membangun pariwisata bahari: studi kasus … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai...

18
159 MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS BANGSRING UNDERWATER DI KABUPATEN BANYUWANGI BUILDING MARINE TOURISM: CASE STUDY BANGSRING UNDERWATER IN BANYUWANGI REGENCY Abner Sarlis Tindi 1 * Muhadjir Darwin 2 Hendrie Adji Kusworo 3 Pande Made Kutanegara 4 1 Mahasiswa S3 Program Doktor Studi Kebijakan, Universitas Gadjah Mada 2 Ketua Program Doktor Studi Kebijakan, Universitas Gadjah Mada 3 Dosen Fisipol, Universitas Gadjah Mada 4 Dosen dan Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada Alamat: Jl. Tevesia, Bulaksumur, Yogyakarta. *alamat email: [email protected] ABSTRAK Bangsring Underwater memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat nelayan di Desa Bangsring, selain itu merupakan salah satu destinasi pariwisata bahari yang dibanggakan oleh Kabupaten Banyuwangi. Sejarah Bangsring Underwater berawal pada tahun 2008 sekelompok orang yang berstatus sebagai nelayan Desa Bangsring sepakat untuk mendirikan Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB). Kelompok ini kemudian membentuk Zona Perlindungan Bersama (ZPB) yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Perdes) Bangsring No.2 Tahun 2009 (No.02/429.405.01/2009) tentang Pengelolaan Zona Perlindungan Bersama (ZPB) Sumber Daya Laut Desa Bangsring, tertanggal 20 Januari 2009. Pembentukan ZPB itu sebagai upaya melindungi kawasan bahari Desa Bangsring dari kerusakan terumbu karang dan ancaman kepunahan biota laut akibat ulah masyarakat nelayan Bangsring yang menggunakan potas dan bahan peledak dalam menangkap ikan. Upaya yang dilakukan oleh KNIH-SB membuahkan hasil di mana Bangsring Undewater bukan hanya sebagai kawasan konservasi bahari (Marine Protected Areas MPAs) tetapi juga sebagai destinasi pariwisata bahari (marine tourism destination). Kehadiran Bangsring Underwater telah meningkatkan pertumbuhan pariwisata bahari di Banyuwangi. Hal itu menciptakan lapangan pekerjaan baru di sektor jasa perhotelan, transportasi, kuliner, dan lain sebagainya. Selain itu di lokasi pariwisata bahari Bangsring Underwater tersedia bermacam-macam pekerjaan yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat lokal. Penelitian ini bersifat kualitatif dan melakukan studi kasus pada objek yang diteliti. Hasil penelitian ini menemukan bahwa hadirnya Bangsring Underwater telah menciptakan lapangan pekerjaan baru dan sebagai penyumbang pendapatan daerah yang potensi penghasilannya terus tumbuh. Kata kunci: Bangsring Underwater, ekonomi, pariwisata bahari, lapangan pekerjaan, MPAs ABSTRACT Bangsring Underwater provides new job opportunities for the fishing community in Bangsring Village, besides that it is one of the marine tourism destinations that is proud of Banyuwangi Regency. The history of Bangsring Underwater began in 2008, a group of people who were fishermen in the Bangsring Village agreed to establish the Samudera Bakti Ornamental Fish Fisheries Group (SB- OFFG). The group then formed a Joint Protection Zone (ZPB) which was determined by the Bangsring No.2 Village Regulation (Perdes) Year 2009 (No.02 / 429.405.01 / 2009) concerning the management of the Bangsring Village Marine Protection Zone (ZPB), dated January 20, 2009. The formation of the ZPB is an effort to protect the marine area of Bangsring Village from damage to coral reefs and the threat of extinction of marine biota due to the activities of the Bangsring fishing community who use potas and explosives in fishing. The efforts made by KNIH-SB have produced

Upload: hatuyen

Post on 14-Jun-2019

247 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

159

MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI:

STUDI KASUS BANGSRING UNDERWATER

DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUILDING MARINE TOURISM:

CASE STUDY BANGSRING UNDERWATER IN BANYUWANGI REGENCY

Abner Sarlis Tindi1* Muhadjir Darwin

2 Hendrie Adji Kusworo

3 Pande Made Kutanegara

4

1Mahasiswa S3 Program Doktor Studi Kebijakan, Universitas Gadjah Mada

2Ketua Program Doktor Studi Kebijakan, Universitas Gadjah Mada

3Dosen Fisipol, Universitas Gadjah Mada

4Dosen dan Peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada

Alamat: Jl. Tevesia, Bulaksumur, Yogyakarta.

*alamat email: [email protected]

ABSTRAK

Bangsring Underwater memberikan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat nelayan di Desa

Bangsring, selain itu merupakan salah satu destinasi pariwisata bahari yang dibanggakan oleh

Kabupaten Banyuwangi. Sejarah Bangsring Underwater berawal pada tahun 2008 sekelompok orang

yang berstatus sebagai nelayan Desa Bangsring sepakat untuk mendirikan Kelompok Nelayan Ikan

Hias Samudera Bakti (KNIH-SB). Kelompok ini kemudian membentuk Zona Perlindungan Bersama

(ZPB) yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Perdes) Bangsring No.2 Tahun 2009

(No.02/429.405.01/2009) tentang Pengelolaan Zona Perlindungan Bersama (ZPB) Sumber Daya Laut

Desa Bangsring, tertanggal 20 Januari 2009. Pembentukan ZPB itu sebagai upaya melindungi kawasan

bahari Desa Bangsring dari kerusakan terumbu karang dan ancaman kepunahan biota laut akibat ulah

masyarakat nelayan Bangsring yang menggunakan potas dan bahan peledak dalam menangkap ikan.

Upaya yang dilakukan oleh KNIH-SB membuahkan hasil di mana Bangsring Undewater bukan hanya

sebagai kawasan konservasi bahari (Marine Protected Areas – MPAs) tetapi juga sebagai destinasi

pariwisata bahari (marine tourism destination). Kehadiran Bangsring Underwater telah meningkatkan

pertumbuhan pariwisata bahari di Banyuwangi. Hal itu menciptakan lapangan pekerjaan baru di sektor

jasa perhotelan, transportasi, kuliner, dan lain sebagainya. Selain itu di lokasi pariwisata bahari

Bangsring Underwater tersedia bermacam-macam pekerjaan yang dapat meningkatkan ekonomi

masyarakat lokal. Penelitian ini bersifat kualitatif dan melakukan studi kasus pada objek yang diteliti.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa hadirnya Bangsring Underwater telah menciptakan lapangan

pekerjaan baru dan sebagai penyumbang pendapatan daerah yang potensi penghasilannya terus

tumbuh.

Kata kunci: Bangsring Underwater, ekonomi, pariwisata bahari, lapangan pekerjaan, MPAs

ABSTRACT

Bangsring Underwater provides new job opportunities for the fishing community in Bangsring

Village, besides that it is one of the marine tourism destinations that is proud of Banyuwangi Regency.

The history of Bangsring Underwater began in 2008, a group of people who were fishermen in the

Bangsring Village agreed to establish the Samudera Bakti Ornamental Fish Fisheries Group (SB-

OFFG). The group then formed a Joint Protection Zone (ZPB) which was determined by the

Bangsring No.2 Village Regulation (Perdes) Year 2009 (No.02 / 429.405.01 / 2009) concerning the

management of the Bangsring Village Marine Protection Zone (ZPB), dated January 20, 2009. The

formation of the ZPB is an effort to protect the marine area of Bangsring Village from damage to

coral reefs and the threat of extinction of marine biota due to the activities of the Bangsring fishing

community who use potas and explosives in fishing. The efforts made by KNIH-SB have produced

Page 2: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

160

results where Bangsring Undewater is not only a marine conservation area (Marine Protected Areas -

MPAs) but also as a marine tourism destination. The presence of Bangsring Underwater has

increased marine tourism growth in Banyuwangi. This creates new jobs in the hospitality,

transportation, culinary and other sectors. Besides that, in the Bangsring Underwater marine tourism

location there are various jobs that can improve the economy of the local community. This research is

qualitative and conducts case studies on the object under study. The results of this study found that the

presence of Bangsring Underwater has created new jobs and as a contributor to regional income

whose income potential continues to grow.

Keywords: Bangsring Underwater, economy, marine tourism, employment, MPAs

PENDAHULUAN Kerusakan ekosistem bahari Bangsring disikapi secara bijak oleh Kelompok Nelayan Ikan Hias

Samudera Bakti (KNIH-SB) untuk berinovasi melakukan konservasi bahari. Pola penangkapan ikan

yang dilakukan secara tidak bertanggung jawab sejak tahun 1970 telah meninggalkan kehancuran di

alam bawah laut Bangsring (Bangsring Underwater). Di bawah pimpinan Ikhwan Arief sebagai

seorang inovator, kelompok nelayan tersebut terus melakukan sosialisasi kepada semua nelayan di

kawasan Bangsring untuk menghentikan perusakan ekosistem bahari yakni penghancuran terumbu

karang dan penangkapan ikan hias secara tidak bertanggung jawab. Ajakan kepada para nelayan untuk

bergabung dengan KNIH-SB terus dilakukan agar tidak lagi merusak ekosistem bahari, sebagai

tanggung jawab moril kepada generasi masa kini dan yang akan datang (anak dan cucu). Dengan

keteguhan hati dan semangat pantang menyerah akhirnya KNIH-SB memetik hasil atas pekerjaan

mereka. Berbagai apresiasi dan penghargaan pun mengalir dari berbagai pihak, baik dari pemerintah

maupun swasta. Bahkan pada tanggal 5 Juni 2017 Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti

(KNIH-SB) berhasil mendapatkan penghargaan Kalpataru dari Presiden Republik Indonesia. (KNIH-

SB, 2018).

