guru profesional,

75
GURU PROFESIONAL GURU PROFESIONAL DAN BEBAN KERJANYA DAN BEBAN KERJANYA Oleh: Oleh: Drs. SURIADI Drs. SURIADI Kepala SMP Negeri 1 Tanjung Morawa Kepala SMP Negeri 1 Tanjung Morawa E-mail: [email protected] E-mail: [email protected] Dipresentasikan pada Workshop Peningkatan Dipresentasikan pada Workshop Peningkatan Profesionalisme Guru Profesionalisme Guru Kerjasama SMP Negeri 1 Biru-Biru Kerjasama SMP Negeri 1 Biru-Biru Dengan Anggota Sub Rayon 31 Dengan Anggota Sub Rayon 31 Tanggal 29 Nopember 2008, di SMP Negeri Biru- Tanggal 29 Nopember 2008, di SMP Negeri Biru- Biru Biru

Upload: budi-irwansyah

Post on 11-Jun-2015

12.073 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ne dia guru yang professional

TRANSCRIPT

Page 1: GURU PROFESIONAL,

GURU PROFESIONAL GURU PROFESIONAL DAN BEBAN KERJANYA DAN BEBAN KERJANYA

Oleh:Oleh:Drs. SURIADIDrs. SURIADI

Kepala SMP Negeri 1 Tanjung MorawaKepala SMP Negeri 1 Tanjung MorawaE-mail: [email protected]: [email protected]

Dipresentasikan pada Workshop Peningkatan Dipresentasikan pada Workshop Peningkatan Profesionalisme GuruProfesionalisme Guru

Kerjasama SMP Negeri 1 Biru-Biru Kerjasama SMP Negeri 1 Biru-Biru Dengan Anggota Sub Rayon 31Dengan Anggota Sub Rayon 31

Tanggal 29 Nopember 2008, di SMP Negeri Biru-BiruTanggal 29 Nopember 2008, di SMP Negeri Biru-Biru

Page 2: GURU PROFESIONAL,

A. PendahuluanA. Pendahuluan

Abad 21 yang bercirikan globalisasi yang Abad 21 yang bercirikan globalisasi yang serba kompetitif dengan perubahan yang serba kompetitif dengan perubahan yang terus menggesa merupakan abad profesional. terus menggesa merupakan abad profesional.

Sangat mustahil, jika ada organisasi yang Sangat mustahil, jika ada organisasi yang bisa bertahan tanpa profesionalisme. bisa bertahan tanpa profesionalisme.

Bahkan, bukan hanya sekedar Bahkan, bukan hanya sekedar profesionalisme biasa tetapi profesionalisme profesionalisme biasa tetapi profesionalisme kelas tinggi kelas tinggi (world-class professionalism)(world-class professionalism) yang memampukan kita sejajar dan bermitra yang memampukan kita sejajar dan bermitra dengan orang-orang dan organisasi-dengan orang-orang dan organisasi-organisasi terbaik dari seluruh dunia (Jansen, organisasi terbaik dari seluruh dunia (Jansen, 2007:http://www.duniaguru.com). 2007:http://www.duniaguru.com).

Page 3: GURU PROFESIONAL,

Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas yang merupakan produk pendidikan yang merupakan produk pendidikan merupakan kunci keberhasilan merupakan kunci keberhasilan pembangunan suatu negara (Depdiknas, pembangunan suatu negara (Depdiknas, 2008.a:1). 2008.a:1).

Menurut Supriano (2007:3) banyak bukti Menurut Supriano (2007:3) banyak bukti empirik yang menunjukkan bahwa suatu empirik yang menunjukkan bahwa suatu negara yang lebih memprioritaskan negara yang lebih memprioritaskan pendidikan dari pada pranata lainnya, pendidikan dari pada pranata lainnya, ternyata mampu menghasilkan SDM yang ternyata mampu menghasilkan SDM yang lebih unggul, produktif dan inovatif dalam lebih unggul, produktif dan inovatif dalam percaturan kehidupan global. percaturan kehidupan global.

Page 4: GURU PROFESIONAL,

Sebaliknya, negara yang mengecilkan Sebaliknya, negara yang mengecilkan pranata pendidikan lebih cepat mengalami pranata pendidikan lebih cepat mengalami keterpurukan disebabkan SDMnya tidak keterpurukan disebabkan SDMnya tidak mampu bersaing dalam percaturan mampu bersaing dalam percaturan kehidupan global. kehidupan global.

Hal ini didukung Gultom yang mengutip Hal ini didukung Gultom yang mengutip United NationsUnited Nations (2004:2) bahwa pendidikan (2004:2) bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental merupakan hal yang sangat fundamental dalam meningkatkan kualitas SDM. dalam meningkatkan kualitas SDM.

Bahkan Rusmana (2000:36), Djuwita Bahkan Rusmana (2000:36), Djuwita (2004:12) dan Rochaeni (2004:42) lebih (2004:12) dan Rochaeni (2004:42) lebih menegaskan bahwa untuk mendapatkan menegaskan bahwa untuk mendapatkan SDM berkualitas harus ditempuh melalui SDM berkualitas harus ditempuh melalui pendidikan yang berkualitas.pendidikan yang berkualitas.

Page 5: GURU PROFESIONAL,

Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan (Depdiknas, memprihatinkan (Depdiknas, 2003:http://www.depdiknas.go.id). 2003:http://www.depdiknas.go.id).

Hal ini didukung Umaedi (2002:2) yang Hal ini didukung Umaedi (2002:2) yang mengatakan bahwa kualitas pendidikan mengatakan bahwa kualitas pendidikan nasional terus mengalami penurunan. nasional terus mengalami penurunan.

Menurut laporan Menurut laporan ASPBAE (Asian South ASPBAE (Asian South Pacific Beurau of Adult Education) and GCE Pacific Beurau of Adult Education) and GCE (Global Campaign for Education)(Global Campaign for Education) yang dikutip yang dikutip Firdaus (2005:7) penelitian terhadap kualitas Firdaus (2005:7) penelitian terhadap kualitas Pendidikan Dasar di 14 negara Asia Pasifik, Pendidikan Dasar di 14 negara Asia Pasifik, Indonesia hanya menempati peringkat 10 di Indonesia hanya menempati peringkat 10 di bawah Kamboja dan India. bawah Kamboja dan India.

Page 6: GURU PROFESIONAL,

Tilaar yang dikutip Anwar Tilaar yang dikutip Anwar (2003:13)(2003:13) Masalah pokok dalam pendidikan nasional, Masalah pokok dalam pendidikan nasional,

yaitu yaitu 1.1. menurunnya akhlak dan moral peserta didik, menurunnya akhlak dan moral peserta didik, 2.2. pemerataan kesempatan belajar, pemerataan kesempatan belajar, 3.3. masih rendahnya efisiensi internal sistem masih rendahnya efisiensi internal sistem

pendidikan, pendidikan, 4.4. status kelembagaan, status kelembagaan, 5.5. manajemen pendidikan yang tidak sejalan manajemen pendidikan yang tidak sejalan

dengan pembangunan, dan dengan pembangunan, dan 6.6. SDM yang belum profesional. SDM yang belum profesional.

Page 7: GURU PROFESIONAL,

Menurut Poedjinoegroho Menurut Poedjinoegroho (2008: (2008: http://www.duniaguru.comhttp://www.duniaguru.com))

hampir separuh dari lebih kurang 2,6 juta guru hampir separuh dari lebih kurang 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar. di Indonesia tidak layak mengajar.

Kualifikasi dan kompetensinya tidak Kualifikasi dan kompetensinya tidak mencukupi untuk mengajar di sekolah. mencukupi untuk mengajar di sekolah.

Yang tidak layak mengajar atau menjadi guru Yang tidak layak mengajar atau menjadi guru berjumlah 912.505, terdiri dari 605.217 guru berjumlah 912.505, terdiri dari 605.217 guru SD, 167.643 guru SMP, 75.684 guru SMA, dan SD, 167.643 guru SMP, 75.684 guru SMA, dan 63.961 guru SMK.63.961 guru SMK.

Page 8: GURU PROFESIONAL,

Menurut Fattah yang dikutip Menurut Fattah yang dikutip Poedjinoegroho Poedjinoegroho (2008: (2008: http://www.duniaguru.comhttp://www.duniaguru.com))

pada uji kompetensi Matematika, dari 40 pada uji kompetensi Matematika, dari 40 pertanyaan rata-rata hanya dua pertanyaan rata-rata hanya dua pertanyaan yang diisi dengan benar dan pertanyaan yang diisi dengan benar dan pada Bahasa Inggris hanya satu yang pada Bahasa Inggris hanya satu yang diisi dengan benar oleh guru yang diisi dengan benar oleh guru yang berlatar belakang pendidikan Bahasa berlatar belakang pendidikan Bahasa Inggris. Inggris.

Page 9: GURU PROFESIONAL,

Kompas (9 Desember 2005)Kompas (9 Desember 2005)

Tercatat 15% guru mengajar tidak sesuai dengan Tercatat 15% guru mengajar tidak sesuai dengan keahlian yang dipunyainya atau bidangnya. keahlian yang dipunyainya atau bidangnya.

Berapa banyak peserta didik yang mengenyam Berapa banyak peserta didik yang mengenyam pendidikan dari guru-guru tersebut? pendidikan dari guru-guru tersebut?

