mekanisme toksisitas

13
MEKANISME TOKSISITAS Sulfat dan glukuronida pada liver tersaturasi paracetamol lebih banyak ke CYP -> NAPQI bertambah -> suplai glutation tidak mencukupi NAPQI bereaksi dengan membran sel Hepatosit rusak -> nekrosis RESORPSI Resorpsi dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. PP-nya ca 25%, plasma t1/2-nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai konyugat-glukuronida dan sulfat. BAHAYA PARASETAMOL Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin. Parasetamol relatif aman digunakan, namun pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati. Risiko kerusakan hati ini diperparah apabila pasien juga meminum alkohol. Setelah berpuluh tahun digunakan, parasetamol terbukti sebagai obat yang aman dan efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis), parasetamol dapat menimbulkan kematian. Parasetamol dapat dijumpai di dalam berbagai macam

Upload: aqmar-sajidah-luthfiana-soebaredja

Post on 31-Dec-2014

250 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

mnnxgdh

TRANSCRIPT

Page 1: MEKANISME TOKSISITAS

MEKANISME TOKSISITAS

Sulfat dan glukuronida pada liver tersaturasi

paracetamol lebih banyak ke CYP -> NAPQI bertambah -> suplai glutation tidak

mencukupi

NAPQI bereaksi dengan membran sel

Hepatosit rusak -> nekrosis

 RESORPSI

            Resorpsi dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. PP-nya ca 25%,

plasma t1/2-nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat

ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai

konyugat-glukuronida dan sulfat.

 BAHAYA PARASETAMOL

Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau

mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin. Parasetamol relatif aman

digunakan, namun pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati. Risiko kerusakan hati

ini diperparah apabila pasien juga meminum alkohol.

Setelah berpuluh tahun digunakan, parasetamol terbukti sebagai obat yang aman dan

efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis), parasetamol dapat

menimbulkan kematian. Parasetamol dapat dijumpai di dalam berbagai macam obat, baik

sebagai bentuk tunggal atau berkombinasi dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan batuk.

Antidotum overdosis parasetamol adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine, NAC). Antidotum ini

efektif jika diberikan dalam 8 jam setelah mengkonsumsi parasetamol dalam jumlah besar. NAC

juga dapat mencegah kerusakan hati jika diberikan lebih dini

Hal yang jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada

penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g

mengakibatkan nekrose hati yang reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-

metabolitnya, yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan –

Page 2: MEKANISME TOKSISITAS

SH). Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat

pada protein dengan –SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversible. Parasetamol

dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa menimbulkan antara lain mual,

muntah, dan anorexia. Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat

penawar (asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam

setelah intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002) Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol

dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu 

Efek Racun dan Akibat pada Pasien Anak

            Penggunaan paracetamol terus menerus dapat menyebabkan overdosis dan keracunan.

Overdosis yang tak dapat penanganan cepat dapat menyebabkan kegagalan liver dan kematian.

Kematian akibat overdosis paracetamol jarang terjadi pada anak-anak. Penggunaan parasetamol

berbahaya pada seseorang yang memiliki kelainan hati, terutama konsumen alkohol.

Jangan meminum parasetamol selama lebih dari 10 hari berturut turut tanpa berkonsultasi

dengan dokter. Obat ini juga jangan sembarangan diberikan pada anak dibawah 3 tahun tanpa

terlebih dahulu meminta saran dari dokter

Segera ke dokter bila salah satu dari tanda berikut muncul setelah anda minum

paracetamol. Tanda tanda itu antara lain : terjadi perdarahan ringan sampai berat, keluhan

demam dan nyeri tenggorokan tidak berkurang yang kemungkinan disebabkan oleh karena

infeksi sehingga perlu penanganan lebih lanjut.

Bila karena suatu sebab yang tidak jelas pasien bandel minum obat ini melebih dosis

maksimum tadi maka akan terjadi kerusakan hati yang fatal. Gejala kerusakan hati yang perlu

mendapatkan perhatian dan harus segera ke dokter antara lain : mual sampai muntah, kulit dan

mata berwarna kekuningan, warna air seni yang pekat seperti teh, nyeri di perut kanan atas, dan

rasa lelah dan lemas.

Beberapa reaksi alergi yang dilaporkan sering muncul antara lain : kemerahan pada kulit,

gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas/sesak. Seperti biasa, bila mengalami tanda tanda diatas

setelah minum paracetamol, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Parasetamol sebernarnya jarang memberi efek samping yang serius apabila digunakan

sesuai dengan petunjuk. Beberapa isu yang menyebutkan bahwa obat ini terkait dengan asma

pada anak-anak juga belum terbukti secara klinis. Hanya kadang obat ini bisa menimbulkan ruam

Page 3: MEKANISME TOKSISITAS

atau gatal-gatal pada beberapa orang tertentu. Penggunaan yang berlebihan dan dalam jangka

panjang perlu diwaspadai karena bisa memicu kerusakan hati. Perlu diperhatikan juga beberapa

tanda overdosis dari parasetamol misalnya jika terdapat gejala mual, muntah, lemas dan keringat

berlebih.

