kesukarelawanan kaum muda di social media dalam membentuk...

33
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat dalam beberapa dasawarsa tahun terakhir membawa perubahan yang begitu besar dalam semua sektor kehidupan, tidak kecuali dalam sektor media yang perkembangannya sangat cepat dalam penyampaian dan pertukaran pesan melalui teknologi. Teknologi dalam komunikasi sangat mudah dilakukan sehingga komunikasi dapat dilakukan secara 2 arah dan memungkinkan terjadinnya interaksi antara pengirim pesan dengan penerima pesan, dalam perkembangan media massa mungkin ini yang dikatakan baru sehingga dinamakan new media. Dengan teknologi internet yang didukung oleh jejaring social media dapat mempermudah kita untuk berhubungan dengan orang laintanpa mengenal batasan wilayah, ruang dan waktu. Tidak hanya sebatas itu, social media memberikan ruang bagi masyarakat untuk membahas dari permasalahan yang bersifat keseharian hingga mendiskusikan permasalahan yang bersifat serius, misalkan mengkritik kebijakan pemerintah. Kemajuan teknologi ini memberikan manfaat dan alternative bagi masyarakat dalam menyalurkan pendapat dan tanggapannya atas berbagai isu yang ada, saat ini jutaan orang telah memanfaatkan ruang social media dalam berinteraksi hal ini sering disebut sebagai cyberspace, yaitu sebuah dunia yang terhubung melalui penggunaan computer dan internet. social media sendiri mempunyai fungsi positif seperti : Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial Baru RAMA WISNU DEWANTARA Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: trankiet

Post on 18-Aug-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang begitu pesat dalam beberapa dasawarsa tahun

terakhir membawa perubahan yang begitu besar dalam semua sektor kehidupan,

tidak kecuali dalam sektor media yang perkembangannya sangat cepat dalam

penyampaian dan pertukaran pesan melalui teknologi. Teknologi dalam

komunikasi sangat mudah dilakukan sehingga komunikasi dapat dilakukan secara

2 arah dan memungkinkan terjadinnya interaksi antara pengirim pesan dengan

penerima pesan, dalam perkembangan media massa mungkin ini yang dikatakan

baru sehingga dinamakan new media.

Dengan teknologi internet yang didukung oleh jejaring social media dapat

mempermudah kita untuk berhubungan dengan orang laintanpa mengenal batasan

wilayah, ruang dan waktu. Tidak hanya sebatas itu, social media memberikan

ruang bagi masyarakat untuk membahas dari permasalahan yang bersifat

keseharian hingga mendiskusikan permasalahan yang bersifat serius, misalkan

mengkritik kebijakan pemerintah. Kemajuan teknologi ini memberikan manfaat

dan alternative bagi masyarakat dalam menyalurkan pendapat dan tanggapannya

atas berbagai isu yang ada, saat ini jutaan orang telah memanfaatkan ruang social

media dalam berinteraksi hal ini sering disebut sebagai cyberspace, yaitu sebuah

dunia yang terhubung melalui penggunaan computer dan internet. social media

sendiri mempunyai fungsi positif seperti :

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1. Memberikan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat:

memberikan petunjuk adanya hubungan antara kekuasaan, serta

memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan.

2. Memberikan informasi yang bersifat menjelaskan, menafsirkan, serta

mengomentari makna peristiwa dan informasi.

3. Memberikan informasi tentang hal-hal yang berkesinambungan yang

meliputi peningkatan dan pelestarian nilai-nilai.

4. Memberikan hiburan untuk dapat meredakan ketegangan sosial,

mengalihkan perhatian dan relaksasi.

5. Mobilisasi untuk mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang

politik, sosial, pembangunan pekerjaan dan agama1

Sebagian besar masyarakat telah memanfaatkan social media sebagai sarana

dalam berbagi informasi, baik dari kalangan mahasiswa, karyawan, menteri,

sampai presiden sekalipun memiliki akun social media seperti Facebook sampai

Twitter.Social media seperti membentuk dunia baru, karena bagi para

penggunanya dengan mudah dapat mengetahui dan menyapa teman mereka tanpa

harus bertemu langsung, selain itu dengan menggunakan social media mereka

dapat berbagi pengetahuan dengan cara meng-upload foto maupun video, karena

ponsel mereka telah menjadi jendela baru untuk mengatahui segala hal yang

sedang terjadi di luar sana. Dengan berkembangnya internet semua orang

memiliki kesempatan yang sama dalam memanfaatkannya, seperti halnya

1 Denis McQuail dalam Dibyareswari Utami Putri, 2012, Skripsi, Peran Media Baru Dalam

Membentuk Gerakan Sosial, Depok, Universitas Indonesia.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

melakukan gerakan dan perubahan, hal ini didukung dengan semakin banyaknya

koorporasi seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan social media lainnya yang

mentransformasi gagasan dan mengubah cara berinteraksi individu dengan

menggunakan internet.

Sejalan dengan semakin berkembangnya social media, hal ini diikuti juga

dengan perubahan perilaku masyarakat dalam memanfaatkannya, mengingat

seperti apa yang dikatakan oleh Manuel Castel bahwa teknologi itu bersifat netral,

tergantung pada siapa yang memegang atau mengendalikan teknologi itu dapat

dikatakan berdampak positif maupun negatif. Pada dasarnyasocial mediajuga

dimanfaatkan oleh masyarakat dunia sebagai tempat berbagi kegiatan sehari-hari

sampai dijadikan ruang protes atau kritik bahkan tuntutan revolusi. Seperti

gerakan social media yang muncul di Indonesia pada tahun 2009 dalam gerakan

yang bertajuk “Dukungan Bagi ibu Prita Mulyasari “ penulis surat keluhan

malpraktik kepada rumah sakit omni jakarta yang mengharuskan prita mulyasari

membayar denda hampir satu milyar rupiah, gerakan ini di dukung lebih dari

5.900 anggota group dan gerakan social media ini dapat mengumpulkan donasi

hampir sebesar satu milyar kurang dari seminggu. Ada pula gerakan 1.000.000

Facebookers (istilah pengguna Facebook) yang mendukung Chandra Hamzah dan

Bibit Samad Rianto perihal kasus “Cicak VS Buaya” yang melibatkan KPK

dengan petinggi POLRI, social media seperti Facebook dan Twitter menjadi

pilihan utama masyarakat Indonesia dalam melakukan gerakan sosial baru2. Jika

2http://m.berdikarionline.com/editorial/20120207/dunia-maya-dan-gerakan-sosial-anti-

korupsi.html

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kita lihat di luar negeri, jatuhnya presiden Mesir Husni Mubarok yang memimpin

lebih dari 30 tahun dan presiden Tunisisa Zine El Abidine ben Ali yang berkuasa

selama lebih dari 23 tahun disinyalir berawal dari gerakan sosial melalui jejaring

sosial yaitu Facebook dan Twitter, para pemberontak yang melakukan koordinasi

gerakan dengan cepat menggunakan Facebook, Twitter, dan SMS (Short Message

Service) yang mendapat respon dari pemerintah mesir meng-blockade jaringan

internet pada saat itu. Selama ini internet hanya dianggap sebagai dunia maya

tetapi sekarang masyarakat memanfaatkan dan mentransformasikan ke dalam

berbagai aksi kritik nyata dari dunia maya (online) ke dalam dunia nyata (offline),

seperti dalam bentuk gerakan social media. Internet bisa menjadi media agen

perubahan mengingat jumlah pengguna internet yang besar di Indonesia dan

generasi muda yang dalam kehidupan sehari-hari selalu dekat danmemanfaatkan

jaringan internet dalam memperoleh informasi sering disebut sebagai net

generation, dalam penggunaan internet dan social media untuk berinteraksi bagi

generasi muda Indonesia juga dapat dengan mudah membentuk kelompok atau

komunitas untuk mengusung gagasan perubahan.

