metoda

18
LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA METODA LAPANGAN OLEH : NAMA : CINTHYA LARASSATI NO. BP : 1110422012 KELOMPOK : 3 (TIGA) REKAN KERJA : 1. DWI YANTO (1110421018) 2. DEVI NORITA SARI (1110422038) 3. SHINTA KAMELA (1110423018) 4. TRI ZULISTIANA (1110423024) HARI/TANGGAL : SENIN/29 JANUARI 2013 ASISTEN PENDAMPING : 1. AMI HIDAYAT 2. YUNILA BERLIANA LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA

Upload: cinthya-larassati

Post on 05-Dec-2014

73 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

lapangan

TRANSCRIPT

Page 1: Metoda

LAPORAN PRAKTIKUM

TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA

METODA LAPANGAN

OLEH :

NAMA : CINTHYA LARASSATI

NO. BP : 1110422012

KELOMPOK : 3 (TIGA)

REKAN KERJA : 1. DWI YANTO (1110421018)

2. DEVI NORITA SARI (1110422038)

3. SHINTA KAMELA (1110423018)

4. TRI ZULISTIANA (1110423024)

HARI/TANGGAL : SENIN/29 JANUARI 2013

ASISTEN PENDAMPING : 1. AMI HIDAYAT

2. YUNILA BERLIANA

LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN VERTEBRATA

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2013

Page 2: Metoda

METODA – METODA LAPANGAN

Ada dua macam metoda yang dapat digunakan untuk menangkap hewan di lapangan, yaitu

metoda pasif dan metoda aktif. Metoda pasif merupakan metoda yang digunakan untuk

mendapatkan hewan vertebrata dengan mengunakan kecanggihan alat yang kita gunakan.

Sedangkan metoda aktif adalah suatu metoda yang digunakan untuk menangkap hewan

secara langsung di lapangan (terjadi onteraksi secara langsung dengan hewan). Setelah

mendapatkan hewan vertebrata yang diinginkan, maka hewan tersebut dapat

diidentifikasinya, dan diberi nama, atau dicari tahu namanya.

Beberapa metoda pasif yang dapat digunakan untuk menangkap hewan target

adalah sebagai berikut:

1. Kelas Pisces

Hewan vertebrata kelas pisces memiliki ketergantungan mutlak terhadap air. Cara yang

digunakan untuk mengkoleksi jenis-jenis dari kelas ini adalah dengan menggunakan alat

bantu berupa pancing atau jala yang telah lumrah digunakan untuk menangkap ikan. Atau

dengan menggunakan metoda pasif lainnya seperti penggunaan Bubu yang merupakan

perangkap ikan tradisional yang umum dikalangan nelayan. Penangkapan hewan kelas ini

juga dapat menggunakan bubu dalam bentuk modern yangdikenal dengan nama Fish Trap.

1.1 Bubu

Bubu adalah alat tangkap ikan tradisional yang umum dikenal dikalangan nelayan. Bubu

merupa jebakan yang bersifat pasif. Alat ini berbentuk ku rungan seperti ruangan tertutup

sehingga ikan tidak dapat keluar. Bubu merupakan alat tangkap pasif, tradisional yang

berupa perangkap ikan tersebut dari bubu, rotan, kawat, besi, jaring, kayu dan plastik yang

dijalin sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk tidak dapat keluar. Prinsip dasar dari

bubu adalah menjebak penglihatan ikan sehingga ikan tersebut terperangkap di dalamnya,

alat ini sering diberi nama ftshing pots atau fishing baske (Brandt, 1984).

Bubu adalah perangkap yang mempunyai satu atau dua pintu masuk dan dapat

diangkat ke beberapa daerah penangkapan dengan mudah. Teknologi penangkapan

menggunakan bubu banyak dilakukan di negara-negara yang menengah maupun maju.

