makalah kebijakan publik (suharjuddin, sd)
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir
semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan
kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain
manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia
ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan
global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia
merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan
efisien dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam
menjalani era globalisasi tersebut. Maka Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan-
kebijakan pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam segi peserta didik, tenaga
pendidik dan organisasi pendidikan sebagai jawaban untuk bersaing didalam era globalisasi.
Kebijakan pendidikan yang diambil oleh pemerintah yaitu :
1. MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH
Sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai
keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam,
kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan
kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu
pendidikan. hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai keragamannya
itu, diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan
kondisi lingkungan dan kebutuhan anak didiknya. Walaupun demikian, agar mutu tetap
terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang
diatur dan disepakati secara secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan
peningkatan mutu tersebut (adanya benchmarking). Pemikiran ini telah mendorong
munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa
1
mendatang harus berbasis sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan
pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan manajemen peningkatan mutu
pendidikan berbasis sekolah (School Based Quality Management) atau dalam nuansa
yang lebih bersifat pembangunan (developmental) disebut School Based Quality
Improvement.
2. PROGRAM SERTIFIKASI GURU
Dalam organisasi pendidikan, sumber daya manusia yang utama adalah guru. Guru
adalah komponen esensial dalam sistem pendidikan di sekolah/perguruan tinggi. Peranan,
tugas, dan tanggungjawab guru sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas manusia
Indonesia, meliputi kualitas iman/takwa, akhlak mulia, dan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, adil, makmur, dan
beradab. Untuk melaksanakan fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis tersebut,
diperlukan guru yang profesional.
3. PROGRAM RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) dan SBI (Sekolah
Bertaraf Internasional)
Dalam upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing
secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
maka telah ditetapkan pentingnya penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf
internasional, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Untuk menuju kepada satuan
pendidikan yang bertaraf internasional (SBI) tersebut, maka pemerintah sejak tahun 2007
telah melaksanakan pembinaan kepada sekolah atau satuan pendidikan untuk
dikembangkan menjaadi satuan pendidikan bertaraf internasional atau RSBI, yang berasal
dari sekolah-sekolah yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai sekolah standar nasional.
Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa untuk menjadi SBI memerlukan biaya yang
sangat mahal, sehingga ditempuh dengan tidak mendirikan baru, akan tetapi diawali dari
SSN tersebut. Sedangkan secara yuridis, pembinaan RSBI ini dilakukan sesuai
Permendiknas No. 78 Tahun 2009 pasal 25 bahwa “Pemerintah dapat mendirikan satuan
pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional”.
2
B. PERMASALAHAN
Permasalahan yang terjadi dilapangan dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan pendidikan
yang disebutkan diatas adalah :
1. Apakah Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah sesuai dengan tujuan
pendidikan untuk meningkatkan mutu dalam pelaksanaannya?
2. Apakah Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah telah diterapkan oleh seluruh
sekolah di Indonesia sesuai dengan kebijakan pemerintah Indonesia?
3. Apakah program sertifikasi guru dapat meningkatkan kompetensi guru dalam proses
belajar-mengajar?
4. Apakah program sertifikasi guru dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia?
5. Apakah program RSBI atau SBI dapat meningkatkan mutu pendidikan dari segi lulusan
dan tenaga pengajar?
6. Apakah pelaksanaan RSBI atau SBI sesuai dengan tujuan pendidikan yang terdapat
didalam kebijakan pemerintah Indonesia?
3
BAB 2
PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI TEORI
Kebijakan pendidikan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia dan telah diterapkan dalam
dunia pendidikan di Indonesia ini untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH
Konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini membawa isu
desentralisasi dalam manajemen (pengelolaan) pendidikan dimana birokrasi pusat bukan
lagi sebagai penentu semua kebijakan makro maupun mikro, tetapi hanya berperan sebagai
penentu kebijakan makro, prioritas pembangunan, dan standar secara keseluruhan melalui
sistem monitoring dan pengendalian mutu. Konsep ini sebenarnya lebih memfokuskan diri
kepada tanggung jawab individu sekolah dan masyarakat pendukungnya untuk merancang
mutu yang diinginkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya, dan secara terus
menerus mnyempurnakan dirinya. Semua upaya dalam pengimplementasian manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah ini harus berakhir kepada peningkatan mutu siswa
(lulusan).
Konsep ini menawarkan kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan
pemerintah dengan tanggung jawabnya masing - masing ini, berkembang didasarkan
kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara
aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui
pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sekolah harus mampu menterjemahkan dan
menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta memahami kindisi lingkunganya
(kelebihan dan kekurangannya) untuk kemudian melaui proses perencanaan, sekolah harus
memformulasikannya ke dalam kebijakan mikro dalam bentuk program - program prioritas
yang harus dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi
dan misinya masing - masing. Sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun
4
berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mendiri tetapi masih dalam kerangka acuan
kebijakan nasional dan ditunjang dengan penyediaan input yang memadai, memiliki
tanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan
kebutuhan belajar siswa dan masyarakat.
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam
pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas
sekolah. Konsep ini diperkenalkan oleh teori effective school yang lebih memfokuskan diri
pada perbaikan proses pendidikan (Edmond, 1979).
Beberapa indikator yang menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain
sebagai berikut;
(i) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib.
(ii) Sekolah memilki misi dan target mutu yang ingin dicapai.
