mekanisme toksisitas
DESCRIPTION
mnnxgdhTRANSCRIPT
MEKANISME TOKSISITAS
Sulfat dan glukuronida pada liver tersaturasi
paracetamol lebih banyak ke CYP -> NAPQI bertambah -> suplai glutation tidak
mencukupi
NAPQI bereaksi dengan membran sel
Hepatosit rusak -> nekrosis
RESORPSI
Resorpsi dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. PP-nya ca 25%,
plasma t1/2-nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat
ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai
konyugat-glukuronida dan sulfat.
BAHAYA PARASETAMOL
Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau
mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin. Parasetamol relatif aman
digunakan, namun pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati. Risiko kerusakan hati
ini diperparah apabila pasien juga meminum alkohol.
Setelah berpuluh tahun digunakan, parasetamol terbukti sebagai obat yang aman dan
efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis), parasetamol dapat
menimbulkan kematian. Parasetamol dapat dijumpai di dalam berbagai macam obat, baik
sebagai bentuk tunggal atau berkombinasi dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan batuk.
Antidotum overdosis parasetamol adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine, NAC). Antidotum ini
efektif jika diberikan dalam 8 jam setelah mengkonsumsi parasetamol dalam jumlah besar. NAC
juga dapat mencegah kerusakan hati jika diberikan lebih dini
Hal yang jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada
penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g
mengakibatkan nekrose hati yang reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-
metabolitnya, yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan –
SH). Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat
pada protein dengan –SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversible. Parasetamol
dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa menimbulkan antara lain mual,
muntah, dan anorexia. Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat
penawar (asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin, sebaiknya dalam 8-10 jam
setelah intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002) Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol
dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu ibu
Efek Racun dan Akibat pada Pasien Anak
Penggunaan paracetamol terus menerus dapat menyebabkan overdosis dan keracunan.
Overdosis yang tak dapat penanganan cepat dapat menyebabkan kegagalan liver dan kematian.
Kematian akibat overdosis paracetamol jarang terjadi pada anak-anak. Penggunaan parasetamol
berbahaya pada seseorang yang memiliki kelainan hati, terutama konsumen alkohol.
Jangan meminum parasetamol selama lebih dari 10 hari berturut turut tanpa berkonsultasi
dengan dokter. Obat ini juga jangan sembarangan diberikan pada anak dibawah 3 tahun tanpa
terlebih dahulu meminta saran dari dokter
Segera ke dokter bila salah satu dari tanda berikut muncul setelah anda minum
paracetamol. Tanda tanda itu antara lain : terjadi perdarahan ringan sampai berat, keluhan
demam dan nyeri tenggorokan tidak berkurang yang kemungkinan disebabkan oleh karena
infeksi sehingga perlu penanganan lebih lanjut.
Bila karena suatu sebab yang tidak jelas pasien bandel minum obat ini melebih dosis
maksimum tadi maka akan terjadi kerusakan hati yang fatal. Gejala kerusakan hati yang perlu
mendapatkan perhatian dan harus segera ke dokter antara lain : mual sampai muntah, kulit dan
mata berwarna kekuningan, warna air seni yang pekat seperti teh, nyeri di perut kanan atas, dan
rasa lelah dan lemas.
Beberapa reaksi alergi yang dilaporkan sering muncul antara lain : kemerahan pada kulit,
gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas/sesak. Seperti biasa, bila mengalami tanda tanda diatas
setelah minum paracetamol, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Parasetamol sebernarnya jarang memberi efek samping yang serius apabila digunakan
sesuai dengan petunjuk. Beberapa isu yang menyebutkan bahwa obat ini terkait dengan asma
pada anak-anak juga belum terbukti secara klinis. Hanya kadang obat ini bisa menimbulkan ruam
atau gatal-gatal pada beberapa orang tertentu. Penggunaan yang berlebihan dan dalam jangka
panjang perlu diwaspadai karena bisa memicu kerusakan hati. Perlu diperhatikan juga beberapa
tanda overdosis dari parasetamol misalnya jika terdapat gejala mual, muntah, lemas dan keringat
berlebih.
Jangan terlalu sering memberikan parasetamol pada anak. Penelitian pada tahun 2008
membuktikan bahwa pemberian parasetamol pada usia bayi dapat meningkatkan risiko terjadinya
asma pada usia kanak-kanak.
