matriks kebijakan sd air

5
1 MATRIKS REFORMASI KEBIJAKAN SUMBERDAYA AIR DAN IRIGASI Tujuan 1: Memperbaiki Kerangka Kebijakan Kelembagaan untuk Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya Air Tujuan Pokok Agenda Pembaharuan Tolok Ukur 1.1 Menetapkan Kerangka Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Nasional a. b. Membentuk Tim Koordinasi antar-departemen yang merumuskan kebijakan sumberdaya air, pedoman, rencana strategis, koordinasi antar instansi dan pemecahan persoalan antar sektor. Membentuk sekretariat teknis di bawah Direktorat Jenderal untuk mendukung Tim Koordinasi. (i) (i) Penetapan Keputusan Presiden No. 9 Tahun 1999 tentang Tim Koordinasi Kebijakan Pendayagunaan dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai pada tanggal 14 Januari 1999. Selanjutnya Tim Koordinasi disempurnakan melalui Keputusan Presiden No. 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air sebagaimana telah disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 83 Tahun 2002. Penetapan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri No. 34/M.EKUIN/07/2000 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Reformasi Kebijakan Sektor Pengairan yang telah disempurnakan dengan Keputusan 6. Keputusan Menteri Koordinator Perekonomian No. 15/M.EKON/12/2001 tentang Pembentukan Sekretariat Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air dan Keputusan Menteri Koordinator Perekonomian No. 39/M.EKON/09/2002. 1.2 Menerapkan Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumberdaya Air a. b. c. Kebijakan Nasional Sumberdaya Air (KN-SDA) serta rencana implementasi untuk diterapkan secara formal oleh Pemerintah melalui seluruh departemen serta kelembagaan lain yang memiliki fungsi pengelolaan sumberdaya air (termasuk pengelolaan kualitas air permukaan dan air tanah dari wilayah hulu sampai dengan hilir dan area pantai). Mengubah Undang-undang No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan serta Peraturan Pemerintah yang terkait untuk: (i) menyelaraskan dengan perubahan administrasi dan keuangan di daerah; (ii) implementasi perubahan sektor sumberdaya air termasuk ketentuan Dewan Pengelolaan Sumberdaya Air pada tingkat nasional dan (iii) memfasilitasi pelaksanaan rencana implementasi KN-SDA. Mengubah Peraturan dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum terkait yang selaras dengan administrasi daerah dan pembaharuan pada sektor terkait. (i) (ii) (iii) (i) (ii) (iii) (iv) (i) Pencantuman rencana implementasi KN-SDA dalam Propenas 2000-2005 (Undang-Undang No. 25 Tahun 2000). Prinsip KN-SDA menjadi bagian dari Keputusan Presiden No. 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Penetapan KN-SDA oleh Menko Perekonomian selaku Ketua Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Penetapan perubahan UU No. 11 Tahun 1974 dan perubahan Peraturan Pemerintah (PP) pendukungnya meliputi: PP 6/81, PP 22/82, PP 23/82, PP 14/87, PP 6/88, PP 5/90, PP 42/90, PP 28/91, dan PP 35/91. Penetapan Keputusan Presiden tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air (TKPSDA) dengan melibatkan seluruh stakeholder, sebagai lembaga awal pembentukan Dewan Nasional Pengelolaan Sumberdaya Air Keputusan Menko Perekonomian selaku Ketua Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air tentang Pembentukan Sekretariat TKPSDA yang susunan Tim Kerja sebagaimana ditetapkan oleh Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri No. 34/M.EKUIN/07/2000 Pelaksanaan tugas Dewan Nasional Pengelolaan Sumberdaya Air dengan menggunakan struktur organisasi TKPSDA dan melibatkan perwakilan stakeholder secara struktural Penetapan revisi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum meliputi 57/PRT/87, 58/PRT/87, 39/PRT/89, 45/PRT/90. 48/PRT/90, 49/PRT/90, 52/PRT/90 dan 67/PRT/93

Upload: aldila-rahma

Post on 21-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

MATRIKS REFORMASI KEBIJAKAN SUMBERDAYA AIR DAN IRIGASI

TRANSCRIPT

  • 1MATRIKS REFORMASI KEBIJAKAN SUMBERDAYA AIR DAN IRIGASI

    Tujuan 1: Memperbaiki Kerangka Kebijakan Kelembagaan untuk Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya Air

    Tujuan Pokok Agenda Pembaharuan Tolok Ukur

    1.1 Menetapkan Kerangka Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Nasional

    a.

    b.

