menggunakan informasi arus kas dan nilai kini dalam pengukuran akuntansi
TRANSCRIPT
www.futurumcorfinan.com
Page 1
Menggunakan Informasi Arus Kas dan Nilai Kini
dalam Pengukuran Akuntansi
Pendahuluan
Pada Februari tahun 2000, Financial Accounting Standard Board (FASB) mengeluarkan
Concepts Statement No. 7, Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements. Pernyataan ini menyebutkan beberapa catatan mengenai penggunaan nilai kini
dalam pencatatan akuntansi. Pada dasarnya sebagian besar pencatatan akuntansi dilakukan
dengan menggunakan nilai yang mengacu kepada kondisi pasar, misalnya berdasarkan jumlah
uang yang diterima/dibayar, biaya yang terjadi (current cost), ataupun nilai pasar saat ini
(current market value). Namun terkadang akuntan juga perlu untuk menggunakan nilai
berdasarkan arus kas yang akan terjadi di masa depan, arus kas ini nantinya akan dicatat
berdasarkan nilai kini-nya. Masih terdapat beberapa pertimbangan mengenai penerapan nilai
kini dalam pecatatan akuntansi, artikel ini akan memuat tujuan dari penggunaan nilai kini,
Muhammad Putrawal
DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,
ATAU MENDISTRIBUSIKAN
SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN
INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS
DARI PENULIS
Untuk pertanyaan atau komentar bisa
diposting melalui website
www.futurumcorfinan.com
www.futurumcorfinan.com
Page 2
prinsip umum yang berlaku dalam penentuan nilai kini, khususnya ketika jumlah dari arus kas
masa depan atau waktu terjadinya tidak pasti serta pertimbangan penerapan dalam pemakaian
nilai kini baik untuk aset ataupun liabilitas. Agar pemahaman artikel ini menjadi lebih mudah,
artikel ini akan dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:
1. Tujuan dari pemakaian nilai kini dan prinsip nilai kini dalam pencatatan akuntansi.
2. Estimasi arus kas: pendekatan tradisional dan pendekatan arus kas ekspetasi.
3. Apakah pendekatan seperti ini juga bisa diterapkan pada liabilitas?
4. Metode perhitungan bunga dalam perhitungan nilai kini.
1. Tujuan dari Pemakaian Nilai Kini dan Prinsip Nilai Kini dalam Pencatatan Akuntansi
Tujuan dari penggunaan nilai kini dalam pencatatan akuntansi adalah untuk mengestimasi nilai
wajar (fair value). Dengan kata lain, nilai kini seharusnya mencoba untuk menangkap elemen-
elemen yang jika digabungkan akan menghasilkan harga pasar yang juga bisa diartikan nilai
wajar. Pengertian nilai wajar sendiri oleh FASB diartikan sebagai “The amount at which that
asset (or liability) could be bought (or incurred) or sold (or settled) in a current transaction
between willing parties, that is, other than in a forced or liquidation sale.” Jadi bila disimplifikasi
nilai wajar adalah harga dimana dua pihak akan setuju untuk mengadakan transaksi.
Perhitungan nilai kini merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk memasukkan
kepentingan time value of money dalam perhitungan suatu nilai. Untuk kepentingan mencari
nilai wajar, perhitungan nilai kini akan menghitung berapa kompensasi yang diinginkan suatu
entitas terhadap jasa/produk yang akan dilakukan di masa depan. Nilai kini merupakan salah
satu fondasi dari ilmu ekonomi dan keuangan, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari valuasi, penetapan harga aset (aset pricing model) dan juga dalam penentuan harga opsi
(option-pricing models). Lebih dari itu estimasi nilai kini dari arus kas masa depan menunjukkan
nilai implisit dari semua kegiatan yang terjadi di pasar, contohnya untuk pencatatan aset
keuangan seperti hutang atau obligasi. Metode seperti ini nantinya bisa dikembangkan untuk
semua pencatatan aset dan liabilitas dalam laporan keuangan.
www.futurumcorfinan.com
Page 3
Penggunaan nilai kini diperlukan untuk memperhitungkan berbagai kemungkinan kejadian
(probabilitas), dan perbedaan nilai ekonomis arus kas masa depan. Sebagai contoh, masing-
masing lima aset di bawah ini memiliki nlai arus kas masa depan dengan nilai yang sama yaitu
sebesar $ 10.000, dengan keterangan:
a. Aset A dengan arus kas berdasarkan kontrak sebesar $ 10.000 yang jatuh tempo
dalam waktu 1 hari. Jumlah yang nantinya akan diterima sebesar $10.000.
b. Aset B dengan arus kas berdasarkan kontrak sebesar $ 10.000 yang jatuh tempo
dalam waktu 10 tahun. Jumlah yang nantinya akan diterima sebesar $10.000.
c. Aset C dengan arus kas berdasarkan kontrak sebesar $ 10.000 yang jatuh tempo
dalam waktu 1 hari. Jumlah yang nantinya akan diterima belum pasti. Mungkin kurang
dari $ 10.000 tapi tidak akan lebih dari $ 10.000.
d. Aset D dengan arus kas berdasarkan kontrak sebesar $ 10.000 yang jatuh tempo
dalam waktu 10 tahun. Jumlah yang nantinya akan diterima belum pasti. Mungkin
kurang dari $ 10.000 tapi tidak akan lebih dari $ 10.000.
e. Aset E dengan arus kas ekspetasi (expected cash flow)1 sebesar $ 10.000 yang jatuh
tempo dalam waktu 10 tahun. Jumlah yang nantinya akan diterima belum pasti dengan
rentang di antara $ 8.000 hingga $12.000.
