membangun pendidikan indonesia dengan penguatan sistem teknologi dan media - copy

37
PEMANFAATAN ALGA SEBAGAI BIOFUEL ALTERNATIF UTAMA DALAM MENGATASI ANCAMAN KRISIS ENERGI Dina Ikrama Putri 1218011037 JURUSAN PENDIDIKAN DOKTER

Upload: dina-ikrama-putri

Post on 10-Dec-2015

225 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

m m

TRANSCRIPT

Page 1: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

PEMANFAATAN ALGA SEBAGAI BIOFUEL ALTERNATIF UTAMA

DALAM MENGATASI ANCAMAN KRISIS ENERGI

Dina Ikrama Putri

1218011037

JURUSAN PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2015

Page 2: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat, karunia dan taufik serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini. Sesuai dengan tema Pemilihan Mahasiswa Berprestasi

(Mawapres) tahun 2015 yaitu Kemandirian dan Kepribadian Bangsa, topik yang

diambil adalah Kedaulatan Energi, maka dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

penulis memilih judul “Pemanfaatan Alga Sebagai Biofuel Alternatif Utama

Dalam Mengatasi Ancaman Krisis Energi”.

Karya tulis disusun dengan tujuan agar pembaca dan penulis dapat memperluas

pemahaman mengenai ancaman krisis energi di Indonesia, sehingga dipilih solusi

unggulan untuk menyelesaikannya yaitu implementasi Biofuel Alga sebagai

alternatif energi minyak. Uraian dan ulasan yang tersajikan berdasarkan hasil

kutipan dari penyusun dan juga dari berbagai sumber yang ada dari multimedia

cetak dan multimedia elektronik mengingat data-data tersebut yang menjadi

pokok bahasan agar tersusunnya sebuah karya tulis ilmiah.

Semoga materi yang penulis tuangkan dalam karya tulis ini dapat memberikan

wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun karya tulis ilmiah ini

memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.

Bandar Lampung, 11 April 2015

Penulis

Page 3: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kandungan Minyak dari Beberapa Jenis Mikroalga .................................

Page 4: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Sel Mikroalga ...................................................................................................

2.2 Rangkaian Alat Pembuatan Biodiesel dengan proses Transesterifikasi ..........

Page 5: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

DAFTAR ISI

Page 6: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

SUMMARY

Indonesia is heading for energy crisis that could be averted only by increasing its oil and gas production. Oil and gas sector holds for the future growth of Indonesia, as it has to provide 47 percent of total primary energy needs in 2025, or 3.7 million boepd. Due to concerns about high or unpredictable energy prices, the uncertain continued availability of fossil fuels, the desire to derive energy from sources not under the control of hostile nations, oil prices rising since 2003 and difficulties with other biofuels, interest in algae biofuel has increased.

This scientific paper will cover the concept of algae biofuel based on the production process and its efficiency to overcome energy crisis in Indonesia. The methods of literature are descriptive analytic and comparative analysis.

Algae biofuel is a fuel derived from the process of growing algae and decomposing it to extract oils from it that can be burned for energy. It involves the same basic principles underlying all other biofuels, but uses algae instead of corn, wood, sugar, or soy beans to produce the fuel. Algae biofuel is envisioned principally as a fuel for vehicles and a possible replacement for gasoline.

There are numerous ways to remove the lipids, or oils, from the walls of algae cells. One of the ways for extracting oil from algae works very much like the technique used in an oil press. Once the oil has been extracted the Biodiesel and glycerine must be separated , and any leftover reactants removed. The process is the same as the production of biodiesel and is called transesterification. Another common method is the hexane solvent method.

There are several reasons that biofuels are even more viable now than at any time in the past several decades. First, oil prices are significantly higher now than they were in the past and are not likely to fall to those low levels again. Biofuels are always seen as a more attractive option whenever fuel prices rise. Therefore, research into biofuels could be more cost-effective now, in an age of higher gas prices. Second, though clean energy and environmentalism were concerns in the nineties, they are much more prominent on the nation’s policy agenda in the present. Fears regarding global warming and related potential environmental catastrophes have made the government much more open to considering expensive policy options with positive environmental externalities. Since environmental concerns are being weighted with much more importance today, biofuels are much more attractive now, especially when created from a feedstock that avoids the environmental detriments of large-scale farming.

