skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

65
ISI 1. NAMA ATAU TEMA BLOK Skizofrenia/ Blok Brain and Mind System 2. FASILITATOR/ TUTOR Dr. Tri Widyawati, M.Si 3. DATA PELAKSANAAN a. Hari : Senin, 15 Maret 2010 dan Kamis, 18 Maret 2010 b. Pemicu ke : 6 (enam) c. Waktu : 10.30- 13.00 d. Ruangan : Ruang Tutorial I (Gedung Baru) 4. PEMICU A, 28 tahun, pria, belum menikah, diantar polisi ke rumah sakit karena mengamuk dan memukul seorang pria 60 tahun yang tidak dikenalnya di jalan. Ketika perawat menanyakan siapa namanya, A membentak perawat dan berkata, “Kamu tidak tahu siapa saya? Betapa bodohnya…. Sayakan walikota Medan yang baru saja dilantik minggu lalu, apa kamu tidak pernah baca Koran? Tanpa bicarapun semua orang dapat mengenal siapa saya dan mengetahui apa yang ada dalam pikiran saya.” Saat dilakukan wawancara dan pemeriksaan psikiatri, A terlihat sibuk berbicara sendiri dan memaki- maki. Ketika ditanya dengan siapa ia berbicara, A mengatakan ia sedang berkomunikasi dengan staf ahlinya yang bodoh dan tidak punya inisiatif. Mereka bisa berkomunikasi dengan melalui telepati, setelah secara tiba- tiba ada kekuatan ghaib yang memasukkan pikiran asing ke pikirannya, 1

Upload: eirene-simbolon

Post on 18-Jun-2015

9.135 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

ISI

1. NAMA ATAU TEMA BLOK

Skizofrenia/ Blok Brain and Mind System

2. FASILITATOR/ TUTOR

Dr. Tri Widyawati, M.Si

3. DATA PELAKSANAAN

a. Hari : Senin, 15 Maret 2010 dan Kamis, 18 Maret 2010

b. Pemicu ke : 6 (enam)

c. Waktu : 10.30- 13.00

d. Ruangan : Ruang Tutorial I (Gedung Baru)

4. PEMICU

A, 28 tahun, pria, belum menikah, diantar polisi ke rumah sakit karena mengamuk

dan memukul seorang pria 60 tahun yang tidak dikenalnya di jalan. Ketika perawat

menanyakan siapa namanya, A membentak perawat dan berkata, “Kamu tidak tahu

siapa saya? Betapa bodohnya…. Sayakan walikota Medan yang baru saja dilantik

minggu lalu, apa kamu tidak pernah baca Koran? Tanpa bicarapun semua orang dapat

mengenal siapa saya dan mengetahui apa yang ada dalam pikiran saya.”

Saat dilakukan wawancara dan pemeriksaan psikiatri, A terlihat sibuk berbicara

sendiri dan memaki- maki. Ketika ditanya dengan siapa ia berbicara, A mengatakan ia

sedang berkomunikasi dengan staf ahlinya yang bodoh dan tidak punya inisiatif. Mereka

bisa berkomunikasi dengan melalui telepati, setelah secara tiba- tiba ada kekuatan ghaib

yang memasukkan pikiran asing ke pikirannya, sejak saat itu A mengatakan ia menjadi

lebih pintar dan bisa mengobati orang. Segala pikiran dan perbuatan yang dilakukan A

kini dikendalikan oleh kekuatan ghaib tersebut. Namun banyak orang yang cemburu

dengan kehebatannya sehingga berusaha mencelakakan dan mengguna- gunai A, salah

satunya pria yang 60 tahun yang dipukulnya tadi. A yakin bahwa pria tersebut berniat

untuk membunuhnya.

1

Page 2: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

More Info I

Tak lama kemudian ibu A datang ke rumah sakit dan memberikan keterangan bahwa A

sudah menunjukkan perubahan perilaku sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu; A yang semula

rajin bekerja menjadi malas keluar rumah, malas mandi dan malas bertemu siapa saja. Satu

bulan terakhir, A mulai berbicara- bicara sendiri dan marah- marah tanpa sebab.

Sebelumnya A dikenal sebagai anak yang baik, rajin dan tidak banyak bicara. A belum

punya pacar dan tidak mempunyai teman dekat. Sehari- hari sepulang dari kantor, A lebih

suka menghabiskan waktu di kamar sendiri, dengan saudara- saudaranya pun A tidak begitu

dekat, A begitu kelihatan tidak terlalu perduli dengan pujian dan kritikan orang, sehingga

terkesan A sangat dingin.

Riwayat trauma pada kepala dan penggunaan zat adiktif tidak dijumpai.

Hasil pemeriksaan:

Status presens

Sensorium : compos mentis.

TD: 120/80 mmHg; Pols: 80x/menit; pernafasan: 16x/menit; suhu normal.

Pemeriksaan fisik dalam batas normal.

Pemeriksaan neurologis dalam batas normal.

Pemeriksaan laboratorium: urine/ darah rutin: dalam batas normal.

Berdasarkan hasil pemeriksaaan yang dilakukan, dokter menganjurkan A untuk dirawat inap

dan memberikan suntikan haloperidol intramuskular.

More Info II

Keesokan harinya, saat kunjungan pagi, dokter menjumpai A dalam keadaan mata mendelik

ke atas, lidah tertarik ke dalam.

Apa yang terjadi pada A?

5. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Mengetahui dan memahami mekanisme pertahanan ego.

B. Mengetahui dan memahami gangguan kepribadian.

C. Mengetahui dan memahami gangguan isi pikiran dan proses pikir.

D. Mengetahui dan memahami skizofrenia.

E. Mengetahui dan memahami obat antipsikotik.

6. PERTANYAAN YANG MUNCUL DALAM DISKUSI KELOMPOK

A. Apa yang dimaksud dengan mekanisme pertahanan ego? Apa saja jenis- jenis

mekanisme pertahanan ego yang ada?

2

Page 3: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

B. Apa yang dimaksud dengan gangguan kepribadian? Apa saja jenis gangguan

kepribadian dan bagaimana ciri dari gangguan kepribadian tersebut ? Apa kriteria

yang digunakan untuk menegakkan diagnostik gangguan kepribadian?

C. Apa yang dimaksud dengan gangguan isi dan proses berpikir? Apa contoh gangguan

isi dan proses pikir yang ada?

D. Apa yang dimaksud dengan skizofrenia? Mengapa skizofrenia bisa terjadi?

E. Apa saja obat- obatan yang termasuk antipsikotik? Bagaimana kerja obat- obatan

tersebut dan apa efek samping yang dapat ditimbulkan?

7. JAWABAN ATAS PERTANYAAN

A. MEKANISME PERTAHANAN EGO (EGO DEFENSE MECHANISM)

Menurut Sigmund Freud, Mekanisme Pertahanan Ego (MPE) bersumber dari bawah

sadar (unconscious) yang digunakan Ego untuk mengurangi konflik antara dunia internal

seseorang dengan realitas eksternal. Fungsi pertama dan utama defense mechanism adalah

untuk mempertahankan diri dalam menghadapi realitas eksternal yang penuh tantangan.

Bila realitas eksternal menuntut terlalu banyak, melebihi kapasitas diri untuk mengatasinya,

maka kepribadian akan mengaktifkan defense mechanism. Begitu pula sebaliknya, bila

hasrat dan dorongan dari dalam diri terlalu kuat, dan bila dorongan itu akan mengancam

keharmonisan relasi individu dengan realitas eksternal, maka defense mechanism akan

diaktifkan untuk meredamnya. (1)

Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan ego untuk menunjukkan proses tak

sadar yang melindungi individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada

dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya. MPE hanya mengubah

cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Dalam teori psikoanalitik yang

dikemukakan Freud, istilah mekanisme pertahanan ego cenderung dikonotasikan negatif.

Mekanisme ini dianggap maladaptif dan patologis. Namun, setelah berkembangnya ego

psychology, konsepsi mengenai MPE telah berubah. Menurut teori ini, ego defense

merupakan mekanisme psikis yang kita perlukan untuk adaptif dengan realitas eksternal.

Bila individu menggunakan defense mechanism secara efektif dan sesuai dengan tahapan

perkembangannya, maka dikatakan individu tersebut menggunakan defense mechanism

yang matang. Bila individu menggunakan defense mechanism yang tidak efektif dan tidak

sesuai dengan tahapan perkembangannya, dikatakan individu tersebut menggunakan

defense mechanism yang tidak matang, atau bahkan archaic (primitif).(1)

3

Page 4: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Seperti yang telah dikemukakan di atas, defense mechanism adalah mekanisme

pertahanan yang diperankan oleh Ego. Ego adalah salah satu dari tiga struktural kehidupan

manusia yang dikemukakan Sigmund Freud dalam teori psikoanalitiknya. Dua komponen

lainnya adalah Id dan Superego. Ketiga struktur ini memiliki fungsi dan tugas masing-

masing.

Dalam teori itu dikemukakan, Id adalah struktur kepribadian yang orisinil, bersifat impulsif

dan paling primitif. Pada mulanya, yang ada adalah Id. Id terletak di ketidaksadaran,

sehingga tidak bersentuhan langsung dengan realitas. Oleh karena itu, Id dikenal dengan

istilah pleasure principal. Pleasure principal berprinsip pada kesenangan dan berusaha

menghindari rasa sakit. Id-lah yang memunculkan berbagai hasrat dan dorongan dasar yang

kemudian menggerakkan tingkah laku. Dua dorongan dasar yang utama adalah dorongan

seksual dan dorongan agresi. Ada kesan bahwa Id berisi segala sesuatu yang buruk dalam

diri manusia. Sesungguhnya tidak demikian. Dorongan dan hasrat dari Id, yakni seksualitas

dan agresivitas menjadi baik atau buruk, tergantung dari pengarahan yang dilakukan.

Struktur kepribadian yang bertugas mengarahkan berbagai dorongan Id agar tidak

bertentangan dengan realitas eksternal adalah Ego.

Ego merupakan komponen kepribadian yang bertugas sebagai eksekutor. Sistem

kerjanya memakai prinsip realistic karena struktur keperibadian ini memang bersentuhan

langsung dengan realitas eksternal. Ego mengatur interaksi dan transaksi antara dunia

internal individu dengan realiitas eksternal. Untuk melaksanakan tugas itu. Ego memiliki tiga

fungsi, yaitu reality testing, identify dan defense mechanism. Reality testing adalah

kemampuan utama Ego, yaitu untuk mempersepsi realitas. Kemudian Ego akan

menyesuaikan diri sedemikian rupa agar dapat menguasai realitas tersebut. Identify adalah

fondasi kepribadian. Identitas terbentuk sejak awal kehidupan, mengalami krisis di masa

remaja, dan terus berkembang dalam perjalanan hidupnya. Pembentukan identitas terjadi

melalui interaksi individu dengan orang- orang yang penting dalam kehidupannya.

Superego merupakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian. Superego merupakan

struktur kepribadian (bagian dari dunia internal) yang mewakili nilai- nilai realitas eksternal.

