med

47
TRAUMA SSP CEDERA MEDULA SPINALIS Oleh: TRI PUSPITA NIRMALA (022010101029) ROSITA DEWI (022010101086)

Upload: dimas

Post on 14-Sep-2015

226 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

trauma medspin

TRANSCRIPT

  • TRAUMA SSPCEDERA MEDULA SPINALISOleh:TRI PUSPITA NIRMALA (022010101029)ROSITA DEWI (022010101086)

  • Kecelakaan lalu lintasKecelakaan industriJatuhOlah ragaCEDERA TULANG BELAKANGMedula SpinalisTulangLigamentumRadiksKerusakan tulang/ligamentum (+)Kerusakan tulang/ligamentum (-) 48% fatal 15% multipel Komplikasi Angka kematian 4-17%

  • Pergerakan penderita pada cedera tidak stabil Pertolongan pertama yang salahLokasi CMS sering di: C4-C7 T1 T11-T12 L1Resiko tinggi pada: Peminum alkohol (25%) Laki-laki (80-85%)CMSmenjadi lebih berat Perhatian khusus dari tempat kejadian-dirawat Stabilitas tulang Me survival: - penyembuhan optimal - komplikasi minimal Perawatan neuro-intensif/bedahCMS(Keadaan kritis)

  • Batasan

    Trauma=Luka/cedera:Hilangnya/terbukanya/rusaknya sebagian jaringan tubuh.Cedera Medula Spinalis:Cedera yang merusak sumsum tulang belakang, berkaitan dengan pergeseran kolumna vertebralis; dapat disertai/tidak disertai kerusakan tulang/ligamen.

  • Epidemiologi

    48%: kasus fatal. Angka kematian: 4-17%. 15% CMS akut: cedera vertebra multipel (cervical, thorakal, lumbal).

    Sumber: Bradley, 2004Demografi CMS Akut

    Umur (tahun) Prosentase (%) 60 10202515101010

  • Etiologi (1)Cedera traumatik:Ledakan fraktur,dislokasi, menghancurkan, menekan vertebraLuka tembakLuka tajamCedera non-traumatik:ArthritisKankerGangguan pembuluh darah/perdarahanRadang/InfeksiDegenerasi diskus vertebra

    Mempengaruhi serabut saraf yang melewati daerah cederaKelemahan sebagian/seluruh otot yang diinnervasi & serabut saraf di bawahnya

  • Penyebab tersering CMS di AS:1. KLL (kecelakaan mobil & sepeda motor-50%).2. Tindak kekerasan (11%-terutama luka tembak).3. Jatuh (>65 tahun-24%).4. Olah raga & kecelakaan saat liburan (OR berat & menyelam-9%).

  • Anatomi Medulla spinalisMulai perbatasan dgn medulla oblongata (decussatio pyramidum) sampai setinggi vertebra LI.31 segmen: 8 servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5 sakral, 1 koksigealMasing2 segmen berhubungan dengan sepasang radiks saraf spinalBagian luar tersusun oleh substansia alba; Substansia grisea di bagian dalam Di dalam substansia alba berisi lintasan2 asenden & desendenDi dalam substansia grisea pada daerah anterior terdapat motorneuron, yg bertanggung jawab dalam penghantaran impuls motorik somatik disebut anterior motor neuron

  • Tiap saraf spinalis akan keluar dari lubang yang disebut foramen intervertebralis yang terletak diantara 2 tulang vertebra, dan selanjutnya akan di distribusikan sebagai saraf segmental tubuh.

    Radiks semua saraf yang berjalan kaudal terhadap konus terminalis ( dibawah L1 ) akan membentuk seutas saraf yang disebut kauda ekuina ( ekor kuda ).

  • Medula spinalis juga mempunyai 3 lapis pelindung ( duramater, arakhnoid, dan piamater ), yang akan berakhir dan bergabung dengan filum terminalis.

    Potongan melintang medulla spinalis akan memperlihatkan kanal kecil di sentral yang berisi likuor, masa kelabu berbentuk H ( spt kupu-kupu ) dan masa putih yang mengelilinginya.

    Medula spinalis dibagi dua secara simetris oleh celah yang dalam yg disebut fisura mediana anterior dan septum yang disebut septum mediana posterior.