Gelombang wisatawan pun mengalir di Bangsring Underwater untuk menyaksikan keindahan

alam bahari Bangsring yang tadinya rusak parah kini menjadi tempat yang menyenangkan terutama

bagi ikan-ikan dan beragam jenis biota laut. Gelombang wisatawan itu telah membentuk pola ekonomi

baru bagi masyarakat nelayan Bangsring Underwater, di mana ada berbagai aktivitas ekonomi tumbuh

di sana. Terciptanya lapangan pekerjaan baru, dari nelayan perusak ekosistem bahari menjadi perawat

dan pengelola Bangsring Underwater sebagai kawasan konservasi bahari dan pariwisata bahari.

Kehadiran Bangsring Underwater memberi dampak positif bukan hanya bagi masyarakat nelayan

Desa Bangsring tetapi juga terhadap pertumbuhan lapangan kerja di sektor pariwisata di Banyuwangi.

Tersedianya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat nelayan, dan adanya kepastian pendapatan

untuk kebutuhan hidup yang tadinya berpenghasilan tidak menentu.

Upaya membangun Bangsring Underwater sebagai zona konservasi bahari dan kini telah

menjelma menjadi destinasi pariwisata bahari yang mengundang decak kagum wisatawan, tidak lahir

begitu saja, tetapi ada upaya dan kerja keras yang dilakukan oleh semua anggota Kelompok Nelayan

Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB). Tantangan yang dihadapi berupa penolakan dan teror dari

berbagai pihak yang merasa terganggu kepentingannya membuat anggota KNIH-SB semakin teguh

dan yakin, bahwa pekerjaan yang mereka lakukan selama berada di jalan kebenaran pasti akan berhasil

dan disertai Tuhan. Kerja keras itu membuahkan hasil, dan sejak tahun 2014 Bangsring Underwater

menjadi destinasi pariwisata bahari Kabupaten Banyuwangi, dari 20 (dua puluh) objek wisata yang

direkomendasikan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, di antaranya: Ijen Crater, G-Land,

Sukamade Beach, Sadengan Savannah, De Djawatan, Kemiren Village, Merah Island, Kalibendo

Plantation, Grand Watudodol, Jagir Waterfall, Tabuhan Island, Wedi Ireng Beach, Hijau Bay,

Bangsring Underwater, Marina Boom Beach, Rafting & Tubing, Mustika Beach, Pines Forest,

Mangrove Bedul, dan Gombeng. Pariwisata Banyuwangi dikenal dengan Triangel Diamond yaitu

Kawan Ijen (Ijen Crater), Sukamade Beach, dan G-Land. (Disbudpar Banyuwangi, 2018). Lalu

bagaimana upaya dan strategi yang dilakukan oleh Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti

(KNIH-SB) sehingga sukses berinovasi menghadirkan Bangsring Underwater sebagai destinasi wisata

bahari di Banyuwangi? Penelitian ini membahas upaya dan strategi membangun pariwisata bahari

Page 3: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

161

yang dilakukan oleh masyarakat nelayan Desa Bangsring yang tergabung dalam Kelompok Nelayan

Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB). Kehadiran Bangsring Underwater di Desa Bangsring,

Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi menarik dikaji secara ilmiah sehingga dapat

berkontribusi bagi pembangunan pariwisata bahari bukan hanya di Kabupaten Banyuwangi Provinsi

Jawa Timur, tetapi juga bagi daerah lainnya di Indonesia yang memiliki kesamaan karakter, yang

kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi

masyarakat lokal.

TINJAUAN PUSTAKA

Pada tinjauan pustaka ini penulis menyoroti pentingnya pariwisata bahari berkontribusi pada

tersedianya lapangan kerja sehingga terjadi pengingkatan ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah

pesisir. Selanjutnya, perlakuan yang baik terhadap ekosistem bahari dengan melakukan konservasi

bahari, akan mendatangkan manfaat bagi masyarakat sekitarnya berupa peningkatan kualitas

lingkungan hidup menjadi lebih baik dan manfaat ekonomi seiring dengan hadirnya wisatawan yang

ikut menikmati kualitas ekosistem bahari yang optimal dan menyenangkan.

Pariwisata Bahari

“Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, kata pari berarti berkali-kali atau berputar-putar,

sedang wisata berarti perjalanan atau bepergian. Sedangkan kepariwisataan menurut Hans Buchlih

dalam buku Yoeti (1983), merupakan peralihan tempat yang bersifat sementara dari seorang atau

beberapa orang dengan maksud memperoleh pelayanan dari lembaga-lembaga yang digunakan untuk

maksud tersebut.” (Effendi & Sujali, 1989). “Pariwisata diakui sebagai industri terbesar di dunia. The

World Travel and Tourism Council (WTTC) memperkirakan bahwa 11% dari Gross Domestic

Product (GDP) dunia dihasilkan dari industri pariwisata baik secara langsung atau tidak langsung, dan

telah menghasilkan 221 juta pekerjaan atau 8,3% dari total lapangan kerja di seluruh dunia pada tahun

2005. Industri pariwisata telah menjadi salah satu yang tercepat dalam pertumbuhan industri selama

setengah abad terakhir. World Tourism Organization (WTO) memperkirakan pariwisata internasional

meningkat sebesar 9% pada tahun 2004. Pertumbuhan dalam pengembangan pariwisata ini telah

menyebabkan banyak perubahan yang dilakukan oleh masyarakat. Adapun beberapa perubahan

positif seperti perbaikan pendapatan, pendidikan, kesempatan kerja, dan infrastruktur lokal dan

layanan. Sementara hal negatif seperti perubahan sosial dan nilai-nilai keluarga, munculnya kelompok

yang kuat secara ekonomi, dan praktek budaya disesuaikan dengan tuntutan wisatawan.” (Kim, 2009).

Penjelasan di atas mengantar kita untuk memahami secara komprehensif akan pentingnya

kehadiran pariwisata, secara khusus pariwisata bahari dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

kaitannya dengan ketersediaan lapangan kerja untuk perbaikan ekonomi masyarakat lokal. Pariwisata

bahari yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini berkontribusi besar bagi kehidupan masyarakat

Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) Desa Bangsring. Pariwisata bahari (marine tourism)

didefinisikan sebagai “kegiatan rekreasi yang melibatkan perjalanan jauh dari tempat tinggal

seseorang, di mana perjalanan yang mereka lakukan difokuskan kepada lingkungan kelautan

(lingkungan laut didefinisikan sebagai perairan yang mengandung garam dan terkena air pasang).”

(Huges, 2001). Dalam memahami konsep pariwisata bahari (marine tourism), ulasan (Barbier, 2012)

dapat dijadikan sebagai rujukan, bahwa lingkungan pesisir dan laut dapat dimulai hingga 100 km ke

daratan, berlanjut ke landas kontinen, dan mencakup sistem samudera dengan perairan sampai

kedalaman 50 meter. Adapun ekosistem yang ditemukan di lingkungan ini meliputi lahan basah muara

dan pesisir seperti rawa dan bakau, pantai pasir dan bukit pasir, hamparan rumput laut, dan terumbu

karang.”

Seorang ahli pariwisata (Papageorgiou, 2016) membahas pariwisata bahari dengan mendasarkan

pendapat berbagai ahli, mengatakan: “Menurut Hall (2001), wisata pesisir dan bahari – meski bentuk

pariwisata berbeda – sangat erat kaitannya, karena elemen air/laut. Memang, wisata bahari merupakan

bentuk pariwisata yang benar-benar terhubung dan bergantung pada laut dan lingkungan laut (Lekakou

dan Tzannatos, 2001), meski unsur air bukan satu-satunya kriteria. Menurut Orams (1999), wisata

bahari mengharuskan konsumen bepergian dari tempat tinggal mereka dan terlibat aktif dengan laut.

Kegiatan rekreasi air lainnya dan olahraga bahari (sering dilakukan di perairan pantai), adalah scuba

diving, memancing, ski air, selancar angin, wisata ke taman maritim, menonton mamalia satwa liar,

Page 4: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

162

dll. (Komisi Eropa, 2014; Diakomihalis, 2007). Wisata pesisir juga merupakan bentuk pariwisata

bahari di mana unsur air/laut dominan dan dianggap sebagai aset dan keuntungan utama. Menurut Hall

(2001), wisata pesisir sangat erat kaitannya dengan wisata kelautan (maritim) (karena mencakup

kegiatan yang berlangsung di perairan pesisir) walaupun juga mencakup wisata berbasis pantai dan

kegiatan rekreasi, seperti berenang dan berjemur, jalan-jalan pesisir, dll. (Komisi Eropa, 2014;

Diakomihalis, 2007).Wisata kelautan dan pesisir keduanya merupakan salah satu bentuk pariwisata

tertua dan merupakan segmen terbesar industri pariwisata. Pada tahun 2005, pasar wisata bahari

diperkirakan mewakili lebih dari 10% dari total belanja pariwisata di seluruh dunia (Diakomihalis,

2007). Di Eropa, wisata pesisir dan laut diperkirakan merupakan kegiatan maritim terbesar, yang

mempekerjakan sekitar 3,2 juta orang dan mewakili sepertiga (1/3) ekonomi maritim Eropa. Pada saat

yang sama, lebih dari empat dari sembilan (4/9) malam di fasilitas akomodasi di negara-negara Eropa

dihabiskan di kota-kota pesisir. Demikian pula, wisata pesiar mempekerjakan 330.000 orang pada

tahun 2012 dan menghasilkan omzet langsung sebesar € 15,5 miliar. Pada tahun yang sama, pelabuhan

Eropa memiliki 29,3 juta kunjungan penumpang, mencatat kenaikan 75% dibandingkan tahun 2006.

