meningitis

24
MENINGITIS Disusun dalam rangka Memenuhi Tugas Semester Pendek Sistem Neurology DISUSUN OLEH : DICKY SYAHRULLOH B. 115070207111012 NOVITASARI ANDRIANI 115070207111014 ZULVANA 115070207111018 RISYDA MARIFATUL K. 115070207111030 RAHMAYANI LATIF 115070207111032 ANDIKA FUSHIGI 115070200131002 DWI AKNES P. 115070200131003 KADEK NOVA 115070201131001

Upload: ephysia-ratriningtyas

Post on 29-Nov-2015

48 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Meningitis

MENINGITIS

Disusun dalam rangka Memenuhi Tugas Semester Pendek

Sistem Neurology

DISUSUN OLEH :

DICKY SYAHRULLOH B. 115070207111012

NOVITASARI ANDRIANI 115070207111014

ZULVANA 115070207111018

RISYDA MARIFATUL K. 115070207111030

RAHMAYANI LATIF 115070207111032

ANDIKA FUSHIGI 115070200131002

DWI AKNES P. 115070200131003

KADEK NOVA 115070201131001

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

Page 2: Meningitis

LATAR BELAKANG

Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak

dan medulla spinalis). Meningitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus walaupun

jamur, protozoa, dan toksin juga merupakan penyebabnya. Meningitis sering terjadi

akibat penyebaran infeksi dari tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga, atau saluran

napas bagian atas. Fraktur tengkorak basilar posterior disertai pecahnya gendang telinga

juga dapat menyebabkan meningitis. Pada meningitis bacterial, toksin yang dikeluarkan

merusak sel meningeal dan menstimulasi reaksi imun dan inflamasi. Ensefalitis sekunder

dapat terjadi. Walaupun diobati, sebanyak 40% kasus meningitis bersifat fatal dan

sebanyak 30% individu yang bertahan mengalami komplikasi neurologis.

Dahulu, kebanyakan kasus meningitis terjadi pada anak yang berusia kurang dari

5 tahun, dan agen kausatif yang paling sering adalah Haemophilus influenza. Sejak tahun

1990, vaksin terhadap H. infulenzae tersedia dan diberikan kepada sebagaian besar anak

di Amerika Serikat dan Negara lain sebagai satu seri injeksi, yang dimulai pada bulan

kedua kehidupan. Akibat intervensi yang penting ini, insiden meningitis pada anak yang

berusia 1 bulan sampai 2 tahun menurun 87%. Karena penurunan dramatis meningitis

tipe H. influenza pada populasi ini, kasus meningitis bacterial secara keseluruhan di

Amerika Serikat menurun 55%.

Meningitis kini terjadi paling sering pada individu dewasa yang berusia 19

sampai 59 tahun. Pada kelompok usia ini, penyebab meningitis bacterial yang paling

sering adalah Streptococcus pneumonia (meningitis pneumokokus). Insiden terbesar

berikutnya adalah pada anak yang berusia 2 sampai 18 tahun, dan penyebab yang paling

sering adalah Neisseria meningitides (meningitis meningokokus). Pada neonates,

penyebab yang paling sering adalah streptokokus grup B; pada bayi yang berusia 1

sampai 23 bulan, penyebabnya terbagi hampir sama antara S. pneumonia dan N.

meningitides.

Page 3: Meningitis

BATASAN TOPIK

1. Definisi meningitis

2. Etiologi meningitis

3. Faktor risiko meningitis

4. Klasifikasi meningitis

5. Patofisiologi meningitis

6. Manifestasi klinis meningitis

7. Komplikasi meningitis

8. Pemeriksaan diagnostik meningitis

9. Penatalaksanaan medis meningitis

Page 4: Meningitis

1. DEFINISI

Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak

dan medulla spinalis). Meningitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus

walaupun jamur, protozoa, dan toksin juga merupakan penyebabnya. Meningitis

sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari tempat lain di tubuh, misalnya sinus,

telinga, atau saluran napas bagian atas. Fraktur tengkorak basilar posterior disertai

pecahnya gendang telinga juga dapat menyebabkan meningitis. Pada meningitis

bacterial, toksin yang dikeluarkan merusak sel meningeal dan menstimulasi reaksi

imun dan inflamasi. Ensefalitis sekunder dapat terjadi. Walaupun diobati, sebanyak

40% kasus meningitis bersifat fatal dan sebanyak 30% individu yang bertahan

mengalami komplikasi neurologis.