Berapa banyak yang dirugikan? Berapa banyak yang dirugikan? Memprihatinkan, mengenaskan, bencana untuk Memprihatinkan, mengenaskan, bencana untuk

dunia pendidikan. dunia pendidikan. Apakah guru seperti itu merupakan guru Apakah guru seperti itu merupakan guru

profesional?profesional?

Page 10: GURU PROFESIONAL,

Fenomena tersebut menegaskan bahwa Fenomena tersebut menegaskan bahwa masalah SDM pendidikan yang belum masalah SDM pendidikan yang belum profesional merupakan salah satu akar profesional merupakan salah satu akar permasalahan yang dihadapi dalam upaya permasalahan yang dihadapi dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Laporan Laporan ASPBAE and GCEASPBAE and GCE yang dikutip yang dikutip Firdaus (2005:7) menunjukkan bahwa kualitas Firdaus (2005:7) menunjukkan bahwa kualitas guru Indonesia menempati peringkat terakhir guru Indonesia menempati peringkat terakhir atau paling rendah di antara 14 negara di Asia atau paling rendah di antara 14 negara di Asia Pasifik. Pasifik.

Hal ini didukung Lubis (2008:4) yang Hal ini didukung Lubis (2008:4) yang mengatakan bahwa salah satu indikator mengatakan bahwa salah satu indikator rendahnya kualitas pendidikan adalah rendahnya kualitas pendidikan adalah human human capitalcapital (mental/SDM dan (mental/SDM dan skillskill manusianya). manusianya).

Page 11: GURU PROFESIONAL,

Sedangkan, Tampubolon (2008:14) Sedangkan, Tampubolon (2008:14) mengatakan bahwa salah satu sebab mengatakan bahwa salah satu sebab mendasar dan utama dari rendahnya kualitas mendasar dan utama dari rendahnya kualitas pendidikan nasional adalah sistem pendidikan nasional adalah sistem pemberdayaan guru yang tidak berkualitas. pemberdayaan guru yang tidak berkualitas.

Sementara itu, Dharma Sementara itu, Dharma (2008:http://www.duniaguru.com) mengatakan (2008:http://www.duniaguru.com) mengatakan mantan Mendikbud Fuad Hassan ketika mantan Mendikbud Fuad Hassan ketika dimintai pendapatnya tentang perkembangan dimintai pendapatnya tentang perkembangan pendidikan Indonesia pernah berkata “Jangan pendidikan Indonesia pernah berkata “Jangan terlalu ribut soal kurikulum dan sistemnya. Itu terlalu ribut soal kurikulum dan sistemnya. Itu semua bukan apa-apa, justru pelaku-semua bukan apa-apa, justru pelaku-pelakunya itulah yang perlu diperhatikan.pelakunya itulah yang perlu diperhatikan.

Page 12: GURU PROFESIONAL,

Mendiknas Bambang Sudibyo Mendiknas Bambang Sudibyo yang dikutip Suhendro yang dikutip Suhendro (2008:http: //www.duniaguru.com)(2008:http: //www.duniaguru.com)

pernah mencanangkan bahwa pekerjaan guru adalah pernah mencanangkan bahwa pekerjaan guru adalah sebagai profesi seperti halnya dokter, wartawan dan sebagai profesi seperti halnya dokter, wartawan dan profesi lainnya.  profesi lainnya. 

Seperti halnya dokter, maka guru pun dituntut Seperti halnya dokter, maka guru pun dituntut memiliki kompetensi dan kemampuan akademik yang memiliki kompetensi dan kemampuan akademik yang memadai dalam melaksanakan profesinya. memadai dalam melaksanakan profesinya.

Tidak semua orang dapat bertindak sebagai dokter Tidak semua orang dapat bertindak sebagai dokter karena menyangkut keselamatan seseorang, karena menyangkut keselamatan seseorang, begitupun dengan profesi guru: tidak semua orang begitupun dengan profesi guru: tidak semua orang dapat bertindak sebagai guru karena menyangkut dapat bertindak sebagai guru karena menyangkut masa depan bangsa dan negara.masa depan bangsa dan negara.

Page 13: GURU PROFESIONAL,

Suhendro (2008:http://www. Suhendro (2008:http://www. duniaguru.com)duniaguru.com) Kelemahan guru adalahKelemahan guru adalah1.1. masih banyak guru yang bersikap tidak profesional masih banyak guru yang bersikap tidak profesional

seperti tidak dimilikinya jiwa kreatif dan inovatif seperti tidak dimilikinya jiwa kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi pelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran,

2.2. kebanyakan guru merasa cukup dengan keilmuan kebanyakan guru merasa cukup dengan keilmuan yang telah mereka dapat di bangku kuliah, dan yang telah mereka dapat di bangku kuliah, dan

3.3. kebanyakan guru mengajar tanpa program yang jelas kebanyakan guru mengajar tanpa program yang jelas dengan alasan mereka merasa hafal di luar kepala dengan alasan mereka merasa hafal di luar kepala terhadap materi yang akan disampaikan.terhadap materi yang akan disampaikan.

Page 14: GURU PROFESIONAL,

Idealisme profesi guru dan komitmen Idealisme profesi guru dan komitmen membangun pendidikan berkualitas membangun pendidikan berkualitas merupakan kunci jawaban dari merupakan kunci jawaban dari persoalan pendidikan yang dihadapi persoalan pendidikan yang dihadapi selama ini. selama ini.

Sebuah Data yang disajikan Portal Sebuah Data yang disajikan Portal www.duniaguru. com pada Desember www.duniaguru. com pada Desember 2007 lalu telah melakukan jajak 2007 lalu telah melakukan jajak pendapat dengan pertanyaan ”Jika pendapat dengan pertanyaan ”Jika Anda seorang guru dan 'diberi' Anda seorang guru dan 'diberi' kesempatan untuk ganti profesi, kesempatan untuk ganti profesi, maukah Anda?”. maukah Anda?”.

Page 15: GURU PROFESIONAL,

Jawaban para guru adalah tetap memilih Jawaban para guru adalah tetap memilih profesi guru (55,8%), tetap sebagai guru dan profesi guru (55,8%), tetap sebagai guru dan mencari tambahan penghasilan (27,9%), ganti mencari tambahan penghasilan (27,9%), ganti profesi (15,4%), bingung (1%). profesi (15,4%), bingung (1%).

Ini berarti, lebih dari 80% guru ingin setia pada Ini berarti, lebih dari 80% guru ingin setia pada profesinya. Artinya lagi, tingkat kepuasan profesinya. Artinya lagi, tingkat kepuasan menjalani profesi keguruan cukup tinggi. menjalani profesi keguruan cukup tinggi.

Tentu saja ini kabar baik, karena sulit kita Tentu saja ini kabar baik, karena sulit kita membayangkan kalau para guru mogok atau membayangkan kalau para guru mogok atau ogah-ogahan menjalani profesinya.ogah-ogahan menjalani profesinya.

Page 16: GURU PROFESIONAL,

B. Guru ProfesionalB. Guru Profesional Istilah “guru profesional” berasal dari kata “guru” dan Istilah “guru profesional” berasal dari kata “guru” dan

“profesional. “profesional. Guru adalah padanan dari pendidik, yang menurut Guru adalah padanan dari pendidik, yang menurut

pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 39 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 merupakan tenaga profesional yang bertugas merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat. penelitian dan pengabdian masyarakat.

Kata “profesional” merujuk kepada dua hal, yakni (1) Kata “profesional” merujuk kepada dua hal, yakni (1) orang yang menyandang suatu profesi, dan (2) kinerja orang yang menyandang suatu profesi, dan (2) kinerja atau atau performanceperformance seseorang dalam melakukan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya (Danim, pekerjaan yang sesuai dengan profesinya (Danim, 2002:22-23). 2002:22-23).

Page 17: GURU PROFESIONAL,

Dengan demikian, guru profesional Dengan demikian, guru profesional dalam kajian ini adalah orang yang dalam kajian ini adalah orang yang menyandang profesi guru yang memiliki menyandang profesi guru yang memiliki kinerja atau kinerja atau performance performance dalam dalam melaksanakan tugas merencanakan dan melaksanakan tugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat sesuai dengan profesi guru. masyarakat sesuai dengan profesi guru.

Page 18: GURU PROFESIONAL,

Menurut mantan Mendikbud Fuad Menurut mantan Mendikbud Fuad Hasan yang dikutip Dharma (2008: Hasan yang dikutip Dharma (2008: http://www.duniaguru.com)http://www.duniaguru.com)

di Indonesia, Jepang, Finlandia, Amerika di Indonesia, Jepang, Finlandia, Amerika Serikat, dan di manapun di dunia ini Serikat, dan di manapun di dunia ini kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas gurunya, bukan oleh besarnya kualitas gurunya, bukan oleh besarnya dana pendidikan dan juga bukan oleh dana pendidikan dan juga bukan oleh hebatnya fasilitas. hebatnya fasilitas.

Jika guru berkualitas baik, maka baik Jika guru berkualitas baik, maka baik pula kualitas pendidikannya. pula kualitas pendidikannya.

Page 19: GURU PROFESIONAL,

Danumihardja (2001:39) tidak mungkin Danumihardja (2001:39) tidak mungkin

pendidikan dapat meningkatkan pendidikan dapat meningkatkan kualitasnya, jika tidak ditunjang oleh kualitasnya, jika tidak ditunjang oleh guru-guru profesional dan inovatif. guru-guru profesional dan inovatif.

