memahami karakteristik kaum muda dalam mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi...

52

Upload: others

Post on 09-Mar-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi
Page 2: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Pusat Transformasi Kebijakan Publik (Transformasi) merupakan Jaringan Para

Pemikir yang didirikan pada tahun 2014, yang bertujuan untuk mendorong pembuatan

kebijakan berbasis data dan fakta. Sejak awal berdirinya, Pusat Transformasi Kebijakan

Publik (Transformasi) senantiasa bergerak atas dasar dorongan untuk berkontribusi

terhadap pembuatan kebijakan publik yang lebih baik di Indonesia dengan berbasis

data dan fakta. Berangkat dari visi tersebut, Transformasi telah mengembangkan

sejumlah program di bidang Adaptasi Perubahan Iklim, Kelautan dan Perikanan,

Penciptaan Lapangan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi, serta Perkotaan.

Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil Keputusan Bekerja@Juli 2020, Pusat Transfromasi Kebijakan Publik

Penulis: Aizah Fajriana Dewi HandiniReviewer: Ethika Fitriani, Bambang Wicaksono, Buyung Yuliandri S.

Desain Cover & Layout: Andhiani Manik K

Foto; Kegiatan SINERGI Festival Kaum Muda – Bursa Kerja Inklusif, Kabupaten Kebumen (Andhiani Manik K/ Transformasi)

Diterbitkan oleh: Pusat Transformasi Kebijakan Publik (Transformasi)Kompleks Liga Mas Indah. Jalan Duren Tiga Indah I Blok E2 No.11, Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan, 12760Telepon: 021-2702401 / 021-72793779E-mail: [email protected]

Page 3: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Website: www.transformasi.org

Page 4: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………………………… i

Daftar Singkatan …………………………………………………………………………………………………….. ii

Abstrak …………………………………………………………………………………………………………………… iii

Isu Ketenagakerjaan ……………………………………………………………………………………………….. 1

Pertanyaan Penelitian …………………………………………………………………………………………….. 3

Kerangka Teoritis …………………………………………………………………………………………………….. 4

Metode Penelitian …………………………………………………………………………………………………… 7

Hasil Pengujian ………………………………………………………………………………………………………… 10

Pembahasan ……………………………………………………………………………………………………………. 14

Variabel Upah/Gaji ………………………………………………………………………………………. 14

Variabel Lingkungan Sosial Ekonomi …………………………………………………………….. 18

Variabel Budaya dan Keyakinan ……………………………………………………………………. 24

Variabel Orientasi Masa Depan …………………………………………………………………….. 28

Variabel Jarak ke Tempat Tinggal ………………………………………………………………….. 30

Variabel Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan ……………………………………………. 32

Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………. 37

Rekomendasi ……………………………………………………………………………………………………………. 38

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………………………………….. 39

Page 5: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

i

i

Page 6: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

DAFTAR SINGKATAN

Covid19 : Corona Virus Disease 2019

KIK : Kawasan Industri Kendal

SPSS : Statistical Package for Social Sciences

TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka

UMR : Upah Minimum Regional

UMK : Upah Minimum Kabupaten/Kota

ii

Page 7: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil Keputusan Bekerja

Pusat Transformasi Kebijakan Publik

Abstrak

Jawa Tengah menghadapi permasalahan pelik terkait ketenagakerjaan antara lain: (1) ketimpangan antara pemenuhan tenaga kerja industry/perusahaan dengan ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan industry. Dengan kata lain, banyak industry/perusahaan yang masih kesulitan mencari tenaga kerja yang sesuai dengan kompetensi mereka. Pada sisi lain, jumlah kaum muda pencari kerja baik dari lulusan SMK/SMA maupun pengangguran usia muda dari desa-desa miskin cukup besar jumlahnya; (2) tingginya turn-over tenaga kerja di sektor garmen atau industri padat karya lainnya; (3) tingginya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di kabupaten/kota yang notabene merupakan daerah atau kantong industri padat karya (labor intensive industries); dan (4) kondisi kesiapan kerja kaum muda. Berangkat dari berbagai permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut: (a) apa faktor-faktor yang mempengaruhi kaum muda pencari kerja dalam pengambilan keputusan untuk bekerja; (b) bagaimana karakteristik kaum muda pencari kerja yang berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi (miskin) dan rentan; (c) bagaimana faktor/determinan geografis, sosial, budaya, & ekonomi mempengaruhi pengambilan keputusan kaum muda tersebut untuk memilih suatu jenis pekerjaan tertentu?. Metode penelitian ini menggunakan mixed method yaitu kuantitatif (uji Pearson Correlation dan Linear Regression) dan kualitatif (depth interview dengan informan kunci) dengan sampel sebanyak 306 orang yang didapat teknik simple random sampling dari populasi para pemuda dampingan program SINERGI sebanyak 1500 orang yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor lingkungan sosial ekonomi menjadi pertimbangan utama kaum muda dalam pengambilan keputusan bekerja. Hal ini dapat dibuktikan dengan dari nilai signifikansi Pearson Correlation sebesar 0,050 dimana nilai tersebut dengan nilai alpha 0,05. Sementara faktor lainnya seperti upah/gaji, budaya dan keyakinan, orientasi masa depan, jarak, dan kesesuaian latar belakang Pendidikan tidak memiliki hubungan dan pengaruh secara signifikan terhadap keputusan bekerja. Ini berarti bahwa faktor-faktor tersebut tidak menjadi pertimbangan utama bagi kaum muda pencari kerja dalam keputusan untuk bekerja. Beberapa rekomendasi kebijakan yang mempertimbangkan aspek lingkungan sosial ekonomi para angkatan kerja Jawa Tengah dikembangkan untuk meningkatkan upaya pengentasan pengangguran sekaligus kemiskinan di Jawa Tengah terdiri dari: (1) menumbuhkan iklim wirausaha dan pelatihan softskill dengan memanfaatkan kegiatan kepemudaan, (2) pemberian latihan dan bimbingan kewirausahaan sekaligus dukungan kebijakan pemberian pinjaman modal terhadap para angkatan kerja perlu ditingkatkan, (3) penguatan sinergisitas dan integritas antara pemerintah, perusahaan/industry, sekolah/universitas dengan komunitas kepemudaan/masyarakat guna menyalurkan informasi dan pengambangan keahlian pencari kerja memasuki dunia kerja, (4) memperbanyak jenis sektor pekerjaan (bukan hanya kuantitas tinggi pada satu sektor) sehingga dapat menampung keberagaman karakteristik skill dan Pendidikan pencari kerja, (5) pemetaan karakteristik angkatan kerja berdasarkan wilayah dan latar belakang pendidikan, serta (6) sosialisasi mengenai ketenagakerjaan dan peranan orang tua dalam memajukan masa depan anak sebagai upaya pembentukan kesadaran orang tua terhadap dunia kerja sekaligus peluang kerja.

Page 8: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Kata kunci: Ketenagakerjaan, Turn-Over Tenaga Kerja, Kaum Muda Pencari Kerja, Keputusan Bekerja

iii

Page 9: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil Keputusan Bekerja

Pusat Transformasi Kebijakan Publik

ISU KETENAGAKERJAAN

Isu ketenagakerjaan khususnya pengangguran masih menjadi salah satu misi pembangunan Provinsi Jawa Tengah sebagaimana tercantum pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023. Secara spesifik isu ketenagakerjaan di Jawa Tengah terdiri dari masalah (1) ketimpangan antara pemenuhan tenaga kerja industri/perusahaan dengan ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri; (2) tingginya turn-over tenaga kerja di sektor garmen atau industri padat karya lainnya; (3) tingginya TPT di kabupaten/kota yang notabene merupakan daerah pusat atau kantong industri padat karya (labor intensive industries); dan (4) kondisi kesiapan kerja kaum muda.

Ketimpangan pemenuhan tenaga kerja di industri/perusahaan di Jawa Tengah menjadi salah satu masalah yang masih dihadapi. Kondisi ini menarik yang mana pada umumnya isu ketenagakerjaan khususnya pengangguran berkaitan erat dengan ketersediaan lapangan pekerjaan atau kesempatan kerja yang ada. Namun yang terjadi di Jawa Tengah adalah ketersediaan kesempatan kerja dan lowongan kerja terutama pada sektor industri tinggi tetapi industri tersebut kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja. Terdapat banyak industri/perusahaan besar di Jawa Tengah yang mana membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak tetapi belum terpenuhi1. Hal ini dapat dilihat dari contoh Kawasan Industri Kendal (KIK) yang diestimasi dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 500.000 orang, namun sampai pada 2019 hanya 5000 orang yang terserap2. Kemudian, kondisi tersebut juga terjadi pada industri garmen di Boyolali dimana perusahaan membutuhkan 31.000 tenaga kerja tetapi perusahaan hanya mampu memenuhi 28.000 tenaga kerja serta kondisi ini diperparah dengan tingginya defisit tenaga kerja disebabkan oleh tingginya turnover3.

Turnover merupakan salah satu sumber persistensi dari pengangguran dan penyebab kekosongan tenaga kerja di industri/perusahaan. Turnover sendiri berkaitan dengan kepuasan kerja dimana semakin puas tenaga tersebut kepada pekerjaan yang dijalani maka keinginan untuk berpindah semakin kecil dikarenakan perasaan nyaman dengan pekerjaannya4. Empat perusahaan garmen di Jawa Tengah yang tersebar di Kabupaten Boyolali, Sragen, Semarang, dan Demak mengalami turnover diatas dua persen atau sekitar 500 orang/bulan yang mempengaruhi produktivitas perusahaan5. Sementara itu, tingginya turnover juga meningkatkan jumlah pengangguran dan membuat rantai permasalahan ketenagakerjaan tersebut tidak terselesaikan.

Permasalahan pengagguran di Jawa Tengah ditandai dengan tingginya jumlah tingkat pengangguran terbuka di daerah kantong-kantong industri atau kesempatan kerja berada.

Page 10: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Selain di daerah kantong industri, secara geografis wilayah, tingkat pengangguran terbuka di wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingan dengan wilayah pedesaan yaitu 5,02% > 3,46%6.Tingkat pengangguran terbuka (TPT) diartikan sebagai persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja7. Dengan arti lain TPT tersebut sebagai indikator bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan atau kesempatan kerja yang ada di Jawa tengah belum mampu untuk menyerap secara keseluruhan angkatan kerja yang ada. Kondisi TPT tertinggi terdistribusi pada 10 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yaitu Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kendal, Kota Pekalongan, Kabupaten Demak, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Kebumen sebagaimana tercantum pada grafik di bawah ini.

Gambar 1. 10 Wilayah dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi di Jawa TengahOlah Data: Transformasi, 2020

Tingginya TPT pada daerah kantong industri khususnya industri padat karya (labor intensive industries) seperti Kawasan Industri Kendal (KIK) justru mengalami peningkatan TPT setiap tahunnya. Berdasarkan grafik tersebut, angka peningkatan dimulai pada tahun 2017 sebesar 4,93, 2018 sebesar 6,06, dan 2019 semakin tinggi mencapai 6,31. Hal yang sama terjadi di Kota Semarang sebagai pusat industri dan ibukota provinsi masih termasuk kedalam 10 besar TPT di Jawa Tengah. Dua daerah lainnya yang mengalami peningkatan TPT dari 2018 ke 2019 adalah Kota Tegal dan Kabupaten Brebes. Tegal merupakan kawasan yang direncakan akan menjadi kawasan industri tekstil dan mendapat prioritas pembangunan infrastruktur untuk mendukung kawasan industri Brebes8. Sejalan dengan itu, Kabupaten Brebes akan menjadi kawasan relokasi industri dan menjadi Kawasan Industri Brebes (KIB). Keberadaan industri ini seharusnya dapat menekan angka pengangguran, namun yang terjadi terdapat penyimpangan peningkatan kuantitas pengangguran seperti yang terjadi di KIK Kendal sehingga kondisi

Page 11: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

tersebut menjadi acuan untuk menyiapkan kondisi yang lebih baik untuk pembangunan industri lainnya.

Permasalahan lainnya terkait pengangguran adalah tingginya pengangguran dan kesiapan bekerja pada kaum muda. Pengangguran tertinggi di 2019 berada pada angkatan kerja dengan rentang umur 20-24 tahun sebanyak 259.134 orang dan 15-19 tahun sebanyak 209.064 orang dari total 819.355 orang9. Rentangan umur tersebut masih dalam kategori kaum muda dimana kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi mencari kerja atau menganggur10. Kaum muda juga mengalami masalah mental kesiapan kerja yang direpresentasikan dengan angka turnover yang memberikan sumbangan terhadap tingkat pengangguran dan dibuktikan dengan tingginya turnover lulusan SMA maupun SMK yang bekerja dibawah 3 bulan11.

Berangkat dari empat isu ketenagakerjaan yaitu ketimpangan pemenuhan tenaga kerja, tingginya turnover, tingginya TPT dan kesiapan kerja kaum muda, ditarik sebuah benang merah bahwa dibutuhkan untuk menggali akar permasalahan yang terjadi dengan pendekatan dari perspektif tenaga kerja maupun angkatan kerja muda itu sendiri. Mengingat bahwa pemerintah dan industri/perusahaan telah menyediakan kesempatan kerja dan lowongan kerja yang besar di Jawa Tengah. Perspektif angkatan kerja muda akan memberikan gambaran mengenai probabilitas-probabilitas yang menjadi dasar keputusan kerja sehingga dapat menjawab permasalahan defisit tenaga kerja serta pengangguran yang ada di Jawa Tengah. Berdasarkan jabaran tersebut, maka penelitian “Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil Keputusan Bekerja” perlu dilakukan. Penelitian ini dapat dianalisis melalui faktor-faktor penyebab keputusan untuk bekerja. Latar belakang atau faktor-faktor penyebab keputusan kerja tersebut menjadi variabel bebas penelitian yang mana variabel-variabel bebas yang digunakan dengan mengadaptasi dari beberapa variabel penelitian sebelumnya namun indikator dan pendekatan yang digunakan berbeda, lebih mendalam dan mempertimbangkan latar belakang kondisi geografis, sosial, budaya, dan ekonomi para angkatan kerja. Hal tersebut dapat memberikan refleksi guna mengatasi masalah ketenagakerjaan tersebut tepat sasaran melalui rekomendasi kebijakan dari hasil penelitian.

