membuat perubahan menjadi nyata - yappika … tahunan/ar-yappika_2017.pdf · sosial, interaksi...

50
2017 MEMBUAT PERUBAHAN MENJADI NYATA Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid 2017 Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/November/2017

Upload: ledang

Post on 29-May-2019

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

2017

MEMBUAT PERUBAHANMENJADI NYATA

Laporan TahunanYAPPIKA-ActionAid 2017

Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/November/2017

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

ii

LAPORAN TAHUNAN YAPPIKA-ActionAid 2017

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang© 2018 YAPPIKA-ActionAid 2019

Anda dipersilakan untuk menyalin, menyebarkan dan mengirimkan karya ini untuk tujuan non-komersial.

Untuk meminta salinan publikasi ini atau keterangan lebih lanjut mengenai publikasi ini, silakan hubungi YAPPIKA-ActionAid

Jl. Pedati Raya No. 20, RT 07/RW 09, Rawa Bunga,Jatinegara, Jakarta Timur, Indonesia 13350Telepon : 62-21-8191 623, 62-21-8590 5235E-mail : [email protected] : www.yappika-actionaid.or.id

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

1

MEMBUAT PERUBAHANMENJADI NYATA

Laporan TahunanYAPPIKA-ActionAid 2017

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

ii

Dr. Meuthia Ganie-Rochman adalah seorang ahli Sosiologi Organisasi dan Sosiologi Pembangunan, mengajar di Departemen Sosiologi Universitas Indonesia. Riset dan perkuliahannya meliputi masalah korupsi, tata kelola lembaga publik dan organisasi sosial, interaksi sosial organisasi bisnis dan pengelolaan pembangunan. Karya ilmiahnya yang terakhir bertujuan menyumbang perspektif baru dalam menganalisa persoalan korupsi yang kompleks, diterbitkan sebagai buku dan artikel di jurnal internasional. Pada tahun 2015, ia dipilih oleh Presiden Joko Widodo sebagai anggota tim Panitia Seleksi Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi 2015-2019.

KATA PENGANTAR

Ketua Dewan Pembina Meuthia Ganie-Rochman

Vanji Prasetyo/YAPPIKA-ActionAid/Januari/2019

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

iii

Merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya sebagai Ketua Dewan Pembina memberikan pengantar dalam laporan tahunan ini. Laporan tahunan YAPPIKA-ActionAid selalu mencerminkan 2 (dua) hal penting, yaitu transformasi penguatan organisasi dan perluasan pelibatan dengan berbagai organisasi untuk mencapai misinya, yaitu penguatan organisasi masyarakat sipil untuk perbaikan institusi publik. Keduanya memberikan gambaran tentang sebuah organisasi yang terus belajar dan berusaha masuk ke dalam keterlibatan yang lebih baik dan berdampak lebih luas. YAPPIKA-ActionAid harus dapat menjadi contoh yang termaktubkan pada salah satu misinya, yaitu sebagai organisasi yang mendorong pembelajaran dan inovasi.

Dengan bergabung ke dalam keanggotaan Federasi ActionAid International sejak tahun 2016, YAPPIKA-ActionAid harus menyesuaikan standar federasi yang berlaku secara internasional, meliputi baik kerangka, etika, dan standar administrasi organisasi. Dalam proses ini, YAPPIKA-ActionAid mempelajari sistem dan mekanisme yang lebih beragam dan berlaku lebih luas. Sebagai organisasi yang menjalankan program berdasarkan pengumpulan dana publik dan organisasi, YAPPIKA-ActionAid belajar banyak hal tentang berbagai model akuntabilitas dan transparansi. YAPPIKA-ActionAid juga berupaya menjalin berbagai bentuk kerja sama baru dengan organisasi dengan berbagai latar belakang. Dalam proses ini YAPPIKA-ActionAid belajar tentang karakter organisasi yang berbeda dan bagaimana berkolaborasi dengan kekuatan masing-masing. Termasuk di dalamnya kerja sama dengan organisasi asing untuk suatu program internasional.

Akan tetapi YAPPIKA-ActionAid ingin meletakkan semua ini dalam rangka

dijalankannya misi penguatan organisasi masyarakat sipil. Program Sekolah Aman misalnya, bukan hanya tentang perbaikan infrastruktur sekolah, melainkan membangun kapasitas organisasi lokal, memperbaiki kebijakan publik, dan tata kelola alokasi dana pendidikan. Program Sekolah Aman juga mengenai perluasan jaringan YAPPIKA-ActionAid. Pengalaman di dalamnya mengandung pelajaran tentang pentingnya memahami pengembangan jaringan. Sekolah Aman juga menggambarkan pengembangan pendekatan kerangka perubahan dalam melakukan perbaikan di wilayah publik. Sebagai contoh, program ini terkoneksi dengan sistem transparansi yang dibangun pemerintah pusat. Beberapa korporasi yang ikut dalam program ini mendorong YAPPIKA-ActionAid memperluas kerangka perubahannya. Selain itu YAPPIKA-ActionAid tidak melupakan perannya sebagai organisasi advokasi dengan terlibat di pelbagai koalisi isu strategis.

Namun dukungan yang sangat penting sekaligus menghangatkan jiwa organisasi berasal dari beberapa individu yang berkeinginan turut membuat perubahan bersama YAPPIKA-ActionAid. Di antara individu ini, 2 (dua) orang secara istimewa mendedikasikan waktu, tenaga dan relasinya. Mereka adalah Ibu Rachel Malik – istri Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, H.E. Ambassador Moazzam Malik - dan Reza Rahadian, seorang aktor terkemuka Indonesia. Sebagai Duta Persahabatan (Goodwill Ambassador) YAPPIKA-ActionAid, Ibu Rachel Malik dan Reza Rahadian terlibat langsung dalam kerja-kerja program bersama tim, mitra program, dan bahkan bersama masyarakat pada waktu berkunjung ke lapangan. Dengan semua kerja sama ini, semoga kapal YAPPIKA-ActionAid ke depan menjadi lebih kuat, berjiwa, dan penuh mosaik.

Program Sekolah Aman misalnya, bukan hanya tentang perbaikan infrastruktur sekolah, melainkan membangun kapasitas organisasi lokal memperbaiki kebijakan publik dan tata kelola alokasi dana pendidikan.

"

"

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

iv

KATA PENGANTAR

Fransisca Fitri atau akrab dipanggil Iko, telah bergabung di YAPPIKA-Actionaid sejak tahun 2002. Ia dipercaya menjadi Direktur YAPPIKA sejak tahun 2009 hingga saat ini. Kerja-kerja riset menjadi kesukaannya. Baginya, advokasi kebijakan terasa kosong apabila tidak didukung oleh data-data yang jelas sumbernya. Riset bukanlah sekedar keahlian dan kecanggihan menghasilkan serta mengolah data-data hingga berbunyi, namun juga erat kaitannya dengan keberpihakan bagi mereka yang rentan dari tekanan dan tersembunyi dari tatanan sosial maupun dominasi negara. Sejalan dengan proses keterlibatannya di YAPPIKA-ActionAid, ia memiliki keahlian dalam mengkaji kapasitas organisasi nirlaba, mengelola jaringan organisasi nirlaba untuk advokasi kebijakan publik, memfasilitasi perencanaan strategis lembaga, dan melakukan pengkajian terhadap kesehatan masyarakat sipil tingkat nasional maupun kabupaten/kota.

Direktur Eksekutif Fransisca Fitri

Vanji Prasetyo/YAPPIKA-ActionAid/Januari/2019

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

v

Sejak 1991 hingga kini, organisasi ini terus berjalan dinamis. Perubahan demi perubahan, baik dari luar maupun dari dalam organisasi, telah membuat para pegiat YAPPIKA-ActionAid lintas generasi belajar tentang banyak hal. Masing-masing tahun menyimpan cerita tentang aneka kejutan, monumen hasil-hasil kerja, dan pembelajaran berharga yang berbeda-beda bagi YAPPIKA-ActionAid.

Tahun 2017 dapat dikatakan adalah saat di mana lembaga ini belajar untuk menggarap isu pelayanan publik yang sangat konkrit melalui Program Kampanye Sekolah Aman dengan dukungan sumber daya dari publik. Seperti dapat dibaca di dalam salah satu bagian dari laporan tahunan ini, sebelumnya YAPPIKA-ActionAid melakukan advokasi kebijakan di ranah yang umum tentang isu pelayanan publik. Kerja keras bersama para mitra Program Sekolah Aman di Kabupaten Serang, Bogor, dan Kupang yang aktif melibatkan sekolah-sekolah yang didampingi, membuahkan hasil yang mengejutkan. Perubahan nyata terjadi begitu cepat jika dibandingkan dengan pengalaman YAPPIKA-ActionAid dalam melakukan advokasi kebijakan di tingkat nasional dan juga daerah. Misalnya, YAPPIKA-ActionAid berhasil mendorong kenaikan alokasi anggaran perbaikan sekolah rusak di Kabupaten Serang dan Bogor sebesar Rp 40 Milyar (sumber Laporan Analisa Anggaran YAPPIKA-ActionAid Tahun 2017). Ini setara dengan perbaikan 269 ruang kelas dan menyelamatkan sekitar 9.336 anak dari ancaman atap ruang kelas yang runtuh, ruang kelas yang bocor saat musim hujan, atau dinding bangunan sekolah yang ambrol. Kami juga dikejutkan oleh temuan di lapangan bahwa ada sekolah yang sudah bertahun rusak tanpa ada perbaikan sama sekali, bahkan hanya kurang dari 50 KM dari kota metropolitan Jakarta, ada sekolah yang sudah hampir 7 tahun menempati rumah seorang Ketua RT yang setiap harinya digunakan untuk kegiatan belajar mengajar bagi 120 orang anak sekolah dasar. Temuan-temuan tersebut semakin meneguhkan keinginan YAPPIKA-ActionAid untuk terus mengkampanyekan isu ini di Indonesia serta menyadarkan bahwa kami berada di jalan yang tepat untuk bergiat memperjuangkan Sekolah Aman untuk anak-anak.