(iii) Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat.
(iv) Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf
lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi.
(v) Adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK.
(vi) Adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik
dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu.
(vii) adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat.
Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan
sekolah dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan
keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah ditentukan
oleh pemerintah dan otoritas pendidikan. Pendidikan ini menuntut adanya perubahan sikap
dan tingkah laku seluruh komponen sekolah; kepala sekolah, guru dan tenaga/staf
5
administrasi termasuk orang tua dan masyarakat dalam memandang, memahami,
membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam
pengelolaan sekolah yang bersangkutan dengan didukung oleh pengelolaan sistem
informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu ditujukan kepada keberhasilan
sekolah untuk menyiapkan pendidikan yang berkualitas/bermutu bagi masyarakat.
Tujuan
Konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini bertujuan :
1. Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah khususnya
kepada masyarakat.
2. Memperoleh masukan agar konsep manajemen ini dapat diimplentasikan dengan mudah
dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman kultural, sosio-
ekonomi masyarakat dan kompleksitas geografisnya.
3. Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat sekolah dan individu
yang peduli terhadap pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan.
4. Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlibat dan berpikir mengenai peningkatan mutu
pendidikan/pada sekolah masing - masing.
5. Menggalang kesadaran masyarakat sekolah untuk ikut serta secara aktif dan dinamis dalam
mensukseskan peningkatan mutu pendidikan.
6. Memotivasi timbulnya pemikiran - pemikiran baru dalam mensukseskan pembangunan
pendidikan dari individu dan masyarakat sekolah yang berada di garis paling depan dalam
proses pembangunan tersebut.
7. Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab
semua komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang berkelanjutan (terus
menerus) pada tataran sekolah.
8. Mempertajam wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap sekolah harus dirumuskan
dengan jelas dan dengan target mutu yang harus dicapai setiap tahun. 5 tahun,dst,sehingga
tercapai misi sekolah kedepan.
6
Kerangka kerja dalam manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
Dalam manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah ini diharapkan sekolah dapat
bekerja dalam koridor - koridor tertentu antara lain sebagai berikut ;
Sumber daya
Sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai
dengan kebutuhan setempat. Selain pembiayaan operasional/administrasi, pengelolaan
keuangan harus ditujukan untuk :
(i) memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengalolasikan dana sesuai dengan skala
prioritas yang telah ditetapkan untuk proses peningkatan mutu.
(ii) pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses pengadaannya.
(iii) pengurangan kebutuhan birokrasi pusat.
Pertanggung-jawaban (accountability)
Sekolah dituntut untuk memilki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun
pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan antara komitment terhadap standar keberhasilan
dan harapan/tuntutan orang tua/masyarakat. Pertanggung-jawaban (accountability) ini
bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana masyarakat dipergunakan sesuai dengan
kebijakan yang telah ditentukan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika
mungkin untuk menyajikan informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan. Untuk itu
setiap sekolah harus memberikan laporan pertanggung-jawaban dan
mengkomunikasikannya kepada orang tua/masyarakat dan pemerintah, dan melaksanakan
kaji ulang secara komprehensif terhadap pelaksanaan program prioritas sekolah dalam
proses peningkatan mutu.
7
Kurikulum
Berdasarkan kurikulum standar yang telah ditentukan secara nasional, sekolah
bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum baik dari standar materi (content)
dan proses penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi tersebut ada mafaat dan
relevansinya terhadap siswa, sekolah harus menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan melibatkan semua indera dan lapisan otak serta menciptakan tantangan
agar siswa tumbuh dan berkembang secara intelektual dengan menguasai ilmu
pengetahuan, terampil, memilliki sikap arif dan bijaksana, karakter dan memiliki
kematangan emosional. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini yaitu;
Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan siswa.
Bagaimana mengembangkan keterampilan pengelolaan untuk menyajikan kurikulum
tersebut kepada siswa sedapat mungkin secara efektif dan efisien dengan memperhatikan
sumber daya yang ada.
Pengembangan berbagai pendekatan yang mampu mengatur perubahan sebagai fenomena
alamiah di sekolah.
Strategi pelaksanaan di tingkat sekolah
Dalam rangka mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu yang
berbasis sekolah ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa, guru
dan staf lainnya termasuk institusi yang memliki kepedulian terhadap pendidikan sekolah
harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :
Penyusunan basis data dan profil sekolah lebih presentatif, akurat, valid dan secara
sistimatis menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru, staf), dan
keuangan.
Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa kekuatan dan kelemahan
mengenai sumber daya sekolah, personil sekolah, kinerja dalam mengembangkan dan
mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa berkaitan dengan aspek-
aspek intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya.
8
Berdasarkan analisis tersebut sekolah harus mengidentifikasikan kebutuhan sekolah dan
merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan pendidikan yang berkualitas
bagi siswanya sesuai dengan konsep pembangunan pendidikan nasional yang akan dicapai.
Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan identifikasi kebutuhan dan
perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa belajar, penyediaan sumber daya
dan pengelolaan kurikulum termasuk indikator pencapaian peningkatan mutu tersebut.
Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah bersama-sama
dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka panjang atau jangka
pendek (tahunan termasuk anggarannnya. Program tersebut memuat sejumlah program
aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan nasional yang telah ditetapkan
dan harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi perencanaan tahun itu dan tahun-
tahun yang akan datang. Perencanaan program sekolah ini harus mencakup indikator atau
target mutu apa yang akan dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan mutu
pendidikan (misalnya kenaikan NEM rata-rata dalam prosentase tertentu, perolehan
prestasi dalam bidang keterampilan, olah raga, dsb). Program sekolah yang disusun
bersama-sama antara sekolah, orang tua dan masyarakat ini sifatnya unik dan
dimungkinkan berbeda antara satu sekolah dan sekolah lainnya sesuai dengan pelayanan
mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Karena fokus kita dalam
mengimplementasian konsep manajemen ini adalah mutu siswa, maka program yang
disusun harus mendukung pengembangan kurikulum dengan memperhatikan kurikulum
nasional yang telah ditetapkan, langkah untuk menyampaikannya di dalam proses
pembelajaran dan siapa yang akan menyampaikannya.
Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah kondisi alamiah
total sumber daya yang tersedia dan prioritas untuk melaksankan program. Oleh karena itu,
sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa program tertentu lebih
penting dari program lainnya dalam memenuhi kebutuhan siswa untuk belajar. Kondisi ini
mendorong sekolah untuk menentukan skala prioritas dalam melaksanakan program tersebut.
9
2. PROGRAM SERTIFIKASI GURU
Dalam pelaksanaan dunia pendidikan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas guru sehingga berdampak pada output
lulusan yang berkualitas rendah pula. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah
untuk mengatasi permasalahan rendahnya kualitas guru ini adalah dengan mengadakan
sertifikasi. Dengan adanya sertifikasi, pemerintah berharap kinerja guru akan meningkat
dan pada gilirannya mutu pendidikan nasional akan meningkat pula.
Mutu pendidikan dicerminkan oleh kompetensi lulusan yang dipengaruhi oleh kualitas
proses dan isi pendidikan. Pencapaian kompetensi lulusan yang memenuhi standar harus
didukung oleh isi dan proses pendidikan yang juga memenuhi standar. Perwujudan proses
pendidikan yang berkualitas dipengaruhi oleh kinerja pendidik dan tenaga kependidikan,
kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana, kualitas pengelolaan, ketersediaan dana, dan
sistem penilaian yang valid, obyektif dan tegas. Oleh karena itu perwujudan pendidikan
nasional yang bermutu harus didukung oleh isi dan proses pendidikan yang memenuhi
standar, pendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi standar kualifikasi akademik
dan kompetensi agar berkinerja optimal, serta sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan yang memenuhi standar.
Kinerja pendidik dan tenaga kependidikan, khususnya guru, selain ditentukan oleh
kualifikasi akademik dan kompetensi juga ditentukan oleh kesejahteraan, karena
kesejahteraan yang memadai akan memberi motivasi kepada guru agar melakukan tugas
profesionalnya secara sungguh-sungguh.
Kesungguhan seorang guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya akan sangat
menentukan perwujudan pendidikan nasional yang bermutu, karena selain berfungsi
sebagai pengelola kegiatan pembelajaran, guru juga berfungsi sebagai pembimbing
kegiatan belajar peserta didik dan sekaligus sebagai teladan bagi peserta didiknya, baik di
kelas maupun di lingkungan sekolah.
Selain ditentukan oleh kinerja guru, upaya peningkatan mutu pendidikan nasional juga
akan sangat ditentukan oleh pelaksanaan penilaian yang valid, obyektf dan tegas, baik
10
penilaian oleh guru dan satuan pendidikan maupun penilaian oleh pemerintah. Khusus
penilaian oleh guru dan satuan pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam
peningkatan mutu pendidikan, karena selain bertujuan untuk memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan, juga bertujuan untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam rangka memelihara kontinuitas proses
belajar peserta didik.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia no 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.
Sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru
dan dosen sebagai tenaga professional. Berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi guru
dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan behwa seseorang telah memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.
Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik Indonesia no 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas dalam pasal 61 menyatakan sertifikat dapat berbentuk ijazah dan
sertifikat kompentensi yang diperoleh dari penyelenggaraan pendidikan dan lembaga
pendidikan setelah lulus uji terakreditasi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
yang terakreditasi atau lembaga pelatihan.
Hakikat dari sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan
profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah
khususnya serta tujuan pendidikan pada umumnya sesuai kebutuhan masyarakat dan
tuntutan zaman. Beberapa indicator yang menjadikan karakteristik guru dinilai kompeten
secara professional adalah :
1. Mampu mengembangkan tanggungjawab dengan baik.
2. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat.
3. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah.
4. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas.
11
Dalam UU RI no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dikemukakan bahwa profesi
guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai
berikut:
a) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme
b) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan
akhlak mulia.
c) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya.
d) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e) Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat.
h) Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
i) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Dalam buku Mulyasa, menurut Gary dan Margaret mengemukakan bahwa guru yang
efektif dan kompeten secara professional memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif.
2. Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran.
3. Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan
(reinforcement).
4. Memiliki kemampuan unutk peningkatan diri.
Wibowo (2004) dalam buku Mulyasa mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk
hal-hal sebagai berikut :
1. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten sehingga merusak citra
pendidik dan tenaga pendidik.
12
3. Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan dengan menyediakan
rambu-rambu dan instrument untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.
4. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga pendidikan.
5. Memberikan solusi dalam rangka meningakatkan mutu pendidikan dan tenaga
pendidikan.
