menyiapkan masa depan sumberdaya manusia...

40
REZA BANGUN MAHARDIKA MENYIAPKAN MASA DEPAN SUMBERDAYA MANUSIA INDONESIA

Upload: buicong

Post on 09-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

REZA BANGUN MAHARDIKA

MENYIAPKAN MASA DEPANSUMBERDAYA MANUSIA INDONESIA

MENYIAPKAN MASA DEPANSUMBERDAYA

MANUSIA INDONESIA

Menyiapkan Masa Depan: Sumberdaya Manusia Indonesia

Penulis Reza Bangun Mahardika

Editor Reza Bangun Mahardika

Desainer GrafisAhmad Nur Hasan

Diterbitkan oleh Forbil Institute Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak atau mengutip sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Forbil Institute.

Cetakan Pertama Dicetak di Yogyakarta, Indonesia. ISBN 978-602-52952-4-9

Forbil InstituteJl. Pandega Asih I, Perum Sari Asih I Blok B17, Condongcatur, Yogyakarta, Indonesia 55281

Telp: +62 (274) 43662864Tel. Seluler: +62 81578011199Email: [email protected]

VREZA BANGUN MAHARDIKA

KATA PENGANTAR Pemuda adalah generasi harapan bangsa. Di pundak mereka, kita titipkan masa depan Indonesia. Pada tahun 2030, Indonesia akan memiliki bonus demografi yang luar biasa dimana dependency ratio Indonesia berada di titik terendah sepanjang sejarah. Hal ini tentunya tidak dapat kita sia-siakan begitu saja. Apalagi, dunia telah berkembang begitu cepat dengan perkembangan teknologi yang begitu luar biasa. Buku ini merupakan salah satu seri buku dari Forbil Institute. Buku “Menyiapkan Masa Depan: Sumberdaya Manusia Indonesia” diharapkan dapat menjadi pengantar singkat untuk memahami kondisi sumber daya manusia di Indonesia serta tantangan apa saja yang akan dihadapi di masa depan. Tidak hanya itu, buku ini juga memberikan pengantar singkat mengenai berbagai keahlian yang diprediksi populer dan memiliki banyak permintaan di masa depan. Selamat membaca!

Dr. Nanang Pamuji MugasejatiDirektur Forbil Institute

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

JudulKata PengantarDaftar IsiDaftar GrafikDaftar GambarLatar BelakangSekilas Ketenagakerjaan IndonesiaKondisi Kualitas Sumberdaya ManusiaMasa Depan Pekerjaan IndonesiaMenegenal Keahlian di Masa DepanBagaimana Ekpektasi mengenai Masa Depan dari para Pelajar?KesimpulanDaftar PustakaProfil Penulis

Grafik 1. Age Dependecy Ratio IndonesiaGrafik 2. Tingkat Pengangguran Terbuka 2010-2018Grafik 3. Tingkat Pengangguran Berdasarkan PendidikanGrafik 4. Tingkat Pengangguran Berdasarkan Tempat TinggalGrafik 5. Proporsi Lapangan Kerja Informal Sektor Non-PertanianGrafik 6. Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan UsahaGrafik 7. Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan UsahaGrafik 8. Indeks Pembangunan Manusia ProvinsiGrafik 9. Angka Partisipasi Murni PendidikanGrafik 10. Rata-Rata Skor PISA 2015

Gambar 1. Elastisitas Penyerapan KerjaGambar 2. Indikator Kualitas Pendidikan IndonesiaGambar 3. Pekerjaan Berisiko RendahGambar 4. Pekerjaan Berisiko TinggiGambar 5. Outlook Keahlian di Masa DepanGambar 6. 10 Pekerjaan Terbaik dan Terburuk di Masa Depan

VI REZA BANGUN

MAHARDIKA

DAFTAR ISIIIV

VIVIVI

14

12172125272931

DAFTAR GRAFIK

DAFTAR GAMBAR

1456789121315

101419192224

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

LATAR BELAKANGIndonesia saat ini menempati urutan nomor empat dunia dalam hal jumlah

populasi, setelah negara Tiongkok, India dan Amerika Serikat, yaitu dengan jumlah populasi sebanyak 257,654 jiwa (World Bank, 2016). Jumlah penduduk Indonesia apalagi penduduk yang berusia produktif sangat bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi. Di samping itu, Indonesia sedang mengalami penurunan tingkat age dependecy ratio. Grafik 1.1 menunjukkan penurunan tingkat age dependency ratio, atau rasio jumlah penduduk bukan usia produktif (anak-anak dan usia tua) per penduduk usia produktif (15-64 tahun), dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2010, age dependency ratio penduduk Indonesia sebesar 50.5%. Pada tahun 2015, rasio ini mengalami penurunan menjadi 48.6% dan terus turun hingga mencapai 46,9% di tahun 2030. Hal ini mengindikasikan bahwa selama beberapa tahun ke depan, pertumbuhan penduduk usia produktif di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk bukan usia produktifnya.

1

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

Grafik 1. Age Dependecy Ratio Indonesia

Sumber: WDI World Bank

Indonesia

51

50

49

48

47

46

452010 2015 2020 2025 2030 2035

50,5

48,6

47,747,2 46,9 47,3

Dependency Ratio Indonesia 2010-2035 (%)

1

2

Indonesia sedang mengalami pertumbuhan penduduk usia produktif yang cukup besar, dan tidak menutup kemungkinan bahwa pertumbuhan ini masih akan berlanjut hingga beberapa tahun kedepan. Pertumbuhan penduduk usia produktif yang sedang dialami Indonesia disebut sebagai keadaan “bonus demografi” indonesia. Menurut Grible dan Bremner dari Population Reference Bureu (2012), Bonus demografi merupakan keadaan pesatnya pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan oleh rendahnya angka kelahiran dan kematian penduduk serta perubahan strukur usia populasi dimana jumlah penduduk usia produktif lebih besar jumlahnya dibandingkan jumlah penduduk usia tidak produktif. Badan Pusat Statistik Indonesia (selanjutnya disebut BPS) memproyeksikan bahwa Indonesia akan mengalami era bonus demografi pada tahun 2020 hingga tahun 2035 (Kementerian Keuangan, 2016).