Point 1 sampai 4 memiliki nilai kontrak dengan jumlah arus kas yang sama ($ 10.000), dan
pada point kelima nilainya bukan berdasarkan kepada nilai kontrak tetapi kepada jumlah
ekspetasi yang diharapkan sebesar $10.000. Beberapa akan berpendapat bahwa mereka
memiliki nilai ekonomis yang sama dan pihak di pasar juga akan membayar harga yang sama
pada kelima point tersebut. Perbedaan pada kelima aset tersebut terletak pada waktu terjadinya
serta ketidakpastian yang dihadapi, tetapi jika dilakukan pencatatan secara akuntansi (tanpa
didiskoto) akan menghasilan nilai yang sama. Jika pencatatan dilakukan dengan nilai kini tentu
nilai yang dihasilkan akan berbeda sesuai dengan karakter masing-masing aset.
1 Dalam pengertian akuntansi arus kas ekspetasi adalah total dari beberapa kemungkinan probabilitas yang terjadi,
atau estimasi rata-rata dari berbagai probabilitas.
www.futurumcorfinan.com
Page 4
Untuk melakukan perhitungan nilai kini yang baik pada umumnya mencakup elemen berikut:
Estimasi untuk arus kas masa depan, baik pada satu titik atau untuk kasus yang lebih
kompleks, bisa berupa rangkaian arus kas masa depan yang tersebar ke beberapa titik
waktu2.
Ekspetasi terhadap kemungkinan variasi dalam jumlah, atau saat terjadinya arus kas.
Time value of money yang direpresentasikan oleh tingkat suku bunga.
Harga yang dibayar atas kompensasi terhadap ketidakpastian pada suatu aset atau
liabilitas.
Hal lain yang tekadang tidak apat diidentifikasi seperti ketidakpastian pasar, kondisi
ekonomi suatu negara, nilai tukar dan sebagainya.
Terdapat beberapa metode perhitungan yang bisa dilakukan untuk mengakomodir elemen-
elemen diatas.
Nilai Wajar (Fair Value), perhitungan ini mempertimbangkan kelima elemen tersebut
dengan membuat estimasi dan ekspetasi terhadap perhitungan para pelaku pasar
terhadap nilai jual dari aset (atau liabilitas) yang akan disepakati oleh pihak penjual dan
pembeli.
Pengukuran khusus untuk entitas (Entity-specific measurements). Pendekatan ini
mencoba untuk menghitung nilai dari suatu aset atau liabilitas dalam konteks yang
khusus. Metode ini bisa mempertimbangkan kelima elemen diatas, namun perhitungan
yang dilakukan lebih mengacu kepada entitas bersangkutan. Contohnya untuk
mempertimbangkan nilai aset, suatu entitas akan mengacu kepada nilai penggunaan
aset entitas itu sendiri bukan kepada pengunaan dari pasar.
Akumulasi biaya (Cost-Accumulation). Pendekatan ini menghitung berapa biaya
(biasanya biaya inkremental) yang telah diestimasi oleh entitas akan terjadi ketika
mereka melakukan pembelian aset atau melunasi liabilitasnya dalam jangka waktu
tertentu. Pengukuran ini mengeluarkan asumsi lain yang akan diperhitungkan dalam
nilai wajar. Contohnya, dalam estimasi suatu biaya pelunasan liabilitas suatu entitas
2 Dalam perhitungan yang kompleks seperti perhitungan liabilitas yang nilainya dipatok oleh penyedia jasa, estimasi
arus kas memasukkan elemen seperti baya overhead dan margin laba terkait dengan harga dari barang atau jasa
tersebut.
www.futurumcorfinan.com
Page 5
tidak akan memperhitungkan biaya overhead, margin laba, dan premium risiko yang
akan diajukan oleh supplier pihak ketiga.
Untuk lebih jelas mengenai bagaimana cara memasukan elemen-elemen ini dalam perhitungan
akan dijelaskan melalui ilustrasi dibawah, tetapi sebelum masuk ke contoh ada baiknya untuk
terlebih dahulu dijelaskan mengenai elemen nomor 1 yang berkaitan dengan estimasi untuk
arus kas masa depan, karena ini merupakan salah satu komponen terpenting dalam
perhitungan nilai kini. Penjelasan ini akan dilanjutkan pada bagian estimasi arus
kas:pendekatan tradisional dan pendekatan arus kas ekspetasi dibawah ini.