PERTANYAAN PENELITIAN

Selama ini penelitian pengangguran terfokus pada penyediaan lapangan kerja, akses informasi, dan peran pemerintah sementara kondisi internal dan dukungan lingkungan sekitar dari para pencari kerja tersebut belum ditelaah lebih lanjut. Studi ketenagakerjaan ini berusaha untuk memberikan gambaran baru mengenai masalah ketenagakerjaan yang sedang terjadi di Jawa Tengah. Secara garis besar, penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan keputusan para pencari kerja memutuskan untuk bekerja. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut merupakan variabel bebas dengan menggunakan sudut pandang dari para angkatan kerja tersebut sehingga permasalahan yang ada dapat mengakomodasi serta memberikan pandangan untuk para pengambil kebijakan dalam pengurangan angka pengangguran di Provinsi Jawa Tengah. Faktor-faktor penyebab tersebut secara keseluruhan digunakan menjawab pertanyaan penelitian yaitu (a) apa faktor-faktor yang

2

Page 12: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

mempengaruhi pengambilan keputusan untuk bekerja; (b) bagaimana karakteristik kaum muda pencari kerja dari keluarga kurang mampu secara ekonomi (miskin) dan rentan; (c) bagaimana faktor/determinan geografis, sosial, budaya, & ekonomi mempengaruhi pengambilan keputusan kaum muda tersebut untuk memilih suatu jenis pekerjaan tertentu?.

Page 13: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

KERANGKA TEORITIS

Pengangguran adalah salah satu indikator makro ekonomi dimana semakin tinggi pengangguran berarti perekonomian semakin buruk12. Pengangguran terbuka merupakan mereka yang berada dalam kondisi tidak mempunyai pekerjaan dan mencari pekerjaan, tidak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan, serta mereka yang telah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja13. Banyak faktor penyebab yang mempengaruhi pengangguran termasuk juga faktor yang mempengaruhi keputusan bekerja. Pengangguran tidak hanya disebabkan oleh kuranagnya lowongan pekerjaan, tetapi juga disebabkan oleh kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja14. Keputusan adalah segala putusan yang telah ditetapkan (sesudah dipertimbangkan, dipikirkan, dan sebagainya)15.

Ciri-ciri pengangguran di negara berkembang memiliki permasalahan yang lebih rumit dan serius dimana keadaan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut16:a. Ketidakseimbangan diantara sumber-sumber ekonomi yang dimiliki kebanyakan negara-

negara berkembang yang mana memiliki jumlah penduduk yang sangat berlebihan. Negara dengan tingkat penduduk yang berlebihan seperti China, India, Bangladesh, Pakistan, dan Indonesia menghadapi masalah kekurangan tenaga kerja dan pengusaha yang mampu mengambangkan perusahaan dan industri yang dapat menyediakan kesempatan kerja yang cukup untuk penduduk yang ada.

b. Corak kegiatan ekonomi yang masih bertumpu pada sektor-sektor yang tradisional baik di bidang pertanian maupun bidang industri dan jasa-jasa. Kegiatan-kegiatan tersebut mempunyai produktivitas yang relative rendah dan menyebabkan pendapatan dan tabungan yang rendah.

c. Perkembangan dan struktur demografis di negara-negara berkembang menimbulkan tendensi dimana keadaan menjadi semakin serius.

Untuk mengetahui mengenai faktor penyebab pengangguran dan keputusan bekerja, berikut kumpulan dari penelitian-penelitian terdahulu: No Deskripsi Penelitian Variabel Determinan Pengangguran1 Faktor Penyebab

Pengangguran dan Strategi Penanganan Permasalahan Pengangguran pada Desa Bojongcae, Cibadak Lebak Provinsi Banten17

2020

Terdapat 4 variabel bebas yang mempengaruhi pengangguran yaitu:

1. Aspek pendidikan2. Keterampilan3. Upah4. Informasi

Hasil penelitian menunjukkan bahawa faktor penyebab terajdinya pengangguran salah satunya disebabkan oleh pendidikan, tidak memiliki keterampilan yang memadai, lapangan kerja yang minim, dan keterbatasan menerima informasi.

2 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja Sarjana untuk Bekerja atau

Hasil penelitian menunjukkan variabel bebas terdiri dari upah, status perkawinan, dan jumlah tanggungan berpengaruh signifikan terhadap keputusan bekerja. Sedangkan variabel umur tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan

Page 14: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Tidak Bekerja18

2018

bekerja.

3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Provinsi Sulawesi Utara19

2017

Hasil penelitian menunjukkan variabel upah mempengaruhi secara signifikan terhadap tingkat pengangguran di Sulawesi Utara, sedangkan variabel inflasi dan tingkat pertumbuhan PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran.

4 Pengaruh Upah, Umur, Status Perkawinan, dan Jumlah Tanggungan terhadap Keputusan Tenaga Kerja Lulusan Perguruan Tinggi (Sarjana) untuk Bekerja atau Tidak Bekerja20

2017

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel upah, status perkawinan, dan jumlah tanggungan berpengaruh signifikan sedangkan umur tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan penawaran tenaga kerja lulusan sarjana di Kecamatan Pedurungan.

5 Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, Upah Minimum dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Jumlah Pengangguran di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-201421

2017

Penelitian ini terdiri dari 4 variabel bebas yang mempengaruhi pengangguran yaitu:

1. Jumlah penduduk2. Pendidikan 3. Upah minimum4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Hasil penelitian menunjukkan variabel jumlah penduduk, pendidikan dan PDRB menunjukkan arah positif dan pengaruh signifikan terhadap variabel jumlah pengangguran. Sedangkan variabel upah minimum menunjukkan arah negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pengangguran.

6 The Distribution of Skills among the Europeans Adult Population and Unemployment A Comparative Approach22

2015

Variabel bebas meliputi:a. Karakteristik individub. Latar socio-economic keluarga: Latar belakang socio-

cultural keluarga tidak berpengaruh secara langsung terhadap kemungkinan menganggur. dalam hal ini latar socio-cultural keluarga menjadi faktor/determinan antara

c. Status imigrand. Tingkat pendidikan orang tuae. Situasi keluarga terkinif. Profil pasar tenaga kerjag. Keahlian literasih. Dan tingkat pendidikan

7 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Provinsi Lampung23

2017

Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah penduduk dan Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh secara signifikan terhadap pengangguran terbuka di Lampung. Sedangkan variabel upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhdap pengangguran terbuka.

8 Heterogeneous Determinants of Local Unemployment in Poland24

Ditemukan bahwa faktor demografis, pendidikan dan sectoral employment composition memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap pengangguran dibandingkan dengan faktor-faktor permintaan

Page 15: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

2016

5

9 Analisis Keputusan Wanita Menikah untuk Bekerja (Studi Kasus Kota Surakarta Jawa Tengah)25

2013

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendidikan dan upah suami berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan wanita menikah untuk bekerja. Sedangkan variabel jumlah tanggungan keluarga dan umur tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan bekerja.

10 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perempuan Berstatus Menikah untuk Bekerja (Studi Kasus Kota Semarang)26

2012

Hasil menunjukkan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan perempuan berstatus menikah untuk bekerja. Hal ini disebabkan oleh adanya keinginan untuk membantu perekonomian keluarga dan mengaktualisasikan diri dalam pasar tenaga kerja.

Tabel 1. Penelitian terdahulu tentang pengangguranSumber Data: Berbagai SumberOlah Data: Tranformasi, 2020

Dari berbagai penelitian terdahulu, banyak faktor penyebab pengangguran dan keputusan bekerja, namun tidak banyak yang menyentuh pada ranah yang menjadi pertimbangan-pertimbangan individu angkatan kerja untuk memutuskan bekerja pada kondisi-kondisi tersedianya lapangan pekerjaan seperti yang terjadi di Jawa Tengah. Sehingga penelitian ini dilakukan dengan mengedepankan probabilitas-probabilitas yang terjadi dalam permasalahan pengangguran dari perspektif angkatan kerja muda di Jawa Tengah. Dari penelitian ini akan dapat melihat peluang solusi melalui gambaran kondisi pertimbangan keputusan bekerja oleh para angkatan kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di Jawa Tengah. Secara teori, variabel-variabel yang dapat mengurangi tingkat pengangguran seperti ekspektasi pertumbuhan dan penjualan tinggi (permintaan), pemberian pinjaman rendah/murah untuk perusahaan bisnis, peningkatan investasi publik dan swasta yang nyata secara domestik, peningkatan keterampilan pekerja, pengurangan ketidakpastian ekonomi dan finansial seperti regulasi dan peningkatan gaji buruh dan kesehatan, peningkatan inovasi dan kemajuan tekhnologi, transisi melalui ekonomi pasar yang kompetitif, pengurangan pajak, ketersediaan pinjaman dan pengusaha-pengusaha yang kompetitif, peningkatan produktivitas secara berkelanjutan, pengurangan harga input fisik seperti minyak, dan penyediaan informasi pekerjaan27.

Dari jabaran-jabaran teoritis tersebut maka penelitian “Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil Keputusan Bekerja” dilakukan dengan menggunakan variabel yang dibentuk dengan mempertimbangkan penelitian-penelitian terdahulu. Sebagaimana variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi gaji/upah, linkungan losial ekonomi, budaya dan keyakinan, orientasi masa depan, jarak ke tempat tinggal, dan kesesuaian dengan latar belakang pendidikan.

Page 16: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan mixed-method dimana menggabungkan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif menggunakan metode survey sedangkan penedekatan kualitatif menggunakan metode Depth Interview kepada informan kunci dan data sekunder. Secara keseluruhan, kerangka dari metode penelitian ini dijelaskan sebagai berikut: Teknik Sampel PenelitianTeknik sampel penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dimana sampling tersebut didapat dari populasi. Populasi penelitian ini adalah para pemuda dampingan SINERGI28 sebanyak 1.500 orang. Dari populasi tersebut maka dapat diambil sampel dengan Confidence Level 95% sebagaimana mengacu pada tabel Krejcie dan Morgan, sehingga terbentuk sampel sebanyak 306 responden yang diberikan kuesioner. Dari total sampel 306 sebanyak 90 responden yang mengisi dan mengembalikan kuesioner.

Lokasi dan Responden PenelitianPenelitian ini dilakukan di Jawa Tengah dimana merupakan daerah perkembangan dari proyek SINERGI seperti Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Demak Rembang, Boyolali, dan Kebumen. Responden penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan kriteria responden berupa usia dan tempat tinggal. Kriteria responden berada pada rentang umur 18 – 36 tahun dan bertempat tinggal di Jawa Tengah.

Intrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan DataInstrumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang bersifat terbuka dan tertutup dengan memadukan jenis pertanyaan berbentuk uraian dan berbentuk pilihan dengan skala likert. Kuesioner tersebut sebagai acuan untuk pengumpulan data dimana penelitian ini menggunakan teknik pengisian angket secara daring (media online) yang disebarkan melalui SMS, WhatsApp, Twitter. Kemudian, Pendekatan kuatitatif dilakukan dengan cara teknik wawancara mendalam (depth interview) dan data sekunder kepada informan kunci dari responden yang mengisi kuesioner sehingga mendapatkan informasi lebih komprehensif.

Analisis PenelitianPendekatan kuantitatif dilakukan melalui pengujian dan analisis yang menggunakan statistik Pearson Correlation dan Linier Regression dengan tingkat kepercayaan 95% untuk menganalisis apakah terdapat hubungan dan pengaruh signifikan antara 6 variabel bebas (variabel upah/gaji (X1), kondisi lingkungan sosial ekonomi (X2), kebudayaan dan keyakinan (X3), orientasi masa depan (X4), jarak ke tempat tinggal (X5), dan kesesuaian latar belakang pendidikan (X6)) dengan keputusan bekerja (Y1).

Uji Pearson Correlation merupakan uji statitik untuk melihat bagaimana keputusan bekerja berkaitan dengan upah/gaji, kondisi lingkungan sosial ekonomi, kebudayaan dan keyakinan, orientasi masa depan, jarak ke tempat tinggal, dan kesesuaian latar belakang pendidikan.

7

Page 17: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Sedangkan untuk pengujian Linear Regression dilakukan untuk memperlihatkan seberapa besar keputusan bekerja dipengaruhi oleh upah/gaji, kondisi lingkungan sosial ekonomi, kebudayaan dan keyakinan, orientasi masa depan, jarak ke tempat tinggal, dan kesesuaian latar belakang pendidikan. Untuk mempertajam analisa dari hasil analisis metode kuantitatif, pendekatan kualitatif diperlukan. Pendekatan kualitatif digunakan untuk menjabarkan kondisi-kondisi yang belum dapat dijelaskan pada pendekatan kuantitatif sehingga analisa yang dihasilkan menjadi lebih jelas dan menyeluruh.

Pada pendekatan kuantitatif, untuk dapat menggunakan pengujian Pearson Correlation dan Linier Regression dengan software SPSS, terdapat syarat yang perlu dilengkapi yaitu pengujian normalitas dan liniearitas dimana data haruslah bersifat linear dan normal. Uji linearitas merupakan uji prasyarat dalam analisis korelasi dan regresi linear dan bertujuan untuk mencari apakah terdapat hubungan yang sejalan antar variable dimana Ketika terjadi sebuah perubahan pada satu variable akan diikuti dengan perubahan nilai yang sejajar pada variable lainnya. Hubungan tersebut dianggap linear apabila nilai signifikansi dari Deviation from Linearity pada tabel Anova berada pada nilai lebih besar dari 0,05 (>0,05).

