meningitis

22
LATAR BELAKANG Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis). Meningitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus walaupun jamur, protozoa, dan toksin juga merupakan penyebabnya. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga, atau saluran napas bagian atas. Fraktur tengkorak basilar posterior disertai pecahnya gendang telinga juga dapat menyebabkan meningitis. Pada meningitis bacterial, toksin yang dikeluarkan merusak sel meningeal dan menstimulasi reaksi imun dan inflamasi. Ensefalitis sekunder dapat terjadi. Walaupun diobati, sebanyak 40% kasus meningitis bersifat fatal dan sebanyak 30% individu yang bertahan mengalami komplikasi neurologis. Dahulu, kebanyakan kasus meningitis terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, dan agen kausatif yang paling sering adalah Haemophilus influenza. Sejak tahun 1990, vaksin terhadap H. infulenzae tersedia dan diberikan kepada sebagaian besar anak di Amerika Serikat dan Negara lain sebagai satu seri injeksi, yang dimulai pada bulan kedua kehidupan. Akibat intervensi yang penting ini, insiden meningitis pada anak yang berusia 1 bulan sampai 2 tahun menurun 87%. Karena penurunan dramatis meningitis tipe H. influenza pada populasi ini, kasus meningitis bacterial secara keseluruhan di Amerika Serikat menurun 55%. Meningitis kini terjadi paling sering pada individu dewasa yang berusia 19 sampai 59 tahun. Pada kelompok usia ini, penyebab meningitis bacterial yang paling sering adalah Streptococcus pneumonia (meningitis pneumokokus). Insiden

Upload: ephysia-ratriningtyas

Post on 28-Aug-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LATAR BELAKANG

Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis). Meningitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus walaupun jamur, protozoa, dan toksin juga merupakan penyebabnya. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga, atau saluran napas bagian atas. Fraktur tengkorak basilar posterior disertai pecahnya gendang telinga juga dapat menyebabkan meningitis. Pada meningitis bacterial, toksin yang dikeluarkan merusak sel meningeal dan menstimulasi reaksi imun dan inflamasi. Ensefalitis sekunder dapat terjadi. Walaupun diobati, sebanyak 40% kasus meningitis bersifat fatal dan sebanyak 30% individu yang bertahan mengalami komplikasi neurologis.Dahulu, kebanyakan kasus meningitis terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, dan agen kausatif yang paling sering adalah Haemophilus influenza. Sejak tahun 1990, vaksin terhadap H. infulenzae tersedia dan diberikan kepada sebagaian besar anak di Amerika Serikat dan Negara lain sebagai satu seri injeksi, yang dimulai pada bulan kedua kehidupan. Akibat intervensi yang penting ini, insiden meningitis pada anak yang berusia 1 bulan sampai 2 tahun menurun 87%. Karena penurunan dramatis meningitis tipe H. influenza pada populasi ini, kasus meningitis bacterial secara keseluruhan di Amerika Serikat menurun 55%. Meningitis kini terjadi paling sering pada individu dewasa yang berusia 19 sampai 59 tahun. Pada kelompok usia ini, penyebab meningitis bacterial yang paling sering adalah Streptococcus pneumonia (meningitis pneumokokus). Insiden terbesar berikutnya adalah pada anak yang berusia 2 sampai 18 tahun, dan penyebab yang paling sering adalah Neisseria meningitides (meningitis meningokokus). Pada neonates, penyebab yang paling sering adalah streptokokus grup B; pada bayi yang berusia 1 sampai 23 bulan, penyebabnya terbagi hampir sama antara S. pneumonia dan N. meningitides.

BATASAN TOPIK

1. Definisi meningitis2. Etiologi meningitis3. Faktor risiko meningitis4. Klasifikasi meningitis5. Patofisiologi meningitis6. Manifestasi klinis meningitis7. Komplikasi meningitis8. Pemeriksaan diagnostik meningitis9. Penatalaksanaan medis meningitis