The advantages of algae biofuel are framed by some of the following statements. Algae biofuel is good for combating global warming. Algae biofuel is carbon neutral, only emits CO2 that it absorbs. Growing algae absorbs CO2 in the process of photosynthesis. It is a carbon sink. This is why, when algae biofuels are burned and emit some CO2, the emission balance is CO2 neutral, it emits only C02 it previously absorbed, adding no new CO2 into the atmosphere. Because it is carbon

Page 7: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

neutral in this way, it is a renewable energy source that can be produced and burned for energy sustainably.

Algae biofuel is economically viable, and will bring also to commercially viable on an industrial scale. Biproducts are useful fertilizers for other food crops that can be produced by using the leftover nutrients that aren’t used to make the biofuel after the necessary oils have been extracted from the algae. There is no ‘food vs. fuel’ tradeoff. The process is not dependent on crops or valuable farmland so algae biofuel does not damage food prices. Algae biofuel is also more practical than solar power due to a lot cheaper than photovoltaic panels.

Algal fuels do not impact fresh water resources. Algae can be grown in the ocean, freshwater, and wastewater and sewage. There is really no limit to the types of water in which algae can survive and thrive, and so where it can be produced into biofuel. This contrasts sharply with many crops and fuels where much more specific location factors are at play. That algae biofuel can be produced in more places gives it an sot competitive edge over other fuels. Human sewage and wastewater from agricultural endeavors can be used to enhance the growth of algae. In fact, when done right, algae can double and even triple overnight with the addition of these fertilizers.

Furthermore, we concluded that algae biofuel is emerging to be one of the most promising long-term, sustainable sources of oils to overcome energy crisis in Indonesia.

Keywords : algae, biofuel, crisis, energy

Page 8: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kedaulatan energi, kini menjadi sebuah isu yang mengemuka di tengah

perbincangan ruang publik kita. Mengapa, karena saat ini cadangan

sumber daya energi nasional yang konon berlimpah seolah menjadi

pepesan kosong. Fakta di lapangan banyak ditemukan kasus kelangkaan

bahan bakar minyak (BBM) yang semakin melambungkan harga

komoditinya. Investasi asing di sektor energi migas yang hadir di

Indonesia, kerap menyedot hasil migas ke luar negeri. Kenaikan harga

BBM pada tahun 2013 mengakibatkan inflasi menjadi naik sebesar 6-7%.

Kondisi ini berimplikasi pada kenaikan harga-harga barang lainnya yang

memperlemah daya beli dan taraf hidup masyarakat. Kedaulatan energi

adalah hak setiap negara dan bangsa, dengan cara mempertegas

kemandiriannya dalam menentukan arah, strategi dan kebijakan

pengelolaan energi untuk kebutuhan bangsa sendiri dan tidak bergantung

dengan pihak asing (Patria, 2014).

Ironis, situasi terkini jumlah cadangan minyak di Indonesia kian

menyusut. Minyak bumi merupakan sumber daya energi yang tidak

terbarukan, karena pembentukannya memakan waktu yang sangat lama

hingga ratusan tahun dari proses kimiawi dalam perut bumi. Akibat

dieksplorasi dan dikonsumsi setiap hari tentu lambat laun akan habis.

Seluruh cadangan minyak bumi di dunia ditaksir akan bertahan sampai

300 tahun. Berdasarkan badan statistik energi dunia tahun 2012, cadangan

minyak bumi di Indonesia berkisar sekitar 0,3% dari cadangan minyak

dunia. Dengan sisa cadangan minyak sekitar 3,6 miliar barel, Indonesia

pun terancam krisis energi. Jika tidak dikelola dengan baik, dalam waktu

belasan tahun saja, dikaitkan dengan tingginya tingkat produksi yang

dialami, ditambah tidak ada stok cadangan minyak baru, semakin

menggerus ketahanan maupun kedaulatan energi nasional. Butuh biaya

Page 9: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

yang sangat besar untuk menggali ladang minyak baru, minimal sejumlah

30 juta dollar, itu pun jika ditemukan minyaknya, jika tidak maka beresiko

kerugian yang sangat besar pula (Patria, 2014).

Hadirnya globalisasi menuntut terjadinya persaingan pasar global yang

berdampak terhadap harga sebuah komoditas di negara manapun.

