kesukarelawanan kaum muda di social media dalam membentuk...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang begitu pesat dalam beberapa dasawarsa tahun
terakhir membawa perubahan yang begitu besar dalam semua sektor kehidupan,
tidak kecuali dalam sektor media yang perkembangannya sangat cepat dalam
penyampaian dan pertukaran pesan melalui teknologi. Teknologi dalam
komunikasi sangat mudah dilakukan sehingga komunikasi dapat dilakukan secara
2 arah dan memungkinkan terjadinnya interaksi antara pengirim pesan dengan
penerima pesan, dalam perkembangan media massa mungkin ini yang dikatakan
baru sehingga dinamakan new media.
Dengan teknologi internet yang didukung oleh jejaring social media dapat
mempermudah kita untuk berhubungan dengan orang laintanpa mengenal batasan
wilayah, ruang dan waktu. Tidak hanya sebatas itu, social media memberikan
ruang bagi masyarakat untuk membahas dari permasalahan yang bersifat
keseharian hingga mendiskusikan permasalahan yang bersifat serius, misalkan
mengkritik kebijakan pemerintah. Kemajuan teknologi ini memberikan manfaat
dan alternative bagi masyarakat dalam menyalurkan pendapat dan tanggapannya
atas berbagai isu yang ada, saat ini jutaan orang telah memanfaatkan ruang social
media dalam berinteraksi hal ini sering disebut sebagai cyberspace, yaitu sebuah
dunia yang terhubung melalui penggunaan computer dan internet. social media
sendiri mempunyai fungsi positif seperti :
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
1. Memberikan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat:
memberikan petunjuk adanya hubungan antara kekuasaan, serta
memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan.
2. Memberikan informasi yang bersifat menjelaskan, menafsirkan, serta
mengomentari makna peristiwa dan informasi.
3. Memberikan informasi tentang hal-hal yang berkesinambungan yang
meliputi peningkatan dan pelestarian nilai-nilai.
4. Memberikan hiburan untuk dapat meredakan ketegangan sosial,
mengalihkan perhatian dan relaksasi.
5. Mobilisasi untuk mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang
politik, sosial, pembangunan pekerjaan dan agama1
Sebagian besar masyarakat telah memanfaatkan social media sebagai sarana
dalam berbagi informasi, baik dari kalangan mahasiswa, karyawan, menteri,
sampai presiden sekalipun memiliki akun social media seperti Facebook sampai
Twitter.Social media seperti membentuk dunia baru, karena bagi para
penggunanya dengan mudah dapat mengetahui dan menyapa teman mereka tanpa
harus bertemu langsung, selain itu dengan menggunakan social media mereka
dapat berbagi pengetahuan dengan cara meng-upload foto maupun video, karena
ponsel mereka telah menjadi jendela baru untuk mengatahui segala hal yang
sedang terjadi di luar sana. Dengan berkembangnya internet semua orang
memiliki kesempatan yang sama dalam memanfaatkannya, seperti halnya
1 Denis McQuail dalam Dibyareswari Utami Putri, 2012, Skripsi, Peran Media Baru Dalam
Membentuk Gerakan Sosial, Depok, Universitas Indonesia.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
melakukan gerakan dan perubahan, hal ini didukung dengan semakin banyaknya
koorporasi seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan social media lainnya yang
mentransformasi gagasan dan mengubah cara berinteraksi individu dengan
menggunakan internet.
Sejalan dengan semakin berkembangnya social media, hal ini diikuti juga
dengan perubahan perilaku masyarakat dalam memanfaatkannya, mengingat
seperti apa yang dikatakan oleh Manuel Castel bahwa teknologi itu bersifat netral,
tergantung pada siapa yang memegang atau mengendalikan teknologi itu dapat
dikatakan berdampak positif maupun negatif. Pada dasarnyasocial mediajuga
dimanfaatkan oleh masyarakat dunia sebagai tempat berbagi kegiatan sehari-hari
sampai dijadikan ruang protes atau kritik bahkan tuntutan revolusi. Seperti
gerakan social media yang muncul di Indonesia pada tahun 2009 dalam gerakan
yang bertajuk “Dukungan Bagi ibu Prita Mulyasari “ penulis surat keluhan
malpraktik kepada rumah sakit omni jakarta yang mengharuskan prita mulyasari
membayar denda hampir satu milyar rupiah, gerakan ini di dukung lebih dari
5.900 anggota group dan gerakan social media ini dapat mengumpulkan donasi
hampir sebesar satu milyar kurang dari seminggu. Ada pula gerakan 1.000.000
Facebookers (istilah pengguna Facebook) yang mendukung Chandra Hamzah dan
Bibit Samad Rianto perihal kasus “Cicak VS Buaya” yang melibatkan KPK
dengan petinggi POLRI, social media seperti Facebook dan Twitter menjadi
pilihan utama masyarakat Indonesia dalam melakukan gerakan sosial baru2. Jika
2http://m.berdikarionline.com/editorial/20120207/dunia-maya-dan-gerakan-sosial-anti-
korupsi.html
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
kita lihat di luar negeri, jatuhnya presiden Mesir Husni Mubarok yang memimpin
lebih dari 30 tahun dan presiden Tunisisa Zine El Abidine ben Ali yang berkuasa
selama lebih dari 23 tahun disinyalir berawal dari gerakan sosial melalui jejaring
sosial yaitu Facebook dan Twitter, para pemberontak yang melakukan koordinasi
gerakan dengan cepat menggunakan Facebook, Twitter, dan SMS (Short Message
Service) yang mendapat respon dari pemerintah mesir meng-blockade jaringan
internet pada saat itu. Selama ini internet hanya dianggap sebagai dunia maya
tetapi sekarang masyarakat memanfaatkan dan mentransformasikan ke dalam
berbagai aksi kritik nyata dari dunia maya (online) ke dalam dunia nyata (offline),
seperti dalam bentuk gerakan social media. Internet bisa menjadi media agen
perubahan mengingat jumlah pengguna internet yang besar di Indonesia dan
generasi muda yang dalam kehidupan sehari-hari selalu dekat danmemanfaatkan
jaringan internet dalam memperoleh informasi sering disebut sebagai net
generation, dalam penggunaan internet dan social media untuk berinteraksi bagi
generasi muda Indonesia juga dapat dengan mudah membentuk kelompok atau
komunitas untuk mengusung gagasan perubahan.