Penggunaan paracetamol secara berlebihan atau sering, bisa menimbulkan efek samping
bagi si kecil dikemudian hari. Seperti yang ditulis di jurnal Lancet, dua penelitian telah
menemukan bahwa penggunaan paracetamol dalam intensitas yang cukup sering, dapat
meningkatkan risiko anak terkena asma dan eksim ketika mereka berusia 6 atau 7 tahun.
Pada penelitian yang pertama, para peneliti menemukan, dari 205.000 anak, yang
menggunakan paracetamol di tahun pertama kehidupan mereka ternyata meningkatkan risiko
terkena asma pada usia 6 atau 7 tahun sebesar 46 persen, dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsinya
Lalu, sebatas apa paracetamol boleh digunakan? Menurut peneliti, penggunaan
paracetamol satu kali sebulan atau lebih dengan dosis tingi, mampu meningkatkan risiko asma
sebanyak tiga kali. Penggunaan paracetamol yang dinilai cukup (medium) didefinisikan sebagai
penggunaan sebanyak satu kali setahun atau lebih, tetapi kurang dari satu kali sebulan.
Satu teori yang dikemukakan oleh para peneliti mengenai hubungan antara
paracetamol dengan asma adalah antioksidan. Paracetamol mampu mengurangi kadar
antioksidan dalam tubuh. Padahal, antioksidan sangat dibutuhkan tubuh untuk melawan radikal
bebas yang masuk ke tubuh kita dan mencegah kerusakan.
Sama halnya pada asma. Penggunaan parasetamol dapat melipat gandakan risiko
eksim, bersin yang terus-menerus, bunyi napas sengau, dan sakit tenggorokan, ketika anak
berusia 6 atau 7 tahun.
Oleh sebab itu, para peneliti sangat mendukung pedoman yang diberikan oleh WHO,
yang merekomendasikan paracetamol tidak boleh digunakan secara rutin. Sebaiknya paracetamol
hanya digunakan untuk anak-anak yang mengalami demam tinggi (38,5 derajat Celcius atau
lebih).
Efek Lainnya
a. Parasetamol Dapat Merusak Paru-Paru
Parasetamol memang sangat manjur untuk menghilangkan rasa sakit kepala, pusing atau
demam. Tapi, dibalik keampuhannya tersebut, ternyata menyimpan bahaya yang cukup besar
yakni dapat menurunkan fungsi paru-paru.
Meski demikian, jangan gunakan obat ini secara rutin. Apalagi bagi penderita penyakit
asma dan penyakit paru obstruktif menahun atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD).
Karena, bila obat ini digunakan setiap hari, dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru.
Hasil ini berdasarkan data survei yang dikumpulkan oleh 'Third National Health and Nutrition
Examination Survey' dari tahun 1988-1994 pada sekitar 13.500 orang dewasa di Amerika
Serikat. Mereka semua memberikan informasi akan obat yang dipakai yaitu Aspirin Parasetamol
dan Ibuprofen.
Dari data survey ini terlihat bahwa mereka yang menggunakan obat Parasetamol,
mengalami resiko untuk menderita Asma dan COPD yang lebih tinggi. Dan pada penggunaan
Parasetamol rutin setiap hari atau penggunaan lebih besar, dihubungkan dengan terjadi
penurunan dari fungsi paru. Sedang pada obat Aspirin dan Ibuprofen, tidak terlihat adanya
gangguan dari paru.
Penelitian yang dilakukan pada hewan, dosis tinggi dari Parasetamol akan menurunkan
kadar dari salah satu antioksidan yang penting, yaitu Glutathion, yang ada pada jaringan paru.
Jadi, kemungkinan gangguan paru yang terjadi akibat pemakaian rutin Parasetamol disebabkan
karena terjadi penurunan Glutathion, yang menyebabkan peningkatan resiko dari kerusakan
jaringan paru dan peningkatan dari penyakit pernafasan. Penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya, yang menyatakan bahwa penggunaan Parasetamol dapat meningkatkan resiko yang
berat bagi penderita asma.
Bahaya Parasetamol atau yang disebut juga Asetaminofen, ternyata tidak hanya
menyerang paru-paru saja, termasuk juga ginjal bila digunakan dalam waktu yang lama.