Bergabungnya Indonesia sebagai anggota OPEC (Organization of

Petroleum Exporting Countries), justeru semakin memperparah posisi

harga minyak dalam negeri. OPEC mengatur produksi dan menentukan

harga minyak dunia. Akibatnya, Indonesia pun harus menyuplai minyak

mentah ke luar negeri. Setelah menjadi minyak siap pakai lalu Indonesia

mengimpornya untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri, tentu dengan

biaya yang lebih tinggi. Harga minyak pun menjadi mahal, jelas

berpengaruh terhadap daya beli masyarakat kita sendiri yang masih belum

pulih total dari krisis ekonomi (Patria, 2014).

Atas dasar masalah-masalah di atas, maka dibutuhkan bahan bakar

alternatif untuk mengurangi atau bahkan mengganti bahan bakar fosil yang

tak terbaharui tersebut. Biodiesel merupakan salah satu derivat dari

biofuel. Biofuel hadir sebagai salah satu alternatif sumber energi untuk

mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Biofuel atau yang sering

disebut juga bahan bakar hayati adalah sumber energi yang berasal dari

bahan organik yang dibuat dari tumbuhan maupun hewan (Adlina, 2014).

Namun hingga hari ini belum terdengar jelas dari suara pemerintahan kita

untuk berniat memfokuskan pengembangan bahan bakar nabati ini sebagai

pengganti sumber energi dari fosil. Padahal, Indonesia memiliki

sumberdaya mikroalga yang sangat kaya. Ada banyak sekali jenis

mikroalga yang bisa dikembangkan menjadi biofuel di Indonesia,

contohnya dari genus spirullina, tetraselmis, chlorella, scenedesmus,

anabaena dan masih banyak lagi (Adlina, 2014). Sekarang pilihannya ada

di tangan kita (termasuk pemerintah), apa kita hanya akan menunggu

Page 10: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

perubahan itu datang atau kita dapat menjadi bagian dari pengubahan

keadaan? Sehingga pada karya tulis ini, penulis akan memaparkan

penjelasan konsep mengenai biofuel alga disertai efisiensi keuntungan

yang akan dihasilkan.

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan yang dibahas dalam karya tulis ini antara lain

1) Apakah yang dimaksud dengan biofuel alga ?

2) Bagaimanakah proses pembuatan biofuel alga ?

3) Bagaimanakah efisiensi hasil dari biofuel alga sebagai alternatif energi

?

I.3 Uraian Gagasan

Uraian gagasan yang dibahas dalam karya tulis ini menjelaskan tentang

konsep biofuel alga ditinjau dari aspek pembuatan dan manfaat yang

dihasilkan.

I.4 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ini antara lain

1) Untuk mengetahui definisi dari biofuel alga

2) Untuk mengetahui proses pembuatan biofuel alga

3) Untuk mengetahui efisiensi hasil dari biofuel alga sebagai alternatif

sumber energi

I.5 Manfaat Penulisan

a. Ekonomi

Penggunaan biofuel alga sebagai alternatif utama dalam menghadapi

krisis energi menjadi lebih ekonomis karena dalam proses

pembuatannya tidak akan merusak harga pangan, memiliki biproduk

sebagai pupuk dan dapat dikembangkan secara skala perindustrian

besar.

b. Lingkungan

Page 11: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

Biofuel alga mampu mengurangi emisi karbondioksida yang dapat

meningkatkan efek global warming. Alga yang dapat tumbuh

dilingkungan air dan limbah menjadikannya sumber energi yang ramah

lingkungan.

I.6 Metode Studi Pustaka

Metode studi pustaka yang dilakukan dalam penulisan karya tulis ini

adalah :

1) Metode Analisa Deskriptif

Yaitu analisa untuk mengelola dan menafsirkan data yang diperoleh

sehingga dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya pada objek

yang dikaji. Data yang diolah adalah mencakup proses pembuatan

biofuel alga.

2) Metode Analisa Komparatif

Untuk melihat perbandingan gagasan yang ditawarkan dengan

beberapa teori yang relevan dengan gagasan. Dalam hal ini adalah

analisa mencakup perbandingan keunggulan solusi yang ditawarkan

dengan solusi yang pernah ada sebelumnya.

