menurut Dr. R. Soekmono, Kebudayaan ini lah yang menjadi dasar kebudayaan Indonesia sekarang. Boleh dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat besar dalam peradaban manusia. Manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa Proto Melayu. Seperti suku Nias, suku Toraja, suku Sasak dan Suku Dayak. Cara hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mengalami perubahan pesat dari cara food gathering menjadi food producting, yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak. Pada masa itu, manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas serta mulai membuat lumbung lumbung guna menyimpan padi dan gabah. Tradisi seperti ini masih ditemukan di Badui, Banten. Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai padi yang dianggap pemberian Nyai Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar karena menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya telah mempraktikkan swasembada pangan sejak zaman nenek moyang.

Kemampuan berpikir manusia untuk mempertahankan kehidupannya mulai berkembang. Hal ini mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok manusia dalam jumlah yang lebih banyak serta menentap di suatu tempat dan tinggal bersama dalam kampung. Berarti pembentukan suatu masyarakat yang memerlukan segala peraturan kerja sama. Pembagian kerja memungkinkan perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan kerjasama itu.. Munculnya bentuk kehidupan semacam itu berawal dari upaya manusia untuk menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam satu masa tertentu dan tidak perlu mengembara lagi untuk mencari makanan. Dalam kehidupan menetap manusia mulai hidup dari hasil bercocok tanam dengan menanam jenis-jenis tanaman yang semula tumbuh liar untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Disamping itu, mereka mulai menjinakkan hewan-hewan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti kuda, anjing, kerbau, sapi, dan babi. Dari pola kehidupan bercocok tanam ini, manusia sudah dapat menguasai alam lingkungannya beserta isinya.

Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh manusia adalah berhuma. Berhuma adalah teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanamnya, setelah tahan tidak subur mereka pindah dan mencari bagian hutan yang lain. Kemudian mereka menggulang pekerjaan membuka hutan, demikian seterusnya. Namun dalam penetapan dalam waktu yang cukup lama. Bahkan hal ini dapat berlangsung dari generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan.

Pada zaman ini mulai dikembangkan teknik mengawetkan makanan agar dapat disimpan lebih lama. Pada zaman ini makanan dikeringkan agar bisa dimakan walaupun telah disimpan lebih lama. Pada zaman ini juga diperkirakan bahwa kayu-kayu sudah dihias dengan cara diukir.Pada masa kehidupan bercocok tanam, kebutuhan hidup masyarakat semakin bertambah, namun tidak ada satu anggota masyarakat pun yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sendiri. Oleh karena itu mereka menjalin hubungan yang lebih erat lagi dengan sesama anggota masyrakat, mereka juga menjalin hubungan dengan masyarakat yang berbeda diluar daerah tempat tinggalnya. Pada saat menunggu waktu antara musim tanam hingga datangnya musim panen. masyarakat pada zaman ini mulai mengenal sistem barter dimana terjadi pertukaran barang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Misalnya masyarakat yang berada di daerah pengunungan menjalin hubungan dengan masyarakat yang berada di daerah pantai. Masyarakat yang berada di daerah pengunungan membutuhkan hasil yang diperoleh dari pantai seperti garam, ikan laut, dan lain-lain, sedang masyarakat yang berada didaerah pantai membutuhkan hasil-hasil pengunungan berupa berbagai macam hasil bumi yaitu beras, buah-buahan, sayur-sayurandan lain-lain. Dengan kenyataan seperti ini, dalam rangka memenuhi kebutuhannya masing-masing diadakan pertukaran barang dengan barang (sistem barter). Pertukaran barang dengan barang ini menjadi awal munculnya sistem perdagangan atau sistem perekonomian dalam masyarakat.

Perkembangan sistem kepercayaan masyarakat pada masa kehidupan bercocok tanam dan menetap, merupakan kelanjutan kepercayaan yang telah muncul pada masa kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan kepercayaan baru sebatas adanya penguburan.