Keadaan bonus demografi merupakan keadaan yang sangat berpotensi sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi dan mampu berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (policy memo UNFPA Indonesia, 2015). Hal tersebut dikarenakan penduduk usia produktif yang lebih banyak dibandingkan penduduk non-usia produktif, dapat mendorong tingginya produksi dibandingkan dengan konsumsi. Mason (2015) dalam policy memo UNFPA Indonesia menyatakan bahwa negara dengan jumlah penduduk usia produktif yang sangat besar memiliki keuntungan untuk mendapatkan pendapatan per kapita yang besar. Menurut UNFPA Indonesia (2015), keadaan bonus demografi dapat membawa dampak positif dalam tiga hal:

2 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

Penawaran tenaga kerjaBanyaknya penduduk usia produktif menyebabkan tinginya penawaran tenaga kerja sehingga apabila pasar tenaga kerja dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak, produktivitas per kapita akan meningkat

Tabungan Jumlah penduduk usia produktif yang besar dan diikuti dengan jumlah produksi yang lebih banyak pula dibandingkan dengan jumlah konsumsi berdampak kepada jumlah tabungan lebih besar dibandingkan dengan jumlah konsumsi. Menurut UNFPA agregat dari tabungan tersebut, akan meningkatkan prospek investasi dan selanjutnya mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi

3

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

Sumber daya manusiaRendahnya tingkat kelahiran menyebabkan penduduk memiliki jumlah anak yang lebih sedikit sehingga investasi yang lebih besar dalam hal pendidikan dan kesehatan anak lebih besar pula. Investasi tersebut akan berdampak kepada tenaga kerja yang lebih produktif dengan upah yang lebih tinggi dan standar hidup yang lebih baik.

3

Keadaan bonus demografi harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Salah satu hal yang sangat strategis mengenai isu bonus demografi adalah kualitas sumber daya manusia dan ketenagakerjaan. Bonus demografi menyebabkan banyaknya penawaran tenaga kerja usia produktif. Peningkatan jumlah penawaran tenaga kerja tentu harus disertai dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Apabila bonus demografi tidak disertai dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang memadai, maka bonus demografi tersebut akan sia-sia. Kedepannya, tenaga kerja Indonesia harus bersiap menghadapi tantangan di revolusi industri 4.0.

Saat ini, dunia telah memasuki revolusi industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 merupakan penggunaan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, internet of things (IoT), data raksasa, 3-D printing, wearables dan lain sebagainya. Penggunaan teknologi tersebut akan merubah sistem produksi dari manufaktur karena akan ada tenaga manusia yang dapat digantikan oleh mesin. Tidak dapat dipungkiri, penggunaan teknologi canggih akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Lantas bagaimana sumber daya manusia Indonesia bersiap untuk menghadapi revolusi industri tersebut?

4 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

Grafik diatas menunjukan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia. Tren menunjukan bahwa tingkat pengangguran terbuka mengalami tren yang menurun. Pada Febuari 2010, tingkat pengangguran terbuka mencapai 7,41 persen dan turun menjadi 5,13 persen di Febuari 2018. Kenaikan tingkat pengangguran tertinggi terjadi di tahun 2011, dimana pada Agustus 2011 tingkat pengangguran terbuka mencapai 7,48 persen, meningkat dari 6,96 persen di Febuari 2011.

SEKILAS KETENAGAKERJAAN INDONESIA

Grafik 2. Tingkat Pengangguran Terbuka 2010-2018

Sumber: BPS 2018, diolah

8,007,006,005,004,003,002,001,00

-

2010

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

7,41

5,13

Tingkat Pengangguran Terbuka 2010-2018

5

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

Pada Febuari 2018, Tingkat pengangguran di Indonesia dari yang terbanyak sampai yang terendah meliputi lulusan Sekolah Menengah Atas Umum (SMU), diikuti oleh lulusan SMK, lulusan SMP, lulusan SD dan lulusan Universitas. Di periode Febuari 2011 sampai Febuari 2018, jumlah pengangguran tertinggi berasal dari tamatan SMU, namun jumlah pengangguran tersebut menunjukan tren yang menurun. Pengangguran tamatan SMU di Febuari 2011 mencapai 2,38 juta orang dan turun menjadi 1,65 juta orang. Hal yang patut diperhatikan adalah kenaikan pengangguran yang berasal dari tamatan SMK. Pada Febuari 2011, jumlah pengangguran tamatan SMK sebanyak 1,1 juta orang dan justru meningkat menjadi 1,62 juta orang pada Agustus 2017. Namun, patut diperhatikan bahwa pada Febuari 2018, jumlah pengangguran tamatan SMK turun menjadi 1,42 juta orang.

Grafik 3. Tingkat Pengangguran Berdasarkan Pendidikan

Sumber: BPS 2018, diolah

3.000.0002.500.0002.000.0001.500.0001.000.000

500.000-

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

SLTA Umum/SMA SLTA Kejuruan/SMK SLTP SD Universitas

Pengangguran Berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan

Tingkat pengangguran di Indonesia didominasi oleh penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dibanding di pedesaan. Grafik diatas menunjukan bahwa penurunan tingkat pengangguran baik di perkotaan maupun pedesaan mengalami tren yang menurun di periode 2015 sampai 2017. Pada tahun 2015, tingkat pengangguran di perkotaan mencapai 7,31 persen dan di pedesaan mencapai 4,93 persen. Di tahun 2017, kedua tingkat pengangguran tersebut turun dimana tingkat pengangguran di perkotaan mencapai 6,79 persen dan di pedesaan menjadi 4,01 persen. Perlu diperhatikan bahwa tingginya tingkat pengangguran di perkotaan salah satunya disebabkan oleh urbanisasi.

6 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

Grafik 4. Tingkat Pengangguran Berdasarkan Tempat Tinggal

Sumber: BPS 2018, diolah

Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Daerah Tempat Tinggal (%)

87654321-

2015 2016 2017

Perkotaan Perdesaan

7,316,6 6,79

4,93 4,51 4,01

7

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

Dari segi proporsi lapangan kerja informal non pertanian, tenaga kerja informal di perdesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Proposi lapangan kerja informal di perdesaan mencapai lebih dari 50 persen pada tahun 2015 sampai tahun 2017. Bahkan proporsi lapangan kerja informal non pertanian di perdesaan meningkat dari 52,55 persen di tahun 2016 menjadi 54,83 persen di tahun 2017. Di perkotaan, proporsi lapangan kerja informal non pertanian cenderung stagnan dimana di tahun 2016 sebesar 38,38 persen dan di tahun 2017 turun tipis menjadi 38,48 persen. Grafik selanjutnya akan menunjukan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja.

Grafik 5. Proporsi Lapangan Kerja Informal Sektor Non-Pertanian

Sumber: BPS 2018, diolah

Perkotaan Perdesaan

Proporsi Lapangan Kerja Informal Sektor Non-Pertanian Menurut Daerah Tempat Tinggal

6050403020100

2015 2016 2017

37,74

55,78

38,38

52,55

38,48

54,83

Grafik diatas menunjukan lima sektor usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia. Sejak tahun 2011 sampai tahun 2018, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Namun, perlu diperhatikan bahwa pada periode 2011 sampai 2018, sektor tersebut mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja. Pada Febuari tahun 2011, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan menyerap tenaga kerja sebesar 37,89 persen dari total tenaga kerja dan di Febuari tahun 2018 turun menjadi 30,46 persen. Hal tersebut menunjukan terjadi pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan ke lapangan usaha lainnya. Pergeseran tersebut dapat dilihat melalui pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor lainnya melalui compound annual growth (CAGR).