Superego memakai prinsip idealistic (idealistic principle), yakni mengejar hal- hal yang

bersifat moralitas. Superego mendorong individu untuk mematuhi nilai- nilai yang berlaku di

realitas eksternal. Hal ini dilakukan untuk menghindari konflik antara individu dengan realitas

eksternal. Superego diibaratkan sebagai “polisi internal” yang mendorong kita untuk tidak

melanggar nilai dan norma yang berlaku dalam realitas eksternal, dengan atau tanpa orang

lain yang mengawasi.(1)

4

Page 5: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Klasifikasi Mekanisme Pertahanan Ego

Berdasarkan buku Dinamika Kepribadian (Arif, 2006), mekanisme pertahanan ego

dikelompokkan menjadi tiga (1), yakni:

a. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Matang (Mature)

1. Sublimasi

Sublimasi adalah mekanisme yang mengubah atau mentrasformasikan dorongan-

dorongan primitif, baik dorongan seksual dan agresi, menjadi dorongan yang sesuai

dengan norma dan budaya yang berlaku di realitas eksternal.

Misalnya: dorongan seksual diubah menjadi dorongan kreatif untuk menghasilkan

karya seni; dorongan agresi diubah menjadi daya juang untuk mencapai suatu tujuan.

2. Kompensasi

Kompensasi merupakan upaya untuk mengatasi suatu kekurangan dalam suatu

bidang dengan cara mengupayakan kelebihan di bidang lain.

Misalnya: seseorang yang tidak memiliki prestasi akademik yang baik memiliki

prestasi olahraga yang sangat baik.

3. Supresi

Supresi merupakan satu- satunya mekanisme pertahanan ego yang dilakukan secara

sadar. Supresi merupakan upaya peredaman kembali suatu dorongan libidinal

(dorongan Id) yang berpotensi konflik dengan realitas eksternal. Peredaman dorongan

ini dianggap telah melalui suatu pertimbangan rasional.

Contoh: salah seorang teman Anto menyinggung dan membangkitkan amarah dan

dorongan agresinya. Namun, Anto meredam kembali dorongan untuk bertindak agresi

secara impulsif karena akan mengakibatkan dampak yang serius pada relasi saya

dengannya. Kemudian, Anto memilih untuk mengungkapkan perasaan secara asertif

di waktu yang lebih tepat.

4. Humor

Melalui humor, seseorang dapat mengubah penghayatan akan suatu peristiwa yang

tidak menyenangkan menjadi menyenangkan. Humor juga dapat berfungsi

menyalurkan agresivitas tanpa bersifat destruktif.

Misalnya: menertawakan diri sendiri ketika apa yang dikehendaki tidak tercapai.

5

Page 6: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

b. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Tidak Matang (Immature)

1. Represi

Represi adalah upaya meredam suatu dorongan libidinal yang berpotensi konflik

dengan realitas eksternal. Yang membedakannya dengan supresi adalah represi

dilakukan tanpa membiarkannya sadar terlebih dahulu. Oleh karena dorongan yang

diredam ini tidak melalui kesadaran, orang yang bersangkutan tidak mungkin

mengolahnya secara rasional.

Contoh: seseorang yang kurang asertif mungkin akan lebih sering mengggunakan

represi untuk meredam kemarahan dan agresivitanya ketika ia tidak berani menolak

hal- hal yang tidak disukainya. Dari luar kelihatan sabar, tetapi diketidaksadarannya

dipenuhi gejolak amarah.

Dibutuhkan energi psikis yang lebih besar untuk melakukan represi dibandingkan

dengan supresi. Hal ini dapat menyebabkan kepribadian melemah. Saat kepribadian

semakin lemah, represi yang dilakukan semakin tidak efektif. Dorongan yang hendak

diredam seringkali lolos dengan berbagai cara. Misalnya: fenoma slip of the tongue,

yaitu ketika suatu ucapan yang netral menjadi agresif ataupun porno. Fenomena

latah juga termasuk di dalamnya. Orang yang sungguh- sungguh latah akan

mengucapkan kata- kata porno saat ia latah.

2. Proyeksi

Proyeksi merupakan mekanisme di mana seseorang secara psikis menolak dan

mengeluarkan bagian diri yang tidak dikehendakinya. Bagian yang tidak dikehendaki

ini tampil pada orang lain. Orang yang melakukan proyeksi tidak dapat mengenali

tampilan yang dilihatnya pada orang lain sebagai bagian dari dirinya.

Contoh: seseorang yang tidak mengenal hasrat seksual yang bergejolak dalam

dirinya akan melihat kebanyakan orang lain berpikir dan bertingkah laku porno.

3. Introyeksi

Mekanisme ini dilakukan dengan cara “mengambil alih” suatu ciri kepribadian yang

ditemukannya pada orang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur

kepribadian pada orang yang bersangkutan.

Contoh: dalam beberapa organisasi tertentu, senior sering memberikan tekanan

psikis yang sangat berat kepada anggota baru. Dalam kondisi stress berat, anggota

baru tersebut akan lebih mudah mengintroyeksikan tindakan seniornya ini. Untuk

perlindungan diri, para anggota baru tersebut mengubah salah satu struktur

kepribadiannya, serupa dengan senior yang “menyiksanya”.

6

Page 7: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

4. Reaksi Formasi

Reaksi formasi merupakan suatu upaya melakukan hal yang sebaliknya untuk

melawan suatu dorongan internal yang dapat menimbulkan konflik.

Contoh: seorang yang memiliki hasrat seksual yang tinggi berlaku seolah- olah dia

sangat membenci segala sesuatu yang berbau seks.

5. Undoing

Undoing adalah upaya simbolik untuk membatalkan suatu impuls yang telah terwujud

menjadi tingkah laku. Hal ini biasanya dilakukan dengan melakukan ritual tertentu.

Contoh: seseorang tidak dapat menahan diri untuk melakukan masturbasi. Kemudian

dia menyesal dan melakukan upaya untuk “membersihkan” pelanggaran yang dia

lakukan dengan suatu ritual, misalnya mandi dan mencuci tangan. Hal ini akan

berulang kali dilakukannya bila dia mengulang perbuatan masturbasi.

6. Rasionalisasi

Rasionalisasi adalah upaya mendistorsikan persepsinya akan suatu realitas. Pikiran

akan memberikan alasan- alasan yang kelihatannya masuk akal. Hal ini dilakukan

agar suatu kenyataan yang semula berbahaya dan dapat mengguncang

kepribadiannya, menjadi lebih mudah diterima.

Misalnya: bagi seorang yang self-esteemnya rapuh, penolakan cinta dari lawan jenis

akan mengguncang kepribadiannya. Orang yang bersangkutan kemudian melakukan

rasionalisasi dengan mendistorsikan kenyataan. Dia beranggapan bahwa lawan jenis

tersebut menolaknya karena merasa tidak layak untuk menjadi kekasihnya.

7. Isolasi

Isolasi merupakan suatu cara untuk meredam suatu aspek yang dianggap paling

berbahaya. Akibatnya, kepribadian menghayati pengalaman tersebut secara parsial

tidak utuh. Seorang yang harmonis dengan realitas eksternal dapat menghayati

pengalaman hidupnya secara utuh. Keutuhan itu dapat dilihat dari aspek kognitif

(pikiran), afektif (perasaan) dan konatif (tingkah laku).

Misalnya: ketika seorang mendapat bonus gaji, orang tersebut akan memikirkan hal-

hal yang menyenangkan. Perasaan akan gembira dan wajahnya berseri- seri pada

hari itu. Pada orang yang melakukan isolasi, contoh: seseorang yang tidak sanggup

menerima kenyataan bahwa orang yang paling dikasihinya meninggal tidak merasa

sedih dan tidak menunjukkan kesedihan. Yang ada hanyalah perasaan hampa.

Sesungguhnya kesedihan yang dialami orang tersebut sangat besar, lebih besar dari

7

Page 8: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

yang sanggup ditanggungnya sehingga ia memendamnya. Hal ini tidak sehat karena

akan mengganggu kepribadian di masa yang akan datang.

8. Intelektualisasi

Mekanisme ini terlalu menonjolkan aspek inteleknya secara berlebihan. Tujuannya

untuk mengkompensasi bagian kepribadian lain yang kurang.

Contoh: seorang yang kurang terampil menjalin relasi sosial yang hangat dengan

orang lain, memperlihatkan upaya yang terlalu besar untuk menonjolkan

kepintarannya.

9. Displacement

Displacement dilakukan dengan cara mengganti objek yang menjadi sasaran

kemarahan.

Misal: seseorang sangat marah terhadap atasannya karena penghinaan yang

dilakukan sang atasan. Namun, karena tidak mungkin melampiaskan kemarahannya,

dia mengalihkan dorongan tersebut kepada orang lain. Misalnya kepada

bawahannya yang mungkin hanya melakukan kesalahan kecil.

10. Denial

Denial merupakan suatu mekanisme dengan menyangkal bahwa suatu peristiwa

sungguh- sungguh terjadi. Hal ini dilakukan karena tidak sanggup menerima

kenyataan tersebut.

11. Regresi

Regresi artinya mundur secara mental dari suatu tahap perkembangan. Hal ini

dilakukan karena seseorang tidak sanggup atau mengalami kesulitan untuk maju ke

tahap perkembangan selanjutnya.

Misalnya: seorang bapak paruh baya yang tidak merasa dengan dirinya yang

semakin tua, kembali ke fase phallic. Sehingga ia akan menunjukkan kegenitan dan

seductiveness.

c. Mekanisme Pertahanan Ego yang Tergolong Primitif (Archaic)

1. Splitting

Splitting adalah mekanisme yang dilakukan bayi untuk memudahkannya menangani

berbagai pengalaman yang dialaminya. Splitting membagi suatu objek atau

pengalaman menjadi dua, yakni baik dan buruk. Mekanisme ini tidak mampu melihat

daerah “abu- abu” di antaranya. Secara primitif, hal yang menyenangkan akan

8

Page 9: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

dihayati baik sedangkan yang tidak menyenangkan akan dihayati tidak baik. Semakin

tumbuh dan kepribadian semakin matang, spiltting jarang dilakukan. Mekanisme

pertahanan ini biasanya dilakukan oleh orang dengan gangguan mental yang berat.

2. Projective Identification

Defense mechanism ini jarang ditemui pada kepribadian yang cukup matang.

Mekanisme ini akan lebih sering ditemukan dalam kepribadian yang sangat

terganggu, misalnya pada pasien skizofrenia.

3. Primitive Idealization

Mekanisme ini dilakukan untuk mempertahankan harga diri mendasarnya (basic self-

esteem) ketika mengalami ancaman. Hal ini dilakukan dengan mengidealisasikan

orang lain dan kemudian mengembangkan kesatuan dengan orang tersebut. Orang

yang diidealisasikan akan dipandang sepenuhnya memiliki nilai- nilai positif dan tidak

memiliki nilai- nilai negatif sama sekali. Fantasi kesatuan dengan orang tersebut akan

membantu menambal harga diri yang terluka.

Contoh: seseorang perempuan yang semasa kecilnya tidak pernah mendapat kasih

sayang dari orangtua, kemudian mengidealisasikan suaminya. Suaminya dianggap

sangat sempurna walaupun kenyataannya sangat kontras dengan idealisasinya

tersebut.

4. Omnipotence

Arti omnipotence adalah maha kuasa. Orang yang menggunakan mekanisme ini

menganggap dirinya maha kuasa dan mampu melakukan apapun juga, tidak takut

atau kuatir pada apapun juga. Mekanisme ini biasanya dilakukan oleh bayi pada fase

oral.