Page 12: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

II. TELAAH PUSTAKA

II.1Alga

Alga merupakan tumbuhan bersel banyak yang tidak memiliki sistem

vaskular serta tidak memiliki daun, tunas atau akar. Alga adalah organisme

berklorofil, tubuhnya merupakan talus (unisellular atau multisellular), alat

reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga

yang alat reproduksi tersususun dari banyak sel. Habitat alga adalah

ditempat yang berair, misalnya air sungai, kolam, rawa,laut, tanah yang

lembab, pohon dan sebagainya. Alga ditemukan disumber air panas,

disalju daerah dan puncak gunung yang tinggi, bahkan diperairan yang

mengandung boraks di lamongan juga ditemukan (Sulistijono, 2009).

Dikarenakan strukturnya lebih sederhana dan kecepatan tumbuhnya lebih

cepat, saat ini mikroalga lebih banyak diaplikasikan untuk produksi

biofuel dibandingkan makroalga. Mikroalga dapat dibudidayakan di dalam

kolam terbuka atau dengan mesin khusus yang disebut inkubasi bioreaktor.

Dalam kondisi optimum, mikroalga dapat membelah beberapa kali dalam

sehari. Apabila dibandingkan dengan tanaman-tanaman seperti jarak atau

kelapa sawit, Alga dapat memproduksi paling sedikit produk minyak 15

kali lebih banyak perhektarnya (Patria, 2014).

Mikroalga merupakan mikroorganisme (ukuran 1-50 μm) yang

menggunakan energi cahaya dan air untuk memetabolisasi CO2 menjadi

senyawa anorganik CH2O yang dengan proses lanjut dapat diubah

menjadi biodisel reaksi berikut :

CO2 +H2O+cahaya matahari CH2O+O2

Reaksi tersebut disebut proses fotosintetik dimana oksigen juga di hasilkan

sebagai hasil samping. Intensitas cahaya matahari (UV light) yang sampai

ke permukaan bumi sekitar 1500-2500 W/m2.

Page 13: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

Gambar 2.4 Sel mikroalga

(Ugwu, et al., 2007)

Mikroalga akhir-akhir ini dieksplorasi untuk penggunaannya dalam bidang

bioenergi dikarenakan mikroalga juga mempunyai kandungan karbon yang

tinggi. Beberapa jenis mikroalga berpotensi sebagai sumber minyak (Tabel

2.4). Kandungan minyak mikroalga bervariasi tergantung jenis

mikroalganya.

Tabel 2.1 Kandungan minyak dari beberapa jenis mikroalga

Mikroalga Kandungan Minyak (%)Botrycoccus braunii 25-75Chlorella sp. 28-32Crypthecodinium cohnii 20Cylindrotheca sp. 16-37Dunaliella primolecta 23Isochrysis sp. 25-33Monallanthus salina >20Nannochloris sp. 20-35Nannochloropsis sp. 31-68Neochloris oleoabundans 35-54Nitzschia sp. 45-47Phaeodactylum tricornutum 20-30Schizochytrium sp. 50-77Tetraselmis sueica 15-23(Ugwu, et al., 2007)

II.2Pembuatan Biofuel Alga

Page 14: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

Biofuel atau yang sering disebut juga bahan bakar hayati adalah sumber

energi yang berasal dari bahan organik yang dibuat dari tumbuhan maupun

hewan. Biofuel mempunyai sifat dapat diperbaharui, artinya bahan bakar

ini dapat dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang bisa ditumbuhkan

atau dibiakkan (Adlina, 2014).

Minyak dari ganggang dapat diekstrak dengan beberapa cara :

1) Ganggang dikeringkan dan di-press.

2) Minyak dapat diekstrak dengan bahan kimia seperti benzene, ether

atau heksan. Metode ini dapat dikombinasikan dengan press

dingin. Kombinasi proses tersebut dapat mengeluarkan lebih dari

95% total minyak yang ada dalam alga.

3) Ekstrak dengan enzim.

4) Osmotic shock adalah mengurangi tekanan osmotik dengan tiba-

tiba; dimana hal ini dapat menyebabkan rusaknya sel.

5) Pada metoda superkritikal, CO2 dicairkan dengan tekanan dan

pemanasan sampai titik dimana material bersifat cair dan gas.