Untuk skala kecil dan menengah banyak dilakukan di perairan pantai, hampir seluruh

negara yang masih belum maju perikanannya, sedangkan untuk negara dengan sistem

perikanan yang maju pengoperasiannya dilakukan dilepas pantai yang ditujukan untuk

Page 3: Metoda

menangkap ikan-ikan dasar, kepiting, udang yang kedalamannya 20 m sampai dengan 700

m. Bubu skala kecil ditujukan untuk menagkap kepiting, udang, keong, dan ikan dasar di

perairan yang tidak begitu dalam (Martasuganda, 2002)

Gambar I. Bubu

1.2 Fish Trap

Fish Trap bentuk modern dari ‘bubu’ yang merupakan merupakan metoda yang digunakan

untuk menangkap ikan secara tradisional. Alat ini biasanya berbentuk segi empat yang

terbuat dari rajutan tali dan kawat-kawat kecil. Alat ini termasuk alat pasif, karena kita

menggunakan kecanggihan alat ini untuk mendapatkan ikan. Fish trap biasanya diletakkan

di tempat penurunan air. Cara penggunaan Fish trap ini pertama kali dibuka tutupnya,

kemudian diikatkan pelet berbalut kain kassa sebagai umpan ikan didalam Fish trap agar

ikan mau mendekat ke Fish trap. Celah tempat masuk ikan dipasangkan menghadap

mengarah kea rah datangnya arus, agar ikan dengan mudah masuk ke alat ini, kemudian

masukan batu kedalam alat ini agar alat ini tidak hanyut terbawa arus air, ikatkan alat ini

dengan tali pada pepohonan terdekat, hal ini bertujuan agar alat yang kita pasang ini tidak

hanyut juga.

Gambar II. Fish Trap

Page 4: Metoda

2. Kelas Amphibi

Amphibia umumnya didefinisikan sebagai hewan vertebrata yang hidup didua alam, yakni

di air dan di daratan. Amfibia bertelur di air atau menyimpan telurnya ditempat yang

lembab dan basah. Ketika menetas larvanya yang dinamakan berudu hidup di air atau

tempat basah tersebut dan bernafas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu

kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup

di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru.

Beberapa metoda yang dapat dilakukan untuk mengoleksi hewan kelas ini diantaranya

metoda tangkap lansung dengan cara menangkap tanpa alat bantu, Night visual encounter,

Pitfall trap-drift fences methods, dan

2.1 Night Visual Encounter

Night visual encounter, yaitu pencarian binatang herpetofauna di lakuakan saat malam hari

dengan bantuan senter, head lamp, atau lampu kendaraan untuk membutakan sementara

hewan tersebut dengan cara memfokuskan cahaya ke arah matanya. Setelah hewan tersebut

mengalami kebutaan maka dapat ditangkap langsung.

2.2 Pitfall Trap

Merupakan metoda yang digunakan untuk menangkap hewan melata/Herpetofauna (Reptil

& Amphibia). Pitfall trap-drift fences methods merupakan metoda gabungan antara

perangkap dengan pemakaian pagar pengarah. Metoda biasanya diterapkan pada daerah

pinggir sungai atau kolam untuk menangkap hewan amphibi yang aktif bergerak dan

berukuran lebih kecil.

Alat dan bahan yang di gunakan pada metoda ini adalah bambu, terpal hitam,

kaleng cat berukuran sedang sebanyak 4 buah atau lebih;, dan sabun colek. Cara kerjanya,

pertama tancapkan bambu ke tanah, ikat terpal ke bambu, masukkan ke dalam tanah kira-

kira dengan kedalaman 10 cm. Tanah di gali dibalik terpal tersebut sebagai tempat

meletakkan beberapa kaleng cat. Posisi kaleng cat di kanan kiri dibuat secara zig-zag agar

hewan yang datang tidak akan mudah lolos. Letakkan serasah supaya terjadi kelembapan

dalam ember tersebut. Oleskan sabun colek di mulut ember supaya licin. Agar hewan yang

terperangkap tidak bisa keluar lagi. Alat ini dipasang pada sore hari, dan dibiarkan

semalam. Paginya di cek apakah ada amphibi yang terjebak, hal ini dilakukan karena

Page 5: Metoda

hewan herpetofauna hanya aktif pada malam hari, sehingga pemasangan Pitfall Trap

dilakukan pada malam hari.

Gambar III. Pit Fall Trap

2.3 Banier survey method

Dilakukan pada areal banir pohon dengan cara membersihkan serasah, kayu lapuk, dan

semua yang ada di dalamnya diangkat secara perlahan-lahan sambil mengamati hewan

yang ada disekitar pohon-pohon yang dicakup. Setelah sampel hewan ditangkap lalu

diidentifikasi dengan buku panduan yang ada atau bertanya pada asisten.

3. Kelas Reptilia

Reptilia adalah salah satu hewan kelas vertebrata dalam kelompok hewan yang melata.

