meningitis

Download Meningitis

If you can't read please download the document

Upload: dennyrichardsahertian

Post on 17-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

meningitis

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS DAN ENCEPHALITIS PADA ANAKDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah Keperawatan Anak

OLEH : KELOMPOK 3ERNA YULIANA (4002130156)GUNAWAN WAHDANU (4002130078)HOSI NASHIHAH B (4002130046)IIS NIA KUSNIAWATI (4002130066)LIA YULIANTI (4002130149)KELAS B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN EKSTENSISEKOLAH TINGGI KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG2014BAB IPENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANGSistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir. Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (Volunter) dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (Involunter). Jawaban yang volunter melibatkan sistem saraf somatis sedangkan yang involunter melibatkan sistem saraf otonom. Yang berfungsi sebagai efektor dari sisteSistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf (neuron) yang tersusun membentuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi (perifer) merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Stimulus (Rangsangan) yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh untuk mampu mengadaptasinya sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi berlangsung melalui kegiatan sistem saraf disebut sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit. Stimulus diterima oleh reseptor (penerima rangsang) sistem saraf yang selanjutnya akan dihantarkan oleh sistem saraf tepi ke sistem saraf pusat. Di sistem saraf pusat impuls diolah untuk kemudian meneruskan jawaban (Respon) kembali melalum saraf somatis adalah otot rangka sedangkan untuk sistem saraf otonom, efektornya adalah otot polos, otot jantung dan kelenjar sebasea.

Secara garis besar sistem saraf mempunyai empat fungsi yaitu : Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh melalui saraf sensori (Afferent Sensory Pathway). Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. Mengolah informasi yang diterima baik di tingkat medula spinalis maupun di otak untuk selanjutnya menentukan jawaban (respon). Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik (Efferent Motorik Pathway) ke organ-organ tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. (Depkes : 1995)

2. TUJUANAdapun tujuan dari makalah ini adalah menjelaskan pengertian sampai pada penatalaksanaan sistem persyarafan khususnya pada penyakit Meningitis.

BAB IIPEMBAHASAN1. PENGERTIAN MENINGITISMeningitis adalah peradangan pada susunan saraf, radang umum pada araknoid dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Arief Mansjoer : 2000)Meningitis adalah peradangan yang hebat pada selapus otak.Peradangan itu mungkin terjadi sesudah serangan otitis media,radang mastoid,abses otak ,malahan radang tonsil. Sesuatu retak pada tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus mungkin mengakibatkan radang selaput otak. (Clifford R Anderson : 1975)Meningitis adalah Infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi otak dan medula spinalis). Infeksi ini dapat disebabkan oleh : Bakteri, seperti pneumococcus, meningecoccus, stapilococcus, streptococcus, salmonella, dll. Virus, seperti Hemofilus influenza dan herpes simplex. (Depkes : 1995)

Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses serebrospinal. (Harsono : 1996). 2. PATOFISIOLOGI Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara hematogen / langsung menyebar di nasofaring, paru-paru (pneumonia, bronkopneumonia) dan jantung (endokarditis), selain itu per kontinuitatum di peradangan organ / jaringan di dekat selaput otak misalnya abses otak, otitis media, martoiditis dan trombosis, sinus kavernosus. Invasi kuman (meningokok, pneumokok, hemofilus influenza, streptokok) ke dalam ruang subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS dan sistem ventrikulus. Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang mengalami hiperemi, dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subaraknoid, kemudian terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu ke 2 sel-sel plasma. Eksudat terbentuk dan terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung leukosit, polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag. Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga terjadi obstruksi, selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan intrakranial. Organisme masuk melalui sel darah merah, dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem saraf pusat. Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan otak, eksudasi. Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron. Dengan demikian meningitis dapat dianggap sebagai ensefalitis superfisial. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang fibrino purulen menyebabkan kelainan nervi kraniales (Nn. III, IV, VI, VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat menghambat aliran dan absorbsi CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus komunikans. (Harsono : 1996).Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan berbagai cara antara lain : Hematogen atau limpatik Perkontuinitatum Retograd melalui saraf perifer Langsung masuk cairan serebrospinal

Efek peradangan tersebut dapat mengenai lapisan meningen dan ruang-ruang yang berada diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi ini disebut meningo-encephalitis. Efek patologis yang terjadi antara lain : Hyperemia Meningens Edema jaringan otak Eksudasi