Dahulu, kebanyakan kasus meningitis terjadi pada anak yang berusia kurang dari

5 tahun, dan agen kausatif yang paling sering adalah Haemophilus influenza. Sejak

tahun 1990, vaksin terhadap H. infulenzae tersedia dan diberikan kepada sebagaian

besar anak di Amerika Serikat dan Negara lain sebagai satu seri injeksi, yang dimulai

pada bulan kedua kehidupan. Akibat intervensi yang penting ini, insiden meningitis

pada anak yang berusia 1 bulan sampai 2 tahun menurun 87%. Karena penurunan

dramatis meningitis tipe H. influenza pada populasi ini, kasus meningitis bacterial

secara keseluruhan di Amerika Serikat menurun 55%.

Meningitis kini terjadi paling sering pada individu dewasa yang berusia 19

sampai 59 tahun. Pada kelompok usia ini, penyebab meningitis bacterial yang paling

sering adalah Streptococcus pneumonia (meningitis pneumokokus). Insiden

terbesar berikutnya adalah pada anak yang berusia 2 sampai 18 tahun, dan

penyebab yang paling sering adalah Neisseria meningitides (meningitis

meningokokus). Pada neonates, penyebab yang paling sering adalah streptokokus

grup B; pada bayi yang berusia 1 sampai 23 bulan, penyebabnya terbagi hampir

sama antara S. pneumonia dan N. meningitides.

Ketika mahasiswa umunya tidak cenderung mengalami meningitis dibandingkan

dewasa muda lainnya pada kelompok usia tersebut, subkelompok mahasiswa

mengalami peningkatan resiko. Secara khusus, mahasiswa tingkat pertama yang

tinggal di asrama mengalami risiko 6 kali lipat lebih besar untuk mengalami

meningitis meningokokus dibandingkan mahasiswa yang tidak tinggal di asrama.

Page 5: Meningitis

Ketika kini kebanyakan perguruan tinggi memerlukan vaksinasi terhadap meningitis

meningokokus, vaksinasi tidak efektif melawan semua strain (Corwin, 2009).

2. ETIOLOGI

Meningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing dan

protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang

disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain

karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri

maupun produk bakteri lebih berat. Infectious Agent meningitis purulenta

mempunyai kecenderungan pada golongan umur tertentu, yaitu golongan neonatus

paling banyak disebabkan oleh E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeria

monositogenes. Golongan umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan oleh

H.influenzae, Meningococcus dan Pneumococcus. Golongan umur 5-20 tahun

disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis dan Streptococcus

Pneumococcus, dan pada usia dewasa (>20 tahun) disebabkan oleh Meningococcus,

Pneumococcus, Stafilocccus, Streptococcus dan Listeria. Penyebab meningitis serosa

yang paling banyak ditemukan adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis yang

disebabkan oleh virus mempunyai prognosis yang lebih baik, cenderung jinak dan

bisa sembuh sendiri. Penyebab meningitis virus yang paling sering ditemukan yaitu

Mumpsvirus, Echovirus, dan Coxsackie virus , sedangkan Herpes simplex , Herpes

zooster, dan enterovirus jarang menjadi penyebab meningitis aseptik (viral).

3. FAKTOR RISIKO

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya meningitis,

antara lain :

Imunisasi yang tidak lengkap.

Usia, Banyak kasus meningitis terjadi pada usia dibawah 5 tahun. Untuk

meningitis yang disebabkan karena bakteri, banyak terkena pada usia dibawah 20

tahun.

Berada pada lingkungan sosial dimana kontak sosial banyak berlangsung sehingga

mempermudah penyebaran faktor penyebab meningitis, contohnya sekolah,

kamp militer, kampus, dsb.