Anthony Gidden menyatakan bahwa Gerakan social merupakan upaya kolektif
untuk mengejar kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama atau
gerakan bersama melalui tindakan kolektif diluar lingkup lembaga-lembaga yang
mapan3, sedangkan menurut Robert Misel dalam bukunya yang berjudul teori
pergerakan sosial mendefinisikan gerakan sosial sebagai perangkat keyakinan dan
3Fadhillah Putra dkk (2006) dalam skripsi aktivisme gemkara-BP3KB dan pengaruhnya dalam
mewujudkan kabupaten batubara, Novi Andrianthy, 2009
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
tindakan yang tidak terlembaga yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk
memajukan atau menghalangi perubahan dalam masyarakat4. Menurut Mansour
Fakih gerakan sosial adalah kelompok yang teroganisir secara tidak ketat dalam
rangka tujuan sosial terutama dalam usaha merubah struktur maupun nilai sosial.5
Gerakan sosial di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang, dimana pada
tahun 1998 gerakan mahasiswa mempunyai andil besar dalam meruntuhkan rezim
soeharto. Karakter gerakan sosial pun telah berubah fungsi dimana pada rezim
soeharto gerakan sosial sering melakukan aktivisme demonstrasi sebagai media
dalam menyampaikan kritik terhadap pemerintah, sedangkan untuk gerakan sosial
yang diikuti oleh perkembangan teknologi khususnya pasca orde baru
memperlihatkan karakter berbeda, dimana gerakan sosial mulai meninggalkan
media demonstrasi untuk menyampaikan aspirasi maupun kritik terhadap
pemerintah tetapi mulai memanfaatkan social media dalam menyampaikan kritik.
Dengan teknologi, gerakan sosial lebih terfragmentasi, bersifat lokal, berorientasi
pada satu isu dan rata-rata berdurasi singkat, hal ini yang menciptakan gerakan
sosial baru yang membedakan dengan gerakan sosial lama dapat dilihat dari aktor,
tujuan dan penggunaan alat dalam melakukan gerakan tersebut, seperti yang
Mouffe jelaskan bahwa aktor penggerak dari gerakan sosial baru berasal dari 3
sektor yang salah satunya adalah kelas menengah, tujuan dari gerakan sosial baru
tidak lagi membahas mengenai perjuang kelas tetapi sudah meluas kedalam semua
4Robert Misel, Teori Pergerakan Sosial, Yogyakarta : Resist Buku, 2004, Hal 6-7.
5Mansour Fakih,Tiada Transformasi Tanpa Gerakan Sosial, dalam Zaiyardam Zubir, Radikalisme
kaum Terpinggir : Study tentang Ideologi, Isu, Strategi dan Dampak Gerakan, Yogyakarta : Insist
Press, 2002, Hal Xxvii.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
aspek kehidupan baik itu isu sosial, politik, ekonomi, budaya dan HAM, yang
paling menarik disini adalah alat yang dilakukan dalam melakukan gerakan itu
sendiri, dimana dalam gerakan sosial lama media gerakan cenderung
menggunakan media demontrasi tetapi dalam gerakan sosial baru media tersebut
perlahan-lahan mulai di tinggalkan, dengan kemajuan teknologi informasi social
media menjadi salah satu media yang paling efektif yang dipilih sebagai media
dalam gerakan sosial baru, seperti petisi online, change,org web yang memfalitasi
gerakan-gerakan masyarakat.
Munculnya relawan dalam gerakan sosial menjadi fenomena yang menarik,
pengorbanan baik secara materi dan waktu mereka berikan untuk ikut aktif dalam
gerakan sosial seperti halnya gerakan relawan Jokowi-JK mereka bersedia
mendukung calon presiden pilihan mereka agar dapat menduduki kursi nomor
satu di republik ini, relawan muda yang tergabung dalam gerakcepat.com ini
mencoba mendukung dan me-sosialisasikan visi dan misi jokowi kepada
masyarakat luas dengan tujuan mempengaruhi masyarakat untuk dapat memilih
Jokowi-JK. Mengingat bahwa relawan tidak sepenuhnya mendapat keuntungan
dari aktivisme yang mereka gerakan, maka dari itu menjadi hal menarik untuk
dibahas secara lebih mendalam. Munculnya fenomena relawan bukan menjadi hal
yang baru dalam gerakan di indonesia, mengingat bahwa runtuhnya rezim
soeharto juga dari gerakan sosial yang di gerakan oleh mahasiswa dan di dukung
oleh masyarakat indonesia. Relawan merupakan himpunan kekuatan rakyat yang
tidak dapat dinilai harganya, mereka bergerak karena menginginkan perubahan
yang signifikan.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Perkembangan teknologi khususnya social media juga dimanfaatkan oleh
perkumpulan mahasiswa yaitu gerakan gadjah mada mengajar yang merupakan
lembaga sosial kampus (LSK), dimana gerakan ini menggunakan social media
untuk memposting beberapa foto fenomena di lapangan ke social media yang
mendapat respon positif dari public khususnya mahasiswa dalam bentuk share
informasi sampai tanya jawab mengenai gerakan komunitas. Gadjah mada
mengajar merupakan gerakan sosial yang bersifat non profit atau kesukarelawanan
berbasis pengabdian dalam masyarakat yang focus dalam peningkatan kualitas
pendidikan bagi anak-anak yang membutuhkan, gerakan ini pada awalnya
bertujuan untuk menjangkau anak-anak korban bencana yang sangat sulit
mendapatkan pendidikan formal dikarenakan fasilitas pendidikan formal mereka
rusak akibat erupsi gunung merapi. Gerakan gadjah mada mengajar di latar
belakangi oleh bencasa erupsi gunung merapai yang pada saat itu merusak failitas
pendidikan formal di sekitar daerah lereng gunung merapi sehingga mahasiswa
dari UGM membentuk kelas untuk mengisi atau menggantikan sementara
pendidikan formal di tempat itu, lambatnya peran pemerintah dalam menangani
permasalahan ini menjadikan komunitas ini terbentuk sebagai respon terhadap
permasalahan tersebut.
Relawan yang tergabung dalam GMM tidak hanya berasal dari mahasiswa
UGM tetapi mahasiswa dari universitas lainnya yang berada di Yogyakarta juga
dapat bergabung dalam gerakan ini, GMM sendiri melakukan perekrutan anggota
relawan baru setiap tahunnya untuk memberi kesempatan dan berbagi pengalaman
kepada mahasiswa lain, yang menarik adalah bagaimana kesadaran individu
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dibentuk oleh keadaan sosial masyarakat melalui social media. Social media
sangat berpengaruh terhadap berkembangnya gerakan gadjah mada mengajar,
dimana awal mula gerakan ini berawal dari pemanfaatan social media sebagai
bentuk ruang kritik dan ekspresi terhadap realitas sosial yang dilanjutkan dengan
pembentukan komunitas GMM. Dalam mencari relawan atau pengajar bagi anak-
anak kurang mampu, GMM memanfaatkan social media dengan tingkat pengguna
social media yang semakin meningkat, tidak sulit bagi komunitas ini dalam
mecari relawan atau pengajar. Mahasiswa yang termasuk dalam kaum muda
disebut sebagai digital native yang sangat dekat dengan teknologi informasi
terutama jaringan internet dan handphonemelalui social mediatelah menciptakan
ruang publik baru yang semakin terbuka dan tanpa batas terutama dalam
mengkonsumsi informasi dari dunia maya, karena itu semakin tinggi tingkat
apresiasi mahasiswa terhadap teknologi khususnya pemanfaatan social media juga
berpengaruh pada gerakan gadjah mada mengajar dalam membentuk aktivisme
volunteer dikalangan mahasiswa itu sendiri. Sebuah dampak dari teknologi
informasi khususnya social media dalam membentukan aktivisme volunteer kaum
muda pada mahasiswa membuat saya tertarik untuk dapat mengetahui sampai
sejauh mana pengaruh dari perkembangan teknologi khususnya social media
dalam gerakan gadjah mada mengajar.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana kaum muda memanfaatkan social mediadalam menciptakan
ruang baru bagi gerakan mahasiswa?
