metpem mangrove(2)

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang di Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-an, dan awal 90- an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian mempengaruhi teori-teori yang berkembang belakangan.Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan memiliki dua kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan primer, yaitu kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungan sekunder, yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dua kecenderungan tersebut memberikan (pada titik ekstrem) seolah berseberangan, namun seringkali untuk

Upload: donnyerlangga

Post on 14-Aug-2015

8 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas metode pemberdayaan mangrove

TRANSCRIPT

Page 1: Metpem Mangrove(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang di

Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-an, dan awal

90-an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian mempengaruhi teori-teori yang

berkembang belakangan.Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide

pemberdayaan memiliki dua kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan

primer, yaitu kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian

kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu

menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset

material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi; dan

kedua, kecenderungan sekunder, yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses

memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan

atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui

proses dialog. Dua kecenderungan tersebut memberikan (pada titik ekstrem) seolah

berseberangan, namun seringkali untuk mewujudkan kecenderungan primer harus melalui

kecenderungan sekunder terlebih dahulu.

Beberapa pandangan tentang pemberdayaan masyarakat, antara lain sebagai

berikut : (Ife, 1996:59)

1 . Struktural,

pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi struktural secara

fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang operesif.

2. Pluralis,

pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya sesorang atau

Page 2: Metpem Mangrove(2)

sekelompok orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam suatu ’rule

of the game’ tertentu.

3. Elitis,

pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi dengan

elit-elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap praktek-praktek

dan struktur yang elitis.

4. Post-Strukturalis,

pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus serta menghargai

subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial.

Hakikat dari konseptualisasi empowermentberpusat pada manusia dan

kemanusiaan, dengan kata lain manusia dan kemanusiaan sebagai tolok ukur normatif,

struktural, dan substansial. Dengan demikian konsep pemberdayaan sebagai upaya

membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara, dan tata

dunia di dalam kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang

merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan,

yakni yang bersifat “people centred, participatory, empowering, and sustainable”

(Chambers, 1995). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan

dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan

lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan

sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu.

Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang

antara lain oleh Friedman (1992) disebut sebagai alternative development, yang

menghendaki ‘inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality and

intergenerational equaty”.(Ginanjar K., “Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan : Teori,

Kebijaksanaan, dan Penerapan”, 1997:55)

Konsep pemberdayaan masyarakat ini muncul karena adanya kegagalan sekaligus

harapan. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model-model pembangunan

ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang

berkelanjutan. Sedangkan harapan, muncul karena adanya alternatif pembangunan yang

Page 3: Metpem Mangrove(2)

memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, dan pertumbuhan ekonomi yang

memadai.

Mengapa pemberdayaan sangat penting

Karena Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat

dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk

melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakanan. Dengan kata lain,

pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Manfaat pemberdayaan

Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi manfaatnya,

yaitu ; pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia,

setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada

masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah.

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong,

memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta

berupaya untuk mengembangkannya.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan

iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut

penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang

(opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Dalam rangka

pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan

derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal,

teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini

menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik,

maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau

oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga

pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang

keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat

Page 4: Metpem Mangrove(2)

yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat

menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan

individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai

budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban

adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula

pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan

pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah

peningkatan partisipasi rakyat dalam proses

Pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu,

pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan,

pengamalan demokrasi. Friedman (1992) menyatakan “The empowerment approach,

which is fundamental to an altenative development, places the emphasis an autonomy in

the decesion marking of territorially organized communities, local self-reliance (but not

autachy), direct (participatory) democracy, and experiential social learning”.

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses

pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena

kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan

pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan

masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena

hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi

harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang,

serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat

masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity).

Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang

hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya

adalah memandirikan masyarakat, memampukan,dan membangun kemampuan untuk

memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.

Page 5: Metpem Mangrove(2)

1.2 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah:

a. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metode Pemberdayaan.

b. Merencanakan suatu metode pemberdayaan masyarakat di Kepulauan Seribu di lahan Hutan

Mangrove.

c. Memberdayakan masyarakat sekitar pantai di Kepulauan Seribu dengan memberikan

rangkaian program pemberdayaan yang dirancang oleh beberapa mahasiswa.

d. Membentuk mahasiswa yang aktif dan kreatif dalam membuat program pemberdayaan.

1.3. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam menyusun perencanaan kegiatan pemberdayaan ini adalah:

1. Perumusan masalah, yaitu mengumpulkan beberapa masalah yang ada lalu merumuskannya

dengan sebab akibat dan dengan latar belakang yang ada.

