menjadi guru profesional

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia meerdeka dari penjajahan bangsa asing sejak tahun 1945. 70 tahun sudah, kita menikmati hari- hari merdeka berkat perjuangan para pahlawan. Tetapi, sesungguhnya negara kita masih mengalami penjajahan. Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa sendiri. Kebodohan yang dilakukan oknum-oknum tertentu menyebabkan kemerdekaan yang dicapai dengan susah payah ternodai. Kebodohan yang terbentuk dari ketidakseimbangan kecerdasan, baik kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, maupun kecerdasan intelektual. Kebodohan yang dilakukan oknum tertentu menjadi permasalahan yang harus diperbaiki agar Indonesia menjadi negara yang lebih baik dan maju. Pemerintah telah membuat perundang-undangan mengenai wajib belajar 12 tahun, setiap anak wajib menempuh pendidikan. Dari pendidikan dapat dibentuk karakter manusia. Seperti karakter jujur, tidak mencuri, ramah, dan lain sebagainya. Pemerintah juga telah membuat kurikulum 2013 yang tidak hanya mementingkan kemampuan akademik tetapi juga mementingkan kemampuan spritual dan sosial. 1

Upload: umi-lestari

Post on 04-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: Menjadi Guru Profesional

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia meerdeka dari penjajahan bangsa asing sejak tahun 1945. 70 tahun

sudah, kita menikmati hari-hari merdeka berkat perjuangan para pahlawan. Tetapi,

sesungguhnya negara kita masih mengalami penjajahan. Penjajahan yang

dilakukan oleh bangsa sendiri. Kebodohan yang dilakukan oknum-oknum

tertentu menyebabkan kemerdekaan yang dicapai dengan susah payah ternodai.

Kebodohan yang terbentuk dari ketidakseimbangan kecerdasan, baik kecerdasan

emosional, kecerdasan spiritual, maupun kecerdasan intelektual. Kebodohan yang

dilakukan oknum tertentu menjadi permasalahan yang harus diperbaiki agar

Indonesia menjadi negara yang lebih baik dan maju.

Pemerintah telah membuat perundang-undangan mengenai wajib belajar 12

tahun, setiap anak wajib menempuh pendidikan. Dari pendidikan dapat dibentuk

karakter manusia. Seperti karakter jujur, tidak mencuri, ramah, dan lain

sebagainya. Pemerintah juga telah membuat kurikulum 2013 yang tidak hanya

mementingkan kemampuan akademik tetapi juga mementingkan kemampuan

spritual dan sosial.

Dalam suatu pendidikan di sekolah terdapat komponen utama yang

mempengaruhi keberhasilan siswa, yaitu guru. Guru yang kurang memahami

tugasnya dengan baik dapat menyebabkan keberhasilan anak hanya tercapai pada

kemampuan tertentu. Ini merupakan salah satu sebab timbulnya

ketidakseimbangan kecerdasan pada oknum-oknum tertentu. Akibatnya mereka

kurang bijak dalam mengolah sumberdaya sehingga membuat negara kita tetap

mengalami penjajahan. Dengan mengaplikasikan program wajib belajar dan

kurikulum yang telah dibentuk serta memperbaiki kualitas guru, masalah tesebut

dapat diatasi.

Guru sebagai pendidik generasi muda, calon pemimpin di masa akan datang

wajib memahami tugas dengan baik. Maka dari itu, kelompok kami membuat

1

Page 2: Menjadi Guru Profesional

makalah yang berjudul “Menjadi Guru Profesional” supaya mahasiswa

pendidikan fisika mampu memahami hal apa saja yang harus dimiliki oleh guru

profesional, selain itu makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Peer

Teaching.

1.2 Tujuan

Dari makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami :

1.2.1 konsep dasar kompetensi guru berdasarkan Undang-Undang RI No. 14

Tahun 2005

1.2.2 konsep mengenai etika profesi keguruan

2

Page 3: Menjadi Guru Profesional

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HASIL DISKUSI

2.1 Kualifikasi Akademik Guru

“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah” (UU-GD No. 14/2005 BAB 1 Pasal 1 ayat 1).