Kulit diselaputi sisik keras atau kepingan dari bahan tanduk. Pada yang bertubuh besar

dibawah sisik ada kepingan tulang, untuk memperkuat daya perlindungan dilengkapi

dengan eksoskelet, ekor panjang, jari-jari bercakar, poikiloterm, bernafas dengan paru-paru

saja, pembuahan di dalam tubuh dan ovipar. Cara mengkoleksi hewan jenis ini

diantarannya adalah metoda tangkap langsung, Snake tang, dan Pitfall Trap.

3.1 Snake Tang

Metoda aktif yang dapat digunakan untuk kelas reptilia ini adalah snake tangs (penjepit

seperti tang yang panjangnya 2 m ), menggunakan paralon yang cukup panjang. Dalam

penggunaan paralon, pada ujung paralon diberi umpan dan diletakkan kearah akar pohon

atau banir. Hal ini bertujuan agar ular yang tertangkap tidak bisa keluar lagi karena pada

prinsipnya reptil tidak bisa bergerak mundur. Kemudian snake glue yaitu ini berupa lem

yang dapat memerangkap hewan-hewan yang melintas diatasnya. Sedangkan Pipa paralon

Page 6: Metoda

juga berfungsi untuk menjebak hewan-hewan yang masuk kedalamnya, yaitu dengan cara

kita masukkan makanan kedalam pipa paralon itu

3.2 Pitfall Trap

Merupakan metoda yang digunakan untuk menangkap hewan melata/Herpetofauna (Reptil

& Amphibia). Pitfall trap-drift fences methods merupakan metoda gabungan antara

perangkap dengan pemakaian pagar pengarah. Metoda biasanya diterapkan pada daerah

pinggir sungai atau kolam untuk menangkap hewan reptil yang aktif bergerak dan

berukuran lebih kecil.

Alat dan bahan yang di gunakan pada metoda ini adalah bambu, terpal hitam;

kaleng cat berukuran sedang sebanyak 4 buah atau lebih; dan sabun colek. Cara kerjanya,

pertama tancapkan bambu ke tanah, ikat terpal ke bambu, masukkan ke dalam tanah kira-

kira dengan kedalaman 10 cm. Tanah di gali dibalik terpal tersebut sebagai tempat

meletakkan beberapa kaleng cat. Posisi kaleng cat di kanan kiri dibuat secara zig-zag agar

hewan yang datang tidak akan mudah lolos. Pada permukaan bawah kaleng cat tersebut

sebaiknya dilobangi supaya air yang masuk bisa keluar dengan mudah dan tidak tergenang

dalam ember. Letakkan serasah supaya terjadi kelembapan dalam ember tersebut. Oleskan

sabun colek di mulut ember supaya licin. Agar hewan yang terperangkap tidak bisa keluar

lagi (Lihat Gambar III).

Alat ini dipasang pada sore hari, dan dibiarkan semalam. Paginya di cek apakah ada reptil

yang terjebak, hal ini dilakukan karena hewan herpetofauna hanya aktif pada malam hari,

sehingga pemasangan Pit Fall Trap dilakukan pada malam hari.

4. Kelas Aves

Aves adalah hewan vertebrata dengan tubuh ditutup oleh bulu sedangkan hewan lainnya

tidak ada yang mempunyai bulu. Aves dapat terbang karena mempunyai sayap yang

merupakan modifikasi dari alat gerak anterior. Sayap pada aves berasal dari elemen-

elemen  tubuh tengah dan distal. Kaki pada aves digunakan untuk berjalan, bertengger atau

berenang dengan selaput inter digital. Metoda yang dapat digunakan untuk mengoleksi dan

mempelajari hewan jenis ini diantaranya Mist Net dan Digiscoping.

4.1 Mist net

Mist net (jala kabut) merupakan alat yang digunakan untuk menangkap burung. Alat ini

terbuat dari benang nilon berwarna gelap dengan lebar 2,5 meter dan panjang mist net ada

Page 7: Metoda

yang 18, 12, 9, dan 6 meter. Alat dan bahan yang digunakan untuk memasang mist net

adalah: pancang, mist net, Tonggak (bambu), tali, kantong burung, tali, kayu/tongkat.