Pada masa kehidupan bercocok tanam kepercayaan masyarakat semakin bertambah, bahkan masyarakat juga telah mempunyai konsep tentang apa yang terjadi dengan seorang yang telah meninggal. Mereka percaya bahwa orang-orang yang meninggal rohnya pergi kesuatu tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya atau roh orang yang meninggal itu tetap berada disekitar wilayah tempat tinggalnya, sehingga sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk dimintai bantuannya dalam kasus tertentu seperti menanggulani wabah penyakit atau mengusir pasukan-pasukan musuh yang ingin menyerang wilayah tempat tinggalnya.

Inti kepercayaan ini berkembang dari zaman ke zaman. Penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang merupakan suatu kepercayan yang berkembang diseluruh dunia. Kepercayaan masyarakat diwujudkan dalam berbagai upacara keagamaan, persembahan kepada dewa, dan upacara penguburan mayat yang dibekali dengan benda milik pribadi ke kuburnya. Bekal tersebut adalah bermacam-macam barang keperluan sehari-hari seperti perhiasan, periuk, dan lain-lain dengan tujuan agar perjalanan si mati ke alam arwah terjalin keselamatannya.

Untuk menelusuri kepercayaan masyarakat Indonesia dari masa kehidupan bercocok tanam, para ahli mengadakan penelitian pada berbagai bangunan Megalitikum atau kuburan manusia yang berasal dari masa itu. Dari hasil penelitian itu, para ahli sejarah berhasil mendapatkan gambaran mengenai berbagai kebiasaan yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat pada masa itu, bahkan hingga sekarang ini, kita masih dapat melihat upacara-upacara tradisi Megalitikum dari berapa suku bangsa di Indonesia. Pada zaman ini biasanya manusia menyembah matahari, batu dan lain-lain. Sampai sekarang ada beberapa kalangan yang mempercayai kepercayaan animisme seperti zaman neolithikum, contohnya adalah suku Nias, di sebuah pulau yang terletak di barat Sumatera mempercayai bahawa seekor tikus yang keluar masuk dari rumah merupakan roh daripada wanita yang telah mati beranak. Roh-roh orang yang telah mati juga boleh memasuki tubuh babi atau harimau dan dipercayai akan menuntut bela ke atas orang yang menjadi musuh simati pada masa hidupnya.

Berdasarkan kepercayaan itu, sesorang kepala suku memiliki kekuasaan dan tanggung jawab penuh terhadap kelompok sukunya, seorang kepala suku dapat mengatur dan melindungi kelompok sukunya dari segala bentuk ancaman, seperti ancaman dari binatang buas, ancaman dari kelompok laiinya, ancaman dari wabah penyakit dan sebagainya.

Pada masa Neolithikum budaya manusia telah berkembang dengan pesat. Berbagai macam pengetahuan telah dikuasai seperti pengetahuan tentang perbintangan pranatamangsa (cara menentukan musim berdasarkan perbintangan atau tanda-tanda lainnya), pelayaran, kalender (menentukan hari baik atau buruk).

Terdapat 2 macam penguburan, yaitu penguburan primer dan sekunder. Penguburan langsung atau disebut juga penguburan primer dimana mayat dikubur langsung ke dalam tanah atau dimasukkan ke dalam tempayan secara utuh, sedangkan sistem penguburan yang disebut cara penguburan sekunder, yaitu setelah mayat dikubur beberapa lama (atau diletakkan si sebuah padang) lalu tulang belulangnya dipilih dan dengan upacara besar-besaran dikuburkan. Ada pula suatu adat dimana tulang belulang manusia dimasukkan kedalam tempayan lalu di kubur, sebagai mana terlihat dalam penggalian di Mololo (Sumba Timur) Merak (Jawa Barat), Gilimanuk (Bali).b. Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah mengenal teknologi pertukangan secara sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal logam perunggu dan besi. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakan pertukangan logam disebut undagi. Maka zaman logam disebut juga zaman perundagian.