8 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

Grafik 6. Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber: BPS 2018, diolah

Tenaga Kerja berdasarkan Lapangan Usaha

40,00%30,00%20,00%10,00%0,00%

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Agus

tus

Febr

uari

Pertanian, Kehutanan dan PerikananPerdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda MotorIndustri PengolahanPenyedia Akomodasi dan Penyediaan Makan MinumKonstruksi

37,89%30,46%

9

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

Hasil perhitungan CAGR dari penulis menunjukan hal yang cukup menarik. Sejak periode 2011 sampai 2018, lima sektor yang memiliki pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tertinggi berbeda dengan lima sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Sektor yang memiliki pertumbuhan penyerapan tenaga kerja tertinggi dari tahun 2011 sampai tahun 2018 adalah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang, Pembuangan dan Pembersihan Limbah dan Sampah sebesar 6,77 persen, Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum dengan sebesar 4,41 persen, Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin sebesar 4,24 persen, Real Estate sebesar 3,56 persen dan Jasa Perusahaan sebesar 3,43 persen.

Grafik 7. Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber: diolah penulis, 2018

CAGR Tenaga Kerja 2011-2018 (%)

8,00 %7,00 %6,00 %5,00 %4,00 %3,00 %2,00 %1,00 %

0,00 %-1,00 %-2,00 %

Peng

adaa

n Ai

r, Pe

ngelo

laan

Sam

pah,

Lim

bah

dan

Dau

r Ulan

g

Peny

ediaa

n Ak

omod

asi d

an M

akan

Min

um

Peng

adaa

n Li

strik

dan

Gas

Real

Esta

te

Jasa

Per

usah

aan

Jasa

Kes

ehat

an d

an K

egiat

an S

osial

Jasa

Keu

anga

n da

n As

uran

si

Adm

inist

rasi

Pem

erin

taha

n, P

erta

hana

n da

n Ja

min

an S

osial

Waji

b

Indu

stri

Peng

olah

an

Kons

truks

i

Perd

agan

gan

Besa

r dan

Ece

ran;

Rep

aras

i Mob

il da

n Se

peda

Mot

or

Jasa

Pen

didi

kan

Jasa

lain

nya

Info

rmas

i dan

Kom

unik

asi

Tran

spor

tasi

dan

Perg

udan

gan

Perta

mba

ngan

dan

Pen

ggali

an

Perta

nian

, Keh

utan

an, d

an P

erik

anan

Berbagai hasil penelitian telah menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Elastisitas kesempatan kerja daapt mengukur seberapa besar kemampuan dari pertumbuhan ekonomi terhadap penciptaan kesempatan kerja. Tabel diatas merupakan tabel yang menunjukan elastisitas kesempatan kerja di Indonesia pada tahun 2015-2017. Pada tahun tersebut elastisitas kesempatan kerja mencapai 0,53, artinya setiap kenaikan PDB satu persen akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,38 persen. Selanjutnya elastisitas kesempatan kerja diatas dipecah menjadi elastisitas kesempatan kerja di beberapa lapangan usaha. Dari tujuh belas lapangan usaha diatas, sembilan lapangan usaha memiliki elastisitas kesempatan kerja diatas satu persen, enam lapangan usaha memiliki elastisitas kesempatan kerja positif dibawah satu persen dan dua lapangan usaha memiliki elastisitas kesempatan kerja positif dibawah satu persen negatif. Sembilan lapangan usaha yang memiliki elastisitas diatas satu persen menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi di lapangan usaha tersebut efektif dalam meningkatkan kesempatan kerja. Sektor usaha yang memiliki elastistias kesempatan kerja tertinggi

10 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

Gambar 1. Elastisitas Penyerapan Kerja

Sumber: Laporan Ekonomi Indonesia 2018

Kategori Lapangan UsahaRata-rata Laju

Kesempatan Kerja (%)

Pertumbuhan PDB (%)

Elastisitas Kesempatan Kerja

A. Pertanian, Kehutanan, dan PerikananB. Pertambangan dan PenggalianC. Industri PengolahanD. Pengadaan Listrik dan GasE. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur UlangF. KonstruksiG. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil

dan Sepeda MotorH. Transportasi dan PergudanganI. Penyediaan Akomodasi dan Makan MinumJ. Informasi dan KomunikasiK. Jasa Keuangan dan AsuransiL. Real EstateM,N. Jasa PerusahaanO. Administrasi Pemerintahan,Pertahanan

dan Jaminan Sosial WajibP. Jasa PendidikanQ. Jasa Kesehatan dan Kegiatan SosialR,S,T,U. Jasa lainnya

Jumlah 2,67

-2,452,616,3022,58

24,51-0,44

2,614,6814,8123,011,622,58

10,386,633,2710,495,70

3,580,824,263,45

4,106,00

4,237,975,369,347,184,18

7,902,623,735,978,34

5,05 2,67

-0,683,191,486,55

5,97-0,07

0,620,592,762,460,230,62

1,312,530,881,760,68

11

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

adalah sektor pengadaan listrik dan gas sebesar 6,55 persen yang artinya setiap kenaikan 1 persen nilai PDB dari sektor pengadaan listrik dan gas, sektor tersebut akan meningkatkan 6,55 persen penyerapan tenaga kerja. Dari laporan ekonomi Indonesia 2018, sektor usaha yang memiliki elastisitas negatif disebabkan karena tergantinya tenaga manusia oleh tenaga mesin yang dipercaya mampu meningkatkan produktivitas. Sebagai contoh, kenaikan 1 persen nilai PDB dari sektor konstruksi akan menurunkan penyerapan tenaga kerja di sektor konstruksi sebesar 0,07 persen. Di sektor konstruksi tersebut terjadi pergantian tenaga kerja manusia menjadi mesin-mesin di bidang konstruksi.

12 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 yang dibentuk dari tiga dimensi disarm yatu dimensi umur panjang dan hidup sehat, dimensi pengetahuan dan dimensi standar hidup layak. IPM merupakan indikator yang penting karena dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. Grafik diatas menunjukan lima provinisi yang memiliki IPM tertinggi plus IPM Indonesia. Di tahun 2018, Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi yang memiliki nilai IPM tertinggi sebesar 80,06, disusul oleh Provinsi D.I Yogyakarta (78,89), Kalimantan Timur (75,12), Kepulauan Riau (74,45) dan Provinsi Bali (74,3). Nilai IPM Indonesia di tahun tersebut mencapai 70,81. Dari grafik diatas terlihat bahwa nilai IPM dari sisi provinsi maupun nasional menunjukan tren yang meningkat, sehingga kualitas hidup masyarakat Indonesia meningkat pula. Selanjutnya, bagaimana kondisi sumber daya manusia Indonesia?

KONDISI KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA

Grafik 8. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi

Sumber: BPS 2018, diolah

9080706050403020100

Indeks Pembangunan Manusia

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

DKI Jakarta

DIYogyakarta

KalimantanTimur

Kep.Riau

Bali Indonesia

13

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

Indonesia telah meraih prestasi yang cukup membanggakan jika dilihat dari Angka Partisipasi Murni (APM). APM merupakan proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut.

