mekanisme pertahanan kornea

11
Mekanisme Pertahanan Kornea Kornea memiliki beberapa mekanisme pertahanannya sendiri karena paparan terhadap mikroba dan lingkungan luar yang konstan. Beberapa mekanismenya adalah reflex menutup mata, kemampuan air mata untuk membuang serta mikroba, epitel hidrofobik sebagai barrier, dan kemampuan regenerasi epitel yang cepat. Infeksi Kornea Ketika patogen berhasil melewati mekanisme pertahanan kornea, maka kornea akan merespon pathogen spesifik tersebut dengan karakteristik keratitis. Keratitis jika berlanjut akan menjadi ulkus kornea. Beberapa faktor predisposisi untuk terjadinya infeksi kornea adalah: 1. Blefaritis 2. Infeksi jaringan sekitar mata (dacryostenosis) 3. Perubahan epitel kornea (bullous keratopati atau dry eyes) 4. Pemakaian lensa kontak 5. Lagoftalmos 6. Trauma 7. Obat-obatan immunosuppressant Patogen yang dapat menginfeksi kornea dapat berupa: 1. Virus 2. Bakteri 3. Acanthamoeba

Upload: adi-widana

Post on 08-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

kornea

TRANSCRIPT

Mekanisme Pertahanan Kornea Kornea memiliki beberapa mekanisme pertahanannya sendiri karena paparan terhadap mikroba dan lingkungan luar yang konstan. Beberapa mekanismenya adalah reflex menutup mata, kemampuan air mata untuk membuang serta mikroba, epitel hidrofobik sebagai barrier, dan kemampuan regenerasi epitel yang cepat.

Infeksi Kornea Ketika patogen berhasil melewati mekanisme pertahanan kornea, maka kornea akan merespon pathogen spesifik tersebut dengan karakteristik keratitis. Keratitis jika berlanjut akan menjadi ulkus kornea. Beberapa faktor predisposisi untuk terjadinya infeksi kornea adalah:1. Blefaritis2. Infeksi jaringan sekitar mata (dacryostenosis)3. Perubahan epitel kornea (bullous keratopati atau dry eyes)4. Pemakaian lensa kontak5. Lagoftalmos6. Trauma7. Obat-obatan immunosuppressant

Patogen yang dapat menginfeksi kornea dapat berupa:1. Virus2. Bakteri3. Acanthamoeba4. Jamur

Pathogenesis Ketika pathogen sudah berhasil menembus mekanisme pertahanan korna, maka akan terjadi lesi superfisial di kornea, pathogen kemudian akan menginvasi jaringan stroma di kornea dan melakukan kolonisasi. Hal ini akan menimbulkan reaksi radang di tubuh kita dan mengakibatkan munculnya antibodi ke kornea. Infiltrasi antibodi akan mengakibatkan kekeruhan dan timbulnya infiltrat pada port d entre. Hal ini dapat mengakibatkan ruangan camera oculi anterior terisi dengan pus (hypopion). Lama kelamaan stroma akan melemah karena infeksi sehingga pathogen akan sampai ke kornea lapisan membrana Descement. Hal ini akan menyebabkan terjadinya desmatocele ketika membrana Descement masih intak. Seiring dengan perjalanan penyakit, membrana Descement akan melemah dan humor aqueous akan keluar melalui perforasi pada kornea. Pasien akan mengalami penurunan visus yang progresif dan mata akan melembek. Hal ini juga akan mengakibatkan iris mengalami prolaps. Prolaps dari iris akan meutup perforasi pada kornea dari posterior, namun perlekatan iris dengan kornea akan mengakibatkan timbulnya scar. Hal ini dapat berlangsung dengan cepat, atau berlangsung lama tergantung kepada tingkat virulensi dari patogen dan imunitas tubuh.

Jenis Ulkus Kornea Ulkus kornea secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe infeksi dan non-infeksi. Ulkus kornea tipe infeksi dapat dibagi lagi berdasarkan etiologinya yaitu, tipe bakterialis, viralis, ataupun fungalis. Sedangkan untuk ulkus kornea tipe non-infeksi dapat disebabkan oleh proses alergi ataupun trauma.