Brand yang dikutip Gultom (2007:2) Brand yang dikutip Gultom (2007:2) yang mengemukakan hasil studi dari yang mengemukakan hasil studi dari pakar pendidikan menyimpulkan bahwa pakar pendidikan menyimpulkan bahwa guru merupakan faktor kunci yang guru merupakan faktor kunci yang paling menentukan dalam keberhasilan paling menentukan dalam keberhasilan pendidikan dinilai dari prestasi belajar pendidikan dinilai dari prestasi belajar siswa. siswa.

Page 20: GURU PROFESIONAL,

Gibson yang dikutip Danim (2002:145) hasil Gibson yang dikutip Danim (2002:145) hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan sekolah dalam meningkatkan kualitas sekolah dalam meningkatkan kualitas lulusannya sangat dipengaruhi oleh kapasitas lulusannya sangat dipengaruhi oleh kapasitas kepala sekolahnya, di samping adanya guru-kepala sekolahnya, di samping adanya guru-guru yang kompeten di sekolah itu. guru yang kompeten di sekolah itu.

Nursito (2002:5) hasil penelitian yang Nursito (2002:5) hasil penelitian yang dilakukan Bardley di 16 negara, menunjukkan dilakukan Bardley di 16 negara, menunjukkan bahwa faktor guru memberikan kontribusi bahwa faktor guru memberikan kontribusi sebesar 34%, manajemen 22%, sarana 26%, sebesar 34%, manajemen 22%, sarana 26%, dan waktu belajar 18% terhadap hasil belajar dan waktu belajar 18% terhadap hasil belajar siswa.siswa.

Page 21: GURU PROFESIONAL,

Untuk melihat tingkat kemampuan Untuk melihat tingkat kemampuan profesional guru dilakukan melalui dua profesional guru dilakukan melalui dua presfektif, yaitu presfektif, yaitu

1.1. tingkat pendidikan minimal dari latar tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempat guru tersebut menjadi sekolah tempat guru tersebut menjadi guru, dan guru, dan

2.2. penguasaan guru terhadap materi bahan penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melaksanakan tugas-mengelola siswa, melaksanakan tugas-tugas bimbingan (Danim, 2002:30).tugas bimbingan (Danim, 2002:30).

Page 22: GURU PROFESIONAL,

Semiawan yang dikutip Danim Semiawan yang dikutip Danim (2002:31)(2002:31)

hierarki profesi tenaga kependidikan, yaitu hierarki profesi tenaga kependidikan, yaitu

1.1. tenaga profesional merupakan tenaga tenaga profesional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi kependidikan yang berkualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya S1 atau pendidikan sekurang-kurangnya S1 atau yang setara, dan memiliki wewenang yang setara, dan memiliki wewenang penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengendalian penilaian, dan pengendalian pendidikan/pengajaran, pendidikan/pengajaran,

Page 23: GURU PROFESIONAL,

2. tenaga semi profesional merupakan tenaga 2. tenaga semi profesional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi tenaga kependidikan yang berkualifikasi tenaga kependidikan D3 atau yang setara yang telah kependidikan D3 atau yang setara yang telah berwenang mengajar secara mandiri, tetapi berwenang mengajar secara mandiri, tetapi masih harus melakukan konsultasi dengan masih harus melakukan konsultasi dengan tenaga kependidikan yang lebih tinggi jenjang tenaga kependidikan yang lebih tinggi jenjang profesionalnya, baik dalam perencanaan, profesionalnya, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengendalian pelaksanaan, penilaian, dan pengendalian pendidikan/pengajaran, dan pendidikan/pengajaran, dan

3. tenaga paraprofesional merupakan tenaga 3. tenaga paraprofesional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi tenaga kependidikan yang berkualifikasi tenaga kependidikan D2 ke bawah, yang memerlukan kependidikan D2 ke bawah, yang memerlukan pembinaan dalam perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengendalian penilaian, dan pengendalian pendidikan/pengajaran.pendidikan/pengajaran.

Page 24: GURU PROFESIONAL,

Seorang guru disebut sebagai guru Seorang guru disebut sebagai guru profesional karena kemampuannya profesional karena kemampuannya dalam mewujudkan kinerja profesi guru dalam mewujudkan kinerja profesi guru secara utuh yang dilaksanakan dengan secara utuh yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan sebaik-baiknya dalam mencapai tujuan pendidikan. pendidikan.

Guru profesional akan tercermin dalam Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian, baik dalam materi, maupun keahlian, baik dalam materi, maupun metode. metode.

Page 25: GURU PROFESIONAL,

Menurut Surya (2005:1) keahlian yang dimiliki Menurut Surya (2005:1) keahlian yang dimiliki guru profesional adalah keahlian yang guru profesional adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan secara dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus untuk itu. khusus untuk itu.

Keahlian tersebut mendapat pengakuan Keahlian tersebut mendapat pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang berwenang. yang berwenang.

Dengan keahliannya itu, guru mampu Dengan keahliannya itu, guru mampu menunjukkan otonominya, baik secara menunjukkan otonominya, baik secara pribadi, maupun sebagai pemangku pribadi, maupun sebagai pemangku profesinya.profesinya.

Page 26: GURU PROFESIONAL,

Guru profesional dituntut untuk mampu Guru profesional dituntut untuk mampu memikul dan melaksanakan tanggung memikul dan melaksanakan tanggung jawabnya sebagai guru kepada peserta jawabnya sebagai guru kepada peserta didik, orangtua, masyarakat, bangsa, didik, orangtua, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. negara dan agamanya.

Menurut Surya (2005:1) guru Menurut Surya (2005:1) guru profesional mempunyai tanggung jawab profesional mempunyai tanggung jawab

1.1. pribadi, pribadi, 2.2. sosial, sosial, 3.3. intelektual, dan intelektual, dan 4.4. moral dan spiritual.moral dan spiritual.

Page 27: GURU PROFESIONAL,

Idealnya guru profesional harus memiliki Idealnya guru profesional harus memiliki

1.1. bakat, bakat,

2.2. minat, minat,

3.3. panggilan jiwa, panggilan jiwa,

4.4. idealisme, idealisme,

5.5. komitmen, komitmen,

6.6. kualifikasi akademik, kualifikasi akademik,

7.7. kompetensi, kompetensi,

8.8. tanggung jawab, dan tanggung jawab, dan

9.9. prestasi kerja.prestasi kerja.

Page 28: GURU PROFESIONAL,

Menurut Djojonegoro yang Menurut Djojonegoro yang dikutip Gultom (2007:5)dikutip Gultom (2007:5)

profesionalisme dalam suatu pekerjaan/jabatan profesionalisme dalam suatu pekerjaan/jabatan ditentukan oleh tiga faktor penting, yakni ditentukan oleh tiga faktor penting, yakni

1.1. memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh memiliki keahlian khusus yang dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian atau spesialisasi, program pendidikan keahlian atau spesialisasi,

2.2. memiliki kemampuan untuk memperbaiki memiliki kemampuan untuk memperbaiki kemampuan (keterampilan dan keahlian khusus), kemampuan (keterampilan dan keahlian khusus), dan dan

3.3. memperoleh penghasilan yang memadai sebagai memperoleh penghasilan yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian yang dimiliki tersebut. imbalan terhadap keahlian yang dimiliki tersebut.

Page 29: GURU PROFESIONAL,

Menurut Surya (2005:2)Menurut Surya (2005:2) profesionalisme guru mempunyai makna profesionalisme guru mempunyai makna

penting, karena profesionalisme penting, karena profesionalisme 1.1. memberikan perlindungan dan memberikan perlindungan dan

kesejahteraan, kesejahteraan, 2.2. merupakan suatu cara untuk memperbaiki merupakan suatu cara untuk memperbaiki

profesi pendidikan, dan profesi pendidikan, dan 3.3. memberikan kemungkinan perbaikan dan memberikan kemungkinan perbaikan dan

pengembangan diri yang memungkinkan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dalam memaksimalkan mungkin dalam memaksimalkan kompetensinya. kompetensinya.

Page 30: GURU PROFESIONAL,

Surya (2005:2-3)Surya (2005:2-3)

kualitas profesionalme ditunjukkan oleh lima kualitas profesionalme ditunjukkan oleh lima unjuk kerja, yakni unjuk kerja, yakni

1.1. keinginan untuk selalu menampilkan perilaku keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal, yang mendekati standar ideal,

2.2. meningkatkan dan memelihara citra profesi, meningkatkan dan memelihara citra profesi, 3.3. keinginan untuk senantiasa mengejar keinginan untuk senantiasa mengejar

kesempatan pengembanangan profesional kesempatan pengembanangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya, kualitas pengetahuan dan keterampilannya,

4.4. mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi, dan dan

5.5. memiliki kebanggaan terhadap profesinya.memiliki kebanggaan terhadap profesinya.