Manfaat dari sertifikasi pendidik dan tenaga pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Pengawasan mutu.
2. Penjamin mutu.
3. Menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan.
3. PROGRAM RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) dan SBI (Sekolah Bertaraf
Internasional)
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional (SSN)
yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia
dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing
internasional.
LANDASAN HUKUM
UU no.20 TAHUN 2003 pasal 50 dan UU no. 32 tahun 2004 : Pemerintahan Pusat dan
Daerah.
UU no. 33 tahun 2004 : Kewenangan Pemerintah (Pusat) dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom.
UU no.25 tahun 2000 : Program Pembangunan Nasional
PP NoTahun 2005 : Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 61
Permendiknas No. 22,23,24 Tahun 2006 : Standar Isi, SKL dan Implementasinya.
13
TUJUAN PROGRAM RSBI
Umum
1. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional sesuai dengan amanat Tujuan Nasional dalam
Pembukaan UUD 1945, pasal 31 UUD 1945, UU No.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, PP
No.19 tahun 2005 tentang SNP( Standar Nasional Pendidikan), dan UU No.17 tahun 2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional yang menetapkan Tahapan Skala
Prioritas Utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk
meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan.
2. Memberi peluang pada sekolah yang berpotensi untuk mencapai kualitas bertaraf nasional dan
internasional.
3. Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global.
Khusus
Menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum di dalam Standar Kompetensi
Lulusan yang diperkaya dengan standar kompetensi lulusan berciri internasiona.
RSBI/SBI adalah sekolah yang berbudaya Indonesia, karena Kurikulumnya ditujukan untuk
Pencapaian indikator kinerja kunci minimal sebagai berikut:
1. menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
2. menerapkan sistem satuan kredit semester
3. Memenuhi standar isi
4. Memenuhi standar kompetensi lulusan
Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci
tambahan sebagai berikut:
1. sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di mana
setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masing-masing.
2. muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah
unggul dari salah satu negara anggota OECD (Organization for Economic Co-operation and
14
Development) dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam
bidang pendidikan.
3. menerapkan standar kelulusan sekolah/ madrasah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi
Lulusan.
Penyelenggaraan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan
bertaraf internasional yang selanjutnya disebut dengan Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (disingkat dengan RSBI) dilatarbelakangi oleh alasan-alasan sebagai berikut:
1. Era Globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen dan
sumber daya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya produksi, meningkatkan
kandungan nilai tambah, memperluas keragaman produk, dan meningkatkan mutu produk.
Keunggulan manajemen dapat mempengaruhi dan menentukan bagus tidaknya kinerja
sekolah, dan keunggulan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat
internasional, akan menjadi daya tawar tersendiri dalam era globalisasi ini.
2. Dalam upaya peningkatan mutu, efisien, relevan, dan memiliki daya saing kuat, maka dalam
penyelenggaraan SBI pemerintah memberikan beberapa landasan yang kuat yaitu : (a)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN
20/2003) Pasal 50 ayat (3) dinyatakan bahwa “pemerintah dan/atau pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional”; (b)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (disingkat
SNP) ; (c) UU Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025 menetapkan tahapan skala prioritas utama dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan
akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan. Demikian pula dalam Renstra 2010-2014
bahwa pemerintnah mentargetkan pada tahun 2014 minimal 50% kabupaten/kota di Indonesia
telah ada SBI.
3. Penyelenggaraan RSBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan esensialisme
(fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus
menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui
fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan
15
(kreatif, inovatif dan eksperimentatif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan
kemampuan peserta didik. Jadi, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk
mengaktualkan potensi intelektual, emosional, dan spiritualnya. Para peserta didik tersebut
merupakan aset bangsa yan sangat berharga dan merupakan salah satu faktor daya saing yang
kuat, yang secara potensial mampu merespon tantangan globalisasi. Filosof esensialisme
menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik
kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik
lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus
menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional.
4. Dalam mengaktualisasikan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan yaitu learning to
know, learning to do, learning to live together, and learning to be merupakan patokan
berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai
dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai
penilaiannya. Maksudnya adalah pembelajaran tidaklah sekedar memperkenalkan nilai-nilai
(learning to know), tetapi juga harus bisa membangkitkan penghayatan dan mendorong
menerapkan nilai-nilai tersebut (learning to do) yang dilakukan secara kolaboratif (learning to
live together) dan menjadikan peserta didik percaya diri dan menghargai dirinya (learning to
be).
PENTAHAPAN (FASE) PENGEMBANGAN PROGRAM RINTISAN SMA
BERTARAF INTERNASIONAL
Tahap pengembangan Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional ada 3 tahap, yaitu:
1) Tahap Pengembangan (3 tahun pertama)
Pada tahap pengembangan yaitu tahun ke-1 sampai dengan ke-3 sekolah didampingi oleh
tenaga dari lembaga professional independent dan/atau lembaga terkait dalam melakukan
persiapan, penyusunan dan pengembangan kurikulum, penyiapan SDM, modernaisasi
manajemen dan kelembagaan, pembiayaan, serta penyiapan sarana prasarana.