Ulkus Kornea BakterialisEtiologiMikrobakteriaKarakteristik Infeksi

Staphylococcus aureusInfeksi berlangsung lambat, nyeri minimal

Staphylococcus epidermidisMirip dengan infeksi akibat S.aureus

Streptococcus pneumoniaKornea mengalami perforasi dengan cepat, sangat nyeri

Pseudomonas aeruginosaEksudat berwarna kehijauan, sering ditemukan ring shaped corneal abscess

MoraxellaUlkus yang tidak nyeri berbentuk oval dengan progresivitas lambat

Gejala Pasien mungkin datang dengan keluhan nyeri, kecuali pada infeksi oleh Moraxella, fotofobia, penurunan visus, lakrimasi, dan secret purulent. Secret yang purulent adalah tipikal dari infeksi bakteri.

Terapi Terapi dimulai dengan pemberian antibiotic topical spectrum luas jika patogen penyebab belum diketahui jenisnya. Dapat diberikan antibiotic jenis ofloxacin, norfloxacin, dan polymixin. Imobilisasi dari corpus ciliaris dan iris dengan obat midriatika dapat diberikan jika terdapat hipopion. Pemberian midriatika juga dapat melepaskan sinekia posterior.

Ulkus Korna Viralis Ulkus kornea viralis biasanya disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV), Varicella-zoster virus, dan adenovirus. Penyebab lain yang lebih jarang adalah cytomegalovirus, measles virus, atau virus rubella. Infeksi HSV primer pada mata biasanya berupa blefaritis atau konjungtivitis. Rekurensi dapat terjadi jika imunitas tubuh turun. Ulkus HSV biasanya sangat nyeri dan disertai dengan fotofobia, lakrimasi, dan bengkak pada palpebra. Infeksi karena herpes zoster virus dapat terjadi pada penderita cacar yang rekurens. Mata dapat terinfeksi jika virus mengenai cabang nervus ophtalmicus dari nervus trigeminal.

Terapi Mata diobati dengan acyclovir topical yang berbentuk salep. Jika epitel masih intak dan infeksi terjadi di stroma pada infeksi HSV atau jika terjadi iritasi dari COA dapat diberikan kortikosteroid. Imobilisasi dari corpus ciliaris dan iris dapat diberikan obat-bat midriatik.

Ulkus Kornea Mycotic / Fungalis Ulkus kornea karena jamur pada jaman dulu sangatlah jarang dan hanya terjadi pada pekerja pertanian. Namun ulkus kornea mikotik lebih sering ditemukan sekarang karena penggunaan kortikosteroid topical maupun sistemik yang berlebiham. Jamur penyebab paling sering ditemukan Aspergillus dan Candida albicans. Faktor predisposisi dari terjadinya ulkus kornea mikotik adalah trauma dengan materi yang sering ditumbuhi jamur misalkan batang pohon. Infeksi biasanya unilateral dan batas ulkus tidak tegas pada kornea. Hipopion dapat timbul. Pemeriksaan dengan slit lamp dapat menunjukkan infiltrate pada stroma yang berwarna putih, terutama jika disebabkan oleh Candida albicans. Dapat ditemukan lesi satelit.

Terapi Pemberian antimikotik topical dapat diberikan seperti natamycin, nystatin, amphotericin B. pemberian antimikotik sistemik diberikan jika infeksi sudah menyebar intraocular.

Ulkus Kornea Non-Infeksi Hal ini dapat terjadi karena inflamasi, trauma, degenerasi karena usia, operasi, dan faktor lainnya.

Superficial Punctate Keratitis Ulkus kornea pungtata superfisial dapat disebabkan oleh corpus alienum dibalik palpebral superior, pemakaian lensa kontak, asap, dan lainnya. Gejala biasanya tergantung kepada penyebab dan tingkat keparahan ulkus. Pasien biasanya datang dengan rasa mengganjal di mata, epifora, nyeri, raa terbakar, seperti ada pasir di mata, dan blefarospasme. Visus biasanya tidak turun hebat. Untuk mendiagnosis dapat digunakan tes dengan menggunakan zat warna fluorescein dan kornea dilihat dengan slit lamp. Pola dari ulkus dapat memberikan gambaran terhadap etiologinya.

Terapi Pada beberapa penyebab, lesi kornea yang suprficialis dapat membaik hanya dengan pemberian artificial tears.