Perubahan-perubahan tersebut akan memberikan dampak terhadap peningkatan tekanan intra kranial dan hydrocephalus (pada anak-anak). Hydrocephalus terjadi bila eksudat (lebih sering terjadi pada infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan cerebrospinal juga eksudat tadi dapat menetap di jaringan otak dan menyebabkan abses otak. (Depkes : 1995) 3. MANIFESTASI KLINIK Keluhan pertama biasanya Nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menyebar ke tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi, kesadaran menurun. Tanda Kernig&Brudzinsky positif. (Arief Mansjoer : 2000)Terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan, kejang, nafsu makan berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi diare, biasanya disertai septicemia dan pneumonitis. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan penyebab hemofilus influenza, 25% streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan 10% oleh infeksi meningokok. Gangguan kesadaran berupa apati, letargi, renjatan, koma. Selain itu dapat terjadi koagulasi intravaskularis diseminata. Tanda-tanda iritasi meningeal seperti kaku kuduk, tanda kernig brudzinski dan fontanela menonjol untuk sementara waktu belum timbul. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, permulaan penyakit juga terjadi akut dengan panas, nyeri kepala yang bisa hebat sekali, malaise umum, kelemahan, nyeri otot dan nyeri punggung. Biasa dimulai dengan gangguan saluran pernapasan bagian atas. Selanjutnya terjadi kaku kuduk, opistotonus, dapat terjadi renjatan, hipotensi dan taki kardi karena septicemia. Gangguan kesadaran berupa letargi sampai koma yang dalam dapat dijumpai pada penderita. Nyeri kepala dapat hebat sekali, rasanya seperti mau pecah dan bertambah hebat bila kepala digerakkan. Nyeri kepala dapat disebabkan oleh proses radang pembuluh darah. Meningeal, tetapi juga dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial yang disertai fotofobi dan hiperestesi, suhu badan makin meningkat, tetapi jarang disertai gemetar (chills). (Harsono : 1996)TANDA DAN GEJALA 1. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan edema serebral / penyumbatan aliran darah2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi 3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular4. Risiko tinggi terhadap trauma / injuri berhubungan dengan aktifitas kejang umum. 5. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan, daya tahan tubuh yang lemah. Ditandai dengan gejala menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah, diare, tonus otot kurang, menangis lemah. Pada anak dan remaja biasanya terdapat tanda dan gejala demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi, foto fobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinski positif, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal).

PENYEBAB Penyebab meningitis adalah bakteri ; pneumococus; meningococus; stapilococus; streptococus; salmonella; virus; hemofilus influenza; herpes simplek; atau oleh karena luka / pembedahan atau injuri pada sistem persarafan. (Arief Mansjoer : 2000)(Marilym E. Donges : 1999)4. KLASIFIKASIMeningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu meningitis Tuberkulosis Generalisata dan meningitis purulenta. Meningitis Tuberkulosis Generalisata adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terjadinya adalah Mycobacterium Tuberculosa, Penyebab lain seperti Lues, Virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia. Meningitis Purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitidis (meningokok), Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia Coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa. Meningitis Tuberkulosis Generalisata Manifestasi Klinis Penyakit ini dimulai akut, subakut atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal, marah-marah, obstipasi, muntah-muntah. Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada pemeriksaan terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda perangsangan meningen lainnya. Suhu badan naik turun, kadang-kadang suhu malah merendah, nadi sangat stabil, lebih sering dijumpai nadi yang lambat, abdomen nampak mencekung. Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf ini. Yang sering terkena nervus III & VII. Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal, monoparesis, hemiparesis, dan gangguan sensibilitas. Tanda-tanda khas penyakit ini adalah Apatis, refleks pupil yang lambat dan refleks-refleks tendo yang lemah. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Darah Dilakukan pemeriksaan kadar hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit. Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu pada meningitis tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED. 2. Cairan Otak Periksa lengkap termasuk pemeriksaan mikrobiologis. Pada meningitis serosa diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang jernih meskipun mengandung sel dan jumlah protein yang meninggi. 3. Pemeriksaan Radiologis - Foto data - Foto kepala - Bila mungkin CT Scan. Penatalaksanaan a. Medis 1. Rejimen terapi : 2 HRZE 7RH. 2 Bulan Pertama : INH : 1 x 400 mg / hari, oral Rifampisin : 1 x 600 mg / hari, oral Pirazinamid : 15-30 mg / kg / hari, oral Streptomisin a/ : 15 mg / kg / hari, oral Etambutol : 15-20 mg / kg / hari, oral. 2. Steroid diberikan untuk - Menghambat reaksi inflamasi - Mencegah komplikasi infeksi - Menurunkan edema serebri - Mencegah perlekatan - Mencegah arteritis / infark otak. 3. Indikasi Kesadaran menurun Defisit neurologis fokal.

4. Dosis Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 x 5 mg intravena selama 2-3 minggu, selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan. Disamping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan deksametason untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan antara araknoid dan otak. Meningitis Purulenta Manifestasi Klinis Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, dan kesadaran menurun.

Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Darah Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur. Pada meningitis purulenta di dapatkan peningkatan leukosit dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis. 2. Cairan Serebrospinal : lengkap & kultur Pada meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang keruh karena mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang hidup dan mati, jaringan yang mati dan bakteri. 3. Pemeriksaan Radiologis - Foto kepala : periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi- Foto dada. Penatalaksanaan Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif, suportif untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa diberikan obat sebagai berikut : Kombinasi Ampisilin 12-18 gr, Kloramfenikol 4 gr, Intravena dalam dosis terbagi 4 x / hari. Dapat ditambahkan campuran Trimetoprim 80 mg, Sulfametoksazol 400 mg Intravena. Dapat pula ditambahkan Seftriakson 4-6 gr Intravena. (Arief Mansjoer : 2000)