2) Tahap Pemberdayaan (2 tahun; tahun ke-4 an 5)
16
Pada tahap pemberdayaan yaitu tehun ke -4 dan ke-5 adalah sekolah melakasanakan dan
meningkatkan kualitas hasil yang sudah dikembangkan pada tahap pendampingan, oleh
karena itu dalam proses ini hal terpenting adalah dilakukannya refleksi terhadap pelaksanaan
kegiatan untuk keperluan penyempurnaan serta realisasi program kemitraan dengan sekolah
mitra dalam dan luar Negeri serta lembaga sertifikasi pendidikan internasional.
3) Tahap Mandiri (tahun ke-6).
Pada tahap mandiri pada tahun ke-6 adalah sudah sekolah sudah berubah predikatnya dari
rintisan bertaraf internasional (RSBI) menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dengan
catatan semua profil yang diharapkan telah tercapai. Sedangkan apabila profil yang
diharapkan mulai dari standar isi dan standar kompetensi lulusan, SDM (guru, kepala sekolah,
tenaga pendukung), sarana prasarana, penilaian, pengelolaan, pembiayaan, kesiswaan, dan
kultur sekolah belum tercapai, maka dimungkinkan suatu sekolah RSBI akan terkena passing-
out.
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
Sekolah bertaraf internasional adalah Sekolah yang telah menjadi rintisan (RSBI) yang
menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia, bertaraf
Internasional dan sudah menjadi sekolah yang mandiri dalam hal semua kegiatan yang dapat
dikontrol oleh sekolah sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan daya saing
internasional.
SBI (Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang sudah memenuhi dan
melaksanakan standar nasional pendidika yang meliputi :standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Selanjutnya komponen-
komponen, aspek-aspek, dan indikator-indikator SNP tersebut diperkaya, diperkuat,
dikembangkan, diperdalam, diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar pendidikan dari
salah satu atau lebih anggota OECD (Australia, Austria, Belgium, Canada, Czech Republic,
Denmark, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Japan, Korea,
17
Luxemourg, Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic,
Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United States dan negara maju lainnya
seperti Chile, Estonia, Israel, Russia, Slovenia, Singapore, dan Hongkong), dan/atau negara
maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan serta diyakini
telah memilki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki
kemampuan daya saing internasional. Dengan demikian diharapkan SBI harus mampu
memberikan jaminan bahwa baik dalam penyelenggaraan maupun hasil-hasil pendidikannya
lebih tinggi standarnya daripada SNP. Penjaminan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat
nasional maupun internasional melalui berbagai strategi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sesuai dengan konsep di atas, maka dalam upaya mempermudah sekolah dalam
memahami dan menjabarkan secara operasional dalam penyelenggaraan pendidikan yang
mampu menjamin mutunya bertaraf internasional, maka dapat dirumuskan bahwa SBI pada
dasarnya merupakan pelaksanaan dan pemenuhan delapan (8) unsur SNP yang disebut
sebagai indikator kinerja kunci minimal (disingkat IKKM) dan
diperkaya/dikembangkan/diperluas/diperdalam dengan komponen, aspek, atau indikator
kompetensi yang isinya merupakan penambahan atau pengayaan / pemdalaman /
penguatan/perluasan dari delapan SNP tersebut sebagai indikator kinerja kunci tambahan
(disingkat IKKT) dan berstandar internasional dari salah satu anggota OECD dan/atau negara
maju lainnya.
Untuk dapat memenuhi karakteristik dari konsep SBI tersebut, maka sekolah dapat
melakukan antara lain dengan dua cara, yaitu:
1. Adaptasi, yaitu pengayaan /pemdalaman/penguatan/perluasan/ penyesuaian unsur-unsur
tertentu yang sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan
salah satu negara OECD dan/atau negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu
dalam bidang pendidikan, diyakini telah memilki reputasi mutu yang diakui secara
internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional
2. Adopsi, yaitu penambahan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara delapan unsur
SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota OECD
dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan,
18
diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya
memiliki kemampuan daya saing internasional.
Dasar Hukum
Penyelenggaran SBI ini berlandaskan pada:
1. Undang-Undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 50
menyatakan bahwa :
Ayat (2): Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan Standar Nasional Pendidikan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional.
Ayat (3): Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya
satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan
pendidikan bertaraf internasional.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005 – 2025 mengatur perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai
arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap
untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam pasal
61 Ayat (1) menyatakan bahwa : Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah
menyelengarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan
sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan
menjadi sekolah bertaraf internasional.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan.
6. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 menyatakan bahwa
untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan sekolah bertaraf internasional
pada tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan
pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.
7. Kebijakan Depdiknas Tahun 2007 tentang Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah
Bertaraf Internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, antara lain pada
19
halaman 10 disebutkan “ …..diharapkan seluruh pemangku kepentingan untuk menjabarkan
secara operasional sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan Sekolah/Madrasah bertaraf
internasionanal…”
8. Permendiknas Nomor 22,23,24 Tahun 2005 dan Nomor 6 Tahun 2007; Nomor 12, 13, 16, 19,
20, 24, dan 41 Tahun 2007.
9. Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf
Internasional pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah pasal 25 menyebutkan: “
Pemerintah dapat mendirikan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan
pendidikan bertaraf internasional”.
10. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan
11. Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kepesertadidikan.