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Bagaimana social media membentuk aktivisme relawan mahasiswa gadjah
mada mengajar?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan social media yang dimanfaatkan
oleh gadjah mada mengajar dalam meningkatkan aktivisme gerakan di
kalangan mahasiswa untuk ikut serta dalam gerakan sosial tersebut.
Mengatuhui motivasi apa yang menjadi dasar dari para anggota bergabung
dalam GMM.
Mengetahui kontribusi konkreat apa yang dilakukan oleh individu setelah
bergabung dalam GMM.
Untuk mendapat gambaran tentang seberapa besar pengaruh social media
dalam gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa khususnya yang tergabung
dalam gerakan gadjah mada mengajar.
Untuk mengetahui sejauh mana social media membentuk ruang baru di
kalangan mahasiswa sebagai bentuk apresiasi terhadap gerakan sosial.
Untuk mengetahui seberapa besar peran gadjah mada mengajar dalam
melakukan proses perubahan sosial khususnya dalam dunia pendidikan di
daerah Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Memberi gambaran tentang pemanfaatan ruang digital yang digunakan oleh
GMM dalam aktivisme nya di bidang pendidikan
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Memberi penjelasan lebih lanjut tentang gerakan mahasiswa yang berbasis
social media
Agar mahasiswa memperoleh penalaran secara mendalam tentang gerakan
social media dalam mencapai perubahan sosial di masyarakat..
Memberi gambaran tentang aktivisme relawan mahasiswa yang tergabung
dalam gerakan gadjah mada mengajar.
E. Tinjauan Literatur
Banyak penelitian yang dihasil oleh peneliti terdahulu yang berkaitan tentang
gerakan sosial, banyak penelitian yang betujuan baik untuk menyelesaikan tugas
akhir maupun penelitian yang dilakukan untuk instansi maupun kepentingan
organisasi, berikut beberapa penelitian tersebut:
Salah satu penelitian tentang gerakan sosial adalah penelitian yang dilakukan
oleh Vita Febriana, mahasiswa sosiologi, universitas Gadjah mada.Penelitian ini
mengenai konteks kelahiran gerakan dalam mempertahankan eksistensi permainan
tradisional ditengah permainan modern yang semakin merabak ditengah
masyarakat dengan di dukungnya globalisasi dan pasar bebas. Penelitian ini
dilakukan pada tahun 2009 yang berjudul Komunitas kolong tangga dan gerakan
counter hegemoni (Studi tentang kontek kelahiran dan strategi gerakan dalam
merespon perubahan sosial). Penelitian ini selain menyoroti gerakan komunitas
kolong tangga yang memperjuangkan permainan tradisional untuk tetap dapat
bertahan juga mengkaitkannya dengan krisis identitas daerah akibat modernitas
yang membentuk satu identitas yang sesuai dengan pasar.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Secara garis besar, penelitian ini membahas tentang gerakan komunitas
dengan perspektif sosiologi melalui analisa teori gerakan sosial, dan teori
identitas. Dalam analisa tersebut menemukan bahwa globalisasi dan modernitas
yang sedang kita alami sekarang tidak sepenuhnya membawa dampak yang
positif, hasil dari penelitian ini bahwa perkembangan permainan modern seperti
adanya game online, tablet, dan smartphone menggerus permainan tradisional
yang merupakan ciri khas dari suatu daerah karena globalisasi telah membentuk
satu identitas yang sama sesuai dengan apa yang di harapkan oleh pasar. Maka
dari itu perlu adanya pelestarian permainan tradisional, permainan tradisional
sebenarnya lebih banyak manfaat di banding kan dengan permainan modern yang
hanya kebanyakan bersifat abstrak.pada akhirnya tugas orang tua
memperkenalkan permainan tradisional kepada anak sangat penting perannya.
Di lain hal, penelitian terkait dengan gerakan sosial dilakukan oleh
Dibyareswari utami putrimahasiswa komunikasi massa, Universitas
Indonesia.penelitian ini membahas tentang kekuatan media baru yaitu social
media yang mampu membentuk gerakan sosial, dimana gerakan sosial ini dapat
bertahan cukup lama karena adanya kekompakan dan loyalitas dari para
anggotanya. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 dengan judul Peran media
baru dalam membentuk gerakan sosial (studi kasus pada individu yang terlibat
dalam Indonesia Unite di Twitter) latar belakang dari muncul nya Indonesia unite
ini dari reaksi pemboman yang terjadi di hotel J.W. Marriot dan Ritz Carlton
Jakarta yang menimbulkan rasa nasionalis dari para anggota Indonesia unite.
Gerakan sosial ini sadar bahwa pemboman yang terjadi di hotel tersebut akan
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
menurun kan minat orang baik dalam dan luar untuk berkunjung ke Jakarta,
Indonesia unite sempat menjadi trendingtopic di Twitter selama 3 hari yang
mendapatkan banyak dukungan dari seluruh penjuru dunia agar Jakarta dapat
segera bangkit dari tragedy tersebut.
Dalam penelitian ini menggukan metode kualitatif dengan paradigma post-
positif, agar lebih mudah dalam mendiskripsikan dari gerakan Indonesia unite.
penelitian tentang peran media baru dalam gerakan sosial ini dilakukan dengan 3
type informan yang terdiri dari informan yang mengikuti Indonesia unite,
informan yang menuliskna tweet yang mendukung Indonesia unite, dan informan
yang secara offline melakukan tindakan, seperti : admin dari Indonesia unite,
merupakan informan utama yang membuat dan menjalankan akun Twitter,
informan kedua adalah seseorang yang membuat harian Indonesia unite,
informan ketiga adalah seseorang admin @aksisosia_IU di Twitter.dari informan-
informan tersebut, diperoleh bahwa gerakan sosial yang mereka lakukan adalah
sebagai bentuk melwan aksi kekerasan, diskriminasi maupun terorisme dari
pemboman yang terjadi di di hotel J.W. Marriot dan Ritz Carlton Jakarta. Selain
itu penelitian ini juga membuktikan bahwa gerakan sosial yang muncul karena
perasaan yang sama akan cinta tanah air Indonesia, perasaan ini menumbuhkan
kohesifitas dalam kelompok yang lebih jauh menimbulkan groupthink syndrome
yaitu rasa kebanggaan yang positif pada Indonesia Unite.
Kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini, penelitian
diatas menggugah minat peneliti untuk dapat melihat media baru dalam
menghasilkan gerakan sosial terutama dalam gerakan gadjah mada mengajar,
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
secara lebih mendalam peneliti ingin mengetahui kekuatan dari media baru
khususnya social media dalam membentuk aktivitas kesukarelawanan individu
khususnya mahasiswa dalam gerakan gadjah mada mengajar.
F. Kerangka Teori
1. Relawan
Relawan menurut kamus besar Indonesia identik dengan kesukarelawan yang
berarti orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena diwajibkan
atau dipaksakan)6, pertolongan jenis ini tergolong sebagai pertolongan kolektif
dan biasanya pemberian pertolongan dalam jangka waktu yang lama,
berkelanjutan dan terorganisir7. Relawan biasanya bergerak dalam satu wadah
komunitas ataupun organisasi yang memiliki ideologi dan value (nilai) yang sama
dalam melihat suatu permasalahan yang ada di masyarakat, maka dari itu terdapat
saling kertergantungan antara satu orang dengan orang yang lain dalam
menangani suatu permasalahan. Seseorang yang melibatkandirinya dalam
aktivitas kerelawanan merupakan bentuk pertolongan terencana yang sesuai
dengan kemampuan, pemilihan prioritas, dan penggunaan kemauan8.
6 kbbi.web.id
7Schroeder, D.A., penner, L.A., Divido, J.F., Piliavin, J.A (1998). The Psychology of helping and
altruism : Problem and puzzles, New York.
8Benson, P., Dorothy,J,Garman,L., Hanson, E, hochschwender, M., Lebold, C,. Rohr, R & Sullivan J
(1980). Intrapersonal correlates of nospontaneus helping behavior.Journal of social psychology,
110, 87-95.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Pada dasarnya motivasi relawan adalah motivasi untuk dapat saling berbagi
dan membantu dengan orang lain sering disebut sebagai motivasi altruis, hal ini
terlihat dari gerakan dan kegiatan yang mereka lakukan untuk membantu
masyarakat, seperti yang dikatakan oleh Anies Baswedan relawan tidak dinilai
bukan karena tidak berharga namun tidak ternilai. Banyak relawan yang ikut
bergabung dalam gerakan sosial, memiliki rasa kepentingan yang sama akan ingin
terwujudnya situasi yang diinginkan menjadi salah satu motivasi komunitas yang
menjadi tempat partisipasi relawan. Aktivisme relawan kaum muda khususmya
mahasiswa di lingkungan kampus dalam membentuk gerakan menjadi hal
menarik untuk dapat dilihat secara lebih mendalam, dalam hal ini yang menarik
adalah motivasi seperti apa yang menggerakan mereka dalam volunteer aktivisme
sehingga dapat membentuk gerakan sosial.
Pandangan Talcot Parson mengenai tindakan manusia pada dasarnya bersifat
voluntaristik yang berarti bahwa tindakan itu didasarkan pada dorongan kemauan
dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati, tindakan individu
yang dijelaskan oleh Talcot Parson bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh
individu memiliki kebebasan untuk memilih sarana (alat) dan tujuan yang akan
dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang
dipilihnya tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma yang berlaku9, prinsip
pemikiran Talcot Parson menekankan bahwa tindakan individu diarahkan pada
tujuan yang ingin dicapai oleh individu itu sendiri, tindakan ini dapat diartikan
9 Richard Grathouf (ed) The Correspondence between Alfred Schutz and Talcot Parson: The
Theory o Social Action. Bloomington and London: Indiana University Press, 1978. Page 67-87 dalam id.wikipedia.org/wiki/Talcot_Parson#cite_note-Richard-10.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
sebagai kenyataan sosial, sedangkan alat, tujuan, situasi dan norma hanya sebagai
unsur-unsur yang mendukung untuk mencapai dari tindakan individu tersebut.
Dalam konsep voluntaris memenurut Talcot bahwa aktor disini berperilaku aktif
dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternative
tindakan, aktor disini tidak memiliki kebebasan total tetapi aktor memiliki
kemauan bebas dalam memilih berbagai tindakan alternative.10
Hal ini
menandakan bahwa kebebasan individu dalambertindak menjadi cikal bakal dari
voluntarisme yang dianggap bahwa individu bebas dalam menentukan
tindakannya, sedangkan kesukarelawanan menurut United Nation Voluntarisme
(UNV)“The contribution that individuals make as non-profit, non-wage and non
career action for the well-being of their neighbor, community of society at
large11
“, UNV merupakan lembaga internasional yang memiliki program
mengenai kesukarelawan kaum muda yang tersebar luas dalam membantu
pembangunan di berbagai negara maju maupun berkembang, lembaga ini
mendorong pemerintah untuk melibatkan kaum muda melalui kesukarelawannya
sebagai segment terpenting dalam mencapai perubahan dalam berbagai bidang,
menurut UNV kesukarelawan pemuda mempunyai efek revitalitas pada
perdamaian dunia dan proses pembangunan karena pemuda dianggap membawa
energy, semangat, dan kreativitas dan sering yang pertama untuk datang dengan
10
Farida, Hanum. Konsep, Materi dan Pembelajaran Sosiologi, di sampaikan dalam Seminar
Regional.Kentingan, 27 september 2011. 11
Watts, 2002 dalam tesis motivasi menjadi relawan LSM pada program penanganan difabel
korban gempa bumi 27mei 2006, IyanSofy Magister Psikologi UGM, 2010.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
solusi inovatif untuk memecahkan masalah yang paling mendesak di dunia12
,
UNV merupakan salah satu program dari PBB, telah menekankan pembangunan
di berbagai negara tertinggal dengan melibatkan relawan pemuda sebagai agen
perubahan, relawan pemuda sebelumnya telah dilatih dalam pengembangan
keterampilan dan berbagai pengetahuan untuk menjadi bekal dalam melakukan
aktivitas mereka di lapangan setelah itu para relawan ini dikirim ke daerah-daerah
untuk melakukan kegiatan dalam membantu baik itu program pemerintah atau
punswasta. UNV menjelaskan bahwa kaum muda yang menjadi relawan
mempunyai kesempatan untuk mengasah keterampilan baru, memperoleh
keterampilan, belajar tentang budaya baru dan lebih baik dalam pemahaman
realitas pembangunan internasional dan pembangunan nasional13
. UNV tidak
hanya sebagai lembaga yang melibatkan kaum muda sebaga irelawan tetapi juga
memfasiitasi kesukarelawanan kaum muda dalam keterlibatan mereka pada
bidang pembangunan manusia secara berkelanjutan dan menggali potensi sosial,
ekonomi dan kemanusian mereka.14
Sedangkan menurut Karanci dan Acarturk berpendapat bahwa kerelawanan
merupakan kegiatan yang bisa membuat orang lain merasa nyaman, orang yang
melakukannya tidak menginginkan imbalan material ataupun ekonomi untuk
setiap kerja yang mereka lakukan, ia menolong sesama menyediakan beragam
manfaat kepada orang lain, peka terhadap misi kemanusian bisa memberi rasa
12
UN Youth Volunteers Program overview (PDF) dalamhttp://www.unv.org/what-we-
do/youth.html (diakses 5 November 2014). 13
UNYVP_Modalityoverview_FINAL.Pdf.dalamhttp://www.unv.org/what-we-do/youth.html
(diakses 5 November 2014). 14
http://www.unv.org/what-we-do/youth.html (diaksestanggal 5 november 2014)
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
aman memberi kepercayaan juga meningkatkan kepekaan rasa kemanusian pada
diri sendiri15
.