Di ranah advokasi penerapan UU Pelayanan Publik, perjalanan panjang telah dilalui sejak proses perumusan Rancangan Undang-Undang pada 2006 hingga disahkan pada 2009. Masih butuh napas panjang untuk terus mengawalnya agar keberadaan UU ini benar-benar berdampak nyata bagi perbaikan standar pelayanan publik di berbagai sektor dan dirasakan oleh masyarakat. Sertifikasi standar pelayanan publik merupakan kebijakan pemerintah yang perlu dihargai. Tugas organisasi masyarakat sipil dan publik adalah mengawal penerapannya agar manfaat bagi masyarakat menjadi nyata.

Di ranah kebebasan berserikat, tantangan pelik kami temui selama melakukan advokasi dan monitoring penerapan UU Ormas. Temuan demi temuan tentang pembatasan gerak masyarakat sipil di beberapa daerah oleh penerapan UU Ormas, menumbuhkan kekhawatiran terhadap menciutnya kebebasan berserikat dan berorganisasi di Indonesia di masa datang. Belajar dari pengalaman dialog dengan pemerintah, kekhawatiran ini dianggap terlalu berlebihan dan sekaligus tidak dimengerti mengapa Koalisi Kebebasan Berserikat terus gigih untuk memantau penerapan UU Ormas. Namun bukti-bukti hasil pemantauan di lapangan yang dapat dipertanggungjawabkan validitasnya telah disajikan, oleh karenanya kekhawatiran tersebut berdasar. Kebebasan berserikat adalah pilar penyangga kehidupan demokrasi di mana ini merupakan mandat dari keberadaan YAPPIKA-ActionAid.

Aneka pembelajaran dari perjalanan YAPPIKA-ActionAid pada 2017 adalah salah satu landasan untuk melangkah dan seringkali berlari untuk menjalankan misi pada 2018 dan tahun-tahun berikutnya. Motto “membuat perubahan menjadi nyata” adalah pemicu semangat agar kerja-kerja YAPPIKA-ActionAid memberi manfaat bagi banyak pihak, khususnya anak-anak, perempuan, masyarakat terpinggirkan, dan juga sesama penggerak organisasi nirlaba lainnya. Dan perubahan nyata tersebut tak mungkin terjadi tanpa dukungan banyak pihak. Untuk semua dukungan tersebut, kami ucapkan terima kasih dan mari kita lanjutkan langkah-langkah ini di masa datang.

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

viAdrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/Januari/2016

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

1

Kata Pengantar Dari Ketua Dewan Pembina YAPPIKA-ActionAid

Kata Pengantar Dari Direktur Eksekutif YAPPIKA-ActionAid

Sekilas YAPPIKA -ActionAidTentang YAPPIKA-ActionAidJejak Langkah YAPPIKA-ActionAidVisi, Misi, Peran dan Nilai

Program Kerja• Pelayanan Publik

• #SekolahAman• SertifikasiPelayananPublik• Evaluasi Undang-Undang

Pelayanan Publik• Penguatan Kapasitas Dan Kinerja

Organisasi Masyarakat Sipil • Koalisi Kebebasan Berserikat (KKB)

Gallery Foto

Daftar Singkatan

Laporan Keuangan YAPPIKA-ActionAid

ii

iv

246

892022

26

30

33

34

35

DAFTAR ISI

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

2

SEKILAS TENTANG YAPPIKA-ActionAid

TENTANGYAPPIKA-ActionAid

Cikal bakal YAPPIKA-ActionAid dimulai dari berdirinya Yayasan Persahabatan Indonesia Kanada (YAPIKA) pada tahun 1991 oleh beberapa organisasi nirlaba Indonesia dan Kanada. YAPIKA menjadi sekretariat organisasi-organisasi tersebut dan menjalankan program-program pengembangan ekonomi kerakyatan serta penguatan keberdayaan masyarakat melalui dukungan terhadap isu-isu lingkungan, keadilan gender, hak asasi manusia, dan masyarakat adat.Pada 1997, YAPPIKA sepenuhnya menjadi organisasi nirlaba Indonesia dengan nama Yayasan Penguatan Partisipasi Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA). Seiring dengan diawalinya era keterbukaan sebagai buah dari gerakan reformasi 1998, YAPPIKA menambah perannya untuk menjalankan dan mendukung kerja-kerja advokasi kebijakan di ranah isu partisipasi masyarakat, kebebasan sipil, dan penguatan forum-forum organisasi nirlaba di berbagai daerah di Indonesia. Komitmen tersebut

merupakan upaya untuk menegakkan pilar demokrasi yang disepakati oleh seluruh organisasi pendirinya. Oleh karenanya pada tahun 2000, YAPPIKA juga menyebut dirinya sebagai Aliansi Masyarakat Sipil untuk Demokrasi.

Di tahun 2016, YAPPIKA bergabung menjadi anggota Federasi ActionAid Internasional, sebuah organisasi nirlaba internasional yang memiliki anggota di 45 negara dan mempunyai misi untuk memerangi kemiskinan dan ketidakadilan. Sejak bergabung, penyebutan nama pun berganti menjadi YAPPIKA-ActionAid. Sejak tahun itulah YAPPIKA-ActionAid secara serius membangun program penggalangan dana publik yang menjadi sumber daya bagi pelaksanaan misi lembaga, salah satunya adalah launching Program Sekolah Aman.

Tahun 2017 merupakan tahun kedua bagi YAPPIKA-ActionAid dalam menjalankan Program Sekolah Aman, salah satu

Membuat perubahan menjadi nyata adalah motto yang menjadi sumber inspirasi bagi pelaksanaan kerja-kerja YAPPIKA-ActionAid.

"

"

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

3

program utama yang didukung oleh dana publik. Melalui program ini, YAPPIKA-ActionAid mengawali kerja-kerja advokasi isu pelayanan publik yang spesifik, yaitu bidang perbaikan infrastruktur pendidikan sekolah dasar. Selain Program Sekolah Aman, YAPPIKA-ActionAid aktif melakukan advokasi kebijakan nasional tentang pelaksanaan UU Pelayanan Publik, UU Ormas, dan pengkajian kapasitas kelembagaan organisasi-organisasi nirlaba lainnya. YAPPIKA-ActionAid terus menerapkan ciri khas metode kerjanya yaitu bekerja sama dengan organisasi

nirlaba lokal di setiap wilayah program, penguatan organisasi masyarakat, advokasi kebijakan, dan kampanye publik. Sementara itu sebagai bagian dari anggota Federasi ActionAid International, YAPPIKA-ActionAid terus berproses memperbaiki tata kelola kelembagaan yang lebih baik agar sejalan dengan standar yang ditetapkan oleh Federasi. Demikian pula di dalam substansi program-programnya, salah satunya dengan mendorong pemenuhan pelayanan publik masyarakat yang mengutamakan keadilan gender dan anak-anak.

Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/Januari/2017 Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/November/2017

Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/Januari/2017 Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/November/2017

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

4

1991

1997

2000

2002

2004

2005

2006

Yayasan Persahabatan Indonesia Kanada (YAPIKA) atau Forum Indonesia Kanada (The Indonesia-Canada Forum/ICF) terbentuk.

Kerja utama adalah mengawal otonomi daerah, mendukung kelahiran dan memperkuat organisasi-organisa-si rakyat, melakukan riset menakar kesehatan masyarakat sipil dengan CIVICUS Ð Indeks Masyarakat Sipil.

Pemantauan dan kampanye Pemilu Damai di wilayah operasi darurat militer di Propinsi

Nanggroe Aceh Darussalam bersama organisasi nirlaba dan para relawan

setempat yang tersebar di hampir seluruh kabupaten/kota.

Berubah menjadi Yayasan Penguatan Partisipa-si, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indone-sia (YAPPIKA), mendukung cita-cita demokrasi dan menjadi lembaga yang sepenuhnya Indonesia, memfasilitasi terbentuknya forum-forum organisasi masyarakat sipil.

Melakukan advokasi kebijakan nasional untuk mendesakkan diakomodasinya partisipasi masyarakat dalam proses

pembuatan kebijakan publik, memperkuat pengembangan ekonomi kerakyatan melalui

kredit mikro berbasis komunitas.

Bersama-sama Jaringan Demokrasi Aceh (JDA) melakukan advokasi nasional perumusan RUU Pemerintahan Aceh pasca MoU Helsinki (perjanjian perdamaian antara Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka) hingga RUU tersebut disahkan pada 2006. Mengelola pusat informasi tentang kebutuhan logistik dan situasi pengungsi korban bencana gempa dan tsunami Aceh.

Memulai advokasi kebijakan nasional RUU Pelayanan Publik dan menjadi coordinator Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (MP3) hingga disahkan pada 2009. Memulai program pemulihan dan penguatan organisasi masyarakat sipil pasca tsunami Aceh.

JEJAK LANGKAH

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

5

2007

2009

2011

2012

2013-2015

2016

2017

Mengawal pelaksanaan UU Pelayanan Publik dan aktif di berbagai jaringan advokasi kebijakan nasional. Pengkajian kapasitas kelembagaan terhadap lebih dari 20 organisasi nirlaba di Indonesia dengan alat Organizational Capacity Performance and Assessment Tool (OCPAT).