Sedangkan uji normalitas bertujuan untuk memperlihatkan persebaran data dari titik-titik sampel sebanyak 90 yang digunakan apakah berdistribusi normal atau tidak. Data tersebut harus bersifat normal untuk terhindar dari outlier atau nilai data ekstrem dan sebagai syarat untuk dapat menggunakan uji parametrik. Apabila data yang digunakan tidak normal maka pengujian statistik lainnya yaitu uji nonparametrik yang tidak memerlukan syarat parameter populasi menjadi acuan dari sampel yang digunakan. Pengujian Normalitas ini dapat dilihat dari Normal P-P plot of Regression Standardized Residual dan uji Kolmogorov Smirnov. Normal P-P plot of Regression Standardized Residual akan menunjukkan data yang digunakan bersifat normal apabila titik-titik sampel sejalan dan mendekati garis diagonal (garis normal). Sedangkan pada uji Kolmogorov Smirnov data berdistrinormal apabila nilai Asmp.Sig.(2-tailed) pada tebel Kolmogorov-Smirnov Test lebih besar dari 0,05 (0,05).

Definisi Operasional1. Variabel keputusan bekerja adalah penentuan angkatan kerja untuk memilih bekerja atau

tidak bekerja dari beberapa pertimbangan-pertimbangan yang ada di dalam dirinya dan dari lingkungannya. Pada penelitian ini dapat dilihat dari kondisi-kondisi seperti status pengangguran terbuka para angkatan kerja dan keinginan untuk bekerja. Berangkat dari kondisi-kondisi tersebut, maka perlu adanya pengkajian variabel-variabel bebas yang dapat menjawab pertimbangan-pertimbangan yang berkembang pada diri angkatan kerja tersebut.

2. Variabel upah/gaji adalah ketersediaan dan kesesuai besaran gaji dengan ekspektasi serta penawaran kerja yang ada sehingga menjadi sebuah pertimbangan angkatan kerja untuk bekerja.

3. Variabel lingkungan sosial ekonomi adalah kondisi atau karakteristik lingkungan sosial ekonomi dari para angkatan kerja di Jawa Tengah seperti izin orang tua, dukungan lingkungan keluarga, pertemanan, dan para pemangku kepentingan. Indikator-indikator tersebut menjadi sebuah hal yang dimungkinkan untuk mempengaruhi ataupun menjadi pertimbangan dalam memutuskan untuk bekerja.

Page 18: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

4. Variabel budaya dan keyakinan adalah sistem (dari pola-pola tingkah laku yang diturunkan secara sosial) yang bekerja menghubungkan komunitas manusia dengan lingkungan ekologi mereka yang termasuk didalamnya adalah bentuk organisasi, pola-pola menetap, bentuk pengelompokan sosial, praktek keagamaan dan seterusnya29. Pada penelitian ini budaya dan keyakinan menggambarkan suatu keadaan yang telah menjadi kebiasaan dan melekat pada kehidupan pribadi para angkatan kerja di Jawa Tengah seperti indikator peribahasa, pandangan akan status kedudukan laki-laki dan perempuan, dan pengabdian kepada orang tua yang dimungkinkan menjadi pegangan pemikiran yang membentuk kondisi pertimbangan untuk memutuskan bekerja.

5. Variabel orientasi masa depan adalah rencana dan pandangan hidup akan masa depan yang dilihat dari keyakinan terhadap kesuksesan dan kebahagiaan, kepemilikan harta warisan, dan penentuan langkah masa depan.

6. Variabel jarak ke tempat tinggal adalah jarak antara penawaran kerja yang ada atau tempat kerja dengan tempat tinggal di kampung halaman para angkatan kerja. Hal ini mengindikasikan kondisi para pekerja tersebut apakah mempertimbangkan harus bekerja di tempat asal atau dapat merantau tanpa mempermasalahkan lokasi tempat kerja tersebut.

7. Variabel kesesuaian latar belakang pendidikan adalah kondisi dimana para angkatan kerja mempertimbangkan lowongan pekerjaan yang ada dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki untuk memutuskan bekerja atau tidak mempermasalahkan kesesuaian tersebut.

Dari jabaran definisi operasional tersebut, berikut indikator-indikator yang digunakan dalam setiap variabel dalam penelitian ini:No Variabel Indikator1 Keputusan Bekerja (Y1) - Kondisi status pekerjaan

- Keinginan bekerja2 Upah/Gaji (X1) - Kesusuaian lowongan dengan gaji

- Tersedianya insentif- Tingkat pertimbangan gaji dalam melamar pekerjaan- Ekspektasi besaran gaji

3 Lingkungan Sosial Ekonomi (X2)

- Izin orang tua- Lingkungan keluarga- Lingkungan pertemanan- Kegiatan sosial- Lingkungan tempat tinggal- Pemangku kepentingan

4 Budaya dan Keyakinan (X3) - Peribahasa “mangan ora mangan sing penting ngumpul”

- Nilai budaya dan keyakinan “keharusan tetap tinggal bersama orang tua”

- Kedudukan perempuan dan laki-laki dalam keluarga5 Orientasi Masa Depan (X4) - Kepemilikan harta warisan

- Rencana melanjutkan pendidikan- Rencana bekerja- Penentuan langkah masa depan

6 Jarak ke Tempat Tinggal (X5) Pertimbangan untuk tetap bekerja di daerah asal atau merantau

7 Kesesuaian dengan Latar Pendidikan (X6)

Pertimbangan untuk bekerja sesuai dengan bidang keilmuan pendidikan yang dimiliki atau bekerja di bidang lainnya

Tabel 2. Anova Table dari Uji Linearitas

8

Page 19: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Olah Data: Transformasi, 2020

9

Page 20: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

HASIL PENGUJIANa. Hasil Pengujian Statistik

Data yang diperoleh dan sesuai dengan kriteria responden sebanyak 90 responden. Maka dalam hal ini, pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan N=90. Sebelum masuk pada pengujian Pearson Correlation dan Linier Regression, uji linearitas dan uji normalitas dilakukan. Hasil pengujian linearitas pada penelitian ini sebagai berikut:

Anova Table

No. Pengujian Deviation from Liniearity

1 X1 * Y1 0.4112 X2 * Y1 0.4023 X3 * Y1 0.0514 X4 * Y1 0.8755 X5 * Y1 0.7576 X6 * Y1 0.785

Tabel 3. Anova Table dari Uji LinearitasOlah Data: Transformasi, 2020Keterangan: Linearitas sebagai prasyarat uji Pearson Correlation dan Linier Regression dapat diketahui dari nilai signifikansi Deviation from Linearity. Nilai Deviation from Linearity dari Anova lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan data yang digunakan tersebut linear.

Untuk melihat linearitas sebagai prasyarat uji korelasi Pearson dapat diketahui dari nilai signifikansi Deviation from Linearity. Nilai Y1*X1 sebesar 0.411 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel keputusan bekerja dengan variable upah/gaji. Nilai Y1*X2 sebesar 0.402 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel keputusan bekerja dengan variable kondisi lingkungan sosial-ekonomi. Nilai Y1*X3 sebesar 0.051 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel keputusan bekerja dengan variable budaya dan keyakinan. Nilai Y1*X4 sebesar 0.875 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel keputusan bekerja dengan variable orientasi masa depan. Nilai Y1*X5 sebesar 0.757 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel keputusan bekerja dengan variabel jarak ke tempat tinggal. Nilai Y1*X6 sebesar 0.785 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel keputusan bekerja dengan variabel kesesuaian latar belakang pendidikan. Kemudian, uji normalitas juga dilakukan dan menghasilkan hasil uji sebagai berikut:

10

Page 21: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Gambar 2. Normalitas dengan Normal P-P Plot of RegressionOlah Data: Transformasi, 2020

Keterangan: Normal P-P Plot menunjukkan hasil normal dimana titik-titik sampel mendekati garis normal. Semakin mendekati garis diagonal maka nilai normal semakin sempurna. Untuk memastikan secara kuantitatif yaitu menggunakan pengujian

Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan dari grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual dapat dilihat titik-titik sampel mendekati garis normal sehingga data penelitian ini bersifat normal dan apabila titik-titik tersebut semakin mendekati garis diagonal maka semakin mendekati nilai normal sempurna. Dikarenakan penafsiran menggunakan grafik tersebut bersifat subjektif, maka diperlukan angka pasti untuk menunjukkan bahwa data tersebut benar-benar bersifat normal atau tidak sehingga uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan. Berdasarkan hasil uji Kolmogorv-Smirnov diketahui bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0.368 lebih besar dari 0.05 sehingga dismpulkan bahwa data yang digunakan bersifat normal. Dikarenakan hasil uji prasyarat linear dan normalitas tersebut berdistribusi normal dan linear maka pengujian Pearson Correlation dan Linier Regression dapat dilakukan. Hal dari pengujian keduanya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

11

Page 22: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Gambar 3. Nilai Hasil Uji Pearson Correlation dan Linear RegressionOlah Data: Transformasi, 2020

Keterangan: Hasil uji Pearson Correlation dan Linear Regressiondengan menggunakan nilai alpha 0,05 atau 5%. Apabila hasil uji

Tersebut lebih besar >0,05 maka tidak signifikan, dan begitusebaliknya.

Hasil pengujian statistik pada variabel-variabel faktor-faktor atau determinan keputusan bekerja memperlihatkan hasil sebagai berikut:

1. Upah/gaji (X1): variabel gaji bukan menjadi pertimbangan utama bagi responden untuk mengambil keputusan terkait pilihan suatu pekerjaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai Pearson Correlation sebesar 0,340 dimana lebih besar dari nilai alpha (nilai batas toleransi kesalahan) 0,05, serta nilai Linear Regression sebesar 0,874 yang lebih besar dari 0,05.

2. Lingkungan sosial ekonomi (X2): variabel lingkungan sosial ekonomi menjadi pertimbangan utama bagi responden untuk mengambil keputusan terkait pilihan suatu pekerjaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai Pearson Correlation sebesar 0,05 dimana sama dengan dari nilai alpha (nilai batas toleransi kesalahan) 0,05. Walaupun pada nilai Linear Regression sebesar 0,093 yang lebih besar dari 0,05 namun angka tersebut mendekati 0,05 yang artinya sebagian besar keputusan bekerja responden dipengaruhi oleh dukungan dari lingkungan sosial ekonominya.

3. Budaya dan keyakinan (X3): variabel budaya dan keyakinan bukan menjadi pertimbangan bagi responden untuk mengambil keputusan terkait pilihan suatu pekerjaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai Pearson Correlation sebesar 0,393 dimana lebih besar dari nilai alpha (nilai batas toleransi kesalahan) 0,05, serta nilai Linear Regression sebesar 0,505 yang lebih besar dari 0,05.

4. Orientasi masa depan (X4): variabel orientasi bukan menjadi pertimbangan bagi responden untuk mengambil keputusan terkait pilihan suatu pekerjaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai Pearson Correlation sebesar 0,153 dimana lebih besar dari nilai alpha (nilai

12

Page 23: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

batas toleransi kesalahan) 0,05, serta nilai Linear Regression sebesar 0,345 yang lebih besar dari 0,05.

5. Jarak ke tempat tinggal (X5): variabel jarak bukan menjadi pertimbangan utama bagi responden untuk mengambil keputusan terkait pilihan suatu pekerjaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai Pearson Correlation sebesar 0,219 dimana lebih besar dari nilai alpha (nilai batas toleransi kesalahan) 0,05, serta nilai Linear Regression sebesar 0,538 yang lebih besar dari 0,05.

6. Kesesuaian latar belakang pendidikan (X6): variabel kesesuaian latar belakang pendidikan bukan menjadi pertimbangan utama bagi responden untuk mengambil keputusan terkait pilihan suatu pekerjaan. Hal ini dibuktikan dengan nilai Pearson Correlation sebesar 0,230 dimana lebih besar dari nilai alpha (nilai batas toleransi kesalahan) 0,05, serta nilai Linear Regression sebesar 0,391 yang lebih besar dari 0,05.

Page 24: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

PEMBAHASAN

A. Variabel Upah/GajiVariabel upah/gaji pada penelitian ini menggunakan indikator-indikator berupa (a) kesesuaian lowongan pekerjaan yang ada dengan gaji/upah yang ditawarkan, (b) keberadaan insentif/tunjangan yang ditawarkan oleh perusahaan, (c) ekspektasi terhadap upah/gaji, dan (d) pertimbangan besaran gaji. Mengacu pada hasil uji statistik diketahui bahwa variabel upah/gaji bukan menjadi pertimbangan utama bagi responden untuk mengambil keputusan terkait pilihan suatu pekerjaan. Hal tersebut diindikasikan dari dari hasil variabel upah/gaji tidak memiliki hubungan dan tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap keputusan bekerja dimana nilai yang dihasilkan yaitu 0,340 dan 0,874 lebih besar dari 0,05.Dalam pengujian tersebut gaji/upah memiliki keberagaman jawaban sehingga angka hasil pengujian masih melebihi batas yang ditoleransi. Apabila dijabarkan secara parsial indikator dari variabel upah/gaji dalam persentase responden menjawab sangat mempertimbangkan besaran gaji sebesar 19% dan mempertimbangkan sebesar 34%. Hal ini dikarenakan pada variabel yang diujikan terdapat indikator lain yang dipertimbangkan seperti kesesuaian lowongan pekerjaan yang ada dengan gaji yang ditawarkan dan didukung dengan keberadaan insentif/tunjangan yang ditawarkan oleh perusahaan/industri. Selain hal tersebut besaran persentase yang terpusat pada indikator tertentu belum mencukupi untuk membuat gaji menjadi pertimbangan utama dalam memutuskan untuk bekerja. Distribusi jawaban dari indikator tersebut sebagai berikut:

Page 25: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Gambar 4. Distribusi Jawaban Responden pada Indikator Pertimbangan Besaran Gaji dan Ekspetasi Besaran GajiSumber Data: Transformasi, 2020

Berdasarkan Gambar 4. dapat diketahui bahwa persentase responden yang kurang mempertimbangkan gaji sebesar 27% serta sebagian besar responden tidak berekpektasi tinggi terhadap besaran gaji sebesar 35%. Sejalan dengan hal tersebut, kondisi yang ada saat ini adalah gaji yang ditawarkan oleh perusahaan/industri dianggap kurang sesuai dengan gaji yang diharapkan yaitu sebesar 46,67%. Sementara sebagian besar lainnya menjawab sesuai yaitu sebesar 26,67%. Sedangkan kondisi lainnya adalah perusahaan/industri yang ada dianggap telah menyediakan atau menawarkan instentif pada lowongan pekerjaan yang ada sebagaimana tercantum pada Gambar 5.