5. DIAGNOSIS PENUNJANGAdanya gejala-gejala seperti panas yang mendadak dan tidak dapat diterangkan sebabnya, letargi, muntah, kejang dan lain-lainya harus difikirkan kemungkinan meningitis. Diagnosis pasti adalah dengan pemeriksaan CSS melalui fungsi lumbal. Pada setiap penderita dengan iritasi meningeal,apalagi yang berlangsung beberapa hari atau dengan gejala-gejala kemungkinan meningitis atau penderita dengan panas yang tidak diketahui sebabnya, harus dilakukan fungsi lumbal. Kadang-kadang pada fungsi lumbal pertama tidak didapatkan derita yang sebelumnya telah mendapat pengobatan antibiotika,tetapi pada pembiakan ternyata ada bakteri. Walaupun fungsi lumbal merupakan faktor resiko untuk terjadi meningitis, untuk kepentingan diagnosis cara ini mutlak dilakukan.Bila terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial (koma, kekakuan descrebrasi, reaksi cahaya negatif) dapat dilakukan fungsi melalui sisterna makna. Cara ini untuk menghindarkan terjadinya dekompresi dibawah foramen maknum dan herniasi tonsila cerebellum. Bila tekanan permukaan CSS di atas 200 mmH2O, sebaiknya diberikan manitol 0,25 -0,50 mg/kg BB secara bolus segera sesudah fungsi lumbal untuk menghindari herniasi otak. Jumlah CSS yang diambil secukupnya untuk pemeriksaan. Pada umumnya tekanan CSS 200-500 mmH2O dan CSS tampak kabur, keruh dan purulen.Pada meningitis bacterial stadium akut terdapat leukosit polimor fonukleat. Jumlah sel berkisar antara 1000-10000 dan pada kasus tertentu bisa mencapai 100000/mm3 , dapat disertai sedikit eritrosit. Bila jumlah sel diatas 50.000/mm3 , maka kemungkinannya adalah abses otak yang pecah dan masuk ke dalam ventrikulus. (Harsono : 1996)a. Pemeriksaan cairan serebrospinalis baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis. - Warna (Infeksi bakteri = purulent, infeksi virus dan tuberculosis = Xantocrom) - Tekanan meningkat - Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat - Protein meningkat - Glukosa menurun - None (+)- Pandi (+).

b. Pemeriksaan Tambahan Darah lengkap, LEDKultur darah Foto kepala, thorax, vertebraKultur Swab hidung dan tenggorokan

- EEG, CT Scan Otak. (Depkes : 1995)6. PENATALAKSANAANInfeksi Intrakranial Lapisan yang menutupi otak dan medulla spinalis (Meningitis). Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau jamur (fungi) dan hasilnya / penyembuhannya dapat komplet (sembuh total) sampai pada menimbulkan penurunan neurologis dan juga sampai terjadi kematian. MEDIS 1. PEMBERIAN ANTIBIOTIK Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri penyebabnya dan dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu hasil biakan sebaiknya diberikan antibiotic dengan spectrum luas. Antibiotic diberikan selama 10 14 hari atau sekurang-kurangnya 7 hari setelah demam bebas. Pemberian antibiotic sebaiknya secara parental. Kadang kadang pada pemberian antibiotic selama 4 hari, tiba-tiba suhu meningkat lagi. Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh flebitis di tempat pemberian cairan parental atau intravena. Sementara itu, suhu yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh pemberian antibiotic yang tidak tepat atau dosis yang tidak cukup atau telah terjadi efusi subdural,empiema, atau abses otak. Penisilin G diberikan untuk mengatasi infeksi pneumokok, streptokok dan meningokok dengan dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam. Terhadap infeksi hemofilus sebaiknya diberikan kloramfenikol 4 x 1 gram/24 jam atau ampisilin 4 x 3 gram setiap 24 jam intravena. Untuk meningkok dipakai sulfadiazine sampai 12 x 500 mg dalam 24 jam selama kurang lebih 10 hari. Gentamisin dipergunakan untuk memberantas Escheria coli, klebsiela, proteus, dan kuman-kuman gram negatif. 2. MANAJEMEN TERAPI1). Isolasi 2). Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur3). Mempertahankan dehidrasi,monitor balance cairan (hubungan dengan edema serebral) 4). Mencegah dan mengobati komplikasi5). Mengontrol kejang6). Mempertahankan ventrilasi7). Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial8). Penatalaksanaan syok septik9). Mengontrol perubahan suhu lingkungan. (Harsono : 1996) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Analisa CSS dari fungsi lumbal : Meningitis bakterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya hanya dengan prosedur khusus. Glukosa serum : Meningkat (meningitis). LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri). Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri). Elektrolit darah : Abnormal. ESR / LED : Meningkat (pada meningitis). Kultur darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi. MRI / CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor. EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis) atau voltasenya meningkat (abses). Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi kranial. Arteriografi karotis : Letak abses lobus temporal, abses serebral posterior. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PEMERIKSAAN FISIK 1. Testing Cerebral Function Status mental a. Pemeriksaan orientasi Tanya klien tentang :Nama Negara kita Nama Ibukota Negara kitaTempat tinggalTempat lahirAlamat sekolah

Tanya klien tentang :Hari apa Tanggal berapaJam berapaBulan berapaTahun berapa

2. Pemeriksaan daya ingat Klien diperlihatkan sendok, garpu dan bolpoint selama kurang lebih 1 detikMinta klien untuk menyebutkan nama benda. 3. Perhatian dan perhitungan Tanya klien tentang perhitungan : 4. Fungsi bahasaPerlihatkan orang coba penghapus dan penggaris, Tanya nama benda tersebutMinta orang coba untuk mengatakan jika tidak atau andai tetapiMinta orang coba untuk mengambil penggaris dari baki, diketukkan 3 kali di baki, serahkan ke temannyaPerlihatkan kertas perintah pada orang coba.