Anthony Gidden menyatakan bahwa Gerakan social merupakan upaya kolektif

untuk mengejar kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama atau

gerakan bersama melalui tindakan kolektif diluar lingkup lembaga-lembaga yang

mapan3, sedangkan menurut Robert Misel dalam bukunya yang berjudul teori

pergerakan sosial mendefinisikan gerakan sosial sebagai perangkat keyakinan dan

3Fadhillah Putra dkk (2006) dalam skripsi aktivisme gemkara-BP3KB dan pengaruhnya dalam

mewujudkan kabupaten batubara, Novi Andrianthy, 2009

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tindakan yang tidak terlembaga yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk

memajukan atau menghalangi perubahan dalam masyarakat4. Menurut Mansour

Fakih gerakan sosial adalah kelompok yang teroganisir secara tidak ketat dalam

rangka tujuan sosial terutama dalam usaha merubah struktur maupun nilai sosial.5

Gerakan sosial di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang, dimana pada

tahun 1998 gerakan mahasiswa mempunyai andil besar dalam meruntuhkan rezim

soeharto. Karakter gerakan sosial pun telah berubah fungsi dimana pada rezim

soeharto gerakan sosial sering melakukan aktivisme demonstrasi sebagai media

dalam menyampaikan kritik terhadap pemerintah, sedangkan untuk gerakan sosial

yang diikuti oleh perkembangan teknologi khususnya pasca orde baru

memperlihatkan karakter berbeda, dimana gerakan sosial mulai meninggalkan

media demonstrasi untuk menyampaikan aspirasi maupun kritik terhadap

pemerintah tetapi mulai memanfaatkan social media dalam menyampaikan kritik.

Dengan teknologi, gerakan sosial lebih terfragmentasi, bersifat lokal, berorientasi

pada satu isu dan rata-rata berdurasi singkat, hal ini yang menciptakan gerakan

sosial baru yang membedakan dengan gerakan sosial lama dapat dilihat dari aktor,

tujuan dan penggunaan alat dalam melakukan gerakan tersebut, seperti yang

Mouffe jelaskan bahwa aktor penggerak dari gerakan sosial baru berasal dari 3

sektor yang salah satunya adalah kelas menengah, tujuan dari gerakan sosial baru

tidak lagi membahas mengenai perjuang kelas tetapi sudah meluas kedalam semua

4Robert Misel, Teori Pergerakan Sosial, Yogyakarta : Resist Buku, 2004, Hal 6-7.

5Mansour Fakih,Tiada Transformasi Tanpa Gerakan Sosial, dalam Zaiyardam Zubir, Radikalisme

kaum Terpinggir : Study tentang Ideologi, Isu, Strategi dan Dampak Gerakan, Yogyakarta : Insist

Press, 2002, Hal Xxvii.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

aspek kehidupan baik itu isu sosial, politik, ekonomi, budaya dan HAM, yang

paling menarik disini adalah alat yang dilakukan dalam melakukan gerakan itu

sendiri, dimana dalam gerakan sosial lama media gerakan cenderung

menggunakan media demontrasi tetapi dalam gerakan sosial baru media tersebut

perlahan-lahan mulai di tinggalkan, dengan kemajuan teknologi informasi social

media menjadi salah satu media yang paling efektif yang dipilih sebagai media

dalam gerakan sosial baru, seperti petisi online, change,org web yang memfalitasi

gerakan-gerakan masyarakat.

Munculnya relawan dalam gerakan sosial menjadi fenomena yang menarik,

pengorbanan baik secara materi dan waktu mereka berikan untuk ikut aktif dalam

gerakan sosial seperti halnya gerakan relawan Jokowi-JK mereka bersedia

mendukung calon presiden pilihan mereka agar dapat menduduki kursi nomor

satu di republik ini, relawan muda yang tergabung dalam gerakcepat.com ini

mencoba mendukung dan me-sosialisasikan visi dan misi jokowi kepada

masyarakat luas dengan tujuan mempengaruhi masyarakat untuk dapat memilih

Jokowi-JK. Mengingat bahwa relawan tidak sepenuhnya mendapat keuntungan

dari aktivisme yang mereka gerakan, maka dari itu menjadi hal menarik untuk

dibahas secara lebih mendalam. Munculnya fenomena relawan bukan menjadi hal

yang baru dalam gerakan di indonesia, mengingat bahwa runtuhnya rezim

soeharto juga dari gerakan sosial yang di gerakan oleh mahasiswa dan di dukung

oleh masyarakat indonesia. Relawan merupakan himpunan kekuatan rakyat yang

tidak dapat dinilai harganya, mereka bergerak karena menginginkan perubahan

yang signifikan.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Perkembangan teknologi khususnya social media juga dimanfaatkan oleh

perkumpulan mahasiswa yaitu gerakan gadjah mada mengajar yang merupakan

lembaga sosial kampus (LSK), dimana gerakan ini menggunakan social media

untuk memposting beberapa foto fenomena di lapangan ke social media yang

mendapat respon positif dari public khususnya mahasiswa dalam bentuk share

informasi sampai tanya jawab mengenai gerakan komunitas. Gadjah mada

mengajar merupakan gerakan sosial yang bersifat non profit atau kesukarelawanan

berbasis pengabdian dalam masyarakat yang focus dalam peningkatan kualitas

pendidikan bagi anak-anak yang membutuhkan, gerakan ini pada awalnya

bertujuan untuk menjangkau anak-anak korban bencana yang sangat sulit

mendapatkan pendidikan formal dikarenakan fasilitas pendidikan formal mereka

rusak akibat erupsi gunung merapi. Gerakan gadjah mada mengajar di latar

belakangi oleh bencasa erupsi gunung merapai yang pada saat itu merusak failitas

pendidikan formal di sekitar daerah lereng gunung merapi sehingga mahasiswa

dari UGM membentuk kelas untuk mengisi atau menggantikan sementara

pendidikan formal di tempat itu, lambatnya peran pemerintah dalam menangani

permasalahan ini menjadikan komunitas ini terbentuk sebagai respon terhadap

permasalahan tersebut.