Di Indonesia logam yang digunakan adalah perunggu dan besi. Maka muncul daerah-daerah produsen barang, yang kemudian ditukarkan dengan barang kebutuhan lain, sehingga terjadilah barter. Kebutuhan barang makin meningkat memunculkan daerah konsumen, sehingga terjadilah perdagangan antar daerah. Kebudayaan zaman logam terus berkembang hingga munculnya kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Di samping alat alat yang terbuat dari batu, juga ditemukan alat alat yang terbuat dari tulang dan tanduk. Kedua jenis alat ini termasuk dalam hasil kebudayaan Toale. Kebudayaan Toale berdiri pada zaman mesolithikum.Kebudayaan ini mendapat pengaruh kuat dari unsur microlith sehingga menghasilkan alat alat yang berukuran kecil dan terbuat dari batu yang mirip dengan batu api di Eropa. Di samping itu, ditemukan alat alat yang terbuat dari tulang dan kerang. Alat alat ini sebagian besar merupakan alat berburu atau yang dipergunakan para nelayan.

Di samping kebudayaan material, masyarakat pra aksara telah memiliki atau menghasilkan kebudayaan rohani. Kebudayaan rohani mulai muncul dalam kehidupan manusia, ketika mereka mulai mengenal sistem kepercayaan. Sistem kepercayaan telah muncul sejak masa kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan. Kuburan merupakan salah satu bukti bahwa masyarakat telah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan kepada orang telah meninggal. Masyarakat percaya bahwa orang yang meninggal, rohnya akan tetap hidup dan pergi ke suatu tempat yang tinggi. Bahkan, jika orang itu berilmu atau berpengaruh dapat memberikan perlindungan atau nasihat kepada mereka yang mengalami kesulitan.

Sistem kepercayaan masyarakat terus berkembang. Penghormatan kepada roh nenek moyang dapat dilihat pada peninggalan peninggalan berupa tugu batu seperti pada zaman megalitikum. Peninggalan megalitikum lebih banyak ditemukan pada tempat tempat yang tinggi. Hal itu sesuai dengan kepercayaan bahwa roh nenek moyang bertempat tinggal pada tempat yang lebih tinggiSumber : http://historybyrina.blogspot.com/2013/06/kehidupan-masyarakat-indonesia-masa.html

https://safirapd.wordpress.com/tag/zaman-logam/

5. Buatlah ikhtisar/gambaran zaman prasejarah Indonesia sebagaimana pola berikut:

Jawab : 1) Zaman batu tua (Palaeolithikum)

Zaman batu tua merupakan suatu masa di mana hasil buatan alat-alat dari batunya masih kasar dan belum diasah sehingga bentuknya masih sederhana. Misalnya, kapak genggam. Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah Pacitan dan Ngandong Jawa Timur. Ngandong merupakan tempat penemuan alat-alat dari tulang dan batu pada zaman paleolitik. Alat-alat yang ditemukan di daerah ini dikenal sebagai kebudayaan Ngandong.2) Zaman batu madya (Mesolithikum)

Zaman batu madya merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Misalnya, pebble/kapak Sumatera.3) Zaman batu muda (Neolithikum)

Zaman batu muda merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Misalnya, kapak persegi dan kapak lonjong.4) Zaman batu besar (Megalithikum)Hasil kebudayaan zaman Megalithikum adalah sebagai berikut : Menhir, adalah tugu batu yang didirikan sebagai tempat pemujaan untuk memperingati arwah nenek moyang. Dolmen, adalah meja batu, merupakan tempat sesaji dan pemujaan kepada roh nenek moyang, adapun digunakan untuk kuburan. Sarchopagus atau keranda, bentuknya seperti lesung yang mempunyai tutup. Kubur batu/peti mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing papan batunya lepas satu sama lain. Punden berundak-undak, bangunan tempat pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat.5) Zaman Logam

Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah mengenal teknologi pertukangan secara sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal logam perunggu dan besi. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakan pertukangan logam disebut undagi. Maka zaman logam disebut juga zaman perundagian.Sumber : https://safirapd.wordpress.com/tag/zaman-logam/

paleolithikum

Mesolithikum

Neolithikum

Megalithikum

Zaman Logam

1