Fenomena gerakan relawan di Indonesia bukan menjadi suatu hal yang baru,
mengingat untuk mencapai kemerdekaan Indonesia seluruh rakyat berjuang dan
menjadi relawan demi kemerdekaan negara ini, para relawan ini telah
mengorbankan harta, jiwa dan raga mereka dalam mencapai kemerdekaan, era
reformasi juga tidak terlepas dari peran gerakan relawan, mahasiswa dan rakyat
bersatu disaat meruntuhkan rezim otoriter yang saat itu berkuasa yaitu
pemerintahan Soeharto. Pasca reformasi fenomena relawan tidak begitu saja
menghilang tetapi fenomena ini semakin marak dan tumbuh di dalam struktur
masyarakat Indonesia, dimana keadaan sosial, ekonomi dan politik di Indonesia
yang tidak dapat me-representative suara rakyat menjadi pemicu tumbuhnya
gerakan relawan yang mayoritas di gerakan oleh kelompok kelas menengah atas
dan para intelektual dari kalangan mahasiswa. Pesta demokrasi pemilihan
presiden tahun 2014 ini juga tidak terlepas dari gerakan relawan yang tumbuh
sangat cepat dalam mendukung proses jalannya demokrasi, peranan relawan
bersifat sangat vital dimana mereka berusaha untuk mensosialisasikan visi dan
misi dari calon presiden yang mereka dukung dan mengajak masyarakat luas
untuk menggunakan hak suara mereka. Tumbuh pesatnya gerakan relawan yang
mengawal proses demokrasi ini menjadi sinyal bahwa masyarakat kita semakin
aktif dan tertarik dalam ikut serta menentukan nasib bangsa ini kedepannya.
15
Karanci, N. A, & Acarturk (2005) dalam tesis motivasi menjadi relawan LSM pada program
penanganan difabel korban gempa bumi 27mei 2006, Iyan Sofy Magister Psikologi UGM, 2010.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Perkembangan teknologi informasi telah merubah bentuk voluntarisme dimana
dengan booming-nya social media voluntarisme dapat dilakukan di dalam dunia
online, voluntarisme dalam media baru merupakan sebuah isu lama yang dikemas
dengan cara baru yaitu menggunakan social media sebagai alat pendistribusian isu
maupun informasi kepada public, sehingga efek yang diciptakan akan semakin
besar dukungan yang diberikan oleh masyarakat, sebut saja dukungan dari public
terhadap kasus yang menimpa Prita dimana melalui social media dukungan
berupa materi dan non materi tersalurkan untuk membantu ibu Prita dalam
memecahkan masalah dengan pihak rumah sakit. Voluntarisme menggunakan
social media ini dapat dikatakan sebagai voluntarisme baru dimana penggunaan
social media dalam gerakannya yang menjadikan pembeda dengan voluntarisme
lama, serta kecepatan pendistribusian informasi ataupun isu yang menjadi
perbedaan mencolok dengan voluntarisme lama dan bentuk dukungan yang
diciptakan dengan menggunakan social media akan semakin besar. Bentuk
dukungan yang diberikan terhadap isu atau informasi yang tersebar di social
media yang dapat menciptakan gerakan voluntarisme biasanya bentuk dukungan
dapat berupa like, retwet sampai petisi online.
Jika dilihat secara lebih mendalam bahwa voluntarisme lama hanya dilakukan
dalam lingkup ruang nyata, seperti gerakan voluntarisme masyarakat yang
membantu korban bencana alam dimana ruang aktivitas masyarakat jelas di
daerah yang terjadi bencana alam (offline) sedangkan untuk voluntarisme baru
tidak hanya dilakukan dalam lingkup ruang nyata (offline) tetapi juga dilakukan
dalam ruang online melalui social media, seperti contoh gerakan jalin merapi
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
disaat erupsi gunung merapi mereka menggunakan social media Twitter untuk
mencari bantuan logistic, tanpa disadari dengan menggunakan social media
tersebut telah banyak mendapat perhatian volunteer yang ingin membantu para
korban erupsi gunung merapi, informasi tersebut di retwet oleh follower jalin
merapi sehingga informasi cepat tersebar luas di social media sehingga bentuk
dukungan dari para volunteer juga berlanjut keruang offline yang berupa bantuan
logistic.16
Jadi dalam voluntarisme lama ruang yang digunakan dalam
aktivismenya hanya di ruang offline sedangkan untuk voluntarisme baru
mencakup dalam ruang online ke offline.
Gerakan gadjah mada mengajar merupakan suatu komunitas yang bergerak
dalam bidang pendidikan, komunitas ini digerakan oleh para relawan yang
mayoritas dari mereka berstatus mahasiswa, komunitas ini menjadi wadah bagi
para relawan dalam meng-ekspresikan diri mereka dalam hal berbagi ilmu
pengetahuan. Isu pendidikan masih menjadi isu yang sensitif dimana tidak
meratanya hak masyarakat dalam mendapatkan pendidikan sekolah mendapat
perhatian dari masyarakat luas, maka ketika gerakan gadjah mada mengajar
terbentuk banyak relawan khususnya dari kalangan mahasiswa yang ingin ikut
berkontribusi dalam merubah wajah pendidikan khususnya di Jogyakarta. Hal ini
seharusnya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan
akses pendidikan yang mudah bagi rakyatnya, tetapi tidak semua ruang dapat
dijangkau oleh pemerintah dan ketika pemerintah tidak mampu mencapai pada
16
Nugroho, Yanuar.,S.Syarief, Shinta. MelampauiAktivismeclick? Media Barudan Proses Politikdalam Indonesia Kontemporer.Jakarta, 2012.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
titik titik tertentu disanalah peran relawan melalui komunitas mencoba menutup
ruang atau menggantikan peran pemerintah melalui gerakan mereka.