Advokasi RUU Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dan menjadi Koordinator Koalisi Kebebasan Berserikat (KKB) hingga saat ini. Melakukan penilaian kesehatan masyarakat sipil di 16 kabupaten/kota di Indonesia menggunakan Index Masyarakat Sipil dari CIVICUS, pengkajian kapasitas kelembagaan organisasi nirlaba dengan OCPAT.

Menjadi anggota Federasi ActionAid International dan lauching penggalan-gan dana publik. Kampanye nasional dan di tiga daerah tentang Sekolah Aman.

Pelaksanaan program pengua-tan organisasi masyarakat sipil Aceh untuk mendukung kerja-kerja advokasi kebijakan publik di 6 kabupaten hingga tahun 2008.

Program-program penguatan kapasitas kelembagaan dan

pengkajian kapasitas kelembagaan terhadap 18 organisasi nirlaba dengan

OCPAT.

Program-program penguatan kapasitas kelembagaan dan

pengkajian kapasitas kelembagaan terhadap

organisasi-organisasi nirlaba dengan OCPAT.

Kampanye Sekolah Aman menjadi salah satu program utama, aktif di beberapa jaringan advokasi kebijakan nasional seperti Koalisi Kebebasan Berserikat dan Koalisi Keterbukaan Informasi Publik, studi evaluasi pelaksanaan UU Pelayanan Publik dan menyusun rancangan sertifikasi pelayanan publik, proses transformasi kelembagaan sebagai anggota ActionAid International.

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

6

Terwujudnya masyarakat sipil yang demokratis, mandiri, dan berkebajikan dalam memperjuangkan hak-hak warga.

Visi

1. Menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia

2. Kejujuran3. Keadilan dan Kesetaraan Gender

Nilai

1. Akuntabel2. Transparan3. Egaliter4. Anti kekerasan5. Partisipatif 6. Kesukarelawanan7. Non-eksploitatif 8. Nonpartisan9. Toleransi10. Nonprofit11. Keberpihakan pada kelompok

marjinal12. Tidak menerima sumber

pendanaan yang berasal dari hutang, dari perusahaan yang melakukan perusakan lingkungan, mempekerjakan buruh anak, merugikan buruh, dan melanggar HAM, dari kerja sama secara langsung dengan lembaga keuangan internasional, menerapkan praktik-praktik korupsi di dalam penyaluran dana bantuannya

13. Profesional14. Keberlanjutan

Prinsip

1. Mengembangkan YAPPIKA sebagai wahana pembelajaran demokrasi berdasarkan pengalaman nyata lapangan secara terus menerus.

2. Melakukan penguatan kapasitas organisasi masyarakat sipil dalam rangka membangun kemandirian, kewarganegaraan (active citizen), dan kebajikan publik (public virtue).

3. Melakukan advokasi kebijakan dalam rangka pemenuhan hak-hak dasar rakyat.

4. Memperjuangkan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembangnya masyarakat sipil yang sehat.

Misi

YAPPIKA sebagai organisasi pendukung gerakan masyarakat sipil, memiliki peran antara lain:

1. Mengembangkan pengetahuan-pengetahuan baru yang berasal dari pengalaman lapangan bagi penguatan masyarakat sipil

2. Meningkatkan kapasitas organisasi masyarakat sipil untuk pengembangan institusi dan peran-perannya

3. Membangun sinergi antar organisasi masyarakat sipil, termasuk memperkuat keterhubungan antara advokasi kebijakan nasional dan daerah

4. Melakukan pendidikan publik

Peran

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

7Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/November/2017

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

8

PROGRAM KERJAYAPPIKA-ActionAid2017

PELAYANAN PUBLIK“Pelayanan publik menjadi perhatian besar YAPPIKA-ActionAid. Perhatian khusus ditujukan kepada pemenuhan pelayanan publik untuk anak-anak, perempuan, dan orang-orang terpinggirkan lainnya. Pada tahun 2017 ini, YAPPIKA-ActionAid mengutamakan perhatian pada persoalan pelayanan pendidikan untuk anak-anak di tingkat sekolah dasar, yaitu tentang Sekolah Aman. Keberhasilan penyelenggaraan pelayanan publik mencerminkan kehadiran negara di tingkat yang paling nyata.”

Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/November/2017

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

9

#SEKOLAHAMAN

"Dinding kelasku retak, atapnya mau roboh, dan ubinnya udah kotor dan pecah-pecah. Aku jadi takut kalau mau belajar di kelas, takut tertimpa atap atau dinding."” tutur Tasya, siswa SDN Bugel, Kabupaten Serang, Propinsi Banten, mengenai sekolahnya.

Tasya hanyalah salah satu dari banyak anak yang sekolahnya rusak, dan selama bertahun-tahun seperti tidak ada perhatian dari pemerintah setempat untuk memperbaiki sekolahnya. Sekolah seperti sekolah Tasya inilah yang menjadi perhatian YAPPIKA-ActionAid. Kondisi sekolah yang tidak mendukung proses belajar mengajar, hampir saja mengandaskan impian Tasya dan anak-anak lainnya untuk terus belajar di sekolah dan mencapai impiannya.

Tasya bermimpi menjadi seorang guru, dan mimpi ini akan terwujud dengan bantuan dari banyak pihak untuk memperbaiki sekolahnya sehingga layak untuk tempat belajar. Kini SDN Bugel yang hampir roboh itu telah diperbaiki dan aman untuk anak-anak. Sekolah yang kumuh dan reyot di masa lalu tinggal cerita. Kelas-kelas baru siap dihuni oleh Tasya dan teman-temannya. “Aku sekarang tidak takut lagi buat ke sekolah, sekolahku sekarang bagus. Terima kasih, kakak-kakak,” ucap Tasya ketika ditanya mengenai kelasnya yang baru.

Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/Januari/2017

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

10

Kisah Tasya, salah satu penerima manfaat dari Program #SekolahAman di Kabupaten Serang, Banten, hanyalah salah satu dari banyak keberhasilan program YAPPIKA-ActionAid di tahun 2017 ini. Hingga akhir 2017, program #SekolahAman telah berhasil memfasilitasi 28 komunitas sekolah dan memperkuat keberdayaan 505 orang anggota komunitas sekolah di Kabupaten Bogor, Serang, dan Kupang. Para anggota komunitas sekolah mampu menyampaikan aspirasi kepada para pengambil kebijakan untuk mengutamakan perbaikan gedung-gedung sekolah mereka yang sudah bertahun-tahun dalam kondisi rusak dan berbahaya bagi keselamatan anak-anak.

Selain itu, dari 28 sekolah tersebut, 75% di antaranya telah mendapatkan bantuan perbaikan sekolah yang bersumber dari dana pemerintah, tanggung jawab sosial perusahaan, maupun donasi individual. Total dana perbaikan gedung sekolah yang berhasil digalang oleh YAPPIKA-ActionAid bersama lembaga nirlaba mitra program di

lapangan melalui ketiga sumber tersebut mencapai Rp 6,5 miliar dan mampu menyelamatkan 1.859 anak.

Tidak hanya sekolah yang difasilitasi secara langsung, YAPPIKA-ActionAid bersama mitranya juga berhasil memberikan dampak pada sekolah-sekolah lain di Kabupaten Bogor dan Serang. Kampanye dan advokasi anggaran yang dilakukan YAPPIKA-ActionAid dan mitra berhasil mendesak Pemda di dua kabupaten tersebut untuk meningkatkan alokasi anggaran perbaikan sekolah rusak pada tahun 2017 sebesar Rp 30,4 miliar. Anggaran tersebut setara dengan memperbaiki 269 ruang kelas dan menyelamatkan 9.336 orang anak.

Program ini juga mengajak media terkemuka untuk terlibat kampanye #SekolahAman. Terdapat 229 berita terkait kampanye #SekolahAman yang telah dimuat dalam media cetak, elektronik, dan online.

Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/November/2017

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

11

Advokasi Kebijakan

Pengorganisasian Komunitas Sekolah

Kampanye Publik

Kerja Sama Dengan Perusahaan

1.

2.

3.

4.

Strategi Utama Program#SekolahAman

Mendesakkan perhatian pemerintah terhadap rehabilitasi ruang-ruang kelas Sekolah Dasar yang rusak, peningkatan alokasi anggaran yang cukup, dan perbaikan tata kelola bantuan rehabilitasi ruang kelas sehingga program perbaikan sekolah rusak menjadi tepat sasaran.

Meningkatkan keberdayaan komunitas sekolah untuk memperjuangkan rehabilitasi ruang-ruang kelas rusak di sekolah mereka.

Menyebarkan informasi tentang persoalan sekolah rusak dan meningkatkan dukungan publik untuk mewujudkan sekolah yang aman bagi anak-anak.

Menggalang dukungan dana dari perusahaan-perusahaan terpilih untuk mendukung Program Sekolah Aman, di antaranya adalah perbaikan ruang-ruang kelas sekolah dasar yang rusak.

Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/November/2017

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

12

Pada Januari 2017, Duta Persahabatan YAPPIKA-ActionAid, Reza Rahadian dan Ibu Rachel Malik, berkunjung ke SD Negeri Panyabrangan di Kabupaten Serang, Propinsi Banten. Sekolah ini hanyalah satu dari banyak sekolah di kabupaten ini yang bangunannya rusak dan berbahaya bagi anak-anak yang belajar di dalamnya setiap hari. Ada satu ruang kelas yang rusak parah sehingga tidak dapat digunakan

"

"

Tata kelola yang baik adalah kunci penting untuk menyelesaikan persoalan sekolah rusak. Melalui perencanaan berbasis data, mekanisme penentuan sekolah penerima bantuan yang transparan dan akuntabel, serta pelaksanaan pembangunan yang partisipatif, anggaran yang berasal dari setoran pajak warga akan dapat memberi manfaat yang lebih signifikan. YAPPIKA-ActionAid bekerja untuk mengawasi dan mendesak agar tata kelola yang baik itu terjadi.”

lagi dan dua ruang kelas lainnya yang juga rusak parah. Atap ruang kelas berlubang di sana-sini dan rapuh. Menurut cerita guru dan siswa di sana, di saat hujan, air masuk ke dalam kelas. Oleh karenanya guru dan murid harus bekerja sama untuk menggeser meja dan kursi ke tempat yang tidak bocor di ruangan itu. Semen yang menutup lantai sudah terkelupas, ruangan lembab, dan gelap.

Kampanye dan Advokasi Berbasis Data untuk #SekolahAman

Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/Januari/2017

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

13

Pemandangan seperti ini dapat disaksikan di banyak sekolah di Indonesia. Jika dilakukan perhitungan secara sederhana dari jendela.data.kemendikbud.go.id, 1 dari 6 ruang kelas SD Negeri di Indonesia dalam kondisi rusak dan 1 dari 8 anak terancam bahaya atap ruang kelas ambrol, dinding roboh, bocor, atau sakit pernapasan karena udara lembab dan debu yang melingkup kelas.

YAPPIKA-ActionAid dan mitra Program Sekolah Aman, yaitu PATTIRO Banten di Kabupaten Serang, KOPEL Indonesia di Kabupaten Bogor, dan Bengkel APPeK di Kabupaten Kupang; bersama-sama dengan 30 SD Negeri berkampanye mendesak pemerintah setempat agar memprioritaskan perbaikan sekolah-sekolah rusak.

Kampanye untuk mendesak perhatian pemerintah tersebut tidak berangkat dari ruang kosong, namun berdasarkan pada data hasil penelitian yang akurat. Berdasarkan pada analisa alokasi anggaran pendidikan untuk perbaikan sekolah rusak dan melihat praktik di lapangan di Kabupaten Serang, Bogor, dan Kupang; kenaikan alokasi anggaran perbaikan gedung sekolah sangat penting namun ternyata bukanlah satu-satunya solusi untuk mewujudkan sekolah aman.

YAPPIKA-ActionAid melakukan penelitian di tiga wilayah tersebut mengenai praktik dan kebijakan pemerintah daerah maupun pusat tentang tata kelola kebijakan pemerintah. Penelitian ini dipicu oleh pengamatan sederhana, mengapa ada beberapa sekolah yang sudah pernah diperbaiki dan kondisi masih bagus masih memperoleh dana dari pemerintah untuk perbaikan sekolah. Sementara itu, ada sekolah-sekolah di dekatnya yang sudah rusak selama 3 – 9 tahun namun tidak kunjung memperoleh alokasi anggaran perbaikan gedung dari pemerintah? Misalnya, pada saat diskusi yang terjadi selama kunjungan Duta Persahataban YAPPIKA-ActionAid di SDN Panyabrangan, terungkap bahwa ada perwakilan dari pemerintah yang mengambil foto kerusakan bangunan setiap dua bulan, namun selama hampir 5 tahun tidak pernah ada perbaikan.

Penelitian dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Kami melakukan analisis dokumen-dokumen kebijakan, wawancara pemerintah daerah maupun pemerintah pusat (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Kami juga melakukan survey langsung ke 727 SD Negeri di Kabupaten Serang, Bogor, dan Kupang.

Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/Januari/2017

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

14

Persoalan Tata Kelola di Tingkat Perencanaan Pendataan dan pengusulan

•Data sekolah rusak tidak akurat dan kurang rinci. Pemda tidak memiliki panduan teknis yang tertulis untuk penanganan sekolah rusak, misalnya parameter sekolah rusak, dokumen yang diperlukan untuk menyajikan informasi mengenai penilaian tingkat kerusakan.

•Kebutuhan perbaikan sekolah rusak tinggi namun anggaran terbatas sehingga rentan memunculkan calo di musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) dan Dinas Pendidikan.

•LAPOR-Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional (SP4N), sebuah portal online yang dikelola pemerintah pusat, belum dimanfaatkan untuk pendataan persoalan pendidikan di tingkat Pemda.

•Karena tiga persoalan di atas, banyak sekolah rusak yang seharusnya menjadi prioritas perbaikan menjadi terabaikan.

Seleksi dan prioritas perbaikan sekolah

•Pemda melakukan proses seleksi dengan survei di lapangan terhadap sekolah rusak secara langsung, ini adalah praktik baik, namun tidak ada standarisasi laporan hasil survei. Biasanya yang muncul hanya foto dan sedikit deskripsi tentang kondisi sekolah sehingga data lapangan tidak bisa diukur lebih lanjut.

•Tidak ada dokumen tertulis yang menunjukkan apa saja parameter yang digunakan untuk menyeleksi sekolah rusak. Praktiknya, faktor kedekatan dengan pihak pengambil kebijakan lebih menentukan berhasil tidaknya usulan perbaikan dari pihak sekolah.

•Laporan hasil survei tidak dikumpulkan dalam satu sistem terintegrasi. Oleh karenanya proses analisa data tidak dapat dilakukan sistematis dan data-data tidak dapat diuji bersama-sama. Keputusan prioritas perbaikan sekolah berdasarkan keputusan dalam rapat, bukan dari analisa data yang terukur sistematis.

Pelaksanaan perbaikan sekolah rusak

•Gagal lelang untuk memilih kontraktor yang akan menjadi pelaksana, misalnya karena proses administrasi terlambat, tidak ada kontraktor yang berminat mengikuti lelang. Persoalan ini membuat perbaikan sekolah rusak tertunda.

•Pihak sekolah tidak diberikan akses mengenai rincian cakupan dana dan spesifikasinya. Persoalan ini menyulitkan sekolah dan masyarakat untuk melakukan pengawasan pelaksanaan perbaikan sekolah.

•Tidak ada petunjuk teknis untuk pelaksanaan perbaikan sekolah rusak apabila sumber dana dari APBD. Perbaikan dilakukan oleh kontraktor dari hasil lelang dan tidak melibatkan pihak sekolah. Kontraktor hanya melaporkan ke dinas pendidikan, sementara pihak sekolah tidak mendapatkan tembusan. Banyak kasus penyimpangan ditemukan di akhir sehingga biasanya sulit dilakukan koreksi terhadap pengerjaan yang telah dilakukan.

•Apabila sumber dana perbaikan sekolah rusak dari pemerintah pusat (Kemendikbud atau Kementerian Keuangan yang disalurkan melalui Pemda) terdapat petunjuk teknis yang lengkap dan dapat dilakukan swakelola oleh pihak sekolah dengan kepanitiaan pembangunan yang melibatkan orang tua murid. Pelaporan pelaksanaan pembangunan dilakukan oleh pihak sekolah bersama panitia yang terlibat kepada Kemendikbud dan Pemda.

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

15

Kemendikbud harus mendorong Pemerintah Kabupaten di lokasi program #SekolahAman, dan Pemda lainnya untuk membuat pengaturan khusus terkait rehabilitasi ruang kelas dan pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) dengan mengadopsi praktik-praktik baik yang telah dimulai oleh Kemendikbud seperti perencanaan yang berbasis data dan penggunaan mekanisme swakelola.

Kemendikbud harus meningkatkan kapasitas server Dapodik dan berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) serta PLN untuk memprioritaskan penyediaan jaringan internet dan listrik di sekolah-sekolah seluruh Indonesia.

Kemendikbud harus membuka akses terhadap hasil survei lapangan dalam aplikasi Tata Kelola dan daftar prioritas sekolah penerima bantuan untuk menguji adanya indikasi pengaruh faktor kedekatan dan inkonsistensi penggunaan kriteria dalam penentuan daftar prioritas sekolah penerima bantuan di Kabupaten Bogor, Serang, Kupang, dan daerah lainnya.

Ombudsman RI harus mendorong Kemendikbud dan Pemerintah Kabupaten Bogor, Serang, serta Kupang untuk terhubung dengan LAPOR-SP4N hingga ke unit teknis dan membuat mekanisme pengelolaan pengaduan terkait persoalan ruang kelas rusak atau kurang ruang kelas.

Ombudsman RI harus menyelidiki adanya indikasi maladministrasi dalam penentuan daftar prioritas sekolah penerima bantuan dan pelaksanaan rehabilitasi ruang kelas/pembangunan RKB di Kabupaten Bogor, Serang, dan Kupang.

Rekomendasi dari Hasil Penelitian Tata Kelola Perbaikan Sekolah Rusak:

1.

2.

3.

4.

5.

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

16

Penelusuran Data Pokok Pendidikan (Dapodik)Penelitian kuantitatif dilakukan untuk mengetahui potret akurasi data Dapodik di tiga wilayah Program Sekolah Aman YAPPIKA-ActionAid.

Dapodik adalah sistem pendataan skala nasional yang terpadu, dan merupakan sumber data utama pendidikan nasional, merupakan bagian dari program perencanaan pendidikan nasional bersifat tunggal, terpadu, terpusat, online dalam waktu nyata serta dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

YAPPIKA-ActionAid melakukan survei terhadap 727 SD Negeri, yaitu 258 di Kabupaten Serang, 310 di Bogor, dan 163 di Kupang. Temuan hasil penelitian cukup mencengangkan. Tingkat ketidaksesuaian data Dapodik tentang sekolah rusak dan kenyataan di lapangan rata-rata 20%, ketidakuratan data paling tinggi di Kabupaten Bogor sebesar 23%.