2. Studi Pustaka, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencari bahan kajian dari buku-

buku serta media lainnya seperti internet.

3. Wawancara terhadap kelompok sasaran, merupakan proses pencarian data berupa

pendapat/pandangan/pengamatan seseorang yang akan digunakan sebagai salah satu bahan

pembuatan perencanaan.

Page 6: Metpem Mangrove(2)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perumusan Masalah

Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas,

terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai dan atau pulau-pulau kecil dan

merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat potensial. Hutan mangrove memiliki

nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila

kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan dan pengelolaannya.

Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena

merupakan sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara

ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat

pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas. Keragaman jenis mangrove dan

keunikannya juga memiliki potensi sebagai wahana hutan wisata dan atau penyangga

perlindungan wilayah pesisir dan pantai, dari bernagai ancaman sedimentasi, abrasi,

pencegahan intrusi air laut, serta sebagai sumber pakan habitat biota laut. Kondisi hutan

mangrove pada umumnya memiliki tekanan berat, sebagai akibat dari tekanan krisis

ekonomi yang berkepanjangan. Selain dirambah dan atau dialih fungsikan, kawasan

mangrove di beberapa daerah, termasuk DKI Jakarta, untuk kepentingan tambak, kini

marak terjadi. Akibat yang ditimbulkan terganggunya peranan fungsi kawasan mangrove

sebagai habitat biota laut, perlindungan wilayah pesisir, dan terputusnya mata rantai

makanan bagi biota kehisupan seperti burung, reptil dan berbagai kehidupan lainnya.

Tekanan terhadap hutan mangrove di wilayah DKI Jakarta, sebagai akibat tumbuh

berkembangnya pusat-pusat kegiatan dan aktivitas manusia; juga disebabkan oleh beberapa

aspek kegiatan antara lain:

a. Pengembangan pemukiman.

b. Pembangunan fasilitas rekreasi.

c. Pemanfaatan lahan pasang surut untuk kepentingan budidaya pertambakan.

Page 7: Metpem Mangrove(2)

Selain terciptanya perubahan dan kerusakan lingkungan, di bagian wilayah hulu juga

ikut andil dalam memperburuk kondisi kawasan pantai. Berbagai bentuk masukan bahan

padatan sedimen (erosi), bahan cemaran baik yang bersumber dari industri maupun rumah

tangga, merupakan salah satu faktor penyebab pendangkalan pantai dan kerusakan

ekosistem mangrove.

Dari berbagai hasil penelitian dilaporkan bahwa kondisi Pantai dan Kepulauan

Seribu, kini dalam keadaan terganggu dan diduga tidak dapat mendukung keseimbangan

lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Dinas kehutanan DKI Jakarta

(1998), melaporkan hasil pemantauan kualitas perairan teluk Jakarta, dinilai semakin

memburuk dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Yayasan mangrove (1999), juga

melaporkan hasil evaluasi kawasan-kawasan mangrove di Taman Nasional epulauan

Seribu, yang memberikan gambaran atas terganggunya kawasan mangrove yang berfungsi

sebagai penyangga sempadan pantai pulau-pulau berukuran besar maupun kecil. Demikian

halnya dengan laporan hasil pencacahan kondisi sosial ekonomi masyarakat si Kepulauan

Seribu (Lembaga Ekonomi UI, 2000), menyarikan rendahnya tatanan sosial ekonomi

masyarakat ditinjau dari segi pendapatan per kapita dan tingkat pendidikan masyarakatnya.

2.2 Penetapan Program

Penyuluhan adalah salah satu program dalam pemberdayaan masyarakat. Didalam kegiatan

penyuluhan, di berikan beberapa informasi dan pengetahuan yang masih awam diketahui

oleh kelompok sasaran penyuluhan. Manfaat dari kegiatan penyuluhan antara lain adalah :

- Diberikannya informasi – informasi tentang hutan mangrove yang mungkin selama ini

tidak diketahui oleh warga disekitar hutan mangrove ini

- Meningkatkan kesadaran masyarakatnya kepada kelestarian lingkungan yang harus

dijaga dan dipelihara.

Mengenai program itu sendiri, berikut adalah rangkaian dari program yang akan dilakukan

dan diberikan untuk masyarakat Kepulauan Seribu.

Page 8: Metpem Mangrove(2)

- Kami beberapa mahasiswa mendatangkan / mengundang seorang pakar lahan, terutama

lahan Hutan Mangrove. Lalu kami memberikan fasilitas untuk diberikannya

pengetahuan dan beberapa informasi mengenai hutan mangrove oleh pembicara

tersebut kepada sasaran kelompok masyarakat.