  • Pasangan kolum yg membentuk dua kaki vertical H adalah kornu posterior yg mengandung serabut aferen dan kornu anterior yg mengandung serabut eferen. Kolom yg menghubungkan kedua kaki H disebut komisura kelabu yg merupakan persilangan serabut-serabut refleks.

  • Masa putih medulla spinalis banyak mengandung serabut saraf bermielin dan tersusun oleh tiga pasang kolom yg disebut funikulus. Funikulus ini terdiri dari kolum ventral (anterior) kolum dorsal ( posterior ) dan kolum lateral, serta area komisural.

  • Tiap funikulus terdiri dari beberapa traktus yg disebut fasikulus. Traktus asenden merupakan serabut sensorik yg membawa impuls ke otak; traktus desendens merupakan serabut motorik yg mentranmisikan impuls otak turun melalui medulla spinalis ke neuron eferen.

  • PatofisiologiMekanisme Cedera stabil/tidak stabilStabilitas Cedera Medula Spinalis

  • Cedera spinalis cedera jaringan saraf:Kompresi oleh tulang, ligamen, benda asing, hematoma.Regangan jaringan (hiperfleksi) jaringan robek.Edema gangguan sirkulasi kapilar & venous return.Gangguan sirkulasi (a. spinalis anterior & posterior) oleh kompresi tulang/struktur lain.

  • Beberapa menit pasca cedera: MS normal (makroskopik & mikroskopik).

    Pemeriksaan mikroskopik:30 menit pasca cedera: petechie di sentral masa abu-abu, cornu anterior, sekitar kanalis sentralis meluas ke kornu posterior & masa putih. 2 jam pasca cedera: invasi sel-sel inflamasi. 4 jam pasca cedera: hampir MS nekrotik.6 jam pasca cedera: edema primer vasogenik.dalam 48 jam: edema & nekrotik tempat cedera Gangguan fisiologis:2 jam pasca cedera: aliran darah (40-50 20 ml/100 gr jaringan/menit) kongesti vaskular ekstravasasi eritrosit & cairan edema edema MS tekanan perfusi di MS Tekanan O2 , tekanan CO2 hipoksia, iskemik, infark.

  • Patogenesis CMS 1.Primer:Tenaga mekanis trauma disrupsi & destruksi neuron, petekial, hematomielia. Gambaran histologis: Perdarahan & ekstravasasi protein di: substansia grisea & di perbatasan substansia alba. Nekrosis & skar glia di daerah trauma. Edema: pada hari ke-3 & menetap 2 minggu.

    2.Sekunder:Aktivasi biokimia. Nekrosis hemoragik progresif, edema, & inflamasi kerusakan sekunder stasis vaskuler, spinal blood flow , kematian sel.

  • Respons Patofisiologis pada CMSDisrupsi mekanik akson & neuron cedera primer.Perubahan fisiologis & patologis progresif terjadi pada cedera sekunder.

    Cedera sekunder terjadi karena:Radikal bebas.Influks Ca>>> & eksitotoksisitas.Eicosanoid & sitokin.Programmed cell death (Apoptosis).

  • 1. Radikal bebasCedera terputusnya reaksi kimia RB dinetralkan oleh SOD, katalase.Superoksida H2O2

    H202 H2O + O2

    Cedera: - RB merusak lipid/protein RB . - Pelepasan antioksidan endogen (asam askorbat, glutation, vitamin E).- Kerusakan SOD. SODKatalase

  • 2. Influks Ca>>> & eksitotoksisitasCedera Ca++ ke IS aktifkan fosfolipase & protease.Cedera Glutamat ke ES merusak neuron di tempat masuknya Ca++ & Na. Oleh karena itu: Penghambat reseptor glutamat digunakan sebagai neuroprotektif.

    3. Eicosanoid & sitokinCedera membran sel pecah asam arakidonat prostaglandin & leukotrien (mediator inflamasi) sel bengkak. Obat antiinflamasi me pelepasan eicosanoid.Sel makrofag, monosit, & mikroglia melepas zat-zat yang mengatur pemulihan cedera. - Sitokin, TGF-beta, GM-CSF- TNF-aplha, IL-1 beta, superoksida, NO

  • 4.Programmed cell death (Apoptosis)Kehilangan neurotropik, kadar K>. Glukostiloid & Phospatase inhibitor (cyclosporin A): mencegah apoptosis.