Program dalam Sekolah Bertaraf Internasional
Kurikulum
Sekolah dapat secara mandiri melaksanakan kurikulum program sekolah bertaraf internasional
yang dikembangkan pada tahap sebelumnya. Proses Pembelajaran Sekolah telah mandiri
menjadi Sekolah bertaraf internasional Sekolah mampu mengembangkan pembelajaran
bilingual menjadi pembelajaran berbahasa Inggris sepenuhnya (100%) dengan
memperhatikan kelima prinsip pembelajaran.
Penilaian
Penilaian Hasil Belajar Siswa
Penilaian Program
SDM
Sekolah bertaraf internasional telah memiliki SDM mandiri dan siap menjadi SMA bertaraf
internasional dengan kompetensi dasar sebagai berikut:
20
Guru Semua guru mempunyai kualifikasi akademik S-1 minimal 30% berkualifikasi S-2/S-3
dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A. Memiliki latar belakang
keilmuan sesuai dengan mata pelajaran yang dibina Memiliki sertifikasi profesi pendidik
sesuai dengan jenjang satuan pendidikan tempat tugasnya (nasional dan internasional)
Memiliki kesanggupan untuk mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan Memiliki
kinerja tinggi baik secara individu maupun kelompok. Mampu menggunakan media/sumber
belajar berbasis TIK dalam pembelajaran Mampu melaksanakan pembelajaran dalam bahasa
Inggris secara efektif (TOEFL>500).
Kepala Sekolah Memiliki kualifikasi akademik minimal S-2 dari perguruan tinggi yang
program studinya berakreditasi A. Telah mengikuti pelatihan kepala sekolah dari lembaga
pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh pemerintah Memiliki kemampuan manajemen
berbasis sekolah Memiliki jiwa kepemimpinan visioner dan situasional Memiliki jiwa
entrepreneurship Mampu membangun jejaring internasional mampu berkomunikasi dalam
bahasa Inggris secara efektif (TOEFL>500) Mampu menggunakan TIK Memiliki pengalaman
kerja sebagai kepala sekolah minimal lima tahun.
Tenaga Pendukung
1) Pustakawan Memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 Bidang keilmuan: Pustakawan
Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi pustakawan Memiliki
pengalaman kerja minimal 5 tahun Mampu mengembangkan profesi sebagai pustakawan
secara berkelanjutan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif
(TOEFL>450).
2) Laboran IPA dan TIK Memiliki kualifikasi akademik minimal SMA/SMK Bidang
keilmuan: IPA/Teknik Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi
laboran Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun Mampu mengembangkan profesi
sebagai laboran secara berkelanjutan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara
efektif (TOEFL>400).
21
3) Teknisi laboratorium IPA dan Bahasa Memiliki kualifikasi akademik minimal D-3 Bidang
keilmuan: Teknik Elektronika Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi
teknisi laboratorium IPA dan Bahasa Memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun Mampu
mengembangkan profesi sebagai teknisi labotratorium IPA dan Bahasa secara berkelanjutan
mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif (TOEFL>450).
4) Teknisi TIK Memiliki kualifikasi akademik minimal D-3 Bidang keilmuan:
Komputer/Teknik Informatika Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan
fungsi teknisi komputer Memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun Mampu
mengembangkan profesi sebagai teknisi computer secara berkelanjutan mampu
berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif (TOEFL>450).
5) Kepala Tenaga Administrasi Sekolah Memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 Bidang
keilmuan: Administrasi Pendidikan Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan
fungsi kepala tenaga administrasi sekolah Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun
Mampu mengembangkan profesi sebagai kepala tenaga administrasi sekolah secara
berkelanjutan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif (TOEFL>450)
mampu menggunakan TIK dalam pelaksanaan tugasnya
6) Tenaga Administrasi Keuangan dan Akuntansi Memiliki kualifikasi akademik minimal D-3
Bidang keilmuan: Akuntasi Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi
tenaga administrasi keuangan dan akuntansi Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun
Mampu mengembangkan profesi sebagai tenaga administrasi keuangan dan akuntansi
berbasis TIK secara berkelanjutan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif
(TOEFL>400).
7) Tenaga Administrasi Kepegawaian Memiliki kualifikasi akademik minimal D-3 Bidang
keilmuan: Manajemen SDM Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi
22
tenaga administrasi kepegawaian Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun Mampu
mengembangkan profesi sebagai tenaga administrasi kepegawaian berbasis TIK secara
berkelanjutan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif
(TOEFL>400).
8) Tenaga Administrasi Akademik Memiliki kualifikasi akademik minimal SMA dilengkapi
dengan Sertifikat Penggunaan TIK Bidang keilmuan: Administrasi Memiliki kompetensi
utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi tenaga administrasi akademik Memiliki
pengalaman kerja minimal 5 tahun Mampu mengembangkan profesi sebagai tenaga
administrasiakademik berbasis TIK secara berkelanjutan mampu berkomunikasi dalam bahasa
Inggris secara efektif (TOEFL>400).
9) Tenaga Administrasi Sarana dan Prasarana Memiliki kualifikasi akademik minimal SMA
dilengkapi dengan Sertifikat Pelatihan Sarana dan Prasarana Pendidikan Bidang keilmuan:
Administrasi/Manajemen Pendidikan Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas
dan fungsi tenaga sarana dan prasarana Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun Mampu
mengembangkan profesi sebagai tenaga tenaga sarana dan prasarana berbasis TIK secara
berkelanjutan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif (TOEFL>400).