Dengan fakta dan tren ini, menjadi jelas bahwa wisata pesisir dan bahari tidak hanya mewakili segmen

industri pariwisata terbesar dan terus berkembang, namun juga merupakan kegiatan ekonomi

terpenting (dan paling cepat berkembang) yang terjadi di laut.” Ketersediaan lapangan kerja di sektor

pariwisata bahari sangat besar dan hal ini sangat baik bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal.

Potensi pariwisata bahari yang tersedia menjadi pintu masuk bagi hadirnya inovasi di sektor pariwisata

bahari.

Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) Desa Bangsring yang tinggal di

pesisir pantai Utara Kabupaten Banyuwangi tepatnya di Kecamatan Wongsorejo, berhasil melakukan

inovasi di sektor bahari dengan menghadirkan Bangsring Underwater (Bunder) sebagai zona

konservasi bahari dan destinasi wisata bahari. Hadirnya Bunder telah menciptakan lapangan kerja baru

di sektor pariwisata bahari. Beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan penangkap ikan

hias, saat ini telah menggantungkan hidup sepenuhnya pada pendapatan di sektor pariwisata bahari

Bangsring Underwater. Adapun keunikan yang ditawarkan oleh Bangsring Underwater sebagai

pariwisata bahari yakni, konservasi bahari yang dilakukan di bawah laut Bangsring dengan melakukan

transplantasi terumbu karang berhasil mengembalikan fungsi ekosistem bahari menjadi baik, di mana

ikan-ikan dan biota laut lainnya kembali berkeriapan dan berkembang biak. Bangsring Underwater

sebagai zona konservasi bahari memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan karena memiliki nilai

marine education yang bisa dipelajari. Selanjutnya, untuk mengoptimalkan pariwisata bahari maka

perlu memahami paradigma umum pesisir sebagaimana menurut Sas, et al., (2010 dalam Portman,

2011) yaitu “pemandangan pesisir, ekologi pesisir, distribusi spesies, atau aspek spasial penggunaan

lahan, dan infrastruktur.” Dari 5 (lima) aspek tersebut penulis menambahkan 2 (dua) aspek lainnya

yakni budaya dan atraksi unggulan pariwisata bahari.

Dari pejelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pariwisata bahari (marine tourism) yaitu

suatu perjalanan rekreasi yang menjadikan kawasan pesisir atau laut sebagai pusat aktivitas, seperti

menyelam, snorkeling, memancing dan kegiatan lainnya. Semua kegiatan yang dilakukan semata

bertujuan untuk mendapatkan kepuasan bathin, pengetahuan baru, atau sebagai pemenuhan waktu

luang. Aktivitas tersebut memiliki dampak secara sosial dan ekonomi, di mana terjadi pertukaran

pengalaman dan keuntungan antara wisatawan dan masyarakat lokal yang dikunjungi.

Konservasi Bahari

Kawasan konservasi laut penting diadakan mengingat perlindungan terhadap terumbu karang

menjadi prioritas utama dalam pengelolaan pariwisata bahari. Terkait kawasan konservasi laut, (Lotze,

Guest, O’Leary, Tuda, & Wallace, 2018) mengutip pendapat para pakar kelautan mengatakan:

“Kawasan konservasi laut (Marine Protected Areas - MPAs) atau cadangan merupakan alat penting

untuk mitigasi aktivitas manusia yang berbahaya dan kemajuan konservasi (Roberts et al., 2005;

Worm et al., 2009; Lotze et al., 2011; Edgar et al., 2014 ) . Namun, pada tahun 2016 hanya 4,1%

lautan global yang berada dalam beberapa bentuk perlindungan, dengan hanya 1,6% dilindungi secara

ketat atau terlindungi, terlepas dari rekomendasi ilmiah bahwa 20-50% harus dilindungi dalam abad

ini (Lubchenco dan Grorud-Colvert, 2015; UNEP-WCMC & IUCN, 2016). Sebaliknya, sekitar 15%

luas lahan global terlindungi, dengan target 17% pada 2020 (CBD, 2014)). Yang penting, kawasan

Page 5: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

163

lindung telah diakui sebagai manfaat bagi pengguna sumber daya, pengelola, pariwisata dan

masyarakat umum, dan kesadaran masyarakat dapat meningkatkan pengelolaan partisipatif (Worm et

al., 2006, 2009; McCook et al., 2010; Edgar dkk., 2014).”

Dalam riset yang membahas mengenai Challenges for the conservation of marine small natural

features, (Lundquist, et all., 2017) mengatakan “Terumbu karang adalah salah satu Small Natural

Feature (SNF) biogenik yang paling terkenal, dan termasuk terumbu karang terkenal yang umum

ditemukan di pinggiran pantai di daerah dataran rendah lintang, serta terumbu karang air dingin,

terutama ditemukan di laut dalam. Terumbu karang membutuhkan waktu berabad-abad sampai ribuan

tahun untuk membangun, yang terdiri dari veneer karang hidup dan organisme terumbu karang yang

kontemporer yang melewati deposit kalsium karbonat (Kench et al.,2009). Proses kompleks

membentuk morfologi struktur terumbu padat ini termasuk pengikatan dan erosi bahan

karbonat. Sementara koral keras (order Scleractinia) karang seringkali merupakan bentuk arsitektural

yang dominan, produsen karbonat lain yang terkait, seperti alga koral, foraminifera dan sisa-sisa

kerangka organisme lainnya, seperti moluska, juga merupakan kontributor langsung komponen

karbonat sistem terumbu karang. Fitur karang laut dalam dapat ditemukan sebagai fitur soliter atau

agregat karang taksa yang lebih kecil, yang biasanya meluas lebih dari 100 s meter. Terumbu karang

laut dalam yang terbesar bisa sepanjang km, seperti terumbu karang Lophelia pertusa di lepas pantai

Norwegia (Fosså et al., 2002).

Selanjutnya (Lundquist, et all., 2017) menyimpulkan bahwa kegiatan manusia, terutama yang

terjadi di perairan pesisir dan perairan, terus mengancam ekosistem laut termasuk SNF, sementara

kemajuan teknologi dan identifikasi sumber daya baru memperluas jangkauan dampak manusia ini

terhadap SNF jarak jauh dan dalam. Ketidakpastian hadir pada semua skala yang terkait dengan

pengelolaan SNF laut, dari pola penyebaran spesies dan habitat, untuk memahami penggerak

lingkungan dari keanekaragaman hayati dan skala di mana lingkungan dan biologi berinteraksi,

(Hewitt et al., 2010). Karena kontribusi SNF laut yang cukup tinggi terhadap fungsi ekosistem,

pengelolaan ekosistem yang efektif akan ditingkatkan dengan memperhitungkan kehadiran dan

kesehatan SNF dalam pengembangan strategi manajemen.”

Terumbu karang sangat penting diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap seluruh

ekosistem laut. Pertumbuhannya yang berabad-abad menyadarkan kita bahwa terumbu karang harus

dilindungi dan diperhatikan kesehatannnya. Terumbu karang menjadi rumah bagi ikan, sehingga

sangat penting untuk senantiasa menjaganya, dan tindakan konservasi merupakan pilihan utama ketika

terjadi kerusakan terhadap terumbu karang. Bagi masyarakat nelayan, menggantungkan hidup dari

hasil laut adalah sebuah keharusan karena semua kebutuhan yang dibutuhkan ada di sana, misalnya

protein dan sumber daya lainnya. Kondisi ini seperti yang dikemukakan oleh (Friedlander, 2018)

ketika ia mengamati konservasi laut di Ocenia, dalam tulisannya (Marine conservation in Oceania:

Past, present, and future), yang menceritakan bahwa “Orang-orang Oceania mengandalkan laut untuk

ketersediaan protein mereka, serta mineral dan nutrisi penting lainnya, karena kualitas tanah yang

buruk akibat dari banyaknya atol dan pulau-pulau kecil (Johanes, 1978). Selain itu, sumber daya

penting lainnya seperti bahan bangunan, alat tangkap, perhiasan, obat-obatan, dan peralatan rumah

tangga diperoleh dari laut. Pengelolaan sumber daya kelautan berada di tangan pengguna sumber daya

lokal yang memiliki pengetahuan tentang ritme dan proses alami yang mengendalikan kelimpahan

sumber daya (Johanes, 1978; Poepoe et al., 2007). Nelayan sebagai pekerjaan utama dalam

masyarakat dan mereka memiliki pengetahuan luas yang diwariskan dari generasi ke generasi

(Titcomb, 1972; Johanes, 1982).”

Berbeda dengan masyarakat Ocenia, masyarakat nelayan Bangsring awalnya tidak memiliki

pengetahuan mengenai dampak kerusakan ekosistem bahari (terumbu karang) terhadap

keberlangsungan hidup mereka. Namun setelah diberikan pemahaman akan ancaman bahaya

kerusakan ekosistem bahari terhadap kehidupan mereka, barulah mereka sadar dan mau berubah

dengan cara bersama-sama melestarikan ekosistem bahari. Nelayan yang tergabung dalam Kelompok

Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) dibekali dengan ketrampilan untuk melakukan

konservasi bahari, dalam hal ini aktivitas transplantasi terumbu karang. Berbagai aktivitas pelestarian

ekosistem bahari di zona konservasi, telah menjadikan kawasan pesisir dan bahari Bangsring

Underwater sebagai kawasan konservasi marine education. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan

Page 6: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

164

bahwa konservasi bahari adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sadar dan dengan pengetahuan

yang baru untuk mengembalikan fungsi ekosistem bahari agar tetap lestari.

METODOLOGI PENELITIAN “Secara etimologis, metodologi (dari kata methodos = metode dan logos = ilmu) diartikan

sebagai ilmu tentang metode (science of method). Metodologi penelitian merupakan ilmu yang

mempelajari cara yang digunakan untuk menyelidiki masalah yang memerlukan pemecahan.