Page 31: GURU PROFESIONAL,

Suhendro Suhendro (2008:http://www.duniaguru.com)(2008:http://www.duniaguru.com) Selain kualifikasi pendidikan, profesionalisme guru dapat Selain kualifikasi pendidikan, profesionalisme guru dapat

dilihat daridilihat dari1.1. tingginya rasa tanggungjawab dan komitmen guru dalam tingginya rasa tanggungjawab dan komitmen guru dalam

membangun pendidikan bermutu; membangun pendidikan bermutu; 2.2. adanya kemauan dan keseriusan guru untuk adanya kemauan dan keseriusan guru untuk

mengembangkan potensi kependidikan atau kompetensi mengembangkan potensi kependidikan atau kompetensi dasar sesuai dengan tuntutan IPTEK; dasar sesuai dengan tuntutan IPTEK;

3.3. kemampuan untuk berfikir analitis, sistematis dan kemampuan untuk berfikir analitis, sistematis dan bersikap aktif, kreatif serta inovatif dalam bersikap aktif, kreatif serta inovatif dalam mengembangkan program pendidikan; dan mengembangkan program pendidikan; dan

4.4. kemampuan membangun konsep belajar bermakna, kemampuan membangun konsep belajar bermakna, menarik dan menyenangkan dengan memanfaatkan menarik dan menyenangkan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi.kecanggihan teknologi informasi.

Page 32: GURU PROFESIONAL,

Karakteristik guru profesional adalah Karakteristik guru profesional adalah

1.1. mengembangkan kemampuan berpikir mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan kritis, memecahkan masalah, dan kreativitas siswa, kreativitas siswa,

2.2. mempunyai sikap yang positif dan mempunyai sikap yang positif dan moral yang tinggi, dan moral yang tinggi, dan

3.3. melakukan belajar berkesinambungan melakukan belajar berkesinambungan dan pengembangan profesi.dan pengembangan profesi.

Page 33: GURU PROFESIONAL,

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menurut Gultom (2007:6) dalam pelaksanaannya Dosen, menurut Gultom (2007:6) dalam pelaksanaannya memiliki sembilan misi sebagai berikut memiliki sembilan misi sebagai berikut

1.1. mengangkat martabat guru, mengangkat martabat guru, 2.2. menjamin hak dan kewajiban guru, menjamin hak dan kewajiban guru, 3.3. meningkatkan kompetensi guru, meningkatkan kompetensi guru, 4.4. memajukan profesi serta karir guru, memajukan profesi serta karir guru, 5.5. meningkatkan mutu pembelajaran, meningkatkan mutu pembelajaran, 6.6. meningkatkan mutu pendidikan nasional, meningkatkan mutu pendidikan nasional, 7.7. mengurangi kesenjangan ketersediaan guru antar mengurangi kesenjangan ketersediaan guru antar

daerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, daerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi, dan kompetensi,

8.8. mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar daerah, dan daerah, dan

9.9. meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu. meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu.

Page 34: GURU PROFESIONAL,

Undang-Undang Nomor 14 tahun Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 juga menyebutkan bahwa 2005 juga menyebutkan bahwa kompetensi guru mencakup kompetensi guru mencakup kompetensi kompetensi

1.1. pedagogik, pedagogik,

2.2. kepribadian, kepribadian,

3.3. profesional, dan profesional, dan

4.4. sosial. sosial.

Page 35: GURU PROFESIONAL,

Kompetensi pedagogik, meliputiKompetensi pedagogik, meliputi

1.1. memahami peserta didik, memahami peserta didik,

2.2. merancang pembelajaran, termasuk merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, kepentingan pembelajaran,

3.3. melaksanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,

4.4. merancang dan melaksanakan evaluasi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, dan pembelajaran, dan

5.5. mengembangkan peserta didik untuk mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya, mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya,

Page 36: GURU PROFESIONAL,

Kompetensi kepribadian merupakan Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang kemampuan personal yang mencerminkan kepemilikan terhadapmencerminkan kepemilikan terhadap

1.1. kepribadian yang mantap dan stabil, kepribadian yang mantap dan stabil,

2.2. kepribadian yang dewasa, kepribadian yang dewasa,

3.3. kepribadian yang arif, kepribadian yang arif,

4.4. kepribadian yang berwibawa, dan kepribadian yang berwibawa, dan

5.5. akhlak mulia untukdan dapat menjadi akhlak mulia untukdan dapat menjadi teladan,teladan,

Page 37: GURU PROFESIONAL,

Kompetensi profesional, Kompetensi profesional, meliputimeliputi

1.1. menguasai substansi keilmuan yang menguasai substansi keilmuan yang terkait mata pelajaran, dan terkait mata pelajaran, dan

2.2. menguasai langkah-langkah penelitian menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi mata pelajaran,pengetahuan/materi mata pelajaran,

Page 38: GURU PROFESIONAL,

Kompetensi sosial, berkenaan dengan Kompetensi sosial, berkenaan dengan kemampuan guru sebagai bagian dari kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif yang meliputi bergaul secara efektif yang meliputi kemampuan berkomunikasi secara dan kemampuan berkomunikasi secara dan bergaul secara efektif denganbergaul secara efektif dengan

1.1. peserta didik, peserta didik,

2.2. sesama pendidik dan tenaga sesama pendidik dan tenaga kependidikan, dan kependidikan, dan

3.3. orangtua/wali peserta didik dan orangtua/wali peserta didik dan masyarakat.masyarakat.

Page 39: GURU PROFESIONAL,

C. Mentalitas ProfesionalC. Mentalitas Profesional

1.1. mentalitas mutu, mentalitas mutu,

2.2. mentalitas altruistik, mentalitas altruistik,

3.3. mentalitas melayani, mentalitas melayani,

4.4. mentalitas pembelajar, mentalitas pembelajar,

5.5. mentalitas pengabdian, mentalitas pengabdian,

6.6. mentalitas kreatif, dan mentalitas kreatif, dan

7.7. mentalitas etis.mentalitas etis.

Page 40: GURU PROFESIONAL,

1. Mentalitas Mutu1. Mentalitas Mutu

Seorang profesional menampilkan kinerja terbaik Seorang profesional menampilkan kinerja terbaik yang mungkin. yang mungkin.

Dengan sengaja dia tidak akan menampilkan Dengan sengaja dia tidak akan menampilkan the the second best second best (kurang dari terbaik) karena tahu (kurang dari terbaik) karena tahu tindakan itu sesungguhnya adalah bunuh diri profesi. tindakan itu sesungguhnya adalah bunuh diri profesi.

Seorang profesional mengusahakan dirinya selalu Seorang profesional mengusahakan dirinya selalu berada di ujung terbaik (berada di ujung terbaik (cutting edgecutting edge) bidang ) bidang keahliannya. keahliannya.

Dia melakukannya karena hakikat profesi itu memang Dia melakukannya karena hakikat profesi itu memang ingin mencapai suatu kesempurnaan nyata, ingin mencapai suatu kesempurnaan nyata, menembus batas-batas ketidakmungkinan praktis, menembus batas-batas ketidakmungkinan praktis, untuk memuaskan dahaga manusia akan ideal mutu: untuk memuaskan dahaga manusia akan ideal mutu: kekuatan, keindahan, keadilan, kebaikan, kekuatan, keindahan, keadilan, kebaikan, kebergunaan. kebergunaan.

Page 41: GURU PROFESIONAL,

2. Mentalitas Altruistik2. Mentalitas Altruistik

Seorang profesional selalu dimotivasi oleh Seorang profesional selalu dimotivasi oleh keinginan mulia berbuat baik. keinginan mulia berbuat baik.

Istilah baik di sini berarti berguna bagi Istilah baik di sini berarti berguna bagi masyarakat. masyarakat.

Aspek ini melengkapi pengertian baik dalam Aspek ini melengkapi pengertian baik dalam mentalitas pertama, yaitu mutu. mentalitas pertama, yaitu mutu.

Baik dalam mentalitas kedua ini berarti Baik dalam mentalitas kedua ini berarti goodnessgoodness yang dipersembahkan bagi yang dipersembahkan bagi kemaslahatan masyarakat. kemaslahatan masyarakat.

Profesi seperti guru, dokter, atau advokat Profesi seperti guru, dokter, atau advokat memang jelas sangat bermanfaat bagi memang jelas sangat bermanfaat bagi masyarakat. masyarakat.

Page 42: GURU PROFESIONAL,

3. Mentalitas Melayani3. Mentalitas Melayani

Kaum profesional tidak bekerja untuk kepuasan diri Kaum profesional tidak bekerja untuk kepuasan diri sendiri saja tanpa peduli pada sekitarnya. sendiri saja tanpa peduli pada sekitarnya.

Sebaliknya, kepuasannya muncul karena konstituen, Sebaliknya, kepuasannya muncul karena konstituen, pelanggan, atau pemakai jasa profesionalnya telah pelanggan, atau pemakai jasa profesionalnya telah terpuaskan lebih dahulu via interaksi kerja. terpuaskan lebih dahulu via interaksi kerja.

Kaum profesional lahir karena kebutuhan masyarakat Kaum profesional lahir karena kebutuhan masyarakat pelanggan. pelanggan.

Seorang profesional bahkan dengan tegas mematok Seorang profesional bahkan dengan tegas mematok nilai moneter atas jasa profesionalnya. nilai moneter atas jasa profesionalnya.

Page 43: GURU PROFESIONAL,

4. Mentalitas Pembelajar 4. Mentalitas Pembelajar Di bidang olahraga, seorang pemain profesional, Di bidang olahraga, seorang pemain profesional,

sebelum terjun penuh waktu, terlebih dahulu sebelum terjun penuh waktu, terlebih dahulu menerima pendidikan dan pelatihan yang mendalam. menerima pendidikan dan pelatihan yang mendalam.

Dan di sepanjang karirnya ia terus-menerus Dan di sepanjang karirnya ia terus-menerus mengenyam latihan-latihan tiada henti. mengenyam latihan-latihan tiada henti.