10) Tenaga Administrasi Kesekretariatan Memiliki kualifikasi akademik minimal SMK
dilengkapi dengan Sertifikat Penggunaan TIK Bidang keilmuan: Administrasi Perkantoran
Memiliki kompetensi utama sebagai pelaksana tugas dan fungsi tenaga administrasi
kesekretariatan Memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun
Mampu mengembangkan profesi sebagai tenaga administrasi kesekretariatan berbasis TIK
secara berkelanjutan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara efektif
(TOEFL>400)
23
Sarana Prasarana
1. Tanah dengan luas minimal 15.000m2.
2. Kapasitas ruang kelas: 32 orang siswa.
3. Perpustakaan Ruang baca mampu menampung 5% dari jumlah seluruh siswa Luas 0,2 m2
persiswa. Koleksi buku: buku teks (cetak dan digital)dengan rasio 1:1 dan buku referensi 1:3.
Sekolah berlangganan jurnal, majalah yang terpilih secara periodic minimal 2 buah. Tersedia
system katalog yang berbasis TIK dan bertaraf internasional. Memiliki komputer, multimedia
dan akses internet dengan jaringan (LAN). Tersedianya bahan ajar yang menggunakan Bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar.
4. Pengembangan laboratorium Fisika, Kimia, biologi, bahasa, dan IPS, memiliki 1 unit lab.
Fisika, 1 unit lab. Kimia, 1 unit lab. Biologi, 1 unit lab. Bahasa, dan 1 unit lab. IPS Setiap lab
harus dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan
pembelajaran praktik/praktikum.
5. Laboratorium computer, memiliki ruang dengan ukuran yang memadai dan ber-AC. Jumlah
Komputer sesuai dengan jumlah siswa yang akan praktik. Software selalu di-update. Memiliki
teknisi ckmputer dengan jumlah yang memadai. Memiliki penjaminan keselamatan kerja.
6. Kantin, memiliki 1 unit kantin yang dilengkapi denganm mebel yang disesuaikan dengan
kebutuhan. Dapat menampung siswa/pejajan secara memadai. Lingkungan sehat dan bersih.
Menu makanan yang bergizi, segar, dan dengan harga yang terjangkau.
7. Auditorium tersedia ruang pertemuan dengan ukuran yang memadai dan ber-AC. Ruang
pertemuan dilengkapi dengan mebeler dan perlatan yang memadai untuk kegiatan siswa
(misalnya pentas seni, pertemuan dengan orang tua siswa, wisuda, teater, pameran hasil karya
siswa, dan sebagainya). Memiliki sistem penjaminan keselamatan yang memadai bagi
pengguna. Ruang pertemuan memiliki tenaga teknisi dengan jumlah yang memadai untuk
membantu pelaksanaan kegiatan dan perawatan.
8. Fasilitas Olahraga, memiliki prasarana olahraga dengan ukuran yang memadai. Memiliki
sarana olahraga yang dapat digunakan berbagai jenis kegiatan olah raga. Memiliki tenaga
teknisi dengan jumlah yang memadai. Memiliki sistem penjaminan keselamatan bagi
pengguna.
24
9. Pusat Belajar dan Riset Guru (TRRC), memiliki ruang suber belajar dan riset guru dengan
ukuran yang memadai dan dilengkapi komputer, jaringan internet untuk guru dengan rasio
1:5, dan dilengkapi media pembelajaran. Memiliki buku referensi baik cetak maupun digital
bagi guru yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya .Memiliki mebel bagi guru
untuk menyimpan referensi, hasil kerja, dsb termasuk untuk kelompok diskusi. Memiliki
system penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi.
10. Penunjang administrasi sekolah, memiliki ruangan administrasi dengan ukuran yang
memadai. Memiliki ruang administrasi yang dilengkapi mebel untuk berbagai jenis
administrasi. Memiliki Komputer dengan jumlah yang memadai. Memiliki system
penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi.
11. Poliklinik sekolah Memiliki prasarana olahraga dengan ukuran yang memadai an ber-AC
Memiliki bahan dan perawatan untuk P3K Tersedianya tenaga medis yang professional
Tersedianya system penjaminan keselamatan kerja.
12. Toilet, Ukuran toilet sesuai standar. Jumlah toilet sesuai dengan rombongan belajar Toilet
terpisah antara laki-laki dan perempuan. Memiliki sanitasi yang baik untuk menjamin
kebersihan dan kesehatan. Volume air cukup dan mendukung sanitasi. Tersedia tenaga
kebersihan untuk perawatan toilet.
13. Tempat bermain, kreasi, dan rekreasi. Tersedia tempat bermain yang memadai. Tersedia
tempat kreasi yang bisa mendukung kreativitas siswa. Tersedia tempat rekreasi yang
memadai, misalnya taman dan pohon-pohon yang rindang, serta tempat duduk yang nyaman
14. Tempat ibadah, Memiliki tempat ibadah yang memadai sesuai dengan agama masing-masing
warga sekolah.
Pembiayaan
Pembiayaan SBI yang sudah mandiri , yaitu menerapkan model pembiayaan dengan:
mengembangkan diversifikasi sumber dana meningkatkan efektivitas alokasi dana
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana secara transparan dan akuntabel
menerapkan sistem informasi manajemen berbasis jaringan (web).