Tingkat Ketidaksesuaian Data Dapodik per Aspek

0% 50%10% 20% 30% 40%

15%

12%

9%

12%

4%

4%

9%

5%

11%

16%

13%

14%

14%

17%

12%

15%

22%

28%

25%

25%

26%

40%

36%

34%

33%

44%

31%

38%

4%

4%

1%

3%

6%

22%

30%

18%

Identitas Sekolah

Lokasi Sekolah

Data Perlengkapan

Sarana danPrasarana

Kepegawaian

Kualifikasi Guru &Tendik

Peserta Didik

Rombongan Belajar

Kurikulum

Serang Bogor Kupang Rata-rata

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

17

450

400

350

300

250

200

150

100

50

0

Jarin

gan

Inte

rnet

Jarin

gan

List

rik

Serv

er d

an A

plik

asi D

apod

ikSo

sial

isas

i Pen

ggun

aan

Kele

ngka

pan

Dat

a

Kete

rlam

bata

n In

put D

ata

Inse

ntif

untu

k O

pera

tor

Kapa

sita

s O

pera

tor

Kom

pute

r/La

ptop

Faktor Ketidaksesuaian Data Dapodik

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

18

Berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk memprioritaskan penyediaan jaringan internet di seluruh sekolah di Indonesia.

Berkoordinasi dengan PLN untuk memprioritaskan penyediaan jaringan listrik di seluruh sekolah di Indonesia.

Menambah kapasitas server Dapodik untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian data karena persoalan teknis.

Membuat panduan khusus yang sederhana bagi operator sekolah untuk menaksir bobot kerusakan bangunan.

Melibatkanpublikdalammelakukanverifikasidanvalidasi data sarana dan prasarana melalui saluran pengaduan dan mengintegrasikannya dengan proses perencanaan program pembangunan sarana dan prasarana untuk mengatasi exclusion error.

Rekomendasi dari Hasil Penelitian Dapodik1.

2.

3.

4.

5.

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

19Adrian Mulya/YAPPIKA-ActionAid/Desember/2017

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

20

Sertifikasi pelayanan publik adalah kegiatan untuk memberikan keyakinan kepada semua pihak bahwa sistem manajemen suatu organisasi penyelenggara pelayanan publik memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Nilai dari sertifikasi adalah tingkat keyakinan publik dan kepercayaan yang dihasilkan dari penilaian pihak ketiga yang kompeten dan tidak berpihak (netral).

SERTIFIKASI PELAYANAN PUBLIK

YAPPIKA-ActionAid berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan standar pelayanan publik, melalui instrumen sertifikasi kepada penyelenggara layanan untuk memastikan pemenuhan standar pelayanan publik sekaligus pemantauan dan evaluasi implementasinya yang berorientasi pada peningkatan penjaminan mutu.

Konstruksi Sertifikasi Pelayanan Menuju Sertifikasi Berorientasi Penjaminan Mutu

"

"Lembaga Sertifikasi Pelayanan Publik adalah unit di dalam Kementerian PAN dan RB dapat berfungsi sebagai Lembaga Sertifikasi ataupun Kementerian PAN dan RB merupakan institusi yang memberikan otorisasi kepada lembaga yang ditunjuk (dengan kompetensi yang memadai) untuk melakukan sertifikasi kepada organisasi penyedia Pelayanan Publik.

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

21

KELEMBAGAAN SERTIFIKASIPELAYANAN PUBLIK

Lembaga SertifikasiPelayanan Publik

KEMENTERIAN PAN & RB

PenyediaPelayanan Publik

Regulasi AkreditasiLembaga Sertifikasi

Regulasi Panduan SertifikasiPelayanan Publik

Regulasi StandarPelayanan

Tim AD HOCMulti Sektor

Monev KinerjaPelayanan PaskaSertifikasi

Permohonan Sertifikasi

Laporan

Monitoring & Evaluasi

Akreditasi

Audit Sertifikasi

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

22

EVALUASI UNDANG-UNDANG PELAYANAN PUBLIK

3 (tiga) tujuan utama lahirnya Undang-Undang Pelayanan Publik, yaitu:

1. Membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan oleh negara.

2. Mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara dan penduduk serta tanggung jawab negara dan korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

3. Meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik.

Hampir 8 (delapan) tahun Undang-undang Pelayanan Publik diberlakukan namun dampaknya belum terasa secara signifikan. Maraknya pungutan liar semakin menjauhkan pelaksanaan Undang-undang Pelayanan Publik dari ide dan cita-citanya. Sejatinya, Undang-undang Pelayanan Publik menjamin hak masyarakat untuk berpartisipasi sejak perencanaan

pelayanan publik hingga pemantauan/evaluasi dan pemberian penghargaan. Penyelenggara pelayanan memiliki kewajiban untuk melibatkan masyarakat pada alur penyelenggaraan pelayanan yang telah dijamin tersebut. Namun, persoalan masih terjadi terkait jaminan partisipasi masyarakat baik dari sisi regulasi maupun implementasi.

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

23

Beberapa kapasitas sumber daya manusia (SDM) pelaksana pelayanan publik yang rendah dan belum terpenuhi untuk dapat menjalankan berbagai mandat Undang-undang Pelayanan Publik dengan optimal, antara lain:

a. Pemahaman terkait kebijakan dan visi pelayanan yang mengakibatkan regulasi dan kebijakan yang sebenarnya baik secara normatif, tetapi kemudian tidak tercermin dalam implementasinya (LAN, 2010);

b. Kemampuan dalam menyusun standar pelayanan yang harus melibatkan masyarakat dalam proses penyusunannya (LAN, 2010);

c. Kemampuan dalam mengelola dan menanggapi pengaduan masyarakat (Bappenas, 2015 dan ORI, 2016) yang membuat pengaduan masyarakat tidak dapat terselesaikan dengan baik bahkan sebagian tidak ditindaklanjuti sama sekali;

d. Kemampuan dalam memanfaatkan data pengaduan masyarakat sebagai referensi untuk perbaikan kebijakan dan peningkatan kualitas layanan (LAN, 2013);

e. Kemampuan dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (LAN, 2010) yang menghambat pengembangan sistem informasi pelayanan publik dan inovasi pelayan publik yang berbasis elektronik.

Sumber:*Penilaian kepatuhan standar pelayanan publik oleh Ombudsman Republik Indonesia (ORI) tahun 2016

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

24

Berdasarkan kajian Lembaga Administrasi Negara (LAN) tahun 2010, rendahnya sejumlah kapasitas SDM pelaksana pelayanan publik disebabkan oleh belum berjalan dengan cukup baiknya sistem merit yang meliputi rekrutmen untuk menyaring SDM terbaik, penempatan yang sesuai dengan kualifikasi dan kebutuhan, pelatihan dan fasilitas pendukung untuk peningkatan kapasitas SDM, dan komitmen pemimpin untuk menerapkan sistem reward and punishment.

Studi evaluasi ini belum dapat menemukan adanya sanksi yang dijalankan karena ada pelanggaran pelaksana terhadap standar pelayanan publik. Meskipun telah ada Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), namun saat ini masih terlalu dini untuk menilai efektivitas pelaksanaannya. Pemerintah bahkan masih dalam proses menyusun sejumlah peraturan turunan yang dimandatkan oleh Undang-undang ASN.

Dari evaluasi Undang-Undang Pelayanan Publik ini, YAPPIKA-ActionAid mengajukan beberapa rekomendasi dalam regulasi yaitu:

1. Revisi pasal 29 Undang-undang Pelayanan Publik dengan menambahkan ketentuan terkait deskripsi bentuk pelayanan khusus dan kriteria kelompok rentan.

2. Revisi Perpres No. 76 Tahun 2013 dengan menambahkan ketentuan terkait kelembagaan pengelola pengaduan dan kewajiban untuk mengintegrasikan indikator kinerja pengelola pengaduan ke dalam Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).

3. Revisi Permenpan dan RB No. 15 Tahun 2014 dengan menambahkan ketentuan terkait keikutsertaan perwakilan masyarakat dalam penyusunan rancangan standar pelayanan dan mewajibkan adanya kegiatan peningkatan kapasitas terkait hak atas pelayanan publik kepada masyarakat sebelum menyusun rancangan standar pelayanan.

Sedangkan pada pelaksanaan Undang-undang Pelayanan Publik, rekomendasi YAPPIKA-ActionAid untuk Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan & RB) adalah:

1. Kemenpan & RB harus melakukan evaluasi kinerja pelayanan publik yang diselenggarakan oleh swasta yang pendanaannya tidak bersumber dari APBN/D tetapi ketersediaannya menjadi misi negara.

2. Kemenpan & RB harus menginisiasi adanya kesepakatan dan kebijakan bersama antara lembaga negara/kuasi-negara yang menyelenggarakan evaluasi kinerja pelayanan publik untuk merumuskan pembagian peran, mengefisiensikan pelaksanaan dengan penggunaan database bersama dalam pengumpulan dokumen, dan melakukan sinkronisasi hasil evaluasi untuk merumuskan rencana tindak lanjut sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya masing-masing.

3. Pelaksana Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) harus memastikan pengguna layanan yang disurvei mengetahui komponen dari standar pelayanan yang berlaku sebagai acuan dari kepuasan responden untuk menghindari bias dari hasil SKM.