Jangan terlalu sering memberikan parasetamol pada anak. Penelitian pada tahun 2008

membuktikan bahwa pemberian parasetamol pada usia bayi dapat meningkatkan risiko terjadinya

asma pada usia kanak-kanak.

Penggunaan paracetamol secara berlebihan atau sering, bisa menimbulkan efek samping

bagi si kecil dikemudian hari. Seperti yang ditulis di jurnal Lancet, dua penelitian telah

menemukan bahwa penggunaan paracetamol dalam intensitas yang cukup sering, dapat

meningkatkan risiko anak terkena asma dan eksim ketika mereka berusia 6 atau 7 tahun.

                    Pada penelitian yang pertama, para peneliti menemukan, dari 205.000 anak, yang

menggunakan paracetamol di tahun pertama kehidupan mereka ternyata meningkatkan risiko

terkena asma pada usia 6 atau 7 tahun sebesar 46 persen, dibandingkan mereka yang tidak

mengonsumsinya

Lalu, sebatas apa paracetamol boleh digunakan? Menurut peneliti, penggunaan

paracetamol satu kali sebulan atau lebih dengan dosis tingi, mampu meningkatkan risiko asma

sebanyak tiga kali. Penggunaan paracetamol yang dinilai cukup (medium) didefinisikan sebagai

penggunaan sebanyak satu kali setahun atau lebih, tetapi kurang dari satu kali sebulan.

                  Satu teori yang dikemukakan oleh para peneliti mengenai hubungan antara

paracetamol dengan asma adalah antioksidan. Paracetamol mampu mengurangi kadar

antioksidan dalam tubuh. Padahal, antioksidan sangat dibutuhkan tubuh untuk melawan radikal

bebas yang masuk ke tubuh kita dan mencegah kerusakan.

                 Sama halnya pada asma. Penggunaan parasetamol dapat melipat gandakan risiko

eksim, bersin yang terus-menerus, bunyi napas sengau, dan sakit tenggorokan, ketika anak

berusia 6 atau 7 tahun.

                 Oleh sebab itu, para peneliti sangat mendukung pedoman yang diberikan oleh WHO,

yang merekomendasikan paracetamol tidak boleh digunakan secara rutin. Sebaiknya paracetamol

Page 4: MEKANISME TOKSISITAS

hanya digunakan untuk anak-anak yang mengalami demam tinggi (38,5 derajat Celcius atau

lebih).

Efek Lainnya

a.      Parasetamol Dapat Merusak Paru-Paru

Parasetamol memang sangat manjur untuk menghilangkan rasa sakit kepala, pusing atau

demam. Tapi, dibalik keampuhannya tersebut, ternyata menyimpan bahaya yang cukup besar

yakni dapat menurunkan fungsi paru-paru.

Meski demikian, jangan gunakan obat ini secara rutin. Apalagi bagi penderita penyakit

asma dan penyakit paru obstruktif menahun atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD).

Karena, bila obat ini digunakan setiap hari, dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru.

Hasil ini berdasarkan data survei yang dikumpulkan oleh 'Third National Health and Nutrition

Examination Survey' dari tahun 1988-1994 pada sekitar 13.500 orang dewasa di Amerika

Serikat. Mereka semua memberikan informasi akan obat yang dipakai yaitu Aspirin Parasetamol

dan Ibuprofen.

Dari data survey ini terlihat bahwa mereka yang menggunakan obat Parasetamol,

mengalami resiko untuk menderita Asma dan COPD yang lebih tinggi. Dan pada penggunaan

Parasetamol rutin setiap hari atau penggunaan lebih besar, dihubungkan dengan terjadi

penurunan dari fungsi paru. Sedang pada obat Aspirin dan Ibuprofen, tidak terlihat adanya

gangguan dari paru.

Penelitian yang dilakukan pada hewan, dosis tinggi dari Parasetamol akan menurunkan

kadar dari salah satu antioksidan yang penting, yaitu Glutathion, yang ada pada jaringan paru.

Jadi, kemungkinan gangguan paru yang terjadi akibat pemakaian rutin Parasetamol disebabkan

karena terjadi penurunan Glutathion, yang menyebabkan peningkatan resiko dari kerusakan

jaringan paru dan peningkatan dari penyakit pernafasan. Penelitian ini mendukung penelitian

sebelumnya, yang menyatakan bahwa penggunaan Parasetamol dapat meningkatkan resiko yang

berat bagi penderita asma.