Teachers are, thus an important component of education whose services are

important in the realization of educational goals the world over. Due to their

central role in the enterprise of education, teachers require effective and sufficient

preparation to be able to adequately carry out their roles and responsibilities.

(David, 2015). Otiende et al (1992) acknowledge that trained teachers are vital for

quality education.

Loughran (2006) looks at teacher education as the pre-service and in-service

teacher preparation where students of teaching seek to develop knowledge and

skills of teaching and to learn how to competently apply these in practice. These

views summarize the importance and the role of teacher education in the life of a

given society. Education in this respect is regarded as the driving force for social

development. Teacher education in this paper is seen as the pre-service and in-

service education and training of all those involved in the dissemination of

knowledge at all levels of education aimed at exposing them to new ideas and

practices which continuously improve their ability to educate. The improved

ability to educate is an important ingredient for sustainable development.

Sesuai pasal 6 UU-GD No. 14 Tahun 2005 guru merupakan tenaga

profesional yang bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan

mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi

warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

3

Page 4: Menjadi Guru Profesional

Dari UU-GD No. 14 Tahun 2005 dan pendapat David serta Otiende, berkat

seorang guru karakter baik warga negara di masa depan dapat dibentuk sehingga

dapat menciptakan negara yang maju sesuai dengan cita-cita Indonesia.

Seorang guru profesional harus memiliki kualifikasi dan kompetensi, hal ini

termuat dalam peraturan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16

Tahun 2007, pasal 8 dalam UU-GD No. 14 Tahun 2005 yang membahas tentang

standar kualifikasi dan kompetensi guru , yang mana disebutkan bahwa setiap

guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang

berlaku secara nasional. (Jamil, 2012 : 94)

Kualifikasi akademik yang harus dimiliki guru adalah kualifikasi akademik

melalui pendidikan formal dan uji kelayakan.

2.1.1 Kualifikasi akademik melalui pendidikan formal

Menurut Marselus (2011:17), kualifikasi merujuk kepada syarat formal

yang harus diselesaikan melalui aktivitas akademik tertentu dan itu

dibuktikan dengan adanya ijazah atau sertifikat yang dimiliki setelah yang

bersangkutan menyelesaikan studi pada jenjang pendidikan tertentu.

Undang-undang No.14 tahun 2005 memprasyaratkan bahwa guru pada

semua jenjang pendidikan haruslah memiliki kualifikasi akademik minimal

S1 dan DIV. Kualifikasi bersifat statis, artinya pengakuan terhadap

kemampuan akademik seseorang yang dibuktikan dengan pemberian ijazah

atau sertifikat tidak berubah sejauh yang bersangkutan menyandang gelar

akademik yang sesuai. Orang yang menyandang gelar S1dianggap sebagai

sarjana dan layak untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu.

2.1.2 Kualifikasi Akademik Melalui Uji Kelayakan

Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat

sebagai guru dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan, tetapi

belum dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji

kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang

memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi

4

Page 5: Menjadi Guru Profesional

wewenang untuk melaksanakannya (PP Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Staandar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru).

Kualifikasi akademik S1/DIV adalah syarat formalnya sedangkan

kompetensi adalah kemampuan inheren yang bersifat potensial dan akan

digunakan dalam situasi real untuk memecahkan masalah profesioanal yang

dihadapi. Untuk membuktikan kompetensi yang dimilikinya maka diperlukan

melalaui uji kompetensi. Dalam praktik, uji kompetensi ini dilakukan melalui

sertifikasi guru, karena di sana guru tidak hanya dinilai kelayakanya

berdasarkan kualifikasi akademiknya saja, tetapi juga kemampuan-

kemampuan yang dimilikinya yang bisa diamati.