Relawan yang tergabung dalam GMM tidak hanya berasal dari mahasiswa

UGM tetapi mahasiswa dari universitas lainnya yang berada di Yogyakarta juga

dapat bergabung dalam gerakan ini, GMM sendiri melakukan perekrutan anggota

relawan baru setiap tahunnya untuk memberi kesempatan dan berbagi pengalaman

kepada mahasiswa lain, yang menarik adalah bagaimana kesadaran individu

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dibentuk oleh keadaan sosial masyarakat melalui social media. Social media

sangat berpengaruh terhadap berkembangnya gerakan gadjah mada mengajar,

dimana awal mula gerakan ini berawal dari pemanfaatan social media sebagai

bentuk ruang kritik dan ekspresi terhadap realitas sosial yang dilanjutkan dengan

pembentukan komunitas GMM. Dalam mencari relawan atau pengajar bagi anak-

anak kurang mampu, GMM memanfaatkan social media dengan tingkat pengguna

social media yang semakin meningkat, tidak sulit bagi komunitas ini dalam

mecari relawan atau pengajar. Mahasiswa yang termasuk dalam kaum muda

disebut sebagai digital native yang sangat dekat dengan teknologi informasi

terutama jaringan internet dan handphonemelalui social mediatelah menciptakan

ruang publik baru yang semakin terbuka dan tanpa batas terutama dalam

mengkonsumsi informasi dari dunia maya, karena itu semakin tinggi tingkat

apresiasi mahasiswa terhadap teknologi khususnya pemanfaatan social media juga

berpengaruh pada gerakan gadjah mada mengajar dalam membentuk aktivisme

volunteer dikalangan mahasiswa itu sendiri. Sebuah dampak dari teknologi

informasi khususnya social media dalam membentukan aktivisme volunteer kaum

muda pada mahasiswa membuat saya tertarik untuk dapat mengetahui sampai

sejauh mana pengaruh dari perkembangan teknologi khususnya social media

dalam gerakan gadjah mada mengajar.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana kaum muda memanfaatkan social mediadalam menciptakan

ruang baru bagi gerakan mahasiswa?

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Bagaimana social media membentuk aktivisme relawan mahasiswa gadjah

mada mengajar?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan social media yang dimanfaatkan

oleh gadjah mada mengajar dalam meningkatkan aktivisme gerakan di

kalangan mahasiswa untuk ikut serta dalam gerakan sosial tersebut.

Mengatuhui motivasi apa yang menjadi dasar dari para anggota bergabung

dalam GMM.

Mengetahui kontribusi konkreat apa yang dilakukan oleh individu setelah

bergabung dalam GMM.

Untuk mendapat gambaran tentang seberapa besar pengaruh social media

dalam gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa khususnya yang tergabung

dalam gerakan gadjah mada mengajar.

Untuk mengetahui sejauh mana social media membentuk ruang baru di

kalangan mahasiswa sebagai bentuk apresiasi terhadap gerakan sosial.

Untuk mengetahui seberapa besar peran gadjah mada mengajar dalam

melakukan proses perubahan sosial khususnya dalam dunia pendidikan di

daerah Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Memberi gambaran tentang pemanfaatan ruang digital yang digunakan oleh

GMM dalam aktivisme nya di bidang pendidikan

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Memberi penjelasan lebih lanjut tentang gerakan mahasiswa yang berbasis

social media

Agar mahasiswa memperoleh penalaran secara mendalam tentang gerakan

social media dalam mencapai perubahan sosial di masyarakat..

Memberi gambaran tentang aktivisme relawan mahasiswa yang tergabung

dalam gerakan gadjah mada mengajar.

E. Tinjauan Literatur

Banyak penelitian yang dihasil oleh peneliti terdahulu yang berkaitan tentang

gerakan sosial, banyak penelitian yang betujuan baik untuk menyelesaikan tugas

akhir maupun penelitian yang dilakukan untuk instansi maupun kepentingan

organisasi, berikut beberapa penelitian tersebut:

Salah satu penelitian tentang gerakan sosial adalah penelitian yang dilakukan

oleh Vita Febriana, mahasiswa sosiologi, universitas Gadjah mada.Penelitian ini

mengenai konteks kelahiran gerakan dalam mempertahankan eksistensi permainan

tradisional ditengah permainan modern yang semakin merabak ditengah

masyarakat dengan di dukungnya globalisasi dan pasar bebas. Penelitian ini

dilakukan pada tahun 2009 yang berjudul Komunitas kolong tangga dan gerakan

counter hegemoni (Studi tentang kontek kelahiran dan strategi gerakan dalam

merespon perubahan sosial). Penelitian ini selain menyoroti gerakan komunitas

kolong tangga yang memperjuangkan permainan tradisional untuk tetap dapat

bertahan juga mengkaitkannya dengan krisis identitas daerah akibat modernitas

yang membentuk satu identitas yang sesuai dengan pasar.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Secara garis besar, penelitian ini membahas tentang gerakan komunitas

dengan perspektif sosiologi melalui analisa teori gerakan sosial, dan teori

identitas. Dalam analisa tersebut menemukan bahwa globalisasi dan modernitas

yang sedang kita alami sekarang tidak sepenuhnya membawa dampak yang

positif, hasil dari penelitian ini bahwa perkembangan permainan modern seperti

adanya game online, tablet, dan smartphone menggerus permainan tradisional

yang merupakan ciri khas dari suatu daerah karena globalisasi telah membentuk

satu identitas yang sama sesuai dengan apa yang di harapkan oleh pasar. Maka

dari itu perlu adanya pelestarian permainan tradisional, permainan tradisional

sebenarnya lebih banyak manfaat di banding kan dengan permainan modern yang

hanya kebanyakan bersifat abstrak.pada akhirnya tugas orang tua

memperkenalkan permainan tradisional kepada anak sangat penting perannya.

Di lain hal, penelitian terkait dengan gerakan sosial dilakukan oleh

Dibyareswari utami putrimahasiswa komunikasi massa, Universitas

Indonesia.penelitian ini membahas tentang kekuatan media baru yaitu social

media yang mampu membentuk gerakan sosial, dimana gerakan sosial ini dapat

bertahan cukup lama karena adanya kekompakan dan loyalitas dari para

anggotanya. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 dengan judul Peran media

baru dalam membentuk gerakan sosial (studi kasus pada individu yang terlibat

dalam Indonesia Unite di Twitter) latar belakang dari muncul nya Indonesia unite

ini dari reaksi pemboman yang terjadi di hotel J.W. Marriot dan Ritz Carlton

Jakarta yang menimbulkan rasa nasionalis dari para anggota Indonesia unite.

Gerakan sosial ini sadar bahwa pemboman yang terjadi di hotel tersebut akan

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menurun kan minat orang baik dalam dan luar untuk berkunjung ke Jakarta,

Indonesia unite sempat menjadi trendingtopic di Twitter selama 3 hari yang

mendapatkan banyak dukungan dari seluruh penjuru dunia agar Jakarta dapat

segera bangkit dari tragedy tersebut.