Gambar 5. Persentase Kesesuaian dan Ketersediaan Gaji dan Insentif pada Lowongan KerjaSumber Data: Transformasi, 2020

Dari keberagaman perspektif dan kondisi tersebut, membuat gaji bukan lagi menjadi pertimbangan utama walaupun secara persentase jawaban dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan kondisi lainnya yang dialami oleh responden seperti pertimbangan yang penting bekerja dibandingkan menganggur, ketersediaan lowongan yang sesuai, dan pertimbangan lainnya. Pertimbangan lainnya tersebut dilandaskan dari kondisi para responden yang sebagian besar adalah para pemuda yang tidak memiliki pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan. Responden tersebut didominasi oleh pemuda rentangan usia 18-24 tahun yaitu sebesar 61,1% dari total responden. Angkatan kerja direntangan usia 15-24 tahun lebih besar tidak terserap menjadi pekerja dibandingkan dengan kelompok umur 25-64 tahun30. Dominasi penganggur tenaga kerja muda ini menjadi salah satu ciri utama penyebab melemahnya pasar tenaga kerja. Sejalan dengan ini, terdapat 4 ciri utama penyebab melemahnya pasar tenaga kerja31, yaitu:1) Lapangan kerja yang memberikan upah secara teratur (merupakan salah satu ciri dari

lapangan kerja modern/lapangan pekerjaan formal) mengalami penurunan sejak tahun 2001-2009;

14

Page 26: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

2) Perbandingan pertumbuhan Angkatan kerja yang relative tinggi dengan hilangnya lapangan kerja di kegiatan ekonomi formal, telah menyebabkan terjadinya perluasan lapangan pekerjaan informal;

3) Lebih dari 60% penganggur adalah tenaga kerja muda berusia antara 15-24 tahun;4) Sebagai konsekuensinya, pekerja merasa kurang mempunyai jaminan kerja untuk jangka

menengah dan prospek (peluang) yang mereka miliki untuk mendapatkan penghasilan juga berkurang.

Dengan status tidak memiliki pekerjaan menuntut responden tersebut untuk segera mendapatkan pekerjaan dan mengesampingkan masalah pertimbangan besaran gaji yang ditawarkan. Walaupun gaji bukan merupakan pertimbangan utama para pencari kerja untuk memutuskan bekerja, tetapi besaran gaji terutama masalah UMK perlu menjadi yang dipertimbangkan oleh pemerintah dan perusahaan/industri guna lebih menarik dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Kebijakan upah minimum ini adalah untuk menjamin tidak adanya pekerja miskin dan memastikan bahwa pekerja memiliki upah untuk kebutuhan hidup sehari-hari32.Sebagaimana diketahui bahwa UMR tertinggi yang ditawarkan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2020 berada di Kota Semarang sebesar Rp. 2.715.000 dan UMR terendah berada di Kabupaten Banjarnegara Rp.1.748.0005. Dengan besaran tersebut, upah UMR kabupaten/kota di Jawa Tengah merupakan yang paling rendah dibandingkan dengan UMR provinsi lainnya di Indonesia6. Sementara sebagian besar sektor swasta menerapkan upah minimal tersebut dan salah termasuk industri garmen di dalamnya. Sebagaimana diketahui bahwa rata-rata para pencari kerja menempatkan pilihan kesekian untuk memutuskan bekerja di industri garmen karena berbagai alasan seperti sistem kerja, terlalu banyak target, fasilitas, gengsi, dan alasan lainnya. Ditambah dengan fakta bahwa Jawa Tengah juga merupakan provinsi kedua tertinggi tingkat pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 3.679.20033 jiwa pada 2019. Masalah pengangguran dan kemiskinan berkaitan dengan pendapatan termasuk kedalam pembahasan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Kondisi ideal dari pembangunan ekonomi adalah menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat34. Salah satu indikator dari sebuah kesejahteraan adalah layak secara finansial dimana hal ini apabila dikaitkan dengan besaran gaji atau UMR Jawa Tengah perlu disesuaikan dan ditingkatkan untuk terbebas dari lingkar kemiskinan tersebut. Untuk mengetahui alasan-alasan dan pembuktian pertimbangan gaji terhadap keputuan bekerja para responden, berikut merupakan ringkasan hasil wawancara dari dari beberapa responden.

15

Page 27: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Berdasarkan jabaran tersebut, terdapat kondisi lainnya dimana salah satu menjadi alasan gaji tidak lagi dipertimbangkan adalah pada kondisi pandemic Covid19 saat ini dimana sulitnya untuk mendapatkan pekerjaan. Terlebih lagi, banyak terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pelambatan pertumbuhan ekonomi hampir di semua sektor. Sebagaimana diketahui bahwa sebelum adanya pandemic Covid19 ini, Indonesia telah memiliki tantangan dalam ketenagakerjaan berupa pengangguran, pekerja Pendidikan rendah (lulusan SD/SMP kebawah), pekerja informal, pekerjaan terdampak otomatisasi, dan pekerja terPHK setiap tahunnya yang mencapai 248 ribu orang35. Kondisi pandemic ini memperparah apa yang telah dihadapi sebelumnya dalam dunia ketenagakerjaan. Pandemic ini tidak hanya menghancurkan pekerjaan para pemuda tetapi juga mengganggu Pendidikan dan pelatihan serta memberikan hambatan besar bagi mereka yang baru memasuki bursa kerja atau berpindah pekerjaan36.Perekonomian Jawa Tengah yang anjok karena penyebaran Covid19 menyebabkan sebanyak 50.563 pekerja di Jawa Tengah mengalami pemutusan kerja (PHK) atau dirumahkan37. Para buruh yang kehilangan pekerjaan tersebut tersebar merata di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah dimana tertinggi terjadi di Kota Semarang yaitu sebanyak 2.385 orang38. Jumlah statistik PHK di Jawa Tengah sebesar 50.563 orang tersebut

Respon Mengenai Pertimbangan Upah/Gaji dalam Memutuskan Bekerja

Pertanyaan: Dalam melamar pekerjaan, apakah gaji merupakan faktor utama yang anda pertimbangkan? Apabila tidak menjadi pertimbangan utama, hal apakah yang sebenarnya paling anda pertimbangkan untuk memutuskan bekerja?

Responden 1:

“Untuk gaji, bagi saya bukan hal utama dimana yang terpenting adalah kerja dulu untuk mengumpulkan modal dan untuk langkah selanjutnya yang akan dilakukan apakah untuk tetap melanjutkan karir kitabekerja atau membuat lapangan pekerjaan yang baru dengan berwirausaha. Jadi yang pertama, untuk gaji itu sendiri saya tidak mempermasalahkan walau dengan gaji berapapun asal kita bisa jalan dan melakukan pekerjaan tersebut misalnya masih dapat menabung dilain biaya untuk pulang-pergi, biaya kos (apabila ngekos)”.

Responden 2:

“Besaran gaji sebenarnya menjadi hal yang perlu saya perhitungkan. Tetapi, dengan keadaan saat ini misalnya sekarang dalam masa sulit untuk mencari uang, gaji menjadi opsi kedua atau yang penting kerja dulu mendapatkan uang yang dikira pantas dengan jobdescnya saja. Beda dengan keadaan normal sebelumnya dimana gaji merupakan faktor yang cukup penting dan saya sesuaikan dengan skill serta rencana jauh untuk masa depan nanti. Gaji juga mempengaruhi kondisi keuangan, misal sedang kepepet banget bisa saja saya kerja sembarang di pabrik, tetapi pendapatnnya masih dibawah saya jualan online yang belum lama ini saya coba tapi saya juga ada usaha untuk bekerja di perusahaan lagi karena banyak teman-teman fresh graduate yang tidak memandang gaji”.

Responden 3:

“Bagi saya sendiri terutama saya berada di daerah, gaji bukan merupakan faktor utama untuk melamar pekerjaan karena di masa-masa saat ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat susah karena saat ini saya berada di daerah”.

17

Page 28: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

hanyalah gambaran dimana angka riil di lapangan jauh lebih tinggi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu dampak yang dirasakan seluruh daerah di Indonesia39. Menurut data dari APINDO bahwa tenaga kerja Jawa Tengah yang mengalami baik PHK, dirumahkan, dst. pada masa pandemic ini mencapai 228.985 orang atau 13,29% dari total nasional40. Hal ini secara nasional membuat jumlah pengangguran bertambah sebanyak 5,2 juta orang selama pandemi41. Kondisi-kondisi diluar ekspektasi para anngkatan kerja tersebutlah yang menyumbang berbagai pertimbangan untuk mengesampingkan kondisi ideal yang diharapkan termasuk gaji/upah.

B. Variabel Lingkungan Sosial EkonomiVariabel lingkungan sosial ekonomi menjadi pertimbangan bagi responden untuk mengambil keputusan bekerja di suatu pekerjaan dan dibuktikan dengan nilai uji Pearson Correlation sebesar 0,050 dimana angka tersebut sama dengan nilai batas toleransi error 0,05. Dengan kata lain, faktor lingkungan sosial ekonomi berhubungan dengan keputusan untuk bekerja karena berkaitan dengan terbentuknya motivasi dan persepsi yang dimiliki. Variabel lingkungan sosial ekonomi nyatanya memiliki hubungan dengan keputusan seseorang untuk bekerja atau dengan kata lain menjadi pertimbangan oleh responden untuk memutuskan bekerja. Peran dukungan positif dari lingkungan sosial ekonomi (keluarga, lingkungan pertemanan, lingkungan sekitar, dan pemerintah/sekolah/perguruan tinggi) memberikan hubungan positif terhadap keputusan untuk bekerja. Peran dukungan sosial memberikan efek positif terhadap kondisi psikologis para penganggur dimana variabel-variabel sosial seperti mitra, anggota keluarga, dan teman berkontribusi dalam mengurangi tingkat kecemasan dan ketidakbahagiaan (Jasmine Lorenzini dan Marco Giugni, 2010)7.Variabel lingkungan sosial ekonomi pada penelitian ini terdiri dari indikator-indikator seperti dan distribusi persentase jawaban dari responden seperti pada Gambar 5:Q27: Dukungan dan izin orang tua untuk segera bekerjaQ28: Izin orang tua terkait bekerja di luar daerah atau merantauQ29: Lingkungan keluarga yang bekerja di luar daerah atau merantauQ30: Lingkungan pertemanan yang bekerja di luar daerah atau merantauQ31: Teman-teman dekat yang memiliki pekerjaanQ32: Teman-teman yang melanjutkan studiQ33: Aktif dalam kegiatan organisasi kepemudaanQ34: Lingkungan tempat tinggal aktif dalam kegiatan yang bersifat gotong-royongQ35: Lingkungan tempat tinggal mendukung untuk berkembang dan memotivasi untuk mendapatkan

pekerjaanQ36: Terdapat informasi lowongan pekerjaan dari pemerintahQ37: Terdapat informasi lowongan pekerjaan dari perusahaan/industriQ38: Terdapat informasi lowongan pekerjaan dari sekolah/universitas

Page 29: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Gambar 6. Tingkat Kondisi Lingkungan Sosial Ekonomi Responden terhadap Keputusan BekerjaSumber Data: Transformasi, 2020

Indikator-indikator variabel kondisi lingkungan sosial ekonomi meliputi lingkungan keluarga, pertemanan, kegiatan di lingkungan tempat tinggal, dan ketersediaan informasi dari sekolah/perguruan tinggi, perusahaan dan pemerintah. Q27 merepresentasikan dukungan dan izin dari orang tua untuk bekerja/beriwirausaha. Grafik menunjukkan bahwa orang tua memberikan dukungan secara emosional dan izin untuk segera bekerja/berwirausaha. Dukungan emosional dan sosial dari keluarga merupakan hal yang dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan memotivasi seseorang untuk segera bekerja. Grafik berbeda ditunjukkan Q28 dimana tidak semua pekerja mendapatkan izin dari orang tua untuk merantau atau bekerja diluar daerah (kota/kabupaten) tempat tinggalnya. Walaupun persentase orang tua yang memberikan izin untuk merantau atau bekerja di luar daerah masih tinggi dibandingkan orang tua yang tidak memberikan izin tersebut. Kondisi tidak memberikan izin tersebut secara tidak langsung menyebabkan terkonsentrasinya pencari kerja di suatu tempat karena mereka hanya mencari pekerjaan yang tersedia di daerah tempat tinggalnya. Sebagaimana dengan Q29 juga merepresentasikan kondisi lingkungan keluarga yang menyebar merata pada kondisi diantara bekerja/wirausaha di luar daerah dan tidak merantau. Sementara untuk kondisi lingkungan pertemanan ditunjukkan melalui Q30, Q31 dan Q32. Sebagian besar di lingkungan pertemanan responden lebih banyak yang merantau dibandingkan dengan persentase yang menetap di daerahnya. Kondisi serupa terjadi dimana sebagian besar di lingkungan pertemanannya telah bekerja dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja. Kondisi lingkungan pertemanan juga memperlihatkan bahwa persentase mereka yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lebih tinggi dibandingkan yang tidak melanjutkan pendidikan. Kondisi-kondisi ini dapat dikatakan positif dimana lingkungan pertemanan secara tidak langsung memberikan pandangan dan menjadi pertimbangan terhadap responden sebagai seorang pencari kerja untuk segera bekerja maupun berwirausaha.