Begitu juga di bidang lain, seorang pekerja Begitu juga di bidang lain, seorang pekerja profesional adalah dia yang telah mendapat profesional adalah dia yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan khusus di bidang pendidikan dan pelatihan khusus di bidang profesinya. profesinya.

Bahkan untuk profesi-profesi yang sudah mapan, Bahkan untuk profesi-profesi yang sudah mapan, sebelum seseorang diberi hak menyandang status sebelum seseorang diberi hak menyandang status profesional, dia harus menempuh serangkaian ujian. profesional, dia harus menempuh serangkaian ujian.

Bila lulus barulah dia mendapatkan sertifikasi Bila lulus barulah dia mendapatkan sertifikasi profesional dari asosiasi profesinya. profesional dari asosiasi profesinya.

Page 44: GURU PROFESIONAL,

5. Mentalitas Pengabdian5. Mentalitas Pengabdian

Seorang pekerja profesional memilih dengan sadar satu bidang Seorang pekerja profesional memilih dengan sadar satu bidang kerja yang akan ditekuninya sebagai profesi. kerja yang akan ditekuninya sebagai profesi.

Pilihannya ini biasanya terkait erat dengan ketertarikannya pada Pilihannya ini biasanya terkait erat dengan ketertarikannya pada bidang itu, bahkan ada semacam rasa keterpanggilan untuk bidang itu, bahkan ada semacam rasa keterpanggilan untuk mengabdi di bidang tersebut. mengabdi di bidang tersebut.

Mula-mula, pilihan itu dipengaruhi oleh bakat dan kemampuannya Mula-mula, pilihan itu dipengaruhi oleh bakat dan kemampuannya yang digunakannya sebagai kalkulasi peluang suksesnya di sana. yang digunakannya sebagai kalkulasi peluang suksesnya di sana.

Tetapi kemudian berkembang sebuah hubungan cinta antara Tetapi kemudian berkembang sebuah hubungan cinta antara sang pekerja dengan pekerjaannya.sang pekerja dengan pekerjaannya.

Seorang profesional, semakin ia menekuni profesinya semakin Seorang profesional, semakin ia menekuni profesinya semakin timbul rasa cinta. timbul rasa cinta.

Dan bila hatinya sudah mantap betul maka ia memutuskan untuk Dan bila hatinya sudah mantap betul maka ia memutuskan untuk hanya menekuni bidang itu sampai tuntas dan menyatu padu hanya menekuni bidang itu sampai tuntas dan menyatu padu dalam sebuah ikatan cinta yang kekal. dalam sebuah ikatan cinta yang kekal.

Demikianlah, seorang profesional mengabdi sepenuh cinta pada Demikianlah, seorang profesional mengabdi sepenuh cinta pada profesi yang dipilihnya.profesi yang dipilihnya.

Page 45: GURU PROFESIONAL,

6. Mentalitas Kreatif6. Mentalitas Kreatif

Seorang olahragawan profesional Seorang olahragawan profesional menguasai sepenuhnya seni bermain. menguasai sepenuhnya seni bermain.

Baginya permainan tidak melulu soal Baginya permainan tidak melulu soal teknis, tetapi juga seni. Ia beranjak dari teknis, tetapi juga seni. Ia beranjak dari seorang jago menjadi seorang maestro seorang jago menjadi seorang maestro seperti Rudy Hartono di bulutangkis, seperti Rudy Hartono di bulutangkis, Pele di sepakbola, atau Muhammad Ali Pele di sepakbola, atau Muhammad Ali di tinju. di tinju.

Sedangkan pemain amatir, tidak pernah Sedangkan pemain amatir, tidak pernah sampai ke jenjang seni; asal menguasai sampai ke jenjang seni; asal menguasai teknik-teknik dasar maka memadailah teknik-teknik dasar maka memadailah untuk ikut pertandingan-pertandingan. untuk ikut pertandingan-pertandingan.

Page 46: GURU PROFESIONAL,

Seorang profesional, sesudah menguasai Seorang profesional, sesudah menguasai kompetensi teknis di bidangnya, berkembang kompetensi teknis di bidangnya, berkembang terus ke tahap seni. terus ke tahap seni.

Dia akan menemukan unsur seni dalam Dia akan menemukan unsur seni dalam pekerjaannya. pekerjaannya.

Dia akan menghayati estetika dalam Dia akan menghayati estetika dalam profesinya. profesinya.

Mata hatinya terbuka lebar melihat kekayaan Mata hatinya terbuka lebar melihat kekayaan dan keindahan profesi yang ditekuninya. dan keindahan profesi yang ditekuninya.

Seterusnya, perspektif, keindahan, dan Seterusnya, perspektif, keindahan, dan kekayaan ini akan memicu kegairahan baru kekayaan ini akan memicu kegairahan baru bagi sang profesional yang pada gilirannya bagi sang profesional yang pada gilirannya memampukannya menjadi pekerja kreatif, memampukannya menjadi pekerja kreatif, berdaya cipta, dan inovatif.berdaya cipta, dan inovatif.

Page 47: GURU PROFESIONAL,

7. Mentalitas Etis7. Mentalitas Etis

Seorang pekerja profesional, sesudah memilih Seorang pekerja profesional, sesudah memilih untuk "menikah" dengan profesinya, menerima untuk "menikah" dengan profesinya, menerima semua konsekuensi pilihannya, baik manis semua konsekuensi pilihannya, baik manis maupun pahit. maupun pahit.

Profesi apa pun pasti terlibat menggeluti Profesi apa pun pasti terlibat menggeluti wacana moral yang relevan dengan profesi itu. wacana moral yang relevan dengan profesi itu.

Misalnya profesi hukum menggeluti moralitas Misalnya profesi hukum menggeluti moralitas di seputar keadilan, profesi kedokteran di seputar keadilan, profesi kedokteran menggeluti moralitas kehidupan, profesi bisnis menggeluti moralitas kehidupan, profesi bisnis menggeluti moralitas keuntungan, begitu menggeluti moralitas keuntungan, begitu seterusnya dengan profesi lain. seterusnya dengan profesi lain.

Page 48: GURU PROFESIONAL,

Maka seorang profesional sejati tidak akan Maka seorang profesional sejati tidak akan menghianati etika dan moralitas profesinya menghianati etika dan moralitas profesinya demi uang atau kekuasaan atau yang lainnya. demi uang atau kekuasaan atau yang lainnya.

Penghianatan profesi disebut juga sebagai Penghianatan profesi disebut juga sebagai pelacuran profesionalisme yakni pelacuran profesionalisme yakni ketidaksetiaan pada moralitas dasar kaum ketidaksetiaan pada moralitas dasar kaum profesional. profesional.

Di pihak lain, jika profesinya dihargai dan Di pihak lain, jika profesinya dihargai dan dipuji orang, dia juga akan menerimanya dipuji orang, dia juga akan menerimanya dengan wajar. dengan wajar.

Kaum profesional bukanlah pertapa yang tidak Kaum profesional bukanlah pertapa yang tidak membutuhkan uang atau kekuasaan, tetapi membutuhkan uang atau kekuasaan, tetapi mereka menerimanya sebagai bentuk mereka menerimanya sebagai bentuk penghargaan masyarakat yang diabdinya penghargaan masyarakat yang diabdinya dengan tulus. dengan tulus.

Page 49: GURU PROFESIONAL,

D. Strategi dalam Mewujudkan Guru D. Strategi dalam Mewujudkan Guru ProfesionalProfesional

Profesionalisasi merupakan proses Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualitas atau kemampuan para peningkatan kualitas atau kemampuan para penyandang profesi untuk mencapai kriteria penyandang profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan profesinya itu (Danim, yang diinginkan profesinya itu (Danim, 2002:23). 2002:23).

Dalam kajian ini profesionalisasi guru adalah Dalam kajian ini profesionalisasi guru adalah proses peningkatan kualitas guru untuk proses peningkatan kualitas guru untuk mencapai kriteria standar ideal (kompetensi mencapai kriteria standar ideal (kompetensi guru) dari penampilan atau perbuatan yang guru) dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan profesi guru.diinginkan profesi guru.

Page 50: GURU PROFESIONAL,

Wilensky yang dikutip Danim Wilensky yang dikutip Danim (2002:28-29) mengemukakan lima (2002:28-29) mengemukakan lima langkah profesionalisasi suatu langkah profesionalisasi suatu pekerjaanpekerjaan1.1. memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu

atau atau full-timefull-time bukan pekerjaan sambilan, bukan pekerjaan sambilan, 2.2. menetapkan sekolah sebagai tempat menjalani menetapkan sekolah sebagai tempat menjalani

proses pendidikan atau pelatihan, proses pendidikan atau pelatihan, 3.3. mendirikan assosiasi profesi, mendirikan assosiasi profesi, 4.4. melakukan agitasi secara politis untuk melakukan agitasi secara politis untuk

memperjuangkan adanya perlindungan hukum memperjuangkan adanya perlindungan hukum terhadap assosiasi profesinya, dan terhadap assosiasi profesinya, dan

5.5. mengadopsi secara formal kode etik yang mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan. ditetapkan.