Dalam penelitian ini menggukan metode kualitatif dengan paradigma post-

positif, agar lebih mudah dalam mendiskripsikan dari gerakan Indonesia unite.

penelitian tentang peran media baru dalam gerakan sosial ini dilakukan dengan 3

type informan yang terdiri dari informan yang mengikuti Indonesia unite,

informan yang menuliskna tweet yang mendukung Indonesia unite, dan informan

yang secara offline melakukan tindakan, seperti : admin dari Indonesia unite,

merupakan informan utama yang membuat dan menjalankan akun Twitter,

informan kedua adalah seseorang yang membuat harian Indonesia unite,

informan ketiga adalah seseorang admin @aksisosia_IU di Twitter.dari informan-

informan tersebut, diperoleh bahwa gerakan sosial yang mereka lakukan adalah

sebagai bentuk melwan aksi kekerasan, diskriminasi maupun terorisme dari

pemboman yang terjadi di di hotel J.W. Marriot dan Ritz Carlton Jakarta. Selain

itu penelitian ini juga membuktikan bahwa gerakan sosial yang muncul karena

perasaan yang sama akan cinta tanah air Indonesia, perasaan ini menumbuhkan

kohesifitas dalam kelompok yang lebih jauh menimbulkan groupthink syndrome

yaitu rasa kebanggaan yang positif pada Indonesia Unite.

Kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini, penelitian

diatas menggugah minat peneliti untuk dapat melihat media baru dalam

menghasilkan gerakan sosial terutama dalam gerakan gadjah mada mengajar,

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

secara lebih mendalam peneliti ingin mengetahui kekuatan dari media baru

khususnya social media dalam membentuk aktivitas kesukarelawanan individu

khususnya mahasiswa dalam gerakan gadjah mada mengajar.

F. Kerangka Teori

1. Relawan

Relawan menurut kamus besar Indonesia identik dengan kesukarelawan yang

berarti orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena diwajibkan

atau dipaksakan)6, pertolongan jenis ini tergolong sebagai pertolongan kolektif

dan biasanya pemberian pertolongan dalam jangka waktu yang lama,

berkelanjutan dan terorganisir7. Relawan biasanya bergerak dalam satu wadah

komunitas ataupun organisasi yang memiliki ideologi dan value (nilai) yang sama

dalam melihat suatu permasalahan yang ada di masyarakat, maka dari itu terdapat

saling kertergantungan antara satu orang dengan orang yang lain dalam

menangani suatu permasalahan. Seseorang yang melibatkandirinya dalam

aktivitas kerelawanan merupakan bentuk pertolongan terencana yang sesuai

dengan kemampuan, pemilihan prioritas, dan penggunaan kemauan8.

6 kbbi.web.id

7Schroeder, D.A., penner, L.A., Divido, J.F., Piliavin, J.A (1998). The Psychology of helping and

altruism : Problem and puzzles, New York.

8Benson, P., Dorothy,J,Garman,L., Hanson, E, hochschwender, M., Lebold, C,. Rohr, R & Sullivan J

(1980). Intrapersonal correlates of nospontaneus helping behavior.Journal of social psychology,

110, 87-95.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pada dasarnya motivasi relawan adalah motivasi untuk dapat saling berbagi

dan membantu dengan orang lain sering disebut sebagai motivasi altruis, hal ini

terlihat dari gerakan dan kegiatan yang mereka lakukan untuk membantu

masyarakat, seperti yang dikatakan oleh Anies Baswedan relawan tidak dinilai

bukan karena tidak berharga namun tidak ternilai. Banyak relawan yang ikut

bergabung dalam gerakan sosial, memiliki rasa kepentingan yang sama akan ingin

terwujudnya situasi yang diinginkan menjadi salah satu motivasi komunitas yang

menjadi tempat partisipasi relawan. Aktivisme relawan kaum muda khususmya

mahasiswa di lingkungan kampus dalam membentuk gerakan menjadi hal

menarik untuk dapat dilihat secara lebih mendalam, dalam hal ini yang menarik

adalah motivasi seperti apa yang menggerakan mereka dalam volunteer aktivisme

sehingga dapat membentuk gerakan sosial.

Pandangan Talcot Parson mengenai tindakan manusia pada dasarnya bersifat

voluntaristik yang berarti bahwa tindakan itu didasarkan pada dorongan kemauan

dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati, tindakan individu

yang dijelaskan oleh Talcot Parson bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh

individu memiliki kebebasan untuk memilih sarana (alat) dan tujuan yang akan

dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang

dipilihnya tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma yang berlaku9, prinsip

pemikiran Talcot Parson menekankan bahwa tindakan individu diarahkan pada

tujuan yang ingin dicapai oleh individu itu sendiri, tindakan ini dapat diartikan

9 Richard Grathouf (ed) The Correspondence between Alfred Schutz and Talcot Parson: The

Theory o Social Action. Bloomington and London: Indiana University Press, 1978. Page 67-87 dalam id.wikipedia.org/wiki/Talcot_Parson#cite_note-Richard-10.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

sebagai kenyataan sosial, sedangkan alat, tujuan, situasi dan norma hanya sebagai

unsur-unsur yang mendukung untuk mencapai dari tindakan individu tersebut.

Dalam konsep voluntaris memenurut Talcot bahwa aktor disini berperilaku aktif

dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternative

tindakan, aktor disini tidak memiliki kebebasan total tetapi aktor memiliki

kemauan bebas dalam memilih berbagai tindakan alternative.10

Hal ini

menandakan bahwa kebebasan individu dalambertindak menjadi cikal bakal dari

voluntarisme yang dianggap bahwa individu bebas dalam menentukan

tindakannya, sedangkan kesukarelawanan menurut United Nation Voluntarisme

(UNV)“The contribution that individuals make as non-profit, non-wage and non

career action for the well-being of their neighbor, community of society at

large11

“, UNV merupakan lembaga internasional yang memiliki program

mengenai kesukarelawan kaum muda yang tersebar luas dalam membantu

pembangunan di berbagai negara maju maupun berkembang, lembaga ini

mendorong pemerintah untuk melibatkan kaum muda melalui kesukarelawannya

sebagai segment terpenting dalam mencapai perubahan dalam berbagai bidang,

menurut UNV kesukarelawan pemuda mempunyai efek revitalitas pada

perdamaian dunia dan proses pembangunan karena pemuda dianggap membawa

energy, semangat, dan kreativitas dan sering yang pertama untuk datang dengan

10

Farida, Hanum. Konsep, Materi dan Pembelajaran Sosiologi, di sampaikan dalam Seminar