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

25

4. Kemenpan & RB harus memastikan berjalannya merit sistem sesuai dengan Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terkait dengan rekrutmen dan penempatan, proyeksi beban kerja, dukungan peningkatan kapasitas, dan sistem reward and punishment yang memungkinkan setiap SDM pelaksana pelayanan publik mampu meningkatkan kapasitasnya untuk menjalankan berbagai mandat dalam Undang-undang Pelayanan Publik.

5. Kemenpan & RB harus memenuhi semua komponen SIPP yang disyaratkan oleh Undang-undang Pelayanan Publik dalam situs sipp.menpan.go.id, mempercepat perluasan cakupan SIPP dari berbagai instansi, dan harus mulai melibatkan masyarakat sejak proses pengembangan SIPP agar pemanfaatannya nanti dapat mendorong partisipasi publik yang lebih luas dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

6. Kemenpan & RB bersama dengan Kemendagri dan LAN harus mendorong munculnya lebih banyak kepemimpinan inovatif yang mampu memanfaatkan ruang inovasi untuk menghadirkan pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

7. Kemenpan & RB bersama Kemendagri dan BKPM harus mendorong penyelenggara layanan untuk memperkuat kelembagaan PTSP dan melakukan integrasi pelayanan perizinan secara lebih luas dan menyeluruh (mencakup aspek administratif dan teknis) dalam PTSP agar proses yang dilalui oleh pengguna layanan dalam mengurus perizinan dapat benar-benar mudah, murah, dan cepat.

8. Kemenpan & RB bersama Kemendagri dan Pemda harus mendorong munculnya lebih banyak inovasi berbasis teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi infrastruktur pendukung dan kapasitas penyelenggara serta pengguna layanan di daerah yang bersangkutan.

9. Kemenpan & RB dan Pemda harus mendorong unit pelayanan publik untuk menyediakan pelayanan khusus yang dibutuhkan oleh kelompok berkebutuhan khusus (kelompok rentan) dan melibatkan mereka dalam penyusunan standar pelayanan publik yang memuat pelayanan khusus tersebut.

10.Kemenpan & RB, KSP, dan Ombudsman RI harus melakukan asistensi teknis untuk memperbaiki mekanisme (SOP) pengelolaan pengaduan di unit pengelola pengaduan terkait, meningkatkan kapasitas petugas pengelola pengaduan, dan mendorong integrasi menyeluruh dengan LAPOR-SP4N.

11.Kemenpan & RB dan Pemda harus mendorong unit pelayanan publik yang belum memiliki standar pelayanan publik untuk menyusunnya dengan melibatkan masyarakat, dan mendorong unit pelayanan publik untuk meninjau kembali standar pelayanan yang sudah ditetapkan tetapi tidak melibatkan masyarakat dalam proses penyusunannya. Agar efektif, pelibatan masyarakat dalam penyusunan standar pelayanan harus didahului dengan penyiapan masyarakat untuk menguatkan pemahaman dan kemampuan mereka dalam berpartisipasi.

Perkumpulan Mnukwar Papua/Oktober/2017

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

26

PENGUATAN KAPASITAS DAN KINERJA ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL

Sebagai bagian dari pilar masyarakat yang mandiri, keberadaan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang kuat dan berkelanjutan menentukan kualitas demokrasi.

YAPPIKA-ActionAid berkomitmen mengambil peran untuk memperkuat OMS (atau sering juga disebut sebagai organisasi nirlaba), khususnya dalam membentuk organisasi yang memiliki kapasitas yang baik dan berkelanjutan. Untuk itu, YAPPIKA-ActionAid mengembangkan sebuah alat untuk merefleksikan status kapasitas kelembagaan organisasi masyarakat sipil (OMS) yang disebut Organizational Capacity Performance and Assessment Tool (OCPAT). Alat ini menggunakan metode pengkajian mandiri (self-assessment) dan informasi

dikembangkan melalui pendekatan yang partisipatif serta melibatkan setiap orang di jajaran organisasi yang melakukan pengkajian.

OCPAT merupakan hasil adaptasi dari beberapa alat yang sudah ada sebelumnya yakni OCA (Organizational Capacity Assessment), ODST (Organizational Development and Snapshoot Tool), IMS (Indeks Masyarakat Sipil) serta hasil ekstraksi dari pengalaman YAPPIKA-ActionAid dalam menggunakan OCPAT.

"

"

JATAM Sulawesi Tengah/Oktober 2017

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

27

27 OMS, yaitu 7 (tujuh) lembaga mitra Program Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan (MAMPU), sebuah program berdurasi 8 (delapan) tahun didukung oleh DFAT yang dikelola oleh Cowater Internasional, serta 20 lembaga mitra Program SETAPAK 2 yang didukung oleh The Asia Foundation (TAF).

Refleksi kapasitas mitra Program MAMPU merupakan refleksi ketiga untuk 6 (enam) mitra program tersebut, yaitu Yayasan

Pengkajian dilakukan oleh para personil organisasi yang mewakili organ di dalam struktur organisasi dan perwakilan mitra atau anggota. Idealnya seluruh personil eksekutif terlibat dalam proses pengkajian ini. Kehadiran pihak eksternal organisasi akan lebih baik dalam proses ini, namun apabila tidak dihadirkan, proses pengkajian ini tetap dapat dijalankan.

Pada tahun 2017, YAPPIKA-ActionAid telah memfasilitasi pengkajian kelembagaan

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

28

PETA SEBARAN LOKASI MITRA OCPAT

BAKTI, PP ‘Aisyiyah, Seknas Koalisi Perempuan Indonesia, Migrant CARE, KAPAL Perempuan, Seknas PEKKA, dan refleksi yang kedua untuk Konsorsium PERMAMPU. Refleksi kapasitas dan kinerja tersebut menghasilkan informasi mengenai status kapasitas organisasi dan sekumpulan rekomendasi kegiatan pengembangan kapasitas yang menjadi salah satu acuan bagi Program MAMPU untuk mendukung peningkatan kapasitas para mitranya.

Sementara itu para mitra Program SETAPAK 2 menyatakan bahwa alat OCPAT telah membantu organisasi untuk melihat lebih dalam tata kelola organisasi, memetakan kekuatan dan hambatan dari sisi internal maupun eksternal organisasi, menetapkan skala prioritas kerja lembaga, menghasilkan rekomendasi untuk mengoreksi tata kelola dan kinerja organisasi. Bagi banyak peserta, kegiatan pengkajian ini dilihat sebagai ruang peningkatan kapasitas untuk mengenal organisasi serta tata kelola lembaga lebih baik.

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

29

Jenis Tindakan

kewajibanmendaftar

stigma-tisasi OMS

pemba-tasanakses

pelarang-an

aktivitas

pelarang-an

organisasi

pemben-tukanaturan

turunan

17

53

66

6

2516

6

26

42

71415

2

35

91

1 128 1113

penyeder-hanaansanksi

0 07

kriminal-isasi

Juli 2014- Juni 2015Juli 2015-Juni 2016Juli 2016-Juni 2017

Pelaku Tindakan

Kemendagri

Pimpinan OMSNGO

DPR/MPR/DPRD

PemerintahKabupaten KotaTOTAL: 188 kasus

PemerintahProvinsiTOTAL: 46 kasus

TOTAL: 24 kasus

TOTAL: 25 kasus

TOTAL: 23 kasus

12

3

4

5

5 Besar pelaku tindakan dengan jumlah kasus tindakan terbanyak periode tahun 2014-2017

Laporan Monitor ing dan Evaluasi (monev)I I , I I I , dan IV per iode 2014-2017 o leh Koal is i Kebebasan Berser ikat (KKB) .

Jenis Korban

OMS yang tidak memilikiSKT dan/atau tidak terdata

UU ORMAS

ORMASTIDAK

TERDAFTAR

OMS yang dianggap intoleran, meresahkan, sesat, menistakan agama, danmenyalahgunakan izin demikepentingan pribadi

OMS

OMS yang dianggapanti-Pancasila dananti-NKRI

Lembaga/OMS Asing

OMS dengan SKTkadaluarsaEXPIRED

OMS yang tidak berbadanhukum/dianggap tidakberbadan hukum

ILEGAL

BAHAYAUU ORMAS

SOLUSIHUKUMTANPA

UU ORMAS

Undang-Undang yang mengaturhal-hal administratif OMS di Indonesia:

UU Keterbukaan Informasi Publik

UU Yayasan

Staatsblad 1870 tentang Perkumpulan Berbadan Hukum

KUHP yang mengaturtentang tindak pidana

Landasan hukum gunamenindak perilaku radikal, kekerasan, pengrusakan, hingga intoleransi dari OMS:

Staatsblad 1870seharusnya dapat diperbarui menjadi UU Perkumpulan untuk mengatur Perkumpulan Ber-badan Hukum dan Perkumpulan Tidak Berbadan Hukum

UU ORMASalat intervensi k e a b s a h a n a d m i n i s t r a s i

bagian dari alat represif n e g a r a

Tendensi menciderai r u a n g g e r a k k e m e r d e k a a n b e r s e r i k a td i I n d o n e s i a