Kebiasaan menggunakan Parasetamol, terutama bagi kaum wanita untuk menghilangkan nyeri
seperti pada saat haid, dinilai sangat membahayakan. Penelitian ini dilakukan terhadap 1.700
wanita yang diteliti selama lebih dari 11 tahun, yang mengalami penurunan fungsi filtrasi ginjal
sebesar 30 persen. Dari penelitian terlihat bahwa wanita yang mengkonsumsi Parasetamol
sebanyak 1.500 - 9.000 butir selama hidupnya, berisiko untuk mengalami gangguan ginjal
sebesar 64 persen.
Sedangkan untuk mereka yang mengkonsumsi lebih dari 9.000 tablet, risiko ini
meningkat hingga dua kali lipat. Tapi penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan antara
gangguan fungsi ginjal dengan Aspirin atau obat pereda nyeri/inflamasi lainnya seperti golongan
anti inflamasi non-steroid. Penelitian ini bukan untuk menghentikan penggunaan Parasetamol.
Tapi untuk berhati-hati dalam menggunakannya untuk jangka panjang. Selain itu bagi para
peneliti, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan pengobatan lain dalam mengatasi
rasa nyeri, yang tidak berbahaya bila digunakan untuk waktu yang lama.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak
memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID.
b. Penggunaan Paracetamol efek terhadap urine
Parasetamol (asetaminofen) dalam dosis terapeutik normal umumnya dianggap sebagai
salah satu minor analgesic yang paling aman , walupun garus diperhatikan bahwa kelebihan
dosis parasetamol dapat mengakibatkan nekrosis hati pada manusia dan hewan lain. Setelah
pemberian parasetamol dieliminasi dari tubuh oleh proses- proses metabolisme orde 1 yang nyata
dandalam jumlah kecil metabolism utamanya pada manusia adalah sebagai konjugat glukuronida
dan konjugat sulfat.
Eliminasi parasetamol bias dirasionalkan secra matematik menurut metode Cumming
et al (1967). Dengan menggunakan pendekatan dini, terbukti bahwa plt log laju ekskresi obat
“total” akhirnya akan menjadi garis lurus dengan kemiringan sama dengan :
-Ke / 2,303
Dimana k adalah konstanta laju eliariminasi . jadi dalam percobaan ini log laju ekskresi dari obat
total(mg/jam) diplot pada titik tengah dari masing – masing interval waktu pengumpulan urine.
Konstanta laju eliminasi ditaksir dari kemiringan plot di atas dan waktu paruh t1/2 dari
parasetamol dapat dihitung :
T1/2 = 0,693 / ke
a) Subjek manusia
Dalam individu normal yang sehat dosis parasetamol yang digunakan dalam percobaan ini tanpa
efek samping sama sekali .tetapi harus ditekankan bahwa obat ini tidak boleh dimakan oleh
orang yang;
1) Mempuyai sejarah penyakit ginjal/ hati tipe apapun
2) Mempunyai kebiasaan makan parasetamol
3) Menunjukkan aksi alergis / hipersensitifitas terhadap obat ini
4) Sedang dalam pengobatan dengan obat lain
5) Umumnya tidak sehat
Pemberian parasetamol dan pengumpulan urine
1)untuk menjaga aliran urine yang lyak, subjek harus minum 200ml air. Setelah 30 menit ,
kandung kemih haru di kosongkan dan dimsukkan dalam wadah yang sesuai ; sampel ini
menunjukan urine blanko.
2)Parasetamol 500mg diminum dengan 200ml air dan waktu mulai di catat ; ini adalah waktu nol
3)setelah 1 jam sampel urine diukur diberi catatan dan diberi air 100ml
4)Prosedur yang sama seperti nomor 3 diulang setiap jam selama 2jam, 3jam,4jam,5jam,6jam
5)Total urine di ukur
c Metode Analitik
Sampel urine akan dianalisa “total parasetamolnya” dengan menambahkan asam kedalam sampel
urine. Parasetamol dan konjugat sulfat serta glukuronidanya yang ada dalam urine dihidrolisis
dalam adanya asam 4- aminofenol. Senyawa ini kemudian berikatan dengan fenol dalam adanya
hiobromit membentuk suatu zat warna indofenol yang konsentrasinya ditentukan secara
spektrofotometrik.