Fluida yang dicairkan kemudian bertindak sebagai pelarut dalam

mengekstrak minyak.

6) Minyak dari ganggang dapat juga diekstrak dengan metoda lain.

Ganggang di hancurkan dengan alat menjadi bubuk dan

dikeringkan selama 20 menit pada 80oC dalam inkubator untuk

menghilangkan air. Heksan dan pelarut ether lainnya dicampur

dengan bubuk ganggang dan diekstrak menjadi minyak, kemudian

dicampur selama 24 jam untuk pengendapan.

Pada proses ekstraksi perbandingan antara serbuk alga dan pelarut n-

heksana yang digunakan adalah 1:4. Pertama-tama dimasukkan serbuk

alga ke dalam soxhlet sebanyak 100 gram dan 400 mL n-heksana ke dalam

labu leher tiga, kemudian proses ekstraksi dijalankan pada suhu 650 C

selama lima jam. Setelah proses ekstraksi selesai campuran antara minyak

alga dengan pelarut dipisahkan dengan menggunakan alat rotavapor.

Page 15: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

Setelah didapatkan minyak alga yang diinginkan lalu dilakukan proses

transesterifikasi dengan menggunakan katalis basa. Proses transesterifikasi

ini dilakukan dengan menggunakan pelarut metanol dengan perbandingan

mol antara minyak alga dengan mentanol 1:6. Setelah proses

transesterifikasi selesai, campuran biodiesel dengan pelarut dipisahkan

menggunakan corong pisah, kemudian biodiesel yang sudah didapat dicuci

dan dievaporasi.

Gambar 2.2 Rangkaian Alat Pembuatan Biodiesel dengan proses

Transesterifikasi

Page 16: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

III. ANALISIS DAN SINTESIS

III.1 Analisis Permasalahan

III.1.1 Pencarian Energi Alternatif yang Ekonomis

Konsumsi energi masih didominasi oleh energi fosil berupa minyak

bumi, batubara, dan gas alam yang bersifat tak terbarukan.

Komposisi konsumsi energi final menurut jenis selama tahun 2000-

2012 terbesar adalah BBM (bahan bakar minyak) yaitu 37%,

diikuti kayu bakar 22%, gas 12%, batubara 11%, listrik 10%, LPG

4%, dan biomasa 4%. Total konsumsi BBM meningkat rata-rata

1,9% per tahun, dari 315 juta SBM (2000) menjadi 398 juta SBM

(2012). Penggunaan BBM diperkirakan akan meningkat rata-rata

5,4% per tahun, dari 72,9 juta KL (2015) menjadi 90,0 juta KL

(2019). Besarnya konsumsi BBM tersebut diakibatkan oleh

kebijakan subsidi dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 2013 realisasi subsidi BBM mencapai Rp 199 triliun.

Subsidi BBM cenderung meningkat disebabkan oleh peningkatan

konsumsi domestik, kenaikan harga minyak dunia, dan penurunan

nilai tukar rupiah (Sutawi, 2015).