Cara memasang alat ini yaitu: yang pertama tentukan dahulu tempat dan daerah

kondusif yang diperkirakan banyak burungnya. Seperti di punggung bukit yang banyak

pohon berbuah, dekat aliran sungai, dan mulut gua. Kemudian rentangkan mist net dengan

mengikatkanya ke tonggak atau bambu, Alat ini dipasang berjarak 50 cm dari permukaan

tanah agar mamalia yang berjalan tidak ikut terjebak pada alat ini. Dalam pemasangan mist

net ada beberapa hal yang harus diperhatikan, pertama hindari pemakaian alat-alat asesoris

seperti cincin kalung dan lainya dalam pemasangan mist net, karena bisa mengakibatkan

mist net kusut. Kedua hendaknya pemasangan mist net ini dilakukan jam 6 pagi, dan

dilepas jam 7 sore. Hal ini bertujuan agar burung yang didapatkan banyak, karena waktu

aktif dari burung adalah dari jam 6 pagi sampai jam 7 malam. Setelah dipasang dilakukan

pengecekan 1 jam sekali, karena jika burung yang didapatkan dibiarkan saja terjebak di

Mist net akan berakibat fatal, karena burung bisa mati. hal ini dikarenakan burung memiliki

stress yang tinggi.

Gambar IV. Mist Net

4.2 Digiscoping

Digiscoping merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan data untuk inventarisasi

dengan mengamati hewan-hewan yang letaknya jauh dan tidak dapat dikoleksi langsung.

Alat ini merupakan perpaduan antara teropong monokuler dengan kamera digital. Hewan

yang diamati melalui teropong monokuler dapat difoto terlebih dahulu untuk memudahkan

pengamatan.

Cara kerjanya, letakkan alat tersebut di atas permukaan tanah, kemudian

pasangkan tripodnya, monokuler, lensa okuler, fokus. Sasaran dicari dengan menggunakan

teropong. Setelah sasaran dapat diamati secara morfologi, maka dapat dilakukan

identifikasi pengidentifikasian dengan menggunakan buku panduan lapangan  kelas Aves.

Page 8: Metoda

Metoda ini memang kurang efektif karena memerlukan tingkat ketelitian dan kesabaran

yang tinggi. Saat menggunakan metoda ini dalam melakukan pengamatan, peneliti

dianjurkan memakai pakaian yang berwarna gelap agar hewan yang menjadi sasaran tidak

menyadari keberadaan peneliti dan merasa terganggu.

Gambar V. Digiscoping

5. Kelas mamalia

Mammalia adalah vertebrata yang tubuhnya tertutup oleh rambut. Memiliki kelenjar

mamae yang aktif menghasilkan susu, terutama pada saat menyusui, karakter ini menjadi

pembeda antara kelas mammalia dengan kelas animalia lainnya. Mammalogi adalah bagian

dari ilmu biologi yang mempelajari tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

mammalian. Metoda yang dapat digunakan untuk mempelajari dan mengoleksi hewan jenis

ini diantaranya Harpa Trap, Camera Trap, Medium-Small Mammal Trap, dan Auditory

Census.

5.1 Harpa Trap

Harpa trap adalah alat yang digunakan untuk menangkap kelelawar yang ada di dalam

gua. Alat ini disebut harpa trap, karena alat ini mirip dengan alat musik harpa. Kelebihan

dari harpa trap ini adalah bisa menangkap dalam jumlah banyak. Komponen utama

penyusun harpa trap terdiri dari 2 layer. Ada yang 3-4 layer, tapi yang kita gunakan di sini

adalah menggunakan 2 layer. Semakin banyak layer maka akan semakin baik alat ini

digunakan untuk menangkap kelelawar. Layer yang digunakan adalah berwarna bening

agar kelelawar tidak bisa dengan mudah mengetahui keberadaan dari harpa trap ini. Selain

layer, juga terdapat tiang penggulung layer, kantung perangkap, plastik pengarah agar

kelelawar yang didapat akan turun ke kantung perangkap. Alat ini bisa dibongkar pasang

dengan mudah, sehingga membawa alat ini sangat mudah kemanapun. Pada umumnya alat

Page 9: Metoda

ini dipasang beberapa meter dari mulut gua atau diantara kanopi pohon yang sedang

berbuah.

Pada saat melakukan penelitian ini sebaiknya menggunakan sarunan g tangan kulit

agar tidak luka karena layer yang digunakan bisa melukai tangan kita, head lamp sebagai

penerang, kantung kelelawar dan alat-alat hitung lainnya. Tinggi dari alat ini bisa di atur

ukurannya tapi lebarnya tidak bisa. Harpa trap sebaiknya digunakan dimulut gua.