Metodologi penelitian menuntun dan mengarahkan pelaksanaan penelitian agar hasilnya sesuai dengan

realitas. Pengetahuan yang benar tentang metodologi penelitian akan mengantar atau mengarahkan

ilmuwan dalam aktivitas membangun teorinya. Metode merupakan cara yang teratur untuk mencapai

suatu maksud yang diinginkan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, metode menyangkut masalah cara-

kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode dapat

diartikan sebagai cara mendekati, mengamati dan menjelaskan suatu gejala dengan menggunakan

landasan teori.” (Silalahi, 2010).

Penelitian ini dilakukan di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi.

Di Desa ini terdapat zona konservasi bahari yang dikenal dengan nama Bangsring Underwater

(Bunder), yang merupakan hasil inovasi yang dilakukan oleh Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera

Bakti (KNIH-SB). Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2018 sampai Agustus 2018. Peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendekati objek yang diteli. “Penelitian kualitatif

memberikan pemahaman yang lebih kaya, lebih dalam, dan memiliki banyak nuansa fenomena dan

isu-isu yang sedang diselidiki dengan menggunakan teknik yang lebih observasional dan berpusat

pada manusia.” (Garcia & Gluesing, 2013). Bangsring Underwater sebagai objek penelitian didekati

menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali sedalam-dalamnya informasi mengenai Bangsring

Underwater sebagai tempat konservasi dan destinasi pariwisata bahari di Kabupaten Banyuwangi, di

mana kehadirannya berdampak pada tersedianya lapangan pekerjaan baru di sektor pariwisata bahari.

Agar penggalian data berjalan dengan baik dan tearah maka dilakukan studi kasus eksploratoris

untuk menggali berbagai data yang ada di lapangan. “Studi kasus sebagai studi intensif satu unit yang

tujuannya untuk menjelaskan pertanyaan yang berkaitan dengan kelas yang lebih luas dari suatu unit.”

(Gerring, 2004). Singkatnya dalam memahami studi kasus sebagaimana menurut Hartley (2004,

seperti dikutip Kohlbacher, 2006), “Penelitian studi kasus adalah kegiatan heterogen yang mencakup

serangkaian metode dan teknik penelitian, serangkaian cakupan (dari studi kasus tunggal melalui

pasangan yang disesuaikan dengan cermat hingga beberapa kasus), tingkat analisis yang bervariasi

(individu, kelompok, organisasi, bidang organisasi atau kebijakan sosial), dan panjang dan tingkat

keterlibatan yang berbeda dalam fungsi organisasi”. Pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan empat sumber bukti yang dikatakan (Yin, 2014), yaitu dokumen, rekaman arsip,

wawancara, dan pengamatan (observasi) langsung. Selain itu penelitian ini menggunakan Triangulasi.

Wawancara dilakukan pada kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) yang berhasil

menciptakan zona konservasi bahari Bangsring Underwater dan sebagai destinasi wisata bahari yang

menyenangkan.

Selanjutnya, data yang ditemukan dilapangan dilakukan reduksi data, display data, dan analisis

data, yang dijelaskan sebagai berikut: Pertama, reduksi data, diartikan sebagai “proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data

dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

(Miles & Huberman, 1992). Proses ini juga disebut proses coding, yang oleh Rubin & Rubin (seperti

dikutip oleh Snyder, 2012) sebagai proses pengelompokan respon informan yang diwawancarai ke

dalam kategori untuk mempertemukan ide-ide yang sama, konsep, atau tema yang telah ditemukan

oleh peneliti. Kedua, Display Data. Miles dan Huberman seperti dikutip (Williamson & Long, 2005)

menggambarkan penampilan data sebagai sebuah pengorganisasian gambaran informasi yang telah

dirakit yang memungkinkan untuk pengambilan kesimpulan dan tindakan. Data yang ditampilkan

tersebut berupa matriks dan grafik. Ketiga, Analisis Data. Untuk menganalisis data pada penelitian ini,

penulis berpatokan pada cara menganalisis data yang dikemukakan oleh Yin (seperti dikutip

Page 7: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

165

Kohlbacher, 2006) yang terdiri dari pemeriksaan, pengkategorian, tabulasi, pengujian, atau

mengkombinasikan berbagai bukti. Analisis data akan difokuskan pada pariwisata bahari Bangsring

Underwater di Kabupaten Banyuwangi.

HASIL PENELITIAN Adapun hasil penelitian ini memaparkan 2 (dua) hal yang ditemukan di lapangan yaitu, Pertama,

Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) Bangsring Underwater, yang meresponi

perubahan kondisi ekosistem bahari Desa Bangsring dengan melakukan berbagai upaya penyelamatan

lingkungan sehingga ekosistem bahari kembali lestari; Kedua, Pariwisata Bahari Bangsring

Underwater, sebagai sebuah strategi unik dalam menyediakan lapangan pekerjaan.

1. Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) Bangsring Underwater

Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) sebagai kelompok nelayan yang

peduli dan konsisten dengan perlakuan ramah lingkungan terhadap ekosistem bahari. Aktivitas

kelompok tersebut bukan hanya menyadarkan masyarakat nelayan yang menangkap ikan di

kawasan Bangsring akan pentingnya memelihara ekosistem bahari dengan tidak merusak terumbu

karang dan melakukan tindakan negatif yang membahayakan ekosistem bahari, tetapi juga secara

konsisten mengampanyekan kepada semua orang akan pentingnya melestarikan ekosistem bahari

dalam menjamin keberlangsungan hidup umat manusia di bumi.

Gambar 1. Logo Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB)

Upaya yang dilakukan oleh kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti dengan membuat

zona konservasi bahari (Marine Protected Areas – MPAs) di kawasan pesisir pantai Bangsring

telah melekatkan nama Bangsring Underwater pada seluruh aktivitas kelompok ini. Bangsring

Underwater (Bunder) bukan hanya sebagai label sebuah badan atau organisasi, tetapi lebih daripada

itu melekat sebagai sebuah hasil karya jenius dari sebuah kelompok yang peduli dengan

keberlangsungan hidup yang penuh damai di kawasan pesisir dan bahari di Desa Bangsring.

a. Latar Belakang Berdirinya Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB)

“Penangkapan ikan di selat Bali pada dasarnya dapat dipisahkan pada dua kegiatan yakni,

penangkapan ikan untuk konsumsi, dan penangkapan ikan hias yang dilakukan oleh masyarakat

seiring berkembangnya tingkat konsumsi, serta kemudahan pasar ekspor yang memacu

masyarakat pesisir untuk memperoleh hasil tangkap yang lebih banyak. Terdorong oleh

beberapa hal tersebut, para nelayan cenderung mencari jalan yang mudah namun tidak

memperhatikan keseimbangan lingkungan dan tidak mengedepankan penangkapan ikan yang

lestari, sehingga mengakibatkan tekanan yang berat terhadap sumber daya ikan. Disamping itu

terdapat pula cara-cara penangkapan ikan yang tidak bertangung jawab seperti penggunaan

Potasium sianida dan bahan peledak (Bom) dan pengambilan terumbu karang yang berlebihan

yang dapat merusak habitat ikan, yang kesemuanya itu pada akhirnya berdampak negatif

terhadap kelestarian ekosistem bahari yang ada di selat Bali.

Fenomena ini dapat di lihat dari semakin menurunnya hasil tangkapan nelayan dari tahun

ke tahun dan semakin jauhnya lokasi penangkapan ikan sehingga mengakibatkan melonjaknya

biaya operasional penangkapan ikan. Permasalahan tersebut di atas langsung disikapi dengan

cepat oleh beberapa orang nelayan, dengan mengadakan pertemuan di tingkat nelayan pada hari

Page 8: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

166

Minggu, 06 Januari 2008 bertempat diruangan MTs Miftahul Arifin, dengan menghasilkan

kesepakatan untuk mendirikan kelompok yang diberi nama Kelompok Nelayan Ikan Hias

Samudera Bakti yang disingkat KNIH-SB dengan tujuan, usaha, dan kepentingan yang sama.

Dalam perjalanannya, KNIH-SB ikut melakukan kampanye anti Potas dan anti perusakan

lingkungan terhadap nelayan lainnya. Hal ini diwujudkan dengan ikatan kerjasama di antara

KNIH-SB dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi, Yayasan Pelangi Indonesia, dan

Lembaga Pilang dalam program Adaptasi Perubahan Iklim Desa Bangsring. Tindaklanjut dari

kegiatan tersebut adalah membentuk area konservasi terumbu karang (Marine Protected Areas),

dengan Zona Inti seluas 1 (satu) Ha dan Zona Pendukung di sekitar Zona Inti yang diawasi

bersama masyarakat dengan dasar hukum Peraturan Desa (Perdes) No. 2 Tahun 2009

(No.02/429.405.01/2009) tentang pengelolaan Zona Perlindungan Bersama (ZPB) yang kini

juga dikukuhkan dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 8 Tahun 2012 Tentang RTRW Kabupaten

Banyuwangi.” (Selayang Pandang KNIH-SB, 2017). Kehadiran kelompok nelayan tersebut

adalah sebagai upaya masyarakat Desa Bangsring untuk mengembalikan ekosistem bahari

Bangsring seperti sediakala yakni tersedianya ikan dan biota laut lainnya di kawasan bahari

Bangsring.

b. Konservasi Bahari

Konservasi sebagai upaya yang dilakukan oleh Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera

Bakti (KNIH-SB) untuk melestarikan ekosistem bahari Bangsring. Berawal dari peran seorang

pemuda bernama Ikhwan Arief yang tersadar akan kondisi bahari Bangsring yang rusak parah

akibat ulah para nelayan menggunakan bahan peledak (bom) dan potasium sianida (potas)

dalam usaha menangkap ikan hias dan aktivitas lainnya di kawasan bahari Desa Bangsring,

sehingga mengakibatkan terumbu karang hancur dan ikan di sekitar pantai Bangsring terancam

punah. Menurutnya jika tidak segera dihentikan maka ada bahaya besar yang akan mengancam

penduduk secara khusus masyarakat nelayan Desa Bangsring. Kerusakan lingkungan bahari

Desa Bangsring sebagaimana disampaikan oleh (Arief, 2018), sebagai berikut:

“Penangkapan ikan hias di Desa Bangsring dimulai tahun 1960. Sepuluh tahun kemudian

potasium sianida masuk dan digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan. Sejak saat itu

pengeboman masif dilakukan dalam menangkap dan memburu ikan hias di kawasan bahari

Bangsring. Selain itu, aktivitas masyarakat nelayan di kawasan bahari Bangsring terbilang

tinggi dalam perusakan terumbu karang, di mana ada penambangan terumbu karang di pesisir

pantai untuk dijadikan bahan kapur. Bahkan saat air laut surut, gerobak sapi dibawa ke tepi

pantai untuk mengangkut terumbu karang. Pada akhir tahun 1980an nelayan Bangsring sudah

mulai ke luar wilayah Bangsring karena ketersediaan ikan sudah berkurang. Nelayan ikan hias

tersebut mencari ikan hias ke daerah Bali Barat, Baluran, Jember, Malang, Raja Ampat.”

Kondisi kawasan bahari pantai Desa Bangsring yang disampaikan Arief (2018) di atas

menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan di pesisir pantai bahari

Bangsring telah mengakibatkan kerusakan cukup parah terhadap ekosistem bahari. Menurutnya

untuk memperbaiki ekosistem bahari akibat ulah masyarakat yang telah merusak dan

menghancurkannya, maka satu-satunya cara ialah berhenti merusak terumbu karang,

menggunakan bom dan potas untuk menangkap ikan hias.

Berdasarkan peta masalah di lapangan, KNIH-SB menggambar kawasan bahari

Bangsring yang akan dijadikan sebagai Zona Perlindungan Bersama (ZPB) yang tidak boleh

dilakukan kegiatan penangkapan ikan dan aktivitas lainnya oleh nelayan. Zona tersebut harus

selalu diawasi dan menjadi tanggung jawab semua anggota KNIH-SB. Sempat terjadi

perdebatan sengit di antara anggota nelayan Samudera Bakti terkait penentuan zona inti

konservasi karena masing-masing mengklaim sebagai wilayah tangkapannya, sebagaimana

berikut ini:

“Penentuan zona penempatan kawasan konservasi, awalnya nelayan pada protes karena

saling mengklaim wilayah tangkapannya. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari gugusan

karang takat bulan. Takat artinya gugusan karang, atau gugusan karang paling rusak. Saat itu

ditetapkan ½ (setengah) hektar sebagai area konservasi. Area konservasi jadi baik karena

ikannya bertambah banyak, dan hal itu menarik minat para anggota nelayan untuk menangkap

Page 9: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

167

ikan di sana, tetapi hal itu kami larang. Setelah melihat perkembangan yang ada, maka area

konservasi diperluas lagi menjadi 5 (lima) hektar, dan saat ini sudah menjadi 15 (lima belas)

hektar. Tidak boleh ada penangkapan ikan di sana, kecuali untuk penelitian atau liputan media.”

(Arief, 2018).

Masalah bahari Bangsring yang sudah teridentifikasi dan dipetakan memberikan cara

baru dalam mengatasinya. Kesepakatan yang dilakukan oleh para anggota Kelompok Nelayan

Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) membuat zona konservasi bahari dan mengawasi secara

sungguh-sungguh membuat upaya konservasi yang dilakukan berhasil dan semakin memupuk

semangat konservasi seluruh anggota KNIH-SB. Lokasi tempat konservasi bahari itu

selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Desa Bangsring sebagai sebuah kebijakan pengelolaan

kawasan bahari Desa Bangsring. Gambar atau peta yang dibuat oleh KNIH-SB ditetapkan

sebagai Zona Perlindungan Bersama (ZPB) Bangsring Underwater. Semua anggota KNIH-SB

dan masyarakat umum tanpa terkecuali wajib melaksanakan dan tunduk pada ketentuan yang

sudah disepakati sesuai zona konservasi bahari yang sudah ditetapkan dengan tidak boleh

melakukan pelanggaran sedikitpun di zona tersebut.

Gambar 2. Peta Zona Pemeliharaan Bersama (ZPB)

Sumber: Peraturan Desa Bangsring No. 02/429.405.01/2009

Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) secara konsisten melakukan

pengawasan terhadap zona tersebut serta melakukan berbagai upaya untuk melestarikan

ekosistem bahari, di antaranya: pelatihan tangkap ramah lingkungan, penyuluhan hukum,

pendidikan bahari (marine education), pembuatan rumah ikan (Fish Apartement), penghijauan

(vegetasi), transplantasi terumbu karang, terumbu karang buatan, penebaran benih ikan

(restocking).

Ditengah upaya melakukan konservasi bahari, Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera

Bakti KNIH-SB mendapat apresiasi dari pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi dan

Provinsi jawa Timur pada tahun 2010 yaitu penghargaan Juara I Kelompok Pengawas

Masyarakat (Pokmaswas) Kabupaten Banyuwangi, dan Juara II Pokmaswas Tingkat Provinsi

Jawa Timur. Atas prestasi yang diraih oleh KNIH-SB ini, pada tahun 2011 kelompok nelayan

tersebut mendapatkan bantuan dari Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Jawa Timur berupa

rumah ikan (Fish Apartement). Fish Apartement itu dilarungkan di laut sebagai tempat

berlindung dan bertelurnya ikan.

“Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti mendapatkan bantuan dari pemerintah

Provinsi Jawa Timur berupa Fish Apartement (Rumah Ikan). Fish Apartemen ini dilarungkan di

laut. Lima modul diikat menjadi satu. Keunggulan kami, kami terbiasa sebagai penyelam

sehingga mudah mengontrol Fish Apartemen yang roboh. Karena di laut medannya tidak sama,

ada yang datar ada juga bidang miring. Saat ini Fish Apartement sudah tersebar banyak di dasar

Page 10: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

168

laut bahkan sudah ada karang yang tumbuh di sana juga. Total Fish Apartement yang ada di

zona konservasi Bangsring Underwater berjumlah 500 (lima ratus) buah.” (Sukirno, 2018).

Selanjutnya pada tahun 2014 Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) mulai masuk

dengan memberikan bantuan Rumah Apung. Oleh Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera

Bakti (KNIH-SB) Rumah Apung tersebut dijadikan sebagai klinik ikan hiu, dengan tujuan

mengobati ikan hiu yang terluka akibat tertangkap pancing nelayan, sebagaimana disampaikan

oleh (Sukirno, 2018) sebagai berikut:

“Pada tahun 2014 ini, Kementerian Kelautan Perikanan mulai masuk. Kementerian

kelautan memberikan bantuan rumah apung. Rumah Apung ini sebagai tempat penangkaran

(klinik hiu). Adapun hiu yang secara sengaja tertangkap/jaraing oleh nelayan, jika dalam kondisi

sakit/luka/lecet maka diserahkan kepada kelompok nelayan Samudera Bakti dan ditempatkan di

Rumah Apung (klinik) selama tiga bulan. Setelah kondisi ikan hiu tersebut sehat, barulah di

lepas kembali ke habitatnya/laut.” (Sukirno, 2018).

Upaya yang dilakukan oleh Kelompok Nelayan mendapatkan apresiasi dari berbagai

pihak, salah satu di antaranya pada tahun 2013, Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti

(KNIH-SB) mengharumkan nama Desa Bangsring dengan ditetapkannya Desa Bangsring

sebagai Juara I Nasional Desa Percontohan Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu juga atas segala upaya menyelamatkan dan

melestarikan lingkungan hidup yang ada di kawasan bahari Bangsring Underwater, pada tanggal

5 Juni 2017 Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) berhasil mendapatkan

penghargaan Kalpataru dari Presiden Republik Indonesia. Kerja keras dan kesungguhan serta

semangat pantang menyerah dari Kelompok Nelayan Samudera Bakti (KNIH-SB) telah

melahirkan zona konservasi bahari Bangsring Underwater yang menjadi magnet bagi wisatawan

untuk menyaksikan keindahan zona konservasi bahari di ujung Timur pulau Jawa.

Gambar 3. Zona konservasi Bangsring Underwater

Sumber: Dokumentasi Peneliti (10-8-2018). Khusus Peta Bangsring Underwater merupakan

dokumentasi KNIH-SB.

2. Pariwisata Bahari Bangsring Underwater

Zona konservasi bahari Bangsring Underwater telah menarik perhatian banyak wisatawan

sehingga setiap hari gelombang wisatawan baik domestik maupun mancanegara berdatangan di

tempat ini. Apa yang menarik dari Bangsring Underwater?

a. Paradigma Pesisir Bangsring Underwater

Paradigma pesisir menurut Sas, et al., (2010 dalam Portman, 2011) menjadi syarat mutlak

dalam membangun pariwisata bahari. Ada 7 (tujuh) syarat yang perlu diperhatikan dalam

konteks pembangunan pariwisata bahari di Bangsring Underwater, yaitu:

Page 11: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

169

1) Pemandangan Pesisir

Pemandangan pesisir yang dimaksud di sini yakni lingkungan alam yang unik yang

mempresentasikan objek wisata bahari sebagai fokus utama. Bangsring Underwater memiliki

pemandangan pesisir yang indah yakni dengan adanya “Rumah Apung” sebagai ciri khas /

icon dari Bangsring Underwater (Bunder). Rumah Apung ini merupakan tempat

penampungan berbagai jenis ikan dan secara khusus sebagai tempat perawatan (klinik) ikan

Hiu. Rumah Apung menjadi hiasan yang unik dan pemandangan yang penuh sensasi di

kawasan Bangsring Underwater.