    Neuroprotektif yang mengganggu proses cedera sekunder:Anti-oksidant.Glutamate receptor blocker.Cyclo-oksigenase inhibitor.Imuno-supresant (cyclosporin A).

  • Perubahan Anatomi dan Fungsi setelah Cedera Destruksi serabut saraf motorik paralisis.Destruksi serabut saraf sensoris sensasi sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri (-).Refleks , kontrol BAK-BAB (-), disfungsi seksual, kapasitas bernafas , kegagalan refleks batuk, & spastisitas. 1 minggu - 6 bulan pasca cedera beberapa fungsi dapat kembali.>6 bulan kemungkinan pemulihan spontan . Rehabilitasi long term disability .Komplikasi (+).Cedera kontusio: akson mielin di sekitar pusat MS tetap hidup/ kadangkadang mielin hilang impuls saraf . Central cord syndrome: Keluhan ringan membaik setelah 6 minggu. Cedera sekunder hilangnya mielin, degenerasi akson, kematian sel saraf.

  • Regenerasi Banyak peneliti sel saraf SSP mamalia tidak dapat beregenerasi. Tetapi penemuan-penemuan menunjukkan:Sel saraf di otak & MS dapat tumbuh kembali.MS melakukan mekanisme perbaikan.Regenerasi terjadi setelah CMS.

    Neuron di SSP+faktor tropik hidup & tumbuh.Faktor tropik NGF diperlukan beberapa tipe sel perifer. (tidak jelas pada sel SSP).

  • Klasifikasi (ASIA & IMSOP 1990 & 1991)I. Berdasarkan Fungsi:Grade A - complete fungsi motorik/sensorik (-) s/d segmen S4-S5.Grade B - incomplete fungsi sensorik (-), fungsi motorik masih (+) di bawah level cedera spinal s/d segmen S4-S5.Grade C - incomplete fungsi sensorik (+), motorik masih (+) di bawah level cedera spinal & sebagian besar 10 otot ektremitas di bawah level cedera spinal mempunyai kekuatan motorik 3.Grade E - normal fungsi motorik dan sensorik normal.

    II. Berdasarkan Tipe dan Lokasi:Complete spinal cord injury: ASIA/IMSOP grade A:a. Uni-level: no zone of partial preservation. b. Multiple level: with zone of partial preservation.Incomplete Spinal Cord Injury: ASIA/IMSOP grade B, C, dan D:Cervico-Medulary Syndrome. Central Cord Syndrome.Anterior Cord Syndrome.Posterior Cord Syndrome.Brown-Sequard Syndrome.Conus Medularis Syndrome.Complete Cauda Equina Injury: ASIA/IMSOP Grade A.Incomplete Cauda Equina Injury: ASIA/IMSOP Grade B, C, dan D.

  • Faktor Resiko1.Laki-laki (80-85%).2.Dewasa muda & orang tua.16 tahun, 35 tahun, usia lebih tua. Kecelakaan sepeda motor CMS pada dewasa muda.3.AtletSepak bola, renang, menyelam, berkuda, dll.4.Orang-orang yang memiliki faktor predisposisi: arthritis/osteoporosis.5.Pengguna alkohol (25%).

  • Gejala dan Tanda KlinisCedera spinal komplit di bawah lesi: gangguan sensorik & motorik.Cedera spinal inkomplit tergantung bentuk & lokasi lesi.

    Gejala klinik cedera spinal inkomplit (klasifikasi ASIA/IMSOP):

    1. Cervico-Medullary SyndromeGangguan cervical bagian atas & batang otak. Dapat meluas s/d C4/lebih bawah lagi & ke atas (pons). Gambaran klinis: Respiratory arrest, hipotensi, tetraplegia, & anestesia dapat meluas C1 - C4Gangguan sensibilitas wajah seperti kulit bawang (Dejerine pattern).Dapat menyerupai sindroma medularis sentral lengan lebih berat dari tungkai.