1. DEFINISI Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang mengelilingi otak dan medulla spinalis). Meningitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus walaupun jamur, protozoa, dan toksin juga merupakan penyebabnya. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga, atau saluran napas bagian atas. Fraktur tengkorak basilar posterior disertai pecahnya gendang telinga juga dapat menyebabkan meningitis. Pada meningitis bacterial, toksin yang dikeluarkan merusak sel meningeal dan menstimulasi reaksi imun dan inflamasi. Ensefalitis sekunder dapat terjadi. Walaupun diobati, sebanyak 40% kasus meningitis bersifat fatal dan sebanyak 30% individu yang bertahan mengalami komplikasi neurologis.Dahulu, kebanyakan kasus meningitis terjadi pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, dan agen kausatif yang paling sering adalah Haemophilus influenza. Sejak tahun 1990, vaksin terhadap H. infulenzae tersedia dan diberikan kepada sebagaian besar anak di Amerika Serikat dan Negara lain sebagai satu seri injeksi, yang dimulai pada bulan kedua kehidupan. Akibat intervensi yang penting ini, insiden meningitis pada anak yang berusia 1 bulan sampai 2 tahun menurun 87%. Karena penurunan dramatis meningitis tipe H. influenza pada populasi ini, kasus meningitis bacterial secara keseluruhan di Amerika Serikat menurun 55%. Meningitis kini terjadi paling sering pada individu dewasa yang berusia 19 sampai 59 tahun. Pada kelompok usia ini, penyebab meningitis bacterial yang paling sering adalah Streptococcus pneumonia (meningitis pneumokokus). Insiden terbesar berikutnya adalah pada anak yang berusia 2 sampai 18 tahun, dan penyebab yang paling sering adalah Neisseria meningitides (meningitis meningokokus). Pada neonates, penyebab yang paling sering adalah streptokokus grup B; pada bayi yang berusia 1 sampai 23 bulan, penyebabnya terbagi hampir sama antara S. pneumonia dan N. meningitides.Ketika mahasiswa umunya tidak cenderung mengalami meningitis dibandingkan dewasa muda lainnya pada kelompok usia tersebut, subkelompok mahasiswa mengalami peningkatan resiko. Secara khusus, mahasiswa tingkat pertama yang tinggal di asrama mengalami risiko 6 kali lipat lebih besar untuk mengalami meningitis meningokokus dibandingkan mahasiswa yang tidak tinggal di asrama. Ketika kini kebanyakan perguruan tinggi memerlukan vaksinasi terhadap meningitis meningokokus, vaksinasi tidak efektif melawan semua strain (Corwin, 2009).

2. ETIOLOGIMeningitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing dan protozoa. Penyebab paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih berat. Infectious Agent meningitis purulenta mempunyai kecenderungan pada golongan umur tertentu, yaitu golongan neonatus paling banyak disebabkan oleh E.Coli, S.beta hemolitikus dan Listeria monositogenes. Golongan umur dibawah 5 tahun (balita) disebabkan oleh H.influenzae, Meningococcus dan Pneumococcus. Golongan umur 5-20 tahun disebabkan oleh Haemophilus influenzae, Neisseria meningitidis dan Streptococcus Pneumococcus, dan pada usia dewasa (>20 tahun) disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus, Stafilocccus, Streptococcus dan Listeria. Penyebab meningitis serosa yang paling banyak ditemukan adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis yang disebabkan oleh virus mempunyai prognosis yang lebih baik, cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Penyebab meningitis virus yang paling sering ditemukan yaitu Mumpsvirus, Echovirus, dan Coxsackie virus , sedangkan Herpes simplex , Herpes zooster, dan enterovirus jarang menjadi penyebab meningitis aseptik (viral).

3. FAKTOR RISIKOAda beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya meningitis, antara lain : Imunisasi yang tidak lengkap. Usia, Banyak kasus meningitis terjadi pada usia dibawah 5 tahun. Untuk meningitis yang disebabkan karena bakteri, banyak terkena pada usia dibawah 20 tahun. Berada pada lingkungan sosial dimana kontak sosial banyak berlangsung sehingga mempermudah penyebaran faktor penyebab meningitis, contohnya sekolah, kamp militer, kampus, dsb. Kehamilan, Jika anda sedang hamil maka anda mengalami peningkatan listeriosis (infeksi yang disebabkan oleh bakteri listeria), yang juga menyebabkan meningitis. Jika anda memiliki listeriosis, janin dalam kandungan anda juga memiliki risiko yang sama. Bekerja dengan hewan ternak dimana dapat meningkatkan risiko listeria, yang juga dapat menyebabkan meningitis. Memiliki sistem imun yang lemah. Faktor-faktor yang dapat membahayakan sistem kekebalan tubuh yaitu termasuk AIDS, alkohol, diabetes, dan penggunaan obat imunosupresan. Hal-hal ini membuat tubuh lebih rentan terhadap meningitis.