2) Ekologi pesisir

Ekologi pesisir yang dimaksud di sini yakni lingkungan alam bahari yang bersifat natural

dan mudah di akses; serta lingkungan alam bahari yang menjadi pusat konservasi dan

memiliki nilai edukasi. Lingkungan pantai yang sejuk dipenuhi dengan pohon cemara udang

yang sangat cocok tumbuh di pesisir pantai, selain itu pantai Bangsring yang sangat natural

dengan tampilan hamparan pasir berwarna kecokelatan di sinari oleh sinar matahari,

membuat tempat berjemur yang sangat nyaman bagi para wisatawan Eropa.

3) Distribusi Spesies

Bangsring Underwater memiliki spesies yang dilindungi. Spesies itu di antaranya terumbu

karang, serta berbagai jenis ikan dan biota laut. Penelitian yang dilakukan oleh (Nursalim,

2017) menunjukkan bahwa ada “beberapa jenis terumbu karang yang diangkat nelayan dari

dasar laut Bangsring di antaranya adalah Sroja, Kolangkaling, rumput merah, Anemon, dan

Batu Lumut.” Sedangkan jenis-jenis ikan yang ada di kawasan pantai Bangsring dan

sekitarnya, berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh (Andrimida, 2015), ada 82 jenis ikan

hias dan 11 jenis ikan konsumsi, serta 3 jenis sumber daya ikan yang dibudidayakan di

kawasan pantai Bangsring. Dari 82 jenis ikan hias tersebut, 32 jenis merupakan jenis ikan

hias yang ditangkap oleh nelayan pinggiran di kawasan pantai Bangsring dan sekitarnya.

Sedangkan 50 jenis lainnya, merupakan jenis ikan hias yang ditangkap oleh nelayan kapal di

kawasan pantai Bangsring dan sekitarnya.

4) Aspek spasial penggunaan lahan

Memiliki regulasi yang mengatur penggunaan lahan zona konservasi dan wisata bahari.

Peraturan Desa Bangsring No. 02/429.405.01/2009 tentang Pengelolaan Zona Perlindungan

Bersama (ZPB) Sumber Daya Laut Desa Bangsring tertanggal 20 Januari 2009 yang

ditandatangani oleh Samsul Arifin (Kepala Desa) dan Sihaburramli, SH (Ketua BPD).

Peraturan Desa (Perdes) tersebut lahir berdasarkan rekomendasi hasil petemuan anggota

Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) tanggal 8 Agustus 2008. Zona

Pemeliharaan Bersama (ZBP) adalah daerah yang khusus ditujukan bagi pemeliharaan

sumberdaya perikanan melalui perlindungan terhadap tempat pemijahan induk ikan.

Terutama ikan terumbu karang, yang termasuk dalam daerah administratif Pemerintahan

kabupaten Banyuwangi terletak di Desa Bangsring. Zona pemeliharaan Bersama terdiri dari

satu lokasi yang ada di sebelah Utara Desa Bangsring dengan luas 0.48 Ha berbentuk persegi

panjang, dengan Koordinat 08o04’06” LS (dibaca 8 derajat 4 menit 6 detik lintang selatan)

dan 114o25’17’ BT (dibaca 114 derajat 25 menit 17 detik bujur timur). (Perdes Bangsring,

2009).

5) Infrastruktur

Infrastruktur pariwisata bahari yang ada di Bangsring Underwater mencakup ketersediaan

rambu-rambu di lokasi wisata, ketersediaan fasilitas pariwisata, ketersediaan pemandu wisata

(tour guide), ketersediaan jaringan komunikasi, ketersediaan akses jalan ke lokasi wisata

bahari, ketersediaan informasi digital “virtual” (website) untuk mengomunikasikan kegiatan

di wisata. Website yang tersedia di antaranya: (www.samuderabakti.blogspot.com;

https://samuderabakti.weebly.com). Sedangkan fasilitas pariwisata yang tersedia di

Bangsring Underwater di antaranya:

a) Fasilitas Wahana Bangsring Underwater.

Rumah apung; Klinik Hiu; Fish Apartement; Katamara (Perahu angkutan); Perahu;Jet

sky; Snorkeling melihat keindahan bawah laut Bangsring; Penyewaan alat snorkeling dan

Page 12: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

170

life jacket; Guide; Berenang dengan Hiu; Bersenang-senang dengan ikan (fun with fish);

Sunrise; Banana Boat; Kano and Padle; Trip ke Tabuhan Island; Marine Education;

Kamera Underwater; Toko souvenir; Spot foto Bangsring Underwater; Home stay.

b) Fasilitas umum

Gasebo; Rumah baca; Penitipan barang; Warung makan; Toilet; Parkir.

6) Budaya lokal

Budaya lokal mencakup keunikan budaya masyarakat lokal, adanya nilai-nilai yang

dipertahankan masyarakat lokal dalam memperlakukan alam bahari, serta sikap masyarakat

lokal terhadap wisatawan. “Kecamatan Wongsorejo mayoritas penduduknya ialah orang-

orang Madura – Pandalungan. Penduduk Desa Bangsring mayoritas ialah orang Madura

sekitar 7.387 jiwa dan suku Jawa sekitar 1.268 jiwa di tahun 2011.” (Nursalim, 2017).

Percampuran dua suku yang ada (Madura dan Jawa) membuat masyarakat Desa Bangsring

terbuka untuk masyarakat luas. Cara hidup sosial yang bersahaja, suka menolong, setia

kawan dan berkemauan keras, membuat masyarakat Bangsring sangat dinamis dan produktif

dalam bekerja.

7) Atraksi unggulan pariwisata bahari

Atraksi unggulan pariwisata bahari Bangsring Underwater yang paling sering dikunjungi/

diminati wisatawan yaitu Rumah Apung, di mana wisatawan bisa memberikan makan ikan,

dan menyaksikan hiu yang sedang diobati di dalam klinik hiu. Wisatawan juga bisa berenang

dan bermain dengan ikan di sekitar Rumah Apung. Selanjutnya snorkeling, di mana

wisatawan dapat melihat terumbu karang dan biota laut yang ada di kawasan konservasi

Bangsring Underwater. Transplantasi terumbu karang, di mana wisatawan dapat belajar cara

melakukan transplantasi terumbu karang. Penyelaman di malam hari (Night Diving) menjadi

salah satu atraksi unggulan yang ditawarkan oleh Bangsring Underwater. wisatawan akan

melihat kawanan ikan di malam hari, selain itu dapat melihat hiu yang memiliki ukuran

besar.

b. Lapangan Pekerjaan di Bangsring Underwater

Bangsring Underwater sebagai kawasan konservasi bahari dan pariwisata bahari

menyediakan berbagai jenis pekerjaan bagi para nelayan dan masyarakat sekitarnya, yakni

sebagai pemandu wisata (tour guide), pemandu selam (Scuba Diver), juru mudi perahu, juru

parkir, juru masak, petugas kebersihan, tukang loundry, petugas transplantasi terumbu karang,

tukang taman, penjaga toilet, receptionist, tukang urut, penjaga warung, petugas keamanan

Bangsring, petugas homestay, sewa mobil, travel agent, souvenir, dll. Berbagai pekerjaan

tersebut dibutuhkan di Bangsring Underwater seiring semakin banyaknya kunjungan wisatawan

ke tempat tersebut. Jasa yang ditawarkan bagi para wisatawan pun akan sangat bermanfaat dan

mendapatkan keuntungan. Tempat ini menjadi tempat salah seorang nelayan Bangsring mencari

nafkah bagi keluarganya, sebagaimana kesaksiannya berikut ini:

“Saya bekerja di sini sudah lebih dari sepuluh tahun. Dahulu mencari uang untuk makan

saja sangat sulit sekali. Sekarang saya bisa membawa pulang sehari minimal dua ratus ribu

rupiah yang saya dapatkan dari tip pengunjung yang saya pandu. Penghasilan itu di luar gaji

saya setiap bulannya. Saat ini untuk urusan makan dan minum sudah tidak masalah, bahkan

saya mampu membiayai kebutuhan sekolah kedua anak saya di sekolah tingkat menengah dan

sekolah tingkat atas. Berkat Bangsring Underwater ekonomi keluarga saya bisa dicukupi”.

(Suyadi, 2018).

Penuturan seorang nelayan di atas memberikan pesan bahwa Bangsring Underwater

sebagai tempat yang memiliki prospek positif untuk menjalankan bisnis atau usaha di bidang

pariwisata. Dengan keahliannya sebagai pemandu (guide) ia mampu mendapatkan keuntungan

dari apa yang dilakukan tersebut, demikian juga dengan pekerjaan lainnya yang tersedia di

Bangsring Underwater. berbagai jenis lapangan pekerjaan yang tersedia di Bangsring

Underwater membutukan orang-orang yang mau bekerja keras, ulet dan siap melayani

wisatawan dengan maksimal. Ketiga hal tersebut dibutuhkan dari petugas yang ada di Bangsring

Underwater karena pengunjung yang datang silih berganti dan dalam jumlah yang banyak.