5. Manic Defense

Mekanisme pertahanan ego ini dikembangkan oleh Melanie Klein. Menurut Klein,

setiap orang memiliki dua posisi mental. Pertama adalah paranoid- schizoid position,

di mana seseorang merasa terpisah dari orang lain. Dia tida dapat menghargai

sepenuhnya keberadaan orang lain. Orang lain dipandang sebagai objek- bukan

subjek. Orang lain dipandang sebagai ancaman bagi diri atau sarana pemuas

kebutuhan semata. Posisi kedua adalah depressive position, yaitu ketika seorang

sepenuhnya menyadari keberadaan orang lain dan memiliki ketergantungan

terhadap mereka. Memandang orang lain sebagai subjek yang juga memiliki

9

Page 10: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

perasaan dan pengalaman- pengalaman manusiawi yang serupa. Menurut Klein, kita

beralih dari satu posisi ke posisi yang lain. Saat berada dalam posisi paranoid-skizoid

kita cenderung menyakiti orang, baik dengan tindakan aktual maupun khayalan. Saat

berada dalam posisi depresi, kita menyadari bahwa kita telah menyakiti orang lain.

Kesadaran ini menimbulkan perasaan bersalah dan takut kehilangan orang tersebut.

Pada manic defense, seseorang menyangkal bahwa ia sangat tergantung pada

orang yang dilukainya. Ia menyangkal takut kehilangan orang tersebut atau

menyangkal telah melakukan hal yang merugikan orang tersebut. mekanisme manic

defense bersikukuh pada fantasi bahwa ia akan tetap bahagia seorang diri dan tidak

membutuhkan orang lain.

B. GANGGUAN KEPRIBADIAN (PERSONALITY DISORDER)

Kata personality berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang artinya

‘topeng’ yang biasa dipakai artis dalam teater. Kaplan dan Saddock mendefinisikan

kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan

seseorang dari hari ke hari (4). Pada orang normal, biasanya kepribadian relatif stabil dan

dapat diramalkan. Menurut Kusumanto Setyonegoro kepribadian adalah ekspresi seseorang

, yang keluar dari pengetahuan dan perasaan (3). Definisi lain mengemukakan bahwa

kepribadian adalah pola perilaku yang khas bagi seseorang. Orang lain dapat mengenal

orang tersebut dari pola perilakunya itu. (5)

Gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter diluar rentang yang

ditemukan pada sebagian besar orang. Menurut DSM-IV, gangguan kepribadian adalah pola

yang bersifat menetap dalam mempersepsi, memikirkan dan berhubungan dengan

lingkungan dan diri sendiri. Pola ini diperlihatkan di berbagai macam konteks sosial dan

pribadi. Pola ini tidak fleksibel dan maladaptif serta menyebabkan hendaya fungsi sosial

atau distress subjektif yang signifikan. Jadi, seseorang dikatakan memiliki gangguan

kepribadian apabila sifat kepribadian tidak fleksibel, maladaptif, dan menyimpang dari

ekspektasi budaya orang yang bersangkutan. Hal ini telah berlangsung dalam jangka waktu

yang lama, muncul pada setiap situasi serta mengganggu fungsi kehidupannya sehari- hari.

10

Page 11: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Klasifikasi

Klasifikasi menurut PPDGJI-III (1993) Klasifikasi menurut DSM-IV (1994)

1. Gangguan Kepribadian Paranoid

2. Gangguan Kepribadian Skizoid

3. Gangguan Kepribadian Dissosial

4. Gangguan Kepribadian Emosional tak

Stabil (Impulsif/ambang)

5. Gangguan Kepribadian Histrionik

6. Gangguan Kepribadian Anankastik

7. Gangguan Kepribadian Cemas

(menghindar)

8. Gangguan Kepribadian Dependen

9. Gangguan Kepribadian Khas lainnya

10. Gangguan Kepribadian yang tak

tergolongkan

Kelompok A (odd/ eccentric cluster)

1. Gangguan Kepribadian Paranoid

2. Gangguan Kepribadian Skizoid

3. Gangguan Kepribadian Skizotipal

Kelompok B (dramatic/ erratic cluster)

4. Gangguan Kepribadian Antisosial dan Psikopati.

5. Gangguan Kepribadian Ambang

6. Gangguan Kepribadian Histrionik

7. Gangguan Kepribadian Narsisistik

Kelompok C (anxious/ fearful cluster)

8. Gangguan Kepribadian Menghindar

9. Gangguan Kepribadian Dependen

10. Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif

11. Gangguan Kepribadian yang tak dispesifikasikan

ditempat lain:

a) Gangguan Kepribadian Pasif-Agresif

b) Gangguan Kepribadian Depresif

c) Gangguan Kepribadian Sadomachistik

d) Gangguan Kepribadian Sadistik

e) Perubahan kepribadian oleh karena kondisi

medik umum

f) Perubahan kepribadian sesudah mendapat

pengalaman catastrophic dan sesudah penyakit

psikiatrik

Jenis Gangguan Kepribadian

1. Paranoid Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Paranoid)

Tiap orang mempunyai sifat curiga, sedikit atau banyak. Sifat ini masih normal jika masih

dapat diterima oleh lingkungan sosial. Akan tetapi, ada individu yang sifat curiganya

sedemikian keras sehingga merugikan individu itu sendiri dan masyarakat. Individu yang

mengalami gangguan kepribadian paranoid biasanya ditandai dengan kecurigaan dan

ketidakpercayaan yang menonjol. Orang-orang yang mengalami gangguan ini merasa

dirinya diperlakukan secara salah dan dieksploitasi oleh orang lain sehingga berperilaku

selalu waspada terhadap orang lain. Mereka sering kali kasar dan mudah marah terhadap

11

Page 12: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

apa yang mereka anggap sebagai penghinaan. Individu semacam ini enggan mempercayai

orang lain dan cenderung menyalahkan mereka serta menyimpan dendam meskipun ia

sendiri juga salah. Mereka sangat pencemburu dan tanpa alasan dapat mempertanyakan

kesetiaan pasangannya. Individu dengan gangguan ini tidak mampu terlibat secara

emosional dan menjaga jarak dengan orang lain.

Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 2,5% dan paling banyak terjadi pada

laki-laki (O’Brien, Triestman dan Siever, 1993). Sering dialami bersamaan dengan

gangguan kepribadian skizotipal, ambang, dan menghindar. Hal yang membedakan

gangguan kepribadian paranoid dengan skizofrenia paranoid adalah tidak ditemukan waham

dan halusinasi.

2. Schizoid Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Skizoid)

Yang menonjol pada gangguan kepribadian skizoid adalah sifat pemalu, suka

menyendiri, perasa dan pendiam. Mereka tampak tumpul dan datar serta tidak memiliki

perasaan yang hangat dan tulus terhadap orang lain. Mereka jarang memiliki emosi kuat,

tidak tertarik pada hubungan seks, serta bersikap masa bodoh terhadap pujian, kritik, dan

perasaan orang lain. Individu yang mengalami gangguan ini menyukai kegiatan yang

dilakukan sendirian.

Prevalensi gangguan skizoid diperkirakan 7,5 persen dari populasi dan paling sering

pada laki- laki (O’Brien dkk). Ada kemungkinan gangguan kepribadian ini diwariskan. Sikap

pemalu pada masa kanak- kanak dilaporkan sebagai pertanda gangguan ini pada masa

dewasa kelak. Hal yang membedakan gangguan ini dengan skizofrenia adalah sejarah

pekerjaan yang berhasil (apabila pekerjaan mereka tidak perlu mengadakan kontak dengan

orang lain). Selain itu, tidak ditemukan riwayat skizofrenia pada keluarga.

3. Schizotypal Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Skizotipal)

Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya memiliki kepercayaan yang

aneh. Mereka memiliki pemikiran yang ajaib/aneh (magical), ide-ide yang ganjil, dan ilusi

yang mereka tampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Individu dengan gangguan ini memiliki

masalah dalam berpikir dan berkomunikasi. Dalam pembicaraan, mereka dapat

menggunakan kata-kata dengan cara yang tidak umum dan tidak jelas sehingga hanya diri

mereka saja yang mengerti artinya. Dari perilaku dan penampilan, mereka juga tampak

eksentrik. Sebagai contoh, mereka berbicara kepada diri sendiri dan memakai pakaian yang

aneh. Ciri yang umum terjadi adalah ideas of reference, kecurigaan, dan pikiran paranoid.

Ideas of reference adalah keyakinan bahwa berbagai kejadian memiliki makna khusus

dan berhubungan langsung dengan dirinya. Mereka pun memiliki kemampuan yang rendah

12

Page 13: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

dalam berinteraksi dengan orang lain dan kadang kala bertingkah laku aneh sehingga

akhirnya mereka sering kali terkucil dan tidak memiliki banyak teman.

Prevalensi gangguan ini diperkirakan 3%-5% (Weissman, 1933) dan lebih sering pada

laki- laki (Kotsaftis dan Neale, 1993). Secara historis, kata schizotype digunakan untuk

mendeskripsikan orang- orang yang memiliki predisposisi menjadi skizofrenia. Gangguan

kepribadian skizotipal lebih banyak muncul pada keluarga yang memiliki penderita

skizofrenia. Banyak ciri gangguan kepribadian skizotipal , yaitu ideas of reference, ilusi, dan

pikiran paranoid, yang juga ditemukan pada pasien skizofrenia. Tetapi ciri ini lebih ringan

bila dibandingkan dengan skizofrenia.

4. Antisocial and Psychopathy Personality Disorder

Yang menonjol dari gangguan kepribadian antisosial adalah riwayat tidak mau mematuhi

norma- norma sosial dan melanggar hukum. Orang dengan gangguan ini cenderung tidak

bertanggung jawab, bekerja secara tidak konsisten, mudah tersinggung, agresif secara fisik,

tidak mau membayar hutang, sembrono, ceroboh, dan sebagainya. Mereka impulsif dan

tidak mampu membuat rencana ke depan. Mereka sedikit atau bahkan tidak merasa

menyesal atas berbagai tindakan buruk yang mereka lakukan. Meskipun demikian, bila

mereka sedang membutuhkan sesuatu, mereka dapat bertindak sangat ramah atau sangat

menyenangkan, sampai mereka memperoleh apa yang mereka inginkan. Namun, mereka

dapat kembali menjadi kurang ajar dan arogan setelah mendapatkan apa yang mereka

butuhkan. Sebanyak 80% dari orang- orang dengan gangguan kepribadian antisosial

melakukan penyalahgunaan zat, seperti alkohol dan obat- obatan terlarang (Kraus dan

Reynolds, 2001).

Sementara itu, salah satu karakteristik psikopati adalah kemiskinan emosi, baik positif

maupun negatif. Orang dengan gangguan psikopati tidak memiliki rasa malu, bahkan

perasaan mereka yang tampak positif terhadap orang lain hanyalah sebuah kepura-puraan.

Penampilan psikopat menawan dan memanipulasi orang lain untuk memperoleh keuntungan

pribadi. Kadar kecemasan yang rendah membuat psikopat tidak mungkin belajar dari

kesalahannya. Kurangnya emosi positif mendorong mereka berperilaku secara tidak

bertanggung jawab dan berperilaku kejam terhadap orang lain. Prevalensi gangguan ini

sebanyak 3% pada laki-laki dan <1% pada perempuan (Sutker, Bugg, dan West, 1993).

5. Borderline Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Ambang)

Isitlah borderline dikemukakan karena gangguan ini tidak dapat dengan mudah

digolongkan pada gangguan psikotik atau emosional. Yang menonjol pada gangguan

kepribadian ambang adalah afek yang berubah- ubah dan mood yang labil. Serangan

depresi, kecemasan, kemarahan dan euforia dapat berubah dalam rentang waktu yang

13

Page 14: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

sangat singkat. Ciri lain gangguan ini adalah impulsivitas dan ketidakstabilan dalam

hubungan dengan orang lain. Hal ini terjadi karena sikap dan perasaan terhadap orang lain

dapat berubah-ubah secara signifikan dan aneh. Individu yang mengalami gangguan

borderline memiliki karakter argumentatif, mudah tersinggung, sarkastik, dan cepat

menyerang. Orang dengan gangguan kepribadian ambang tidak tahan berada dalam

kesendirian, memiliki perasasaan takut diabaikan, dan menuntut perhatian. Mudah

mengalami perasaan depresi dan perasaan hampa yang kronis. Orang ini juga sering kali

mencoba bunuh diri.