Page 51: GURU PROFESIONAL,

Caplow yang dikutip Danim Caplow yang dikutip Danim (2002:29) lima tahap (2002:29) lima tahap profesionalisasi suatu pekerjaanprofesionalisasi suatu pekerjaan

1.1. menetapkan perkumpulan profesi, menetapkan perkumpulan profesi, 2.2. mengubah dan menetapkan pekerjaan itu mengubah dan menetapkan pekerjaan itu

menjadi suatu kebutuhan, menjadi suatu kebutuhan, 3.3. menetapkan dan mengembangkan kode menetapkan dan mengembangkan kode

etik, etik, 4.4. melancarkan agitasi untuk memperoleh melancarkan agitasi untuk memperoleh

dukungan masyarakat, dan dukungan masyarakat, dan 5.5. secara bersama mengembangkan fasilitas secara bersama mengembangkan fasilitas

latihan. latihan.

Page 52: GURU PROFESIONAL,

Profesionalisasi terhadap guru dalam jabatan Profesionalisasi terhadap guru dalam jabatan mengandung makna dua dimensi utama, yakni mengandung makna dua dimensi utama, yakni (1) peningkatan status, dan (2) peningkatan (1) peningkatan status, dan (2) peningkatan kemampuan praktis (Danim, 2002:24). kemampuan praktis (Danim, 2002:24).

Aksentasi peningkatan status dapat dilakukan Aksentasi peningkatan status dapat dilakukan melalui penelitian, diskusi antarrekan se profesi, melalui penelitian, diskusi antarrekan se profesi, penelitian dan pengembangan membaca karya penelitian dan pengembangan membaca karya akademik kekinian dan sebagainya, sedangkan akademik kekinian dan sebagainya, sedangkan aksentasi peningkatan kemampuan praktis dapat aksentasi peningkatan kemampuan praktis dapat dilakukan melalui kegiatan belajar mandiri, dilakukan melalui kegiatan belajar mandiri, mengikuti pelatihan, studi banding, observasi mengikuti pelatihan, studi banding, observasi praktikal, dan lain lain menjadi bagian integral praktikal, dan lain lain menjadi bagian integral upaya profesionalisasi itu. upaya profesionalisasi itu.

Page 53: GURU PROFESIONAL,

Untuk pembentukan keprofesionalan guru Untuk pembentukan keprofesionalan guru diperkuat beberapa hal yang harus diperkuat beberapa hal yang harus dimilikinya dan terus disikapi oleh dimilikinya dan terus disikapi oleh pemerintah, yakni pemerintah, yakni

1.1. kemampuan intelektual yang perlu digali kemampuan intelektual yang perlu digali dan dipertajam dengan dan dipertajam dengan inputinput sains dan sains dan teknologi yang terkini, teknologi yang terkini,

2.2. pengetahuan spesialisasi yang terus pengetahuan spesialisasi yang terus dikembangkan sehingga menimbulkan dikembangkan sehingga menimbulkan kompetensi atau kompetensi atau skillskill yang inovatif, dan yang inovatif, dan

3.3. kemampuan mengkomunikasikan ilmu kemampuan mengkomunikasikan ilmu kepada siswa dan lingkungan sosial.kepada siswa dan lingkungan sosial.

Page 54: GURU PROFESIONAL,

Ketiga hal tersebut mengajak guru tidak hanya merasa Ketiga hal tersebut mengajak guru tidak hanya merasa puas dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui puas dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui bangku akademiknya saja, tetapi lebih jauh diharapkan bangku akademiknya saja, tetapi lebih jauh diharapkan mampu merencanakan dan mewujudkan strategi-mampu merencanakan dan mewujudkan strategi-strategi baru yang cerdas dan dinamis. strategi baru yang cerdas dan dinamis.

Guru harus terus membaca buku-buku pengetahuan Guru harus terus membaca buku-buku pengetahuan terkini, mengikuti informasi terkini, mengikuti informasi up to dateup to date surat kabar, surat kabar, mampu mengoperasikan komputer dan internet dan mampu mengoperasikan komputer dan internet dan senantiasa mengikuti pendidikan latihan (diklat) serta senantiasa mengikuti pendidikan latihan (diklat) serta melakukan penelitian terhadap perkembangan ilmu melakukan penelitian terhadap perkembangan ilmu yang diperoleh. yang diperoleh.

Menurut Widiani bahwa guru-guru di Jepang yang Menurut Widiani bahwa guru-guru di Jepang yang secara terus-menerus meningkatkan secara terus-menerus meningkatkan profesionalismenya dengan mengikuti diklat dan profesionalismenya dengan mengikuti diklat dan mendiskusikan kembali serta mengevaluasi diri.mendiskusikan kembali serta mengevaluasi diri.

Page 55: GURU PROFESIONAL,

Di Amerika Serikat, pengembangan tenaga Di Amerika Serikat, pengembangan tenaga kependidikan yang efektif dilakukan dengan beberapa kependidikan yang efektif dilakukan dengan beberapa model. model.

Crandall yang dikutip Danim (2002:45) mengemukakan Crandall yang dikutip Danim (2002:45) mengemukakan model-modelnya sebagai berikut model-modelnya sebagai berikut

1.1. model mentoring yaitu para praktisi atau guru model mentoring yaitu para praktisi atau guru berpengalaman merilis pengetahuannya atau berpengalaman merilis pengetahuannya atau memberikan mentor kepada praktisi yang kurang memberikan mentor kepada praktisi yang kurang berpengalaman, berpengalaman,

2.2. model praktik (terapan) berupa penautan antara hasil-model praktik (terapan) berupa penautan antara hasil-hasil riset yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan hasil riset yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan praktis, dan praktis, dan

3.3. model inkuiri yaitu pendekatan yang berbasis pada model inkuiri yaitu pendekatan yang berbasis pada guru-guru. Pada model ini guru-guru diharuskan aktif guru-guru. Pada model ini guru-guru diharuskan aktif menjadi peneliti, seperti membaca, bertukar pendapat, menjadi peneliti, seperti membaca, bertukar pendapat, melakukan observasi, menganalisa kritis dan melakukan observasi, menganalisa kritis dan merefleksikan pengalaman praktis.merefleksikan pengalaman praktis.

Page 56: GURU PROFESIONAL,

Pengembangan profesionalisme guru perlu Pengembangan profesionalisme guru perlu mendapat respons aktif dari semua pihak, mendapat respons aktif dari semua pihak, termasuk kepala sekolah, pihak penyelenggara termasuk kepala sekolah, pihak penyelenggara sekolah (yayasan bila swasta) dan pemerintah sekolah (yayasan bila swasta) dan pemerintah melalui pejabat yang berwenang. melalui pejabat yang berwenang.

Konkritnya, pemerintah jangan terlalu banyak Konkritnya, pemerintah jangan terlalu banyak menuntut kualitas pendidikan di negeri ini bila menuntut kualitas pendidikan di negeri ini bila tidak dibarengi dengan perhatian yang cukup tidak dibarengi dengan perhatian yang cukup serius. serius.

Kenyataan di lapangan, nasib guru masih Kenyataan di lapangan, nasib guru masih sangat memprihatinkan. sangat memprihatinkan.

Terlebih lagi guru swasta yang belum memiliki Terlebih lagi guru swasta yang belum memiliki ketegasan standar honor minimum.ketegasan standar honor minimum.

Page 57: GURU PROFESIONAL,

Dengan mengadopsi Slamet (2007:9-10) Dengan mengadopsi Slamet (2007:9-10) strategi yang dapat ditempuh dalam strategi yang dapat ditempuh dalam pencapaian kompetensi guru adalahpencapaian kompetensi guru adalah

1.1. mengikuti kuliah di Perguruan Tinggi sesuai dengan mengikuti kuliah di Perguruan Tinggi sesuai dengan bidangnya bagi guru yang belum memiliki kualifikasi bidangnya bagi guru yang belum memiliki kualifikasi akademik S1/DIV, bagi guru yang telah berkualifikasi akademik S1/DIV, bagi guru yang telah berkualifikasi S1/D4 seyogiyanya melanjutkan ke jenjang S2 S1/D4 seyogiyanya melanjutkan ke jenjang S2 terutama pada Program Studi Teknologi Pendidikan. terutama pada Program Studi Teknologi Pendidikan.