Tingkat kesadaran 1. Alert Klien dapat merespon dengan tepat terhadap stimulus audio, tactil, visual Orientasi (orang, tempat,waktu) baik. 2. Lethargi Sering tidur/ngantuk Klien dapat bangun dengan mudah bila dirangsang denghan suara Respon tepat. 3. Obtuned Klien akan bangun diranhsang suara lebih keras atau menepuk dadanya Klien akan tidur lagi setelah bangun Respon tepat. 4. Stuport Ada respon terhadap nyeri Klien tidak sadar penuh selama stimulasi Withdrawl refleks. 5. Comatase Tidak ada respond an refleks terhadap stimulus Flaccid muscle tone pada tangan dan kaki. 1. Pengkajian bicara Proses Resiptive Kaji cara pengucapan, kemampuan baca. Beri pertanyaan yang sederhana yang memerlukan jawaban lebih dari satu kata. Kemudian minta klien untuk membaca. 2. Pengkajian bicara Proses Expressive Kemudian untuk mengekspresikan sesuatu, perhatikan apakah bicara klien lancar,spontan,jelas. Sesuaikan dengan usia dan pendidikan klien. (Suradi Efendi : 2005 MASALAH DAN INTERVENSI KEPERAWATAN Masalah keperawatan yang mungkin dijumpai pada klien dengan infeksi susunan saraf pusat (meningitis, encephalitis, abses otak) serta intervensinya : 1. Potensial penyebaran infeksi Kemungkinan penyebab : Proses peradangan Cairan tubuh yang statis Daya tahan tubuh yang kurang.

Tujuan dan kriteria evaluasi Sampai terjadi penyembuhan, infeksi sekunder tidak terjadi. Intervensi Keperawatan Isolasi klien Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan setiap kali kontak dengan klien baik itu pengunjung maupun petugas

3. Hindarkan klien dari orang-orang yang mengalami ISPA baik petugas maupun pengunjung4. Observasi secara teratur tiap 4-6 jam suhu tubuh klien.5. Kaji kemungkinan adanya nyeri dada, nadi yang tidak teratur ataupun panas tubuh yang menetap. 6. Auskultasi bunyi nafas, pola dan frekuensinya 7. Lakukan perubahan posisi secara teratur dan anjurkan klien untuk nafas dalam 8. Observasi urine out put : warna, bau, jumlah. Tindakan Kolaboratif a. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian antibiotik baik secara IV maupun Intra thecal.b. Kolaborasi terhadap kemungkinan pembedahan. 2. Gangguan perfusi serebral Kemungkinan penyebab : HypovolemiaUdema serebral Sirkulasi darah ke otak yang kurang

Tujuan / kriteria hasil Kesadaran baik Fungsi motorik dan sensorik baik Tanda-tanda vital stabil Nyeri kepala berkurang atau hilang Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.

Intervensi Keperawatan - Klien bed rest dengan posisi terlentang atau posisi elevasi 15 450 sesuai indikasi. Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam (waspada terhadap terjadinya peningkatan sistolik, tekanan nadi yang meningkat, nadi, pernapasan yang tidak teratur Monitor status neurologik secara teratur dan bandingkan dengan data-data sebelumnya Kaji adanya kaku kuduk, Twitching, iritabilitas dan kejang-kejang Cegah kemungkinan peningkatan suhu tubuh dengan mengurangi pakaian, selimut dan bila panas berikan kompres Monitor intake dan out put, catat karakteristik urine, turgor kulit dan kondisi membran mukosaBantu klien menghindari batuk, muntah dan obstipasi. Anjurkan klien untuk merubah-rubah posisinya Ciptakan kenyamanan dengan melakukan massage pada punggung, lingkungan yang hangat, sentuhan yang lembut dan hindarkan suara-suara yang keras Berikan waktu untuk istirahat diantara aktivitas-aktivitas dan hindarkan prosedur yang terlalu lama.

Tindakan Kolaboratif a. Kolaborasi untuk pemberian cairan intravena baik elektrolit atau cairan hipertonis. b. Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas darah c. Kolaborasi pemberian oksigen d. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti steroid, chlorpromazine, acetaminophen. 3. Potensial terjadinya trauma Kemingkinan penyebab : Kelelahan, paralise, parasthesia, ataxia, vertigo Rangsangan kejang

Tujuan / kriteria hasil : tidak terjadi trauma. Intervensi Beri papan pengaman di sisi tempat tidur Siapkan mesin penghisap lendir di sisi tempat tidur Awasi klien selama terjadi kejang Hindarkan penekanan pada tubuh selama terjadi kejang Mempertahankan bed rest selama fase akut Bantu klien dalam mobilisasi

Tindakan Kolaboratif Kolaborasi pemberian terapi seperti dilantin dan luminal. 4. Perubahan rasa nyaman : Nyeri Kemungkinan penyebab : Proses peradangan / infeksi Sirkulasi toxin

Tujuan / kriteria hasil Nyeri berkurang atau hilang Klien tampak relak Klien dapat tidur dan istirahat dengan baik.

Intervensi Ciptakan lingkungan yang tenang, jauh dari stimulus yang berlebihan seperti kebisingan, cahaya yang berlebih / silau Pertahankan tetap bed rest dan Bantu aktifitas sehari-hari Berikan kompres dingin pada kepala dan dahi Pertahankan posisi yang nyaman bagi klien Lakukan massage pada daerah leher, otot bahu dan punggungGunakan penghangat di daerah leher dan punggung, bisa berupa balsem atau handuk yang dihangatkan.