Bahaya Parasetamol atau yang disebut juga Asetaminofen, ternyata tidak hanya

menyerang paru-paru saja, termasuk juga ginjal bila digunakan dalam waktu yang lama.

Kebiasaan menggunakan Parasetamol, terutama bagi kaum wanita untuk menghilangkan nyeri

seperti pada saat haid, dinilai sangat membahayakan. Penelitian ini dilakukan terhadap 1.700

wanita yang diteliti selama lebih dari 11 tahun, yang mengalami penurunan fungsi filtrasi ginjal

Page 5: MEKANISME TOKSISITAS

sebesar 30 persen. Dari penelitian terlihat bahwa wanita yang mengkonsumsi Parasetamol

sebanyak 1.500 - 9.000 butir selama hidupnya, berisiko untuk mengalami gangguan ginjal

sebesar 64 persen.

Sedangkan untuk mereka yang mengkonsumsi lebih dari 9.000 tablet, risiko ini

meningkat hingga dua kali lipat. Tapi penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara

gangguan fungsi ginjal dengan Aspirin atau obat pereda nyeri/inflamasi lainnya seperti golongan

anti inflamasi non-steroid. Penelitian ini bukan untuk menghentikan penggunaan Parasetamol.

Tapi untuk berhati-hati dalam menggunakannya untuk jangka panjang. Selain itu bagi para

peneliti, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan pengobatan lain dalam mengatasi

rasa nyeri, yang tidak berbahaya bila digunakan untuk waktu yang lama.

Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak

memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID.

b.       Penggunaan Paracetamol efek terhadap urine

         Parasetamol (asetaminofen) dalam dosis terapeutik normal umumnya dianggap sebagai

salah satu minor analgesic yang paling aman , walupun garus diperhatikan bahwa kelebihan

dosis parasetamol dapat mengakibatkan nekrosis hati pada manusia dan hewan lain. Setelah

pemberian parasetamol dieliminasi dari tubuh oleh proses- proses metabolisme orde 1 yang nyata

dandalam jumlah kecil metabolism utamanya pada manusia adalah sebagai konjugat glukuronida

dan konjugat sulfat.

                Eliminasi parasetamol bias dirasionalkan secra matematik menurut metode Cumming

et al (1967). Dengan menggunakan pendekatan dini, terbukti bahwa plt log laju ekskresi obat

“total” akhirnya akan menjadi garis lurus dengan kemiringan sama dengan :

-Ke  / 2,303

Dimana k adalah konstanta laju eliariminasi . jadi dalam percobaan ini log laju ekskresi dari obat

total(mg/jam) diplot pada titik tengah dari masing – masing interval waktu pengumpulan urine.

Konstanta laju eliminasi ditaksir dari kemiringan plot di atas dan waktu paruh t1/2 dari

parasetamol dapat dihitung :

T1/2  = 0,693 / ke

a)      Subjek manusia

Page 6: MEKANISME TOKSISITAS

Dalam individu normal yang sehat  dosis parasetamol yang digunakan dalam percobaan ini tanpa

efek samping sama sekali .tetapi harus ditekankan bahwa obat ini tidak boleh dimakan oleh

orang yang;

1)      Mempuyai sejarah penyakit ginjal/ hati tipe apapun

2)      Mempunyai kebiasaan makan parasetamol

3)      Menunjukkan aksi alergis / hipersensitifitas terhadap obat ini

4)      Sedang dalam pengobatan dengan obat lain

5)      Umumnya tidak sehat

  Pemberian parasetamol dan pengumpulan urine

1)untuk menjaga aliran urine yang lyak, subjek harus minum 200ml air. Setelah 30 menit ,

kandung kemih haru di kosongkan dan dimsukkan dalam wadah yang sesuai ; sampel ini

menunjukan  urine blanko.

2)Parasetamol 500mg diminum dengan 200ml air dan waktu mulai di catat ; ini adalah waktu nol

3)setelah 1 jam sampel urine diukur diberi catatan dan diberi air 100ml

4)Prosedur yang sama seperti nomor 3 diulang setiap jam selama 2jam, 3jam,4jam,5jam,6jam

5)Total urine di ukur 

c     Metode Analitik

Sampel urine akan dianalisa “total parasetamolnya” dengan menambahkan asam kedalam sampel

urine. Parasetamol dan konjugat sulfat serta glukuronidanya yang ada dalam urine dihidrolisis

dalam adanya asam 4- aminofenol. Senyawa ini kemudian berikatan dengan fenol dalam adanya

hiobromit membentuk suatu zat warna indofenol yang konsentrasinya ditentukan secara

spektrofotometrik.