2. Estimasi Arus Kas: Pendekatan Tradisional dan Pendekatan Arus Kas Ekspetasi
Salah satu dari tujuan dari laporan keuangan adalah untuk membantu investor, kreditur, dan
pemegang kepentingan yang lain untuk melakukan analisa, baik terhadap jumlah, kapan
terjadinya, dan ketidakpastian dari prospektif suatu arus kas. Ada beberapa pihak yang
berpendapat bahwa estimasi arus kas yang tidak didiskonto merupakan cara yang terbaik
dalam mengkomunikasikan informasi mengenai prospektif arus kas. Tetapi perhitungan
semacam ini tidak memenuhi tujuan dari laporan keuangan secara keseluruhan. Arus kas
estimasi tanpa didiskonto merupakan gambaran nilai akhir dari aset atau liabilitas yang dicatat
berdasarkan nilai transaksi bukan berdasarkan nilai kini. Menampilkan nilai yang tidak
didiskonto dalam neraca tidak menggambarkan hal mengenai kapan terjadi dan ketidakpstian
dari arus kas masa depan. Satu-satunya cara untuk mengkomunikasikan informasi mengenai
“jumlah, kapan terjadinya, dan ketidakpastian” dalam nilai tercatat suatu aset atau liabilitas
adalah dengan mencampurkan ketiga komponen ini melalui pendekatan diskonto. Nilai yang
dicatat nantinya juga bukan merupakan nilai historis, tapi valuasi dari aset atau liabilitas.
Perhitungan nilai kini umumnya dimulai dengan satu set arus kas. Standar akuntansi memiliki
pendekatan yang bermacam-macam dalam menspesifikasi satu set arus kas, dalam artikel ini
akan dijelaskan dua pendekatan yaitu pedekatan tradisional dan pendekatan arus kas
eskpetasi. Arus kas yang dipakai umumnya adalah arus kas sesuai yang tertera dalam kontrak
(arus kas kontraktual). Namun ketika arus kas kontraktual tidak tersedia terdapat alternatif
perhitungan dengan memakai estimasi satu nilai yang paling baik atau yang paling mendekati.
Pendekatan tradisional menggunakan satu set arus kas dan satu tingkat bunga.
Pendekatan ini sudah umum dipakai oleh akuntan dan bisa digunakan untuk berbagai
www.futurumcorfinan.com
Page 6
macam perhitungan, khususnya dengan aset dan liabilitas yang memiliki pembanding
yang bisa diobservasi di market. Namun pihak FASB melihat bahwa pendekatan
tradisional ini tidak menyediakan alternatif untuk melakukan perhitungan pada situasi
yang lebih kompleks.
Pendekatan arus kas ekspetasi dinilai dapat digunakan sebagai alternatif pendekatan
tradisional. Pendekatan arus kas tidak hanya memakai satu arus kas saja melainkan
memakai beberapa kemungkinan arus kas yang bisa terjadi. Pendekatan ini akan
membuat probabilitas jumlah arus kas yang bisa didapat dan kapan arus kas ini bisa
terjadinya. Misalnya arus kas sebesar $100 dengan kemungkinan 10%, $ 200
kemungkinan 60%, dan $ 300 kemungkinannya 30%. Lalu arus kas $100 bisa terjadi
pada tahun ke 1, 2, atau 3 dengan probabliitas 10%,60%, dan 30%. Kemungkinan ini
lalu digabung dan didapat hasil perhitungan sebagai berikut:
Banyak akuntan yang belum rutin menggunakan pendekatan arus kas ekspetasi, namun
pendekatan ini dapat digunakan untuk beberapa perhitungan dalam akuntansi seperti
perhitungan dana pensiun, jaminan hari tua, dan obligasi asuransi. Ketentuan akuntansi juga
memperbolehkan (meski tidak mewajibkan) pendekatan seperti ini dipakai untuk menghitung
aset jangka panjang dan mengestimasi nilai wajar dari instrumen keuangan.
www.futurumcorfinan.com
Page 7
Ilustrasi 1: Perhitungan nilai kini pada aset
Ilustrasi ini akan mencontohkan perhitungan nilai kini untuk aset yang mempunyai nilai arus kas
masa depan yang sama besar yaitu $10.000, namun masing-masing aset memiliki karakteristik
yang berbeda yaitu:
a. Aset A dengan arus kas berdasarkan kontrak sebesar $ 10.000 yang jatuh tempo
dalam waktu 1 hari. Jumlah yang nantinya akan diterima sebesar $10.000.
b. Aset B dengan arus kas berdasarkan kontrak sebesar $ 10.000 yang jatuh tempo
dalam waktu 10 tahun. Jumlah yang nantinya akan diterima sebesar $10.000.
www.futurumcorfinan.com
Page 8
c. Aset C dengan arus kas berdasarkan kontrak sebesar $ 10.000 yang jatuh tempo
dalam waktu 1 hari. Jumlah yang nantinya akan diterima belum pasti. Mungkin kurang
dari $ 10.000 tapi tidak akan lebih dari $ 10.000.
d. Aset D dengan arus kas berdasarkan kontrak sebesar $ 10.000 yang jatuh tempo
dalam waktu 10 tahun. Jumlah yang nantinya akan diterima belum pasti. Mungkin
kurang dari $ 10.000 tapi tidak akan lebih dari $ 10.000.
e. Aset E dengan arus kas ekspetasi (expected cash flow)3 sebesar $ 10.000 yang jatuh
tempo dalam waktu 10 tahun. Jumlah yang nantinya akan diterima belum pasti dengan
rentang di antara $ 8.000 hingga $12.000.