Prevalensi gangguan kepribadian ambang sebesar 1%-3% (Widiger dan Weissman,

1991) dan 75% kasus adalah perempuan (Dulit dkk, 1993). Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa gangguan ini disebabkan oleh faktor genetis. Gangguan ini juga terkait

dengan gangguan perasaan (mood disorder). Beberapa penelitian juga menunjukkan

adanya kontribusi trauma pada masa kanak- kanak, khususnya penganiayaan seksual dan

fisik. Sebuah penelitian menunjukkan 91% pernah dianiaya dan 92% ditelantarkan sebelum

berusia 18 tahun (Sanarini dkk, 1997). Penelitian lain juga menunjukkan adanya kontribusi

dari keluarga yang tidak ekspresif secara emosional, tidak memiliki kedekatan emosional,

sering terjadi konflik dalam keluarga dan kurang kasih sayang dari ibu.

6. Histrionic Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Histrionik)

Gangguan kepribadian histrionik sebelumnya dikenal disebut kepribadian histerikal,

ditegakkan bagi orang-orang yang selalu dramatis dan mencari perhatian. Mereka sering kali

menggunakan ciri-ciri penampilan fisik yang dapat menarik perhatian orang kepada dirinya,

misalnya pakaian yang mencolok, tata rias, atau warna rambut. Mereka berpusat pada diri

sendiri, terlalu mempedulikan daya tarik fisik mereka, dan merasa tidak nyaman bila tidak

menjadi pusat perhatian. Mereka dapat sangat provokatif dan tidak senonoh secara seksual

tanpa mempedulikan kepantasan serta mudah dipengaruhi orang lain.

Diagnosis ini memiliki prevelensi sekitar 2 persen dan lebih banyak terjadi pada

perempuan dibandingkan laki-laki. Gangguan kepribadian histrionik lebih banyak terjadi

pada mereka yang mengalami perpisahan atau perceraian, dan hal ini diasosiasikan dengan

depresi dan kesehatan fisik yang buruk. Gangguan ini sering muncul bersamaan dengan

gangguan kepribadian borderline.

7. Narcissistic Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Narsistik)

Individu dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki pandangan berlebihan

mengenai keunikan dan kemampuan mereka. Mereka merasa bahwa dirinya spesial dan

lebih superior sehingga berharap mendapatkan perlakuan yang khusus pula. Oleh sebab

itu, mereka sulit menerima kritik dari orang lain. Hubungan interpersonal mereka terhambat

14

Page 15: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

karena kurangnya empati, perasaan iri, dan arogansi. Orang dengan gangguan kepribadian

narsistik cenderung memanfaatkan/menghendaki orang lain melakukan sesuatu yang

istimewa untuk mereka tanpa perlu dibalas. Individu pada gangguan ini sangat sensitif

terhadap kritik dan takut akan kegagalan. Terkadang mereka mencari sosok lain yang dapat

mengidealkan karena mereka kecewa terhadap diri sendiri. Tetapi mereka biasanya tidak

mengizinkan siapa pun untuk benar-benar berhubungan dekat dengan mereka. Hubungan

personal mereka sedikit dan dangkal. Ketika orang lain menjatuhkan harapan mereka yang

tidak realistis, mereka akan marah dan menolak.

Prevalensi gangguan ini kurang dari 1 persen. Dalam teori psikoanalisa dikemukakan,

narcisisme adalah fase yang dilalui semua anak sebelum menyalurkan cinta mereka kepada

diri sendiri dan orang- orang yang berarti. Anak- anak dapat terfiksasi pada fase ini. Jika

mereka mendapati bahwa orang- orang yang mengasuhnya tidak dapat dipercaya, mereka

memutuskan untuk bersandar pada diri sendiri. Gangguan ini juga dapat terjadi jika mereka

memiliki orang tua yang selalu menuruti keinginan mereka dan menanamkan suatu

perasaan bangga atas kemampuan dan harga diri. Dalam teori psikodinamika (Kenberg,

1989 dan Kohut, 1971) dikatakan bahwa narsistik merupakan topeng bagi self-esteem yang

rapuh. Sebenarnya mereka merasakan kekosongan dan kesedihan sebagai hasil dari

penolakan orang yang berarti baginya. Narsistik ini merupakan reaksi formasi untuk

menghadapi masalah- masalah tersebut melalui self-worth (penghargaan terhadap diri

sendiri).

8. Avoidant Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Menghindar)

Individu dengan gangguan ini adalah individu yang memiliki ketakutan yang besar akan

kemungkinan adanya kritik, penolakan atau ketidaksetujuan. Orang dengan gangguan

kepribadian menghindar merasa enggan untuk menjalin hubungan, kecuali ia yakin bahwa ia

akan diterima. Mereka bahkan terkadang menghindari pekerjaan yang banyak memerlukan

kontak interpersonal. Dalam situasi sosial, ia sangat mengendalikan diri (kaku) karena

sangat amat takut mengatakan sesuatu yang bodoh atau dipermalukan atau tanda-tanda

lain dari kecemasan. Ia merasa yakin bahwa dirinya tidak kompeten dan inferior, serta tidak

berani mengambil risiko atau mencoba hal-hal baru.

Prevalensi dari gangguan ini sekitar 5 persen dan sering muncul bersamaan dengan

gangguan kepribadian dependen dan borderline. Avoidant personality disorder juga sering

bercampur dengan diagnosis Axis I depresi dan generalized social phobia. Gangguan ini

memiliki gejala yang serupa dengan generalized social phobia, tetapi pada generalized

social phobia tidak memiliki perasaan diri kurang adekuat dan tidak kompeten secara sosial.

15

Page 16: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

9. Dependent Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Dependen)

Ciri utama dari gangguan kepribadian dependen adalah kurangnya rasa percaya diri dan

otonomi. Orang dengan gangguan kepribadian ini memandang dirinya lemah dan orang lain

lebih kuat. Ia juga memiliki kebutuhan yang kuat untuk diperhatikan atau dijaga oleh orang

lain. Akibatnya munculnya perasaan tidak nyaman ketika sendirian. Ia mengesampingkan

kebutuhannya sendiri untuk meyakinkan bahwa ia tidak merusak hubungan yang telah

terjalin dengan orang lain. Ketika hubungan dekat berakhir, individu yang mengalami

gangguan ini segera berusaha menjalin hubungan lain untuk menggantikan hubungan yang

telah berakhir tersebut. Kriteria dalam DSM pada umumnya mendeskripsikan individu yang

mengalami gangguan kepribadian dependen sebagai orang yang sangat pasif. Mereka

memiliki kesulitan dalam memulai sesuatu atau mengerjakan sesuatu sendiri, tidak mampu

menolak, dan meminta orang lain mengambil keputusan untuk dirinya.

Gangguan kepribadian ini muncul lebih banyak pada wanita daripada pria. Kemungkinan

karena perbedaan pengalaman sosialisasi pada masa kanak-kanak. Millon dkk. dalam

Pengantar Psikologi Abnormal (Wiramihardja, 2005) dikemukakan bahwa anak- anak

penderita gangguan ini sangat baik tetapi penuh ketakutan. Mereka memiliki orangtua yang

hangat tetapi terlalu melindungi (overprotective). Akibatnya mereka tidak belajar menangani

rasa takutnya, melainkan menjadi semakin tergantung pada orang lain.

10. Obsessive-Compulsive Personality Disorder (Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif)

Orang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif bersifat perfeksionis, sangat

memperhatikan detail, aturan, jadwal, dan sebagainya. Mereka sangat memperhatikan

detail sehingga kadang ia tidak dapat menyelesaikan hal yang dikerjakannya. Mereka lebih

berorientasi pada pekerjaan daripada bersantai-santai dan sangat sulit mengambil

keputusan karena takut membuat kesalahan. Selain itu, mereka juga sangat sulit

mengalokasikan waktu karena terlalu memfokuskan diri pada hal-hal yang tidak seharusnya.

Biasanya mereka memiliki hubungan interpersonal yang kurang baik karena keras kepala

dan meminta segala sesuatu dilakukan sesuai dengan keinginannya. Istilah yang umum

digunakan sebagai julukan bagi orang dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah “control

freak”. Mereka pada umumnya bersifat serius, kaku, formal dan tidak fleksibel, terutama

berkaitan dengan isu-isu moral. Mereka tidak mampu membuang objek yang tidak berguna,

walaupun objek tersebut tidak bernilai. Di samping itu, mereka juga pelit atau kikir.

Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif agak berbeda dengan gangguan obsesif

kompulsif. Pada gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, tidak terdapat obsesi dan

kompulsi seperti pada gangguan obsesif-kompulsif. Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif

paling sering muncul bersamaan dengan gangguan kepribadian avoidant dan memiliki

16

Page 17: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

prevalensi sekitar 2 persen. Dalam teori psikodinamik kontemporer dijelaskan bahwa

gangguan kepribadian obsesif-kompulsif disebabkan oleh ketakutan akan hilangnya kontrol

yang diatasi dengan overkompensasi. Sebagai contoh, seorang pria workaholic yang

kompulsif kemungkinan takut bahwa hidupnya akan hancur jika ia bersantai-santai dan

bersenang-senang.

C. GANGGUAN ISI PIKIRAN DAN PROSES BERPIKIR

Menurut Kaplan (2010), proses berfikir yang normal mengandung arus ide, simbol dan

asosiasi yang terarah kepada tujuan. Proses berpikir dibangkitkan oleh suatu masalah atau

tugas dan berpikir berarti menghantarkan suatu penyelesaian yang berorientasi kepada

kenyataan. Proses berpikir pada manusia meliputi proses pertimbangan (judgment),

pemahaman (comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning). (6)

Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi proses berfikir manusia, misalnya faktor

somatik (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi, psikosa), dan faktor

sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain). Distorsi pada proses berfikir dapat

disebabkan karena gangguan organik maupun gangguan psikologik terkait gangguan

kecemasan, gangguan panik, gangguan depresi maupun kondisi psikotik.

1. Gangguan Spesifik pada Bentuk Pikiran

Neologisme

Pembentukan kata baru yang diciptakan oleh pasien. Seringkali dengan

mengkombinasikan suku kata dari kata- kata lain, untuk alasan keanehan psikologis.

World Salad

Merupakan kata yang campur aduk, di mana campuran kata dan frasa yang

membingungkan.

Sirkumstansialitas

Bicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan. Pada akhirnya,

tujuan pembicaraan akan tercapai, tetapi ditambah dengan perincian- perincian yang

berbelit- belit dan mendetail.

Tangensialitas

Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan.

Pembicaraan berputar- putar dan tidak pernah mencapai tujuan yang diinginkan.

17

Page 18: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Inkoherensi

Merupakan pembicaraan yang tidak logis di mana kata- kata yang diucapkan tidak

dapat dimengerti. Pikiran sangat cepat sehingga kata- kata yang diucapkan tidak

mempunyai hubungan atau tanpa tata bahasa yang menyebabkan disorganisasi.

Perseverasi

Respon terhadap stimulus sebelumnya yang menetap setelah stimulus baru

diberikan. Di mana pikiran mengenai stimulus tersebut seharusnya telah berhenti

secara relevan.