- Setelah diberikan penyuluhan, kami mengajak masyarakat sekitar terutama kelompok

sasarannya untuk memanfaatkan lahan mangrove sesuai dengan kegunaannya. Kami

menggerakan dan menyadarkan kepada masyarakat pentingnya lahan mangrove bagi

biota laut dan juga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar hutan mangrove.

2.3 Perumusan Tujuan

Penyuluhan Kegunaan Hutan Mangrove memiliki banyak manfaat yang dapat diberikan

kepada masyarakat. Program penyuluhan ini memiliki tujuan-tujuan seperti :

memberikan informasi dan pengetahuan mengenai lahan hutan mangrove kepada

kelompok sasaran masyarakat

memberitahu potensi-potensi yang dimiliki hutan mangrove

memberdayakan kelompok sasaran masyarakat yang sadar akan pentingnya hutan

mangrove bagi kehidupan biota laut dan kehidupan masyarakat sekitar lahan hutan

mangrove

melestarikan lingkungan, khususnya lingkungan hutan mangrove dan sekitarnya

2.4 Kelompok Sasaran

Kepulauan Seribu memiliki lahan hutan mangrove yang cukup luas. Namun tidak di kelola

dengan baik oleh masyarakat sekitarya, sehingga kegunaan dan potensi hutan mangrove telah

disia-siakan dan lahannya tidak berjalan sesuai dengan fungsinya. Kami memilih lokasi

penyuluhan di Kepulauan Seribu karena di tempat ini memiliki lahan yang baik bagi hutan

mangrove namun telah disalah-gunakan oleh masyarakat sekitarnya. Maka dari itu kami

bertujuan mengajak masyarakat sekitar Kepulauan Seribu agar sadar akan pentingnya hutan

mangrove bagi penduduk sekitarnya dan juga bagi biota laut.

Page 9: Metpem Mangrove(2)

Di dalam program ini kami memilih sasaran kelompok yang berasal dari kalangan nelayan

yang tinggal di sekitar hutan mangrove. Alasan mengapa kalangan nelayan menjadi kelompok

sasarannya karena nelayan lebih mengenal hutan mangrove itu sendiri, mereka yang telah

menyalahgunakannya dan sebetulnya mereka pula yang akan sangat merasakan dampak dari

hutan mangrove itu sendiri.

2.5 Identifikasi SDM Action

Berikut adalah langkah-langkah identifikasi masyarakat dalam memberikan program

penyuluhan :

- Survey ke tempat sasaran

Sebelum memberikan program, baiknya kita mengetahui seluk beluk keadaan tempat

sasaran. Dengan melakukan survey langsung ke tempat sasaran kita menjadi lebih

mengenal keadaan di tempat sasaran, sehingga hal ini dapat mengurangi kesalahan yang

akan muncul di saat memberikan penyuluhan.

- Mengetahui karakteristik dan masalah masyarakat

Selain mengetahui kondisi fisik tempat sasaran, kita juga perlu mengetahui dan mengenal

karakter dari masayarakat sekitar dan mempelajari masalah yang terdapat di dalam

kehidupan masyarakat. Hal ini akan memudahkan kita dalam melakukan pendekatan

program penyuluhan.

- Berkoordinasi dengan warga sekitar untuk menjelaskan maksud penyuluhan

Setelah kita kenal masyarakat sekitar, kita dapat dengan mudah menjelaskan maksud

penyuluhan yang akan kita berikan. Hal ini dilakukan dengan di dukung komunikasi yang

baik dan bahasa yang baik. Sehingga hal ini dapat mencegah kesalahpahaman dari

beberapa pihak.

- Penjelasan masalah dan solusinya

Tujuan dalam program penyuluhan ini adalah memberikan informasi mengenai lahan

hutan mangrove dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan

mangrove bagi kehidupan masyarakat sekitar. Kita harus mempelajari masalahnya agar

dapat menciptakan solusi yang mudah diterima oleh masyarakat sekitar.

Page 10: Metpem Mangrove(2)

- Praktek di lapangan

Setelah melakukan pendekatan kepada tempat sasarannya, pendekatan dengan

masyarakatnya dan pendekatan dengan masalah yang dihadapinya, dengan mudah kita

akan dapat melaksanakan program penyuluhan yang ditujukan untuk kelompok sasaran

masyarakat.

- Evaluasi

Setelah menjalankan program penyuluhan, diperlukan evaluasi di akhir kegiatan untuk

mempelajari tujuan mana yang masih belum tercapai dan yang sudah tercapai. Lalu

memperbaiki kesalahan yang ada dan mengambil pelajaran dari kesalahan tersebut.

Dalam pelaksanaan program penyuluhan ini, tentunya diperlukan Sumber Daya Manusia yang

menunjang bagi kegiatan ini.