Grafik 9. Angka Partisipasi Murni Pendidikan

Sumber: BPS 2018, diolah

120100806040200

Angka Partisipasi Murni Pendidikan %

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MIAngka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTsAngka Partisipasi Murni (APM) SM/MAAngka Partisipasi Murni (APM) PT

92,28

60,2739,33

7,95

97,1478,3060,19

18,62

20002001

20022003

20042005

20062007

20082009

20102011

20122013

20142015

20162017

Sejak tahun 2000 sampai tahun 2017, tren dari APM tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan tinggi (PT) menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. APM tertinggi merupakan di tingkat sekolah dasar yang meningkat dari 92,28 persen di tahun 2000 menjadi 97,14 persen di tahun 2017. Kenaikan tertinggi dari partisipasi sekolah adalah APM di tingkat Pergurutan Tinggi. Di tahun 2000, APM dari PT hanya mencapai 7,95 persen dan meningkat lebih dari 100 persen di tahun 2017 dimana APM PT mencapai 18,62 persen. Pencapaian dari peningkatan akses kepada pendidikan yang diukur dari APM memang menunjukan hal yang luar biasa. Namun, Indonesia masih memiliki masalah dimana pencapaian dari peningkatan akses terhadap pendidikan tidak diimbangi oleh hasil dari kualitas dan pencapaian pendidikan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pencapaian dari pendidikan di tingkat SD dan SMP di era orde baru masih tergolong rendah dan hanya meningkat sedikit selama beberapa waktu dibandingkan dengan negara lainnya (Bank Dunia, 1998). Kualitas pencapaian pendidikan dapat diukur melalui skor Programme for Internatonal Student Assessment (PISA), Trends in International Mathematics and Science (TIMSS) dan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS). Grafik diatas menunjukan skor dari ketiga penilaian tersebut. Pertama, dari skor PIRLS, skor Indonesia meningkat dari 405 di tahun 2006 menjadi 428 di tahun 2011. Pada indikator TIMSS di grade 8, Indonesia justru mengalami penurunan baik di skor matematika dan sains. Di tahun 1999, skor capaian pendidikan di bidang matematika dan sains masing-masing mencapai 403 dan 435. Namun, di tahun 2011, nilai skor baik matematika dan sains justru menurun menjadi 386 dan 406.

Indikator selanjutnya yang digunakan untuk mengukur capaian pendidikan adalah PISA. Menurut OECD, fokus dari PISA adalah mengukur pengaplikasian dari pengetahuan dan keahlian untuk berbagai tugas yang relvean di kehidupan orang dewasa, sehingga test ini berlawanan dengan sekadar “memorisasi”. Dengan menggunakan PISA, kita dapat mengukur bagaimana sistem pendidikan mampu menyediakan berbagai keahlian dan pengetahuan yang relevan di pasar tenaga kerja.

Pada penilaian PISA peningkatan skor PISA di ketiga bidang tersebut juga tidak terlalu banyak. Di tahun 2000, skor dari matematika mencapai 367, membaca sebesar 371 dan sains sebesar 393. Setelah melewati 15 tahun, skor dari ketiga bidang berhasil meningkat, namun tidak terlalu besar.

14 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

Gambar 2. Indikator Kualitas Pendidikan Indonesia

Sumber: Education Statistics World Bank, 2018

15

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

Skor dari matematika di tahun 2015 mencapai 386, membaca 397 dan sains sebesar 403. Hal yang cukup mengejutkan pada penilaian PISA di tahun 2015, sebanyak 42 persen anak-anak Indonesia yang berumur 15 tahun gagal untuk memenuhi standar minimum dari seluruh tiga penilaian di bidang membaca, matematika dan sains (Pisani, 2016). Hasil dari skor PISA tentu wajib mendapatkan perhatian seluruh pihak. Hasil penelitian Hanushek dan Woessmann (2011) mengestimasi bahwa kenaikan 50 point di skor PISA dapat meningkatan pertumbuhan ekonomi jangka panjang sebesar 0,93 persen setiap tahun.

Grafik 10. Rata-Rata Skor PISA 2015

Sumber: OECD, 2018 diolah

600500400300200100

0

Rata-Rata Skor PISA 2015

PISA Reading

InternationalAverage OECD

Indonesia Malaysia Singapore Thailand Vietnam

PISA Science PISA Mathematics

Jika dibandingkan dengan negara lain di ASEAN seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan Singapura, rata-rata skor PISA Indonesia di tahun 2015 merupakan yang paling rendah. Nilai rata-rata skor membaca Indonesia hanya sebesar 397, lebih rendah dibandingkan Malaysia yang mencapai 431, Singapura 539, Thailand 409 dan Vietnam 487. Tidak hanya skor membaca, skor PISA di bidang sains juga rendah dimana Indonesia hanya sebesar 403, sedangkan Malaysia mencapai 443, Singapura 556, Thailand 421 dan Vietnam 525. Dalam skor bidang sains, bahkan Vietnam sudah mampu menyalip Malaysia dan semakin mendekati Singapura. Dalam indikator rata-rata skor embaca, Indonesia hanya mampu meraih 386, sedangkan Malaysia sebesar 446, Singapura 564, Thailand 415 dan Vietnam 495.

Bank Dunia pada Juni 2018 menerbitkan laporan ekonomi kuartalan Indonesia (Indonesia Economic Quaterly Report) yang berjudul “Learning more, growing Faster”. Pada laporan tersebut, terdapat sebuah bab khusus yang membahas mengenai kualitas pendidikan di Indonesia. Di Indonesia, kontribusi dari sumber daya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang lebih rendah 2 persen dibandingkan jika Indonesia memiliki tingkat sumber daya manusia yang mirip dengan Vietnam dan Singapura (Bank Dunia, 2018). Hasil studi dari Bank Dunia (2018) menunjukan bahwa jika Indonesia dapat meningkatkan kualitas sumber daya melalui peningkatan skor PISA sebesar 25 point untuk 12 tahun kedepan, sejajar dengan evolusi historisnya, maka hal tersebut akan meningkatkan 0,08 persen pertumbuhan ekonomi jangka panjang tahunan di tahun 2027 dan sebesar 0,23 persen di tahun 2040. Jika Indonesia lebih bekerja keras lagi untuk meningkatkan skor PISA sampai 100 point, maka Indonesia akan semakin mendekati rata-rata negara OECD dan meningkatkan 0,30 persen pertumbuhan ekonomi jangka panjang di tahun 2027 dan 0,90 persen di tahun 2040 (Bank Dunia, 2018). Memang untuk saat ini, data dari Bank Dunia menunjukan pada produktivitas pekerja di Malaysia (USD 15.800) empat kali lebih tinggi dibandingkan Indonesia (USD 3.600). Tidak hanya Malaysia, produktivitas pekerja Thailand juga 1,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan Indonesia (Bank Dunia, 2011). Tentu saja hal tersebut menjadi pekerjaan rumah yang sangat penting bagi Indonesia. Rendahnya kualitas dari pendidikan tentu berpengaruh terhadap kesempatan bekerja (Bank Dunia, 2018). Data menunjukan bahwa sekitar 65 persen penciptaan pekerjaan baru di tahun 2011 dan 2016 berada di sektor yang memiliki tingkat produktivitas yang rendah (Bank Dunia, 2018).