Tindakan Kolaboratif Kolaborasi pemberian analgesik seperti codein. 5. Perubahan / gangguan mobilitas fisik Kemungkinan penyebab : Kerusakan neuromuskularPerubahan kognitif perceptualNyeri / discomfort Bed rest

Tujuan / kriteria hasil Tidak terjadi kontraktur, drop foot Integritas kulit baik Fungsi eliminasi baik Kekuatan dan fungsi otot baik.

Intervensi Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas Rubah posisi klien setiap dua jam Letakkan klien dalam posisi prone satu atau dua hari apabila pasien kooperatif Latih pasien untuk melakukan pergerakan (ROM) aktif / pasif untuk semua aktifitas Gunakan penahan / foot board selama terjadi paralise kaki / tungkai Jaga agar posisi kepala tetap seimbang dalam posisi terlentang Evaluasi penggunaan alat-alat bantu selama paralise misalnya posisi foot board Kaji kemampuan untuk duduk, kekuatan tangan, kaki dan keseimbangan untuk berdiri serta gunakan alat untuk menahan tekanan pada tulang yang menonjol Kaji kemungkinan sirkulasi darah yang tidak adekuat seperti perubahan warna kulit, edema dan tanda-tanda lainnya Observasi keadaan integritas kulit dan lakukan massage untuk melancarkan sirkulasi darah Bila pasien mulai duduk lakukan segera pengukuran tanda-tanda vital Gunakan bantal di atas kursi untuk menahan penekanan dan kaji berat badan secara intensif Dorong pasien untuk melakukan aktifitas dan beri pujian bila ia dapat melakukannya dengan baik.

Tindakan Kolaboratif Konsultasi dengan Fisioterapi bila pasien menolak untuk melakukan aktifitas Kaji kemungkinan pemasangan alat elektrik untuk stimulasi sesuai dengan indikasi Beri obat-obatan anti spasmodik dan perangsang otot sesuai dengan program pengobatan. (Depkes : 1995)

DASAR DATA PENGKAJIAN PASIEN AKTIVITAS / ISTIRAHAT Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya. Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter. Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak.Hipotonia. SIRKULASI Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapaPenyakit jantung kongenital (abses otak). Tanda : Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor). Takikardia, disritmia (pada fase akut), seperti disritmia sinus (pada meningitis). ELIMINASI Tanda : Adanya inkontinensia dan / atau retensi. MAKANAN / CAIRAN Gejala : Kehilangan nafsu makan. Kesulitan menelan (pada periode akut). Tanda : Anoreksia, muntah. Turgor kulit jelek, membran mukosa kering. HYGIENETanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (padaperiode akut). NEUROSENSORI Gejala : Sakit kepala (mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya berat). Parestesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf kranial). Hiperalgesia / meningkatnya sensitivitas pada nyeri (mengitis). Timbul kejang (meningitis bakteri atau abses otak). Gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia (fase awal dari beberapa infeksi). Fotofobia (pada meningitis). Ketulian (pada meningitis atau ensefalitis) atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan. Adanya halusinasi penciuman atau sentuhan. Tanda : Status mental / tingkat kesadaran: letargi sampai kebingungan yang berat hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis organik (ensefalitis). Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan (dapat merupakan awal gejala berkembangnya hidrosefalus komunikan yang mengikuti meningitis bakterial). Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi. Mata (ukuran / reaksi pupil); unisokor atau tidak berespons terhadap cahaya (peningkatan TIK), nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus-menerus). Ptosis (kelopak mata atau jatuh). Karakteristik fasial (wajah): perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (saraf kranial V dan VII terkena). Kejang umum atau lokal (pada fase abses otak), kejang lobus temporal. Otot mengalami hipotonia / flaksid paralisis (pada fase akut meningitis), spastik (ensefalitis). Hemiparese atau hemiplegia (meningitis / ensefalitis). Tanda Brudzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut). Rigiditas nukal (iritasi meningeal). Refleks tendon dalam: terganggu, Babinski positif. Refleks abdominal menurun / tidak ada, refleks kremastetik hilarg pada laki-laki (meningitis). NYERI / KENYAMANAN Gejala : Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan diperburuk oleh ketegangan leher / punggung kaku; nyeri pada gerakan okular, fotosensitivitas, sakit; tenggorok nyeri. Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi / gelisah. Menangis /mengaduh / mengeluh. PERNAPASAN Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru (abses otak). Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah. KEAMANAN Gejala : Adanya riwayat infeksi saluran napas atas / infeksi lain, meliputi:mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi; infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala, anemia sel sabit. Imunisasi yang baru saja berlangsung; terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak, chickenpox, herpes simpleks, mononukleosis, gigitan binatang, benda asing yang terbawa. Gangguan penglihatan / pendengaran. Tanda : Suhu meningkat, diaforesis, menggigil. Adanya ras, purpura menyeluruh, perdarahan subkutan. Kelemahan secara umum; tonus otot flaksid atau spastik; paralisis atau paresis. Gangguan sensasi. PENYULUHAN / PEMBELAJARAN Gejala : Adanya riwayat menggunakan obat (abses otak). Hipersensitif terhadap obat (meningitis non-bakteri). Masalah medis sebelumnya, seperti penyakit kronis / gangguan umum, alkololisme, diabetes melitus, splenektomi, implantasi pirau ventrikel. Rencana pemulangan : Mungkin membutuhkan bantuan pada semua bidang, meliputi perawatan diri dan mempertahankan tugas / pekerjaan rumah. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN INFEKSI, RISIKO TINGGI TERHADAP, (PENYEBARAN) Faktor risiko meliputi : Diseminata hematogen dari patogen. Stasis cairan tubuh. Penekanan respons inflamasi (akibat-obat). HASIL YANG DIHARAPKAN : Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atauketerlibatan orang lain.