    Membentuk Tim Koordinasi antar-departemen yang merumuskan kebijakan sumberdaya air, pedoman, rencana strategis, koordinasi antar instansi dan pemecahan persoalan antar sektor. Membentuk sekretariat teknis di bawah Direktorat Jenderal untuk mendukung Tim Koordinasi.

    (i)

    (i)

    Penetapan Keputusan Presiden No. 9 Tahun 1999 tentang Tim Koordinasi Kebijakan Pendayagunaan dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai pada tanggal 14 Januari 1999. Selanjutnya Tim Koordinasi disempurnakan melalui Keputusan Presiden No. 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air sebagaimana telah disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 83 Tahun 2002. Penetapan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri No. 34/M.EKUIN/07/2000 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Reformasi Kebijakan Sektor Pengairan yang telah disempurnakan dengan Keputusan 6. Keputusan Menteri Koordinator Perekonomian No. 15/M.EKON/12/2001 tentang Pembentukan Sekretariat Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air dan Keputusan Menteri Koordinator Perekonomian No. 39/M.EKON/09/2002.

    1.2 Menerapkan Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumberdaya Air

    a.

    b.

    c.

    Kebijakan Nasional Sumberdaya Air (KN-SDA) serta rencana implementasi untuk diterapkan secara formal oleh Pemerintah melalui seluruh departemen serta kelembagaan lain yang memiliki fungsi pengelolaan sumberdaya air (termasuk pengelolaan kualitas air permukaan dan air tanah dari wilayah hulu sampai dengan hilir dan area pantai). Mengubah Undang-undang No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan serta Peraturan Pemerintah yang terkait untuk: (i) menyelaraskan dengan perubahan administrasi dan keuangan di daerah; (ii) implementasi perubahan sektor sumberdaya air termasuk ketentuan Dewan Pengelolaan Sumberdaya Air pada tingkat nasional dan (iii) memfasilitasi pelaksanaan rencana implementasi KN-SDA. Mengubah Peraturan dan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum terkait yang selaras dengan administrasi daerah dan pembaharuan pada sektor terkait.

    (i)

    (ii) (iii) (i)

    (ii) (iii) (iv) (i)

    Pencantuman rencana implementasi KN-SDA dalam Propenas 2000-2005 (Undang-Undang No. 25 Tahun 2000). Prinsip KN-SDA menjadi bagian dari Keputusan Presiden No. 123 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Penetapan KN-SDA oleh Menko Perekonomian selaku Ketua Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air Penetapan perubahan UU No. 11 Tahun 1974 dan perubahan Peraturan Pemerintah (PP) pendukungnya meliputi: PP 6/81, PP 22/82, PP 23/82, PP 14/87, PP 6/88, PP 5/90, PP 42/90, PP 28/91, dan PP 35/91. Penetapan Keputusan Presiden tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air (TKPSDA) dengan melibatkan seluruh stakeholder, sebagai lembaga awal pembentukan Dewan Nasional Pengelolaan Sumberdaya Air Keputusan Menko Perekonomian selaku Ketua Tim Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air tentang Pembentukan Sekretariat TKPSDA yang susunan Tim Kerja sebagaimana ditetapkan oleh Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri No. 34/M.EKUIN/07/2000 Pelaksanaan tugas Dewan Nasional Pengelolaan Sumberdaya Air dengan menggunakan struktur organisasi TKPSDA dan melibatkan perwakilan stakeholder secara struktural Penetapan revisi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum meliputi 57/PRT/87, 58/PRT/87, 39/PRT/89, 45/PRT/90. 48/PRT/90, 49/PRT/90, 52/PRT/90 dan 67/PRT/93

  • 2

    Tujuan 1: Memperbaiki Kerangka Kebijakan Kelembagaan untuk Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya Air

    Tujuan Pokok Agenda Pembaharuan Tolok Ukur

    d.