Selain membebani APBN, dominasi pemanfaatan BBM

menimbulkan berbagai masalah, baik teknis, ekonomis, ekologis,

sosial, maupun politis. Pertama, ketahanan energi nasional menjadi

sangat rapuh, karena cadangan energi fosil semakin menipis. Total

cadangan minyak Indonesia sebesar 7,73 milyar barel tahun 2011,

menurun menjadi 7,41 milyar barel tahun 2012. Berdasarkan

tingkat produksi minyak bumi sebesar 329 juta barel (2011) dan

315 juta barel (2012), maka rasio cadangan produksi (R/P) minyak

bumi hanya sekitar 12 tahun. Ini berarti Indonesia akan mengalami

krisis energi tahun 2025. Kedua, gejolak perekonomian akibat

BBM impor yang besar. Sejak tahun 2004 Indonesia menjadi

importir minyak mentah, karena produksi dalam negeri tidak

Page 17: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

mencukupi kebutuhan. Pada tahun 2014 Indonesia mengimpor

BBM sebanyak 850 ribu barel per hari (bph), dan diperkirakan

mencapai angka 900 ribu - 1 juta bph pada tahun 2015. BBM impor

berpengaruh signifikan terhadap gejolak perekonomian Indonesia,

karena pasokannya terbatas (hanya sekitar 45 - 50 juta bph yang

diperdagangkan di pasar dunia), harganya pun fluktuatif karena

dipengaruhi oleh situasi politik dan ekonomi dunia. Ketiga, kondisi

geografis Indonesia sebagai negara kepulauan menyulitkan

distribusi energi secara merata dan menyebabkan pembangunan

infrastruktur untuk jaringan distribusi BBM ke berbagai daerah

menjadi tidak ekonomis. Keempat, eksplorasi dan eksploitasi BBM

masih tergantung pada investor asing baik permodalan maupun

teknologinya, sehingga nilai tambah yang dinikmati Indonesia

sangat kecil. Kelima, kerusakan lingkungan yang parah dan sulit

diperbaiki di lokasi penambangan dan efek gas rumah kaca yang

disebabkan emisi CO2 di udara yang berlebihan (Sutawi, 2015).

III.1.2 Emisi pada Global Warming

Indonesia dinilai membutuhkan rumusan global yang tepat untuk

mengurangi emisi karbon. Menurut Deputi Kepala BPPT Bidang

Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam, Ridwan

Djamaluddin dalam International Workshop on Forest Carbon

Emission, rumusan global pengurangan emisi tidak relevan dengan

kondisi di Indonesia ditinjau dari aspek teknologi, metodologi dan

teknik. Rumusan yang dikembangkan di dunia barat tidak bisa

diterapkan di Indonesia. Karena itu, ia menegaskan bahwa perlu

ada perumusan secara nasional bagaimana Indonesia dapat

memenuhi rumusan global pengurangan emisi karbon yang telah

dikeluarkan sebelumnya (Republika, 2015).

Berdasarkan Technology Needs Assessment (TNA) fokus

pengurangan emisi karbon dilakukan pada sektor energi,

Page 18: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

kehutanan, industri, dan transportasi yang mengeluarkan emisi

cukup besar. Indonesia harus lebih berani merumuskan kebijakan

penurunan emisi karbon yang salah satu implikasinya penerapan

biofuel alga sebagai alternatif energi migas (Republika, 2015).

III.1.3 Penggunaan Lahan dan Ekosistem

Untuk mewujudkan sistem energi yang berkelanjutan dan mampu

memberikan ketahanan energi nasional dilakukan dengan

memenuhi kebutuhan energi sendiri. Energi yang dimaksud adalah

energi ramah lingkungan yang tidak berdampak pada penurunan

keanekaragaman ekosistem maupun kelestarian lingkungan.

Indonesia memiliki keberagaman jenis sumber energi alam yang

yang dapat diperbarui dan tak terbatas jumlahnya. Keanekaragaman

energi ini merupakan aset berharga bagi pengembangan teknologi

energi nasional. Darat, laut, dan udara, semua dapat dimanfaatkan

secara maksimal. Melihat keuntungan – keuntungan posisi

geografis dan kekayaan alam yang beranekaragam, masihkah

masyarakat Indonesia layak disuguhi berbagai permasalahan –

permasalahan negara tentang krisis energi?. Kebutuhan minyak

bumi 19 tahun lagi akan habis, sekarang saatnya memulai

melakukan gerakan penciptaan, produksi, dan pemanfaatan sumber

energi baru terbarukan dengan memanfaatkan energi alam yang

dapat diperbarui serta sedikit demi sedikit meninggalkan

penggunaan energi fosil. Menjadi fenomena yang sangat lucu bila

dengan kekayaan alam yang seperti ini tapinegara mengalami krisis

energi.

III.2 Sintesis

III.2.1 Biofuel Alga Sebagai Energi yang Ekonomis

Secara komersil, biofuel alga dapat dikembangkan pada skala

industrial besar. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Page 19: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

perusahaan-perusahaan negara maju seperti Meksiko yang telah

melaksanakan proyek $850 juta dolar untuk menghasilkam

milyaran galon etanol alga per tahun (Ghelfi, 2008).