Page 6: Meningitis

Kehamilan, Jika anda sedang hamil maka anda mengalami peningkatan listeriosis

(infeksi yang disebabkan oleh bakteri listeria), yang juga menyebabkan meningitis.

Jika anda memiliki listeriosis, janin dalam kandungan anda juga memiliki risiko

yang sama.

Bekerja dengan hewan ternak dimana dapat meningkatkan risiko listeria, yang

juga dapat menyebabkan meningitis.

Memiliki sistem imun yang lemah. Faktor-faktor yang dapat membahayakan

sistem kekebalan tubuh yaitu termasuk AIDS, alkohol, diabetes, dan penggunaan

obat imunosupresan. Hal-hal ini membuat tubuh lebih rentan terhadap

meningitis.

4. KLASIFIKASI

Klasifikasi Meningitis:

1. Meningitis bacterial

Meningitis bakterial merupakan suatu peradangan pada selaput otak,

ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan

serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan

serebrospinal. Diagnosis yang cepat dan tepat merupakan tujuan dari

penanganan meningitis bakteri karena mempunyai resiko tinggi dalam

menimbulkan kematian, dan kecacatan (Pradana, 2009; Mansjoer, 2000).

Meningitis bakterial selalu bersifat purulenta. Pada umumnya meningitis

purulenta timbul sebagai komplikasi dari septikemia. Pada meningitis

meningokokus, prodomnya ialah infeksi nasofaring, oleh karena invasi dan

multiplikasi meningokokus terjadi di nasofaring. Meningitis purulenta dapat

menjadi komplikasi dari otitis media akibat infeksi kuman-kuman tersebut

(Wesliaprilius, 2010).

Etiologi dari meningitis bakterial antara lain (Roos, 2005):

1. S. pneumonie

2. N. meningitis

3. Group B streptococcus atau S. agalactiae

4. L. monocytogenes

Page 7: Meningitis

5. H. influenza

6. Staphylococcus aureus

Menurut Muttaqin (2011), meningitis bacterial adalah suatu keadaan

meningens atau selaput dari otak mengalami peradangan akibat bakteri. Sampai

saat ini, bentuk paling signifikan dari meningitis adalah tipe bacterial. Bakteri

paling sering dijumpai pada meningitis bakteri akut, yaitu Neiserria meningitides

(meningitis meningokokus), Streptococcus pneumonia (pada dewasa), dan

Haemophilus influenza (pada anak-anak dan dewasa muda). Ketiga organism ini

menyebabkan sekitar 75% kasus meningitis bakteri. Bentuk penularannya

melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan secret dari hidung dan

tenggorok yang membawa kuman (paling sering) atau infeksi dari orang lain.

Akibatnya, banyak yang tidak berkembang menjadi infeksi tetapi menjadi

pembawa (carrier). Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri

gram negative yang terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yang

menjalani bedah saraf atau seseorang yang mengalami gangguan respons lama.

2. Meningitis tuberkulosa

Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di

Indonesia karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis tuberkulosis

terjadi sebagai akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis primer, biasanya di

paru. Terjadinya meningitis tuberkulosa bukanlah karena terinfeksinya selaput

otak langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder

melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung tulang belakang

atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid (Pradana, 2009).

Pada pemeriksaan histologis, meningitis tuberkulosa ternyata

merupakan meningoensefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada

dasar otak, terutama pada batang otak tempat terdapat eksudat dan tuberkel.

Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat menimbulkan obstruksi pada

sisterna basalis (Pradana, 2009). Etiologi dari meningitis tuberkulosa adalah

Mycobacterium tuberculosis (Pradana, 2009)

3. Meningitis viral

Disebut juga dengan meningitis aseptik, terjadi sebagai akibat akhir /

sequel dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak,

Page 8: Meningitis

mumps, herpes simpleks, dan herpes zooster. Pada meningitis virus ini tidak

terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) tidak

ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white

matter, dan lapisan menigens. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung

dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simpleks, virus ini akan mengganggu

metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan gangguan

produksi enzim neurotransmiter, dimana hal ini akan berlanjut terganggunya

fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologis (Pradana, 2009).