2.2 Konsep Dasar Kompetensi Guru

Menurut Marselus (2011:17-18), orang yang memiliki kualifikasi

akademik tertentu, meskipun secara formal dapat diasumsikan memiliki

kompetensi yang memadai namun tidak selamanya demikian. Seorang guru

yang berijazah S1/DIV tertentu belum tentu memperlihatkan kompetensi

sesuai dengan kualifikasi akademik yang dimilikinya seperti bisa mengajar

dengan terampil menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat

atau mampu menyampaikan pelajaran secara menarik. Ia bisa saja berijazah

S1/DIV tetapi buruk dalam kemampuan mengajar di kelas, tidak ramah

kepada siswa atau kurang menguasai materi pembelajaran. Pada kasus ini

guru memiliki kualifikasi akademik yang layak, tetapi kompetensinya tidak

layak. Sebaliknya, bisa saja terjadi bahwa ada orang yang tidak berkualifikasi

akademik S1/DIV kependidikan tetapi terampil dalam mengajar, mampu

menyampaikan pelajaran secara menarik dan mudah dipahami oleh para

siswa.

Dalam kasus ini yang bersangkutan sebagai guru tidak memiliki

kualifikasi akademik yang layak, tetapi memiliki kompetensi yang layak.

Itulah sebabnya, Undang-undang No.14/2005 mensyaratkan guru profesional

selain memiliki kualifikasi akademik minimal S1/DIV, juga harus memiliki

empat kompetensi utama yakni: kompetensi pedagogis, kompetensi

5

Page 6: Menjadi Guru Profesional

profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Berikut

kompetensi yang harus dimiliki guru:

2.2.1 kompetensi Sosial

Menurut Marselus (2011:61), Guru profesional juga memiliki

kompetensi sosial yang dapat diandalkan. Kompetensi ini nampak dalam

kemampuannya untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain

secara efektif (siswa, rekan guru, orang tua, kepala sekolah, dan masyarakat

pada umumnya). Menurut permendiknas No.16/2007, kemampuan dalam

standar kompetensi ini mencangkup empat kompetensi utama yakni:

a. Bersikap inklusif dan bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang

keluarga, dan status sosial ekonomi.

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia

yang memiliki keragaman sosial budaya.

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara

lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Menurut Jamil (2013 : 110), Kompetensi sosial berkaitan dengan

kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali, dan masyarakat sekitar. Guru merupakan

makhluk sosial. Kehidupan kesehariannya tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan bersosial, baik di sekolah atau di masyarakat. Maka dari itu, guru

dituntut memiliki kompetensi sosial yang memadai. Berikut ini adalah hal-

hal yang perlu dimiliki guru sebagai makhluk sosial :

a. Berkomunikasi dan bergaul secara efektif.

b. Manajemen hubungan antara sekolah dan masyarakat.

c. Ikut berperan aktif di masyarakat.

d. Menjadi agen perubahan sosial.

6

Page 7: Menjadi Guru Profesional

Dari beberapa pendapat di atas, dapat kita ketahui bahwa kompetensi

sosial harus dimiliki oleh guru. Tidak hanya dapat mengajar dengan

baik ,menguasai ilmu mengajar yang baik, melainkan juga harus memiliki

kemampuan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain secara

efektif ( siswa, masyarakat, orang tua, dll ) supaya tercipta kualitas dalam

pembelajaran dan motivasi belajar siswa.

2.2.2 Kompetensi Pedagogik

Menurut Marselus (2011:28-29), secara etimologis, kata pedagogik

berasal dari kata bahasa Yunani, paedos dan agogos (paedos = anak dan

agoge = mengantar atau membimbing). Karena itu pedagogi berarti

membimbing anak. Tugas membimbing ini melekat dalam tugas seorang

pendidik, apakah guru atau orang tua. Karena itu pedagogi berarti segala

usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membimbing anak muda menjadi

manusia yang dewasa dan matang. Dari asal kata ini maka kompetensi

pedagogis nampaknya merupakan kompetensi yang tertua dan bahkan sudah

menjadi tuntutan mutlak bagi manusia sepanjang zaman, karena kompetensi

ini melekat dalam martabat manusia sebagai pendidik, khususnya pendidik

asli yakni orang tua.

Ketika peran pendidk dari orang tua digantikan dengan peran guru di

sekolah maka tuntutan kemampuan pedagogis ini juga beralih kepada guru.