Dalam perhitungan nilai kini akan diperhatikan tiga hal yaitu: time value of money , risiko
premium, dan penyesuaian terhadap kemungkinan hal lain yang bisa terjadi.
Time Value of Money, yang diindikasikan dengan tingkat bunga bebas risiko (risk
free rate)
Untuk Aset A jatuh temponya hanya satu hari, dengan kata lain kas dapat diterima
langsung pada keesokan harinya. Nilai nominalnya sangat dekat dengan nilai wajarnya.
Berbeda dengan empat aset yang lain yang akan membutuhkan penyesuaian yang jauh
lebih detail. Aset B, D, dan E merepresentasikan kas yang akan diperoleh 10 tahun
kemudian, sedangkan aset A dan C menjanjikan kas di keesokan harinya. Dengan
menggunakan tingkat diskonto untuk 10 tahun sebesar 5% nilai kini dari Aset B, D, dan
E adalah $ 6.139.
Faktor risiko premium (premium risk)
Perhitungan nilai kini seperti halnya perhitungan lain dalam akuntansi terjadi dibawah
kondisi ketidakpastian. Ketidakpastian disini dikarenakan fakta bahwa arus kas yang
digunakan dalam estimasi nilai kini merupakan estimasi, bukan nilai pasti berdasarkan
kontrak, bahkan jikapun ada kontrak masih terdapat kemungkinan nilai kontrak bisa
berubah atau dibatalkan. Untuk itu dalam perhitungan nilai wajar perlu memasukkan
3 Dalam akuntansi arus kas ekspetasi mengacu kepada total dari beberapa kemungkinan probabilitas yang terjadi,
atau estimasi rata-rata dari berbagai probabilitas.
www.futurumcorfinan.com
Page 9
nilai dimana pelaku dalam pasar bersedia untuk menerima ketidakpastian dalam arus
kasnya. Tujuan untuk memasukkan ketidakpastian dan risiko adalah untuk memperluas
kemungkinan yang terjadi dalam pasar karena dalam pasar terdapat banyak tipe pelaku
entah mereka yang berani mengambil risiko (risk taker) atau menghindari risiko (risk
averse).
Perlu ada kompensasi atas ketidakpastian yang dihadapi. Seorang investor yang
merupakan penghindar risiko bisa jadi menginginkan sejumlah insentif sebelum memilih
untuk berinvestasi di aset C, dengan alasan aset ini bisa memberikan pengembalian
yang lebih kecil atau lebih besar dari yang diharapkan. Sama halnya ketika memilih Aset
E dibandingkan Aset A, meskipun tingkat pengembalian yang dijanjikan sama terdapat
risiko bahwa Aset E tidak didasari kontrak seperti halnya Aset A. Contoh dibawah akan
mengilustrasikan penambahan risiko premiun untuk perhitungan nilai kini, tingkat risiko
yang dipakai disini hanya ilustrasi saja.
Penyesuaian terhadap kemungkinan lain yang terjadi
Aset A dan C masing-masing menjanjikan $10.000 dikeesokan harinya, tapi tidak ada
entitas yang secara rasional akan membayar dengan harga yang sama untuk setiap
surat sanggup bayar (promise). Ketika pembeli membayar dengan nilai mendekati
$10.000 untuk Aset A, dia tidak akan membayar lebih untuk Aset C. Dengan karakter
yang sama bisa jadi pembeli akan membeli Aset C sebesar 80% dari kas yang
dijanjikan. Begitu juga untuk Aset D jika pembeli mengharapkan peforma yang serupa
dengan Aset B, maka pembeli tidak akan membayar lebih dari $ 4.911 (Aset B, $ 6.139
dikali 80%). Arus kas ekspetasi dari Aset E sudah termasuk probabilitas rata-rata
tertimbang dari ekspetasi yang diharapkan, sehingga tidak perlu ada penyesuaian yang
dilakukan. Dari perhitungan ini akan didapat hasil yang berbeda.
Aset A: Arus kas yang sudah pasti sebesar $10.000 dengan jatuh tempo dalam 1 hari,
nilainya diukur sebesar $10.000.
Aset B: Arus kas yang sudah pasti sebesar $10.000 dengan jatuh tempo dalam 10
tahun, nilainya diukur sebesar $6.139.
www.futurumcorfinan.com
Page 10
Aset C: Arus kas yang sudah pasti sebesar $10.000 dengan jatuh tempo dalam 1 hari,
nilainya diukur sebesar $8.000.