  • 2.Central Cord SyndromeGangguan motorik ekstremitas atas lebih berat dari tungkai + gangguan sensibilitas yang beraneka ragam.Terbanyak pada orang tua. Hematomieli (-).MRI: hiperintense. Histologi: nekrosis (-), fase akut: edema primer.Tidak perlu tindakan operasi, kecuali jika terjadi kelemahan lengan berat. Gangguan propioseptif (+) tindakan dekompresi.

    3.Anterior Cord SyndromeGangguan paralisis komplit mendadak. Hiperestesia pada tingkat lesi.Di bawah lesi: rasa raba & propioseptik masih (+).Perlu intervensi operasi dini.

  • 4.Posterior Cord SyndromeSangat jarang.Kelemahan dari batas lesi ke bawah & gangguan propioseptik.5.Brown-Sequard SyndromeKerusakan 1/2 MS.Gangguan motorik & propioseptik sisi ipsilateral. Gangguan sensasi rasa suhu & nyeri sisi kontralateral. Dapat terjadi pada cedera hiperekstensi/fleksi. Segera/selang beberapa hari/berangsur-angsur setelah cedera.6.Conus Medullaris SyndromeCukup sering terjadi karena conus medullaris terletak di daerah T11-T12 & T12-L1 (lebih banyak bergerak).Insiden 24%. Gangguan lower motor neuron: paralisis flaksid tungkai & sfingter ani, fase kronik + atropi otot-otot & spastisitas atau hiperefleksi dengan respon plantaris. Gangguan sensorik bervariasi: inkomplit retensi sensasi perianal (saddle anesthesia).Lesi berat gangguan defekasi & miksi prognosis kurang baik.

  • PenatalaksanaanHal terpenting: Tentukan saat terjadinya CMS.Penilaian klinis neurologis akurat.Evaluasi radiologi terperinci.

    Pemeriksaan penunjang (patologi, elektrofisiologi, neuroimaging) membantu menentukan perjalanan penyakit, beratnya, & mekanisme cedera.

    Tujuan penatalaksanaan cegah kerusakan MS.Pertolongan yang salah CMS bertambah berat.

  • PENATALAKSANAAN UMUMRentetan terapi (5 aspek):1. Terapi emergensi dengan memperhatikan ABC, immobilisasi, & transfer pasien.2.Terapi masalah umum: gangguan respirasi, kardiovaskular, GIT.3.Kesegarisan spinal (stabilisasi spinal).4.Dekompresi bedah bila ada indikasi.5.Program rehabilitasi.

  • Manajemen Awal (1)ABCLesi servikal: Mungkin perlu intubasi nasotrakheal/orotrakheal.Sirkulasi yang adekuatSyok neurogenik, hipotensi, & hipovolemia beri cairan memadai. Syok neurogenik hipotensi phenylephrine.Hipovolemia takikardi segera koreksi.Kecurigaan CMS: Nyeri vertebra, kesemutan, kelemahan ekstremitas, tangan seperti terbakar. Tentukan level cedera & lesi komplit/tidak komplit memperkirakan prognosis.Kecurigaan cedera servikal imobilisasi dengan cervical collar.

  • Manajemen Awal (2)Stabilitas: vertebra membatasi displacement pada beban fisiologis. faktor penting untuk evaluasi cedera. Pemeriksaan radiologi (foto polos vertebra) CT-Scan/MRI. Evaluasi CT (Denis's) penilaian stabilitas dengan melihat kolumna (anterior, media, posterior).Disrupsi ligamen Instabilitas.Tentukan pula tingkat kompresi corpus vertebra. Jika >50% dianggap tidak stabil.Pikirkan kemungkinan multi-trauma.Tegakkan diagnosa terapi segera.Pertimbangkan tindakan operatif. Bila indikasi (-) cukup neurointensive care.