19

Page 30: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Kondisi lingkungan tempat tinggal memberikan gambaran kearah positif seperti halnya kondisi lingkungan pertemanan. Q33 yaitu aktif dalam kegiatan kepemudaan dimana responden aktif mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini dapat dijadikan peluang pendekatan untuk program pengentasan pengangguran dan selaras dengan upaya pemerintah melalui strategi perluasan kesempatan kerja dan pelatihan start-up dan kewirausaan yang menyasar kelompok muda. Q34 menerangkan lingkungan tempat tinggal yang aktif dalam kegiatan yang bersifat gotong royong dan juga mendukung dalam berkembang dan memotivasi untuk mendapatkan pekerjaan dimana persentase tersebut tergambar pada Q35.Indikator lainnya dalam variabel ini adalah dukungan dari pemerintah, perusahaan/industri, dan sekolah/universitas dalam menyediakan informasi lowongan pekerjaan yang dapat dilihat pada Q36, Q37, dan Q38. Hal serupa ditunjukkan oleh ketiganya dimana sebagian besar responden menjawab bahwa pemerintah, perusahaan/industri, dan sekolah/universitas memberikan informasi lowongan pekerjaan yang dapat diakses secara baik. Mengacu pada kondisi ini, penyediaan dan akses informasi lowongan pekerjaan tidak lagi menjadi permasalahan dalam pengentasan pengangguran. Namun, penyediaan dan informasi lowongan pekerjaan tetap harus ditingkat dan menelaah faktor lain yang dapat meningkatkan performa dari sistem pengentasan pengangguran.Hasil tersebut sejalan dengan pernyataan dari jawaban responden pada depth-interview mengenai dukungan lingkungan sosial ekonomi kepada keputusan mereka untuk bekerja. Berikut merupakan hasil wawancara dari beberapa responden mengenai lingkungan sosial ekonomi.

20

Page 31: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Linkungan Sosial Ekonomi

Pertanyaan: Terkait dengan kondisi lingkungan sekitar anda, apakah lingkungan sosial ekonomi mendukung baik secara emosional dan materiil untuk segera bekerja? Jika mendukung, dalam bentuk apa lingkungan tersebut mendukung?

Responden 1:

“Untuk izin orang tua merupakan pertimbangan utama yang saya ambil untuk proses pencarian kerja.Karena dengan izin dan dukungan orang tua segala sesuatu yang kita inginkan akan lebih berkah. Misalnya yang pernah saya alami adalah ingin melamar pekerjaan di luar daerah Kutai Kertanegara dan karena wilayah tersebut lumayan jauh orang tua tidak mengizinkan dan proses seleksi yang panjang ditambahtidak ada sanak saudara yang ada disana sehingga kita yang belum pernah kesana dilarang dulu selainkarena biaya pulang-pergi yang belum ada dan mempertimbangkan keselamatan kita ketika berada diluardaerah ketika tidak ada orang yang dikenal”.

Responden 2:

“Lingkungan sangat mendukung saya untuk bekerja. Bentuk dukungan terdapat dukungan secara materi,ada yang mengajak mencari kerja bareng dan ada juga dengan pendekatan secara emosional denganmemotivasi untuk masa depan kelak. Sejauh ini orang tua saya selalu mengizinkan saya untuk bekerja di tempat manapun yang saya pilih dan terkadang orang tua juga ikut memotivasi”.

Responden 3:

“Menurut saya, lingkungan sosial mempengaruhi keinginan untuk bekerja karena ketika lingkungan sosial kita itu sukses dapat memacu kita untuk lebih giat dalam bekerja atau mencari pekerjaan yang lebih baik. Karena lingkungan sosial di daerah sendiri masih sangat terpengaruh dengan lingkungan sekitar yaituwarga. Sedangkan untuk izin orang tua tergantung, jika anak kedua dari tiga bersaudara seperti saya akanlebih mudah mendapatkan izin. Contoh lain yaitu teman saya, ketika dia anak terakhir atau anak tunggal,untuk bekerja di luar daerah mendapat tentangan dari orang tua. Seperti itulah yang terjadi di daerah saya, dan itu merupakan pengalaman saya sendiri. Jadi, izin orang tua masih menjadi pertimbangan untuk melamar pekerjaan atau bekerja di luar daerah”.

Dukungan positif dari lingkungan para pencari kerja memberikan gambaran yang baik tentang kondisi emosional dan psikis para pencari kerja. Namun, ditemui kondisi di dalam indikator-indikator lingkungan sosial ekonomi bahwa pemberian izin orang tua kepada anaknya untuk bekerja merantau berbanding lurus dengan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh anak tersebut seperti tergambar pada Gambar 7. Sedangkan pemberian izin tersebut lebih fleksibel kepada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan dan hal ini berlaku berbeda terhadap anak perempuan yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi seperti pada Gambar 8. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan merefleksikan bagaimana persepsi para orang tua memberikan kebebasan kepada anaknya untuk mandiri baik bekerja di tempat asal ataupun merantau ke daerah lain. Selain itu, pemberian izin lebih sulit didapatkan oleh anak tunggal dan anak terakhir.

21

Page 32: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Gambar 7. Distribusi Pemberian Izin Orang Tua untuk Merantau Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan RespondenSumber Data: Transformasi, 2020

Gambar 8. Persentase Responden yang mendapat Izin Orang Tua untuk Merantau Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Responden

Sumber Data: Transformasi, 2020

Lebih lanjut, dalam hal penyediaan informasi mengenai lowongan pekerjaan oleh pemerintah, perusahaan/industri, dan sekolah/perguruan tinggi sangat memegang peranan penting untuk akses dan terjangkaunya informasi tersebut oleh pencari kerja. Penyediaan informasi lowongan pekerjaan oleh para pemangku kepentingan yang ada telah dinilai

22

Page 33: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

kurang oleh para pencari kerja yang ada walaupun sebagian menganggap baik dalam mendapatkan informasi pekerjaan tersebut. Dari hal itu dapat diketahui bahwa penyediaan informasi oleh para pemangku kepentingan belum merata menyasar ke masyarakat. Sehingga para responden mencari informasi lowongan pekerjaan dari sumber lain seperti teman, media sosial, dan situs-situs lowongan pekerjaan lainnya.

Lowongan Pekerjaan di Jawa Tengah

Responden 1:

“Menurut saya, lowongan pekerjaan di Jawa Tengah lumayan banyak, tetapi untuk jenjang pendidikannya terkadang masih susah misalnya untuk lulusan S1 jarang apalagi untuk yang fresh graduate. Dan untuk lowongan pekerjaan yang ada tidak begitu di publish sehingga untu kita-kita yang baru mencari kerja terkadang sulit untuk mengakses informasi, dan terkadang informasi tersebut tahu dari teman-teman yang sudah melamar pekerjaan di perusahaan-perusahaan tertentu. Tetapi untuk saat ini, saya mengikuti akun-akun lowongan pekerjaan di Instagram seperti jobseeker di Jawa Tengah lumayan banyak secara kuantitas tetapi yang dicaripaling banyak adalah mereka yang telah memiliki pengalaman kerja”.

Responden 2:

“Untuk lowongan di Jawa Tengah sendiri, saya rasa cukup memadai jika dibandingkan denganprovinsi-provinsi lain di Jawa. Sangat terbuka banyak lowongan di Jawa Tengah terutama sektorindustri garment dan textile. Untuk manufacture otomotif (yang saya harapkan kedepannya) masih sedikit dan tidak merata. Saya harapkan kawasan industri Kendal dapat menarik investor-investor Jepang dan Eropa yang sebelumnya di kawasan industri Bekasi dan Kerawang”.

Mengacu pada jabaran pernyataan responden menunjukkan bahwa kuantitas lowongan kerja yang ada sudah cukup banyak namun kualifikasi jenjang pendidikan dan jenis sektor masih dianggap kurang. Hal ini dapat menjadi pertimbangan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan yang lain. Guna mencapai upaya pengentasan pengangguran yang lebih baik, selain meningkatkan informasi penyediaan lowongan pekerjaan dan penambahan jenis sktor pekerjaan, integrasi antar pemangku kepentingan juga diperlukan seperti integrasi antara industri/perusahaan sebagai penyedia lapangan pekerjaan dengan pemerintah sebagai regulator di suatu daerah. Sebagaimana diketahui permasalahan pengangguran di Indonesia salah satunya disebabkan oleh masalah integrasi tersebut. Pengangguran juga semakin diperparah apabila regulasi ketenagakerjaan pada sektor swasta semakin rumit yang mana yang paling terdampak adalah di kalangan pekerja muda dan perempuan8. Hal ini diketahui bahwa walaupun keberadaan industri telah berkembang pesat, namun salah satu masalah tenaga kerja dan pengangguran di Indonesia adalah hubungan antara industrial dan pemerintah yang belum terjalin dengan baik dimana hal ini mengakibatkan rendahnya daya saing tenaga kerja dan menjadi salah satu faktor penyebab pengangguran42.Dari gambaran variable lingkungan social ekonomi yang menjadi pertimbangan para angkatan kerja untuk memutuskan kerja dapat menjadi pertimbangan juga untuk pemangku kepentingan mengetahui bagaimana karakteristik lingkungan social ekonomi ketenagakerjaan yang berkembang di Jawa Tengah. Hal ini untuk membuat sebuah kebijakan yang sesuai dan tepat sasasaran. Misalnya pada masalah izin orang tua yang

23

Page 34: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

memilki peran penting dan diutamakan oleh para pencari kerja. Restu orang tua dapat dikatakan menjadi kunci seseorang tersebut bisa memutuskan bekerja disuatu pekerjaan dan area geografis tertentu.

C. Variabel Budaya dan KepercayaanBudaya merupakan prediktor penting pengangguran43. Budaya meliputi lingkungan kepercayaan, adat istiadat, pengetahuan dan praktek yang diciptakan manusia44. Pada penelitian ini, variabel budaya dan keyakinan dari responden diujikan untuk menjawab hubungan dan pengaruh terhadap keputusan seseorang untuk bekerja. Nilai hasil uji statistik antara variabel budaya dan keyakinan dengan variabel keputusan bekerja tidak menunjukkan hubungan maupun pengaruh terhadap keputusan bekerja. Hal itu berarti bahwa budaya dan keyakinan tidak menjadi pertimbangan responden untuk memutuskan bekerja dan dibuktikan dengan hasil uji Pearson Correlation yang menunjukkan nilai 0,393 dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Nilai yang sama ditunjukkan oleh uji Linear Regression dimana nilai uji menunjukkan 0,505 atau lebih besar dibandingkan 0,05. Budaya dan keyakinan pada penelitian ini merepresentasikan bagaimana para pencari kerja memutuskan bekerja dikaitkan pada pertimbangan-pertimbangan yang berhubungan dengan budaya dan hal yang diyakini. Budaya dan keyakinan tersebut meliputi pandangan terhadap peribahasa, pandangan tinggal dengan orang tua, dan pandangan antara menjadi istri dan kepala keluarga berdasarkan jenis kelamin. Secara uji statistik, prediktor ini belum menjawab keterkaitan maupun pengaruhnya terhadap keputusan seseorang untuk bekerja.

Budaya dan Keyakinan

Pertanyaan: Apakah budaya dan keyakinan mempengaruhi anda dalam memutuskan untuk bekerja? Misalnya seperti peribahasa “mangan ora mangan sing penting ngumpul” yang berkembang di kebudayaan Jawa atau hal-hal lainnya yang mempengaruhi anda.

Responden 1:

“Peribahasa ini terlalu kuno dimana kita hanya yang penting bisa kumpul terus apakah kehidupan kita akanberkembang? Jadi menurut saya sih peribahasa ini tidak terlalu berlaku pada masa sekarang. Jadi, ketika kitaingin bekerja dan memperbaiki kehidupan kita serta tetap mengutamakan bekerja bukan yang penting kumpul, toh kita hanya kumpul-kumpul saja tanpa bekerja rasanya gimana gitu. Pertama yang harus kita lakukanadalah mencari pekerjaan, hal ini juga karena ketika berkumpul orang-orang pada bertanya ‘udah sekolah tinggi-tinggi kok tidak bekerja’. Saya pribadi, mengutamakan yang penting bekerja dulu, nanti urusan ngumpul ada waktunya tersendiri karena akan berbeda apabila kita dapat berkumpul pada situasi tertentu ketika kitatelah memiliki hal yang dianggap kemapanan dalam hidup”.

Responden 2:

“Mangan ora mangan yang penting kumpul itu jika menurut saya berlaku untuk yang sudah pada bekerja. Jika untuk yang belum bekerja peribahasanya berbeda contoh ‘ora obah ora mamah, ora ubet ora ngliwet’. Jadi jika peribahasa pertama tersebut digunakan kepada orang yang belum bekerja menurut saya itu ‘toxic’ sekali”.

Responden 3:

“Untuk masa sekarang peribahasa tersebut berubah di kalangan orang jawa, Di daerah, hal yang pentingadalah bekerja di daerah sendiri tetapi tetap bisa berkumpul dengan keluarga jadi walaupun bekerja dengan gaji sedikit tetapi tetap bekerja di daerah sendiri”.

24

Page 35: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Berangkat dari indikator budaya yaitu peribahasa yang berkembang di masyarakat seperti “mangan ora mangan sing penting ngumpul” tidak dianut oleh sebagian besar responden. Artinya mereka tidak mempertimbangkan hal tersebut sebagai keputusan untuk bekerja. Peribahasa tersebut dianggap tidak tepat bagi mereka yang sedang mencari pekerjaan dan harus mendapatkan penghasilan. Diketahui juga dari pernyataan responden bahwa walaupun harus tinggal bersama keluarga di kampung halaman tidak masalah asalkan tetap bekerja dan mengahasilkan pendapatan walaupun dengan gaji rendah. Kemudian, indikator yang melekat pada individu adalah mengenai kedudukan seorang laki-laki dan perempuan sebagai seorang calon istri dan kepala keluarga. Perlunya untuk memastikan indicator berdasarkan peran laki-laki dan perempuan ini karena perempuan lebih rentan dalam pengambilan keputusan dan masalah budaya. Perempuan juga mendapat hambatan budaya yang menghalangi akses mereka terhadap pembiyaan, warisan dan hak kepemilikan45. Namun seiring berkembangnya jaman, hambatan-hambatan tersebut telah bergeser dimana perspektif antara laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama.Pandangan bahwa perempuan sebagai calon istri tidak harus bekerja tidak mempengaruhi keputusan perempuan untuk bekerja. Baik laki-laki maupun perempuan memilih untuk bekerja yaitu mencapai 60% dan 72,22% dari total keseluruhan responden. Perempuan sebagai calon istri berkeyakinan bahwa mereka harus tetap bekerja untuk ikut menopang penghidupan keluarganya. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga maka probabilitas keputusan perempuan untuk bekerja meningkat10. Sejalan dengan hal itu, laki-laki sebagai calon kepala rumah tangga berpandangan harus bekerja. Secara umum, budaya merupakan aspek penting dari pembuatan keputusan11. Namun berdasarkan penelitian ini, secara garis besar dapat terlihat bahwa pandangan-pandangan patrilineal maupun matrilineal tidak diperhitungkan dalam keputusan bekerja para pencari kerja di Jawa Tengah. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk memutuskan bekerja walaupun di dalam status keluarga berbeda. Walaupun sebagian besar menganggap mereka harus bekerja, namun terdapat persentase kecil yang menganggap dirinya tidak perlu bekerja pada kondisi sebagai istri. Hal ini dapat dijawab oleh kondisi lain seperti mereka yang pernah bekerja namun memutuskan untuk berhenti. Alasan berhenti dari pekerjaan sebelumnya disebabkan oleh lingkungan kerja yang kurang nyaman dan tidak sejalan dengan ideologi.