16 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

MASA DEPAN PEKERJAAN INDONESIA

Dampak dari perkembangan teknologi terhadap pekerjaan di masa depan memang masih menimbulkan perdebatan. Terdapat anggapan bahwa mesin akan menggantikan manusia, namun ada pandangan lain yang berpendapat bahwa akan muncul berbagai jenis pekerjaan baru dan lebih baik di masa depan. Pendapat tersebut muncul dari tren perkembangan revolusi industri di masa lalu, dimana peningkatan teknologi meminimalisasi intervensi manusia di dalam berbagai pekerjaan, namun di waktu yang sama menciptakan pekerjaan dan industri baru. Sebagai contoh, penggunaan Automated Teller Machine (ATM) di industri perbankan. ATM ditakutkan akan mengganti para teller di perbankan, namun pada kenyataannya hal tersebut tidak terjadi (The Economist, 2011). Berdasarkan Biro Statistik Pekerja (BLS) di Amerika, yang terjadi adalah munculnya pekerjaan baru terkait ATM seperti teknisi ATM, computer automated teller dan sebagainya.

Beberapa analis menyampaikan bahwa sekarang kita tengah memasuki revolusi industri keempat atau biasa dikenal dengan revolusi industri 4.0 (Schwab, 2016). Gelombang berbagai penggunaan teknologi baru terjadi dengan kecepatan yang tidak dapat diprediksi. Beberapa teknologi baru seperti kecerdasan buatan, internet-of-things (IoT), 3D printing, big data akan berperngaruh terhadap proses produksi dan cara bekerja dari manusia (ILO, 2018). Beberapa hasil studi menunjukan bahwa model pekerjaan rutin akan menghadapi tantangan besar dari automasi dan mesin (ILO, 2018).

BRICS bekerja sama dengan Roland Berger dan FICCI di tahun 2016 menulis laporan untuk menelaah peningkatan keahlian untuk menghadapi industri 4.0. Terdapat beberapa temuan penting dari laporan tersebut. Hasil laporan tersebut menunjukan pengadopsian teknologi industri 4.0 akan menghilangkan para pekerja yang memiliki keahlian yang rendah karena digantikan oleh otomatisasi. Hal tersebut akan meningkatkan produktivitas, namun juga mengurangi jumlah pekerjaan yang tersedia. Peningkatan dari otomatisasi, akan adanya migrasi pekerjaan kembali ke negara maju yang selanjutnya dapat mengurangi jumlah pekerjaan di negara yang memiliki sektor manufaktur berbiaya rendah.

17

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

Di negara berkembang, penerapan berbagai teknologi industri 4.0 di bidang manufaktur masih membutuhkan waktu dan investasi yang cukup besar. Selanjutnya, negara yang memiliki pekerja dengan keterampilan yang baik (keahlian) secara umum lebih dapat menerima berbagai teknologi canggih dibandingkan negara yang memiliki pekerja dengan keterampilan yang rendah (Caselli & Coleman, 2006 di ILO, 2018). Dengan banyaknya pekerja yang memiliki keterampilan yang rendah di negara berkembang, perusahaan secara keekonomian lebih memilih untuk menambah pekerja ketimpang mengadopsi berbagai teknologi canggih untuk menggantikan manusia (ILO, 2018). Indonesia juga telah bersiap untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Inisiatif yang telah dilakukan pemerintah Indonesia adalah melalui Making Indonesia 4.0. Making Indonesia 4.0 merupakan strategi dan peta jalan untuk mengimplementasikan industri 4.0 di Indonesia (Kemenperin, 2017). Peta jalan dari Making Indonesia 4.0 melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari institusi pemerintah, asosiasi industri, pelaku usaha, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan pendidikan. Di dalam Making Indonesia 4.0, terdapat beberapa tantangan umum mengenai isu tenaga kerja yang dihadapi oleh sektor industri di Indonesia, yaitu

18 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

Pekerja Indonesia bekerja di sektor UMKM dan memiliki produktivitas yang rendah

62%

Angkatan kerja tertinggi di dunia, namun memiliki talenta yang berkualitas masih terbatas4

Sumber: Making Indonesia 4.0

19

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

ILO pada tahun 2016 melakukan penelitian di ASEAN untuk melihat beberapa pekerjaan yang akan terkena risiko dari adanya automatisasi. Salah satu negara yang menjadi topik bahasan utama adalah Indonesia. Di Indonesia, jenis pekerjaan guru tidak memiliki risiko yang tinggi dari adanya automasi. Hal tersebut dikarenakan peran guru tidak dapat digantikan oleh mesin. Mereka dapat mengajarkan berbagai hal-hal terkait dengan “kecerdasan manusia” seperti kecerdasan emosional, kemampuan berkomunikasi dan kepemimpinan. Berbagai hal tersebut tidak dapat digantikan dengan mesin, sehingga guru termasuk jenis pekerjaan yang dapat dikatakan “cukup aman” dari risiko automasi.

Gambar 3. Pekerjaan Berisiko Rendah

Sumber: ILO, 2016

Pekerjaan Berisiko Rendah

Guru Sekolah Dasar (SD) ProfesionalPekerja jasa personal lainnyaGuru Sekolah Menengah Pertama (SMP) ProfesionalPenenun Keranjang dan Pembuat SikatPembangun, material tradisionalGuru Sekolah Menengah Atas (SMA) ProfesionalGuru Pendidikan Anak Usia DiniGuru Profesional LainnyaManajer UmumManajer Umum di Perdagangan Besar dan Retail

Total Pekerja (000) Risiko dari Automasi (%)

1.869,91.130,8690,6670,7489,0485,7448,3397,4253,7249,4

8,727,97,13,57,17,17,98,99,016,0

Gambar 4. Pekerjaan Berisiko Tinggi

Sumber: ILO, 2016

Pekerjaan Berisiko Tinggi

Kios dan penjual pasarPekerja kebun dan pembibitan hortikulturaProdusen tanaman berorientasi pasar dan hewanPekerja perikanan dan pertanian subsistenPekerja konstruksi bangunanPenjual makanan jalananpekerja dan demonstrator tokoOther o�ce clerksTukang batuPenjahit dan pendesain baju

Total Pekerja (000) Risiko dari Automasi (%)

14.323,89.105,15.943,12.558,32.133,11.891,71.771,31.652,41.476,21.119,3

93,581,076,085,380,090,075,893,384,084,0

Di Indonesia, jenis pekerjaan yang cenderung dilakukan “secara berulang-ulang” memiliki risiko yang tinggi dari adanya automasi. Sektor yang pekerjanya melakukan kegiatan secara berulang-ulang cenderung memiliki keahlian dan nilai tambah yang rendah. Berbagai contoh pekerjaan tersebut seperti pekerja kebun, pekerja perikanan, dan demonstrator toko. Tidak dapat dipungkiri, dengan adanya berbagai teknologi canggih, jenis pekerja di sektor tersebut dapat lebih mudah untuk digantikan. Disinilah peran pemerintah untuk menyiapkan sumber daya manusia Indonesia.