Verbigerasi

Pengulangan kata- kata spesifik yang tidak mempunyai arti.

Ekolalia

Pengulangan kata- kata atau frasa orang lain secara psikopatologis. Cenderung

berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan nada mengejek dan terputus- putus.

Kondensasi

Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep.

Jawaban yang tidak relevan

Jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan yang ditanyakan. Pasien

tampaknya mengabaikan atau tidak memperhatikan pertanyaannya.

Pengenduran asosiasi

Aliran pikiran di mana gagasan- gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain

dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan. Pengenduran asosiasi lebih ringan

bila dibandingkan dengan inkoherensi.

Derailment (keluar dari jalur)

Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan.

Seringkali digunakan secara sama dengan inkoherensi.

18

Page 19: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Flight of Ideas

Verbalisasi atau permainan kata- kata yang cepat dan terus menerus dari satu ide ke

ide lain. Ide- ide cenderung dihubungkan dan dalam bentuk yang kurang parah,

pendengar masih mampu mengikuti pembicaraannya.

Clang association (asosiasi bunyi)

Asosiasi kata- kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya. Kata- kata tidak

mempunyai hubungan logis, dapat termasuk sajak dan permainan kata.

Blocking (Penghambatan)

Terputusnya aliran pikiran secara tiba- tiba sebelum gagasan diselesaikan. Setelah

suatu periode terhenti singkat, orang tampak tidak ingat akan apa yang telah

dikatakan atau apa yang akan dikatakan.

Glossolalia

Ekspresi pesan- pesan yang relevan melalui kata- kata yang tidak dapat dipahami

(juga dikenal sebagai bicara pada lidah). Tidak dianggap gangguan pikiran jika terjadi

pada praktik keagamaan Pantekosta tertentu.

2. Gangguan Spesifik pada Isi Pikiran

Kemiskinan isi pikiran

Pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian, pengulangan

kosong atau frasa yang tidak jelas

.

Gagasan yang berlebihan

Keyakinan palsu yang dipertahankan, yang tidak beralasan dan dipertahankan

secara kurang kuat bila dibandingkan dengan waham.

Waham

Keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan

eksternal. Apa yang diyakininya tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar

belakang kultural. Dan ini tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan. Waham terbagi

lagi menjadi:

19

Page 20: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

a. Waham yang kacau (bizarre delusion), yaitu seseorang yang memiliki pikiran

palsu yang aneh, mustahil dan sama sekali tidak masuk akal. Contoh: orang dari

angkasa luar merupakan teman baiknya.

b. Waham tersistematisasi, pikiran palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau

peristiwa tunggal. Contoh: seseorang dimata- matai oleh agen rahasia.

c. Waham yang sejalan dengan mood, yaitu waham dengan isi pikran yang sesuai

dengan mood yang sedang dialaminya. Contoh: pasien depresi percaya bahwa ia

bertanggung jawab atas kehancuran dunia.

d. Waham yang tidak sejalan dengan mood yaitu isi pikiran (waham) tidak sesuai

dengan mood.

e. Waham nihilistic yaitu isi pikiran palsu di mana dirinya, orang lain dan dunia telah

berakhir atau tidak ada.

f. Waham kemiskinan yaitu isi pikiran palsu bahwa pasien akan kehilangan semua

harta miliknya.

g. Waham somatik yaitu isi pikiran palsu yang menyangkut tubuh pasien.

h. Waham paranoid, termasuk di sini waham persekutorik, waham referensi, kontrol

dan waham kebesaran. Waham persekutorik yaitu keyakinan palsu dan

kecurigaan berlebihan bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau disiksa.

Waham ini sering ditemukan pada seorang pasien yang senang menuntut. Pasien

mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan hukum karena

penganiayaan yang dibayangkan. Waham kebesaran memiliki gambaran

kepentingan, kekuatan atau identitas seseorang yang berlebihan. Waham

referensi memiliki keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan kepada

dirinya. Peristiwa, benda- benda atau semua hal yang terjadi mempunyai

hubungan dengan dirinya.

i. Waham menyalahkan diri sendiri yaitu keyakinan palsu tentang penyesalan yang

mendalam.

j. Waham pengendalian yaitu keyakinan palsu bahwa kemauan, pikiran dan

perasaan pasien dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar. Waham pengendalian

terdiri dari penarikan pikiran (thought withdrawal), penanaman pikiran (thought

insertion), siar pikiran (thought broadcasting) dan pengendalian pikiran (thought

control). Tought withdrawal adalah keyakinan palsu bahwa pikiran pasien

dihilangkan dari ingatannya oleh suatu kekuatan yang berasal dari luar. Tought

insertion adalah keyakinan palsu bahwa isi pikirannya ditanamkan oleh orang

lain. Tought broadcasting adalah keyakinan palsu bahwa isi pikiran mereka

20

Page 21: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

sedang disiarkan dan dapat didengar semua orang. Thought control adalah

keyakinan palsu bahwa pikiran pasien dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar.

k. Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) yaitu keyakinan palsu yang didapatkan

dari kecemburuan patologis terhadap pasangannya.

l. Erotomania adalah waham yang paling sering terjadi pada perempuan. Pasien

beranggapan bahwa seseorang sangat mencintai dirinya.

Kecenderungan atau preokupasi pikiran

Pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai irama afektif yang kuat, seperti

kecenderungan paranoid atau preokupasi tentang bunuh diri atau membunuh.

Egomania

Preokupasi (kesenangan) pada diri sendiri yang patologis.

Monomania

Preokupasi pada suatu objek tunggal.

Hipokondria

Keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang tidak ditemukannya

kelainan organik. Ini didasarkan pada pemikiran yang tidak realistik terhadap suatu

tanda atau sensasi fisik yang abnormal.

Obsesi

Ketekunan patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang. Hal

ini tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika dan seringkali disertai

dengan kecemasan.

Kompulsi

Kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls, yang jika ditahan akan

menyebabkan kecemasan. Hal ini dilakukan berulang- ulang sebagai respon akan

suatu obsesi atau suatu aturan tertentu.

Koprolalia

Pengungkapan kata- kata cabul secara kompulsif.

Fobia

21

Page 22: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Fobia adalah rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan dan selalu

terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu. Hal ini menyebabkan

pasien menghindari stimulus yang ditakuti itu.

a. Fobia sederhana yaitu rasa takut yang jelas terhadap objek atau situasi yang

jelas. Contoh: takut ular, takut laba- laba.

b. Fobia sosial yaitu takut akan keramaian masyarakat, takut berbicara dan

berinteraksi dengan masyarakat.

c. Akrofobia yaitu takut terhadap ketinggian.

d. Algorafobia yaitu takut terhadap rasa nyeri.

e. Ailurofobia yaitu takut terhadap kucing

f. Eritofobia yaitu takut terhadap warna merah (merujuk terhadap ketakutan akan

darah).

g. Panfobia yaitu takut terhadap segala sesuatu.

h. Klaustrofobia yaitu takut terhadap tempat yang tertutup.

i. Xenofobia yaitu takut terhadap orang asing.

j. Zoofobia yaitu takut terhadap binatang.

Noesis

Suatu wahyu, di mana terjadi pencerahan yang besar sekalli disertai dengan

perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah.

Unio mystica

Suatu perasaan yang meluap dan berhubungan dengan mistik. Pasien secara mistik

bergabung dengan kekuatan yang tidak terbatas. Tidak dianggap sebagai suatu

gangguan dalam isi pikiran jika sejalan dengan keyakinan pasien atau lingkungan

kultural.

3. Gangguan Persepsi

Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi sensoris palsu yang tidak disertai dengan stimuli

eksternal yang nyata. Mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham

tentang pengalaman halusinasi.

a. Halusinasi hipnagogik yaitu persepsi sensoris yang palsu. Biasanya terjadi saat

mau tidur dan dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis.

b. Halusinasi hipnohompik yaitu persepsi palsu yang terjadi saat bangun tidur dan

juga tidak dianggap patologis.

c. Halusinasi auditoris adalah persepsi suara / bunyi palsu.

22

Page 23: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

d. Halusinasi visual adalah persepsi palsu tentang penglihatan, baik citra yang

berbentuk (melihat orang) atau tidak berbentuk (cahaya). Paling sering terjadi

pada gangguan organik.

e. Halusinasi olfaktorius adalah persepsi membau yang palsu.

f. Halusinasi gustatoris adalah persepsi tentang rasa kecap yang palsu. Paling

sering pada gangguan organik.

g. Halusinasi raba (taktil) adalah persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi

pada kulit.

h. Halusinasi somatik

Sensasi palsu mengenai hal yang terjadi pada tubuh, paling sering pada daerah

viseral.

i. Halusinasi yang sejalan dengan mood ( mood- congruent hallucination) yaitu isi

halusinasi konsisten dengan mood yang dirasakan pasien. Bila pasien sedang

depresi, pasien seolah mendengar suara yang mengatakan dia jahat.

j. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood-incongruent hallucination)

yaitu halusinasi ini terjadi saat pasien mengalami pergantian mood yang tiba-

tiba. Tetapi halusinasi yang terjadi tidak konsisten dengan mood tersebut.

k. Halusinosis adalah halusinasi yang berhubungan dengan penyalahgunaan

alkohol kronis dan terjadi dalam sensorium yang jernih. Yang paling sering adalah

halusinasi auditoris.

l. Trailing phenomenon adalah kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-

obatan yang bersifat halusinogen. Benda yang bergerak akan dilihat sebagai

sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu.

Ilusi

Ilusi adalah mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang nyata.

D. SKIZOFRENIA

Definisi

Skizofrenia adalah gangguan psikotik berat. Gangguan psikotik merupakan gangguan

psikologis berat yang ditandai dengan halusinasi dan kehilangan kontak dengan realitas.

Skizofrenia menyebabkan gangguan yang khas dalam persepsi (halusinasi), berpikir

(delusi), pembicaraan, emosi dan perilaku. Afek penderita tampak tidak wajar (inappropriate)

atau tumpul (blunted). Secara kuantitatif, kesadaran masih jernih (clear consciousness) dan

kemampuan intelektual biasanya masih terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu

dapat saja berkembang di kemudian hari. (7,8)

23

Page 24: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Etiologi

Banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari penyebab skizofrenia. Dari berbagai

penelitian ini, muncul teori dan faktor- faktor yang dapat menyebabkan seseorang menderita

skizofrenia.

1. Faktor genetik

Dalam buku Psikologi Abnormal (Durrand, 2007) disebutkan tidak ada satu gen tunggal

pun yang bertanggung jawab atas terjadinya skizofrenia. Sebaliknya, banyak gen saling

berkombinasi untuk menghasilkan kerentanan. Dari suatu penelitian (Gottessman, 1991)

didapati peningkatan resiko skizofrenia bila ada anggota keluarga yang juga menderita

gangguan ini.

Hubungan Faktor Genetik dan Skizofrenia (7)

Hubungan KeluargaPeningkatan

Resiko

Kembar monozigotik 45%

Anak dengan kedua orangtua skizofrenia 42%

Kembar dizigotik 35%

Anak dengan satu orangtua skizofrenia 32%

Saudara kandung 12%

Cucu 12%

Paman/ bibi 3%

2. Pengaruh Neurobiologis (7,8)

Pengaruh dopamin dan neurotransmiter lainnya

Teori ini mengemukakan pada pasien skizofrenia terdapat peningkatan aktivitas

dopaminergik, terutama dopamin tipe 2 (Carlsson, 1995; Maas dkk, 1997). Hal ini

dibuktikan dengan pemberian obat- obat antipsikotik yang memblok reseptor

dopamin dapat mengurangi gejala skizofrenia. Neurotransmiter lain yang dianggap

berperan adalah serotonin, norepineprin, dan GABA. Beberapa pasien skizofrenia

ditemukan kehilangan neuron GABA-ergik di dalam hipokampus. Hilangnya neuron

inhibitor ini menyebabkan hiperaktivitas dopaminergik dan noradrenergik.