1)      Membuat larutan parasetamol 1mg/ml dalam air . pengenceran stok ini denga air memberikan

larutan parasetamol standar 50,100,200,400,600 dan 800 mikrogram/ml

2)      Urine blanco 1ml dipipet masukan kedalam tabung reaksi tambahkan 4ml HCl 4M dan 1ml dari

masing – masing larutan parasetamol standar

3)      Tabung ditutup dengan gundu dan ditempatkam dalam penangas air mendidih selama 1jam

4)      Tabung didinginkan volme dari masing- masing dicukupkan secara seksama dengan air ad 10ml

5)      Setelah tercampur seluruhnya 1ml Aliquot dipipet dari sampel urine yang dihidroisis (10ml)

kedalam tabung reaksi lain, dan ditabahkan 10ml larutan pembentuk warna. Sesudah dicampur

perlahan , larutan didiamkan selama 40menit

Page 7: MEKANISME TOKSISITAS

6)      Serapan dari masing – masing larutan diukur pada 620nm dalam suatu spektrofotometer, nol

kana lat terhadap sampel urine blanco yng tidak mengandung obat

7)      Mulai dari 2 diatas, masing – masing sampel urine yang dikumpulkan diberi perlakuan dengan

cara yang sama, dengan mensubtitusi sampel urine pada saat itu untuk urine blanco. Disampng

itu, 1ml larutan parasetamol standar diganti dengan 1ml air .

DOSIS

Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis maksimum paracetamol untuk orang dewasa

adalah 4 gram (4000mg) per hari atau 8 tablet paracetamol 500 mg.

Indikasi : analgesik, antipiretik Cara pakai : oralDosis anak 6-12 bulan 60 mg/kali, maks.

6 kali sehari; 1-6 tahun 60-120 mg/kali, maks. 6 kali/hari; 6-12 tahun 150-300 mg/kali, maks. 1,2

g/hari; dewasa 300 mg 1 g/kali, maks. 4 g/hariSediaan : tab. 100 mg, 500 mg; sir. 120 mg/5 ml

Parasetamol termasuk aman dikonsumsi tanpa efek candu seperti obat narkotika. Untuk

orang dewasa umumnya dosis dikonsumsi sebesar 500mg, bisa dilihat pada komposisi berbagai

merek obat pilek kandungan Asetaminofen ini antara 400-600mg selain kandungan lain dalam

kadar rendah, tergantung merek obatnya. Meskipun aman jangan mengkonsumsi Parasetamol

lebih dari 5 gram dalam sehari, apalagi untuk seorang pecandu alkohol, malah bisa menyebabkan

kerusakan liver.

KOMBINASI OBAT

Paracetamol sering dikombinasikan dengan aspirin untuk mengatasi rasa nyeri pada

rematik sebab paracetamol tidak mempunyai efek anti inflamasi seperti aspirin sehingga bila

kedua obat ini digabung maka akan didapatkan sinergi pengobatan yang bagus pada penyakit

rematik. Paracetamol aman diberikan pada wanita hamil dan menyusui namun tetap dianjurkan

pada wanita hamil untuk meminum obat ini bila benar benar membutuhkan dan dalam

pengawasan dokter. Paracetamol dikombinasikan dengan opiod codein.

Paracetamol dokombinasikan dengan codein dan penenang (syndol atau mersyndol).

Parasetamol umumnya digunakan untuk mengobati demam, sakit kepala, dan rasa nyeri ringan.

Senyawa ini bila dikombinasikan dengan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) atau obat

pereda nyeri opioid, dapat digunakan untuk mengobati nyeri yang lebih parah.

 POINT PENTING PARASETAMOL

Beberapa poin penting yang perlu dicermati dalam penggunaan parasetamol :

Page 8: MEKANISME TOKSISITAS

Hentikan penggunaan parasetamol bila demam berlangsung lebih dari 3 hari atau nyeri

semakin memburuk lebih dari 10 hari, kecuali atas saran dokter.

Bagi ibu hamil dan menyusui, konsultsikan dengan dokter jika hendak menggunakan obat

ini.

Orang dengan penyakit gangguan liver sebaiknya tidak menggunakan obat ini.

Konsultasikan dengan dokter sebelum mengkombinasi parasetamol dengan obat-obat

NSAID, antikoagulan (warfarin), ataupun kontrasepsi oral.

Penggunaan parasetamol bersama alkohol dpat meningkatkan toksisitas hati.

Konsumsi vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan kadar parasetamol dalam tubuh.