DIAGNOSA KEPERAWATAN : PERFUSI JARINGAN, PERUBAHAN : SEREBRAL, RISIKO TERHADAP Faktor risiko meliputi : Edema serebral yang mengubah/menghentikan aliran darah arteri / vena. Hipovolemia. Masalah pertukaran pada tingkat seluler (asidosis). Kemungkinan dibuktikan oleh :(Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual). HASIL YANG DIHARAPKAN / KRITERIA EVALUASI:Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya / membaik dan fungsi motorik / sensorik. PASIEN AKAN : Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.Melaporkan tak adanya / menurunkan berat sakit kepala. Mendemonstrasikan tak adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.

DIAGNOSA KEPERAWATAN :TRAUMA, RISIKO TINGGI TERHADAP Faktor risiko meliputi :Iritasi korteks serebral mempredisposisikanmuatan neural dan aktivitas kejang umum. Keterlibatan area lokal (kejang lokal). Kelemahan umum, paralisis parestesia. Ataksia, vertigo. Kemungkinan dibuktikan oleh : (TIdak dapat diterapkan, adanya tanda-tandadan gejala-gejala membuat diagnosa aktual). HASIL YANG DIHARAPKAN /KRITERIA EVALUASI Tidak mengalami kejang/ penyerta atau cedera lain.

DIAGNOSA KEPERAWATAN :NYERI, (AKUT) Dapat dihubungkan dengan : Agen pencedera biologis, adanya prosesinfeksi / inflamasi, toksin dalam sirkulasi. Kemungkinan dibuktikan oleh : Melaporkan sakit kepala, fotofobia, nyeri otot/ sakit punggung. Perilaku distraksi : menangis, meringis, gelisah.Perilaku berlindung, memilih posisi yang khas. Tegangan muskuler; wajah menahan nyeri, pucat. Perubahan tanda-tanda vital. HASIL YANG DIHARAPKAN /KRITERIA EVALUASI: Melaporkan nyeri hilang / terkontrol. Menunjukkan postur rileks dan mampu tidur /istirahat dengan tepat.

DIAGNOSA KEPERAWATAN : MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN Dapat dihubungkan dengan:Kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan / ketahanan. Kerusakan persepsi / kognitif. Nyeri / ketidaknyamanan. Terapi pembatasan (tirah baring). Kemungkinan dibuktikan oleh : Enggan mengusahakan gerakan.

ENCEPHALITIS PADA ANAKPENGERTIAN ENCEPHALITISencephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.

Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam mikroorganisme. Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+).Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus.PATOFISISOLOGI

Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah. Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.

Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat. Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.

GEJALA KLINIS

Meskipun penyebabnya berbeda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik. Secara umum gejala berupa ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun.Setelah masa inkubasi kurang lebih 5-10 hari akan terjadi kenaikan suhu yang mendadak, seringkali terjadi hiperpireksia, nyeri kepala pada anak besar, menjerit pada anak kecil. Ditemukan tanda perangsangan SSP (koma, stupor, letargi), kaku kuduk, peningkatan reflek tendon, tremor, kelemahan otot dan kadang-kadang kelumpuhan.Manifestasi klinik ensefalitis bakterial, pada permulaan terdapat gejala yang tidak khas seperti infeksi umum, kemudian timbul tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala, muntah-muntah, nafsu makan tidak ada, demam, penglihatan kabur, kejang umum atau fokal dan kesadaran menurun. Gejala defisit nervi kranialis, hemiparesis, refleks tendon meningkat, kaku kuduk, afasia, hemianopia, nistagmus dan ataksia.Penyebab kelainan neurologis (defisit neurologis) adalah invasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang berkembang biak; reaksi jaringan saraf terhadap antigen virus yang akan berakibat demielinisasi, kerusakan vaskular, dan paravaskular; dan karena reaksi aktivasi virus neurotropik yang bersifat laten.Pada ensefalitis viral gejala-gejala awal nyeri kepala ringan, demam, gejala infeksi saluran nafas atas atau gastrointestinal selama beberapa hari kemudian muncul tanda-tanda radang SSP seperti kaku kuduk, tanda kernig positif, gelisah, lemah dan sukar tidur. Defisit neurologik yang timbul bergantung pada tempat kerusakan. Selanjutnya kesadaran mulai menurun sampai koma, dapat terjadi kejang fokal atau umum, hemiparesis, gangguan koordinasi, kelainan kepribadian, disorientasi, gangguan bicara dan gangguan mental.Temuan-temuan klinis pada ensefalitis ditentukan oleh:Berat dan lokalisasi anatomis susunan saraf yang terlihatPatogenesitas agen yang menyerangKekebalan dan mekanisme reaktif lain penderita

KOMPLIKASIGejala sisa maupun komplikasi karena ensefalitis dapat melibatkan:

Encephalitis juga dapat terjadi sebagai komplikasi campak, gondongan(mumps) atau cacar.Susunan saraf pusat dapat mengenai kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik, penglihatan dan pendengaranSistem kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan sistem lain dapat terlibat secara menetapDefisit neurologik (paresis/paralisis, pergerakan koreoatetoid), hidrosefalus maupun gangguan mental sering terjadi.Komplikasi pada bayi biasanya berupa:HidrosefalusEpilepsiRetardasi mental karena kerusakan SSP berat

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKGambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.

