metpem mangrove(2)
DESCRIPTION
tugas metode pemberdayaan mangroveTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan yang diadaptasikan dari istilah empowerment berkembang di
Eropa mulai abad pertengahan, terus berkembang hingga diakhir 70-an, 80-an, dan awal
90-an. Konsep pemberdayaan tersebut kemudian mempengaruhi teori-teori yang
berkembang belakangan.Jika dilihat dari proses operasionalisasinya, maka ide
pemberdayaan memiliki dua kecenderungan, antara lain : pertama, kecenderungan
primer, yaitu kecenderungan proses yang memberikan atau mengalihkan sebagian
kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan (power) kepada masyarakat atau individu
menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset
material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi; dan
kedua, kecenderungan sekunder, yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses
memberikan stimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan
atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui
proses dialog. Dua kecenderungan tersebut memberikan (pada titik ekstrem) seolah
berseberangan, namun seringkali untuk mewujudkan kecenderungan primer harus melalui
kecenderungan sekunder terlebih dahulu.
Beberapa pandangan tentang pemberdayaan masyarakat, antara lain sebagai
berikut : (Ife, 1996:59)
1 . Struktural,
pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi struktural secara
fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang operesif.
2. Pluralis,
pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya sesorang atau
sekelompok orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam suatu ’rule
of the game’ tertentu.
3. Elitis,
pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi dengan
elit-elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap praktek-praktek
dan struktur yang elitis.
4. Post-Strukturalis,
pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus serta menghargai
subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial.
Hakikat dari konseptualisasi empowermentberpusat pada manusia dan
kemanusiaan, dengan kata lain manusia dan kemanusiaan sebagai tolok ukur normatif,
struktural, dan substansial. Dengan demikian konsep pemberdayaan sebagai upaya
membangun eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara, dan tata
dunia di dalam kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan,
yakni yang bersifat “people centred, participatory, empowering, and sustainable”
(Chambers, 1995). Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan
dasar (basic needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan
lebih lanjut (safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan
sebagai upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu.
Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa yang
antara lain oleh Friedman (1992) disebut sebagai alternative development, yang
menghendaki ‘inclusive democracy, appropriate economic growth, gender equality and
intergenerational equaty”.(Ginanjar K., “Pembangunan Sosial dan Pemberdayaan : Teori,
Kebijaksanaan, dan Penerapan”, 1997:55)
Konsep pemberdayaan masyarakat ini muncul karena adanya kegagalan sekaligus
harapan. Kegagalan yang dimaksud adalah gagalnya model-model pembangunan
ekonomi dalam menanggulangi masalah kemiskinan dan lingkungan yang
berkelanjutan. Sedangkan harapan, muncul karena adanya alternatif pembangunan yang
memasukkan nilai-nilai demokrasi, persamaan gender, dan pertumbuhan ekonomi yang
memadai.
Mengapa pemberdayaan sangat penting
Karena Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat
dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakanan. Dengan kata lain,
pemberdayaan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
Manfaat pemberdayaan
Dalam upaya memberdayakan masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi manfaatnya,
yaitu ; pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling). Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia,
setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada
masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong,
memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya.
Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan
iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang
(opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Dalam rangka
pemberdayaan ini, upaya yang amat pokok adalah peningkatan taraf pendidikan, dan
derajat kesehatan, serta akses ke dalam sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal,
teknologi, informasi, lapangan kerja, dan pasar. Masukan berupa pemberdayaan ini
menyangkut pembangunan prasarana dan sarana dasar fisik, seperti irigasi, jalan, listrik,
maupun sosial seperti sekolah dan fasilitas pelayanan kesehatan, yang dapat dijangkau
oleh masyarakat pada lapisan paling bawah, serta ketersediaan lembaga-lembaga
pendanaan, pelatihan, dan pemasaran di perdesaan, dimana terkonsentrasi penduduk yang
keberdayaannya amat kurang. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat
yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku tidak selalu dapat
menyentuh lapisan masyarakat ini. Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan
individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai
budaya modern, seperti kerja keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban
adalah bagian pokok dari upaya pemberdayaan ini. Demikian pula
pembaharuan institusi-institusi sosial dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan
pembangunan serta peranan masyarakat di dalamnya. Yang terpenting disini adalah
peningkatan partisipasi rakyat dalam proses
Pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu,
pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan, pembudayaan,
pengamalan demokrasi. Friedman (1992) menyatakan “The empowerment approach,
which is fundamental to an altenative development, places the emphasis an autonomy in
the decesion marking of territorially organized communities, local self-reliance (but not
autachy), direct (participatory) democracy, and experiential social learning”.
Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena
kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan
pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan
masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena
hal itu justru akan mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi
harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang,
serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat
masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity).
Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang
hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya
adalah memandirikan masyarakat, memampukan,dan membangun kemampuan untuk
memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
1.2 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah:
a. Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metode Pemberdayaan.
b. Merencanakan suatu metode pemberdayaan masyarakat di Kepulauan Seribu di lahan Hutan
Mangrove.
c. Memberdayakan masyarakat sekitar pantai di Kepulauan Seribu dengan memberikan
rangkaian program pemberdayaan yang dirancang oleh beberapa mahasiswa.
d. Membentuk mahasiswa yang aktif dan kreatif dalam membuat program pemberdayaan.
1.3. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam menyusun perencanaan kegiatan pemberdayaan ini adalah:
1. Perumusan masalah, yaitu mengumpulkan beberapa masalah yang ada lalu merumuskannya
dengan sebab akibat dan dengan latar belakang yang ada.
2. Studi Pustaka, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencari bahan kajian dari buku-
buku serta media lainnya seperti internet.
3. Wawancara terhadap kelompok sasaran, merupakan proses pencarian data berupa
pendapat/pandangan/pengamatan seseorang yang akan digunakan sebagai salah satu bahan
pembuatan perencanaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perumusan Masalah
Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan khas,
terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir, pantai dan atau pulau-pulau kecil dan
merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat potensial. Hutan mangrove memiliki
nilai ekonomis dan ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila
kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarikan dan pengelolaannya.
Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena
merupakan sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara
ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat
pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas. Keragaman jenis mangrove dan
keunikannya juga memiliki potensi sebagai wahana hutan wisata dan atau penyangga
perlindungan wilayah pesisir dan pantai, dari bernagai ancaman sedimentasi, abrasi,
pencegahan intrusi air laut, serta sebagai sumber pakan habitat biota laut. Kondisi hutan
mangrove pada umumnya memiliki tekanan berat, sebagai akibat dari tekanan krisis
ekonomi yang berkepanjangan. Selain dirambah dan atau dialih fungsikan, kawasan
mangrove di beberapa daerah, termasuk DKI Jakarta, untuk kepentingan tambak, kini
marak terjadi. Akibat yang ditimbulkan terganggunya peranan fungsi kawasan mangrove
sebagai habitat biota laut, perlindungan wilayah pesisir, dan terputusnya mata rantai
makanan bagi biota kehisupan seperti burung, reptil dan berbagai kehidupan lainnya.
Tekanan terhadap hutan mangrove di wilayah DKI Jakarta, sebagai akibat tumbuh
berkembangnya pusat-pusat kegiatan dan aktivitas manusia; juga disebabkan oleh beberapa
aspek kegiatan antara lain:
a. Pengembangan pemukiman.
b. Pembangunan fasilitas rekreasi.
c. Pemanfaatan lahan pasang surut untuk kepentingan budidaya pertambakan.
Selain terciptanya perubahan dan kerusakan lingkungan, di bagian wilayah hulu juga
ikut andil dalam memperburuk kondisi kawasan pantai. Berbagai bentuk masukan bahan
padatan sedimen (erosi), bahan cemaran baik yang bersumber dari industri maupun rumah
tangga, merupakan salah satu faktor penyebab pendangkalan pantai dan kerusakan
ekosistem mangrove.
Dari berbagai hasil penelitian dilaporkan bahwa kondisi Pantai dan Kepulauan
Seribu, kini dalam keadaan terganggu dan diduga tidak dapat mendukung keseimbangan
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Dinas kehutanan DKI Jakarta
(1998), melaporkan hasil pemantauan kualitas perairan teluk Jakarta, dinilai semakin
memburuk dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. Yayasan mangrove (1999), juga
melaporkan hasil evaluasi kawasan-kawasan mangrove di Taman Nasional epulauan
Seribu, yang memberikan gambaran atas terganggunya kawasan mangrove yang berfungsi
sebagai penyangga sempadan pantai pulau-pulau berukuran besar maupun kecil. Demikian
halnya dengan laporan hasil pencacahan kondisi sosial ekonomi masyarakat si Kepulauan
Seribu (Lembaga Ekonomi UI, 2000), menyarikan rendahnya tatanan sosial ekonomi
masyarakat ditinjau dari segi pendapatan per kapita dan tingkat pendidikan masyarakatnya.
2.2 Penetapan Program
Penyuluhan adalah salah satu program dalam pemberdayaan masyarakat. Didalam kegiatan
penyuluhan, di berikan beberapa informasi dan pengetahuan yang masih awam diketahui
oleh kelompok sasaran penyuluhan. Manfaat dari kegiatan penyuluhan antara lain adalah :
- Diberikannya informasi – informasi tentang hutan mangrove yang mungkin selama ini
tidak diketahui oleh warga disekitar hutan mangrove ini
- Meningkatkan kesadaran masyarakatnya kepada kelestarian lingkungan yang harus
dijaga dan dipelihara.