    Menyiapkan Pedoman untuk (i) Peraturan Pemerintah Daerah (Perda) dan/atau Surat Keputusan Gubernur, dan (ii) Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknik (Juklak & Juknik)

    (i)

    Penetapan pedoman sebagai acuan penyusunan Peraturan Daerah dan/atau Surat Keputusan Gubernur, serta Juklak dan Juknis.

    1.3 Keterlibatan Sektor Swasta dalam Pembangunan serta Stakeholder dalam Pengelolaan Kebijaksanaan dan Pengambilan Keputusan Wilayah Sungai.

    a. b. c.

    Menerbitkan peraturan-peraturan Pemerintah mengenai keterlibatan masyarakat dalam Pembangunan Sumberdaya Air (sektor swasta dan peranserta masyarakat) dan Peraturan perundangan Pengelolaan Air (keterlibatan stakeholder dan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air). Menerbitkan peraturan perundangan dalam rangka: (i) melibatkan perwakilan stakeholder dalam Lembaga Sumberdaya Air Propinsi dan Wilayah Sungai (Dewan Sumberdaya Air Propinsi/Kabupaten dan Dewan Sumberdaya Air Wilayah Sungai); dan (ii) Penggabungan Dewan Sumberdaya Air Propinsi dan Panitia Irigasi Propinsi. Menetapkan fungsi Dewan Sumberdaya Air Propinsi dan Dewan Sumberdaya Air Wilayah Sungai dengan perwakilan stakeholder dalam satuan wilayah sungai (SWS) untuk 8 propinsi.

    (i)

    (i)

    (i)

    Penetapan revisi peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 65/PRT/93 dan pedoman diterbitkan untuk membantu Gubernur dalam memutuskan pemilihan dan peranan perwakilan stakeholder. Penetapan revisi Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 67/PRT/93 dan Pedoman diterbitkan menjadi keputusan gubernur termasuk pemilihan dan penunjukan perwakilan stakeholder. Penetapan Keputusan Gubernur tentang keterlibatan stakeholder dalam Dewan Sumberdaya Air Propinsi dan Dewan Sumberdaya Air Wilayah Sungai; dan pembentukan Dewan Sumberdaya Air Wilayah Sungai di semua wilayah sungai yang telah maju di 8 propinsi.

    1.4 Mengembangkan Informasi dan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Sumberdaya Air Nasional

    a. Membentuk Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk pengumpulan data yang diperlukan melalui jaringan sharing data antar instansi pemerintah dengan menggunakan MIS.

    (i)

    (ii)

    Persetujuan dari seluruh instansi terkait tentang konsep jaringan data; kerangka kerja, prosedur dan pengaturan implementasi pengelolaan sumberdaya air. Penetapan Keputusan Dirjen Sumberdaya Air Kimpraswil tentang 90/KPTS/D/2001 tentang Pembentukan Unit Data dan Informasi Sumberdaya Air pada Direktorat Jenderal Sumberdaya Air Kimpraswil.

    1.5 Mengembangkan Sistem Pengumpulan Data dan Pengelolaan Hidrologi serta Kualitas Air

    a. b.

    Menetapkan kerangka institusi, organisasi, dan keuangan yang berkelanjutan dalam rangka mengembangkan pengumpulan data hidrologi, pemrosesan dan penyebaran informasi untuk air permukaan dan air tanah Menetapkan jaringan pemantauan kualitas air nasional yang berkelanjutan.

    (i)

    (ii)

    (i)

    Penetapan Keputusan Menteri untuk pembentukan sistem pengelolaan hidrologi nasional yang bertanggung jawab dalam pengembangan jaringan pengumpulan data air permukaan dan air tanah. Penetapan pedoman pembuatan Perda untuk pembentukan/pengembangan unit hidrologi di 8 propinsi; dan pembentukan/pengembangan Unit Hidrologi Propinsi di 8 propinsi. Penetapan Keputusan Menteri tentang pembentukan jaringan kerja pemantauan kualitas air nasional.

  • 3

    Tujuan 2: Memperbaiki Kerangka Organisasi dan Administrasi untuk Pengelolaan Wilayah Sungai

    Tujuan Pokok Agenda Pembaharuan Tolok Ukur

    2.1 Memperbaiki Peraturan perundangan tingkat Propinsi tentang Pengelolaan Wilayah Sungai dan Akuifer

    a.

    b.