Sumber Data: Transformasi, 2020

25

Page 36: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Gambar 10. Meyakini bahwa Sukses Akan Datang Ketika Tetap Tinggal Bersama dan Berkorban untuk Orang Tua’Sumber Data: Transformasi, 2020

Terdapat keadaan lain didalam variabel ini yaitu keyakinan bahwa akan sukses ketika tetap tinggal bersama orang tua dimana sebagian besar para Angkatan kerja kurang sependapat dengan hal tersebut seperti pada Gambar 8 dengan persentase 31% dan baik laki-laki maupun perempuan persentase tertinggi juga tidak sependapat dengan hal tersebut yaitu sebesar 17,78% dan 13,3%. Hal tersebut dimungkinkan terjadi akibat adanya peregeseran nilai budaya mengenai nilai orang tua. Bentuk pergeseran terjadi pada nilai orang tua menunjukkan sedang berlangsungnya perubahan perilaku keluarga dalam masyarakat Jawa dimana nilai keluarga komunal (extended family) yang menjunjung tinggi kekeluargaan pada masyarakat Jawa namun sekarang telah memudar akibat dari sikap individualis46. Hal ini mengindikasikan sebuah situasi bahwa sebagian besar responden tidak mempermasalahkan atau tidak mempertimbangkan masalah budaya dan keyakinan dalam memutuskan untuk bekerja.

26

Page 37: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

D. Variabel Orientasi Masa DepanBerdasarkan hasil uji statistik Pearson Correlation menunjukkan nilai siginifikansi 0,131 lebih besar dari nilai toleran 0,05 dan Linear Regression sebesar 0,345 sehingga hal ini mengindikasikan bahwa orientasi masa depan tidak memiliki hubungan dan mempengaruhi terhadap keputusan seseorang untuk bekerja atau dengan kata lain orientasi masa depan tidak menjadi pertimbangan seseorang untuk memutuskan bekerja. Alasan mengapa tidak menjadi pertimbangan dapat diketahui dari pola dari indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Indikator-indikator tersebut meliputi keyakinan terhadap kesuksesan dan kebahagiaan, rencana melanjutkan studi atau kerja terlebih dahulu, kepemilikan harta warisan, dan kembimbangan menentukan langkah masa depan.Orientasi masa depan mengindikasikan pandangan para pencari kerja terhadap harapan dan rencana masa depan. Dalam perjalanan menuju masa depan tersebut, kepercayaan diri adalah hal penting dimana dapat ditunjukkan dari bagaimana mereka yakin terhadap kesuksesan dan kebahagiaan. Dalam kasus ini, sebagian besar para pencari kerja memiliki keyakinan terhadap kebahagiaan dan kesuksesan seperti pada Gambar 11. yang menunjukkan kecenderungan kearah sangat yakin. Hal ini dapat dilihat dari keinginan untuk bekerja yang tinggi untuk mencari pengalaman dan modal terlebih dahulu. Kondisi ini jelas memberikan arah positif tentang para pencari kerja yang tidak pantang menyerah, walaupun terdapat persentase kecil dari mereka yang menyerah dengan kondisi-kondisi tertentu seperti penyakit yang diderita, dan ijazah pendidikan yang tidak sesuai kualifikasi pada lowongan kerja.

Sumber Data: Transformasi, 2020

Kemudian, mereka telah memiliki rencana masa depan dan dalam kondisi tidak bingung menetukan langkah masa depannya yaitu sebesar 49% seperti pada Gambar 12. Dalam artian mereka tetap berusaha walaupun dalam kondisi tidak bekerja sehingga menuntut mereka untuk segera mendapatkan pekerjaan. Namun, walaupun demikian persentase kondisi dimana mereka berada kondisi dilemma dan bingung untuk menentukan langkah depan mereka jika ditotal mencapai 51% dari keseluruhan responden. Hal ini menarik bahwa kondisi ini dapat dikatakan bertentangan dengan indikator-indikator lainnya dan menyebabkan tren dari jawaban tersebut tidak searah sehingga menyebabkan orientasi masa depan tidak menjadi pertimbangan dalam keputusan untuk bekerja.

Page 38: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Sumber Data: Transformasi, 2020

Selain masalah langkah masa depan, indikator lainnya yaitu kepemilikan harta warisan. Indikator harta warisan alih-alih memberikan gambaran ketersediaan asset finansial yang dimiliki para pekerja sehingga hal ini diindikasikan semakin menurunnya tingkat kekhawatiran dalam kondisi pengangguran. Berdasarkan persentase tertinggi dari responden adalah mereka yang tidak memiliki harta warisan yang mana sejalan dengan banyaknya persentase responden yang sebagian besar termasuk dalam ekonomi rendah (terdaftar dalam pemuda dampingan program SINERGI) sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak bekerja dimana hal ini berarti bahwa ada tidaknya harta warisan tidak mempengaruhi mereka dalam memutuskan untuk bekerja.

Gambar 13. Kepemilikan Harta Warisan RespondenSumber Data: Transformasi, 2020

Jabaran dari predictor ini dapat dijadikan sebuah pertimbangan dimana program pengentasan pengangguran juga memasukkan unsur training yang bersifat psikologis untuk para angkatan kerja terutama pada mereka yang berada dalam kondisi sedang mencari pekerjaan. Program pengentasan pengangguran yang baik adalah yang dapat

28

29

Page 39: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

mewadahi dan dapat mengembangan ekonomi dari setiap individu pencari kerja. Kesenjangan yang terjadi dalam pengembangan ekonomi individu merefleksikan bahwa pertumbuhan ekonomi di daerah yang kurang berkembang tidak memadai47. Sehingga untuk keluar dari kondisi kesenjangan dan kondisi yang tidak mendukung para pencari kerja terlepas dari jerat pengangguran dan kemiskinan inilah yang perlu dipertimbangkan sebagai upaya pengentasan masalah tersebut.

E. Variabel Jarak ke Tempat TinggalBaik hasil pengujian korelasi Pearson maupun regresi linear menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan dan pangaruh antara keputusan bekerja dengan jarak ke tempat tinggal dengan nilai uji Pearson Correlation sebesar 0,219 dan Linear Regression sebesar 0,538 yang artinya nilai tersebut lebih besar dari nilai alpha 0,05. Dalam hal ini mengartikan bahwa jarak tidak dijadikan pertimbangan utama dalam memutuskan untuk bekerja. Walaupun demikian, secara distribusi frekuensi persentase para angkatan kerja tersebut mempertimbangkan jarak antara tempat tinggal ke tempat kerja (Gambar 14) tetapi tidak mempermasalahkan jarak jika harus merantau.

Distribusi pada diagram tersebut menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan hampir memiliki proporsi yang sama terkait persepsi pertimbangan jarak. Apabila dilihat dari sebaran jawaban, perempuan lebih banyak yang mempertmbangkan jarak dibandingkan laki-laki. Namun kondisi tersebut menjadi tidak dipertimbangkan pada kondisi lain seperti adanya peluang kerja yang lebih besar walaupun mengharuskan mereka merantau.

Gambar 14. Pertimbangan Jarak ke Tempat TinggalSumber Data: Transformasi, 2020

Jarak bukan menjadi petimbangan utama dari para responden dimana mereka tidak masalah apabila bekerja jauh dari tempat tinggal mereka atau merantau. Mereka beranggapan bahwa apabila merantau dapat memberikan pembelajaran untuk mandiri dan meraih peluang kerja yang lebih besar. Hal ini tergambarkan dari penjelasan dari responden sebagai berikut.

Page 40: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Faktor Jarak ke Tempat Tinggal

Responden 1:

“Dengan merantau bukan menjadi halangan karena dengan merantau kita akan mendapatkan kemandirian yang lebih. Tetapi pada saat pandemic seperti saat ini, merantau akan menjadi pilihan yang paling terakhir apalagi merantau di zona merah. Jadi untuk sementara waktu, saya mempertimbangkan terlebih dahulu jarak tempat tinggal dan lokasi kerja karena akan memberikan risiko yang tinggi apabila pergi ke daerah-daerah yang mengalami hal yang buruk seperti ini”.

Responden 2:

“Merantau tidak masalah. Tetapi menurut saya jarak berpengaruh terutama ke tempat tinggal ketika diperantauan. Saya dulu pernah bekerja di kampung dan hanya bertahan sebulan karena faktor jarak juga dan untuk mencari modal pegangan merantau lagi. Jika terdapat perusahaan yang dekat dengan tempat tinggal saya di kampungpun saya akan bersedia bekerja di tempat tersebut”.

Responden 3:

“Menurut saya, jarak menjadi pertimbangan yang kenomor sekian. Jadi hal tersebut tidak mempengaruhi saya untuk bekerja. Apabila di daerah lain memberikan kesempatan atau peluang kerja yang lebih banyak maka saya pribadi akan merantau”.

Jarak yang tidak dipermasalahkan tersebut akan lebih baik apabila aksesibilitasnya juga ditingkatkan terutama untuk wilayah Jawa Tengah agar penyerapan tenaga kerja local dapat terserap oleh pasar tenaga kerja yang ada. Menurut salah satu responden menyatakan bahwa akses dari Jawa Tengah jalur selatan menuju jalur utara masih dianggap susah terutama dalam hal transportasi umum. Sementara untuk akses dari jalur selatan ke luar daerah Jawa Tengah seperti Jawa Barat dan Jakarta lebih mudah diakses. Hal ini menggambarkan bahwa walaupun kondisi jarak tidak dipermasalahkan tetapi tidak didukung dengan aksesibilitas yang memadai akan menyebabkan perpindahan pilihan yang lebih memudahkan para angkatan kerja tersebut untuk mengakses lapangan pekerjaan. Kaitannya dengan jarak dan aksesibilitas tersebut, persebaran geografis angkatan kerja yang ada di Jawa Tengah tersebar di 26 kabupaten/kota seperti Gambar 15.

Page 41: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Gambar 15. Persentase Persebaran Geografis dan Karakteristik Angkatan Kerja Jawa TengahSumber Data: Transformasi, 2020

Menagcu pada Gambar 15. Persebaran geografis kondisi angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan terkonsentrasi di daerah perkotaan seperti Kota Semarang, Kota Surakarta dan daerah Industri seperti Kebumen dan Sukoharjo. Sementara kondisi yang sama juga terlihat dari keberagaman kondisi angkatan kerja di daerah perkotaan. Terkonsentrasinya masalah tidak memiliki pekerjaan ini teraglomerasi di wilayah perkotaan menjadi masalah yang lebih rumit. Kebanyakan negara berkembang di Asia, urbanisasi di Indonesia dipicu oleh pembangunan ekonomi, terutama pada sektor industri dan jasa, yang cenderung berlokasi pada kota-kota besar48. Fenomena semakin terkonsentrasinya penduduk di kota tidak lepas dari ekonomi aglomerasi dan pemusatan inilah yang menciptakan pekerjaan yang lebih banyak dibandingkan dengan di desa49. Selain itu, wilayah perkotaan juga dihadapi dengan pengangguran yang secara signifikan lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan dan hal ini diperjelas dengan tren bahwa orang pedesaan pindah ke daerah perkotaan dalam rangka mencari peluang kerja50. Permasalahan kesenjangan penyebaran lapangan pekerjaan ini perlu diatasi dengan mempertimbangkan karakteristik angkatan kerja yang berbasiskan wilayah geografis.

F. Variabel Kesesuaian dengan Latar Belakang PendidikanBerdasarkan hasil uji korelasi dan regresi, variabel kesesuaian latar belakang pendidikan tidak berhubungan dan tidak berpengaruh terhadap keputusan bekerja dimana nilai uji yang dihasilkan lebih besar daripada nilai alpha 0,05 yaitu pada uji Pearson Correlation sebesar 0,230 dan Linear Regression sebesar 0,391. Artinya latar belakang pendidikan yang dimiliki tidak menjadi pertimbangan utama dalam memutuskan untuk bekerja. Hal ini dikarenakan Sebagian besar mereka tidak mempermasalahkan kesesuaian latar belakang Pendidikan yang dimiliki dengan pekerjaan. Untuk memperjelas distribusi dari jawaban mengenai kesesuaian latar belakang pendidikan dengan pekerjaan terdapat pada Gambar 16. sebagai berikut.

Gambar 16. Hanya Melamar pada Pekerjaan yang Sesuai dengan Latar Belakang PendidikanOlah Data: Transformasi, 2020

Mengacu pada grafik tersebut, responden menjawab kurang setuju jika bekerja atau melamar pekerjaan pada bidang-bidang yang sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki yang mencapai 58,89%. Hal ini mengindikasikan bahwa latar belakang pendidikan bukan menjadi pertimbangan utama untuk memutuskan bekerja. Apabila

31

Page 42: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

dilihat dari pertimbangan kesesuaian Pendidikan berdasarkan jenjang Pendidikan responden, maka didapat perbandingkan seperti Gambar 17.