Regional.Kentingan, 27 september 2011. 11

Watts, 2002 dalam tesis motivasi menjadi relawan LSM pada program penanganan difabel

korban gempa bumi 27mei 2006, IyanSofy Magister Psikologi UGM, 2010.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

solusi inovatif untuk memecahkan masalah yang paling mendesak di dunia12

,

UNV merupakan salah satu program dari PBB, telah menekankan pembangunan

di berbagai negara tertinggal dengan melibatkan relawan pemuda sebagai agen

perubahan, relawan pemuda sebelumnya telah dilatih dalam pengembangan

keterampilan dan berbagai pengetahuan untuk menjadi bekal dalam melakukan

aktivitas mereka di lapangan setelah itu para relawan ini dikirim ke daerah-daerah

untuk melakukan kegiatan dalam membantu baik itu program pemerintah atau

punswasta. UNV menjelaskan bahwa kaum muda yang menjadi relawan

mempunyai kesempatan untuk mengasah keterampilan baru, memperoleh

keterampilan, belajar tentang budaya baru dan lebih baik dalam pemahaman

realitas pembangunan internasional dan pembangunan nasional13

. UNV tidak

hanya sebagai lembaga yang melibatkan kaum muda sebaga irelawan tetapi juga

memfasiitasi kesukarelawanan kaum muda dalam keterlibatan mereka pada

bidang pembangunan manusia secara berkelanjutan dan menggali potensi sosial,

ekonomi dan kemanusian mereka.14

Sedangkan menurut Karanci dan Acarturk berpendapat bahwa kerelawanan

merupakan kegiatan yang bisa membuat orang lain merasa nyaman, orang yang

melakukannya tidak menginginkan imbalan material ataupun ekonomi untuk

setiap kerja yang mereka lakukan, ia menolong sesama menyediakan beragam

manfaat kepada orang lain, peka terhadap misi kemanusian bisa memberi rasa

12

UN Youth Volunteers Program overview (PDF) dalamhttp://www.unv.org/what-we-

do/youth.html (diakses 5 November 2014). 13

UNYVP_Modalityoverview_FINAL.Pdf.dalamhttp://www.unv.org/what-we-do/youth.html

(diakses 5 November 2014). 14

http://www.unv.org/what-we-do/youth.html (diaksestanggal 5 november 2014)

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

aman memberi kepercayaan juga meningkatkan kepekaan rasa kemanusian pada

diri sendiri15

.

Fenomena gerakan relawan di Indonesia bukan menjadi suatu hal yang baru,

mengingat untuk mencapai kemerdekaan Indonesia seluruh rakyat berjuang dan

menjadi relawan demi kemerdekaan negara ini, para relawan ini telah

mengorbankan harta, jiwa dan raga mereka dalam mencapai kemerdekaan, era

reformasi juga tidak terlepas dari peran gerakan relawan, mahasiswa dan rakyat

bersatu disaat meruntuhkan rezim otoriter yang saat itu berkuasa yaitu

pemerintahan Soeharto. Pasca reformasi fenomena relawan tidak begitu saja

menghilang tetapi fenomena ini semakin marak dan tumbuh di dalam struktur

masyarakat Indonesia, dimana keadaan sosial, ekonomi dan politik di Indonesia

yang tidak dapat me-representative suara rakyat menjadi pemicu tumbuhnya

gerakan relawan yang mayoritas di gerakan oleh kelompok kelas menengah atas

dan para intelektual dari kalangan mahasiswa. Pesta demokrasi pemilihan

presiden tahun 2014 ini juga tidak terlepas dari gerakan relawan yang tumbuh

sangat cepat dalam mendukung proses jalannya demokrasi, peranan relawan

bersifat sangat vital dimana mereka berusaha untuk mensosialisasikan visi dan

misi dari calon presiden yang mereka dukung dan mengajak masyarakat luas

untuk menggunakan hak suara mereka. Tumbuh pesatnya gerakan relawan yang

mengawal proses demokrasi ini menjadi sinyal bahwa masyarakat kita semakin

aktif dan tertarik dalam ikut serta menentukan nasib bangsa ini kedepannya.

15

Karanci, N. A, & Acarturk (2005) dalam tesis motivasi menjadi relawan LSM pada program

penanganan difabel korban gempa bumi 27mei 2006, Iyan Sofy Magister Psikologi UGM, 2010.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Perkembangan teknologi informasi telah merubah bentuk voluntarisme dimana

dengan booming-nya social media voluntarisme dapat dilakukan di dalam dunia

online, voluntarisme dalam media baru merupakan sebuah isu lama yang dikemas

dengan cara baru yaitu menggunakan social media sebagai alat pendistribusian isu

maupun informasi kepada public, sehingga efek yang diciptakan akan semakin

besar dukungan yang diberikan oleh masyarakat, sebut saja dukungan dari public

terhadap kasus yang menimpa Prita dimana melalui social media dukungan

berupa materi dan non materi tersalurkan untuk membantu ibu Prita dalam

memecahkan masalah dengan pihak rumah sakit. Voluntarisme menggunakan

social media ini dapat dikatakan sebagai voluntarisme baru dimana penggunaan

social media dalam gerakannya yang menjadikan pembeda dengan voluntarisme

lama, serta kecepatan pendistribusian informasi ataupun isu yang menjadi

perbedaan mencolok dengan voluntarisme lama dan bentuk dukungan yang

diciptakan dengan menggunakan social media akan semakin besar. Bentuk

dukungan yang diberikan terhadap isu atau informasi yang tersebar di social

media yang dapat menciptakan gerakan voluntarisme biasanya bentuk dukungan

dapat berupa like, retwet sampai petisi online.

Jika dilihat secara lebih mendalam bahwa voluntarisme lama hanya dilakukan

dalam lingkup ruang nyata, seperti gerakan voluntarisme masyarakat yang

membantu korban bencana alam dimana ruang aktivitas masyarakat jelas di

daerah yang terjadi bencana alam (offline) sedangkan untuk voluntarisme baru

tidak hanya dilakukan dalam lingkup ruang nyata (offline) tetapi juga dilakukan

dalam ruang online melalui social media, seperti contoh gerakan jalin merapi

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

disaat erupsi gunung merapi mereka menggunakan social media Twitter untuk

mencari bantuan logistic, tanpa disadari dengan menggunakan social media

tersebut telah banyak mendapat perhatian volunteer yang ingin membantu para

korban erupsi gunung merapi, informasi tersebut di retwet oleh follower jalin

merapi sehingga informasi cepat tersebar luas di social media sehingga bentuk

dukungan dari para volunteer juga berlanjut keruang offline yang berupa bantuan

logistic.16

Jadi dalam voluntarisme lama ruang yang digunakan dalam

aktivismenya hanya di ruang offline sedangkan untuk voluntarisme baru

mencakup dalam ruang online ke offline.

Gerakan gadjah mada mengajar merupakan suatu komunitas yang bergerak

dalam bidang pendidikan, komunitas ini digerakan oleh para relawan yang

mayoritas dari mereka berstatus mahasiswa, komunitas ini menjadi wadah bagi

para relawan dalam meng-ekspresikan diri mereka dalam hal berbagi ilmu

pengetahuan. Isu pendidikan masih menjadi isu yang sensitif dimana tidak

meratanya hak masyarakat dalam mendapatkan pendidikan sekolah mendapat

perhatian dari masyarakat luas, maka ketika gerakan gadjah mada mengajar

terbentuk banyak relawan khususnya dari kalangan mahasiswa yang ingin ikut

berkontribusi dalam merubah wajah pendidikan khususnya di Jogyakarta. Hal ini

seharusnya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan

akses pendidikan yang mudah bagi rakyatnya, tetapi tidak semua ruang dapat

dijangkau oleh pemerintah dan ketika pemerintah tidak mampu mencapai pada

16

Nugroho, Yanuar.,S.Syarief, Shinta. MelampauiAktivismeclick? Media Barudan Proses Politikdalam Indonesia Kontemporer.Jakarta, 2012.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

titik titik tertentu disanalah peran relawan melalui komunitas mencoba menutup

ruang atau menggantikan peran pemerintah melalui gerakan mereka.