4. KLASIFIKASIKlasifikasi Meningitis:1. Meningitis bacterialMeningitis bakterial merupakan suatu peradangan pada selaput otak, ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal. Diagnosis yang cepat dan tepat merupakan tujuan dari penanganan meningitis bakteri karena mempunyai resiko tinggi dalam menimbulkan kematian, dan kecacatan (Pradana, 2009; Mansjoer, 2000). Meningitis bakterial selalu bersifat purulenta. Pada umumnya meningitis purulenta timbul sebagai komplikasi dari septikemia. Pada meningitis meningokokus, prodomnya ialah infeksi nasofaring, oleh karena invasi dan multiplikasi meningokokus terjadi di nasofaring. Meningitis purulenta dapat menjadi komplikasi dari otitis media akibat infeksi kuman-kuman tersebut (Wesliaprilius, 2010). Etiologi dari meningitis bakterial antara lain (Roos, 2005): 1. S. pneumonie 2. N. meningitis 3. Group B streptococcus atau S. agalactiae 4. L. monocytogenes 5. H. influenza 6. Staphylococcus aureus

Menurut Muttaqin (2011), meningitis bacterial adalah suatu keadaan meningens atau selaput dari otak mengalami peradangan akibat bakteri. Sampai saat ini, bentuk paling signifikan dari meningitis adalah tipe bacterial. Bakteri paling sering dijumpai pada meningitis bakteri akut, yaitu Neiserria meningitides (meningitis meningokokus), Streptococcus pneumonia (pada dewasa), dan Haemophilus influenza (pada anak-anak dan dewasa muda). Ketiga organism ini menyebabkan sekitar 75% kasus meningitis bakteri. Bentuk penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup droplet dan secret dari hidung dan tenggorok yang membawa kuman (paling sering) atau infeksi dari orang lain. Akibatnya, banyak yang tidak berkembang menjadi infeksi tetapi menjadi pembawa (carrier). Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram negative yang terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau seseorang yang mengalami gangguan respons lama.2. Meningitis tuberkulosaUntuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di Indonesia karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis tuberkulosis terjadi sebagai akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis primer, biasanya di paru. Terjadinya meningitis tuberkulosa bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid (Pradana, 2009). Pada pemeriksaan histologis, meningitis tuberkulosa ternyata merupakan meningoensefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada dasar otak, terutama pada batang otak tempat terdapat eksudat dan tuberkel. Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis (Pradana, 2009). Etiologi dari meningitis tuberkulosa adalah Mycobacterium tuberculosis (Pradana, 2009)3. Meningitis viralDisebut juga dengan meningitis aseptik, terjadi sebagai akibat akhir / sequel dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes simpleks, dan herpes zooster. Pada meningitis virus ini tidak terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) tidak ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter, dan lapisan menigens. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simpleks, virus ini akan mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan gangguan produksi enzim neurotransmiter, dimana hal ini akan berlanjut terganggunya fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologis (Pradana, 2009).Etiologi dari meningitis viral antara lain : Tabel 2.1. Virus yang dapat menyebabkan meningitis (Swartz , 2007).

COMMON

NONARTHROPOD VIRUSES

Picornavirus (RNA)

Enterovirus

Echovirus

Coxsackie A

Coxsackie B

Enterovirus 70,71

Poliovirus

Herpes simplex type 2 (HSV-2) (DNA)

ARTHROPOD-BORNE (ARBOVIRUSES)

Togavirus (Alphavirus, RNA)

Eastern equine encephalitis (EEE)

Western equine encephalitis (WEE)

Venezuelan equine encephalitis (VEE)

Flavivirus (RNA)

St. Louis encephalitis (SLE)

West Nile virus (WNV)

Bunyavirus (RNA)

California encephalitis

UNCOMMON

Arenavirus (RNA)

Lymphocytic choriomeningitis (LCM)

Paramyxovirus (RNA)

Mumps

Retrovirus (RNA)

Human Immunodeficiency virus (HIV-1)

RARE

Herpes virus (DNA)

Herpes simplex type 1 (HSV-1)

Epstein-Barr virus (EBV)

Cytomegalovirus (CMV)

Varicella-Zoster virus (VZV)

Human herpes virus type 6 (HHV-6)

Adenovirus (DNA)

Coltivirus (RNA)

Colorado tick fever

Bunyavirus (RNA)

Toscana virus (a Phlebovirus)

Menurut Muttaqin (2011), tipe dari meningitis ini sering disebutu meningitis aseptis. Tipe ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan virus seperti gondok, herpes simplek, dan herpes zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organism pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari jaringan otak terhadap virus bervariasi bergantung pada jenis sel yang terlibat.4. Meningitis jamurMeningitis oleh karena jamur merupakan penyakit yang relatif jarang ditemukan, namun dengan meningkatnya pasien dengan gangguan imunitas, angka kejadian meningitis jamur semakin meningkat. Problem yang dihadapi oleh para klinisi adalah ketepatan diagnosa dan terapi yang efektif. Sebagai contoh, jamur tidak langsung dipikirkan sebagai penyebab gejala penyakit / infeksi dan jamur tidak sering ditemukan dalam cairan serebrospinal (CSS) pasien yang terinfeksi oleh karena jamur hanya dapat ditemukan dalam beberapa hari sampai minggu pertumbuhannya (Pradana, 2009). Etiologi dari meningitis jamur antara lain: 1. Cryptococcus neoformans 2. Coccidioides immitris