Karena itu guru tidak hanya sebagai pengajar yang mentransfer ilmu,

pengetahuan dan keterampilan kepada siswa tetapi juga merupakan pendidik

dan pembimbing yang membantu siswa untuk mengembangkan segala

potensinya terutama terkait dengan potensi akademis maupun non akademis.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang

standar kualifikasi dan kompetensi Guru telah menggaris bawahi 10

kompetensi inti yang harus dimiliki oleh guru yang terkait dengan standar

kompetensi pedagogis. Kesepuluh kompetensi inti itu adalah sebagai

berikut:

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,

kultural, emosional, dan intelektual.

7

Page 8: Menjadi Guru Profesional

b. Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau

bidang pengembangan yang diampu.

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta

didik.

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

i. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran.

Menurut pendapat Marsh (1996) yang menyatakan bahwa guru harus

memiliki kompetensi atau kemampuan untuk mengajar, memotivasi siswa,

membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi,

merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasi.

Berdasarkan pedapat diatas, seorang guru yang memiliki kompetensi

pedagogik yang baik, ia akan mampu memahami apa yang dibutuhkan dan

diinginkan siswa dalam proses pembelajaran. Ia mengetahui seluas dan

sedalam apa materi yang akan diberikan pada siswanya sesuai dengan

perkembangan kognitifnya dengan cara menentukan strategi pembelajaran

berdasarkan karakteristik siswa dan menyusun rancangan pembelajaran

berdasarkan strategi yang tepat.

2.2.3 Kompetensi Kepribadian

Menurut Permendiknas No.16/2007, kemampuan dalam standar

kompetensi ini mencakup lima kompetensi utama yakni:1) bertindak sesuai

dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, 2)

menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan,

8

Page 9: Menjadi Guru Profesional

3) sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, 4)

menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi

guru, dan rasa percaya diri, dan 5) menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa, menjadi teladan bagi siswa dan berakhlak mulia (Jamil, 2013:

106)

Dengan demikian kompetensi kepribadian wajib dimiliki guru,

karena pribadi guru mampu membentuk karakter pribadi baik bagi siswanya

melalui pemberian contoh teladan dari diri guru.

2.2.4 Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional sebagaimana yang diamanatkan oleh

peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan terkait penguasaan terhadap struktur keilmuan dari mata

pelajaran yang diasuh secara luas dan mendalam, sehingga dapat membantu

guru membimbing siswa untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan

secara optimal. Secara lebih spesifik menurut Permendiknas No.16/2007,

standar kompetensi ini dijabarkan dalam lima kompetensi yakni:

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu

b. Menguasai standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata

pelajaran atau bidang pengembangan yang di ampu

c. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif

d. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Menurut Aan (2012: 41), Guru juga harus memiliki kompetensi

profesional yaitu selalu meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi

akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni.

9

Page 10: Menjadi Guru Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkaitan

dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan

mendalam yang mencakup penguasaan substansi keilmuan yang menaungi

materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru

(Jamil, 2013: 115)

Berdasarkan uraian pendapat di atas, maka kompetensi profesional

wajib dimiliki guru. Kemudahan siswa memahami materi pembelajaran juga

tergantung pada penguasaan pengetahuan yang dimiliki guru. Bila guru

mengikuti perkembangan pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mengajar,

maka siswa akan lebih paham karena pengetahuan berhubungan langsung

dengan kenyataan.

2.3 Konsep Tentang Etika Profesi Keguruan

2.3.1 Pengertian dan syarat profesi guru

Kunandar menyebutkan bahwa profesi diartikan sebagai jabatan atau

pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan serta keterampilan khusus

yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif (Aan, 2012: 15).

Hamzah (2007: 15), menyebutkan bahwa guru merupakan suatu profesi

yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan

tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.

Jamil (2012: 28), menyebutkan bahwa guru adalah profesi yang sangat

strategis dan mulia. Inti tugas guru adalah menyelamatkan masyarakat dari

kebodohan, sifat, serta perilaku buruk yang menghancurkan masa depan

mereka.