Satu hal yang disepakati dari perkembangan teknologi di masa depan adalah kebutuhan akan peningkatan keahlian dan keterampilan. Peningkatan keterampilan menjadi hal yang lebih penting untuk pertumbuhan dan pembangunan di masa depan. Selama dua dekade, Indonesia telah berhasil meningkatkan angka pencapaian pendidikan yang luar biasa. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari angka partisipasi kasar di tingkat sekolah dasar yang mencapai lebih dari 100 persen (BPS, 2018). Masalah utamanya adalah para pekerja Indonesia masih memiliki kualifikasi pendidikan dan produktivitas yang rendah, terutama para pekerja di usaha kecil (ILO, 2018). Gap keterampilan ini merupakan masalah yang harus segera diatasi Indonesia untuk menyambut masa depan (ILO, 2018).

20 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

MENGENAL KEAHLIANDI MASA DEPAN

Sumber daya manusia Indonesia harus segera dipersiapkan untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 akan menerapkan berbagai teknologi canggih di kehidupan manusia, sehingga manusia begitu mudah untuk digantikan dengan mesin. Perubahan teknologi yang begitu cepat tentu juga turut mempengaruhi pasar tenaga kerja. Dengan adanya peningkatan teknologi yang bisa dibilang signifikan, penting untuk memahami bagaimana dampak dari industri 4.0 terhadap sektor manufaktur, apa dan bagaimana tugas baru dari para pekerja di masa depan serta bagaimana perbedaan antara apa yang para pekerja kerjakan dengan tambahan keahlian yang dibutuhkan di masa depan. Hal ini menjadi penting dikarenakan di tahun 2020, pasar tenaga kerja akan menghadapi potensi surplus tenaga kerja yang berkeahlian rendah (low-skilled) sebanyak 95 juta dan potensi kekurangan 38 sampai 40 juta pekerja berkeahlian tinggi (high-skilled) (Mckinsey, 2012 dan PWC, 2016). Laporan dari World Economic Forum (WEF) menunjukan beberapa keahlian yang harus dipersiapkan untuk menghadapi perubahan teknologi. Laporan WEF menunjukan bahwa pada tahun 2022, indikator “skill-stability” yaitu proporsi dari keahlian-inti yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang sama akan memiliki nilai 58 persen. Artinya, para pekerja akan membutuhkan perubahan keahlian sebesar 42 persen agar dapat bekerja di tahun 2022. Berbagai keahlian seperti berpikir kritis, pembelajaran aktif, desain teknologi merupakan keahlian yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi di masa depan. Berikut adalah tabel yang menunjukan outlook dari keahlian di tahun 2022

21

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

Laporan WEF yang berjudul “The Future of Jobs Report” di tahun 2018 memiliki berbagai temuan menarik yang dapat dijadikan masukan bagi para pembuat kebijakan untuk menyiapkan masa depan. Pertama, hasil laporan WEF menunjukan adanya penurunan permintaan akan keahlian di pekerjaan manual dan pekerjaan yang membutuhkan kemampuan fisik. Kedua, akan adanya penurunan permintaan akan keahlian yang berhubungan dengan manajemen keuangan dan berbagai sumber daya seperti instalasi teknologi dasar dan keahlian maintenance.

Permintaan akan keahlian di tahun 2022 fokus kepada kemampuan berpikir analitikal dan inovasi seperti pembelajaran secara aktif dan strategis. Keahlian yang dianggap penting adalah desain teknologi dan programming karena adanya kenaikan permintaan dari berbagai bentuk kompetensi teknologi. Keahlian di berbagai teknologi hanya satu bagian dari keahlian yang diprediksi akan dibutuhkan di tahun 2022. Perlu diperhatikan bahwa keahlian dari “manusia” seperti kreativitas, originalitas dan inisiatif, berpikir kritis, kemampuan persuasi dan negosiasi akan meningkatkan nilai dari sumber daya manusia di tahun 2022. Di tahun 2022, keahlian kecerdasan emosional, kepemimpinan, dan pengaruh sosial juga akan tetap dibutuhkan, sebab keahlian tersebut tidak dapat dipelajari oleh mesin.

22 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

Gambar 5. Outlook Keahlian di Masa Depan

Sumber: WEF, 2018

23

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

International Labour Organization (ILO) pada tahun 2016. melakukan penelitian untuk melihat dampak dari perubahan tren teknologi di ASEAN dan bagaimana dampaknya terdapat para perusahaan dan pekerja. Studi tersebut mencangkup survei kepada 4000 responden kepada lebih dari 2700 universitas, berbagai lembaga pendidikan vokasi dan lembaga pelatihan untuk mengetahui bagaimana aspirasi dan ekspektasi akan pekerjaan mereka di masa depan. Hasil dari studi tersebut dijabarkan dalam laporan yang berjudul “ASEAN In Transformation: Perspectives of Enterprises and Students on Future Works”. Dalam laporan tersebut, para perusahaan di ASEAN ditanyakan mengenai keahlian apa yang paling penting di masa depan. Sebanyak 38 persen responden menjawab bahwa keahlian yang paling penting adalah kemampuan teknikal. Keahlian kerjasama dan komunikasi juga dipandang penting bagi para responden tersebut. Bagi para pengusaha, keahlian yang dipandang sebagai keahlian yang paling sulit ditemukan adalah berpikir stratejik dan problem solving, diikuti oleh kemampuan berbahasa asing, pengetahuan teknikal dan soft skills (termasuk kemampuan kreativitas dan berinovasi)

Dalam hal attitude atau bersikap, para pengusaha di ASEAN berekspektasi para pekerjanya memiliki sikap kejujuran dan selalu berpikir positif. Berbagai sikap yang menggambarkan hal-hal personal seperti kemampuan berbisnis dan menerima kritik dianggap tidak begitu penting karena dianggap sulit ditemukan. Menurut para pengusaha tersebut, komitmen dan kemampuan untuk bekerja di bawah tekanan juga dianggap sulit ditemukan.Dengan menggunakan data dari biro statistik tenaga kerja di US, Kiplinger dan Economic forecasting group EMSI melakukan analisis terhadap 785 pekerjaan yang populer di Amerika. Kedua lembaga tersebut melakukan prediksit untuk mengukur jenis pekerjaan apa yang memiliki pertumbuhan yang paling kuat dan yang paling lemah untuk 10 tahun kedepan diantara 2016 dan 2026. Tidak hanya itu, kedua lembaga tersebut juga mempertimbangkan bahwa pekerjaan tersebut akan memberikan insentif yang menarik, dan memiliki barrier to entry yang dapat dikondisikan. Berikut adalah tabel yang menggambarkan 10 jenis pekerjaan tersebut, dimulai dari nomor 1 yang terbaik dan nomor 10 yang terburuk

Tentu saja konteks pekerjaan di Amerika dan Indonesia berbeda mengingat Amerika merupakan salah satu negara yang paling maju di dunia. Namun, tidak ada salahnya hasil penelitian dari Kiplinger dan Economic forecasting group EMSI menjadikan gambaran jenis-jenis pekerjaan apa yang akan populer di masa depan.