Gambar 17. Persentase Distribusi Pertimbangan Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan dengan Pekerjaan pada Masing-Masing Jenjang Pendidikan

Olah Data: Transformasi, 2020Gambar 17. menunjukkan hampir semua responden dengan latar pendidikan SMP sampai S1 memilih kurang setuju untuk kesesuaian latar Pendidikan dengan pekerjaan, sedangkan idealisme kesesuaian pekerjaan dengan latar belakang Pendidikan ditunjukkan pada jenjang Pendidikan S2. Hal ini dikarenakan S2 lebih memilih pada sektor-sektor pekerjaan formal yang sesuai dengan keilmuannya karena menganggap bahwa disayangkan jenjang Pendidikan Pendidikan yang ditempuh apabila tidak sesuai dengan keilmuannya.Untuk mempertegas hasil uji statistik tersebut, hasil penjabaran secara kualitatif melalui wawancara juga dilakukan dan menunjukkan hasil yang sama. Berikut merupakan rangkuman dari hasil wawancara dengan responden inti mengenai pertimbangan kesesuaian larat belakang Pendidikan.

Page 43: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Alasan-alasan mengapa kesesuaian latar belakang Pendidikan tidak menjadi pertimbangan disamping hasil uji statistic yang tidak berpengaruh signifikan adalah karena factor lain diluar dari predictor ini seperti pertimbangan lingkungan social ekonomi yang memberikan dukungan kepada para responden. Sementara factor diluar factor yang diujikan seperti keinginan untuk segera bekerja untuk mengumpulkan modal, mencari pengalaman, dst menjadi faktor yang juga dipertimbangkan. Selain itu jika berdasarkan penjelasan responden adalah ketersediaan bidang/sector pekerjaan yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan lulusan dari bidang yang sama menuntut mereka untuk bekerja diluar bidang tetapi dengan cacatan mereka mampu untuk mengembangkan dan memiliki keahlian pada pekerjaan tersebut.Walau dalam persentase kecil, kondisi ketenagakerjaan ini juga dihadapkan dengan idealisme para pencari kerja dengan tingkat Pendidikan yang lebih tinggi yang sebagian menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki. Orang-orang terdidik cenderung berpindah dari desa ke kota dan tidak mudah menerima pekerjaan serta orang-orang terdidik di perkotaan memiliki daya tahan menganggur karena dukungan keluarga51. Sebagaimana diketahui bahwa keterbatasan jenis/sektor lapangan pekerjaan yang ada tidak sebanding dengan jumlah latar belakang pendidikan dan kuantitas pencari kerja itu sendiri. Persentase tertinggi responden ini berlatar belakang pendidikan S1 dan berada di kondisi tidak memiliki pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan. Dari penelitian lain yang dilakukan di Jawa Barat, menjelaskan bahwa pengangguran lulusan sekolah kejuruan dipengarahui secara signifikan oleh umur, jenis kelamin, status dalam rumah tangga, status perkawinan, klasifikasi wilayah, dan klasifikasi jurusan dimana secara lebih spesifik pengangguran terjadi pada mereka yang berusia muda, berjenis kelamin laki-laki, berstatus bukan sebagai kepala rumah tangga, belum kawin, tinggal di daerah perdesaan dan memiliki kualifikasi jurusan teknis14. Kedua kasus ini memiliki hal yang sama dari sisi spesifikasi jurusan dimana

Kesesuaian Lowongan Pekerjaan dengan Latar Belakang Pendidikan

Responden 1:

“Untuk jenjang pendidikan tidak harus sih, misalnya kita lulusan S1 untuk mengambil yang SMAmungkin masih bisa tetapi untuk kesesuaian jurusan menurut saya tidak begitu bermasalah. Karena misalnya kita yang dari jurusan-jurusan yang sedikit dicari, mengambil area-area yang sering dicari asalkan memiliki dasar-dasar ilmunya, misalnya di Agribisnis sendiri jarang dicari, apabila kita inginterjun di pertaniannya kita bisa mengambil di administrasi, manajemen, ataupun semacam marketing dan sejenisnya yang masih berkaitan dengan manajemen kita masih bisa masuk. Tidak harus sejalur asalkan masih masuk kedalam disiplin ilmu yang pernah kita pelajari saja”.

Responden 2:

“Tidak harus sesuai dengan latar belakang pendidikan karena yang dibutuhkan perusahaan itu sebenarnya SDM-SDM terpilih yang mau belajar/training. Dan setiap perusahaan pasti terdapat training”.

Responden 3:

“Tidak harus sesuai karena di lapangan lowongan pekerjaan yang ada susah yang menyediakan sesuai dengan latar belakang pendidikan/ sesuai bidang. Jadi lowongan untuk bidang saya sendiri sedikit sedangkan lulusannya banyak sehingga saya ataupun yang lainnya akan keluar dari jalur ataupun latar belakang pendidikan tetapi pasti dengan alasan bahwa kita mampu untuk masuk dibidang yang lain. Jadi mampu untuk bekerja di bidang tersebut karena manusia masih bisa untuk belajar dan berkembang”.

34

Page 44: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

terdapat ketidaksesuaian lowongan yang ada dengan latar belakang pendidikan. Hal inilah yang justru menjadi hambatan dalam usaha pengentasan pengangguran dimana para pemangku kepentingan dituntut untuk mempertimbangkan kondisi-kondisi yang tidak ideal dengan program pengentasan pengangguran dan kemiskinan.“The younger generation received an education that does not correspond to the needs of the job market. Skill mismatch is one of the major challenges that is mainly due to the lack of dialogue and cooperation between the educational institutions, political decision-makers, and the private sector”52. Sama halnya dengan penelitian tersebut, yang terjadi di Jawa Tengah adalah sektor pekerjaan yang diharapkan oleh responden sebagian besar tidak sesuai dengan lapangan pekerjaan yang ditawarkan. Dalam penelitian ini terdapat sektor-sektor yang diharapkan oleh para responden sebagaimana tercantum pada Gambar 18.

Gambar 18. Persentase Pekerjaan yang DiharapkanOlah Data: Transformasi, 2020Pekerjaan yang diharapkan oleh Sebagian besar responden terdapat pada sector pekerjaan Pegawai Negeri Sipil dan Wirausaha. Sementara untuk aktualisasi pekerjaan yang ada di Jawa Tengah didominasi oleh sector pertanian, kehutanan, dan perikan, pertambangan dan penggalian, serta industri pengolahan selama periode februari 2018 sampai februari 2020. Dari kedua hal ini secara singkat dapat dilihat ketidaksinkronan antara lapangan pekerjaan yang ada dengan pekerjaan yang diharapkan. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya menjadi factor kunci karena berdasarkan penelitian ini dipengaruhi oleh faktor lainnya yang sebelumnya dibahas terkait hal yang menjadi pertimbangan seseorang untuk memutuskan bekerja. Namun kondisi ketidaksinkronan ini menjadi pertimbangan yang ditujukan untuk pemangku kepentingan guna menyediakan lapangan pekerjaan yang didasarkan pada kesesuaian karakteristik tenaga kerja yang ada di suatu wilayah. Untuk mengetahui persebaran jenis pekerjaan yang diharapkan berdasarkan geografis yaitu secara administrasi wilayah kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar19.

Page 45: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Gambar 19. Persentase Distribusi Pekerjaan yang Diharapkan Responden Berdasarkan Wilayah Olah Data: Transformasi, 2020

Apabila dikaitkan dengan pertimbangan kesesuaian dengan latar pendidikan yang ada, sektor-sektor pekerjaan yang diharapkan oleh para responden ini dapat menjadi pertimbangan dalam penciptaan lapangan pekerjaan yang sesuai. Terlepas dari responden yang tidak mempertimbangkan atau mempermasalahkan ketidaksesuaian latar belakang pendidikan dengan pekerjaan, hal itu dikarenakan sektor-sektor yang diharapkan tidak tersedia sehingga menuntut mereka untuk tetap bekerja walaupun dalam ketidaksesuaian tersebut.“Education-job mismatch depends on the level of schooling and age of respondents. We found statistically significant effects on net income for the following variables: most occupational dummies, level of education, age of respondent, number of working hours per week, gender, the importance of strengthening bonds with family, and the importance of belonging to a city/municipality”53.Agar tidak terus terjadi dan menjadi biasa tentang masalah ketidaksesuaian penyediaan jenis sector lapangan pekerjaan dengan pendidikan yang dilimiliki oleh angkatan kerja, maka penyesuaian tersebut perlu dilakukan dengan cara pemetaan ketenagakerjaan menyeluruh terkait pemetaan tingkat pendidikan, bidang keilmuan dan keterampilan, serta pekerjaan yang diharapkan berdasarkan wilayah di Jawa Tengah. Secara singkat dari penelitian ini seperti digambarkan pada Gambar 19. dapat dilihat bahwa wilayah perkotaan seperti Kota Semarang dan Kota Surakarta lebih memiliki beragam sektor pekerjaan yang diharapkan dibandingkan dengan wilayah kabupaten. Sejalan dengan pembahasan karakteristik angkatan kerja yang menganggur juga terkonsentrasi di perkotaan menambah deretan permasalahan ketenagakerjaan yang harus diselesaikan.

36

Page 46: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

KESIMPULAN 1. Upah/gaji

Upah/gaji bukan menjadi pertimbangan utama oleh para angkatan kerja terarutama bagi mereka yang mencari pekerjaan dan tidak memiliki pekerjaan. Hal ini dbuktikan dengan nilai uji Pearson Correlation sebesar 0,340 dan Linear Regression 0,874 yang lebih besar dari 0,05 sehingga variable upah/gaji tidak berhubungan dan berpengaruh terhadap keputusan bekerja. Alasan dibalik upah/gaji bukan menjadi pertimbangan utama para responden karena kondisi lain diluar dari variable ini seperti pertimbangan lebih baik bekerja dibandingkan menganggur, ketersediaan lowongan yang sesuai, dan pertimbangan lainnya.

2. Lingkungan sosial ekonomiLingkungan sosial ekonomi menjadi pertimbangan bagi responden dalam memutuskan untuk bekerja dan dapat diindikasi dari hasil uji Pearson Correlation sebesar 0,050 dimana nilai tersebut sama dengan nilai batas eror yang dapat ditoleransi. Dalam hal ini lingkungan sosial ekonomi berkaitan dengan terbentuknya motivasi dan persepsi yang terbentuk dari lingkungan sekitarnya termasuk orang tua. Dalam variable ini indicator yang paling mencolok adalah peranan orang tua dalam pengambilan keputusan bekerja para responden. Selain memberi dukungan, izin orang tua menjadi hal yang penting dan dipertimbangkan oleh para responden untuk memutuuskan bekerja dalam sebuah pekerjaan.

3. Budaya dan keyakinanBudaya dan keyakinan pada penelitian ini bukan menjadi predictor yang dipertimbangkan oleh para responden untuk memutuskan bekerja yang mana dibuktikan dari hasil uji Pearson Correlation sebesar 0,393 dan Linear Regression sebesar 0,505 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Untuk menjabarkan kondisi tersebut, perkembangan persepsi yang sejalan dengan perkembangan jaman dan pendidikan membuat pandangan terhadap budaya dan keyakinan yang tidak sesuai dengan kondisi ideal mulai ditinggalkan.

4. Orientasi masa depanOrientasi masa depan bukan menjadi pertimbangan utama oleh responden dalam memutuskan untuk bekerja dimana hal ini diketahui dari nilai uji Pearson Correlation sebesar 0,131 dan nilai Linear Regression sebesar 0,345 yang lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat faktor lain diluar orientasi masa depan yang lebih dipertimbangkan dalam memutuskan bekerja seperti izin orang tua, keinginan untuk cepat bekerja, dan kondisi lainnya.

5. Jarak ke tempat tinggalJarak ke tempat tinggal bukan menjadi pertimbangan utama para responden dalam memutuskan untuk bekerja mengingat bahwa sebagian dari para angkatan tersebut tidak masalah apabila harus merantau atau jauh dari tempat tinggal di kampung halaman. Hal ini dibuktikan dari nilai uji Pearson Correlation sebesar 0,219 dan uji Linear Regression sebesar 0,528 yang lebih besar dibandingkan nilai signifikansi 0,05.

6. Kesesuaian latar belakang PendidikanKesesuaian latar belakang Pendidikan bukan menjadi pertimbangan utama oleh para pencari kerja dan dibuktikan dari nilai uji Pearson Correlation sebesar 0,230 dan nilai Linear Regression sebesar 0,391 yang lebih besar dari 0,05. Alasan-alasan mengapa kesesuaian latar belakang Pendidikan tidak menjadi pertimbangan disamping hasil uji statistic yang tidak berpengaruh signifikan adalah karena factor lain diluar dari predictor ini seperti pertimbangan lingkungan social ekonomi yang memberikan dukungan kepada para responden. Sementara factor diluar factor yang diujikan seperti keinginan untuk

37

Page 47: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

segera bekerja untuk mengumpulkan modal, mencari pengalaman, dan lainnya menjadi faktor yang juga dipertimbangkan.