Struktur otak

Penelitian menunjukkan struktur otak pasien skizofrenia memiliki ukuran ventrikel

lateral yang lebih besar dibandingkan orang normal. Ventrikel yang ukurannya lebih

besar ini menyebabkan kerentanan skizofrenia. Penelitian lain melihat keterlibatan

24

Page 25: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

lobus frontalis otak yang kurang aktif. Lobus frontalis merupakan area untuk berpikir

dan bernalar. Hipofrontalis ini mungkin memainkan peranan dalam gejala negatif.

Infeksi virus

Teori ini menyebutkan skizofrenia lebih banyak terjadi pada orang yang tinggal di

daerah padat penduduk, yang lebih banyak terpapar sumber infeksi. Paparan

influenza pada ibu hamil di trimester kedua juga meningkatkan resiko skizofrenia

pada anak yang dilahirkan.

3. Pengaruh psikologis dan sosial

Teori ini melihat pengaruh stress dan lingkungan sosial yang menyebabkan skizofrenia.

Epidemiologi

Di seluruh dunia, prevalensi seumur hidup skizofrenia sama antara laki- laki dan perempuan.

Prevalensi secara umum diperkirakan sekitar 0,2% sampai 1,5%. Pada laki- laki onset pada

usia 15-25 tahun. Pada perempuan onset pada usia 25-35 tahun.

Gejala Klinis

Gejala Positif Gejala Negatif

1. Delusi

2. Halusinasi

3. Gejala disorganisasi bentuk dan isi

pikiran

4. Disorganisasi dalam pembicaraan

5. Agitasi

1. Afek tumpul (blunted effect)

2. Menarik diri secara emosional maupun sosial

3. Sulit berpikr abstrak

4. Pikiran yang stereotype

5. Spontanitas berkurang

6. Alogia

Defisiensi dalam jumlah atau isi pembicaraan.

Bila ditanya, pasien menjawab dengan jawaban

pendek- pendek saja.

7. Avolisi

Kehilangan minat untuk melakukan kegiatan,

bahkan fungsi- fungsi dasar sehari- hari seperti

makan, mandi dll.

8. Anhedonia

Tiada perasaan senang. Pasien skizofrenia tidak

perduli terhadap kegiatan yang menyenangkan,

termasuk makan, interaksi sosial dan hubungan

seksual.

25

Page 26: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Klasifikasi

PPDGJ III DSM IV- TR

1. Skizofrenia paranoid

2. Skizofrenia hebrefenik

3. Skizofrenia katatonik

4. Skizofrenia tak tergolongkan

5. Post schizophrenic depression

6. Skizofrenia residual

7. Simple schizophrenia

8. Other schizophrenia

1. Skizofrenia paranoid

2. Skizofrenia hebrefenik

3. Skizofrenia katatonik

4. Skizofrenia tak tergolongkan

5. Skizofrenia residual

Kriteria Diagnostik

Pada skizofrenia harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan aspek perilaku pribadi. Perubahan itu berupa hilangnya minat, hidup tidak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, penarikan diri secara sosial.

Berdasarkan PPDGJ-III, kriteria untuk menegakkan diagnosis skizofrenia adalah apabila

ditemukan satu gejala utama (a-d) secara jelas , atau dua dari gejala tambahan (f-h) apabila

gejala utama kurang jelas. Gejala sudah berlangsung lebih dari 1 bulan dan pasien dalam

keadaan kompos mentis.

a. Terdapat gangguan isi pikiran, yakni pikiran yang bergema dan berulang- ulang (thought

echo), penanaman pikiran (thought insertion) , penarikan pikiran (thought withdrawal),

dan siar pikiran (thought broadcasting).

b. Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak

cocok dengan inteligensi dan latar belakang kebudayaannya meskipun sudah dibuktikan

hal itu mustahil. Keyakinan tentang dirinya yang dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu

dari luar (delusion of control). Waham yang lain dapat berupa waham tentang dirinya yang

dipengaruhi oleh suatu kekuatan tetentu dari luar (delusion of influence), waham tentang

dirinya yang tidak berdaya dan pasrah pada kekuatan tertentu dari luar (delusion of

passivity), dapat pula berupa “delusional perception” suatu pengalaman inderawi yang tak

wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

Tentang “dirinya”, hal ini dimaksudkan bahwasanya secara jelas hal tersebut merujuk ke

pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus.

26

Page 27: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

c. Halusinasi auditori

Dapat berupa suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku

pasien. Terkadang mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah

satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak

wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,

atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan

cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

e. Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai baik oleh waham

yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang

jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau

apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (blocking) atau yang mengalami sisipan, yang berakibat

inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.

g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu

(posturing), atau fleksibilitas lilin, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap yang sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons

emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri

dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial. Tetapi harus jelas bahwa semua hal

tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Kriteria Diagnostik untuk Subtipe Skizofrenia

1. Skizofrenia Paranoid

Gejala utama: halusinasi/waham menonjol seperti mengancam pasien/memberi

perintah tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung atau bunyi tawa.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan,gejala katatonik relative tidak

nyata/tidak menonjol.

Gejala tambahan: epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan.

27

Page 28: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Pedoman diagnostik : memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ditambah

gangguan utama.

2. Skizofrenia Hebefrenik

Gejala utama :

- Perilaku tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, manerisme,

menyendiri, hampa tujuan atau perasaan.

- Afek dangkal dan tidak wajar, perasaan puas, senyum sendiri, tinggi hati ungkapan

kata yang diulang dan disertai oleh cekikikan.

- Proses pikir mengalami disorganisasi, pembicaraan tidak menentu serta inkoheren

Gejala tambahan :

- Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan proses pikir menonjol.

- Halusinasi dan waham ada tapi tidak menonjol.

- Adanya preokupasi dangkal yang bersifat dibuat-buat terutama yang bersifat abstrak

Pedoman diagnostik: pertama kali diberikan pada usia remaja/dewasa muda (biasa usia

15-25 tahun).

3. Skizofrenia Katatonik

Gejala utama :

- Memiliki gambaran klinis stupor, gaduh-gelisah, menampilkan posisi tubuh tertentu

dan mempertahankannya negatifisme, rigiditas, fleksibilitas cerea (waxy flexibility)

serta “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah) dan

pengulangan kata serta kalimat.

- Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik atau

alkohol dan obat-obatan serta dapat terjadi pada gangguan afektif.

Pedoman Diagnostik : memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia dan terdapat

1/lebih dari gangguan utama. Pada pasien yang tidak komunikatif, diagnosis skizofrenia

harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang gejala lain.

4. Skizofrenia Tak Terinci

Pedoman diagnostik: memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Tidak memenuhi

kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid dan katatonik. Tidak memenuhi kriteria

untuk skizofrenia residual/depresi pasca skizofrenia

5. Depresi Pasca Skizofrenia

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode

depresi

28

Page 29: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Pedoman Diagnostik: pasien memenuhi kriteria skizofrenia selama 12 bulan terakhir ini.

Beberapa gejala skizofren tetap ada tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya.

Gejala gejala depresi menonjol dan mengganggu, memenuhi paling sedikit criteria

episode depresif dalam kuru waktu paling sedikit 2 minggu

6. Skizofrenia Residual

Pedoman diagnostik

- Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol, misalnya: perlambatan psikomotorik

dan aktifitas menurun.

- Ada riwayat episode psikotik yang jelas dimasa lampau.

- Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu 1 tahun dimana intensitas dan frekuensi

telah sangat berkurang .

- Tidak terdapat demensia /gangguan otak organik lain.

7. Skizofrenia Simpleks

Gejala utama : kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan sub tipe skizofrenia lainnya

Pedoman diagnostik :

Diagnosisnya tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan

progresif dari gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat

halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Disertai perubahan-

perubahan perilaku pribadi yang bermakna, kehilangan minat yang mencolok , tidak

berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup dan menarik diri secara sosial.

Diagnosis Banding

1. Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat

Gejala psikosis atau katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis

atau katatonis disebabkan kondisi medis non psikiatri, maka didiagnosis sebgai

gangguan psikotik akibat kondisi medis umum atau gangguan psikotik akibat zat.

Anamnesis lengkap dan pemeriksaan penunjang diperlukan untuk menyingkirkan

diagnosis banding ini.

2. Berpura- pura dan Gangguan Buatan

Diagnosis berpura- pura atau gangguan buatan diberikan kepada orang yang meniru

gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita skizofrenia. Berpura- pura

skizofrenia (malingering) biasanya dilakukan seseorang yang memiliki masalah hukum

atau finansial.

29

Page 30: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

3. Gangguan Psikotik lain

Gangguan psikotik yang mirip dengan skizofrenia adalah skizofreniform, gangguan

psikotik singkat & gangguan skizoafektif. Perbedaan skizofrenia dengan skizofreniform

dilihat dari durasi gejalanya. Pada skizofreniform gejalanya lebih dari satu bulan tapi

kurang dari enam bulan. Gangguan psikotik singkat bila gejala hanya berlangsung

sekurangnya satu hari tetapi tidak lebih dari satu bulan. Gangguan skizoafektif adalah

diagnosis yang tepat jika sindrom manik atau depresif berkembang bersama- sama

dengan gejala utam skizofrenia.

4. Gangguan Mood

Membedakan skizofrenia dengan gangguan mood cukup sulit dilakukan. Pemeriksaan

mental dan anamnesis lengkap sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Gejala

afektif atau mood pada skizofrenia harus relatif singkat dibandingkan gejala utama.

5. Gangguan Kepribadian

Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri skizofrenia.

Gangguan kepribadian skizotipal, skizoid dan ambang adalah gangguan kepribadian

dengan gejala yang paling mirip. Perbedaanya telah dikemukakan di pembahasan

gangguan kepribadian.

Prognosis

Beberapa penelitian menunjukkan, hanya 10%-20% pasien yang telah mendapat perawatan

psikiatrik yang memiliki hasil yang baik. Lebih dari 50% pasien memiliki hasil yang buruk,

dengan eksaserbasi gejala, perawatan berulang di rumah sakit, episode gangguan mood

berat dan percobaan bunuh diri. (8)

Rentang angka pemulihan dari 10%-60%. 20-30% dari semua pasien skizofrenik mampu

menjalani kehidupan yang agak normal. 20%-30% dari pasien terus mengalami gejala yang

sedang. 40%-60% pasien terus terganggu secara bermakna.

30

Page 31: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Prognosis Baik Prognosis Buruk

1. Onset lambat

2. Faktor pencetus jelas

3. Onset akut

4. Riwayat seksual, sosial, dan pekerjaan

pramorbid yang baik.

5. Gejala gangguan mood (terutama

gangguan depresif

6. Menikah

7. Riwayat keluarga gangguan mood

8. Sistem pendukung yang baik

9. Gejala positif

1. Onset muda

2. Tidak ada faktor pencetus

3. Onset tidak jelas

4. Riwayat sksual, sosial dan perkerjaan pramorbid

yang buruk.