2. New Media (Ruang digital)
New mediasering disebut sebagai media digital yang menggunakan web
type 2.0 yang memungkin pengguna dapat berinteraksi dengan penyedia
informasi,sedangkan media digital adalah media yang di dalamnya terdapat
konten yang berbentuk seperti data, suara, teks, dan berbagai jenis gambar yang
dapat disimpan dalam format digital. New media ini merupakan media yang
sangat membantu dalam kegiatan manusia untuk kebutuhannya terhadap
informasi. Sementara menurut McQuail, media baru adalah tempat dimana
seluruh pesan komunikasi terdesentralisasi, distribusi pesan lewat satelit
meningkat penggunaan jaringan kabel dan computer, keterlibatan audiens dalam
proses komunikasi semakin meningkat. Perbedaan yang mencolok antara media
baru dengan media lama terletak pada jenis komunikasinya, dimana media lama
menggunakan web 1.0 yang hanya mampu melakukan komunikasi satu arah, hal
ini membuat pesan yang di sampaikan oleh informan tidak dapat di tanggapi oleh
audien sehingga tidak mungkin terjadinya interaksi diantara informan dan audien,
contoh media lama adalah televise, dimana audiens dipaksa untuk memproduksi
sendiri informasi yang di sampaikan oleh informan. Sedangkan untuk media baru
menggunakan web 2.0 yang memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah
antara si pengirim pesan dengan si penerima pesan, hal ini memungkinkan
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
terjadinya interaksi antara pengirim dan penerima pesan, dengan menggunakan
media baru kita dapat berdiskusi menganai suatu masalah, kita juga dapat
mengirim berbagai jenis gambar, data suara dan teks yang merupakan konten dari
media baru.
Sementara menurut McQuail media baru memiliki cirri-ciri yang
membedakannya dengan “media lama” yaitu:17
1. Desentralisasi, pengadaan dan pemilihan berita tidak lagi sepenuhnya
berada ditangain pemasok komunikasi.
2. Kemampuan tinggi, media yang digunakan adalah satelit sehingga dapat
mengatasi hambatan komunikasi
3. Komunikasi timbal balik, penerima disini dapat memilih, menjawab
kembali dan menukar informasi.
4. Kelenturan, sangat fleksibel dapat bentuk, isi, dan dalam penggunaannya.
New media ini dapat digunakan sebagai media untuk kepentingan
private maupun public mengingat masyarakat kita telah memasuki era
informasi, selain itu new media juga dapat digunakan untuk menjembatani
antara beberapa media lain.
Twittermerupakan salah satu aplikasi dari new media yang lebih sering
kita sebut sebagai social media, konten yang terdapat di dalam
17
Denis McQuail dalam Dibyareswari Utami Putri, 2012, Skripsi, Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan Sosial, Depok, Universitas Indonesia.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Twittermemudahkan pengguna untuk dapat mencari berita yang pengguna social
media ini inginkan, dengan menggunakan hastag (#) pada twet-nya sehingga lebih
mudah dihubungkan dengan topic yang serupa dengan hastag yang mereka
gunakan. Dimana dalam pemanfaatannya Twitter ini digunakan untuk sosialisasi
dan update berita oleh masyarakat, selain itu Twitter juga sering digunakan
sebagai tempat gerakan sosial sebagai contoh gerakan 1.000.000 Facebooker yang
mendukung Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto perihal kasus “Cicak VS
Buaya” yang melibatkan KPK dengan petinggi POLRI. Sedangkan pada bulan
maret 2011 pengguna Twitter tercatat 200.000.000 di seluruh dunia.18
Twitter di
gunakan oleh GMM dalam melakukan ekspansi gerakannya dalam merekrut
relawan maupun dalam menyebarkan foto kegiatan mereka untuk dapat menarik
perhatian public.
Facebookjuga salah satu social media yang penggunanya sangat tinggi di
dunia, untuk Indonesia sendiri pengguna social mediaFacebook mencapai 50juta
orang.19
Perkembangan social media ini memperluas jaringan masyarakat di
dunia, masyarakat menjadi tidak mempunyai batas wilayah untuk melakukan
interaksi sesama pengguna Facebook. Sejalan dengan social mediaTwitter,
Facebook juga sering digunakan sebagai media gerakan sosial, gerakan yang di
18
Juniarto (2011) dalam Dibyareswari Utami Putri, 2012, Skripsi, Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan Sosial, Depok, Universitas Indonesia. 19
Socialbaker.com ,oct 2012 dalam Wasesa, A.Silih.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
inisiatif melalui social media dirasa lebih popular dan cepat mendapatkan respon
oleh masyarakat.
Perkembangan teknologi telah masuk ke dalam setiap ranah kehidupan
manusia, dengan ditemukannya teknologi komunikasi mempermudah manusia
untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dibagian belahan dunia lain. Pada
awalnya teknologi komunikasi menggunakan teknologi komunikasi satu arah
yang sering di sebut media lama, sepertiketika kita menonton berita melalui media
televisi yang bersifat komunikasi satu arah, dimana kita hanya dapat menerima
pesan atau informasi yang disampaikan tetapi tidak dapat membalas balik secara
langsung. Berbeda dengan media baru yang menggunakan web type 2.0, dalam
media baru terjadi komunikasi 2 arah yang mengakibatkan terjadi interaksi
sehingga menciptakan ruang untuk saling bertukar informasi. Media baru
memiliki karakter penting dalam kemunculannya jaringan komunikasi sosial, hal
ini terbentuk ketika pengguna media baru mengelola isi yang terdapat di media
tersebut, jaringan komunikasi muncul ketika banyak pengguna yang mengakses
media dan memanfaatkan informasi. Salah satu konten dari media baru yang
menjadi arena bagi bertemunya berbagai pemikiran dan perspektif menjadi salah
satu media diskusi bagi pengguna media baru adalah forum, dengan mediasi
forum individu bebas memilih informasi yang dibutuhkan dan forum juga sering
menjadi titik awal dari aktivisme sosial ataupun politis yang biasa kita kenal
sebagai aktivitas dunia online. Pada awalnya aktivisme online dianggap oleh
mayoritas orang sebuah aktivitas yang semu, dimana mereka memandang
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
aktivitas online hanya berlangsung di dalam dunia maya dan tidak berdampak
pada dunia offline (nyata).
Tetapi apa yang terjadi pada timur tengah, dimana aktivisme politik kaum
muda menggunakanmedia baru Facebook dan Twitter sebagai alat revolusi
gerakan mereka. Sebagai contohnya dinamika politik mesir, dimana para
demonstran menggunakan social media untuk mengunggah foto dan video ke
dalam group Facebook maupun Twitter, salah satu phosting yang paling mendapat
perhatian adalah “We Are All Khaled Said” muncul sebagai reaksi atas kematian
Mohammad Khaled Said, hal ini mendapat sorotan dari public sehingga dinamika
politik yang terjadi di mesir menjadi semakin tidak kondusif. Peristiwa tersebut
memaksa pemerintah mesir untuk memutus jaringan internet pada saat itu juga
pemerintah mendapat protes dari masyarakat mesir, hal ini menjadi sebuah
indikasi dimana social media yang dilakukan didalam dunia online tidak lagi
menjadi sebuah gerakan yang semu, tetapi dunia online dapat menjadi pemicu
atau menjelma menjadi sebuah ancaman besar seperti yang terjadi pada rezim Al-
Mubarak.