REKOMENDASI

Berkaitan dengan faktor lingkungan sosial ekonomi yang dipertimbangkan dalam keputusan untuk bekerja, maka beberapa rekomendasi terkait kondisi tersebut untuk peningkatan pengentasan permasalahan ketenagakerjaan di Jawa Tengah terdiri dari:

1. Menumbuhkan iklim wirausaha dan pelatihan softskill dengan memanfaatkan kegiatan kepemudaan dimana sebagian besar angkatan tersebut adalah golongan pemuda yang aktif dalam kegiatan kepemudaan di lingkungannya;

2. Pemberian latihan dan bimbingan kewirausahaan sekaligus dukungan kebijakan pemberian pinjaman modal terhadap para angkatan kerja perlu ditingkatkan. Hal ini dilihat dari sebagaimana respon yang menunjukkan wirausaha merupakan salah satu pilihan terbesr sebagai sektor pekerjaan yang diharapkan;

3. Penguatan sinergisitas dan integritas antara pemerintah, perusahaan/industri, sekolah/universitas dengan komunitas kepemudaan/masyarakat yang ada di Jawa Tengah guna menyalurkan informasi dan pengembangan skill para angkatan kerja untuk memasuki dunia kerja;

4. Diketahui bahwa sektor yang dikembangkan saat ini oleh Pemerintah Jawa Tengah adalah sector industri dan belum menyerap semua angkatan kerja yang ada sehingga masih memiliki angka pengangguran yang tinggi. Melalui penelitian ini dikatehui bahwa sektor pekerjaan yang ditawarkan oleh Jawa Tengah banyak secara kuantitas tetapi tidak dari segi jenis/variasi sektor pekerjaan. Berangkat dari kondisi tersebut maka pilhan yang ada adalah memperbanyak jenis sektor pekerjaan (bukan hanya kuantitas tinggi pada satu sektor) sehingga dapat memperluas dan lebih menampung keberagaman karakteristik skill dan Pendidikan para angkatan kerja;

5. Berkaitan dengan izin orang tua yang menjadi salah satu indikator pertimbangan keputusan bekerja akan memberikan sebuah kondisi dimana terdapat para angkatan kerja yang dapat merantau dan tetap tinggal di daerah asalnya. Apabila kondisi tetap tinggal di tempat asalnya maka akan terjadi penumpukan angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan di suatu wilayah, sehingga opsi dari kondisi tersebut adalah;a. Pemetaan karakteristik angkatan kerja berdasarkan wilayah dan latar belakang

Pendidikan sehingga penyediaan lapangan yang ada disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan kualifikasi dari angkatan kerja tersebut;

b. Sosialisasi mengenai ketenagakerjaan dan peranan orang tua dalam memajukan masa depan anak dapat dilakukan sebagai upaya pembentukan kesadaran serta pemahaman orang tua terhadap dunia kerja sekaligus peluang kerja yang dapat memajukan perekonomian keluarga.

Page 48: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Humas Jateng.2019.Kejar 7 Persen Pertumbuhan Ekonomi, Jateng Genjot Investasi.Online:https://humas.jatengprov.go.id/detail_berita_gubernur?id=30032 Beritadaerah.co,id.2019.Mulai Beroperasi 2016, KIK Kendal Serap 50 Investor dan 5000 Naker Hingga 2019.Online:https://www.beritadaerah.co.id/2019/01/15/aktivitas-industri-menyerap-banyak-tenaga-kerja/3 Ihsan Maftuh.2018.Target Produsen Garmen: Mimpi PBRX Senilai US$20 Miliar.Online: https://surabaya.bisnis.com/read/20180920/447/840137/javascript4 Riadi Sukino S.2016.Dampak Kepuasan Kerja terhadap Turnover Intention dengan Job Performance sebagai Mediasi pada Pegawai pada Perusahaan Jasa di Samarinda.Jakarta:Conference on Management and Behavioral Studies ISSN No:2541-34005 Tempo.2017.Pan Brother Group Membutuh Banyak Tenaga Kerja di Jawa Tengah.Online:https://bisnis.tempo.co/read/890592/pan-brother-group-membutuh-banyak-tenaga-kerja-di-jawa-tengah/full&view=ok6 https://www.gatra.com/detail/news/477911/politik/jumlah-warga-menganggur-di-jateng-capai-800-ribu-orang-7 https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html8Supply Chain Indonesia.2019.Kota Tegal Mendapat prioritas Pembangunan Infrastruktur untuk Mendukung Kawasan Industri Brebes.Online: https://supplychainindonesia.com/kota-tegal-mendapat-prioritas-pembangunan-infrastruktur-untuk-mendukung-kawasan-industri-brebes/9 Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka 202010 https://www.beritasatu.com/investor/453604-atasi-pengangguran-jateng-dede-sudiro-gagas-program-pemberdayaan-ekonomi.html11 https://www.suaramerdeka.com/news/baca/106069/tingkat-keluar-masuk-karyawan-lulusan-slta-tinggi12 Fitrawaty.2018.Keterkaitan Instrumen Kebijakan Moneter dengan Tingkat Pengangguran.Economics Development Analysis Journal 7 (4) 2018:http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj13 BPS.2020.Penganggur Terbuka.Online: https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html14 Pasaribu Rowland B.F.2003.Masalah Perekonomian Indonesia.Online: http://rowland_pasaribu.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/35477/masalah-perekonomian-indonesia.pdf15 KBBI.2020.Keputusan.Online: https://kbbi.web.id/putus16 Muchtolifah.Ekonomi Makro.Penerbit Unesa University Press: https://core.ac.uk/download/pdf/12218181.pdf17 Sugianto dan Yul Tito Permadhy.2020.Faktor Penyebab Pengangguran dan Strategi Penanganan Permasalahan Pengangguran pada Desa Bojongcae, Cibadak Lebak Provinsi Banten.UPI: https://journals.upi-yai.ac.id/index.php/IKRAITH-EKONOMIKA/article/view/583/43518 Rochmaningrum Eka dan Dyah Maya Nihayah.2018.Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja Sarjana untuk Bekerja atau Tidak Bekerja.Economics

Page 49: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Development Analysis Journal EDAJ (1) 2018: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/2193119 Poyoh Arfan, Gene H.M. Kapantow, dan Juliana R. Mandei.2017.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Provinsi Sulawesi Utara.Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1970-4298,Volume 13 Nomor 1A, Januari 2017:55-66: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jisep/article/download/14953/1452320 Rochmaningrum Eka.2017.Pengaruh Upah, Umur, Status Perkwanian, dan Jumlah Tanggungan terhadap Keputusan Tenaga Kerja Lulusan Perguruan Tinggi (Sarjana)untuk Bekerja atau Tidak Bekerja (Studi Kasus di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang).Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang:UNNES (Universitas Negeri Semarang)21 Hartanto Trianggono Budi.2017.Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, Upah Minimum dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Jumlah Pengangguran di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014.Jurnal Ekonomi Terapan Juni 2017; 02 (01): 21-30 ISSN 2541-1470: https://e-journal.unair.ac.id/JIET/article/view/550222 Calero Jorge, dan Alvaro Choi.2015.The Distribution of Skills among The Europan Adult Population and Unemployement: A Comparative Approach.Institut d’Economia de Barcelona: https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=269611523 Zulaili.2017.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Provinsi Lampung.Universitas Negeri Medan: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/60414/7/Cover.pdf24 Cizkowicz Piotr, Michal Kowalczuk, dan Andrzej Rzonca.2016.Heterogeneous Determinants of Local Unemploymen in Poland.Narodowy Bank Polskiy: https://www.nbp.pl/publikacje/materialy_i_studia/188_en.pdf25 Sipayung Isty Laura Tofelisa dan Waridin.2013.Analisis Keputusan Wanita Menikah untuk Bekerja (Studi Kasus Kota Surakarta Jawa Tengah).Diponegoro Journal of Economics Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 1-6 ISSN (Online): 2337-3814: https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jme/article/view/4490/431526 Majid Fitria, dan Herniwati Retno Handayani.2012.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Perempuan Berstatus Menikah untuk Bekerja (Studi Kasus Kota Semarang.Diponegoro Journal of Economic Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-9: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme27 Mouhammed Adil H.2011.Important Theories of Unemployment and Public Policies.Journal of Applied Business and Economics vol. 12 (5) 2011: http://www.na-businesspress.com/JABE/MouhammedAH_Web12_5_.pdf28 SINERGI merupakan kerjasama USAID Indonesia dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah yang memiliki tujuan untuk memperkuat koordinasi pembangunan ketenagakerjaan inklusif di Jawa Tengah dalam rangka membekali dan meningkatkan akses bagi pemuda dari golongan ekonomi lemah dan rentan agar mereka memiliki keahlian/keterampilan kerja yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan.29 Keesing, Roger M.1974.Teori-Teori tentang Budaya dari Judul asli Theories of Culture, Annual Review of Anthropologhy diterjemahkan oleh Amri Marzali. Jurnal Antropologi UI No.52: http://journal.ui.ac.id/index/jai/article/download/3313/260030 Sarmiati.2019.Analisis Faktor Ekonomi dan Sosial Ekonomi terhadap Peluang Penyerapan Tenaga Kerja di Pasar Kerja Kota Palu.e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 1, Januari 2015 halaman 147-155 ISSN:2303-2019: https://media.neliti.com/media/publications/158798-ID-analisis-faktor-ekonomi-dan-sosial-ekono.pdf

40

Page 50: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

31 Rahma Iryanti.2018.Platform untuk Upah yang Adil dan Kompetitif di Indonesia.Kementerian PPN/Bappenas: https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/meetingdocument/wcms_645182.pdf32 Rahma Iryanti.2018.Platform untuk Upah yang Adil dan Kompetitif di Indonesia.Kementerian PPN/Bappenas: https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/meetingdocument/wcms_645182.pdf33 BPS.2019.Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi, 2007-2019.Online: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/111934 Hajiji Ajid.2010.Keterkaitan antara Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan, dan Pengentasan Kemiskinan di Provinsi Riau 2002-2008.Scientific Repository: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/4085135 Hariyadi B. Sukamdani.2020.Arah Kebijakan Ketenagakerjaan dalam Era New Normal.Webinar:ISEI Webinar Series Telaah Kebijakan Jumat 19 Juni 2020 APINDO36 Irfan Kamil.2020.ILO:Krisis Ekonomi Akibat Covid-19 Menghantam Kaum Muda.Kompas: https://www.kompas.com/edu/read/2020/05/28/224455271/ilo-krisis-ekonomi-akibat-covid-19-menghantam-kaum-muda?page=all37 Edi Suwiknyo.2020.Terimbas Corona, 50.000 lebih pekerja di Jawa Tengah kena PHK. Online: https://semarang.bisnis.com/read/20200501/535/1235379/terimbas-corona-50.000-lebih-pekerja-di-jawa-tengah-kena-phk38 Insetyonoto.2020.Akibat Pandemi Corona, 50.563 Buruh di Jateng Menganggur.Online: https://www.gatra.com/detail/news/477573/ekonomi/akibat-pandemi-corona-50563-buruh-di-jateng-menggangur39 Alwin Basri.2020.Pembangunan Infrastruktur di Tengah New Normal.Online: https://www.suaramerdeka.com/news/opini/231201-pembangunan-infrastrukur-di-tengah-new-normal40 Hariyadi B. Sukamdani.2020.Arah Kebijakan Ketenagakerjaan dalam Era New Normal.Webinar:ISEI Webinar Series Telaah Kebijakan Jumat 19 Juni 2020 APINDO41 Ferry Sandi.2020.Tsunami RI saat Pandemi: Penganggur Tambah 5,2 Juta Orang.Online: https://www.cnbcindonesia.com/news/20200528093136-4-161409/tsunami-phk-ri-saat-pandemi-penganggur-tambah-52-juta-orang42 Soleh Ahmad.2017.Masalah Ketenagakerjaan dan Pengangguran di Indonesia.Universitas Padjajaran: Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos Vol. 6 No. 2 Juli 201743 Brugger Beatrix, Rafael Lalive, dan Josef Zweimuller.2009.Does Culture Affect Unemployment? Evidence from the Rostigraben.Germany: Forschungsinstitut zur Zukunft der Arbeit Institute for the Study of Labor IZA DP. 428344 Shein (1981) dalam Sulistyowati.2001.Budaya Jawa Dalam Pengambilan Keputusan.Semarang:Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro: http://eprints.undip.ac.id/9130/1/2001MM737.pdf45 Organisasi Perburuhan Internasional (ILO).2008.Jaminan Sosial: Konsensus Baru.ILO Jakarta: https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo-jakarta/documents/publication/wcms_122356.pdf46 Irawan Miko, 2016.Pergeseran Nilai Orang Tua di Kalangan Masyarakat Jawa (Studi pada Lansia yang Tinggal di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta). Semarang: Universitas Negeri Semarang: https://lib.unnes.ac.id/29062/1/3401412126.pdf47 Zofcinova Vladimira, and Zuzana Hrabovska.2019.Problems of Unemployment through the Employment Policy in the Labour Market: The Case of the Slovak Republic and the Czech Republic. Labor and Employment Managemet Journal: Public Administration Issue I

41

Page 51: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

48 Luh Kitty Khaterina.2020.Urbanisasi dan Secondary Cities.Research Center for Population LIPI: https://kependudukan.lipi.go.id/id/kajian-kependudukan/desa-kota/675-urbanisasi-dan-secondary-cities49 Todaro dan Smith (2012); Turok dan Mc.Granahan (2013) dalam Hidayatullah Muttaqin.2020.Mengapa Tingkat Pengangguran Terbuka di Perkotaan Tinggi?.FEB ULM: https://iesp.ulm.ac.id/mengapa-tingkat-pengangguran-terbuka-di-perkotaan-tinggi/50 Indonesia-Investments.2020.Pengangguran di Indonesia.Indonesia-investments.com: https://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/pengangguran/item25551 Syahroni.2018.Pengamat: Pengangguran di Kota Cenderung Lebih Tinggi dari Perdesaan.Online: https://pontianak.tribunnews.com/2018/09/03/pengamat-pengangguran-di-kota-cenderung-lebih-tinggi-dari-perdesaan52 Schaefer, Isabel.2018.Political Revolt and Youth Unemployment in Tunisia: Exploring the Education-Employment Mismatch.Middle East Today di halaman E-Perpusnas: http://e-resources.perpusnas.go.id:2367/eds/ebookviewer/ebook/bmxlYmtfXzE1OTU0NTNfX0FO0?sid=c95f8da8-f784-44cb-abf8-910f3f80fa1e%40sessionmgr4006&vid=1&format=EB&rid=153 Ljiljan Veselinovic, Jasmina Mangafic, dan Lejla Turulja.2020.The Effect of Education-Job Mismatch on Net Income: Evidence from A Developing Country.Economic Research-Ekonomska Istrazivanja.DOI:10.1080/1331677X.2020.1723427

LayoutVektor Orang Warna : https://www.freepik.com/free-vector/group-man_3924715.htm#page=1&query=crowd&position=12Vektor Orang Hitam Putih: https://pixabay.com/id/vectors/beberapa-pria-wanita-orang-orang-308926/

42

Page 52: Memahami Karakteristik Kaum Muda Dalam Mengambil...kaum muda tersebut dihadapkan pada kondisi ekonomi rendah yang mencapai 2,8 juta orang pada 2017 dan diantaranya berada dalam kondisi

Website: www.transformasi.org E-mail: [email protected]