  • Terapi Segera Cegah hilangnya fungsi motorik permanen.Pemberian steroid segera.Kejadian sebelum 8 jam: metil prednisolon do tinggi 30 mg/kgBB i.v. perlahan 15 menit 45 menit kemudian infus 5,4 mg/kgBB selama 23 jam. Jika cedera terjadi antara 3-8 jam infus berakhir s/d 48 jam.Steroid tidak mengobati paralisis, tetapi terbukti bermakna: perbaikan neurologi jangka panjang. Manitol 0,25-1,0 gr/kgBB mengobati edema MS.Gangguan pernafasan pada cedera servikal perawatan ICU.Sel-sel dengan cedera ringan mungkin melakukan respons adaptif pemberian obat-neuroprotektif.

  • Manajemen Akut dan Subakut (1) Perlu: ventilasi memadai, monitor kardiovaskular, & cegah komplikasi. Lesi setinggi cervical & thorakal risiko simpatis vasodilatasi perifer hipotensi. Lesi pada T3/di atasnya mempengaruhi tonus simpatis jantung bradikardi.Analgetik adekuat.Terapi disotonomi: perbaikan volume sirkulasi. Anemia transfusi darah, cairan koloid/kristaloid (NaCl fisiologis).Hindari hipervolemia. Hipotensi vasokonstriktor perifer (fenileprin)-infus dg titrasi.Dopamin & dobutamin MABP 85. Bradikardi simptomatis atropin.Cedera pada C5/atas innervasi diafragma & n. Frenikus (-) bantuan ventilasi: intubasi nasotrakheal/orotrakheal & ventilasi mekanik TV 10 cc/kg, Fi02 cukup untuk p02 80 -100. Perbaikan ventilasi (-) dalam 2 minggu tracheostomi.

  • Manajemen Akut dan Subakut (2)Frekuensi batuk & tidak sanggup me ventilasi atelektasis & pneumonia (tidak sanggup keluarkan sekret). "pulmonary toilet terapi perkusi dada.Profilaksis tromboemboli:- antikoagulan mulai setelah 72 jam. heparin 5000 u (2x sehari) s.c/antikoagulan oral.Organ viseral: dipersyarafi thorakal & lumbal atas.Otot-otot dinding abdominal: dipersyarafi T7-T12. Lambung, usus halus, hati, pankreas, 2/3 proksimal kolon: dipersyarafi T5-L2. Cedera spinal pada level ini & di atasnya ileus - Dekompresi lambung. - Nutrisi parentral segera.- Makanan enteral ditunda s/d motilitas gastrointestinal kembali.Metoclopromide, eritromisin, & cisapride perbaiki motilitas. H2 reseptor antagonist (sucralfate 1 g/6 jam) /antasid profilaksis ulkus peptikus.

  • PENATALAKSANAAN KHUSUS (1)1. Cedera cervicala.Dislokasi Atlantooccipital: Cedera langsung a. Vertebralis/medula oblongata fatal.b.Fraktur Jefferson: Benturan puncak kepala fraktur bilateral arcus posterior vertebra C1 foto AP cervical C1 (buka mulut). Setinggi C1: letak medula cukup jauh dari vertebra C1 defisit neurologis sering (-). Sembuh dengan fiksasi halo-vest, kadang perlu fusi oksipital - C1 - C2.C.Cedera Atlantoaxial, 4 kelompok:Cedera ligament: Penyembuhan spontan sering tidak stabil fusi C1-C2.Fraktur odontoid tipe I (tip fracture): stabilisasi halo-vest.Fraktur odontoid tipe II (base fracture): mengganggu suplai darah ke odontoid sulit sembuh fusi C1 - C2.Fraktur odontoid tipe III (meliputi korpus vertebra C2):fiksasi halo-vest.d.Fraktur Hangman: cedera hiperekstensi (kepala terbentur dashboard) fraktur bilateral pedikel C2 & dislokasi vertebra C2-C3. Sembuh dengan fiksasi.e.Facet menyatu/bergeser (Locked or jumped facets) unilateral/bilateral. Cedera letak tinggi traksi untuk mengembalikan kedudukannya. Cedera letak rendah tindakan operatif.