Menurut Depdiknas (2008:3) pada tahun 2008 Menurut Depdiknas (2008:3) pada tahun 2008 pemerintah memberikan subsidi peningkatan pemerintah memberikan subsidi peningkatan kualifikasi akademik bagi guru PNS dan bukan PNS kualifikasi akademik bagi guru PNS dan bukan PNS yang memenuhi syarat dan berada di bawah binaan yang memenuhi syarat dan berada di bawah binaan Depdiknas pada TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan PLB Depdiknas pada TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan PLB baik negeri maupun swasta untuk memperoleh baik negeri maupun swasta untuk memperoleh kualifikasi akademik S1/D4 sejumlah 270.000 guru,kualifikasi akademik S1/D4 sejumlah 270.000 guru,

Page 58: GURU PROFESIONAL,

2. mengikuti pendidikan profesi guru 2. mengikuti pendidikan profesi guru yang diselenggarakan Perguruan yang diselenggarakan Perguruan Tinggi terakreditasi yang ditunjuk Tinggi terakreditasi yang ditunjuk pemerintah, pemerintah,

3. mengikuti pelatihan dan lokakarya 3. mengikuti pelatihan dan lokakarya yang sesuai dengan bidang yang sesuai dengan bidang keahliannya, keahliannya,

4. mengikuti pelatihan penelitian 4. mengikuti pelatihan penelitian tindakan kelas tindakan kelas (classroom action (classroom action research)research) dan melaksanakannya di dan melaksanakannya di sekolah, sekolah,

Page 59: GURU PROFESIONAL,

5. mengikuti cara-cara penulisan karya 5. mengikuti cara-cara penulisan karya ilmiah di profesinya, ilmiah di profesinya,

6. mengikuti kegiatan forum ilmiah 6. mengikuti kegiatan forum ilmiah (seminar, semiloka, diskusi panel, (seminar, semiloka, diskusi panel, konferensi, temu ilmiah, dan konferensi, temu ilmiah, dan sebagainya),sebagainya),

7.7. belajar secara berkelompok melalui belajar secara berkelompok melalui KKG/MGMP/MGBK, KKG/MGMP/MGBK,

8.8. belajar mandiri dan dilakukan secara belajar mandiri dan dilakukan secara terus menerus, terus menerus,

9.9. mempelajari modul-modul pendidikan mempelajari modul-modul pendidikan guru berbasis kompetensi,guru berbasis kompetensi,

Page 60: GURU PROFESIONAL,

10.10. belajarlah dari kesalahan dan lakukan belajarlah dari kesalahan dan lakukan perbaikan atas kekurangannya, perbaikan atas kekurangannya,

11.11. berkunjung ke pusat-pusat kegiatan berkunjung ke pusat-pusat kegiatan ilmiah/pengembangan ilmu (LiPI, Pusat ilmiah/pengembangan ilmu (LiPI, Pusat Penelitian di Perguruan Tinggi, Laboratorium, Penelitian di Perguruan Tinggi, Laboratorium, Perpustakaan, dan sebagainya), Perpustakaan, dan sebagainya),

12.12. mengunjungi sekolah-sekolah yang unggul mengunjungi sekolah-sekolah yang unggul (best practices and lessons learned)(best practices and lessons learned), ,

13.13. mengunjungi dan berdialog dengan guru-mengunjungi dan berdialog dengan guru-guru tangguh, guru tangguh,

14.14. melakukan pemagangan kepada guru-guru melakukan pemagangan kepada guru-guru yang terbukti unggul, yang terbukti unggul,

15.15. membaca buku-buku, majalah-majalah, membaca buku-buku, majalah-majalah, jurnal-jurnal dan hasil-hasil penelitian di jurnal-jurnal dan hasil-hasil penelitian di profesinya, profesinya,

Page 61: GURU PROFESIONAL,

16. kunjungan ke dunia usaha/dunia 16. kunjungan ke dunia usaha/dunia industri, industri,

17. pengalaman kerja di dunia 17. pengalaman kerja di dunia usaha/dunia industri, usaha/dunia industri,

18. mengunjungi pusat-pusat sumber 18. mengunjungi pusat-pusat sumber belajar, penerbit-penerbit, dan belajar, penerbit-penerbit, dan tempat-tempat lain yang memiliki tempat-tempat lain yang memiliki sumber belajar,sumber belajar,

Page 62: GURU PROFESIONAL,

19. menjadi anggota organisasi profesi dan 19. menjadi anggota organisasi profesi dan berpartisipasi di dalamnya, berpartisipasi di dalamnya,

20. menulis artikel yang dipublikasikan di jurnal-20. menulis artikel yang dipublikasikan di jurnal-jurnal profesinya, jurnal profesinya,

21. memanfaatkan internet (web-site) dan 21. memanfaatkan internet (web-site) dan membangun jaringan dengan pihak-pihak yang membangun jaringan dengan pihak-pihak yang relevan pada bidangnya, relevan pada bidangnya,

22. menghadiri ceramah-ceramah/presentasi-22. menghadiri ceramah-ceramah/presentasi-presentasi ilmiah oleh para ahli, presentasi ilmiah oleh para ahli,

23. membaca media masa agar dapat mengetahui 23. membaca media masa agar dapat mengetahui perkembangan mutakhir di profesinya, perkembangan mutakhir di profesinya,

24. memiliki perpustakaan pribadi di rumahnya, 24. memiliki perpustakaan pribadi di rumahnya,

Page 63: GURU PROFESIONAL,

25. mengikuti lomba-lomba karya ilmiah di 25. mengikuti lomba-lomba karya ilmiah di bidangnya, baik tingkat lokal, nasional, bidangnya, baik tingkat lokal, nasional, dan internasional, dan internasional,

26. pertukaran guru antar sekolah, 26. pertukaran guru antar sekolah,

27. tutorial oleh teman sejawat di sekolahnya 27. tutorial oleh teman sejawat di sekolahnya sendiri, sendiri,

28. biasakan membaca selama dua jam per 28. biasakan membaca selama dua jam per hari, baik pada bidangnya, maupun hari, baik pada bidangnya, maupun didang terkait, didang terkait,

Page 64: GURU PROFESIONAL,

29. terapkan delapan kebiasaan perilaku tangguh, 29. terapkan delapan kebiasaan perilaku tangguh, yakni yakni

(a)(a) proaktif, proaktif,

(b)(b) setiap kegiatan mengacu pada tujuan yang jelas, setiap kegiatan mengacu pada tujuan yang jelas,

(c)(c) buat prioritas (penting dan segera), buat prioritas (penting dan segera),

(d)(d) berpikir menang-menang (saling menghidupi), berpikir menang-menang (saling menghidupi),

(e)(e) mendengar lebih dahulu, baru minta didengar, mendengar lebih dahulu, baru minta didengar,

(f)(f) bersinergi (kerja sama kreatif), bersinergi (kerja sama kreatif),

(g)(g) inovasi (pembaruan) terus menerus, dan inovasi (pembaruan) terus menerus, dan

(h)(h) spirit tinggi untuk maju (berpikir, bersemangat spirit tinggi untuk maju (berpikir, bersemangat dan bertindak lebih baik), dan bertindak lebih baik),

Page 65: GURU PROFESIONAL,

30. kehidupan adalah perubahan, tanpa 30. kehidupan adalah perubahan, tanpa perubahan tidak ada kehidupan dalam perubahan tidak ada kehidupan dalam diri kita. diri kita. Oleh karena itu, sekecil Oleh karena itu, sekecil apapun kita harus melakukan apapun kita harus melakukan perubahan berupa peningkatan/ perubahan berupa peningkatan/ pengembangan, dan pengembangan, dan

31. lakukan yang terbaik, jalan menuju 31. lakukan yang terbaik, jalan menuju puncak akan terbuka.puncak akan terbuka.

Page 66: GURU PROFESIONAL,

E. Tugas GuruE. Tugas Guru1.1. merencanakan pembelajaran; merencanakan pembelajaran; 2.2. melaksanakan pembelajaran (a) kegiatan awal tatap melaksanakan pembelajaran (a) kegiatan awal tatap

muka, (b) kegiatan tatap muka, (c) membuat resume muka, (b) kegiatan tatap muka, (c) membuat resume proses tatap muka; proses tatap muka;

3.3. menilai hasil pembelajaran (a) penilaian dengan tes,. menilai hasil pembelajaran (a) penilaian dengan tes,. (b) penilaian non tes berupa pengamatan dan (b) penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran sikap, (c) penilaian non tes berupa pengukuran sikap, (c) penilaian non tes berupa penilaian hasil karya; penilaian hasil karya;

4.4. membimbing dan melatih peserta didik (a) bimbingan membimbing dan melatih peserta didik (a) bimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran, (b) dan latihan pada kegiatan pembelajaran, (b) bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler, bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikuler, (c) bimbingan dan latihan dalam kegiatan (c) bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikuler; dan ekstrakurikuler; dan

5.5. melaksanakan tugas tambahan sebagai (a) kepala melaksanakan tugas tambahan sebagai (a) kepala sekolah, dan (b) wakil kepala sekolah.sekolah, dan (b) wakil kepala sekolah.

Page 67: GURU PROFESIONAL,

F. Beban Kerja dan Tunjangan F. Beban Kerja dan Tunjangan Profesi Guru Profesi Guru

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 35 ayat (2) tentang Guru dan Dosen pasal 35 ayat (2) dinyatakan bahwa beban kerja guru mengajar dinyatakan bahwa beban kerja guru mengajar sekurang-kurangnya 24 jam dan sebanyak-sekurang-kurangnya 24 jam dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka per minggu. banyaknya 40 jam tatap muka per minggu.

Bahkan menurut Depdiknas (2008.d:3) Bahkan menurut Depdiknas (2008.d:3) sebagai tenaga profesional, guru baik PNS sebagai tenaga profesional, guru baik PNS maupun bukan PNS dalam melaksanakan maupun bukan PNS dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban memenuhi jam kerja tugasnya berkewajiban memenuhi jam kerja yang setara dengan beban kerja pegawai yang setara dengan beban kerja pegawai lainnya yaitu 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) lainnya yaitu 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (@ 60 menit) per minggu. jam kerja (@ 60 menit) per minggu.

Page 68: GURU PROFESIONAL,

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Bagi Guru Dalam Jabatan mengamanatkan bahwa guru yang telah mengamanatkan bahwa guru yang telah memperoleh sertifikat pendidik, nomor memperoleh sertifikat pendidik, nomor registrasi, dan telah memenuhi beban registrasi, dan telah memenuhi beban kerja mengajar minimal 24 jam tatap kerja mengajar minimal 24 jam tatap muka per minggu memperoleh tunjangan muka per minggu memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok. profesi sebesar satu kali gaji pokok.