    Menerapkan peraturan perundangan untuk alokasi air dan pembuangan air limbah, pengelolaan air di musim kemarau, conjunctive use pemanfaatan air tanah dan air permukaan, pengendalian kualitas air dan pengelolaan daerah aliran sungai secara terintegrasi. Membentuk Unit Propinsi Pengelola Wilayah Sungai (Balai PSDA) yang berfungsi penuh pada sungai-sungai penting di 8 propinsi.

    (i)

    (i)

    Penetapan perubahan Keputusan Menteri, sistem administrasi serta Juklak dan Juknis yang terkait Penetapan Peraturan Daerah dan pendirian Balai PSDA di wilayah sungai penting di 8 propinsi.

    2.2 Mengembangkan Kerangka Pengusahaan untuk Pengelolaan Wilayah Sungai Strategis yang berkelanjutan

    a.

    b.

    c.

    Menetapkan kerangka organisasi, keuangan, dan pengelolaan untuk pengusahaan pengelolaan wilayah sungai yang sesuai dengan peraturan otonomi daerah dan mampu mandiri dalam pembiayaan. Memperkuat pengaturan pembiayaan badan usaha melalui iuran pelayanan air dan iuran pembuangan air limbah. Revisi dasar peraturan perundangan tentang PJT Brantas dan Perum Otorita Jatiluhur (POJ / PJT II) untuk memperkuat pengelolaan keuangan serta tugas dan fungsi propinsi dalam pengaturan badan usaha.

    (i)

    (ii)

    (i)

    (i)

    Penetapan Peraturan Pemerintah tentang Pengusahaan Wilayah Sungai oleh BUMN atau BUMD. Penetapan Peraturan Menteri atau peraturan sejenis untuk implementasi pembiayaan pengusahaan wilayah sungai dan Badan Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai. Penetapan Keputusan Menteri atau peraturan sejenis untuk implementasi pembiayaan badan usaha pengelolaan wilayah sungai dan Badan Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai. Penetapan perubahan PP No. 93 Tahun 1999 tentang PJT Brantas dan PP No. 94 Tahun 1999 tentang PJT II.

    Tujuan Pokok Agenda Pembaharuan Tolok Ukur

    d. Membentuk badan usaha pada 4 wilayah sungai (wilayah sungai Bengawan Solo, Jeneberang, Jratunseluna and Serayu-Bogowonto)

    (i) Penetapan Keputusan Presiden dan/atau Perda untuk 4 badan pengusahaan wilayah sungai dan kelembagaan tersebut dalam proses pendirian/pembentukan.

    2.3 Memperkenalkan Alokasi Air secara aman, adil dan efisien

    a. Menetapkan kerangka kerja nasional untuk menerapkan sistem hak guna air untuk alokasi air permukaan dan air tanah.

    (i) (ii)

    Pencantuman kerangka kebijakan dalam perubahan UU No. 11 Tahun 1974 atau Penetapan Perda tentang Hak Guna Air; dan perubahan peraturan Menteri Pekerjaan Umum terkait Penetapan pedoman untuk memperbaharui pengaturan ijin penggunaan air propinsi dan alokasi hak guna air.

  • 4

    Tujuan 3: Memperbaiki Pengaturan Institusi Pengelolaan Kualitas Air Daerah dan Pelaksanaannya

    Tujuan Pokok Agenda Pembaharuan Tolok Ukur

    3.1 Menetapkan Kerangka Pengaturan Nasional untuk Pengendalian Pencemaran secara efektif dan mengikat

    a.

    b.

    Menetapkan kerangka pengaturan nasional tentang Pengendalian Pencemaran Air secara efektif dan mengikat. Memperbaiki kerangka kerja untuk mendorong industri-industri, pertambangan dan kotamadya untuk memenuhi dikeluarkannya lisensi dan standar.