TEMUAN HASILIMPLEMENTASIUU ORMAS

Awalnya, UU No. 8 Tahun 1985 tentang ormas dibuat di zaman Orde Baru untuk mengontrol masyarakat melalui wadah dan asas tunggal

pengaturan mengenai ormas kembali direvisi menjadi UU No. 16 Tahun 2017

kemudian direvisi menja-di UU No. 17 Tahun 2013

uu ormas menggunakan pendekatan politik dan keamananan,

UU Ormas saat ini berbahaya karena

b e r p o t e n s i m e m b u b a r k a n o r m a st a n p a p r o s e s p e n g a d i l a n

padahal seharusnya

m e n g g u n a k a n pendekatan hukum

PENTINGNYAMEWASPADAIUUORMAS

OMS

PerkumpulanTidak

BerbadanHukum

PerkumpulanBerbadan

HukumYayasan

Organisasi MasyarakatSipil

ORMAS

PerkumpulanTidak

BerbadanHukum

PerkumpulanBerbadan

HukumYayasan

SEBELUM UU ORMAS

SESUDAH UU ORMASUU ORMAS

UU ORMAS

BERBAHAYA

KELIRU

Canj

ani/Y

APPI

KA-A

ctio

nAid

/XII/

2017

(c)Freepik

Member of

Publikasi ini dimungkinkan atas dukungan dari rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi dari publikasi ini merupakan tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan USAID, Pemerintah Amerika Serikat, atau The Asia Foundation

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

30

KOALISI KEBEBASAN BERSERIKAT (KKB)

Koalisi Kebebasan Berserikat (KKB) terbentuk atas inisiatif dari beberapa Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) untuk mengawal isu kebebasan berserikat di Indonesia, khususnya mendorong lingkungan pendukung yang kondusif bagi OMS. KKB terlibat aktif dalam mengawal dan mengadvokasi Rancangan Undang-undang Yayasan, Undang-undang Ormas, Perppu Ormas, hingga Rancangan Undang-undang Perkumpulan. Saat ini, YAPPIKA-ActionAid ditunjuk sebagai Sekretariat KKB. Sekretariat KKB membuka saluran komunikasi bagi para pihak yang ingin mendapatkan informasi berupa kajian dan narasumber untuk kebutuhan penelitian, peliputan maupun diskusi/seminar tentang Undang-undang Ormas dan peraturan pelaksanaannya.”

Di tahun 2017 ini, Koalisi Kebebasan Berserikat (KKB) telah menghasilkan strategi baru untuk 3 (tiga) tahun ke depan (2018 – 2020) melalui workshop yang diadakan pada Oktober 2017. Workshop dihadiri 29 peserta dari berbagai OMS di Jakarta, Bandung, Bogor, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Selain menghasilkan strategi baru, workshop renstra KKB juga merupakan salah satu cara untuk membangun dan memperluas kemitraan di antara OMS untuk melakukan pemantauan dan advokasi kasus-kasus kebebasan berserikat.

Kegiatan utama KKB adalah rutin melakukan pemantauan implementasi Undang-undang Ormas, dan evaluasi pelaksanaan kebebasan berserikat, insentif, dan hak-hak politik. Laporan pemantauan dan evaluasi implementasi Undang-undang Ormas telah dipublikasi dan disebarkan melalui kegiatan diskusi publik dengan mengundang berbagai pihak, seperti pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri, lembaga

negara (Komnas HAM, Ombudsman Republik Indonesia, Komnas Perempuan, dan KSP), OMS, akademisi, dan media. Sedangkan Kajian Peraturan Pemerintah (PP) Pelaksanaan Undang-undang Ormas telah disebarkan ke hampir 100 jaringan KKB di wilayah Indonesia melalui situs web, email, dan media sosial lainnya seperti Facebook dan grup Whatsapp.

Hasil temuan dari pemantauan media online tahun keempat (2017) menunjukkan bahwa jumlah peristiwa yang berkaitan dengan implementasi Undang-undang Ormas jauh lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Jumlah peristiwa pada pemantauan media online sebanyak 175 peristiwa dengan 260 jenis tindakan, naik signifikan dari pemantauan media online tahun-tahun sebelumnya, yaitu 117 peristiwa dengan 156 jenis tindakan pada periode tahun ketiga (2016), 35 peristiwa dengan 39 jenis tindakan pada periode tahun kedua (2015), dan 70 peristiwa dengan 101 jenis tindakan pada tahun pertama (2014).

"

"

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

31

Persamaan temuan dari monev UU Ormas tahun ke-IV dan monev sebelumnya adalah masih adanya kebijakan berupa kewajiban bagi Ormas untuk mendaftarkan diri dan memiliki Surat Keterangan Terdaftar (SKT), termasuk memperpanjang SKT bagi yang telah kadaluarsa. Terdapat beberapa dampak bagi OMS yang tidak memiliki SKT, antara lain tidak diakui oleh pemerintah, diberikan stigma sebagai organisasi ilegal/liar/bodong, pembatasan akses terhadap sumber daya, pelarangan aktivitas, pelarangan dan pembubaran atau pencabutan izin organisasi, serta kriminalisasi terhadap anggota atau simpatisan OMS.

Agenda Birokrasi Negara1.

Agenda konsolidasi birokrasi dan target keabsahan administrasi menunjukkan bahwa skema pendaftaran, meskipun di berbagai kesempatan dimaknai sebagai pemberitahuan (notification), cenderung bergeser kepada kewajiban (obligation). Apabila pendaftaran dimaknai sebagai kewajiban maka hal itu sangat bergantung kepada rezim otorisasi (authorization) yang memberikan kewenangan sepenuhnya kepada Negara untuk menolak atau menerima keberadaan Ormas. Hal ini mengancam hak kebebasan berserikat warga negara.

Antara Notifikasi dan Obligasi3.

Di tengah bekerjanya SIORMAS (Sistem Informasi Organisasi Kemasyarakatan), muncul PP 58/2016 dan PP 59/2016. Kehadiran PP 58/2016 dan PP 59/2016 ternyata memperlihatkan permasalahan lain, yaitu semakin mempertebal kerumitan pelaksanaan UU Ormas. Kedua PP ini mengandung norma dengan berbagai permasalahan, seperti ketidakjelasan konstruksi norma atau norma yang multitafsir, norma yang secara terbuka mengundang persoalan terkait kewenangan aktor pelaksana, kerancuan subjek hukum, hingga norma yang mengandung prosedur tanpa disertai batasan diskresi yang berpeluang menimbulkan penyimpangan.

Wacana pembubaran Ormas dengan tidak melibatkan putusan pengadilan merupakan tindakan jalan pintas yang dilakukan oleh Negara yang mengancam hak kebebasan berserikat bagi warga negara.

Kerancuan PP 58/2016 dan PP 59/2016

Pembubaran Ormas dan Pengurangan Hak Berkumpul dan Berserikat yang Dilakukan oleh Negara

4.

5.

Format pendaftaran Ormas yang berlangsung saat ini tidak relevan, utamanya dalam mengukur keterkaitannya dengan tata kelola Ormas yang baik, yaitu transparan, akuntabel, dan profesional. Imbauan atau kewajiban memiliki SKT tidak menjamin Ormas akan memiliki tata kelola yang baik tersebut. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri harus mengganti mekanisme pendaftaran OMS melalui kepemilikan SKT dengan merumuskan kebijakan yang terpisah antara pendataan OMS dengan pemberian akses terhadap sumber daya. Selain itu, Kementerian Dalam Negeri juga harus menggunakan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan proporsionalitas dalam kebijakan pendataan OMS dan pemberian akses terhadap sumber daya.

Relevansi Administrasi & Kapasitas Ormas2.

HASIL TEMUAN

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

32

Selain itu, KKB telah melakukan penyusunan laporan kajian penafsiran Peraturan Pemerintah Pelaksana Undang-undang Ormas dan penelitian lapangan penyusunan instrumen alternatif Surat Keterangan Terdaftar (SKT) di Kota Bogor, Salatiga, dan Surabaya.

Kajian Penafsiran Undang-undang Ormas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendalami alasan kelahiran dan sejarah Undang-undang Ormas, serta menjadi bacaan dan rujukan bagi siapapun yang ingin memahami Undang-undang Ormas secara obyektif. Target dari penggunaan kajian penafsiran adalah pengurus organisasi yang berbadan hukum (yayasan dan perkumpulan), serta Ormas internasional yang kemungkinan akan terkena dampak dari pelaksanaan Undang-undang Ormas.

Untuk penguatan advokasi KKB, telah dihasilkan draf modul pelatihan

pemantauan dan advokasi kebebasan berserikat. Draf modul ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembentukan jaringan pemantauan dan advokasi kebebasan berserikat. Draf modul ini akan disempurnakan melalui 5 (lima) pelatihan di berbagai daerah, antara lain Jakarta, Semarang, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya pada tahun 2018. Target peserta pelatihan pemantauan dan advokasi kebebasan berserikat adalah paralegal dasar/lanjutan, jaringan OBH (Organisasi Bantuan Hukum) yang pernah mendapatkan pelatihan dari lembaga bantuan hukum (LBH) atau berjaringan dengan LBH, dan organisasi masyarakat sipil. Tiga kelompok ini teridentifikasi sebagai pelaku strategis karena sudah berpengalaman dalam advokasi kebijakan dan lebih mudah untuk diikutsertakan dalam agenda pemberdayaan partisipasi politik warga.

• Ancaman dan Tantangan Organisasi Masyarakat Sipil Saat ini

• Undang-undang Ormas: Definisi Ormas, Sejarah Kemunculan, Implementasi, hingga Dampak Pemberlakuan

• Relasi Aktor dan Analisis Sosial

• Mekanisme Pemantauan Implementasi Undang-undang Ormas

• Mekanisme Penyelesaian Sengketa dan Penegakan Hak atas Kebebasan Berserikat

• Mekanisme Pengaduan

6 (Enam) Sub Modul dalam Draf Modul Pelatihan Pemantauan dan Advokasi Kebebasan Berserikat

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

33

GALERI FOTO

Audiensi kementerian PAN dan RB, Jakarta 8 November 2017.