24 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

Gambar 6. 10 Pekerjaan Terbaik dan Terburuk di Masa Depan

Sumber: Kiplinger dan Economic forecasting group EMSI, 2016

10 Pekerjaan yang terbaik 10 Pekerjaan yang terburukNo

12345678910

App DeveloperComputer System AnalystNurse PractitionerPhysical TherapistHealth Services ManagerPhysician AssistantDental HygienistMarket Research AnalystPersonal Financial AdviserSpeech Language Pathologist

Textile Machine WorkerPhoto ProcessorFurniture FinisherRadio or Tv AnnouncerFloral DesignerGaming CashierLegislatorMetal and Plastic Machine OperatorDoor-to-Door SalespersonPrint Binding and Finishing Worker

BAGAIMANA EKSPEKTASI MENGENAI MASA DEPAN DARI PARA PELAJAR

Sumber utama bab ini berasal dari laporan ILO (2016) yang berjudul “ASEAN In Transformation: Perspectives of Enterprises and Students on Future Works”. Total terdapat 2747 pelajar yang disurvei yang terdiri dari 1529 responden laki-laki dan 1218 responden perempuan. Tabel berikut menggambarkan sampel dari para pelajar berdasar negaranya

25

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

Sumber: Sumber: ILO, 2016

Negara Laki-laki

Brunei DarussalamKambojaIndonesiaLaosMalaysiaMyanmarFilipinaSingapuraThailandVietnam

174832050451 104368206461462

Perempuan Total

Total

34541721825146216122255236

5110249250451104368206461462

1529 1218 2747

Para pelajar yang disurvei mencakup 74,2 persen masih berada di bangku kuliah sarjana, dengan 22,8 persen masih belajar ditingkat sekolah vokasi. Selanjutnya 3,1 persen merupakan pelajar di tingkat master dimana pelajar tingkat doktor dan master of business administration tidak dimasukan di dalam sampel. Jika dilihat secara lebih mendetail, 828 pelajar berasal dari universitas unggulan di masing-masing negara (top-tier), 1049 pelajar dari universitas lower-tier, dan 625 pelajar yang berada di tingkat sekolah vokasi. Terdapat 245 pelajar yang berasal dari universitas yang tidak diketahui. Dalam konteks Indonesia, para pelajar yang disurvei berasal dari universitas unggulan adalah Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjajaran, Universitas Negeri Sebelas Maret dan Universitas Indonesia.

Hasil dari laporan tersebut menunjukan bahwa para pelajar di ASEAN memilih sektor bisnis sebagai pilihan utama pekerjaan mereka. Sektor yang paling populer adalah sektor information, communications, technology (ICT) services, jasa keuangan dan asuransi, sektor manufaktur dan pendidikan. Para perempuan cenderung untuk bekerja di sektor kesehatan dan pekerjaan sosial, sedangkan para lelaki lebih memilih di sektor penelitian ilmiah dan teknik. Dalam hal perusahaan yang dipilih, para pelajar di ASEAN mengutamakan (1) kesuksesan dan kestabilan dan (2) worker treatment. Dua faktor tersebut secara signifikan dianggap lebih penting dibanding faktor reputasi seperti dampak terhadap masyarakat lokal, dampak terhadap kesehatan dan dampak terhadap lingkungan. Dalam hal prioritas jangka pendek, para pelajar di ASEAN adalah kestabilan dan keamanan dari pekerjaan, gaji yang tinggi dan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan (work-life balance). Tiga hal diatas juga menjadi prioritas utama di dalam jangka panjang, namun hal yang cukup menarik adalah baik laki-laki maupun perempuan sama-sama beranggapan bahwa health benefit and family-oriented benefit penting.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, para pelajar dari sekolah vokasi lebih memilih faktor kestabilan dan keamanan dari pekerjaan dibandingkan pelajar dari universitas, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Hasil ini berbeda dengan pelajar yang berasal dari universitas unggulan di masing-masing negara ASEAN. Dalam jangka panjang, para pelajar yang dari berasal universitas unggulan lebih memilih keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan (work-life balance), beserta health and family benefit.

Para pelajar di ASEAN baik dari universitas unggulan, sekolah vokasi dan universitas low-tier berpendapat bahwa mereka akan memiliki kesempatan yang lebih banyak dibandingkan orang tua mereka di dalam indikator ketersediaan pekerjaan yang baik bagi para perempuan muda. Mereka juga berpendapat bahwa mereka akan lebih mampu untuk memulai usaha atau self-employment dan mereka dapat menemukan pekerjaan yang lebih menarik serta mendapat insentif yang lebih menarik pula.

Para pelajar di ASEAN memberikan optimisme terhadap kesempatan di masa depan karena mereka berpendapat akan mampu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan keahlian di masa depan. Mereka percaya bahwa mereka akan memiliki produktivitas dan mendapat pekerjaan yang dapat memberikan gaji yang tinggi, serta dapat memiliki posisi yang pantas dan baik melalui kerja keras dan kejujuran. Namun, seperempat dari pelajar yang disurvei juga mengungkapkan kekhawatirannya akan semakin sedikit kesempatan bagi mereka di masa sekarang. Tidak hanya itu, seperlima dari para pelajar juga percaya bahwa di masa depan tepatnya tahun 2025, kesempatan kerja akan semakin sedikit.

26 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

KESIMPULAN Keadaan bonus demografi merupakan keadaan yang sangat berpotensi sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi dan mampu berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (policy memo UNFPA Indonesia, 2015). Tentunya bonus demografi tidak boleh di sia-siakan oleh seluruh pihak di Indonesia. Pekerjaan rumah besarnya adalah menyiapkan sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi perubahan teknologi yang begitu cepat.

Pada penilaian PISA di tahun 2015, sebanyak 42 persen anak-anak Indonesia yang berumur 15 tahun gagal untuk memenuhi standar minimum dari seluruh tiga penilaian di bidang membaca, matematika dan sains (Pisani, 2016). Nilai PISA dapat menjadi cerminan mengenai kualitas sumber daya manusia Indonesia. Tentu saja Indonesia harus bersiap untuk menghadapi berbagai tantangan di era revolusi industri 4.0 yang telah menerapkan berbagai teknologi canggih seperti automasi.