Aset D: Arus kas yang sudah pasti sebesar $10.000 dengan jatuh tempo dalam 10
tahun, nilainya diukur sebesar $4.911.
Aset E: Arus kas yang sudah pasti sebesar $10.000 dengan jatuh tempo dalam 10
tahun, nilainya diukur sebesar $6.139.
3. Apakah Pendekatan Seperti Ini Juga Bisa Diterapkan Pada Liabilitas?
Sebagian besar pihak menerima ide dari FASB untuk menggunakan nilai kini untuk
mengestimasi nilai wajar dari suatu aset. Tetapi hal ini menjadi perdebatan ketika diterapkan
pada liabilitas. Perhitungan nilai kini untuk liabilitas membutuhkan teknik berbeda dan memiliki
kendala tersendiri jika dibandingkan dengan perhitungan untuk aset. Tujuan menggunakan nilai
kini untuk estimasi liabilitas adalah untuk melihat nilai dari aset yang dibutuhkan untuk (a)
melunasi liabilitas atau (b) menjual liabilitas tersebut kepada pihak lain dengan kedudukan
kredit sebanding.
Ide bahwa nilai wajar bisa diterapkan dalam liabilitas masih menimbulkan beberapa diskusi
yang perlu ditelaah lebih lanjut. Perhitungan semacam ini membuat nilai liabilitas seakan-akan
mengikuti nilai pasar dimana elemen laba turut diperhitungkan. Misalnya, dalam mengestimasi
nilai wajar utang obligasi dan utang wesel, akuntan bisa melakukan percobaan dengan cara
mengestimasi harga dimana suatu entitas lain bersedia untuk membeli liabilitas. Prosesnya
sama dengan perhitungan menilai suatu aset. Contoh lainnya adalah bunga yang kreditur
tetapkan saat memberikan pinjaman kepada debiturnya yang merupakan harga yang kreditur
tetapkan untuk mengkompensasi kesanggupan debitur dalam membayar pinjaman tersebut.
Nilai wajar merupakan merupakan atribut untuk perhitungan dalam perhitungan akuntansi
dalam pengakuan awal dari aset atau liabilitas dibawah pencatatan berdasarkan nilai historis.
Terlepas dari label “nilai historis”, alasan bahwa transaksi dicatat sebesar jumlah biaya yang
dikeluarkan adalah karena biaya merupakan representasi dari nilai wajar saat transaksi itu
terjadi. Nilai ini merupakan nilai wajar dimana pihak pembeli dan penjual telah setuju mengenai
kesepakatan harga dari barang/jasa yang ditransaksikan. Bahkan bisa juga model pencatatan
akuntansi seperti ini bisa juga dibilang sebagai sebagai pencatatan dengan prinsip “nilai wajar
historis” (historical fair value).
www.futurumcorfinan.com
Page 11
Terdapat dua poin yang menjadi catatan ketika nilai kini diterapkan dalam perhitungan liabilitas
yaitu (i) Faktor kedudukan kredit dalam perhitungan nilai kini dan (ii) Bagaimana jika liabilitas
tidak memiliki kontrak yang menjelaskan ekspetasi arus kas masa depan?
i. Faktor kedudukan kredit dalam perhitungan nilai kini
Perhitungan paling relevan terhadap suatu liabilitas selalu tercermin dari kedudukan
kredit (credit standing) dari debitur. Kreditur akan memberikan pinjaman sesuai dengan
harga yang ingin mereka keluarkan, dan kedudukan kredit menjadi salah satu faktor
pertimbangan. Entitas dengan kedudukan kredit yang kuat akan mendapatkan pinjaman
yang lebih besar jika dibandingkan dengan yang memiliki kedudukan kredit rendah.
Sebagai contoh sederhananya, jika dua entitas berjanji untuk membayar $500 dalam 5
tahun, entitas dengan kedudukan kredit kuat akan mendapatkan $374 dalam pertukaran
untuk promisenya (suku bunga 6%). Entitas dengan kedudukan kredit rendah
mendapatkan sebesar $284 (suku bunga 12%). Pengaruh kedudukan kredit umumnya
berpengaruh terhadap tingkat bunga yang diberikan oleh kreditur. Jika dihubungkan
dengan pemikiran bahwa liabilitas juga perlu dicatat berdasarkan nilai wajarnya, maka
faktor dari kedudukan kredit ini akan dikeluarkan dari perhitungan dan diganti dengan
tingkat diskonto yang mencerminkan tingkat diskonto yang wajar. Penjelasan lebih detail
akan dicontohkan pada ilustrasi dibawah.
Ilustrasi 2: Faktor kedudukan kredit dalam penentuan nilai kini
Perusahaan A menawarkan wesel untuk jangka waktu 10 tahun senilai $10.000 kepada
kreditur. Sesuai dengan kedudukan kredit perusahaan yang setingkat rating AA, maka
wesel didiskonto sebesar 7% dan Perusahaan A akan memperoleh kas sebesar $5.083.