Pertemuan Akhir Sertifikasi Pelayanan Publik, 29 September 2017.

I’m Possible, METRO TV, Jakarta, Mei 2017.

Fasilitasi peninjauan kapasitas kelembagaan mitra program SETAPAK 2, JATAM Sulteng (Palu) Oktober 2017.

Pertemuan komunitas sekolah SD Priuk Serang, Banten 2017.

Lokakarya Penulisan Policy Brief Regulatory Review UU Pe-layanan Publik, Bluesky Pandurata Hotel, Jakarta 7-9 September 2017.

Riza Abdali/YAPPIKA-ActionAid/November/2017

Riza Abdali/YAPPIKA-ActionAid/September/2017

Hendrik Rosdinar/YAPPIKA-ActionAid/Mei/2017

JATAM Sulawesi Tengah/Oktober/2017

PATTIRO Banten/Maret/2017

M. Alfisyahrin/YAPPIKA-ActionAid/September/2017

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

34

ANCORS

APBD

APBN

CSO(s)FGDGAPPETA

GRPS

HRHRBA

ICFIDIIMS

JKN

KEMENDIKBUD

Kesbangpolinmas

KKB

KOPEL

LP3M

MK

MP3

NGO

Acehnese Civil Society Organization StrengtheningAnggaran Pendapatan Belanja Daerah (Regional Budget)Anggaran Pendapatan Belanja Negara (State Budget)Civil Society Organization(s)Focus Group DiscussionGabungan Pemuda Pecinta AlamGender Responsive Public ServicesHuman ResourcesHuman Rights Based ApproachThe Indonesia Canada ForumIn-Depth InterviewIndeks Masyarakat Sipil (Civil Society Index)Jaminan Kesehatan Nasional (National Health Insurance)Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ministry of Education and Culture)Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (National Unity, Politics, and Public Protection Agency)Koalisi Kebebasan Berserikat (Coalition on Freedom of Association)Komite Pemantau Legislatif (Legislative Monitoring Committee)Lembaga Pemerhati dan Pemberdayaan Dayak Punan MalinauMahkamah Konstitusi (Constitutional Court)Masyarakat Peduli Pelayanan Publik (Community Concerned on Public Services )Non-governmental Organization

:

:

:

:::

:

::

:::

:

:

:

:

:

:

:

:

:

Organizational Capacity AssessmentOrganizational Capacity Performance and Assessment ToolOrganizational Development Snapshot ToolsOpen Government IndonesiaOmbudsman of the Republic of IndonesiaPusat Telaah Informasi Regional (Regional Information Studies Center)People with DisabilitiesRuang Kelas Baru (New Classrooms)Sahabat Masyarakat PantaiSekolah Dasar (Elementary School)Sekolah Dasar Negeri (Public Elementary School)Surat Edaran (Circulation Letter)Surat Keterangan Terdaftar (Certificate of Registration)Sekolah Menengah Pertama (Junior High School)Standard Operating ProcedureThe Asia FoundationUndang-Undang (Constitution)Working GroupYAPPIKA-ActionAidYayasan Persahabatan Indonesia Kanada (The Indonesia Canada Friendship Foundation)Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (Foundation for Strengthening Participation, Initiative and Partnership of Indonesian Community)

OCA

OCPAT

ODST

OGIORI

PATTIRO

PWDRKB

SAMPANSD

SDN

SE

SKT

SMP

SOPTAFUUWGYAAYAPIKA

YAPPIKA

:

:

:

::

:

::

::

:

:

:

:

::::::

:

DAFTAR SINGKATAN

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

35

LAPORAN KEUANGANYAPPIKA-ActionAid 2017

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

36

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

37

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

38

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

39

Yayasan Penguatan Partisipasi Inisiatif Yayasan Penguatan Partisipasi InisiatifDan Kemitraan Masyarakat Indonesia Dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA) (YAPPIKA)Laporan posisi keuangan Statements of financial positionPada tanggal 31 Desember 2017 As of 31 December 2017

(Disajikan dalam Rupiah) (Expressed in Rupiah)

1

Catatan/Notes 2017 2016

Aset Assets

Aset lancar Current assets

Kas dan setara kas 3b, 4 2.134.017.227 2.412.766.867 Cash and cash equivalents Investasi 5 1.531.391 1.338.746 Investments Piutang lain-lain 6 48.324.885 63.410.814 Other receivables Uang muka 7 121.789.570 121.191.557 Advance payments

Jumlah aset lancar 2.305.663.073 2.598.707.984 Total current assets

Aset tidak lancar Non - current assets

Aset tetap - setelah dikurangi Fixed assets - net ofakumulasi penyusutan 8 13.818.000 64.058.958 accumulated depreciation

Jumlah aset 2.319.481.073 2.662.766.942 Total assets

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini secara keseluruhan.

The accompanying notes to financial statements form an integral part of these financial statements.

Laporan Tahunan YAPPIKA-ActionAid / 2017

40

Yayasan Penguatan Partisipasi Inisiatif Yayasan Penguatan Partisipasi InisiatifDan Kemitraan Masyarakat Indonesia Dan Kemitraan Masyarakat Indonesia (YAPPIKA) (YAPPIKA)Laporan posisi keuangan (lanjutan) Statements of financial position (continued)Pada tanggal 31 Desember 2017 As of 31 December 2017

(Disajikan dalam Rupiah) (Expressed in Rupiah)

2

Catatan/Notes 2017 2016

Liabilitas dan aset bersih Liabilities and net assets

Liabilitas jangka pendek Current liabilities

Utang lain-lain 9 516.406.855 284.489.129 Account payables Utang pajak 10 25.335.797 7.849.616 tax payables Biaya yang masih harus dibayar 11 1.449.906.470 792.142.429 Accrued expenses

Jumlah liabilitas jangka pendek 1.991.649.122 1.084.481.174 Total current liabilities

Aset bersih Net assets Sisa dana Fund balances

Terikat 12a (6.544.545.150) 712.390.277 Restricted Tidak terikat 12b 6.872.377.101 865.895.491 Unrestricted

Jumlah aset bersih 327.831.951 1.578.285.768 Total net assets

Jumlah liabilitas dan Total liabilities andaset bersih 2.319.481.073 2.662.766.942 net assets

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini secara keseluruhan.

The accompanying notes to financial statements form an integral part of these financial statements.

Membuat Perubahan Menjadi Nyata

41

Yay

asan

Pen

guat

an P

artis

ipas

i Ini

siat

if Ya

yasa

n Pe

ngua

tan

Part

isip

asi I

nisi

atif

Dan

Kem

itraa

n M

asya

raka

t Ind

ones

ia

Dan

Kem

itraa

n M

asya

raka

t Ind

ones

ia

(YA

PPIK

A)

(YA

PPIK

A)

Lap

oran

akt

ivita

s St

atem

ents

of a

ctiv

ities

Unt

uk ta

hun

yang

ber

akhi

r pad

a ta

ngga

l 31

Des

embe

r 201

7 Fo

r the

yea

r end

ed 3

1 D

ecem

ber 2

017

(Dis

ajik

an d

alam

Rup

iah)

(E

xpre

ssed

in R

upia

h)

3

Cat

atan

/

20

17

20

16

N

otes

Ter

ikat

/ T

idak

teri

kat/

Jum

lah/

Ju

mla

h/

Res

tric

ted

Unr

estr

icte

d To

tal

Tota

l

Pene

rim

aan

R

even

ues

Pene

rimaa

n Pr

ogra

m

13

14.1

05.0

33.4

32

- 14

.105

.033

.432

10

.059

.863

.550

Pr

ogra

m re

venu

e Pe

nerim

aan

peng

gala

ngan

dan

a

13

551.

742.

800

5.96

5.96

1.47

8 6.

517.

704.

278

- Fu

ndra

isin

g re

venu

ePe

nerim

aan

lain

-lain

13

-

859.

352.

900

859.

352.

900

1.00

9.77

0.89

0 O

ther

reve

nues

Jum

lah

pene

rim

aan

14

.656

.776

.232

6.

825.

314.

378

21.4

82.0

90.6

10

11.0

69.6

34.4

40

Tota

l rev

enue

s

Peng

elua

ran

E

xpen

ditu

res

Terik

at

14

(21.

860.

815.

969)

-

(21.

860.

815.

969)

(9.

000.

079.

573)

Re

stri

cted

Tida

k Te

rikat

14

-

(871

.728

.458

) (8

71.7

28.4

58)

(1.3

93.7

53.5

61)

Unr

estr

icte

d

Jum

lah

peng

elua

ran

(21.

860.

815.

969)

(8

71.7

28.4

58)

(22.

732.

544.

427)

( 10.

393.

833.

134)

To

tal e

xpen

ditu

res

Peru

baha

n as

et b

ersi

h

(1

.250

.453

.817

) 67

5.80

1.30

6 C

hang

es in

net

ass

ets

Cat

atan

ata

s la

pora

n ke

uang

an m

erup

akan

bag

ian

tidak

ter

pisa

hkan

dar

i la

pora

n ke

uang

an in

i sec

ara

kese

luru

han.

The

acco

mpa

nyin

g no

tes

to f

inan

cial

sta

tem

ents

for

m a

n in

tegr

al p

art

of

thes

e fin

anci

al st

atem

ents

.

Jl. Pedati Raya No. 20Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta TimurIndonesia 13350

TeleponFaxEmail

Donor ServiceTeleponeEmail

www.yappika-actionaid.or.id

: +62-21 8191 623, 8590 5235: +62-21 8500670, 85905262: [email protected]

: +62-21-8066 2166: [email protected]

YAPPIKA-ActionAid