Mengenai program itu sendiri, berikut adalah rangkaian dari program yang akan dilakukan
dan diberikan untuk masyarakat Kepulauan Seribu.
- Kami beberapa mahasiswa mendatangkan / mengundang seorang pakar lahan, terutama
lahan Hutan Mangrove. Lalu kami memberikan fasilitas untuk diberikannya
pengetahuan dan beberapa informasi mengenai hutan mangrove oleh pembicara
tersebut kepada sasaran kelompok masyarakat.
- Setelah diberikan penyuluhan, kami mengajak masyarakat sekitar terutama kelompok
sasarannya untuk memanfaatkan lahan mangrove sesuai dengan kegunaannya. Kami
menggerakan dan menyadarkan kepada masyarakat pentingnya lahan mangrove bagi
biota laut dan juga dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar hutan mangrove.
2.3 Perumusan Tujuan
Penyuluhan Kegunaan Hutan Mangrove memiliki banyak manfaat yang dapat diberikan
kepada masyarakat. Program penyuluhan ini memiliki tujuan-tujuan seperti :
memberikan informasi dan pengetahuan mengenai lahan hutan mangrove kepada
kelompok sasaran masyarakat
memberitahu potensi-potensi yang dimiliki hutan mangrove
memberdayakan kelompok sasaran masyarakat yang sadar akan pentingnya hutan
mangrove bagi kehidupan biota laut dan kehidupan masyarakat sekitar lahan hutan
mangrove
melestarikan lingkungan, khususnya lingkungan hutan mangrove dan sekitarnya
2.4 Kelompok Sasaran
Kepulauan Seribu memiliki lahan hutan mangrove yang cukup luas. Namun tidak di kelola
dengan baik oleh masyarakat sekitarya, sehingga kegunaan dan potensi hutan mangrove telah
disia-siakan dan lahannya tidak berjalan sesuai dengan fungsinya. Kami memilih lokasi
penyuluhan di Kepulauan Seribu karena di tempat ini memiliki lahan yang baik bagi hutan
mangrove namun telah disalah-gunakan oleh masyarakat sekitarnya. Maka dari itu kami
bertujuan mengajak masyarakat sekitar Kepulauan Seribu agar sadar akan pentingnya hutan
mangrove bagi penduduk sekitarnya dan juga bagi biota laut.
Di dalam program ini kami memilih sasaran kelompok yang berasal dari kalangan nelayan
yang tinggal di sekitar hutan mangrove. Alasan mengapa kalangan nelayan menjadi kelompok
sasarannya karena nelayan lebih mengenal hutan mangrove itu sendiri, mereka yang telah
menyalahgunakannya dan sebetulnya mereka pula yang akan sangat merasakan dampak dari
hutan mangrove itu sendiri.
2.5 Identifikasi SDM Action
Berikut adalah langkah-langkah identifikasi masyarakat dalam memberikan program
penyuluhan :
- Survey ke tempat sasaran
Sebelum memberikan program, baiknya kita mengetahui seluk beluk keadaan tempat
sasaran. Dengan melakukan survey langsung ke tempat sasaran kita menjadi lebih
mengenal keadaan di tempat sasaran, sehingga hal ini dapat mengurangi kesalahan yang
akan muncul di saat memberikan penyuluhan.
- Mengetahui karakteristik dan masalah masyarakat
Selain mengetahui kondisi fisik tempat sasaran, kita juga perlu mengetahui dan mengenal
karakter dari masayarakat sekitar dan mempelajari masalah yang terdapat di dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini akan memudahkan kita dalam melakukan pendekatan
program penyuluhan.
- Berkoordinasi dengan warga sekitar untuk menjelaskan maksud penyuluhan
Setelah kita kenal masyarakat sekitar, kita dapat dengan mudah menjelaskan maksud
penyuluhan yang akan kita berikan. Hal ini dilakukan dengan di dukung komunikasi yang
baik dan bahasa yang baik. Sehingga hal ini dapat mencegah kesalahpahaman dari
beberapa pihak.
- Penjelasan masalah dan solusinya
Tujuan dalam program penyuluhan ini adalah memberikan informasi mengenai lahan
hutan mangrove dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan
mangrove bagi kehidupan masyarakat sekitar. Kita harus mempelajari masalahnya agar
dapat menciptakan solusi yang mudah diterima oleh masyarakat sekitar.
- Praktek di lapangan
Setelah melakukan pendekatan kepada tempat sasarannya, pendekatan dengan
masyarakatnya dan pendekatan dengan masalah yang dihadapinya, dengan mudah kita
akan dapat melaksanakan program penyuluhan yang ditujukan untuk kelompok sasaran
masyarakat.