    (i)

    (ii)

    (i)

    Perubahan PP No 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Pengelolaan Kualitas Air. Penetapan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Juklak dan Juknik dalam rangka penerapan PP tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Pengelolaan Kualitas Air dan menetapkan standar kualitas air dan pencemaran air (untuk wilayah perkotaan), serta penghitungan daya tampung beban pencemaran air. Penetapan peraturan, apabila diperlukan, untuk memfasilitasi pengenalan mekanisme pembiayaan dan/atau insentif lain untuk investasi dalam perbaikan kualitas air di lapangan dan/atau investasi dalam teknoogi pembersihan air.

    3.2 Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Air secara terintegrasi di 6 wilayah sungai yang telah berkembang

    a. Mengimplementasikan pengendalian pencemaran air dan pengelolaan kualitas air secara terintegrasi di 6 wilayah sungai (Bengawan Solo, Brantas, Citarum, Jeneberang, Jratunseluna dan Serayu Bogowonto)

    (i)

    (ii)

    (iii)

    Penetapan pedoman untuk perijinan dan pengaturan konsesi dari Bapedalda Propinsi dimana badan usaha wilayah sungai dapat: mengendalikan aliran dan memantau kualitas air limbah; mengumpulkan iuran pembuangan air limbah; dan melaksanakan penanaman tumbuhan untuk memperbaiki kualitas air limbah. Penetapan Keputusan Bapedalda I Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Jawa Barat untuk mengukur standar kualitas air air yang dikelola oleh badan usaha wilayah sungai. Penetapan operasionalisasi konsesi untuk 6 badan usaha wilayah sungai.

  • 5

    Tujuan 4: Memperbaiki Kebijakan, Institusi, dan Peraturan Pengelolaan Irigasi

    Tujuan Pokok Agenda Pembaharuan Tolok Ukur 4.1 Meningkatkan pelaksanaan

    sistem irigasi, transparansi, dan akuntabilitas melalui pemberdayaan petani dan penyerahan kewenangan pengelolaan.

    a.

    b.

    Menetapkan kerangka partisipasi untuk penyerahan kewenangan pengelolaan dan kerjasama pengelolaan berdasarkan Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi (PKPI). Memperkuat kerangka pembentukan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dan Gabungan P3A (GP3A) secara demokratis sesuai otonomi daerah dan kewenangan pembiayaan dalam rangka pengelolaan jaringan irigasi yang telah diserahkan

    (i)

    (i)

    (ii)

    Pencanangan PKPI oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 13 April 1999 dan Instruksi Presiden tentang PKPI diterbitkan pada bulan April 1999. Penetapan Keputusan Menteri Kimpraswil tentang Pedoman Penyerahan Kewenangan Pengelolaan Irigasi berdasarkan perubahan PP No. 23 Tahun 1982. Penetapan Keputusan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pembentukan dan Pemberdayaan P3A berdasarkan perubahan PP No. 23 Tahun 1982.

    4.2 Meningkatkan Pelayanan Irigasi oleh Pemerintah Daerah

    a. Melaksanakan redefinisi wewenang, tugas dan tanggung jawab lembaga pengelola irigasi di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota yang berfokus pada pembagian air secara baik dan pasca penyerahan kewenangan kepada P3A/GP3A.

    (i)

    (ii)

    (iii)

    Penetapan revisi Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982 tentang Irigasi dan perubahan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 42/PRT/89 sesuai otonomi daerah dan PKPI. Penetapan pedoman administrasi dan teknis untuk perubahan organisasi instansi pengelola irigasi sesuai otonomi daerah dan PKPI. Pembentukan, apabila diperlukan, Forum Pengelolaan Daerah Irigasi pada daerah irigasi sedang dan besar

    4.3 Menjamin Kesinambungan Pembiayaan dan Efisiensi Operasi dan Pemeliharaan serta Rehabilitasi Daerah Irigasi

    a.

    b.

    Mengubah kerangka pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan irigasi oleh P3A/GP3A, dengan hak penuh untuk mengumpulkan iuran pengelolaan irigasi di seluruh daerah irigasi. Mengembangkan kerangka pembiayaan oleh pemerintah dalam pembiayaan perbaikan irigasi untuk menentukan prioritas tahapan rehabilitasi pada jaringan irigasi secara langsung dibawah pengendalian P3A/GP3A.

    (i) Penetapan revisi peraturan perundangan (Keputusan Menteri / Keputusan Bersama para Menteri) dan pedoman.