Perusahaan B juga melakukan hal yang sama, namun perusahaan B hanya memiliki
kedudukan kredit, setingkat rating B. Wesel didiskonto sebesar 12% dan perusahaan B
akan memperoleh kas sebesar $3.220. Pada saat yang sama tingkat bunga untuk
instrumen keuangan sejenis milik pemerintah adalah 5.8%.
Ada dua metode pencatatan yang bisa dilakukan, yang pertama pencatatan dilakukan
berdasarkan kas yang didapat:
www.futurumcorfinan.com
Page 12
Pencatatan diatas sesuai dengan kedudukan kredit masing-masing perusahaan dan
mencerminkan nilai wajar (pada saat terjadinya transaksi). Namun ada beberapa pihak
yang berpendapat bahwa transaksi ini merupakan transaksi yang “going concern” dan
perlu dilihat lebih jauh kedepan. Untuk itu kedudukan kredit tidak perlu diperhitungkan
dan tingkat diskonto diambil berdasarkan tingkat bebas risiko sesuai wesel milik
pemerintah yang sebesar 5.8%, perhitungan seperti ini bisa dilihat di ilustrasi 2. Jika
tingkat bunga ini dipakai maka nilai yang seharusnya dicatat adalah $ 5.690, ini akan
menimbulkan kerugian di pencatatan masing-masing perusahaan karena ada
perbedaaan antara jumlah kas yang didapat dan nilai hutang wesel. Hanya sedikit
akuntan yang bersedia menerima pencatatan akuntansi seperti halnya ilustrasi kedua.
Sebagian besar berpendapat bahwa objektif perhitungan dari liabilitas secara
fundamental memang bebeda dari perhitungan untuk aset. Pencatatan liabilitas pada
laporan keuangan akan lebih difokuskan kepada apa yang sebenarnya menjadi
kewajiban entitas, untuk itu pencatatan seperti halnya contoh nomor 1 lebih diterima
karena nilainya pencatatan hutang weselnya sesuai dengan kas yang didapat oleh
perusahaan.
www.futurumcorfinan.com
Page 13
Catatan lain untuk faktor kedudukan kredit adalah
1. Perusahaan yang memiliki kedudukan kredit yang baik bisa mendapatkan bunga
yang rendah. Namun kesuksesan meminjam uang dengan bunga yang rendah
bukan merupakan persitiwa yang secara langsung menimbulkan kenaikan dalam
keuntungan/kerugian.
2. Perhitungan nilai wajar baik terhadap aset ataupun liabilitas sebaiknya tidak
memperhitungkan suatu faktor berbeda ketika nilai ekonomis yang dimiliki
sebenarnya sama. Hal ini bisa berdampak pada perhitungan dimana aset atau
liabilitas yang bernilai sama akan tampak berbeda, seperti halnya contoh diatas.
ii. Liabilitas tanpa arus kas kontraktual
Mencari nilai wajar suatu transaksi merupakan hal yang mudah jika sudah ada pasar
sempurna yang dapat dijadikan acuan, tetapi bagaimana jika dihadapkan pada situasi
tidak ada pihak lain yang terlibat yang benar-benar berniat untuk membeli aset dan
liabilitasnya, sehingga tidak akan ada transaksi dan tidak akan ada pembanding?
Bagaimana seorang akuntan mengembangkan dasar yang logis untuk perhitungan nilai
wajarnya?
Beberapa liabilitas terkadang lebih berfungsi untuk mewajibkan entitas melakukan jasa
tertentu dibandingkan membayar sejumlah uang ke pihak pemilik liabilitas. Garansi
produk, jaminan kesehatan hari tua, dan perawatan lingkungan merupakan contohnya.
Liabilitas seperti ini umumnya tidak memiiki arus kas kontraktual. Dalam melakukan
estimasi nilai wajar pada kasus seperti ini akan dimulai dengan membuat proyeksi arus
www.futurumcorfinan.com
Page 14
kas ekspetasi. Pengerjaannya akan dicontohkan pada ilustrasi dibawah ini. Contoh
dibawah akan memberikan perhitungan dengan memakai ketiga metode yang telah
disebutkan di awal artikel yaitu dengan nilai wajar (fair value), pengukuran khusus untuk
entitas (entity-specific measurements), dan akumulasi biaya (cost-accumulation).
Contoh ini menggambarkan perhitungan liabilitas entitas untuk melakukan reklamasi
stius. Pekerjaan ini akan memakan waktu hingga 10 tahun ke depan dan untuk
perhitungan untuk nilai wajar akan dilakukan dengan cara membangun proyeksi
estimasi jumlah biaya yang dikenakan oleh vendor.