Menurut Muttaqin (2011), meningitis diklasifikasikan sesuai dengan factor penyebabnya:1. AsepsisMeningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia, atau darah di ruang subarachnoid.2. SepsisMeningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organism bakteri seperti meningokokus, stafilokokus, atau basilus influenza3. TuberkulosaMeningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.

Menurut Mansjoer (2000), meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu:1. Meningitis serosaMerupakan radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.2. Meningitis purulentaMerupakan radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan medulla spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumonia (pneumokok), Neisseria meningitides (meningokok), Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, Eschericia coli, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa.

5. PATOFISIOLOGI(Terlampir)

6. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi Klinis berdasarkan golongan usia:a. Neonatus Gejala tidak khas Panas Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran menurun Ubun0ubun besar, kadag cembung Pernafasan tidak teraturb. Anak umur 2 bulan sampai dengan 2 tahun Gambaran Klasik (-) Hanya panas, muntah, gelisah, kejang berulangc. Anak umur lebih dari 2 tahun Panas, menggigil, muntah, nyeri kepala Kejang Gangguan kesadaran Tanda-tanda rangsang meningeal, kaku kuduk, tanda brudzinky dan kerning (+)

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang terkenameningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan adanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan. (Japardi, Iskandar., 2002)

Manifestasi klinis meningitis (lain): Sakit kepala dan demam Perubahan pada tingkat kesadaran Iritasi meningen Rigiditas nukal(kaku leher) Tanda kernig positif Tanda bradzinski Fotofobia {apabila cahaya diarahkan pada mata pasien, (adanya disfungsi pada saraf III, IV dan VI) Kejang dan peningkatan PTIK Adanya ruam Infeksi fulminating(smeltzer c Suzanne and Brenda G,2001)

7. KOMPLIKASIKomplikasi serta sequelle yang timbul : biasanya berhubungan dengan proses inflamasi pada meningen dan pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus cranial,lesi cerebral fokal, hydrasefalus) disebabkan oleh infeksi meningococcus pada organ tubuh lainnya (infeksi okular, arthritis, purpura, pericarditis, endocarditis, myocarditis, orchitis, epididymitis, albuminuria atau hematuria, perdarahan adrenal). Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran nafas bagian atas, telinga tengah dan paru-paru.Komplikasi dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang terlambat. Komplikasi yang sering terjadi akibat meningitis otogenik adalah efusi subdural, empiema subdural, ventrikulitis, abses serebri, gejala sisa neurologis berupa paresis sampai deserebrasi, epilepsi maupun meningitis yang berulang. Pada anak-anak dapat mengakibatkan epilepsi, retardasi mental dan hidrosefalus akibat sumbatan pada saluran CSF ataupun produksi CSF yang berlebihan. Selain itu juga bisa terjadi deafness.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan Pungsi LumbalLumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial.a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).b. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis bakteri.Pemeriksaan darahDilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.Pemeriksaan Radiologisa. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin dilakukan CT Scan.b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi) dan foto dada. Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa Lumbal Pungsi. Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur posistif terhadap beberapa jenis bakteri. Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSF jernih, leukositosis, glukosa dan protein normal, kultur biasanya negative.Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan fleksi pada kepala klien yang akan menimbulkan nyeri, disebabkan oleh adanya iritasi meningeal khususnya pada nervus cranial ke XI, yaitu Asesoris yang mempersarafi otot bagian belakang leher, sehingga akan menjadi hipersensitif dan terjadi rigiditas.Sedangan pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+) menandakan bahwa infeksi atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis bagian bawah. Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal. Glukosa serum: meningkat (meningitis) LDH serum: meningkat (meningitis bakteri) Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri) Elektrolit darah: Abnormal ESR/LED: meningkat pada meningitis MRI/CT-scan: dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine: dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi. Ronsen dada/kepala/ sinus: mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial. Arteriografi karotis : Letak abses9. PENATALAKSANAAN MEDIS1.Isolasi :Anak ditempatkan dalam ruang isolasi sedikitnya selama 24-48 jam setelah mendapatkan antibiotik IV yang sensitif terhadap organisme penyebab.2.Terapi antimikrobaTerapi anti mikroba pada meningitis bakteri terdiri dari ampisilin dan sefotaksim atau ampisilin dan gentamisin. antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur dan diberikan dengan dosis tinggi.3.Mempertahankan hidrasi optimummengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema serebral (pembengkakan otak). Pemberian plasma perinfus mungkin diperlukan untuk rejatan dan untuk memperbaiki hidrasinya (short,J Rendle,1994)4.Mencegah dan mengobati komplikasi.aspirasi efusi subdural dan terapi heparin 5.Mengontrol kejangpemberian anti epilepsy atau anti konvulsan untuk anak yang kejang-kejang.Diazepam = 0,5 mg/kg BB/ ivFenobarbital = 5-6 mg/kg BB/hari secara oral Difenilhidantoin = 5-9 mg/kgBB/hari secara oral5. Pemberian antibiotik secara Infus (intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan serta mengurangi atau menghindari resiko komplikasi.Pada bakteri Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara lain Cephalosporin (ceftriaxone atau cefotaxime) Sefalosporin (iv) : 2 gr tiap 4 jam dan bakteri Listeria monocytogenes akan diberikan Ampisilin (iv) : 8-12 gr/ hari dibagi dalam 4 kali pemberian, Vancomycin dan Carbapenem (meropenem), Chloramphenicol (iv) : 4-8 gr/ hari 7. Bila gelisah diberi sedativ seperti fenobarbital (penenang)8. Nyeri kepala diatasi dengan analgetikdan Fisioterapi diberikan untuk mencegah dan mengurangi cacat.9. Panas diturunkan dengan: Kompres, parasetamol, asam salisilat, pada anakdosisnya 10 mg/kg BB tiap 4 jam secara oral10. Kenaikan tekanan intra kranial diatasi dengan: Manitol = Dosisnya 1-1,5 mg/kgBB/iv. Kortikosteroid Biasanya dipakai dexametason secara iv dengan dosis 10 mg. 11. Bila ada hidrosefalus obstruktif dilakukan operasi pemasangan pirau (shunting)12. Efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc setiap hari selama 2-3 minggu, bila gagal dilakukan operasi.