PENATALAKSANAANPenderita baru dengan kemungkinan ensefalitis harus dirawat inap sampai menghilangnya gejala-gejala neurologik. Tujuan penatalaksanaan adalah mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah (Arif, 2000). Tata laksana yang dikerjakan sebagai berikut :

Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis biasanya berat. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung umur) dan pemberian oksigen.Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATANPengkajianIdentitasEnsefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.Keluhan utamaPanas badan meningkat,kejang, kesadaran menurun.Riwayat penyakit sekarangMula-mula anak rewel , gelisah , muntah-muntah , panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.Riwayat penyakit dahuluKlien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderitapenyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan tenggorokan.

Riwayat Kesehatan KeluargaKeluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh: Herpes dll.Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus, Streptococcus, E, Coli, dll.ImunisasiKapan terakhir diberi imunisasi DTPPola persepsi dan tata laksana hidup sehatKebiasaanSumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan buang air besar diWC, lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)Status EkonomiBiasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.Pola Nutrisi dan MetabolismeMenyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang semPemenuhan NutrisiPola EliminasiKebiasaan Defekasi sehari-hari.Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.Pola tidur dan istirahatBiasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapatdievaluasikarena pasien sering mengalami apatis sampai koma.Pola Aktivitas

Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitisdengan gizi buruk mengalami kelemahan.Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerakdilakukan latihan positif.Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk makadilakukan latihan pasif sesuai ROMKekuatan otot berkurang karena pxEnsefalitisdengan gizi buruk.Kesulitan yang dihadapi bila terjadi komplikasi kejantung ,ginjal,mudah terInfeksiberat,aktifitas togosit turun,Hb turun,punurunankadar albumin serum, gangguan pertumbuhan

Pola Hubungan Dengan Peran

Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis kurangkarena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.Diagnosa keperawatan

Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum.Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM Terbatas.Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

Perencanaan Keperawatan

Dx 1 : Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun

Tujuan:tidak terjadi infeksiKriteria hasil:Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogenIntervensi:Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau pengunmjung. Pantau dan batasi pengunjung.

R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas atas.Observasi suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.

R/. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan Meningkosamia .Berikan antibiotika sesuai indikasi

R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.Dx 2 :Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.

Tujuan : mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi sensorik/motorik. Mendemonstrasikan TTV stabil. Melaporkan tak adanya/menurunkan sakit kepala.Intervensi:Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah dilakukan pungsi lumbal

R/. Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko herniasi batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera.Pantau/catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya, seperti GCS.

R/. Pengkajian kecenderungan adanya perubahan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi, penyebaran/luasnya dan perkembangan dari kerusakan serebralPantau tanda vital, seperti tekanan darah. Catat serangan dari/hipertensi sistolik yang terus-menerus dan tekanan nadi yang melebar

R/. Normalnya, autoregulasi mampu mempertahankan aliran darah serebral dengan konstan sebagai dampak adanya fluktuasi pada tekanan darah sistemik. Kehilangan fungsi autoregulasi mungkin mengikuti kerusakan vaskuler serebral local atau difus yang menimbulkan peningkatan TIK.Fenomena ini dapat ditunjukkan oleh peningkatan TD sistemik yang bersamaan dengan tekanan darah diastolic(tekanan darah yang melebar)Anjurkan keluarga untuk berbicara dengan pasien jika diperlukan

R/. Mendengarkan suara yang menyenangkan dari orang terdekat/keluarga tampaknya menimbulkan pengaruh trelaksasi pada beberapa pasien dan mungkin akan dapat menurunkan TIK.Berikan obat sesuai indikasi, seperti : steroid : deksametason, metilprednison(medrol)

R/. Dapat menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi pembentukan edema serebral, dapat juga menurunkan risiko terjadinyafenomena rebound ketika menggunakan manitol.Dx 3 : Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum

Tujuan :Tidak terjadi traumaKriteria hasil :Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lainIntervensi :Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi bantalan,penghalang tempat tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap bebas.

R/. Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak tergigit.Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi.Pertahankan tirah baring dalam fase akut.

R/. Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.Kolaborasi.

Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.R/. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.Abservasi tanda-tanda vital

R/. Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.Dx 4 :Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.

Tujuan: Melaporkan nyeri hilang/terkontrol ditandai dengan :menunjukkan postur rileks dan mampu istirahat/tidur dengan tepatIntervensi :Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai dengan indikasi

R/. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat/rileksasiLetakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata

R/. Meningkat kan vasokonstriksi, menumpulkan resepsi sensorik yang selanjutnya akan menurunkan nyeriTingkat tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting

R/. Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeriDukung untuk menemukan posisi yang nyaman sperti kepala agak tinggi sedikit pada meningitis

R/. Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjutBerikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher dan bahu.

R/. Dapat membatu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.Berikan analgetik seperti asetaminofen, kodein

R/. Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat, catatan : narkotik mungkin merupakan kotra indikasi sehingga menimbulkan ketidakakuratan dalam pemeriksaaan neurologisDx 5 :Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.

Tujuan : mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal yang ditunjukkan oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop. Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum. Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus.Intervensi :Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0-4)

R/. Pasien mampu mandiri(nilai 0), atau memerlukan bantuan peralatan yang minimal(nilai 1); memerlukan bantuan sedang/dengan pengawasan/diajarkan(nilai 2); memerlukan bantuan/peralatan yang terus-menerus dan alat khusus(nilai 3); tergantung secara total pada pemberi asuhan(nilai 4).Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan. Ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu perubahan posisi tersebut.