2. New Media (Ruang digital)

New mediasering disebut sebagai media digital yang menggunakan web

type 2.0 yang memungkin pengguna dapat berinteraksi dengan penyedia

informasi,sedangkan media digital adalah media yang di dalamnya terdapat

konten yang berbentuk seperti data, suara, teks, dan berbagai jenis gambar yang

dapat disimpan dalam format digital. New media ini merupakan media yang

sangat membantu dalam kegiatan manusia untuk kebutuhannya terhadap

informasi. Sementara menurut McQuail, media baru adalah tempat dimana

seluruh pesan komunikasi terdesentralisasi, distribusi pesan lewat satelit

meningkat penggunaan jaringan kabel dan computer, keterlibatan audiens dalam

proses komunikasi semakin meningkat. Perbedaan yang mencolok antara media

baru dengan media lama terletak pada jenis komunikasinya, dimana media lama

menggunakan web 1.0 yang hanya mampu melakukan komunikasi satu arah, hal

ini membuat pesan yang di sampaikan oleh informan tidak dapat di tanggapi oleh

audien sehingga tidak mungkin terjadinya interaksi diantara informan dan audien,

contoh media lama adalah televise, dimana audiens dipaksa untuk memproduksi

sendiri informasi yang di sampaikan oleh informan. Sedangkan untuk media baru

menggunakan web 2.0 yang memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah

antara si pengirim pesan dengan si penerima pesan, hal ini memungkinkan

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

terjadinya interaksi antara pengirim dan penerima pesan, dengan menggunakan

media baru kita dapat berdiskusi menganai suatu masalah, kita juga dapat

mengirim berbagai jenis gambar, data suara dan teks yang merupakan konten dari

media baru.

Sementara menurut McQuail media baru memiliki cirri-ciri yang

membedakannya dengan “media lama” yaitu:17

1. Desentralisasi, pengadaan dan pemilihan berita tidak lagi sepenuhnya

berada ditangain pemasok komunikasi.

2. Kemampuan tinggi, media yang digunakan adalah satelit sehingga dapat

mengatasi hambatan komunikasi

3. Komunikasi timbal balik, penerima disini dapat memilih, menjawab

kembali dan menukar informasi.

4. Kelenturan, sangat fleksibel dapat bentuk, isi, dan dalam penggunaannya.

New media ini dapat digunakan sebagai media untuk kepentingan

private maupun public mengingat masyarakat kita telah memasuki era

informasi, selain itu new media juga dapat digunakan untuk menjembatani

antara beberapa media lain.

- Twitter

Twittermerupakan salah satu aplikasi dari new media yang lebih sering

kita sebut sebagai social media, konten yang terdapat di dalam

17

Denis McQuail dalam Dibyareswari Utami Putri, 2012, Skripsi, Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan Sosial, Depok, Universitas Indonesia.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Twittermemudahkan pengguna untuk dapat mencari berita yang pengguna social

media ini inginkan, dengan menggunakan hastag (#) pada twet-nya sehingga lebih

mudah dihubungkan dengan topic yang serupa dengan hastag yang mereka

gunakan. Dimana dalam pemanfaatannya Twitter ini digunakan untuk sosialisasi

dan update berita oleh masyarakat, selain itu Twitter juga sering digunakan

sebagai tempat gerakan sosial sebagai contoh gerakan 1.000.000 Facebooker yang

mendukung Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto perihal kasus “Cicak VS

Buaya” yang melibatkan KPK dengan petinggi POLRI. Sedangkan pada bulan

maret 2011 pengguna Twitter tercatat 200.000.000 di seluruh dunia.18

Twitter di

gunakan oleh GMM dalam melakukan ekspansi gerakannya dalam merekrut

relawan maupun dalam menyebarkan foto kegiatan mereka untuk dapat menarik

perhatian public.

- Facebook

Facebookjuga salah satu social media yang penggunanya sangat tinggi di

dunia, untuk Indonesia sendiri pengguna social mediaFacebook mencapai 50juta

orang.19

Perkembangan social media ini memperluas jaringan masyarakat di

dunia, masyarakat menjadi tidak mempunyai batas wilayah untuk melakukan

interaksi sesama pengguna Facebook. Sejalan dengan social mediaTwitter,

Facebook juga sering digunakan sebagai media gerakan sosial, gerakan yang di

18

Juniarto (2011) dalam Dibyareswari Utami Putri, 2012, Skripsi, Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan Sosial, Depok, Universitas Indonesia. 19

Socialbaker.com ,oct 2012 dalam Wasesa, A.Silih.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

inisiatif melalui social media dirasa lebih popular dan cepat mendapatkan respon

oleh masyarakat.

Perkembangan teknologi telah masuk ke dalam setiap ranah kehidupan

manusia, dengan ditemukannya teknologi komunikasi mempermudah manusia

untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dibagian belahan dunia lain. Pada

awalnya teknologi komunikasi menggunakan teknologi komunikasi satu arah

yang sering di sebut media lama, sepertiketika kita menonton berita melalui media

televisi yang bersifat komunikasi satu arah, dimana kita hanya dapat menerima

pesan atau informasi yang disampaikan tetapi tidak dapat membalas balik secara

langsung. Berbeda dengan media baru yang menggunakan web type 2.0, dalam

media baru terjadi komunikasi 2 arah yang mengakibatkan terjadi interaksi

sehingga menciptakan ruang untuk saling bertukar informasi. Media baru

memiliki karakter penting dalam kemunculannya jaringan komunikasi sosial, hal

ini terbentuk ketika pengguna media baru mengelola isi yang terdapat di media

tersebut, jaringan komunikasi muncul ketika banyak pengguna yang mengakses

media dan memanfaatkan informasi. Salah satu konten dari media baru yang

menjadi arena bagi bertemunya berbagai pemikiran dan perspektif menjadi salah

satu media diskusi bagi pengguna media baru adalah forum, dengan mediasi

forum individu bebas memilih informasi yang dibutuhkan dan forum juga sering

menjadi titik awal dari aktivisme sosial ataupun politis yang biasa kita kenal

sebagai aktivitas dunia online. Pada awalnya aktivisme online dianggap oleh

mayoritas orang sebuah aktivitas yang semu, dimana mereka memandang

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

aktivitas online hanya berlangsung di dalam dunia maya dan tidak berdampak

pada dunia offline (nyata).

Tetapi apa yang terjadi pada timur tengah, dimana aktivisme politik kaum

muda menggunakanmedia baru Facebook dan Twitter sebagai alat revolusi

gerakan mereka. Sebagai contohnya dinamika politik mesir, dimana para

demonstran menggunakan social media untuk mengunggah foto dan video ke

dalam group Facebook maupun Twitter, salah satu phosting yang paling mendapat

perhatian adalah “We Are All Khaled Said” muncul sebagai reaksi atas kematian

Mohammad Khaled Said, hal ini mendapat sorotan dari public sehingga dinamika

politik yang terjadi di mesir menjadi semakin tidak kondusif. Peristiwa tersebut

memaksa pemerintah mesir untuk memutus jaringan internet pada saat itu juga

pemerintah mendapat protes dari masyarakat mesir, hal ini menjadi sebuah

indikasi dimana social media yang dilakukan didalam dunia online tidak lagi

menjadi sebuah gerakan yang semu, tetapi dunia online dapat menjadi pemicu

atau menjelma menjadi sebuah ancaman besar seperti yang terjadi pada rezim Al-

Mubarak.