Berdasarkan data perbandingannya dengan minyak bumi, ternyata

potensi mikroalga masih lebih besar. Pada 1 hektar ladang minyak

bumi, rata-rata hanya bisa disedot 0,83 barel minyak per hari,

sampai kemudian habis dan tak berproduksi lagi. Sedangkan pada

luas yang sama, budidaya mikroalga bisa menghasilkan 2 barel

minyak perhari (Mujizat Kawaroe, 2008). Selain potensi kecepatan

tumbuh dari Alga tersebut, Alga memiliki kandungan yang

menakjubkan. Mikroalga memiliki kandungan minyak yang sangat

tinggi, yaitu bisa mencapai 40-85% dari berat kering (Borowitzka,

1998), bahkan dibandingkan dengan kelapa sawit yang selama ini

menjadi icon utama biodiesel jauh lebih tinggi kandungan

minyaknya. Kandungan minyak kelapa sawit hanyalah 20%.

(www.popularmechanics.com).

Biofuel generasi pertama diproduksi dari sumber makanan, dimana

sumbernya mudah untuk diolah. Bahan makanan tersebut

mengandung gula, starch, atau minyak nabati. Contohnya seperti

singkong, jagung, dan ubi. Proses pembuatannya cenderung mudah

karena ekstraksi biofuel dari ketiga senyawa tersebut tidak

memerlukan proses yang rumit. Namun, dalam pengaplikasianya

biofuel ini mengalami banyak kontroversi. Hal yang pertama

adalah dilematika antara bahan pangan dengan energi karena selain

masih banyak saudara-saudara kita yang mengalami krisis pangan,

penggunaan bahan pangan untuk energi juga dikhawatirkan dapat

menganggu ketersediaan bahan pangan masa depan. Biofuel

generasi ini juga membutuhkan lahan yang luas untuk penanaman

sumber daya yang diperlukan, sehingga pada akhirnya bisa jadi kita

harus menebangi hutan untuk membuka lahan (Adlina, 2014).

Page 20: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

Generasi kedua dari biofuel menggunakan bahan yang

mengandung lignocellulosic seperti kayu dan limbah-limbah

kegiatan pertanian. Meski proses pembuatan biofuel generasi ini

lebih kompleks dibanding generasi pertama, biofuel generasi kedua

ini berbahan dasar bukan pangan, sehingga sudah tak ada

permasalahan ‘energi versus pangan’ pada generasi ini. Analoginya

generasi pertama kita seperti membuat mie dengan bahan baku

tepungnya, generasi kedua ini kita membuat mie dengan tepung

yang kita harus buat dari ubi terlebih dahulu. Generasi ini tentunya

dapat mengurangi sampah dan dapat berlangsung terus menerus

seiring dengan kebutuhan pangan manusia (Adlina, 2014).

Biofuel generasi ketiga merupakan biofuel berbasis dari alga. Alga

lebih produktif daripada tanaman lain karena mereka terus

membuat bahan bakar terlepas dari cuacanya. Tidak seperti

generasi pertama dan kedua yang tersandung pada produksi bahan

baku dan keduanya sama sama menghadapi keterbatasan lahan

(Adlina, 2014).

Selain itu, biproduk atau hasil kedua dari pengolahan biofuel alga

dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bahan pangan. Pupuk ini berasal

dari sisa kandungan bahan yang tidak terpakai (fosfat dan nitrogen)

untuk membuat biofuel setelah minyak diekstraksi dari alga

(Hodge, 2007).

Tidak seperti energi surya dengan harga panel photovoltaic yang

mahal menyebabkan biofuel alga menjadi lebih efektif dan

ekonomis bila dibandingkan dengan energi alternatif lain.

III.2.2 Biofuel Alga dalam mengurangi Dampak Global Warming

Page 21: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

Adanya emisi gas karbondioksida (CO2) merupakan penyebab 75%

dari keseluruhan gas yang menyebabkan global warming. CO2

dihasilkan dari pembakaraan bahan bakar seperti minyak, gas alam,

diesel, diesel-organik, petrol, petrol-organik dan etanol. Tetapi,

alga memiliki kemampuan fotosintesis untuk menangkap CO2 yang

dihasilkan dan mengubahnya menjadi minyak triasigliserol. Hal

inilah yang menjelaskan mengapa dalam proses pembuatan biofuel

alga yang akan menghasilkan CO2 akan berujung pada

keseimbangan emisi yang akan didapat. Keseimbangan karbon

dalam proses tersebut tidak akan menambahkan CO2 pada atmosfir

bumi.