R/. Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh. Jika ada paralysis atau keterbatasan kognitif, pasien harus diubah posisinya secara teratur dan posisi dari daerah yang sakit hanya dalam jangka waktu yang sangat terbatas.Berikan/Bantu untuk melakukan rentang gerak

R/. Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis.Berikan matras udara/air, terapi kinetic sesuai dengan kebutuhan.

R/. Menyeinbangkan tekanan jaringan, meningkatkan sirkulasi, dan membantu meningkatkan arus balik vena untuk menurunkan risiko terjadinya trauma jaringan.Dx6: Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah.

Tujuan : klien akan menunjukkan pemenuhan nutrisi adekuat denganKriteria : BB dalam batas normal, nafsu makan baik/meningkat, tidak ditemukan defisiensi nutrisiIntervensi :Kaji riwayat nutrisi, makanan yang disukai

R/.Mengidentifikasi defisiensi serta pemberian intervensIKaji antropometri setiap hari

R/.Perubahan antropometri mengindikasikan perubahan status nutrisiBerikan intake makanan TKTP, mineral atau vitamin

R/. Diet TKTP mineral dan vitamin dapat memenuhi kebutuhan gizi bagiklienTingkatkan frekuensi makan. Berikan diet halus, rendah serat. Hindari makan pedas/terlalu asam

R/. Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi klienBerikan anti jamur/pencuci mulut, anestetik jika diperlukan

R/.Stomatitis biasanya ada pada PEM, untuk meningkatkan penyembuhan jaringan mulut dan memudahkan masukan dietBerikan suplemen nutrisi, misalnya ensure bila diindikasikan

R/. Meningkatkan masukan protein dan kaloriDx 7 : Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d kerusakan susunan saraf pusat.Dx`8 : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.Dx 9 : Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.Dx 10 : Resiko terjadi kontraktur b/d kejang spastik berulang

Tujuan :Tidak terjadi kontrakturKriteria hasil :Tidak terjadi kekakuan sendidan dapat menggerakkan anggota tubuhIntervensiBerikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik, terjadi kekacauan sendi.

R/ . Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau membantu program perawatan.Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap

R/ Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor.Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam

R/ Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan peR/usi ke jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh .Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam

R/ Dengan melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segeraKolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai Indikasi

R/ Diberi dilantin / valium ,bila terjadi kejang spastik ulang

Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya.Penkes

Pengendalian vektor penyakit sulit dilakukan. Penyemprotan dengan insektisida dilakukan apabila terjadi epidemi, namun demikian penyemprotan hanya bersifat mengurangi populasi vektor, tidak menghilangkan sama sekali.Vaksin inaktif menggunakan formaldehyde sebagai bahan inaktifan pernah digunakan untuk mengimmunisasi kuda terhadap virus EEE, WEE, dan VEE.Dalam jumlah terbatas, immunisasi juga dapat dilakukan terhadap para pekerja laboratorium. Pencegahan terhadap virus VEE pernah dilakukan dengan menggunakan vaksin aktif (live-attenuated vaccine) yang dikenal sebagai TC-83. Vaksin tersebut digunakan untuk mengimmunisasi tentara dan digunakan pada jutaan kuda sewaktu terjadi wabah VEE pada kumn waktu 1969 1971. Vaksin aktif ini cukup aman diberikan pada kuda yang sedang bunting.

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulan

Meningitis dan Encephalitis adalahadalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari meningitis dan encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Meningitis dan Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.Gejala-gejala dari meningitis dan encephalitis hampr sama, termasuk demam yang tiba-tiba, sakit kepala, muntah, kepekaan penglihatan pada sinar, leher dan punggung yang kaku, kebingungan, keadaan mengantuk, kecanggungan, gaya berjalan yang tidak mantap, dan mudah terangsang. Kehilangan kesadaran , kemampuan reaksi yang buruk, serangan-serangan, kelemahan otot, demensia berat yang tiba-tiba dan kehilangan memori dapat juga ditemukan pada pasien-pasien dengan meningitis dan encephalitis.

Saran

Meningitis dan Encephalitisini harus sudah didiagnosis sejak dini dan diharapkan kepada penderita agar peduli terhadap penyakitnya dengan konsultasikan kepada dokter jika terjadi gejala-gejala yang tiba-tiba sakit kepala, muntah, kepekaan penglihatan pada sinar. Untuk menghindari resiko akibat penyakit ecephalitis, perlu adanya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan bebas dari virus-virus terutama virus yang menyebabkan encephalitis.

DAFTAR PUSTAKA

Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005Brunner dan Suddarth, (2001)Keperawatan Medikal Bedah,edisi 8, volume 2, penerbit EGC.Mansjoer, Arif. (2000).Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga. Fakultas Kedokteran UI : Media AesculapiusNgastiah. (1997).Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGCPrice, Sylvia A,(1998).Patofisiologi, jilid 2, penerbit EGC,Jakarta2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ensefalitis. (online). http://bkp2011. blogspot. com /2011/03/asuhan-keperawatan-pada-pasien_24.html, diakses tanggal 16 Oktober 2011 pukul 10.00Arif, Mansur. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 2. Jakarta : Media AesculapiusDoengoes, Marilynn.E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGChttp://www.perfspot.com/docs/doc.asp?id=18608http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/ensefalitis/