Penanganan / Perawatan pada saat anak demam (rumah)1. Beri kompres hangat2. Berikan banyak minum air putih3. Gunakan pakaian tipis4. Jangan di kerumuni banyak orang5. Buka jendela untuk memudahkan udara masuk ke ruangan6. Berikan obat penurun panas sesuai program terapi dokterPenanganan / Perawatan pada saat anak kejang (rumah)1. Baringkan anak pada tempat yang rata, kepala di miringkan dan pasangkan gagang sendok yang dibungkus kain atau sapu tangan bersih dalam mulutnya. Dengan tujuan untuk mencegah lidah tergigit.2. Buka baju anak, longarkan pakaian yang mengganggu pernapasan.3. Singkirkan benda-benda di sekitar anak.4. Jangan memberi minuman atau makanan apapun pada anak saat kejang.5. Bila badan panas berikan kompres hangat.6. Bila dengan tindakan ini kejang belum berhenti atau kondisi nya semakin parah, segera bawa anak ke dokter atau rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKAAnonymous. 2010. Disitasi http://nursingbegin.com/askep-meningitis/. Diakses tanggal 12 Desember 2010.Brough,Hellen,et al. (2007). Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta: EGCFarinqhustank. 2008. Meningitis .http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas makalah/kedokteran/meningitis. Di akses tanggal 2 Desember 2009 pukul 18.40.Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi, Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.Kandun, I. 2006. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Infomedika : Jakarta.Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba MedikaNoor, N. 1997. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Rineka Cipta : Jakarta.Pradhana, D., 2009. Referat Meningitis. Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta.Roos, K.L., Tyler, K.L., 2005. Meningitis, Encephalitis, Brain Abscess, and Empyema. In: Kasper, D.L., Braunwald, E., Fauci, A.S., Hauser, S.L., Longo, D.L., and Jameson, J.L. Harrisons Principles of Internal Medicine. 16th ed. New York: McGraw-Hill, 2471-2490.Smeltzer c Suzanne and Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperwatan Medical Bedah. Jakarta. Penerbit EGCSoegijanto, S. 2002. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan, Edisi Pertama. Salemba Medika : Jakarta.Swartz, M.N., 2008. Meningitis: Bacterial, Viral, and Other. In: Goldman, L., Ausiello, D., Cecil Medicine. 23rd ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.WHO. 2005. Meningitis. http://www.who.int/emc/diseases/meningitis.