Berangkat dari kerangka pemikiran gerakan social media dalam aktivisme

politik di mesir, peneliti ingin melihat media baru sebagai ruang aktivisme sosial,

politik maupun budaya. Forum di dalam social media menjelma menjadi sebuah

ruang dalam menciptakan sebuah aktivisme, seperti halnya mengorganisasikan

gerakan yang menglibatkan hubungan respirokal sesama pengguna social media

lain, misalnya harus ada komunikasi seperti diskusi tentang strategi demonstrasi,

kegiatan ini membutuhkan interaksi timbal –balik yang sifatnya dua arah,

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

sehingga interaksi yang terjadi di social media menggunakan konten forum atau

group yang menjadi aspek sosiologis dalam teori ini. Sehingga kaitannya dengan

penelitian ini, peneliti ingin melihat gadjah mada mengajar pada penggunaan

social media dalam gerakan yang mereka lakukan, dalam gerakannya GMM

menggunakan Facebook dan Twitter sebagai ruang aktivisme sosial mereka

khususnya dalam bidang pendidikan, dengan cara meng-upload segala kegiatan

mereka, dari mencari relawan sampai kegiatan yang telah mereka lakukan selama

ini.

3. Gerakan Sosial Baru

Gerakan sosial baru merupakan teori makro yang akan digunakan sebagai

pisau bedah dalam penelitian ini, hal ini dikarenakan gerakan sosial baru

lebih mengangkat tentang isu-isu yang terjadi di masyarakat yang

menggambarkan resistensi suatu kaum / kelompok yang tidak hanya

memperjuangkan isu sosial, politik dan ekonomi tetapi meluas mencakup

tentang isu HAM dan lingkungan hidup. Pada dasarnya teori ini timbul

karena semakin banyaknya keluhan oleh masyarakat terhadap realita sosial

yang semakin merugikan dan meminggirkan mereka. Menurut Laclau dan

Mouffe menganggap gerakan sosial baru sebagai awal pencarian atas

kemandekan dari pendekatan Marxist20

. Pandangan gerakan sosial baru

muncul sebagai alternatif dari gerakan sosial lama atas pandangan marxist

20

Mansoer Fakih, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi sosial, Pergolakan Ideologi LSM Indonesia,

Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996, Hal.46.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tradisional yang selalu menekankan pada masalah perjuang kelas, yang

terdikotomi menjadi kelas bourjois dan proletar.

Teori gerakan sosial baru menurut Laclau dan Mouffe dapat dilihat

sebagai institusi masyarakat sipil yang dipolitisasi, dan karena itu

mendefinisikan ulang batas-batas politik institusional, Alberto Melluci

memandang bahwa gerakan sosial baru sebagai cara baru dalam memahami

dunia dan menentang aturan kultur yang mendominasi berdasarkan alasan

simbolik. Sedangkan Charles Tilly berpendapat bahwa gerakan sosial upaya-

upaya mengadakan perubahan lewat interaksi yang mengandung perseteruan

dan berkelanjutan diantara warganegara dan negara.21

Pada dasarnya

pengertian gerakan sosial baru adalah gerakan sosial yang mendapatkan

kesadaran baru akan pentingnya hak-hak yang harus di perjuangankan yang

tidak hanya memperjuangkan suatu kelas saja tetapi dalam gerakan sosial

baru ini lebih luas parhatiannya seperti ke isu politik, ekonomi, pendidikan,

budaya maupun HAM.

Mouffe mengatakan bahwa aktor penggerak dari gerakan sosial baru

berasal dari 3 sektor utama, yaitu:

1. Kelas menengah

2. Unsur- unsur kelas menengah lama (petani, dan pemilik toko) dan

21

Astrid S Susanto-Sunarto, Masyarakat Indonesia Memasuki Abad ke Dua Puluh Satu, Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998, Hal.21.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3. Orang-orang yang menempati posisi pinggiran yang tidak terlalu terlibat

dalam pasar kerja, seperti mahasiswa, ibu rumah tangga, dan pensiunan.22

Aktor penggerak dari gerakan sosial baru seperti yang disebutkan oleh

Mouffe berasal dari golongan masyarakat kelas menengah keatas dan kaum

intelektual. Kaum intelektual merupakan kelas menengah dalam status sosial

masyarakat. Dalam tulisan ini peneliti ingin melihat kaum intelektual muda

yang bergerak sebagai kelas menengah dalam status sosial masyarakat yang

merespon tentang buruknya sistem pendidikan di indonesia yang khususnya

terjadi di yogyakarta sehingga kelas sosial menengah ini membentuk gerakan

yang tergabung dalam gerakan gadjah mada mengajar sebagai wadah untuk

mencapai tujuan yaitu memperbaiki atau memfasilitasi mereka yang tidak

terjamah maupun tidak memiliki akses dalam bidang pendidikan.

Secara lebih detail peneliti ingin melihat gerakan sosial baru yang aktor

penggeraknya adalah kelas sosial menengah yaitu kaum muda, dimana kaum

muda disini adalah mahasiswa yang berkontribusi dalam gerakan GMM.

Dalam menjalankan gerakannya GMM menggunakan media baru dengan cara

mem-phosting kegiatan mereka untuk menarik perhatian public terhadap isu

pendidikan. Dalam hal ini gerakan gadjah mada mengajar bukan melakukan

perlawanan tapi lebih menekankan untuk melakukan kontribusi yang nyata

dalam mendukung program pemerintah khususnya dalam bidang pendidikan,

mahasiswa yang merupakan kaum intelektual sekaligus kelas menengah

22

Fadhillah Putra dkk (2006) dalam skripsi aktivisme gemkara-BP3KB dan pengaruhnya dalam

mewujudkan kabupaten batubara, Novi Andrianthy, 2009.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dalam status social masyarakat mencoba untuk menutupi kekosongan ruang

yang di tinggalkan oleh pemerintah melalui gerakan yang di bentuk.

Penggerak dari gadjah mada mengajar kebanyakan adalah mahasiswa UGM

yang dianggap sudah dapat berkontribusi dalam melakukan perubahan bagi

masyarakat.