5. Perilaku menarik diri dan autistic

6. Sistem pendukung yang buruk

7. Gejala negatif

8. Tanda dan gejala neurologis

9. Riwayat trauma perinatal

10.Tidak ada remisi dalam tiga tahun

11.Sering relaps

Terapi

1. Perawatan di rumah sakit

Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah:

- Tujuan diagnostik

- Menstabilkan medikasi

- Keamanan pasien yang memiliki keinginan bunuh diri atau membunuh

- Perilaku yang sangat kacau dan tidak sesuai

- Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian dan tempat

tinggal.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stress pasien dan membantu mereka

menyusun aktivitas harian. Lamanya perawatan di rumah sakit tergantung pada

keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.

Perawatan singkat di rumah sakit (4-6 minggu) sama efektifnya dengan perawatan

jangka panjang di rumah sakit. Pendekatan perilaku aktif lebih efektif daripada hanya

diberikan terapetik.

2. Terapi somatik

Dengan pemberian antipsikotik dan obat- obatan lain yang akan dijelaskan di

pembahasan selanjutnya.

3. Terapi psikososial

Dengan menggunakan terapi perilaku, berorientasi keluarga, kelompok dan individual.

31

Page 32: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

- Psikoterapi perilaku ditujukan kepada kelebihan dan kekurangan pasien. Keterampilan

sosial pasien dilatih untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi

diri sendiri, dan komunikasi interpersonal. Latihan ini diikuti dengan pemberian pujian

atau hadiah yang dapat meningkatkan semangat pasien untuk berlatih.

- Psikoterapi berorientasi keluarga ini melibatkan anggota keluarga pasien. Pemahaman

keluarga mengenai skizofrenia akan sangat membantu terapi ini. Sejumlah penelitian

menemukan, terapi keluarga efektif dalam menurunkan relaps.

- Psikoterapi kelompok biasanya berpusat pada rencana, masalah, dan hubungan dalam

kehidupan nyata. Terapi ini berguna untuk menurunkan isolasi sosial, meningkatkan

rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas pada pasien.

- Psikoterapi individual dilakukan dokter psikiatrik dengan menjalin hubungan dokter

pasien yang baik. Pasien skizofrenia seringkali sulit untuk percaya dengan orang lain.

Dokter psikiatri harus mampu menumbuhkan rasa percaya pasien terhadapnya.

Kepercayaan ini membuat pasien tetap mengikuti psikoterapi, patuh dengan medikasi

dan mempunyai hasil yang baik

E. OBAT ANTIPSIKOTIK

Antipsikotik merupakan salah satu obat golongan psikotropik. Obat psikotropik adalah

obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman (WHO,1966). Antipsikotik

atau dikenal juga dengan istilah neuroleptik bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun

kronik (10). Antipsikotik bekerja dengan menduduki reseptor dopamin, serotonin dan

beberapa reseptor neurotransmiter lainnya.

Pemakaian antipsikotik pada skizofrenia harus mengikuti lima prinsip utama (8).

1. Klinisi harus cermat menentukan gejala yang akan diobati.

2. Antipsikotik yang memberikan efek yang baik pada pasien di masa lalu harus

digunakan lagi.

3. Lama minimal percobaan antipsikotik empat sampai enam minggu dengan dosis

yang adekuat. Jika tidak berhasil, dapat diganti dengan antipsikotik jenis lain.

4. Jarang diindikasikan penggunaan lebih dari antipsikotik sekaligus.

5. Pasien harus dipertahankan dalam dosis efektif minimal.

32

Page 33: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Berdasarkan afinitas terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2) dan efek samping yang

ditimbulkannya, obat ini dibagi ke dalam dua kelompok yakni antipsikotik generasi pertama

(tipikal) dan antipsikotik generasi kedua ( atipikal) (11).

Antipsikotik Generasi Pertama (Tipikal) Antipsikotik Generasi Kedua (Atipikal)

a. High Potency

- Haloperidol

- Flupenazin

- Pimozid

b. Low Potency

- Klorpromazin (CBZ/ Largactil)

- Proclorperazin

- Tioridazin

- Aripiprazol

- Clozapine

- Olanzapin

- Paliperidon

- Risperidon

- Ziprasidon

- Quatiapine

1. Antipsikotik Tipikal - Berikatan kuat dengan reseptor dopamine tipe 2.

- Diberikan saat pasien mengalami gejala positif.

- Efek antipsikotik terlihat beberapa hari atau minggu setelah mengkonsumsi obat.

Perbaikan gejala didapat setelah obat menduduki reseptor dopamine di mesolimbik.

- Lebih sering menyebabkan gejala ekstrapiramidal.

2. Antipsikotik Atipikal

- Bekerja pada reseptor dopamine dan serotonin.

- Diberikan saat pasien mengalami gejala negatif.

- Efek samping tersering gejala ekstrapiramidal yang lebih ringan dan penambahan

berat badan.

(Sumber: Lippincott’s Illustrated Reviews: Pharnacology, 4th Edition.

33

Page 34: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

Efek Terapetik lainnya

1. Antiemetik

2. Sedasi

3. Menghilangkan cegukan

4. Pengobatan bipolar disorder (acute mania)

Efek Samping Antipsikotik (11, 12)

1. Gejala ekstrapiramidal

Gejala ekstrapiramidal timbul akibat blokade reseptor dopamine 2 di basal ganglia

(putamen, nukleus kaudatus, substansia nigra, nukleus subthalamikus, dan globus

palidus). Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan mekanisme dopaminergik dan kolinergik

sehingga sistem ekstrapiramidal terganggu. Paling sering disebabkan antipsikotik tipikal

potensi tinggi. Gejala ini dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:

a. Reaksi Distonia Akut (ADR)

Terjadi spasme atau kontraksi involunter akut dari satu atau lebih kelompok otot

skelet. Kelompok otot yang paling sering terlibat adalah otot wajah, leher, lidah atau

otot ekstraokuler, bermanifestasi sebagai tortikolis, disastria bicara, krisis okulogirik

dan sikap badan yang tidak biasa. Reaksi distonia akut sering sekali terjadi dalam

satu atau dua hari setelah pengobatan antipsikosis dimulai, tetapi dapat terjadi kapan

saja. Keadaan ini terjadi pada kira-kira 10% pasien, lebih lazim pada pria muda, dan

lebih sering dengan neuroleptik dosis tinggi yang berpotensi tinggi, seperti haloperidol

dan flufenazine. Reaksi distonia akut dapat menjadi penyebab utama dari

ketidakpatuhan pemakaian obat.

b. Akatisia

Akatisia merupakan gejala ekstrapiramidal yang paling sering terjadi akibat

antipsikotik. Kemungkinan terjadi pada sebagian besar pasien terutama pada populasi

pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam yang gelisah, gugup, keinginan untuk

tetap bergerak dan sulit tidur. Akatisia dapat menyebabkan eksaserbasi gejala psikotik

akibat perasaan tidak nyaman yang ekstrim. Hal ini menjadi salah satu penyebab

ketidakpatuhan pengobatan.

c. Sindrom Parkinson

Merupakan gejala ekstrapiramidal yang dapat dimulai berjam-jam setelah dosis

pertama antipsikosi atau dimulai secara berangsur-angsur setelah pengobatan

bertahun-tahun. Manifestasinya meliputi gaya berjalan membungkuk, hilangnya

34

Page 35: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

ayunan lengan, akinesia, tremor dan rigiditas. Akinesia menyebabkan penurunan

spontanitas, apati dan kesukaran untuk memulai aktifitas normal. Terkadang, gejala

ini dikelirukan dengan gejala negatif skizofrenia.

d. Tardive Diskinesia

Manifestasi gejala ini berupa gerakan dalam bentuk koreoatetoid abnormal, gerakan

otot abnormal, involunter, mioklonus, balistik, atau seperti tik. Ini merupakan efek yang

tidak dikehendaki dari obat antipsikotik. Hal ini disebabkan defisiensi kolinergik yang

relatif akibat supersensitif reseptor dopamine di puntamen kaudatus. Prevalensi

tardive diskinesia diperkirakan terjadi 20-40% pada pasien yang berobat lama.

Sebagian kasus sangat ringan dan hanya sekitar 5% pasien memperlihatkan gerakan

berat nyata. Faktor predisposisi meliputi umur lanjut, jenis kelamin wanita, dan

pengobatan berdosis tinggi atau jangka panjang.

2. Neuroleptic Malignant

Neuroleptic malignant adalah suatu sindrom yang terjadi akibat komplikasi serius dari

penggunaan obat antipsikotik. Sindrom ini merupakan reaksi idiosinkratik yang tidak

tergantung pada kadar awal obat dalam darah. Sindrom tersebut dapat terjadi pada

dosis tunggal antipsikotik (phenotiazine, thioxanthene, atau neuroleptikal atipikal).

Biasanya berkembang dalam 4 minggu pertama setelah dimulainya pengobatan. SNM

sebagian besar berkembang dalam 24-72 jam setelah pemberian antipsikotik atau

perubahan dosis (biasanya karena peningkatan). Sindroma neuroleptik maligna dapat

menunjukkan gambaran klinis yang luas dari ringan sampai dengan berat. Gejala

disregulasi otonom mencakup demam, diaphoresis, tachipnea, takikardi dan tekanan

darah meningkat atau labil. Gejala ek,d strapiramidal meliputi rigiditas, disfagia, tremor

pada waktu tidur, distonia dan diskinesia. Tremor dan aktivitas motorik berlebihan dapat

mencerminkan agitasi psikomotorik. Konfusi, koma, mutisme, inkotinensia dan delirium

mencerminkan terjadinya perubahan tingkat kesadaran.

3. Peningkatan berat badan

Paling sering karena pengobatan antipsikotik atipikal. Nafsu makan yang meningkat erat

kaitannya dengan blokade reseptor alpha1- adrenergic dan Histaminergic.

4. Peningkatan prolactin

Blokade reseptor dopamine 2 di hipotalamus menyebabkan berkurangnya pembentukan

prolactin release factor. Akibatnya, faktor inhibitor prolaktin ke hipofisis berkurang

35

Page 36: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

sehingga terjadi peningkatan kadar prolaktin. Pada perempuan didapati sekresi

payudara, sedangkan pada pria didapati ginekomasti.

5. Efek blokade reseptor kolinergik

- Pandangan kabur

- Mulut kering (kecuali klozapin yang meningkatkan salvasi)

- Penurunan kontraksi smooth muscle sehingga terjadi konstipasi dan retensi urin.

6. Efek blokade reseptor adrenergik : hipotensi ortostatik.

8. ULASAN

Pada saat pleno pakar muncul pertanyaan mengapa gejala positif memiliki prognosis

yang lebih baik dibandingkan dengan gejala negatif. Menurut Sinopsis Psikiatri (Kaplan,

2010), pasien skizofrenia dengan gejala positif cenderung membaik dengan berjalannya

waktu (8). Hal ini dikarenakan pasien dengan gejala positif memiliki interaksi sosial yang lebih

baik dibandingkan dengan gejala negatif. Beberapa penelitian lebih melihat hubungan gejala

negatif dengan prognosis buruk (Roff & Knight 1978; Johnstone et al. 1979; Knight et al.

1979; Kolakowska et al. 1985; Pogue-Geile & Harrow 1985; Biehl et al. 1986; Keefe et al.

1987; Munk-Jorgensen & Mortensen 1989; Breier et al. 1991; Fenton & McGlashan 1992).

Dari hasil penelitian itu didapatkan, disfungsi psikosial pada gejala negatif meningkatkan

perburukan/ keparahan skizofrenia. Namun, penelitian lain juga menemukan bahwa pasien

dengan gejala positif juga banyak mengalami perburukan (Pogue-Geile & Harrow 1984;

Keefe et al. 1987; Breier et al. 1991) (13). Pada tabel prognosis skizofrenia, dapat kita lihat

bahwa membaik atau memburuknya keadaan pasien ditentukan oleh banyak faktor.