Etiologi dari meningitis viral antara lain :

Tabel 2.1. Virus yang dapat menyebabkan meningitis (Swartz , 2007).

COMMON

NONARTHROPOD VIRUSES

Picornavirus (RNA)

Enterovirus

Echovirus

Coxsackie A

Coxsackie B

Enterovirus 70,71

Poliovirus

Herpes simplex type 2 (HSV-2) (DNA)

ARTHROPOD-BORNE

(ARBOVIRUSES)

Togavirus (Alphavirus, RNA)

Eastern equine encephalitis (EEE)

Western equine encephalitis (WEE)

Venezuelan equine encephalitis

(VEE)

Flavivirus (RNA)

St. Louis encephalitis (SLE)

West Nile virus (WNV)

Page 9: Meningitis

Bunyavirus (RNA)

California encephalitis

UNCOMMON

Arenavirus (RNA)

Lymphocytic choriomeningitis (LCM)

Paramyxovirus (RNA)

Mumps

Retrovirus (RNA)

Human Immunodeficiency virus

(HIV-1)

RARE

Herpes virus (DNA)

Herpes simplex type 1 (HSV-1)

Epstein-Barr virus (EBV)

Cytomegalovirus (CMV)

Varicella-Zoster virus (VZV)

Human herpes virus type 6 (HHV-6)

Adenovirus (DNA)

Coltivirus (RNA)

Colorado tick fever

Bunyavirus (RNA)

Toscana virus (a Phlebovirus)

Menurut Muttaqin (2011), tipe dari meningitis ini sering disebutu meningitis

aseptis. Tipe ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang

disebabkan virus seperti gondok, herpes simplek, dan herpes zoster. Eksudat

yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus

dan tidak ditemukan organism pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada

seluruh korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari jaringan

otak terhadap virus bervariasi bergantung pada jenis sel yang terlibat.

4. Meningitis jamur

Page 10: Meningitis

Meningitis oleh karena jamur merupakan penyakit yang relatif jarang

ditemukan, namun dengan meningkatnya pasien dengan gangguan imunitas,

angka kejadian meningitis jamur semakin meningkat. Problem yang dihadapi

oleh para klinisi adalah ketepatan diagnosa dan terapi yang efektif. Sebagai

contoh, jamur tidak langsung dipikirkan sebagai penyebab gejala penyakit /

infeksi dan jamur tidak sering ditemukan dalam cairan serebrospinal (CSS)

pasien yang terinfeksi oleh karena jamur hanya dapat ditemukan dalam

beberapa hari sampai minggu pertumbuhannya (Pradana, 2009).

Etiologi dari meningitis jamur antara lain:

1. Cryptococcus neoformans

2. Coccidioides immitris

Menurut Muttaqin (2011), meningitis diklasifikasikan sesuai dengan factor

penyebabnya:

1. Asepsis

Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau

menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis,

limfoma, leukemia, atau darah di ruang subarachnoid.

2. Sepsis

Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh

organism bakteri seperti meningokokus, stafilokokus, atau basilus influenza

3. Tuberkulosa

Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.

Menurut Mansjoer (2000), meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan

perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu:

1. Meningitis serosa

Merupakan radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai

cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium

tuberculosa. Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.

2. Meningitis purulenta

Page 11: Meningitis

Merupakan radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak

dan medulla spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumonia

(pneumokok), Neisseria meningitides (meningokok), Streptococcus haemolyticus,

Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, Eschericia coli, Klebsiella

pneumonia, Pseudomonas aeruginosa.

5. PATOFISIOLOGI

(Terlampir)

6. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi Klinis berdasarkan golongan usia:

a. Neonatus

Gejala tidak khas

Panas

Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran

menurun

Ubun0ubun besar, kadag cembung

Pernafasan tidak teratur

b. Anak umur 2 bulan sampai dengan 2 tahun

Gambaran Klasik (-)

Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulang

c. Anak umur lebih dari 2 tahun

Panas, menggigil, muntah, nyeri kepala

Kejang

Gangguan kesadaran

Tanda-tanda rangsang meningeal, kaku kuduk, tanda brudzinky dan

kerning (+)

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus

apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit

kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah,

leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang

jelas. Gejala pada bayi yang terkenameningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul

Page 12: Meningitis

bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan adanya tinggi, demam ringan, badan terasa

kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak

beraturan. (Japardi, Iskandar., 2002)

Manifestasi klinis meningitis (lain):

Sakit kepala dan demam

Perubahan pada tingkat kesadaran

Iritasi meningen

Rigiditas nukal(kaku leher)

Tanda kernig positif

Tanda bradzinski

Fotofobia {apabila cahaya diarahkan pada mata pasien, (adanya disfungsi pada

saraf III, IV dan VI)

Kejang dan peningkatan PTIK

Adanya ruam

Infeksi fulminating

(smeltzer c Suzanne and Brenda G,2001)

7. KOMPLIKASI

Komplikasi serta sequelle yang timbul :

biasanya berhubungan dengan proses inflamasi pada meningen dan pembuluh

darah cerebral (kejang, parese nervus cranial,lesi cerebral fokal, hydrasefalus)

disebabkan oleh infeksi meningococcus pada organ tubuh lainnya (infeksi

okular, arthritis, purpura, pericarditis, endocarditis, myocarditis, orchitis,

epididymitis, albuminuria atau hematuria, perdarahan adrenal).

Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran nafas bagian atas,

telinga tengah dan paru-paru.

Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak sempurna atau

pengobatan yang terlambat. Komplikasi yang sering terjadi akibat meningitis otogenik

adalah efusi subdural, empiema subdural, ventrikulitis, abses serebri, gejala sisa

neurologis berupa paresis sampai deserebrasi, epilepsi maupun meningitis yang

berulang. Pada anak-anak dapat mengakibatkan epilepsi, retardasi mental dan

Page 13: Meningitis

hidrosefalus akibat sumbatan pada saluran CSF ataupun produksi CSF yang berlebihan.

Selain itu juga bisa terjadi deafness.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Pungsi Lumbal

Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan

cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.

a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah

putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).

b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel

darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.

Pemeriksaan darah

Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED),

kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.

a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu, pada

Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.

b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.

Pemeriksaan Radiologis

a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan CT

Scan.

b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal,

gigi geligi) dan foto dada.

Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak.

Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa

Lumbal Pungsi. Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung

jenis sel dan protein.cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan

Page 14: Meningitis

adanya peningkatan TIK. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien

dengan peningkatan tekanan tintra kranial.

Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan

protein meningkat, glukosa menurun, kultur posistif terhadap beberapa jenis

bakteri.

Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa dan

protein normal, kultur biasanya negative.

Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan

pemeriksaan fleksi pada kepala klien yang akan menimbulkan nyeri, disebabkan

oleh adanya iritasi meningeal khususnya pada nervus cranial ke XI, yaitu Asesoris

yang mempersarafi otot bagian belakang leher, sehingga akan menjadi

hipersensitif dan terjadi rigiditas.

Sedangan pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+)

menandakan bahwa infeksi atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis

bagian bawah. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang

biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa

dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama

hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan

otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa

dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai

normal.

Glukosa serum: meningkat (meningitis)

LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)

Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)

Elektrolit darah: Abnormal

ESR/LED: meningkat pada meningitis

MRI/CT-scan: dapat membantu dalam melokalisasi lesi,

Page 15: Meningitis

melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau

tumor.

Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine: dapat mengindikasikan daerah pusat

infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.

Ronsen dada/kepala/ sinus: mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

Arteriografi karotis : Letak abses

9. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Isolasi :

Anak ditempatkan dalam ruang isolasi sedikitnya selama 24-48 jam setelah

mendapatkan antibiotik IV yang sensitif terhadap organisme penyebab.

2. Terapi antimikroba

Terapi anti mikroba pada meningitis bakteri terdiri dari ampisilin dan sefotaksim atau

ampisilin dan gentamisin. antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur dan

diberikan dengan dosis tinggi.

3. Mempertahankan hidrasi optimum

mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan

edema serebral (pembengkakan otak). Pemberian plasma perinfus mungkin diperlukan

untuk rejatan dan untuk memperbaiki hidrasinya (short,J Rendle,1994)

4. Mencegah dan mengobati komplikasi.

aspirasi efusi subdural dan terapi heparin

5. Mengontrol kejang

pemberian anti epilepsy atau anti konvulsan untuk anak yang kejang-kejang.