1) Membuat larutan parasetamol 1mg/ml dalam air . pengenceran stok ini denga air memberikan
larutan parasetamol standar 50,100,200,400,600 dan 800 mikrogram/ml
2) Urine blanco 1ml dipipet masukan kedalam tabung reaksi tambahkan 4ml HCl 4M dan 1ml dari
masing – masing larutan parasetamol standar
3) Tabung ditutup dengan gundu dan ditempatkam dalam penangas air mendidih selama 1jam
4) Tabung didinginkan volme dari masing- masing dicukupkan secara seksama dengan air ad 10ml
5) Setelah tercampur seluruhnya 1ml Aliquot dipipet dari sampel urine yang dihidroisis (10ml)
kedalam tabung reaksi lain, dan ditabahkan 10ml larutan pembentuk warna. Sesudah dicampur
perlahan , larutan didiamkan selama 40menit
6) Serapan dari masing – masing larutan diukur pada 620nm dalam suatu spektrofotometer, nol
kana lat terhadap sampel urine blanco yng tidak mengandung obat
7) Mulai dari 2 diatas, masing – masing sampel urine yang dikumpulkan diberi perlakuan dengan
cara yang sama, dengan mensubtitusi sampel urine pada saat itu untuk urine blanco. Disampng
itu, 1ml larutan parasetamol standar diganti dengan 1ml air .
DOSIS
Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis maksimum paracetamol untuk orang dewasa
adalah 4 gram (4000mg) per hari atau 8 tablet paracetamol 500 mg.
Indikasi : analgesik, antipiretik Cara pakai : oralDosis anak 6-12 bulan 60 mg/kali, maks.
6 kali sehari; 1-6 tahun 60-120 mg/kali, maks. 6 kali/hari; 6-12 tahun 150-300 mg/kali, maks. 1,2
g/hari; dewasa 300 mg 1 g/kali, maks. 4 g/hariSediaan : tab. 100 mg, 500 mg; sir. 120 mg/5 ml
Parasetamol termasuk aman dikonsumsi tanpa efek candu seperti obat narkotika. Untuk
orang dewasa umumnya dosis dikonsumsi sebesar 500mg, bisa dilihat pada komposisi berbagai
merek obat pilek kandungan Asetaminofen ini antara 400-600mg selain kandungan lain dalam
kadar rendah, tergantung merek obatnya. Meskipun aman jangan mengkonsumsi Parasetamol
lebih dari 5 gram dalam sehari, apalagi untuk seorang pecandu alkohol, malah bisa menyebabkan
kerusakan liver.
KOMBINASI OBAT
Paracetamol sering dikombinasikan dengan aspirin untuk mengatasi rasa nyeri pada
rematik sebab paracetamol tidak mempunyai efek anti inflamasi seperti aspirin sehingga bila
kedua obat ini digabung maka akan didapatkan sinergi pengobatan yang bagus pada penyakit
rematik. Paracetamol aman diberikan pada wanita hamil dan menyusui namun tetap dianjurkan
pada wanita hamil untuk meminum obat ini bila benar benar membutuhkan dan dalam
pengawasan dokter. Paracetamol dikombinasikan dengan opiod codein.
Paracetamol dokombinasikan dengan codein dan penenang (syndol atau mersyndol).
Parasetamol umumnya digunakan untuk mengobati demam, sakit kepala, dan rasa nyeri ringan.
Senyawa ini bila dikombinasikan dengan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) atau obat
pereda nyeri opioid, dapat digunakan untuk mengobati nyeri yang lebih parah.
POINT PENTING PARASETAMOL
Beberapa poin penting yang perlu dicermati dalam penggunaan parasetamol :
Hentikan penggunaan parasetamol bila demam berlangsung lebih dari 3 hari atau nyeri
semakin memburuk lebih dari 10 hari, kecuali atas saran dokter.
Bagi ibu hamil dan menyusui, konsultsikan dengan dokter jika hendak menggunakan obat
ini.
Orang dengan penyakit gangguan liver sebaiknya tidak menggunakan obat ini.
Konsultasikan dengan dokter sebelum mengkombinasi parasetamol dengan obat-obat
NSAID, antikoagulan (warfarin), ataupun kontrasepsi oral.
Penggunaan parasetamol bersama alkohol dpat meningkatkan toksisitas hati.
Konsumsi vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan kadar parasetamol dalam tubuh.