Karena tidak ada kontrak maka manajemen membuat beberapa estimasi untuk nilai
minimum, normal, dan maksimum dari biaya-biaya yang signifikan. Biaya yang
diestimasi antara lain biaya tenaga kerja, biaya overhead, peralatan, margin laba dari
vendor, peralatan kimia, dan nilai sisa dari aset. Selain itu juga perlu dipertimbangkan
beberapa risiko seperti dalam hal ini terdapat kemungkinan 1:10 akan terjadi pergerakan
tanah yang tidak stabil yang akan mengakibatkan kerugian sebesar $100.000. Selain itu
biasanya vendor juga menginginkan permintaan terkait risiko premium terhadap
keberlangsungan proyek dalam 10 tahun. Manajemen mengestimasi nilai wajar untuk
risiko premium ini sebesar $42.000, dan $31.194 jika perhitungannya khusus untuk
entitas.
Entitas mendapat kredit rating BB. Kredit diskon merepresentasikan perbedaan antara
biaya inkremental pinjaman 10 tahun sebesar 8.7% dan tingkat bunga bebas risiko
sebagai penyesuaian untuk arus kas. Estimasi yang lain adalah:
Biaya tenaga kerja mengacu kepada struktur biaya dari entitas dan estimasi
kebutuhan tenaga kerja. Manajemen tidak melihat biaya tersebut akan berbeda
dari industri. Jika biaya lebih kecil (atau lebih besar) dari harga pasar, nanti akan
disesuaikan mendekati nilai pasar.
Vendor akan menambahkan alokasi untuk overhead dan estimasi peralatan.
Vendor biasanya akan melakukan tambahan terhadap biaya tenaga kerja dan
biaya internal. Tambahan ini merupakan margin laba dari vendor.
www.futurumcorfinan.com
Page 15
Perhitungan yang lengkap dari estimasi diatas dijelaskan pada ilustrasi berikut:
4. Metode Perhitungan Bunga dalam Perhitungan Nilai Kini
Beragamnya tingkat bunga dan arus kas yang digunakan dalam pernyataan akuntansi
merupakan salah satu alasan diperlukan adanya penyamaan persepsi mengenai nilai kini.
Aplikasi nilai kini dalam akuntansi secara tradisional berfokus pada tingkat bunga yang dipakai
untuk arus kas ekspetasi. Hal ini konsisten dengan pendekatan tradisional yang menekankan
www.futurumcorfinan.com
Page 16
bahwa tingkat bunga dipakai untuk menangkap semua ketidakpastian dan risiko yang melekat
dalam estimasi arus kas. Namun, dalam menentukan tingkat suku bunga yang wajar perlu
dipertimbangkan ketidakpastian dan risiko arus kas yang dikaitkan dengan aset atau liabilitas
tertentu dan tujuan dari perhitungan.
Banyak laporan keuangan yang dalam laporannya menyebutkan mereka menggunakan "tingkat
bunga yang sesuai" (“appropriate interest rate”) tanpa menjelaskan (atau hanya sedikit) alasan
pemakaian tingkat bunga ini. Dalam menentukan tingkat bunga ini memang tidaklah mudah,
tidak ada cara untuk mengidentifikasi hal ini selain mengerti terlebih dahulu: (a) sifat dari arus
kas yang diestimasi, (b) asumsi yang digunakan dalam mengestimasi arus kas, dan (c) tujuan
perhitungan. Dalam banyak kasus, tujuan dari perhitungan terkadang dibahas dalam laporan
yang dikeluarkan. Sebagai contoh untuk menghitung nilai wajar dari pembelian bisnis untuk
kepentingan kombinasi bisnis. Dalam perhitungan nilai kini ada dua tingkat bunga yang bisa
dipertimbangkan.
i. Tingkat suku bunga pinjaman inkremental (Incremental Borrowing Rates)
Beberapa pernyataan akuntansi memakai penggunaan dari tingkat suku bunga
pinjaman inkremental. Dalam kondisi tertentu, tingkat suku bunga pinjaman inkremental
bisa konsisten dengan definisi nilai kini yang dijelaskan pada artikel ini. Dengan
ketentuan jika tingkat bunga ini diterapkan untuk menentukan nilai wajar dari suatu
liabilitas berdasarkan nilai kini dari arus kas masa depan dan jika ketentuan dari liablitas
serupa dengan ketentuan entitas dalam mendapatkan pinjaman, maka nilainya bisa jadi
sesuai dengan nilai wajar dari liabilitas entitas tersebut.
Tingkat suku bunga pinjaman entitas sangat jarang diterapkan untuk menghitung aset
dari entitas tersebut. Ketidakpastian dan risiko yang terkandung dalam aset biasanya
tidak terkait dengan risiko yang ditanggung oleh kreditur sebagai pemegang liabilitas.