Dengan demikian, profesi guru merupakan suatu pekerjaan

berketerampilan atau memiliki keahlian khusus yang diperoleh dari

pendidikan akademis, karena tugas guru yang sangat besar yaitu membentuk

karakter baik pada masyarakat di masa depan.

Menurut Usman, mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu

kompleksnya, profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain:

1) Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendalam;

10

Page 11: Menjadi Guru Profesional

2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan

bidang profesinya;

3) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai;

4) Memungkinkan pekembangan sejalan dengan dinamika kehidupan;

5) Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya;

6) Memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya,

guru dengan muridnya;

7) Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.

2.3.2 Kode Etik Profesi Keguruan

1. Kode Etik Profesi Keguruan

a. pengertian kode etik guru

Kode etik guru adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima

oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan prilaku dalam

melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan

warga negara. Pedoman sikap dan prilaku ini adalah nilai-nilai moral yang

membedakan prilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dilaksanakan

dan yang tidak boleh dilaksanakan. Oleh karena itu kode etik guru

Indonesia dirumuskan sebagai himpunan norma dan nilai-nilai profesi guru

yang tersusun secara sistematis dalam sistem yang bulat. Fungsinya adalah

sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku dalam menunaikan

pengabdiannya serta berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma

moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru

dalam hubungannya dengan siswa, orang tua/wali siswa, rekan sekolah

dan rekan seprofesi(Jamil, 2013 :82 ).

b. isi kode etik guru

Aan (2012: 27-28), menyatakan kode etik guru Indonesia yang

dirumuskan oleh Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia

(PGRI) adalah:

11

Page 12: Menjadi Guru Profesional

1) Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang

pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, negara serta

kemanusiaan pada umumnya.

2) Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan setia pada UUD 1945,

turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita proklamasi

kemerdekaan republik Indonesia 17 agustus 1945. Oleh karena itu guru

Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan berpedoman

pada dasar-dasar sebagai berikut :

a) Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk

manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.

b) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran pancasila.

c) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai

bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

d) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang

menunjang berhasilnya proses belajar mengajar

e) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan

masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta tanggungjawab

bersama terhadap pendidikan

f) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan

meningkatkan mutu dan martabat profesinya

g) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan,

kesetiakawanan sosial

h) Guru secara besama-sama memelihara dan meningkatkan mutu

organisasa PGRI, sebagai sarana perjuangan pengabdian

i) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang

pendidikan

c. Tujuan kode etik guru

Secara umum, tujuan kode etik guru adalah :

a) Menjunjung tinggi martabat profesi

b) Menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya

c) Meningkatkan pengabdian para anggota profesi

12

Page 13: Menjadi Guru Profesional

d) Meningkatakan mutu profesi

e) Meningkankan mutu organisasi profesi

d. Penetapan kode etik

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi profesi yang berlaku

dan memikat para anggotanya. Penetapan kode etik ditetapkan pada

suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode

etik tidak dapat dilakukan oleh orang secara perorangan, tetapi harus

dilakukan oleh orang-orang yang di utus untuk dan atas nama anggota

profesi dari organisasi tersebut (Aan, 2012: 29).

e. Sanksi pelanggaran kode etik

Guru yang melanggar kode etik guru Indonesia dikenakan sanksi

sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Jenis pelanggaran

meliputi pelanggaran ringan, sedang dan berat. Pemberian

rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran kode

etik guru Indonesia merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru

Indonesia. Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia

harus objektif. Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia

wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru. ( jamil, 2013:91-92 )

Profesionalisme guru perlu didukung oleh kode etik guru yang

berfungsi sebagai norma hukum sekaligus norma kemasyarakatan.

Kelembagaan profesi guru seperti PGRI sangat diperlukan untuk

penyebarluasan dan pertukaran ide di antara anggota dalam menjaga kode

etik dan pengembangan profesi masing-masing. Untuk itu, kode etik

profesi guru harus pula ditegakkan oleh anggotanya dan organisasi profesi

guru harus pula dikembangkan mengikuti perkembangan zaman.