.Hasil laporan. ILO (2016) menunjukan bahwa di Indonesia, adanya automasi tidak begitu memiliki dampak kepada jenis pekerjaan sebagai guru. Hal tersebut dikarenakan peran guru tidak dapat digantikan oleh mesin. Mereka dapat mengajarkan berbagai hal-hal terkait dengan “kecerdasan manusia” seperti kecerdasan emosional, kemampuan berkomunikasi dan kepemimpinan. Jenis pekerjaan yang memiliki risiko tinggi dari adanya automasi adalah jenis pekerjaan yang kegiatannya dlakukan secara “berulang-berulang”. Berbagai contoh pekerjaan tersebut seperti pekerja kebun, pekerja perikanan, demonstrator toko dan lain sebagainya.

Di masa depan, laporan dari WEF (2018) menunjukan bahwa permintaan akan keahlian di tahun 2022 fokus kepada kemampuan berpikir analitikal dan inovasi seperti pembelajaran secara aktif dan strategis. Berbagai keahlian “manusia” seperti kreativitas, originalitas dan inisiatif, berpikir kritis, kemampuan persuasi dan negosiasi akan meningkatkan nilai dari sumber daya manusia di tahun 2022. Di tahun 2022, keahlian kecerdasan emosional, kepemimpinan, dan pengaruh sosial juga akan tetap dibutuhkan, sebab keahlian tersebut tidak dapat dipelajari oleh mesin. Dengan begitu, Indonesia harus menyiapkan sumber daya manusianya agar memiliki keahlian seperti kemampuan berinovasi, kritis and analitikal serta siap untuk belajar secara aktif dan strategis. Berbagai keahlian dari diri manusia seperti kecerdasan emosional dan kepemimpinan juga tidak boleh ditinggalkan mengingat keahlian tersebut tidak dapat dipelajari oleh mesin.

27

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

Dari segi ekspektasi, para pelajar di ASEAN memberikan optimisme terhadap kesempatan di masa depan karena mereka berpendapat akan mampu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan keahlian di masa depan. Mereka percaya bahwa mereka akan memiliki produktivitas dan mendapat pekerjaan yang dapat memberikan gaji yang tinggi, serta dapat memiliki posisi yang pantas dan baik melalui kerja keras dan kejujuran.

28 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

DAFTAR PUSTAKABadan Pusat Statistik. 2018. Laporan Perekonomian Indonesia 2018.

BRICS, Roland Berger And FICCI. 2016. Skill Development for Industry 4.0. Diakses pada http://www.globalskillsummit.com/Whitepaper-Summary.pdf

Caselli, F., Coleman, I. I., & John, W. (2006). The world technology frontier. American Economic Review, 96(3), 499-522.Making Indonesia 4.0 (Kemenperin)

CNBC. 2017. These are the top 10 best and worst jobs for the future. Diakses pada https://www.cnbc.com/2017/09/01/these-are-the-top-10-best-and-worst-jobs-for-the-future.html

Gribble, J. N., & Bremner, J. (2012). Achieving a demographic dividend. Washington DC: Population Reference.

Gribble, J., & Bremner, J. (2012). The Challenge of Attaining The Demographic Divident. Population Reference Bureau Policy Brief.

Hanushek, E. A., & Woessmann, L. (2011). The economics of international di�erences in educational achievement. In Handbook of the Economics of Education (Vol. 3, pp. 89-200). Elsevier.Schwab. 2016

ILO. 2017. ASEAN in transformation : the future of jobs at risk of automation / Jae-Hee Chang and Phu Huynh ; International Labour O�ce, Bureau for Employers' Activities ; ILO Regional O�ce for Asia and the Pacific. - Geneva: ILO, 2016 (Bureau for Employers' Activities (ACT/EMP) working paper ; No. 9)

ILO. 2017. Indonesia Jobs Outlook 2017: Harnessing technology for growth and job creation/International Labour O�ce – Jakarta: ILO, 2017 xii, 76 p

Kementerian Keuangan Indonesia. (2016, October 28). Bonus Demografi, Peluang Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi. Diambil kembali dari Website Kementerian Keuangan Indonesia: http://www.kemenkeu.go.id/Berita/bonus-demografi-peluang-indonesia-percepat-pembangunan-ekonomi

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2016, October 28). Berita / Bonus Demografi, Peluang Indonesia Percepat Pembangunan Ekonommi. Dipetik April 5, 2017, dari http://www.kemenkeu.go.id/Berita/bonus-demografi-peluang-indonesia-percepat-pembangunan-ekonomi

Pisani, Elizabeth. Apparently, 42% of young Indonesians are good for nothing. Diakses pada http://indonesiaetc.com/apparently-42-of-young-indonesians-are-good-for-nothing/

29

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

30 REZA BANGUN

MAHARDIKA

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

Rosser, Andrew. 2018. Beyond Access: Making Indonesia's Education System Work. Lowy Institute

SMERU. 2018. Draft Education in Indonesia: A White Elephant?

T h e E c o n o m i s t 2 0 1 1 . A r e A T M s ' S t e a l i n g J o b s ? D i a k s e s p a d a https://www.economist.com/democracy-in-america/2011/06/15/are-atms-stealing-jobs

UNPFA Indonesia. (2015, April 28). Taking Advantage of The Demographic Dividend in Indonesia: A Brief Introduction to Theory and Practice | Publications | Indonesia. Dipetik April 6, 2017, dari http://indonesia.unfpa.org/publications/view/taking-advantage-of-the-demographic-dividend-in-indonesia-a-brief-introduction-to-theory-and-practice

World Bank. 2017. The Future of Jobs and the Fourth Industrial Revolution: Business as Usual for Unusual Business. Diakses pada http://blogs.worldbank.org/psd/future-jobs-and-fourth-industrial-revolution-business-usual-unusual-business

World Bank.1998, Education in Indonesia: From Crisis to Recovery (Jakarta: World Bank, 1998), 23–24 for a brief summary of these studies.

World Economic Forum. 2018. Insight Report: The Future of Jobs Report 2018

World Economic Forum. 2018. Shaping the Future of Construction: Future Scenarios and Implications for the Industry

PROFIL PENULIS

31

Menyiapkan Masa DepanSumberdaya Manusia Indonesia

REZA BANGUN MAHARDIKA

Reza Bangun Mahardika mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Ekonomi dari Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada dan lulus dengan predikat cumlaude. Sejak tahun 2015, Reza telah aktif di dalam berbagai proyek dan lembaga penelitian. Sebelum bergabung di Forbil Institute, Reza pernah menjadi asisten peneliti di Mandiri Macroeconomic Dashboard FEB UGM dan sekarang menjadi peneliti di Forbil Institute. Reza memiliki ketertarikan di bidang ekonomi pembangunan, ekonomi sumberdaya manusia dan industri 4.0

REZA BANGUN MAHARDIKA

MENYIAPKAN MASA

DEPANSUMBERDAYA

MANUSIA INDONESIA