Alat ini biasanya dipasangkan di mulut gua. Jadi ketika kelelawar yang mau keluar

ataupun masuk gua akan terjebak di alat ini. Alat ini dilakukan pemasangan pada saat

menjelang senja sampai pagi hari, karena sama-sama kita ketahui bahwa kelelawar waktu

aktifnya adalah malam hari.

Gambar VI. Harpa Trap

5.2 Camera Trap

Camera trap digunakan untuk mengidentifikasi hewan-hewan vertebrata, khususnya

mamalia besar, karena penggunaan alat ini sangat mudah dan lebih efisien waktu dan

biaya. Camera trap terbagi menjadi dua, yaitu: kamera trap manual dan kamera trap

digital.

Camera trap manual adalah kamera trap yang menggunakan kamera biasa, Bagian

– bagiannya terdiri dari Kamera pocket; Sensor yang terdiri dari 4 buah tombol, yaitu

Kamera (atas) dan laser (bawah); Delay A untuk tenggang waktu 1 menit dan Delay B

untuk tenggang waktu 5 menit, untuk pemotretan selanjutnya, apabila ada objek yang

tersensor lainnya; Start, untuk memulai dan memanaskan kamera; tombol 24 hours

(kamera aktif 24 jam penuh), day only (aktif 12 jam saja atau siang hari saja), masa aktif

dari kamera (Griffiths M., 1993).

Cara kerja alat ini pertama diukur ketinggian pemasangan kamera, sebaiknya 60 –

70 cm dari permukaan tanah tergantung jenis hewan yang akan diamati. Pilih Delay A atau

Delay B. sebaiknya pilih Delay A (1 menit) supaya jika ada hewan yang lewat dalam kurun

Page 10: Metoda

waktu satu menit bisa diamati. Setelah itu pilih tombol ‘day only (24 jam)’ agar kamera ini

aktif tiap saat. Terakhir naikkan ke atas tombol start untuk memulai mengaktifkan kamera.

Tombol start ditekan sampai konstan dengan kedipan lampu, apabila lampu tidak berkedip

lagi maka kamera siap digunakan.

Kelebihan dari kamera ini ialah kamera ini dapat menghasilakan foto yang

berwarna, sedangkan kekurangannya, kamera ini hanya mampu bertahan dalam kurun

waktu 12 jam dan hanya menggunakan batterai biasa. Untuk melindungi kamera ini dari

panas dan hujan, maka di atas kamera ini dipasang seng bekas yang berkarat, bukan seng

yang baru, karena seng bekas warnanya tidak mencolok dan hewan-hewan yang lewat

tidak akan mengetahui keberadaan seng ini.. Di dalam kamera ini diletakkan silica gel

secukupnya untuk menyerap kelembapan. Hendaklah kamera ini diletakkan pada daerah

yang kemungkinan dilewati oleh mammalia besar dan diukur jaraknya dengan

menggunakan lampu sensor.

Yang kedua adalah kamera trap digital Kamera ini terdiri dari Blitz yang berfungsi

untuk pencahayaan; Aim untuk mengukur ketinggian; Status light untuk menandakan

kamera sudah aktif; Kamera untuk mengambil gambar; Layar sebagai pemandu, yang

akan kita atur, seperti waktu, berapa gambar yang diambil; Mode untuk mengaktifkan

kamera atau untuk memulai merekam; Rest delete untuk menghapus gambar; Sensor untuk

menangkap gambar; Select untuk mengubah angka/huruf atau perpindahan (Griffiths M.,

1993).

Kelebihan dari kamera ini adalah kamera ini sedah menggunakan memory dan usb

digital. Jadi kita akan dengan mudah memindahkan data yang ada dalam kamera ini ke

laptop dengan mudah. Selain itu di kamera ini terdapat video untuk merekam dan bisa

menyimpan banyak foto, yaitu 3726 foto. Jadi kita tidak perlu takut kehabisan memory jika

menggunakan kamera ini. Sedangkan kekurang dari kamera ini adalah apabila kamera ini

dipasang pada tempat yang ternaung dan agak gelap akan menghasilkan gambar yang

kurang bagus atau tidak berwarna.. Setiap pemeriksaan dilakukan pembersihan kamera,

pergantian silica gel, penggantian baterai jika diperlukan dan penggantian memory card,

serta pemeriksaan hasil foto yang didapat. Hendaklah kamera ini diletakkan pada daerah

yang kemungkinan dilewati oleh mammalia besar dan diukur jaraknya dengan

menggunakan lampu sensor.