13

Page 14: Menjadi Guru Profesional

2.3.3 Ruang Lingkup Kode Etik Profesi Keguruan

Berdasarkan isi kode etik guru yang dikeluarkan oleh organisasi profesi

guru PGRI dapat disimpulkan bahwa kode etik guru melingkupi antara guru

dengan siswa, guru dengan masyarakat,antar sejawat rekan guru, dan lain

sebagainya.

14

Page 15: Menjadi Guru Profesional

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Menurut UU-GD No. 14 Tahun 2005, guru harus memiliki kualifikasi

akademik melalui pendidikan formal yakni S1/DIV yang dibuktikan

dengan ijazah dari perguruan tinggi.

b. Berdasarkan PP Nomor 16 Tahun 2007, Guru juga harus memiliki

kualifikasi akademik melalui uji kelayakan yaitu sertifikasi.

c. Sesuai dengan UU-GD No. 14 Tahun 2005, kompetensi guru terdiri

dari kompetensi sosial, pedagogik, kompetensi kepribadian, dan

kompetensi profesional.

d. Penguasaan kompetensi dibuktikan melalui uji kelayakan seperti

sertifikasi.

e. Organisasi profesi guru memiliki kode etik profesi keguruan yang

berisi seperangkat aturan yang wajib dipatuhi oleh guru supaya dalam

mengemban tugas, guru tidak melakukan perbuatan yang tidak baik.

f. Kode etik melingkupi antara guru dengan siswa, guru dengan

masyarakat, guru dengan orangtua, guru dengan rekan guru lainnya.

g. Guru yang telah memenuhi kualifikasi, kompetensi, dan mematuhi

kode etik barulah dapat disebut sebagai guru profesional.

15

Page 16: Menjadi Guru Profesional

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2005. Undang-Undang RI No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2005 Peraturan Pemerintah Republik No. 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 16 Tahun

2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.

Hasanah, Aan. 2012. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Pustaka setia.

Ole, David Melita. 2015. “Teacher Education Preparation program for the 21

st Century. Which way forward for Kenya?.” Dalam Journal of Education

and Practice. ISSN 2222-288X (Online). Vol.6, No.24, 2015.

www.portalgaruda.com. Diakses pada tanggal 4 september 2015.

Payong, Marselus. 2011. Sertifikasi Profesi Guru. Jakarta barat : PT Indeks.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Uno, Hamzah B. 2012. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.Katitia.

16

Page 17: Menjadi Guru Profesional

PENILAIAN NON-TES KEGIATAN DISKUSI MATA KULIAH

PEER TEACHING

Judul makalah : Menjadi Guru Profesional

Kelompok 1 : Anthonius Yudha (NIM : A1C313027)

Herizon Primadona (NIM : A1C313026)

Nurfajri (NIM : A1C313036)

Umi Lestari (NIM : A1C313025)

Tanggal : 9 September 2015

NAMA ASPEK PENILAIAN SKOR

1 2 3 4

Anthonius

Yudha

1. Penulisan makalah mengacu pada standar

penulisan dan EYD

2. Penyajian Presentasi/ pemaparan makalah

3. Pemahaman materi

4. Keaktifan dalam diskusi

Jumlah skor

Nilai

Herizon

Primadona

1. Penulisan makalah mengacu pada standar

penulisan dan EYD

2. Penyajian Presentasi/ pemaparan makalah

3. Pemahaman materi

4. Keaktifan dalam diskusi

Jumlah skor

Nilai

Nurfajri 1. Penulisan makalah mengacu pada standar

penulisan dan EYD

2. Penyajian Presentasi/ pemaparan makalah

17

Page 18: Menjadi Guru Profesional

3. Pemahaman materi

4. Keaktifan dalam diskusi

Jumlah skor

Nilai

Umi

Lestari

1. Penulisan makalah mengacu pada standar

penulisan dan EYD

2. Penyajian Presentasi/ pemaparan makalah

3. Pemahaman materi

4. Keaktifan dalam diskusi

Jumlah skor

Nilai

18