Ada kasus di mana pengakuan nilai kini baik untuk aset dan liabiltas diukur pada tingkat
bunga yang serupa. Bagaimanapun dalam situasi seperti itu, nilai kini hanya digunakan
untuk menghitung liabilitas. Pencatatan jumlah aset bisa dianggap sebagai nilai
wajarnya, yang dibuktikan dengan nilai utang yang dibutuhkan untuk mengambil
asetnya.
www.futurumcorfinan.com
Page 17
ii. Tingkat Pendapatan dari Aset (Asset-Earning Rates)
Beberapa pernyataan akuntansi menyebutkan bahwa tingkat pengembalian yang entitas
harapkan dari aset yang diinvestasikan dapat digunakan dalam perhitungan nilai kini
liabilitas. Konversi untuk menghitung liabilitas berdasarkan aset (aset-based) atau
berdasarkan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected-earning rate) dirancang
untuk mendapatkan pola tertentu dari pendapatan yang diakui atau menyajikan
hubungan antara nilai tercatat aset dan nilai tercatat liabilitas. Bagaimanapun tingkat
pengembalian yang diharapkan pada portofolio aset biasanya tidak terkait dengan
ketidakpastian dan risiko yang melekat pada arus kas liabilitas yang digunakan. Ketika
digunakan dalam perhitungan liabilitas, tarif berdasarkan aset (aset-based) atau
berdasarkan tingkat pengembalian yang diharapkan (expected earning rate) tidak
konsisten dengan konsep nilai kini yang dijelaskan dalam artikel ini.
Ada juga yang berpendapat bahwa arus kas suatu aset tertentu dapat mencerminkan
arus kas dari liabilitas sehingga perubahan antara satu dengan yang lain akan saling
berhubungan. Sebagai contoh, nilai wajar promise yang dibutuhkan untuk investasi 100
lembar saham pada perusahaan tertentu (sebelum mempertimbangkan efek dari
kedudukan kredit) akan sama dengan nilai wajar dari saham itu sendiri.
Untuk beberapa instrumen keuangan, arus kas yang dihasilkan akan berhubungan erat
dengan nilai aset keuangan tertentu. Dalam beberapa kasus, nilai dari aset sangat jelas
terkait dengan nilai-nilai yang mendasari liabilitas. Beberapa telah menyarankan untuk
mereplikasi perhitungan portofolio dalam mengestimasi nilai wajar terhadap liabiltias.
Banyak pendekatan modern dalam penetapan harga (termasuk Black-Scholes model)
dibangun berdasarkan replikasi portofolio. Namun, penggunaan sederhana dari tingkat
ekspetasi pengembalian untuk menghitung liabilitas mengaburkan risiko dan
ketidakpastian investasi yang melekat pada aset dan risiko yang melekat dalam
liabilitas, yang risikonya berbeda dan tidak berkaitan.
www.futurumcorfinan.com
Page 18
Penutup
Seperti telah dijelaskan diawal, nilai wajar adalah harga dimana pembeli dan penjual sepakat
untuk melakukan transaksi terhadap aset atau liabilitas yang dimiliki. Nilai ini akan mudah
diidentifikasi ketika pasarnya sudah tersedia, tetapi menjadi masalah ketika pasar tersebut tidak
ada. Masalah juga bisa muncul ketika tidak ada nilai yang diambil tidak berdasarkan nilai
kontraktual, meskipun perhitungan ini tetap dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
estimasi dan pendekatan yang berbeda. Namun pendekatan ini akan membutuhkan beberapa
asumsi dan penyesuaian yang bisa mengakibatkan nilai yang dihasilkan tidak akurat.
Pemakaian nilai kini dalam liabilitas juga masih menjadi perdebatan yang berkepanjangan, hal
ini terutama disebabkan bahwa objektif perhitungan dari liabilitas secara fundamental memang
bebeda dari perhitungan untuk aset. Pencatatan liabilitas pada laporan keuangan akan lebih
difokuskan kepada apa yang sebenarnya menjadi kewajiban entitas. Faktor kedudukan kredit
dalam perhitungan liabilitas juga masih akan menjadi isu yang berkepanjangan. Banyak pihak
yang menganggap ide ini akan tidak menunjukkan nilai sebenarnya dari kewajiban debitur
terhadap kreditur.
~~~~~~ ####### ~~~~~~
www.futurumcorfinan.com
Page 19
Daftar Bacaan :
Crooch, G Michael; dan Wayne S.Upton. 2001. Understanding the Issues: Credit Standing and
Liability Measurement.
Financial Accounting Standards Board. Statement of Financial Accounting Concepts No. 7.
2008. Halaman 1-26.
Neel, John M.; dan Wayne S.Upton. 2001. Understanding the Issues: Measuring Fair Value.
Neel, John M.; dan Wayne S.Upton. 2001. Understanding the Issues: The Case for Initially
Measuring Liabilities at Fair Value.
Trott, Edward W.; dan Wayne S.Upton. 2001. Understanding the Issues: Expected Cash Flows.
www.futurumcorfinan.com
Page 20
Disclaimer
This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the
date of writing and are subject to change. The information and analysis contained in this
publication have been compiled or arrived at from sources believed to be reliable but
FUTURUM does not make any representation as to their accuracy or completeness and does
not accept liability for any loss arising from the use hereof. This material has been prepared for
general informational purposes only and is not intended to be relied upon as accounting, tax, or
other professional advice. Please refer to your advisors for specific advice.
This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission
of the authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at
www.futurumcorfinan.com.
© FUTURUM. All Rights Reserved