Memang salah satu faktor yang mengarah pada perbaikan pasien adalah gejala positif.

Namun faktor- faktor lain juga turut mempengaruhi, sehingga gejala positif tidak selalu

memiliki prognosis yang baik.

Pertanyaan lain yang muncul adalah bagaimana mekanisme mata mendelik, yaitu salah

satu efek samping dari obat antipsikotik. Mata mendelik (oculogyric crisis) merupakan salah

satu gejala distonia. Penyebabnya akibat blokade reseptor dopamin di basal ganglia

(nigrostriatal) karena obat antipsikotik. Dari beberapa referensi yang saya baca, tidak

dijelaskan secara detail bagaimana oculogyric crisis terjadi. (12,13)

Pertanyaan lainnya adalah obat apa yang seharusnya diberikan pada pasien setelah

ada efek samping. Obat yang digunakan pada kasus kita adalah haloperidol. Haloperidol

merupakan salah satu obat antipsikotik tipikal potensi tinggi dan efek samping

ekstrapiramidal yang ditimbulkannya sangat besar. Menurut Kaplan (2010) haloperidol dapat

diganti dengan obat atipikal, risperidon. Risperidon merupakan obat lini pertama untuk

36

Page 37: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

mengobati skizofrenia. Kemungkinan obat ini lebih aman dan lebih efektif daripada obat

antagonis dopaminergik tipikal. Selain risperidon, diindikasikan juga clozapine yang

dinyatakan efektif dan kurang gejala ekstrapiramidalnya. Namun obat ini mahal dan disertai

insidensi 1% terjadinya agranulositosis. Karena itu, pasien yang mendapat pengobatan

dengan clozapin harus melakukan pemeriksaan darah lengkap tiap dua minggu. (8)

Pertanyaan terakhir saat pleno pakar adalah bagaimana membedakan skizofrenia asli

dan skizofrenia pura- pura. Skizofrenia pura- pura (malingering psychosis) merupakan

sebutan bagi orang yang bukan menderita skizofrenia tetapi meniru gejala skizofrenia.

Untuk membedakannya, dapat digunakan penilaian status mental, anamnesis riwayat hidup

dan pemantauan pasien. Pemantauan dilakukan untuk melihat apakah gejala skizofrenia

benar atau hanya berpura- pura. Pada pasien juga dilakukan penelusuran mengenai

kemungkinan motif penyebab kepura- puraan. Biasanya terdapat salah satu dari lima alasan

yang menyebabkan seseorang melakukan malingering psychosis. Satu, berhubungan

dengan kriminalitas, untuk menghindari hukuman maupun eksekusi. Kedua, untuk

menghindari wajib militer. Ketiga untuk mendapatkan bantuan finansial atau asuransi.

Keempat, dilakukan oleh tahanan penjara untuk mendapatkan obat atau pemindahan tempat

ke rumah sakit jiwa. Kelima untuk mendapatkan fasilitas gratis, berupa makanan, pakaian

dan tempat tinggal. (8,14)

9. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan:

- Mekanisme pertahanan ego adalah suatu mekanisme pertahanan diri untuk

menghadapi realitas eksternal yang penuh tantangan. Mekanisme ini menjaga

keseimbangan antara dorongan dalam diri dengan realitas eksternal.

- Mekanisme pertahanan ego tidak selalu maladaptif dan patologis. Bila individu

menggunakan mekanisme ini dengan efektif dan sesuai dengan perkembangan, maka

mekanisme ini berguna dalam proses adaptasi dengan lingkungan eksternal.

- Mekanisme pertahanan ego dibagi menjadi tiga,yakni: matang, tidak matang dan

(primitif) tergantung, dari keefektifan pemakaian dan kesesuaian dengan

perkembangan.

- Mekanisme pertahanan ego primitif banyak ditemukan pada orang yang mempunyai

gangguan kepribadian dan psikotik.

- Gangguan kepribadian adalah suatu pola atau sifat kepribadian yang tidak fleksibel

dan maladaptif, yang bersifat menetap dalam mempersepsi, memikirkan dan

berhubungan dengan lingkungan dan diri sendiri.

37

Page 38: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

- Menurut DSM IV terdapat 10 jenis gangguan kepribadian, yakni: paranoid, skizoid,

skizotipal, ambang, antisosial, histrionik, narsistik, menghindar, dependen dan obsesif

kompulsif.

- Gangguan kepribadian adalah salah satu faktor penyebab skizofrenia.

- Salah satu tanda dan gejala penyakit psikiatrik dapat dilihat dari gangguan isi pikiran,

bentuk pikiran dan persepsi.

- Skizofrenia adalah gangguan psikotik berat yang ditandai dengan halusinasi, waham,

masalah perilaku dan kehilangan kontak dengan realitas.

- Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya skizofrenia, yakni faktor biologis,

pengaruh sosial dan emosional kognitif. Faktor biologis terdiri dari faktor genetik,

abnormalitas neurotransmiter, abnormalitas struktur otak dan komplikasi perinatal.

Pengaruh sosial terdiri dari lingkungan dan budaya. Pengaruh emosional dan kognitif

berhubungan dengan gangguan mood dan gangguan kepribadian.

- Menurut PPDGJ III, skizofrenia terdiri dari beberapa subtype, yakni skizofrenia

paranoid, hebrefrenik, katatonik, tak tergolongkan, depresi post skizofrenia, skizofrenia

lainnya.

- Gejala klinis skizofrenia dikelompokkan menjadi dua, yakni gejala negatif dan positif.

Gejala positif ditandai dengan halusinasi, waham, akatsia, dan agitasi. Gejala negatif

ditandai dengan penarikan diri pasien dari sosial dan minat untuk melakukan aktivitas

berkurang.

- Penatalaksaan untuk pasien skizofrenia dapat dilakukan psikoterapi di rumah sakit

atau berbasis keluarga dan pengobatan dengan obat antipsikotik.

- Antipsikotik bekerja dengan memblok reseptor dopamine.

- Berdasarkan afinitas obat dengan reseptor dopamine, antipsikotik dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu: generasi pertama (tipikal), yang bekerja pada reseptor dopamine dan

generasi kedua (atipikal) yang bekerja pada reseptor dopamine dan serotonin.

- Efek samping obat antipsikotik yaitu gejala ekstrapiramidal (terutama antipsikotik

tipikal), peningkatan berat badan (terutama antipsikotik atipikal), neuroleptik maligna,

peningkatan prolaktin, mulut kering, konstipasi, retensi urin dan hipotensi ortostatik.

Kesimpulan Kasus

Berdasarkan diskusi yang dilakukan sebanyak dua kali dan pencarian data dari berbagai

referensi, maka dapat ditarik kesimpulan untuk pemicu VI ini, yaitu Pak A menderita

skizofrenia dan setelah mendapat pengobatan dengan haloperidol timbul efek samping

gejala ekstrapiramidal.

38

Page 39: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

10. DAFTAR PUSTAKA

1. Arif I S. Pandangan Topografis dan Pandangan Struktural Tentang Kepribadian.

In:Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian. Bandung: Refika Aditama; 2006:13-24.

2. Arif I S. Defense Mechanism. In:Rose Herlina, Eds. Dinamika Kepribadian.

Bandung: Refika Aditama; 2006:31-44.

3. Durand V M, Barlow D H. Gangguan Kepribadian. In: Heppy El Rais, eds. Psikologi

Abnormal Edisi IV Buku 2. Jakarta: Pustaka Pelajar Inc; 2007: 176-220.

4. Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A. Gangguan Kepribadian. In: I Made Wiguna S,eds.

Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc; 2010:258-290.

5. Maramis, W F. Catatan Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press; 1998.

6. Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A. Tanda dan Gejala Penyakit Psikiatrik. In: I Made

Wiguna S, eds. Sinopsis Psikiatri Jilid 1. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc;

2010:466-480.

7. Durand V M, Barlow D H. Skizofrenia dan Gangguan- Gangguan Psikotik lainnya. In:

Heppy El Rais, eds. Psikologi Abnormal Edisi IV Buku 2. Jakarta: Pustaka Pelajar;

2007: 226-271.

8. Kaplan H I,Sadock B J,Grebb J A. Skizofrenia. In: I Made Wiguna S,eds. Sinopsis

Psikiatri Jilid 1. Tangerang: Bina Rupa Aksara Inc; 2010: 699-743.

9. Departemen Kesehatan R I. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi ke III. Jakarta

10. Santoso S O, Wiria M S. Psikotropik. In:Sulistia G.Ganiswarna, eds. Farmakologi

dan Terapi Edisi IV. Jakarta:Gaya Baru;148-162.

11. Finkel R, Clark MA. Neuroleptics (e-book). Lippincott Williams&Wilkins. 2009.

12. Ginsberg L. Penyakit Parkinson dan Gangguan Gerakan Lainnya. In: Amalia Safitri.

Lecture Notes Neurologi Edisi 8. Ciracas: Penerbit Erlangga; 2007;100-111.

13. American Medical Network. Course of Positive and Negative Symptoms

Schizophrenia. Available at: http://www.health.am/psy/more/course-of-positive-and-

negative-symptoms/

14. Australasin Psychiatry. Malingered psychosis leading to involuntary psychiatric

hospitalization. Available at:

http://www3.interscience.wiley.com/journal/118565660/abstract?

CRETRY=1&SRETRY=0/

39

Page 40: skizofrenia, mekanisme pertahanan ego, gangguan kepribadian, gangguan proses berpikir

PENCETUS1.Kejadian hidup yang traumatik.2.Kadangan tidak ada pemicu yang jelas.

Lampiran

Kerangka Berpikir Skizofrenia

ETIOLOGI

Faktor Biologis Pengaruh Sosial Pengaruh Emosional/ Kognitif1. Faktor genetik (riwayat skizofrenia

di keluarga)2. Komplikasi perinatal dan

persalinan. 3. Infeksi virus pada saat kehamilan.4. Abnormalitas neurotransmiter

(dopamine, serotonin, GABA)5. Struktur otak (ventrikel membesar,

lobus frontalis hipoaktif)

1. Lingkungan2. Budaya

1. Manifestasi aktif dari gangguan isi dan bentuk pikiran. (waham, delusi, pembicaraan terdisorganisasi)

2. Gangguan kepribadian (paranoid, skizoid, skizotipal, dll)

3. Gangguan mood4. Mekanisme pertahanan ego yang

tidak sesuai dengan perkembangan/ usia.

PENATALAKSANAAN1. Perawatan di rumah sakit2. Psikoterapi keluarga, kelompok dan individu.3. Antipsikotik (pertimbangkan efek samping)

Antipsikotik tipikal Antipsikotik Atipikal- High Potency (haloperidol,

flupenazin, pimozid)- Low Potency (klorpromazin,

proclorperazin, tioridazin)

Clozapine, olanzapin, paliperidon, risperidon, ziprasidon, quatiapine.

SKIZOFRENIAGejala:- Delusi- Halusinasi- Gangguan bicara terdisorganisasi- Masalah perilaku (agitasi liar, cara

berpakaian yang tidak sesuai, kurangnya hygiene diri)

- Menarik diri dari pergaulan sosial

PROGNOSIS- 10-20% pasien yang mendapat perawatan psikiatrik prognosisnya baik.- >50% hasilnya buruk.- 20-30% mampu menjalani hidup agak normal, 20-30% mengalami gejala

sedang, 60% terganggun seumur hidup.

40