4. Metode Penelitian

G.1 Pendekatanpenelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk

memahami fenomena yang terjadi di dalam gerakan gadjah mada mengajar,

khususnya dalam menjelaskan mengenai aktivisme relawan mahasiswa dalam

gerakan gadjah mada mengajar tersebut sehingga bagaimana peran social media

dapat tersaji secara mendalam sesuai dengan pendekatan kualitatif yang bersifat

menjelaskan secara deskriptif suatu fenomena yang sesuai dengan keadaan

dilapangan. Pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah pendekatan

deskriptif, untuk dapat memahami dan menggambarkan gerakan dengan

menggunakan social media yang dilakukan oeh gadjah mada mengajar secara

mendalam, pengertian penelitian deskriptif kualitatif menurut Hadari Nawawi

dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan baik subyek maupun obyek penelitian

seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.23

23

Hadari Nawawi, 1987, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Hal.63.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

G.2 Lokasi/subyek penelitian

Penelitian ini dilakukan pada organisasi Gadjah Mada Mengajar, yang

merupakan salah satu komunitas mahasiswa yang bergerak khususnya dalam

bidang pendidikan. Dalam pergerakannya GMM banyak memanfaatkan social

media untuk me-share kegiatan mereka dan mencari relawan yang bersedia

mengajar anak-anak yang kurang beruntung mendapatkan akses pendidikan, pada

awalnya gadjah mada mengajar memfokuskan untuk dapat berkontribusi di daerah

shelter gondang 2, Cangkringan dan dibantaran kali gajah wong tepatnya di

papringan (belakang museum affandi)24

tetapi setelah berjalan beberapa tahun

tempat kegiatan mereka pindah ke Kricak Kidul. Gerakan gadjah mada mengajar

ini memanfaatkan social media dalam mencari relawan untuk ikut serta

berpartisipasi dalam gerakannya dan memposting semua kegiatan mereka ke

social media dengan tujuan masyarakat dapat melihat dan menilai fenomena dari

kegiatan mereka, pemanfaatan social media ini lah yang menjadikan peneliti

merasa ingin mengetahui lebih tentang aktivitas mahasiswa yang dipengaruhi oleh

peran social media khususnya dalam gerakan gadjah mada mengajar.

G.3. Metode pengumpulan data

1. Wawancaraonline(8 responden)

Wawancara atau interview adalah bentuk komunikasi yang dilakukan

secara langsung antara pewawancara dengan informan yang berguna untuk

memperoleh data untuk penelitian yang akan dilakukan, dalam hal ini antara 24

http://www.gadjahmadamengajar.org/sambutan/

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pewawancara (interviewer) dengan informan (obyek) saling bertatap muka secara

langsung dan interviewer mengajukan pertanyaan kepada obyekmengenai

permasalahan yang ingin diketahui, Maka interview ini dapat dipandang sebagai

metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak, yang dilakukan secara

sistematis dan berdasarkan tujuan research (Kartono, 1980) melalui wawancara

dapat membentuk deskripsi peneliti dari fenomena yang terjadi di lapangan dan

dengan menggunakan metoda wawancara informan diharapkan dapat

mengeksplorasi pandangan-pandangan, pemikiran dan tingkah laku akan gagasan,

situasi secara lebih mendalam. Dalam penelitian ini penulis lebih memilih

menggunakan wawancara onlineuntuk mendapatkan data dari informan, berbeda

dengan wawancara yang harus face to face dengan informan untuk memperoleh

data, untuk wawancara online tidak perlu bertemu secara langsung untuk

melakukan wawancara, jadi dapat di jelaskan bahwa wawancara onlineadalah

bentuk komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung antara pewawancara

dengan informan, pewawancara dan informan menggunakan social media sebagai

media komunikasi dan juga di gunakan oleh pewawancara dalam pengumpulan

data, jadi hasil laporan dari wawancara online ini adalah berupa screen capture

dari chating yang dilakukan oleh pewawancara dengan informan sebagai sumber

data bagi pewawancara.

Dalam skripsi ini penulis mencoba menggunakan social media untuk

melakukan wawancara online, hal ini bertujuan untuk memanfaatkan social media

seperti apa yang telah dilakukan oleh gadjah mada mengajar dalam ekspansi

gerakannya selama ini. Keuntungan wawancara onlinedapat memangkas jarak dan

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

waktu antara penulis dan informan, wawancara online dapat mengurangi rasa

malu responden dan dapat membuat jawaban dari responden tersebut menjadi

lebih spesifik dengan jawaban mereka, selain itu wawancara online ini tidak

terkekang oleh waktu karena informan dapat menjawab pada waktu tepat untuk

diri mereka sendiri, dan juga dapat mengambil waktu sebanyak yang mereka

butuhkan untuk menjawab pertanyaan. Dalam melakukan wawancara

onlinepenulis telah memilih 8 responden yang terdiri dari pendiri GMM, pengurus

GMM, dan relawan GMM yang menjadi obyek dari kegiatan Gadjah mada

mengajar.

Penulis mencoba mengungkapkan fakta yang terjadi melalui wawancara

online yang mengarah pada gerakan Gadjah mada mengajar. Untuk menjaga arah

pembicaraan yang akan dilakukan saat wawancara, yang saya gunakan adalah

wawancara berstruktur, yaitu wawancara yang menggunakan interview guide

sesuai dengan data yang ingin diperoleh sehingga pertanyaan yang akan diajukan

menggunakan social media (chating) kepada obyek sesuai dengan topic yang di

usung.

2. Pengumpulan Data sekunder

Pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang berdasarkan pada

sumberterpercaya seperti buku, jurnal, posthingan di social media dan artikel yang

pada intinya untuk membandingkan antara data yang diperoleh dari metodeFGD

dan interview, pengumpulan data seperti ini tidak dapat dipisahkan dari suatu

penelitian karena untuk memperkuat hasil yang diperoleh peneliti. Dengan

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menggunakan studi kepustakaan peneliti dapat juga menemukan teori-teori

bahkan penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, hal tersebut dapat

digunakan oleh peneliti untuk menambah informasi yang dibutuhkan.

G.4. Teknik Analisis Data

Dalam teknik analisis data yang lebih di tekankan pada penunjukan

makna, proses, pola-pola dan deskripsi yang jelas. Sedangkan menurut Bogdan

teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan kerja yang

menggunakan data, mengorganisasikan data, memilah untuk dapat dijadikan

satuan data yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan

pola dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan

apa yang dapat di ceritakannya kepada orang lain. Dalam penelitian ini saya

menggunakan analisis data model Miles dan Huberman dimana analisis data

melewati langkah-langkah dari reduksi, penyajian data sampai penarikan

kesimpulan. Sedangkan reduksi merupakan proses merangkum, memilah hal yang

pokok, focus terhadap hal yang penting, serta mencari tema dan polanya. Dengan

begitu data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas,

yang akan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data

selanjutnya. Dalam hal penyajian data dalam penelitian kualitatif biasanya dalam

berupa text naratif, yang bertujuan untuk memudahkan dalam memahami apa

yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang telah dipahami

melalui text naratif dan yang terakhir penarikan kesimpulan (Verifikasi)

merupakan langkah terakhir dari sebuah penelitian yang mengharuskan peneliti

menarik suatu makna dari data-data yang telah tersaji. Kesimpulan dapat

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dituangkan dalam kalimat ringkas yang bisa mewakili semua makna yang

terkandung dari data-data yang diperoleh sehingga pembaca dapat menangkap apa

yang menjadi hasil dari sebuah penelitian.

Kesukarelawanan Kaum Muda di Social Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial BaruRAMA WISNU DEWANTARAUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/