Page 13: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

171

c. Ekonomi Bangsring Underwater

Penelitian ini mencatat kunjungan wisatawan, kendaraan masuk, pendapatan tiket,

pendapatan parkir, jumlah pendapatan, serta pajak yang dibayarkan kepada pemerintah daerah

Kabupaten Banyuwangi. Sistem yang terpantau peneliti mencatat mulai tanggal 20 Januari

2018 – 31 Juli 2018, di mana pada tanggal 20 Januari 2018 untuk pertama kalinya aplikasi

pencatatan dan penghitungan otomatis wisatawan yang mengunjungi objek wisata Banyuwangi

diluncurkan. Sistem pencatatan online yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Banyuwangi itu diterapkan pada 60 (enam puluh) destinasi pariwisata yang

eksisting. Di awal penerapannya ada 4 (empat) destinasi yang dipilih di antaranya Bangsring

Underwater, Air Terjun Jagir, Grand Watu Dodol, Pantai Mustika. Secara khusus pencatatan di

Bangsring Underwater diketahui pada bulan Januari – Juli 2018 adalah sebagai berikut:

1) Penerimaan Bangsring Underwater.

Jumlah pengunjung (74.656 orang); Kendaraan masuk (8.357 buah); pendapatan tiket

(Rp.49.661.000,-); Pendapatan parkir (19.585.000,-); Total pendapatan (Rp.69.246.000,-).

2) Kontribusi Bangsring Underwater Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Banyuwangi.

Dari total pendapatan di atas (Januari – Juli 2018) pajak yang masuk ke daerah sebesar Rp.

8.883.100,- (Delapan Juta Delapan Ratus Delapan Puluh Tiga Ribu Seratus Rupiah).

Lebih jelasnya pengunjung, pendapatan, dan pajak bulan Januari 2018 – Juli 2018 sebagaimana

terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Pencatatan Pariwisata Bahari di Bangsring Underwater

Bulan Pengunjung Kendaraan

Masuk

Pendapatan

Tiket

Pendapatan

Parkir

Jumlah

Pendapatan Pajak

Januari 4.709 672 4,709,000 2,549,000 7,258,000 980,700

Pebruari 7.557 817 7,602,000 4,395,000 11,997,000 1,639,200

Maret 9.841 1140 9.820.000 5.391.000 15.211.000 2.060.200

April 12.425 1060 12,400,000 5,449,000 17,849,000 2,329,800

Mei 8.746 668 8,741,000 3,625,000 12,366,000 1,599,100

Juni 20.234 2623 39.841.000 14.194.000 54.035.000 6.822.900

Juli 11.144 1377 22,264,000 7,379,000 29,643,000 3,702,200

Jumlah 74.656 8.357 49.661.000 19.585.000 69.246.000 8.883.100

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, 2018.

Pencatatan pariwisata di Bangsring Underwater memperlihatkan bahwa kehadiran Bangsring

Underwater telah berkontribusi bagi pertumbuhan pariwisata di Banyuwangi. Hal ini tentunya

berdampak bagi ketersediaan lapangan pekerjaan di sektor pariwisata bahari, khususnya di

sektor jasa perhotelan, transportasi, dan kuliner. Selanjutnya, mengenai modal awal, omzet, dan

fasilitas pariwisata bahari Bangsring Underwater, dijelaskan oleh (Arief, 2018) dibawah ini:

3) Modal Awal Bangsring Underwater.

Pada tahun 2014 pariwisata bahari mulai digagas dengan modal awal yang digunakan pengurus

dalam menyiapkan fasilitas pariwisata bahari sebesar Rp. 1.500.000,- (Satu Juta Lima Ratus

Ribu Rupiah), di mana modal tersebut digunakan untuk: 1) pembelian 10 alat snorkeling

(Rp.150.000/unit); 2) 1 unit gazebo (pos pengawas zona); 3) 1 kapal/boat (milik anggota

kelompok); 4) 1 kamar mandi (milik warga); 5) 1 Mushola (milik warga).

4) Omzet Bangsring Underwater.

Pada bulan November 2015 pariwisata bahari Bangsring Underwater mengalami lonjakan

pendapatan yang fantastis, di mana mampu menciptakan omzet sebesar Rp. 194.855.000,-

(Seratus Sembilan Puluh Empat Juta Delapan Ratus Lima Puluh Lima Ribu Rupiah).

Selanjutnya, pada bulan Desember 2015 omzet tercatat sebesar Rp. 572.810.000,-; (Lima Ratus

Tujuh Puluh Dua Juta Delapan Ratus Sepuluh Ribu), dan pada Januari 2016 Bangsring

Underwater mencatatkan omzetnya sebesar Rp. 873.045.000,- (Delapan Ratus Tujuh Puluh Tiga

Juta Empat Puluh Lima Ribu Rupiah).

Page 14: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

172

5) Fasilitas Pariwisata Bahari Bangsring Underwater.

Adapun fasilitas yang tersedia di Bangsring Underwater antara lain: 200 alat snorkeling; 1 unit

ponton; 13 Gazebo; 6 kapal/boat; 34 kamar mandi; 1 Mushola; Free Wifi; 1 Loket; Kano: 15

Single, 5 double; 2 bola air; 1 boat; 5 home stay; 7 Handy Talky (HT); 3 alat Diving; 1 Aula

Perpustakaan; 6 Underwater Camera; 1 Set Pengeras suara.

3. Pariwisata Banyuwangi

Pertumbuhan pariwisata Kabupaten Banyuwangi penting untuk di lihat dan diketahui

mengingat kunjungan wisatawan ke daerah yang dikenal dengan “Sun Rise of Java” (matahari

terbitnya Jawa) ini dikunjungi oleh Banyak wisatawan baik domestik mauoun manca negara.

a. Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Banyuwangi

Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi (2018),

Banyuwangi meiliki 128 objek wisata dan taman rekreasi, dan 35 di antaranya sebagai destinasi

pariwisata bahari. Adapun data statistik jumlah kunjungan wisatawan pada objek wisata di

Banyuwangi penting diketahui untuk melihat pertumbuhan pariwisata dari tahun ke tahun.

Dalam 5 (lima) tahun terakhir (2013-2017), terjadi pertumbuhan kunjungan wisatawan domestik

dan manca negara di Banyuwangi sebesar 46,6% (empat puluh enam koma enam persen),

dengan perincian yaitu: wisatawan domestik sebesar 46,2% (empat puluh enam koma dua

persen), dan wisatawan manca negara sebesar 75,4% (tujuh puluh lima koma empat persen).

Pertumbuhan tersebut sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 1. Pertumbuhan Wisatawan Domestik dan Manca negara 2013-2017 di

Banyuwangi

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, 2018.

Jumlah wisatawan (nusantara maupun mancanegara) yang masuk ke Banyuwangi terus

mengalami peningkatan. Adapun rekaman data kunjungan wisatawan ke Banyuwangi sejak

tahun 2007- 2017, sebagai berikut:

Page 15: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

173

Tabel 2. Rekapitulasi Kunjungan Wisatawan Pada Objek Wisata di Banyuwangi 2007-

2017

No Tahun

Jumlah Wisatawan

Total Nusantara

(Wisnus)

Mancanegara

(Wisman)

1 2007 309.753 7.919 317.672

2 2008 393.904 10.337 404.241

3 2009 398.250 11.392 409.642

4 2010 654.602 16.977 671.579

5 2011 789.101 13.377 802.478

6 2012 860.831 5.502 866.333

7 2013 1.057.952 10.462 1.068.414

8 2014 1.464.948 30.681 1.495.629

9 2015 1.926.179 46.214 1.972.393

10 2016 4.022.449 77.139 4.099.588

11 2017 4.832.999 98.970 4.931.969

Jumlah 16.710.968 328.970 17.039.938

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, 2018

Dari data di atas diketahui bahwa kunjungan wisatawan domestik di Kabupaten

Banyuwangi kurun waktu 2007-2017, tumbuh sebesar 31,6% (tiga puluh satu koma enam

persen). Sedangkan kunjungan wisatawan manca negara pada kurun waktu tersebut tumbuh

sebesar 28,7% (dua delapan koma tujuh persen). Total pertumbuhan kunjungan wisatawan

domestik maupun manca negara selama periode tersebut tumbuh sebesar 31,6% (tiga puluh satu

koma enam persen).

Selanjutnya, mencermati kunjungan wisatawan pada objek wisata pada tahun 2017, arus

wisatawan domestik dan mancanegara ke Banyuwangi tumbuh sangat signifikan. Ada

pertumbuhan 20,2% (dua puluh koma dua persen) untuk kunjungan wisatawan domestik

(nusantara), dari empat juta dua puluh dua ribu empat ratus empat puluh sembilan orang pada

tahun 2016, menjadi empat juta delapan ratus tiga puluh dua ribu sembilan ratus sembilan puluh

sembilan orang pada tahun 2017. Sedangkan wisatawan manca negara tumbuh 28,3% (dua

puluh delapan koma tiga persen), dari tujuh puluh tujuh ribu seratus tiga puluh sembilan orang

pada tahun 2016, menjadi sembilan puluh delapan ribu sembilan ratus tujuh puluh orang pada

tahun 2017.

b. Jumlah Wisatawan Pengguna Jasa Perhotelan

Ada peningkatan signifikan kunjungan tamu hotel di Banyuwangi. Dalam kurun waktu 5

(lima) tahun terakhir (2013-2017) ada pertumbuhan penggunaan jasa perhotelan dan penginapan

di Banyuwangi, di mana wisatawan domestik sebesar 5,1% (lima koma satu persen), sedangkan

wisatawan manca negara sebesar 9,1% (sembilan koma satu persen). Pertumbuhan tersebut

sebagaimana dapat di lihat pada Grafik di bawah ini:

Grafik 2. Penggunaan Jasa Perhotelan dan Penginapan di Banyuwangi 2013-2017

Page 16: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

174

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, 2018.