Keratokonjungtivitis Sika Salah satu bentuk keratokonjungtivitis yang sering terjadi karena kurangnya air mata atau sumbatan pada saluran air mata. Biasanya berhubungan dengan dry eyes syndrome.

Exposure Keratitis Keratitis hingga ulkus yang terjadi karena kornea kering berhubungan dengan lagoftalmos. Hal ini biasanya terjadi pada pasien pasca stroke yang mengalami kelumpuhan pada nervus facialis. Kelumpuhan ini mengakibatkan ketidakmampuan untuk kelopak mata secara sempurna, sehingga bagian satu pertiga inferior mata terekspos secara konstan dan tidak terproteksi. Bentuk awal lesi dapat berupa keratitis superfisialis pungtata dan dapat berlanjut menjadi erosi kornea hingga tumbul ulkus. Penyebab lainnya dapat diakibatkan oleh exoftalmus pada penderita Graves disease, dan penutupan kelopak mata yang tidak sempurna setelah operasi kelopak mata pada ptosis.

Gejala Gejala biasanya mirip dengan keratitis pungtata superfisialis namun mata yang terkena hanya unilateral.

Terapi Penggunaan artificial tears biasanya tidak banyak membantu jika terdapat inadekuasi penutupan kelopak. Dapat diberikan gel pelembab, salep untuk proteksi antibiotic dan kacamata penutup. Pada kelumpuhan nervus facialis dan penyebab lain ketidakmampuan kelopak untuk menutup dapat diberikan lateral tarsoraphy.

Neuroparalyric Keratitis Keratitis yang disebabkan karena kelumpuan cabang ophtalmica dari nervus trigeminalis. Nervus trigeminal bertanggung jawab untuk sensitifitas kornea terhadap paparan eksogen. Kerusakan pada nervus ini akan mengakibatkan sensitivitas kornea menurun dan pasien tidak dapat merasakan sensasi mata kering, dan frekuensi mengedip akan berkurang sehingga kornea menjadi lebih kering.

Gejala Gejala yang dirasakan hanya seperti ada yang mengganjal di mata atau bengkak pada kelopak mata. Pasien tidak merasa nyeri karena fungsi nervus trigeminus menurun atau tidak ada.

Ulkus Kornea karena Lensa Kontak Hal ini dapat diakibatkan oleh pemakaian hard lens yang tidak pas sehingga permukaan kornea tergesek ataupun karena penggunaan lensa kontak yang terlalu lama. Jika lensa kontak masih dipakai walaupun sudah terjadi gejala, dapat menimbulkan ulkus, dan vaskularisasi dari kornea dapat terjadi.

Gejala Gejala yang dirasakan biasanya berupa rasa tidak nyaman saat menggunakan lensa kontak dan penurunan visus. Gejala biasanya lebih dirasakan saat lensa kontak dilepas karena permukaan kornea lebih terekspos. Pada pemeriksaan dapat ditemukan perubahan epitel kornea pada tea fluorescein dan bisa terdapat papil pada limbus superior.

Terapi Pasien tidak boleh menggunakan lensa kontak untuk sementara, dan proses inflamasi dapat diperbaiki dengan menggunakan kortikosteroid. Pemberian artificial tears mungkin berguna untuk mengurangi rasa tidak nyaman di mata.

Bullous Keratopathy Kekeruhan pada kornea dengan epitel bula yang timbul karena kerusakan fungsi sel endotel. Sel endotel kornea berfungsi untuk memberikan transparansi pada kornea. Jika endotel rusak akibat inflamasi, maka kemampuannya untuk mencegah humor aqueous memasuki kornea hilang, sehingga terjadilah proses hidrasi dari stroma kornea dan timbul epitel bula.

Gejala Gejalanya biasanya berupa penurunan visus yang graduil. Pasien lebih mengalami penurunan visus pada pagi hari dibanding sore hari, karena pembengkakan kornea lebih hebat terjadi saat malam hari ketika mata menutup.

Terapi Cairan hyperosmolar seperti Adsorbonac 5% dapat mengurangi cairan yang tertimbun di stroma kornea. Transplantasi kornea dapat dilakukan untuk menghilangkan defek pada endotel.