Menanggapi hal tersebut bila penggunaan bahan bakar minyak

dapat digantikan dengan biofuel alga, maka akan memberi

pengaruh besar pada keadaan global warming saat ini. Penelitian

yang dilakukan di Colorado State University’s (CSU) Engines and

Energy Conservation Laboratory and the University of New

Hampshire (UNH) menyebutkan bahwa alga dapat menjadi suplai

kebutuhan bensin yang cukup untuk semua transportasi di Amerika

Serikat dalam bentuk biofuel. Sehingga biofuel alga mampu

berskala besar untuk menggantikan posisi minyak saat ini.

III.2.3 Efisiensi Penggunaan Lahan

Alga lebih produktif daripada tanaman lain karena mereka terus

membuat bahan bakar terlepas dari cuacanya. Tidak seperti

generasi pertama dan kedua yang tersandung pada produksi bahan

baku dan keduanya sama sama menghadapi keterbatasan lahan.

Alga dapat tumbuh di banyak negara, tanpa perlu tanah yang subur

dan air tawar yang berlimpah. Produksi dan budidaya alga untuk

masa depan jauh tidak akan menghadapi masalah keterbatasan

lahan karena alga dapat dibudidayakan di perairan manapun

termasuk lautan, ataupun kolam air limbah sekalipun.

Page 22: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

Alga dapat diproduksi di mana pun, hanya butuh kecukupan sinar

matahari air dan udara untuk fotosintesis. Sehingga, kondisi

pertumbuhan alga tersebut tidak akan merusak sumber air bersih.

Bahkan limbah atau air kotor hasil pertanian mampu dijadikan

sebagai media pertumbuhan alga dan akan berkembang dua atau 3

kali lebih cepat dengan adanya pupuk limbah tersebut (Hodge,

2007).

Page 23: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

IV. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

IV.1 Simpulan

Biofuel alga adalah sumber energi yang berasal dari tanaman alga. Alga

adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan talus (unisellular atau

multisellular) dan terdiri dari dua jenis yaitu mikroalga dan makroalga.

Dikarenakan strukturnya lebih sederhana dan kecepatan tumbuhnya lebih

cepat, mikroalga lebih banyak diaplikasikan untuk produksi biofuel

dibandingkan makroalga.

Proses pembuatannya terdiri dari beragam metode diantaranya adalah

mengekstrak minyak dengan bahan kimia seperti benzene, ether atau

heksan. Metode ini dapat dikombinasikan dengan press dingin.

Biofuel alga merupakan energi yang bersifat ekonomis. Secara komersil,

biofuel alga dapat dikembangkan pada skala industrial besar. Berdasarkan

data perbandingannya dengan minyak bumi dan kelapa sawit, potensi alga

masih lebih besar. Alga lebih produktif daripada tanaman lain karena

mereka terus membuat bahan bakar terlepas dari cuacanya. Selain itu,

biproduk atau hasil kedua dari pengolahan biofuel alga dapat dimanfaatkan

sebagai pupuk bahan pangan.

Dalam lingkup lingkungan, proses pembuatan biofuel alga menghasilkan

keseimbangan emisi yang tidak akan menambahkan CO2 pada atmosfir

bumi untuk mengurangi dampak keadaan global warming saat ini.

Produksi dan budidaya alga tidak akan menghadapi masalah keterbatasan

lahan karena alga dapat dibudidayakan di perairan manapun termasuk

lautan, ataupun kolam air limbah sekalipun, sehingga efisiensi penggunaan

lahan dapat diandalkan dan bersifat ramah lingkungan.

Page 24: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

IV.2 Rekomendasi

Langkah yang bisa diambil dalam mengatasi krisis energi di Indonesia saat

ini adalah menerapkan penggunaan biofuel alga untuk mengurangi

penggunaan bahan bakar minyak yang berasal dari energi fosil. Berbagai

keuntungan yang didapat dari biofuel alga menjadikannya sebagai solusi

unggulan dibandingkan biofuel generasi lain. Kita sebagai pemuda

generasi bangsa dengan peran untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri,

bertanggung jawab mengatasi kedaulatan energi dengan tolak ukur krisis

energi di Indonesia.

Page 25: Membangun Pendidikan Indonesia Dengan Penguatan Sistem Teknologi Dan Media - Copy

DAFTAR PUSTAKA