Bergeraknya sektor perhotelan sebagai dampak dari peningkatan kunjungan wisatawan ke

Banyuwangi membuka peluang kerja di sektor pariwisata. Tentunya bukan hanya sektor

perhotelan tetapi juga sektor usaha jasa lainnya ikut bergerak naik, seperti transportasi dan

kuliner. Peluang ini tentunya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat

Banyuwangi untuk menciptakan lapangan kerja baru. Kehadiran Bangsring Underwater sebagai

zona konservasi dan destinasi pariwisata bahari memberikan kontribusi bagi peningkatan

pariwisata di Banyuwangi. Meningkatnya pariwisata maka ekonomi masyarakat Banyuwangi

akan bergerak naik seiring dengan adanya daya beli yang tinggi dari wisatawan. Demikian juga

lapangan kerja di sektor pariwisata dengan sendiri akan tercipta.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Bangsring Underwater sebagai zona konservasi bahari dan destinasi pariwisata bahari

berkontribusi bagi penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat nelayan Desa Bangsring maupun

masyarakat luas di Kabupaten Banyuwangi. Selain itu Bangsring Underwater merupakan salah satu

destinasi wisata bahari unggulan yang mampu berkontribusi bagi pendapatan masyarakat sekelilingnya

dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Banyuwangi. Kehadiran Bangsring Underwater sebagai

pariwisata bahari dimulai dari komitmen beberapa orang anggota Kelompok Nelayan Ikan Hias

Samudera Bakti (KNIH-SB) untuk merubah pola hidup masyarakat nelayan yang dalam menangkap

ikan menggunakan cara-cara yang merusak lingkungan yakni menggunakan bahan peledak (bom) dan

Potasium Sianida. Kerja keras dan pantang menyerah dalam melakukan konservasi bahari yakni

dengan melakukan pengawasan dan terus berinovasi melakukan transplantasi terumbu karang,

pembuatan fish Apartement, karang buatan, dan terus bekerja melestarikan lingkungan hidup di

kawasan bahari Bangsring Underwater, berbuah manis dengan dikokohkannya sebagai Juara I

Nasional Desa Percontohan Pengelolaan pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan

Perikanan pada tahun 2013. Selanjutnya pada tanggal 5 Juni tahun 2017 berhasil mendapatkan

penghargaan Kalpataru dari Presiden Republik Indonesia.

Kehadiran zona konservasi bahari Bangsring Underwater telah mengubah wajah desa Bangsring

menjadi desa pariwisata bahari. Ribuan orang berbondong-bondong setiap bulannya menikmati

keindahan zona konservasi bahari Bangsring Underwater. Hal ini membuka peluang lapangan kerja di

Page 17: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

175

sektor pariwisata bahari, di mana jasa perhotelan, transportasi dan kuliner menjadi satu paket yang

tidak bisa dipisahkan. Bangsring Underwater memberikan pelajaran berharga bagi pengelolaan

pariwisata bahari di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur dan seluruh daerah yang ada di

Indonesia yang memiliki karakteristik bahari, bahwa ketika ada sekelompok orang sepakat untuk

mulai melakukan konservasi bahari dengan komitmen dan kerja keras maka upaya tersebut suatu saat

akan berbuah manis.

Peran pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan Provinsi Jawa Timur, serta Kementerian

Kelautan dan Perikanan, dan beberapa Kementerian lainnya, seperti Pariwisata, Kementerian

Lingkungan Hidup, dan berbagai lembaga/organisasi serta media massa, juga menjadi kunci bagi

keberhasilan pembangunan pariwisata bahari yang ada di Bangsring Underwater. Pendampingan dan

dukungan dalam hal apresiasi dan bantuan modal misalnya, pemberian penghargaan, bantuan Fish

Apartemen, Rumah Apung, dll, dalam mendukung pengembangan kegiatan yang sedang dilakukan

kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB), telah menjadi pemicu (trigger) bagi

pembangunan pariwisata bahari di Bangsring Undewater. Semakin banyak pariwisata bahari yang

diciptakan dan dikelola secara profesional akan memberikan manfaat yang besar bagi suatu daerah,

yang mana akan tercipta lapangan kerja baru dan meningkatnya kesejahteraan hidup masyarakat lokal.

SARAN

Adapun hal-hal yang dapat penulis sarankan di antaranya:

Pertama, Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) Bangsring Underwater agar

tetap mempertahankan prestasi yang sudah dicapai serta terus meningkatkan pelayanan pariwisata

bahari dengan cara terus berinovasi semaksimal mungkin;

Kedua, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dapat mendorong daerah lainnya di pesisir pantai

yang memiliki potensi pariwisata bahari untuk berinovasi sedemikian rupa. Pendekatan konservasi

bahari sesuai dengan konteks lokal menjadi pilihan dan solusi dalam menciptakan lapangan kerja baru

bagi masyarakat lokal;

Ketiga, Pemerintah Provinsi Jawa Timur perlu menularkan semangat konservasi Kelompok

Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) kepada semua masyarakat Jawa Timur yang tinggal di

daerah pesisir untuk berinovasi sedemikian rupa dalam melakukan konservasi bahari;

Keempat, Bagi masyarakat pesisir yang ada di seluruh wilayah kepulauan Indonesia agar dapat

belajar marine education pada Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB) Bangsring

Underwater di Desa Bangsring, sehingga dapat berinovasi melakukan konservasi bahari di wilayahnya

masing-masing.

Kelima, Kementerian Kelautan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Kementerian

Pariwisata perlu berkolaborasi untuk mendorong percepatan dan terciptanya zona konservasi bahari di

seluruh daerah yang memiliki karakteristik pesisir pantai dan laut (bahari).

DAFTAR PUSTAKA Arief, I. Pembangunan Berbasis Maritim dan Industri Pariwisata. Workshop. Situbondo: 21 Februari

2018.

Arief, I. Ketua Kelompok Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti (KNIH-SB).Wawancara.

Bangsring: 18 April 2018.

Andrimida, Anthon. 2015. Valuasi Direct Use Ekosistem Terumbu Karang di Pantai Bangsring,

Banyuwangi, Jawa Timur. Praktek Kerja Magang: Program Studi Ilmu Kelautan Jurusan

Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan. Universitas Brawijaya Malang.

Barbier, B. Edward. 2012. Progress and Challenges in Valuing Coastal and Marine Ecosystem

Services, Rev. Environ Econ Policy, 6 (1): 1-19.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. 2018. Papan Data Kunjungan Wisata

Banyuwangi. Banyuwangi: Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi.

Page 18: MEMBANGUN PARIWISATA BAHARI: STUDI KASUS … · kawasan baharinya dapat dimaksimalkan sebagai kekuatan ekonomi dan perluasan lapangan kerja bagi masyarakat lokal. TINJAUAN PUSTAKA

176

Effendi, Tadjuddin Nur, dan Sujali. 1989. Pengembangan Kepariwisataan: Sebuah Pendekatan

Geografi, Majalah Geografi Indonesia Tb. 2, No.3, hal.1-9.

Friedlander, A.M. 2018. Marine conservation in Oceania: Past, present, and future. Marine Polution

Buletin, 1(35), 139-149.

Garcia, D., & Gluesing, J. C. 2013. Qualitative research methods in international organizational

change research. Journal of Organizational Change Management, 26(2), 423-444.

Gerring, J. 2004. What is a case study and what is it good for? The American Political Science

Review, 98(2), 341-354.

Huges, Peter. 2001. Book Review: Marine Tourism: Development, Impacts and Management, Tourist

Studies, vol. 1, 3: pp. 323-325.

Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti. 2017. Selayang Pandang Kelompok Nelayan

Samudera Bakti. Banyuwangi: KNIH-SB.

Kohlbacher, Florian. 2006. The use of qualitative content analysis in case study research. Forum:

Qualitative Social Research, 7(1).

Kim, E. Jung. 2009. Understanding Corporate Social Responsibility In The Tourism Industry.

Dissertation: A Dissertation Presented To The Graduate School of The University of Florida In

Partial Fulfillment of The Requirements For The Degree of Doctor of Philosophy. University of

Florida.

Lundquist, C. J., Bulmer, R. H., Clark, M. R., Hillman, J. R., Nelson, W. A., Norrie, C. R., Hewitt, J.

E. 2017. Challenges for the conservation of marine small natural features. Biological

Conservation, 211, 69–79.

Lotze, H. K., Guest, H., O’Leary, J., Tuda, A., & Wallace, D. 2018. Public perceptions of marine

threats and protection from around the world. Ocean and Coastal Management, 152 (November

2017), 14–22.

Miles, B. M., & Huberman, M. (1992). Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Nursalim, Agus. 2017. Peran Nelayan Dalam Melestarikan Lingkungan Bawah Laut Selat Bali 1970-

2014. Skripsi. Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Jember.

Papageorgiou, M. 2016. Coastal and marine tourism: A challenging factor in Marine Spatial

Planning. Ocean and Coastal Management, 129, 44–48.

Portman, E. Michelle 2011. Marine Spatial Planning: Achieving and evaluating integration. ICES J

Mar Sci; 68 (10): 2191-2200.

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama.

Snyder, C. 2012. A case study of a case study: Analysis of a robust qualitative research methodology.

The Qualitative Report, 17(13), 1-21.

Sukirno. Ketua Kelompok Sadar Wisata Bangsring Underwater. Wawancara. Bangsring: 18 April

2018.

Suyadi. Pemandu Wisata Bangsring Underwater. Wawancara. Bangsring: 8 Agustus 2018.

Williamson, T., & Long, A. F. (2005). Qualitative data analysis using data displays. Nurse

Researcher, 12(3), 7-19.

Yin, R.K. 2014. Studi Kasus; Desain & Metode, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

...... Peraturan Desa Bangsring Nomor 02/429.405.01/2009 Tentang Pengelolaan Zona Perlindungan

Bersama (ZPB) Sumber Daya Laut Desa Bangsring.