Page 69: GURU PROFESIONAL,

pasal 1 ayat 1 Permendiknas pasal 1 ayat 1 Permendiknas Nomor 36 Tahun 2007Nomor 36 Tahun 2007

guru yang telah memiliki sertifikat pendidik dan nomor registrasi guru yang telah memiliki sertifikat pendidik dan nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan Nasional diberikan tunjangan guru dari Departemen Pendidikan Nasional diberikan tunjangan profesi dengan ketentuan profesi dengan ketentuan

(1) beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) (1) beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam pelajaran tatap muka dalam satu minggu bagi guru kelas dan jam pelajaran tatap muka dalam satu minggu bagi guru kelas dan guru mata pelajaran, guru mata pelajaran,

(2) beban kerja guru sekurang-kurangnya 6 (enam) jam pelajaran (2) beban kerja guru sekurang-kurangnya 6 (enam) jam pelajaran tatap muka dalam satu minggu bagi guru yang mendapat tugas tatap muka dalam satu minggu bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah, tambahan sebagai kepala sekolah,

(3) beban kerja guru sekurang-kurangnya 12 (dua belas) jam (3) beban kerja guru sekurang-kurangnya 12 (dua belas) jam pelajaran tatap muka dalam satu minggu bagi guru yang pelajaran tatap muka dalam satu minggu bagi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah, dan mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah, dan

(4) tugas bimbingan kepada sekurang-kurangnya 150 (seratus (4) tugas bimbingan kepada sekurang-kurangnya 150 (seratus lima puluh) peserta didik bagi guru bimbingan dan konseling.lima puluh) peserta didik bagi guru bimbingan dan konseling.

Page 70: GURU PROFESIONAL,

Guru yang tidak dapat memenuhi bebabn kerja Guru yang tidak dapat memenuhi bebabn kerja minimum 24 jam tatap muka karena struktur program minimum 24 jam tatap muka karena struktur program kurikulum dapat diberi tugas sebagai berikut kurikulum dapat diberi tugas sebagai berikut

1.1. mengajar di Sekolah atau Madrasah lain baik negeri, mengajar di Sekolah atau Madrasah lain baik negeri, maupun swasta sesuai dengan mata pelajaran yang maupun swasta sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, diampu,

2.2. menjadi Guru Bina/Pamong pada Pendidikan Terbuka, menjadi Guru Bina/Pamong pada Pendidikan Terbuka, atau atau

3.3. mengajar pada Program Kelompok Belajar Paket A, mengajar pada Program Kelompok Belajar Paket A, Paket B, dan Paket C sesuai bidangnya, namun wajib Paket B, dan Paket C sesuai bidangnya, namun wajib melaksanakan beban kerja minimum 12 (dua belas) melaksanakan beban kerja minimum 12 (dua belas) jam tatap muka per minggu pada satuan pendidikan jam tatap muka per minggu pada satuan pendidikan tempat guru diangkat sebagai Guru Tetap. tempat guru diangkat sebagai Guru Tetap.

Pembagian tugas bagi guru tersebut diterbitkan Pembagian tugas bagi guru tersebut diterbitkan bersama oleh Kepala Sekolah pada Satuan Pendidikan bersama oleh Kepala Sekolah pada Satuan Pendidikan tempat guru diangkat sebagai guru tetap dan Kepala tempat guru diangkat sebagai guru tetap dan Kepala Sekolah/Kepala Kelompok Belajar tempat guru Sekolah/Kepala Kelompok Belajar tempat guru mendapat tambahan jam mengajar serta diketahui mendapat tambahan jam mengajar serta diketahui oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Page 71: GURU PROFESIONAL,

Penyaluran tunjangan profesi bagi guru Penyaluran tunjangan profesi bagi guru dilakukan dengan ketentuan dilakukan dengan ketentuan

1. Guru yang telah memperoleh Sertifikat Pendidik menyampaikan 1. Guru yang telah memperoleh Sertifikat Pendidik menyampaikan kelengkapan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai kelengkapan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai berikut:berikut:

Foto Copy Sertifikat Pendidik yang dilegalisasi oleh Lembaga Foto Copy Sertifikat Pendidik yang dilegalisasi oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang mengeluarkan,Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang mengeluarkan,

Foto Copy SK Kenaikan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala Foto Copy SK Kenaikan Pangkat dan Kenaikan Gaji Berkala terakhir bagi guru PNS yang telah dilegalisasi oleh Kepala terakhir bagi guru PNS yang telah dilegalisasi oleh Kepala Sekolah yang bersangkutan,Sekolah yang bersangkutan,

Foto Copy Impassing Jabatan Fungsional Guru bukan PNS Foto Copy Impassing Jabatan Fungsional Guru bukan PNS yang dilegalisasi oleh Kepala Sekolah atau Penyelenggara yang dilegalisasi oleh Kepala Sekolah atau Penyelenggara Satuan Penidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat,Satuan Penidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat,

Surat Keterangan bebabn kerja sebagai guru dari Kepala Sekolah Surat Keterangan bebabn kerja sebagai guru dari Kepala Sekolah pada Satuan Pendidikan tempat guru diangkat sebagai guru tetap, pada Satuan Pendidikan tempat guru diangkat sebagai guru tetap,

Foto Copy Nomor Rekening Bank/Pos guru yang bersangkutan. Foto Copy Nomor Rekening Bank/Pos guru yang bersangkutan.

Page 72: GURU PROFESIONAL,

2.menerbitkan surat keputusan penetapan 2.menerbitkan surat keputusan penetapan guru penerima tunjangan profesi kepada guru penerima tunjangan profesi kepada Menteri Pendidikan Nasional,Menteri Pendidikan Nasional,

3.Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu 3.Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik dan Tenaga Kependidikan melaksanakan proses pencairan melaksanakan proses pencairan pembayaran tunjangan profesi berdasarkan pembayaran tunjangan profesi berdasarkan surat keputusan melalui Bank/Pos,surat keputusan melalui Bank/Pos,

4.Bank/Pos melakukan penyaluran dana 4.Bank/Pos melakukan penyaluran dana tunjangan profesi ke nomor rekening guru tunjangan profesi ke nomor rekening guru penerima tunjangan profesi. penerima tunjangan profesi.

Page 73: GURU PROFESIONAL,

Guru yang terdaftar sebagai peserta sertifikasi Guru yang terdaftar sebagai peserta sertifikasi guru tahun 2006 dan telah lulus sertifikasi guru guru tahun 2006 dan telah lulus sertifikasi guru dalam jabatan:dalam jabatan:

sebelum bulan Oktober 2007, mendapat sebelum bulan Oktober 2007, mendapat tunjangan profesi terhitung mulai 1 Oktober tunjangan profesi terhitung mulai 1 Oktober 2007,2007,

pada bulan Oktober 2007, mendapat tunjangan pada bulan Oktober 2007, mendapat tunjangan profesi terhitung mulai 1 Nopember 2007,profesi terhitung mulai 1 Nopember 2007,

pada bulan Nopember 2007, mendapat pada bulan Nopember 2007, mendapat tunjangan profesi terhitung mulai 1 Desember tunjangan profesi terhitung mulai 1 Desember 2007,2007,

pada bulan Desember 2007, mendapat pada bulan Desember 2007, mendapat tunjangan profesi terhitung mulai 1 Januari tunjangan profesi terhitung mulai 1 Januari 2008.2008.

Page 74: GURU PROFESIONAL,

Guru yang terdaftar sebagai peserta Guru yang terdaftar sebagai peserta sertifikasi guru tahun 2007 dan telah lulus sertifikasi guru tahun 2007 dan telah lulus sebelum bulan Januari 2008 mendapat sebelum bulan Januari 2008 mendapat tunjangan profesi terhitung mulai 1 Januari tunjangan profesi terhitung mulai 1 Januari 2008.2008.

Page 75: GURU PROFESIONAL,

Tunjangan profesi guru Tunjangan profesi guru dibebankan oleh Anggaran dibebankan oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN).(APBN). Pembayaran tunjangan profesi dapat dihentikan apabila:Pembayaran tunjangan profesi dapat dihentikan apabila:1. guru meninggal dunia,1. guru meninggal dunia,2. guru mencapai batas usia pensiun atau setinggi-tingginya mencapai 2. guru mencapai batas usia pensiun atau setinggi-tingginya mencapai

usia 60 tahun,usia 60 tahun,3. mengundurkan diri sebagai guru atas permintaan sendiri atau alih 3. mengundurkan diri sebagai guru atas permintaan sendiri atau alih

tugas bukan sebagai guru,tugas bukan sebagai guru,4.4. melalaikan tugas sebagai guru sesuai dengan ketentuan yang melalaikan tugas sebagai guru sesuai dengan ketentuan yang

berlaku,berlaku,5.5. berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama antara berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama antara

guru dan penyelenggara pendidikan,guru dan penyelenggara pendidikan,6.6. guru melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama,guru melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama,7.7. guru yang bersangkutan dinyatakan bersalah karena tindak pidana guru yang bersangkutan dinyatakan bersalah karena tindak pidana

oleh pengadilan dan telah memiliki kekuatan hukum tetap, danoleh pengadilan dan telah memiliki kekuatan hukum tetap, dan8.8. 8. beban kerja guru kurang dari yang dipersyaratkan.8. beban kerja guru kurang dari yang dipersyaratkan.