Berangkat dari kerangka pemikiran gerakan social media dalam aktivisme
politik di mesir, peneliti ingin melihat media baru sebagai ruang aktivisme sosial,
politik maupun budaya. Forum di dalam social media menjelma menjadi sebuah
ruang dalam menciptakan sebuah aktivisme, seperti halnya mengorganisasikan
gerakan yang menglibatkan hubungan respirokal sesama pengguna social media
lain, misalnya harus ada komunikasi seperti diskusi tentang strategi demonstrasi,
kegiatan ini membutuhkan interaksi timbal –balik yang sifatnya dua arah,
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
sehingga interaksi yang terjadi di social media menggunakan konten forum atau
group yang menjadi aspek sosiologis dalam teori ini. Sehingga kaitannya dengan
penelitian ini, peneliti ingin melihat gadjah mada mengajar pada penggunaan
social media dalam gerakan yang mereka lakukan, dalam gerakannya GMM
menggunakan Facebook dan Twitter sebagai ruang aktivisme sosial mereka
khususnya dalam bidang pendidikan, dengan cara meng-upload segala kegiatan
mereka, dari mencari relawan sampai kegiatan yang telah mereka lakukan selama
ini.
3. Gerakan Sosial Baru
Gerakan sosial baru merupakan teori makro yang akan digunakan sebagai
pisau bedah dalam penelitian ini, hal ini dikarenakan gerakan sosial baru
lebih mengangkat tentang isu-isu yang terjadi di masyarakat yang
menggambarkan resistensi suatu kaum / kelompok yang tidak hanya
memperjuangkan isu sosial, politik dan ekonomi tetapi meluas mencakup
tentang isu HAM dan lingkungan hidup. Pada dasarnya teori ini timbul
karena semakin banyaknya keluhan oleh masyarakat terhadap realita sosial
yang semakin merugikan dan meminggirkan mereka. Menurut Laclau dan
Mouffe menganggap gerakan sosial baru sebagai awal pencarian atas
kemandekan dari pendekatan Marxist20
. Pandangan gerakan sosial baru
muncul sebagai alternatif dari gerakan sosial lama atas pandangan marxist
20
Mansoer Fakih, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi sosial, Pergolakan Ideologi LSM Indonesia,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996, Hal.46.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
tradisional yang selalu menekankan pada masalah perjuang kelas, yang
terdikotomi menjadi kelas bourjois dan proletar.
Teori gerakan sosial baru menurut Laclau dan Mouffe dapat dilihat
sebagai institusi masyarakat sipil yang dipolitisasi, dan karena itu
mendefinisikan ulang batas-batas politik institusional, Alberto Melluci
memandang bahwa gerakan sosial baru sebagai cara baru dalam memahami
dunia dan menentang aturan kultur yang mendominasi berdasarkan alasan
simbolik. Sedangkan Charles Tilly berpendapat bahwa gerakan sosial upaya-
upaya mengadakan perubahan lewat interaksi yang mengandung perseteruan
dan berkelanjutan diantara warganegara dan negara.21
Pada dasarnya
pengertian gerakan sosial baru adalah gerakan sosial yang mendapatkan
kesadaran baru akan pentingnya hak-hak yang harus di perjuangankan yang
tidak hanya memperjuangkan suatu kelas saja tetapi dalam gerakan sosial
baru ini lebih luas parhatiannya seperti ke isu politik, ekonomi, pendidikan,
budaya maupun HAM.
Mouffe mengatakan bahwa aktor penggerak dari gerakan sosial baru
berasal dari 3 sektor utama, yaitu:
1. Kelas menengah
2. Unsur- unsur kelas menengah lama (petani, dan pemilik toko) dan
21
Astrid S Susanto-Sunarto, Masyarakat Indonesia Memasuki Abad ke Dua Puluh Satu, Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998, Hal.21.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3. Orang-orang yang menempati posisi pinggiran yang tidak terlalu terlibat
dalam pasar kerja, seperti mahasiswa, ibu rumah tangga, dan pensiunan.22
Aktor penggerak dari gerakan sosial baru seperti yang disebutkan oleh
Mouffe berasal dari golongan masyarakat kelas menengah keatas dan kaum
intelektual. Kaum intelektual merupakan kelas menengah dalam status sosial
masyarakat. Dalam tulisan ini peneliti ingin melihat kaum intelektual muda
yang bergerak sebagai kelas menengah dalam status sosial masyarakat yang
merespon tentang buruknya sistem pendidikan di indonesia yang khususnya
terjadi di yogyakarta sehingga kelas sosial menengah ini membentuk gerakan
yang tergabung dalam gerakan gadjah mada mengajar sebagai wadah untuk
mencapai tujuan yaitu memperbaiki atau memfasilitasi mereka yang tidak
terjamah maupun tidak memiliki akses dalam bidang pendidikan.
Secara lebih detail peneliti ingin melihat gerakan sosial baru yang aktor
penggeraknya adalah kelas sosial menengah yaitu kaum muda, dimana kaum
muda disini adalah mahasiswa yang berkontribusi dalam gerakan GMM.
Dalam menjalankan gerakannya GMM menggunakan media baru dengan cara
mem-phosting kegiatan mereka untuk menarik perhatian public terhadap isu
pendidikan. Dalam hal ini gerakan gadjah mada mengajar bukan melakukan
perlawanan tapi lebih menekankan untuk melakukan kontribusi yang nyata
dalam mendukung program pemerintah khususnya dalam bidang pendidikan,
mahasiswa yang merupakan kaum intelektual sekaligus kelas menengah
22
Fadhillah Putra dkk (2006) dalam skripsi aktivisme gemkara-BP3KB dan pengaruhnya dalam
mewujudkan kabupaten batubara, Novi Andrianthy, 2009.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dalam status social masyarakat mencoba untuk menutupi kekosongan ruang
yang di tinggalkan oleh pemerintah melalui gerakan yang di bentuk.
Penggerak dari gadjah mada mengajar kebanyakan adalah mahasiswa UGM
yang dianggap sudah dapat berkontribusi dalam melakukan perubahan bagi
masyarakat.