  • PENATALAKSANAAN KHUSUS (2)2.Cedera thorak: pada umumnya stabil cukup dengan bedrest.3.Cedera thorakolumbal:korpus vertebra pecah pergeseran korpus vertebra menekan MS (konus/qauda equina). Bila cedera tidak komplit dekompresi untuk perbaiki gangguan neurologis.- pertahankan tetap extensi dengan memberi gulungan handuk/bantalan di daerah lumbal- transport px dalam prone position (pertahankan extensi ringan spinal)

  • Intervensi Bedah Pemulihan fungsi CMS dipengaruhi:Immobilisasi sewaktu pemindahan.Terapi segera.Intervensi bedah perbaikan lingkungan fisiologis & neurologis mortalitas & morbiditas rehabilitasi segera dapat dilakukan. Intervensi bedah komplikasi memperpendek perawatan.

    Intervensi bedah pada cedera vertebra yang tidak stabil kerusakan neuron (meski belum ada studi yang membandingkan pengaruh tindakan operatif & non-operatif terhadap status neurologi).

  • Indikasi Operasi:Perburukan progresif karena retropulsi tulang, diskus, hematoma epidural.Restorasi & re-alignment kolumna vertebra.Dekompresi struktur saraf.Vertebra tidak stabil.

    Waktu intervensi bedah: (1) Intervensi dini (5 hari setelah cedera)Saat gangguan neurologi sudah menetap.Perbaikan neurologis, terutama pada mielopati traumatik inkomplit.

    Keluaran neurologis pada intervensi dini & lambat:Tidak terdapat perbedaan bermakna pada:- lama perawatan & rehabilitasi.- perbaikan motorik. tidak ada waktu terbaik untuk operasi, kecuali bila terdapat perburukan neurologis progresif.

  • Perawatan Umum 1.Perawatan Kandung KemihPx dapat mengontrol refleks kandung kemih bebas infeksi. Lakukan kateterisasi intermiten & berikan vitamin C 1 gram 4x/hari cegah infeksi & batu kandung kencing.2.Perawatan RektumPx dapat mengontrol defekasi. Pada fase awal: distensi rektum berikan enema/rektal tube.Jika peristaltik sudah timbul berikan obat pelemas faeces. Jika rektum sudah aktif berikan supositoria. Lakukan pemeriksaan rutin mencegah pengerasan faeces.3.Perawatan KulitCegah infeksi & dekubitus.4.NutrisiTKTP. Jika pasien tidak dapat makan makanan parenteral/tube nasogastrik. Keseimbangan carian & elektrolit diawasi dengan ketat.5.Kontrol NyeriHindari pemberian narkotika.6.Perawatan PsikiatriJika diperlukan obat anti depressant.

  • Rehabilitasi 1.Fisioterapi: masase & gerakan pasif sedini mungkin, latihan khusus mengembangkan grup otot tertentu.2.Terapi kerja: menyiapkan tipe pekerjaan untuk px sesuai kecacatannya.3.Olah raga: basket dengan kursi roda, berenang, dll.4.Psikiatrik: cegah depresi/ancaman bunuh diri.

  • Komplikasi 1.Masalah traktus urinariusInkontinensia urine. Batu buli-buli & infeksi. Pencegahan: - vitamin C 1 gram 4x/hari keasaman urine me. - mobilisasi dini. - meningkatkan pengosongan urine.2.Ulkus dekubitusPencegahan: mobilisasi pasif.3.Spasme ototPenanganan: diazepam, baclofen, dantrolene.4. Gangguan sistem pencernaanGangguan kontrol bowel inkontinensia fekal.5. Trombosis vena dan emboli paru

  • PrognosisDi Amerika Serikat:

    Disfungsi tr. urinariusInfeksi saluran nafasInfeksi ulkus dekubitus Px CMS meninggalKemajuan teknologiPenemuan lateks/plastikProsedur perawatan lebih baikFasilitas rehabilitasiHarapan hidup Harapan hidup KecacatanSebelum PD II

  • Penyebab kematian pada CMS:Pneumonia (penyebab utama) Dapat menjadi penyebab kematian tunggal beberapa tahun setelah CMS pada semua kelompok laki-laki/perempuan, kulit hitam/putih, & penderita tetraplegia.Kurang perhatian & perawatan, pembunuhan, bunuh diri. (terbanyak: bunuh diri) 85% Px CMS yang tertolong &bertahan dalam kondisi baik dalam 24 jam I Dapat bertahan hidups/d >10 tahun

  • Terima kasih

    ***********************************************