Page 11: Metoda

Gambar VII. Kamera Trap

5.3 Medium-Small Mammal Trap

Medium-Small Mammal Trap merupakan perangkap yang termasuk ke dalam metoda

pasif dan digunakan untuk menangkap jenis mamalia yang berukuran kecil contohnya hewan

dari ordo Rodentia, dan mamalia yang berukuran sedang contohnya yang termasuk

kedalam family Canidae dari kelas Carnivora.. Bagian-bagian dari perangkap ini antara

lain pintu tempat memasukkan umpan dan mengeluarkan target. Kunci dan penyangga

pintu agar target yang telah terperangkap tidak dapat keluar, dan umpan. Umpan yang

biasa digunakan untuk menangkap mamalia berukuran kecil adalah ikan asin, ikan teri,

buah-buahan dan bungkit kelapa. Umpan sebaiknya dibakar terlebih dahulu agar

mengeluarkan aroma yang khas. Sedangkan untuk menangkap mamalia berukuran sedang,

umpan yang digunakan biasanya adalah potongan daging ayam atau sapi yang masih segar.

Saat pemasangan umpan, sebaiknya gunakan sarung tangan agar aroma umpan

tidak bercampur dengan aroma dari tangan kita. Umpan tersebut harus diletakkan di ujung

pengait. Prinsip kerja alat ini adalah menghubungkan umpan dengan pintu perangkap

dengan pengait. Jadi jika umpan ditarik oleh hewan yang masuk kedalam perangkap, maka

pengait pada pintu perangkap akan terlepas. Hal ini menyebabkan pintu akan tertutup dan

terkunci dari luar. Kalau ada hewan yang terperangkap jangan mengeluarkannya pada

waktu hewan itu masih hidup. Masukkan dulu hewan tersebut ke air sampai mati atau

pingsan setelah itu baru dikeluarkan. Karena apabila hewan tersebut diambil hidup-hidup

akan membahayakan kita, bisa saja hewan itu menggigit tangan kita. Alat ini biasanya

diletakan disudut-sudut ruangan (Mencit. Tikus), diikatkan pada pohon (Tupai, Musang)

yang pintunya mengarah kebagian atas.

Page 12: Metoda

Gambar VIII. Small Mammal Trap dan Medium Mammal Trap

5.4 Auditory Census

Auditory Census merupakan metoda yang digunakan untuk menghitung, mengidentifikasi

suatu hewan dengan cara mendengarkan suara hewan yang akan diidentifikasi, biasanya

untuk keluarga Hylobatidae. seperti ungko dan siamang. Alat-alat yang digunakan

diantaranya kompas, alat tulis dan peta lokasi.

Cara kerja dari metoda ini adalah pertama tentukan tempat yang senyaman

mungkin untuk mengamati dan mendengarkan suara-suara binatang, seperti dibawah

pohon atau tempat lainya. Setelah itu tentukan arah utara tempat posisi kita berada, dengan

menggunakan kompas dan peta. Kemudian dengarkanlah suara binatang terutama suara-

suara primate, karena suara primate memilki cirri yang khas, sehingga mudah dikenali.

Lalu tentukan berapa derajat suara binatang itu berasal dari arah utara. Kemudian tentukan

jarak suara tersebut dari posisi kita. Selain itu, dengarkan juga suara-suara dari arah lainya.

kemudian suara tersebut diidentifikasi.

Pada umumnya didaerah kita para peneliti lebih cenderung untuk meneliti ungko

dan siamang, karena kedua hewan ini memiliki suara yang khas daripada hewan lainnya.

Siamang memiliki suara yang khas, yaitu suaranya hanya satu-satu, sedangkan ungko

memiliki suara yang bertingkat.

Gambar IX. Auditory Census

Page 13: Metoda

DAFTAR PUSTAKA

Brandt, A.V. 1984. Fishing Cathing Methods of The World. Fishing News Books Ltd.

England.

Griffiths, M., van Schaik, C. P. (1993). "Camera-trapping: a new tool for the study of

elusive rain forest animals". Tropical Biodiversity 1: 131–135.

Martasuganda. S. 2002. ”Jaring Insang (Gillnet)”. Serial Teknologi Penangkapan Ikan

Berwawasan Lingkungan ISBN 979-96923-0-X. Terbitan oleh Jurusan PSP. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB 65 hal.