4. Metode Penelitian
G.1 Pendekatanpenelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk
memahami fenomena yang terjadi di dalam gerakan gadjah mada mengajar,
khususnya dalam menjelaskan mengenai aktivisme relawan mahasiswa dalam
gerakan gadjah mada mengajar tersebut sehingga bagaimana peran social media
dapat tersaji secara mendalam sesuai dengan pendekatan kualitatif yang bersifat
menjelaskan secara deskriptif suatu fenomena yang sesuai dengan keadaan
dilapangan. Pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah pendekatan
deskriptif, untuk dapat memahami dan menggambarkan gerakan dengan
menggunakan social media yang dilakukan oeh gadjah mada mengajar secara
mendalam, pengertian penelitian deskriptif kualitatif menurut Hadari Nawawi
dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan baik subyek maupun obyek penelitian
seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.23
23
Hadari Nawawi, 1987, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Hal.63.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
G.2 Lokasi/subyek penelitian
Penelitian ini dilakukan pada organisasi Gadjah Mada Mengajar, yang
merupakan salah satu komunitas mahasiswa yang bergerak khususnya dalam
bidang pendidikan. Dalam pergerakannya GMM banyak memanfaatkan social
media untuk me-share kegiatan mereka dan mencari relawan yang bersedia
mengajar anak-anak yang kurang beruntung mendapatkan akses pendidikan, pada
awalnya gadjah mada mengajar memfokuskan untuk dapat berkontribusi di daerah
shelter gondang 2, Cangkringan dan dibantaran kali gajah wong tepatnya di
papringan (belakang museum affandi)24
tetapi setelah berjalan beberapa tahun
tempat kegiatan mereka pindah ke Kricak Kidul. Gerakan gadjah mada mengajar
ini memanfaatkan social media dalam mencari relawan untuk ikut serta
berpartisipasi dalam gerakannya dan memposting semua kegiatan mereka ke
social media dengan tujuan masyarakat dapat melihat dan menilai fenomena dari
kegiatan mereka, pemanfaatan social media ini lah yang menjadikan peneliti
merasa ingin mengetahui lebih tentang aktivitas mahasiswa yang dipengaruhi oleh
peran social media khususnya dalam gerakan gadjah mada mengajar.
G.3. Metode pengumpulan data
1. Wawancaraonline(8 responden)
Wawancara atau interview adalah bentuk komunikasi yang dilakukan
secara langsung antara pewawancara dengan informan yang berguna untuk
memperoleh data untuk penelitian yang akan dilakukan, dalam hal ini antara 24
http://www.gadjahmadamengajar.org/sambutan/
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
pewawancara (interviewer) dengan informan (obyek) saling bertatap muka secara
langsung dan interviewer mengajukan pertanyaan kepada obyekmengenai
permasalahan yang ingin diketahui, Maka interview ini dapat dipandang sebagai
metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak, yang dilakukan secara
sistematis dan berdasarkan tujuan research (Kartono, 1980) melalui wawancara
dapat membentuk deskripsi peneliti dari fenomena yang terjadi di lapangan dan
dengan menggunakan metoda wawancara informan diharapkan dapat
mengeksplorasi pandangan-pandangan, pemikiran dan tingkah laku akan gagasan,
situasi secara lebih mendalam. Dalam penelitian ini penulis lebih memilih
menggunakan wawancara onlineuntuk mendapatkan data dari informan, berbeda
dengan wawancara yang harus face to face dengan informan untuk memperoleh
data, untuk wawancara online tidak perlu bertemu secara langsung untuk
melakukan wawancara, jadi dapat di jelaskan bahwa wawancara onlineadalah
bentuk komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung antara pewawancara
dengan informan, pewawancara dan informan menggunakan social media sebagai
media komunikasi dan juga di gunakan oleh pewawancara dalam pengumpulan
data, jadi hasil laporan dari wawancara online ini adalah berupa screen capture
dari chating yang dilakukan oleh pewawancara dengan informan sebagai sumber
data bagi pewawancara.
Dalam skripsi ini penulis mencoba menggunakan social media untuk
melakukan wawancara online, hal ini bertujuan untuk memanfaatkan social media
seperti apa yang telah dilakukan oleh gadjah mada mengajar dalam ekspansi
gerakannya selama ini. Keuntungan wawancara onlinedapat memangkas jarak dan
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
waktu antara penulis dan informan, wawancara online dapat mengurangi rasa
malu responden dan dapat membuat jawaban dari responden tersebut menjadi
lebih spesifik dengan jawaban mereka, selain itu wawancara online ini tidak
terkekang oleh waktu karena informan dapat menjawab pada waktu tepat untuk
diri mereka sendiri, dan juga dapat mengambil waktu sebanyak yang mereka
butuhkan untuk menjawab pertanyaan. Dalam melakukan wawancara
onlinepenulis telah memilih 8 responden yang terdiri dari pendiri GMM, pengurus
GMM, dan relawan GMM yang menjadi obyek dari kegiatan Gadjah mada
mengajar.
Penulis mencoba mengungkapkan fakta yang terjadi melalui wawancara
online yang mengarah pada gerakan Gadjah mada mengajar. Untuk menjaga arah
pembicaraan yang akan dilakukan saat wawancara, yang saya gunakan adalah
wawancara berstruktur, yaitu wawancara yang menggunakan interview guide
sesuai dengan data yang ingin diperoleh sehingga pertanyaan yang akan diajukan
menggunakan social media (chating) kepada obyek sesuai dengan topic yang di
usung.
2. Pengumpulan Data sekunder
Pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang berdasarkan pada
sumberterpercaya seperti buku, jurnal, posthingan di social media dan artikel yang
pada intinya untuk membandingkan antara data yang diperoleh dari metodeFGD
dan interview, pengumpulan data seperti ini tidak dapat dipisahkan dari suatu
penelitian karena untuk memperkuat hasil yang diperoleh peneliti. Dengan
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
menggunakan studi kepustakaan peneliti dapat juga menemukan teori-teori
bahkan penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, hal tersebut dapat
digunakan oleh peneliti untuk menambah informasi yang dibutuhkan.
G.4. Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data yang lebih di tekankan pada penunjukan
makna, proses, pola-pola dan deskripsi yang jelas. Sedangkan menurut Bogdan
teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan kerja yang
menggunakan data, mengorganisasikan data, memilah untuk dapat dijadikan
satuan data yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan
pola dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan
apa yang dapat di ceritakannya kepada orang lain. Dalam penelitian ini saya
menggunakan analisis data model Miles dan Huberman dimana analisis data
melewati langkah-langkah dari reduksi, penyajian data sampai penarikan
kesimpulan. Sedangkan reduksi merupakan proses merangkum, memilah hal yang
pokok, focus terhadap hal yang penting, serta mencari tema dan polanya. Dengan
begitu data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas,
yang akan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data
selanjutnya. Dalam hal penyajian data dalam penelitian kualitatif biasanya dalam
berupa text naratif, yang bertujuan untuk memudahkan dalam memahami apa
yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang telah dipahami
melalui text naratif dan yang terakhir penarikan kesimpulan (Verifikasi)
merupakan langkah terakhir dari sebuah penelitian yang mengharuskan peneliti
menarik suatu makna dari data-data yang telah tersaji. Kesimpulan dapat
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dituangkan dalam kalimat ringkas yang bisa mewakili semua makna yang
terkandung dari data-data yang diperoleh sehingga pembaca dapat menangkap apa
yang menjadi hasil dari sebuah penelitian.
Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/