- Evaluasi
Setelah menjalankan program penyuluhan, diperlukan evaluasi di akhir kegiatan untuk
mempelajari tujuan mana yang masih belum tercapai dan yang sudah tercapai. Lalu
memperbaiki kesalahan yang ada dan mengambil pelajaran dari kesalahan tersebut.
Dalam pelaksanaan program penyuluhan ini, tentunya diperlukan Sumber Daya Manusia yang
menunjang bagi kegiatan ini.
2.6 Strategi & jadwal
Strategi mengajak masyarakat agar mau berpartisipasi
- Konsultasi dengan tokoh setempat
Untuk mengajak warga sekitar hutan mangrove di Kepulauan Seribu berpartisipasi
dalam program pemberdayaan penyuluhan kegunaan hutan mangrove ini tidaklah
semudah seperti yang dibayangkan. Oleh karena itu pertama – tama kita harus
melakukan konsultasi dengan tokoh setempah dan bertanya cara apa yang harus
digunakan untuk menarik minat dari warga sekitar hutan mangrove di Kepulauan
Seribu tersebut.
- Konsultasi dengan komunitas pencinta lingkungan
Di kawasan kepulauan seribu ini pasti terdapat komunitas pencinta lingkungan yang
biasanya suka menjaga kelestarian lingkungan. Maka dari itu sebaiknya kita
melakukan konsultasi dan meminta bantuan kepada komunitas ini untuk membantu
kita dan mendukung kita dalam mengadakan program penyuluhan hutan mangrove
ini.
- Menjelaskan keuntungannya agar masyarakat mau berpartisipasi
Menjelaskan kepada masyarakat tentang maksud dan tujuan dari diadakannya
penyuluhan hutan mangrove ini dan menjelaskan dan mempaparkan keuntungan dari
melestarikannya kembali hutan mangrove ini kepada masyarakat, sehingga
masyarakat tertarik untuk melestarikan hutan mangrove yang membantu melestarikan
alam.
Jadwal Pemberdayaan
No Tanggal Minggu ke Kegiatan
1. 18 Oktober 2011 1Survey ke kawasan hutan mangrove di
Kepulauan Seribu
2. 27 Oktober 2011 2Berkordinasi dengan warga disekitar hutan
mangrove di Kepulauan Seribu
3. 1 November 2011 3Konsultasi dengan tokoh dan komunitas
pencinta alam di kepulauan Seribu
4. 7 November 2011 4 Menyiapkan perlengkapan dan peralatan
5. 19 November 2011 5 Melakukan penyuluhan
6. 27 November 2011 6 Evaluasi
7. 25 Desember 2011 7 Melakukan pengecekan
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
- Hutan mangrove adalah satu bentuk ekosisten hutan yang memiliki nilai ekonomis dan ekologis
yang tinggi namun rentan akan kerusakan, sehingga kita harus mempertahankan, melestarikan
dan mengelolanya dengan sebaik mungkin.
- Restorasi ekologi hutan mangrove dapat dilakukan salah satunya dengan diadakannya
penyuluhan.
- Dalam memberikan penyuluhan dibutuhkan langkah-langkah identifikasi masyarakat sekitar
hutan mangrove terlebih dahulu.
- Keberhasilan program restorasi hutan mangrove akan sangat memberikan keuntungan baik
dalam segi ekonomis maupun ekologis.
3.2 Saran
- Diperlukan partisipasi pernuh dari masyarakat sekitar hutan mangrove agar pelaksanaan
retorasi ekologi hutan mangrove tersebut dapat terlaksana dengan baik.
- Program harus memperhatikan segala aspek yang berhubungan dengan hutan mangrove.
Kemudian diterapkan secara bijaksana..
METODE PEMBERDAYAAN
“Memberikan Penyuluhan Kepada Kalangan Nelayan di Kepulauan Seribu di Lahan Hutan Mangrove”
Disusun oleh :
Dessy Sagita Putri 150610090020Restu Wulandari 150610090021Anissa Primadita 150610090036 Aisa Permatadewi 150610090039Donny Erlangga 150610090080
Agribisnis A
Fakultas PertanianUniversitas Padjadjaran
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga kami mampu menyusun makalah mengenai Program Pemberdayaan ,
Mata Kuliah Metode Pemberdayaan tanpa halangan apapun. Kami ucapkan terima kasih kepada
Dosen kami Ahmad Choibar Tridakusumah, SP.,MP dan seluruh pihak yang membantu kami
baik secara moril maupun materil dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat tersusun
sebagai mana mestinya.
Kami selaku penyusun juga menyadari, bahwa penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan dari segi materi, maka kami selaku penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan makalah ini di
masa mendatang dan mudah-mudahan dapat dapat bermanfaat bagi kami selaku penyusun
khususnya dan bagi seluruh pembaca pada umumnya.
Jatinangor, 17 Oktober 2011
Penyusun