2.6 Strategi & jadwal

Strategi mengajak masyarakat agar mau berpartisipasi

- Konsultasi dengan tokoh setempat

Untuk mengajak warga sekitar hutan mangrove di Kepulauan Seribu berpartisipasi

dalam program pemberdayaan penyuluhan kegunaan hutan mangrove ini tidaklah

semudah seperti yang dibayangkan. Oleh karena itu pertama – tama kita harus

melakukan konsultasi dengan tokoh setempah dan bertanya cara apa yang harus

digunakan untuk menarik minat dari warga sekitar hutan mangrove di Kepulauan

Seribu tersebut.

- Konsultasi dengan komunitas pencinta lingkungan

Di kawasan kepulauan seribu ini pasti terdapat komunitas pencinta lingkungan yang

biasanya suka menjaga kelestarian lingkungan. Maka dari itu sebaiknya kita

melakukan konsultasi dan meminta bantuan kepada komunitas ini untuk membantu

kita dan mendukung kita dalam mengadakan program penyuluhan hutan mangrove

ini.

- Menjelaskan keuntungannya agar masyarakat mau berpartisipasi

Page 11: Metpem Mangrove(2)

Menjelaskan kepada masyarakat tentang maksud dan tujuan dari diadakannya

penyuluhan hutan mangrove ini dan menjelaskan dan mempaparkan keuntungan dari

melestarikannya kembali hutan mangrove ini kepada masyarakat, sehingga

masyarakat tertarik untuk melestarikan hutan mangrove yang membantu melestarikan

alam.

Jadwal Pemberdayaan

No Tanggal Minggu ke Kegiatan

1. 18 Oktober 2011 1Survey ke kawasan hutan mangrove di

Kepulauan Seribu

2. 27 Oktober 2011 2Berkordinasi dengan warga disekitar hutan

mangrove di Kepulauan Seribu

3. 1 November 2011 3Konsultasi dengan tokoh dan komunitas

pencinta alam di kepulauan Seribu

4. 7 November 2011 4 Menyiapkan perlengkapan dan peralatan

5. 19 November 2011 5 Melakukan penyuluhan

6. 27 November 2011 6 Evaluasi

7. 25 Desember 2011 7 Melakukan pengecekan

Page 12: Metpem Mangrove(2)

BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

- Hutan mangrove adalah satu bentuk ekosisten hutan yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis

yang tinggi namun rentan akan kerusakan, sehingga kita harus mempertahankan, melestarikan

dan mengelolanya dengan sebaik mungkin.

- Restorasi ekologi hutan mangrove dapat dilakukan salah satunya dengan diadakannya

penyuluhan.

- Dalam memberikan penyuluhan dibutuhkan langkah-langkah identifikasi masyarakat sekitar

hutan mangrove terlebih dahulu.

- Keberhasilan program restorasi hutan mangrove akan sangat memberikan keuntungan baik

dalam segi ekonomis maupun ekologis.

3.2 Saran

- Diperlukan partisipasi pernuh dari masyarakat sekitar hutan mangrove agar pelaksanaan

retorasi ekologi hutan mangrove tersebut dapat terlaksana dengan baik.

- Program harus memperhatikan segala aspek yang berhubungan dengan hutan mangrove.

Kemudian diterapkan secara bijaksana..

Page 13: Metpem Mangrove(2)

METODE PEMBERDAYAAN

“Memberikan Penyuluhan Kepada Kalangan Nelayan di Kepulauan Seribu di Lahan Hutan Mangrove”

Disusun oleh :

Dessy Sagita Putri 150610090020Restu Wulandari 150610090021Anissa Primadita 150610090036 Aisa Permatadewi 150610090039Donny Erlangga 150610090080

Agribisnis A

Fakultas PertanianUniversitas Padjadjaran

2011

Page 14: Metpem Mangrove(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan

kepada kami, sehingga kami mampu menyusun makalah mengenai Program Pemberdayaan ,

Mata Kuliah Metode Pemberdayaan tanpa halangan apapun. Kami ucapkan terima kasih kepada

Dosen kami Ahmad Choibar Tridakusumah, SP.,MP dan seluruh pihak yang membantu kami

baik secara moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat tersusun

sebagai mana mestinya.

Kami selaku penyusun juga menyadari, bahwa penulisan makalah ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan dari segi materi, maka kami selaku penyusun sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan makalah ini di

masa mendatang dan mudah-mudahan dapat dapat bermanfaat bagi kami selaku penyusun

khususnya dan bagi seluruh pembaca pada umumnya.

Jatinangor, 17 Oktober 2011

Penyusun