Diazepam = 0,5 mg/kg BB/ iv

Fenobarbital = 5-6 mg/kg BB/hari secara oral

Difenilhidantoin = 5-9 mg/kgBB/hari secara oral

5. Pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk

menjamin kesembuhan serta mengurangi atau menghindari resiko komplikasi.

Pada bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara lain

Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime) S e f a l o s p o r i n ( i v ) : 2 g r ti a p 4 j a m

dan bakteri Listeria monocytogenes akan diberikan Ampisilin (iv) : 8-12 gr/ hari dibagi

Page 16: Meningitis

dalam 4 kali pemberian, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol

(iv) : 4-8 gr/ hari

7. Bila gelisah diberi sedativ seperti fenobarbital (penenang)

8. Nyeri kepala diatasi dengan analgetik dan Fisioterapi diberikan untuk mencegah dan

mengurangi cacat.

9. Panas diturunkan dengan: Kompres, parasetamol, asam salisilat, pada anak dosisnya

10 mg/kg BB tiap 4 jam secara oral

10. Kenaikan tekanan intra kranial diatasi dengan:

Manitol = Dosisnya 1-1,5 mg/kgBB/iv. Kortikosteroid Biasanya dipakai dexametason

secara iv dengan dosis 10 mg.

11. Bila ada hidrosefalus obstruktif dilakukan operasi pemasangan pirau (shunting)

12. Efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc setiap hari selama 2-3 minggu, bila

gagal dilakukan operasi.

Penanganan / Perawatan pada saat anak demam (rumah)

1. Beri kompres hangat

2. Berikan banyak minum air putih

3. Gunakan pakaian tipis

4. Jangan di kerumuni banyak orang

5. Buka jendela untuk memudahkan udara masuk ke ruangan

6. Berikan obat penurun panas sesuai program terapi dokter

Penanganan / Perawatan pada saat anak kejang (rumah)

1. Baringkan anak pada tempat yang rata, kepala di miringkan dan pasangkan

gagang sendok yang dibungkus kain atau sapu tangan bersih dalam mulutnya.

Dengan tujuan untuk mencegah lidah tergigit.

2. Buka baju anak, longarkan pakaian yang mengganggu pernapasan.

3. Singkirkan benda-benda di sekitar anak.

4. Jangan memberi minuman atau makanan apapun pada anak saat kejang.

5. Bila badan panas berikan kompres hangat.

6. Bila dengan tindakan ini kejang belum berhenti atau kondisi nya semakin parah,

segera bawa anak ke dokter atau rumah sakit.

Page 17: Meningitis

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010. Disitasi http://nursingbegin.com/askep-meningitis/. Diakses tanggal

12 Desember 2010.

Brough,Hellen,et al. (2007). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta: EGC

Farinqhustank. 2008. Meningitis .http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas

makalah/kedokteran/meningitis. Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40.

Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press :

Yogyakarta.

Kandun, I. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Infomedika : Jakarta.

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Noor, N. 1997. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka Cipta : Jakarta.

Pradhana, D., 2009. Referat Meningitis. Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Rumah

Sakit Umum Daerah Budhi Asih. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta.

Roos, K.L., Tyler, K.L., 2005. Meningitis, Encephalitis, Brain Abscess, and Empyema. In:

Kasper, D.L., Braunwald, E., Fauci, A.S., Hauser, S.L., Longo, D.L., and Jameson, J.L.

Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw-Hill, 2471-

2490.

Smeltzer c Suzanne and Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperwatan Medical Bedah. Jakarta.

Penerbit EGC

Soegijanto, S. 2002. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan, Edisi Pertama.

Salemba Medika : Jakarta.

Swartz, M.N., 2008. Meningitis: Bacterial, Viral, and Other. In: Goldman, L., Ausiello, D.,

Cecil Medicine. 23rd ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.

WHO. 2005. Meningitis. http://www.who.int/emc/diseases/meningitis.