25
Pengelolan sekolah
Pengelolaan Menerapkan standar pengelolaan sepenuhnya Meraih sertifikat ISO 9001 versi
200 atau sesudahnya dan ISO 14000 Merupakan sekolah multi-kultural Menjalin hubungan
(sister-school) dengan sekolah bertaraf internasional dalam dan luar Negeri Bebas narkoba,
bebas asap rokok, dan bebas kekarasan (bullying) Menerapkan kesetaraan gender dalam
segala aspek pengelolaan sekolah Meraih medali tingkat internasional dalam berbagai
kompetisi sain, matematika, teknologi, seni, dan olahraga Menghasilkan lulusan yang dapat
melanjutkan ke perguruan tinggi bertaraf internasional baik di dalam maupun di luar Negeri.
Kesiswaan
Peserta didik lulusan SBI memiliki: Kemampuan mengembangkan jati diri sebagai warga
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang jujur dan bertanggungjawab, serta memiliki
integritas moral dan akhlak mulia Kemampuan belajar sepanjang hayat secara mandiri yang
ditunjukkan dengan kemampuan mencari, mengorganisasi, dan memproses informasi untuk
kepentingan kini dan nanti serta kebiasaan membaca dan menulis dengan baik Pribadi yang
bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan yang ditunjukkan dengan kesediaan
menerima tugas, menentukan standard an strategi yang tepat, serta konsisten dalam
menyelesaiakan tugas tersebut, dan bertanggungjawab terhadap hasilnya Kemampuan berfikir
yang kuat dan luas secara deduktif, induktif, ilmiah, kritis, inovatif, dan eksperimentatif untuk
menemukan kemungkinakemungkinan baru atau ide-ide baru yang belum dipikirkan
sebelumnya Penguasaan tentang diri sendiri sebagai probadi (intrapersonal/kualitas prbadi)
Penguasaaan materi pelajaran yang ditunjukkan dengan kelulusan unian nasional dan
sertifikat internasional untuk mata pelajaran yang dikompetisikan, secara internasional
(Matamatika, Fisika, Biologi, Kimia, dan Astronomi) Penguasaan teknologi dasar yang
mutakhir dan canggih (konstruksi, manufaktur, transportasi, komunikasi, energi, bio, dan
bahan) Bekerjasama dengan pihak-pihak lain (interpersonal) secara individual,
kelompok/kolektif (local, nasional, regional, dan global) Kemampuan mengkomunikasikan
ide dan informasi kepada pihak lain dalam bahasa Indonesia dn bahasa Inggris dn bahasa
asing lainnya Kemampuan mengelola kegiatan (merencanakan, mengorganisasikan,
26
melaksanakan, mengkoordinasikan, dan mengevaluasi) Kemampuan mengidentifikasi,
mengorganisasi, merencana, dan mengalokasikan sumber daya baik sumber daya manusia
maupun sumber daya selebihnya yaitu sumber daya alam, uang, peralatan, perbekalan, waktu,
dan bahan Terampil menggunakan TIK Memahami budaya/kultur bangsa-bangsa lain (lintas
budaya bangsa) Kepedulian terhadap lingkungan social, fisik, dan budaya Menghasilkan
karya yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bangsa Memahami, menghayati, dan menerapkan
jiwa kewirausahaan dalam kehidupan.
Kultur Sekolah
SBI menumbuhkan dan mengembangkan budaya/kultur yang kondusif bagi peningkatan
efektivitas sekolah pada umumnya dan efektivitas pembelajaran pada khususnya, yang
dibuktikan oleh: berpusat pada pengembangan peserta didik lingkungan belajar yang kondusif
penekanan pada pembelajaran profesionalisme harapan tinggi keunggulan respek terhadap
setiap individu dan komunitas social warga sekolah keadilan kepastian budaya korporasi atau
kebiasaan bekerja secara kolaburatif/kolektif kebiasaan menjadi masyarakat belajar wawasan
masa depan (visi) yang sama perencanaan bersama kolegialitas tenaga kependidikan sebagai
pembelajar budaya masyarakat belajar pemberdayaan bersama kepemimpinan transformative
dan partisipatif.
B. ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN
Dari kebijakan penerapan dan pelaksanaan konsep Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah yang tidak jalan sebagaimana mestinya. Karena banyak kendala yang
dialami dalam pelaksanaannya seperti : kurangnya sosialisasi dan pengetahuan setiap
kepala sekolah tentang konsep MPMBS, masih banyak kepala sekolah yang tetap
menjalankan dengan gaya lama sehingga konsep ini hanya sebagai bentuk UU saja. Karena
karakteristik sekolah MPMBS tidak banyak ditemukan dalam mayoritas sekolah di
Indonesia terutama di daerah atau sekolah dengan kondisi yang terbelakang. Banyaknya
kendala yang terjadi maka konsep kebijakan ini tidak berjalan dengan baik dan tidak
menghasilkan mutu pendidikan yang meningkat
27
Dari kebijakan penerapan program sertifikasi guru untuk meningkatkan kompentensi guru.
Kompetensi guru dalam mengajar masih banyak dipertanyakan karena belum adanya
validitas uji kompetensi sertifikasi guru apakah ini membuktikan bahwa guru ini layak
disebut professional atau tidak?. Kendala yang ditemui dalam pelaksanaannya seperti :
dalam proses ujian tidak transparan, keterlambatan pemerintah dalam mengelola sertifikasi
guru sehingga banyak guru yang menunggu sertifikat yang turun dan proses yang birokrat
sehingga terhambat dalam pelaksanaannnya. Jadi pemerintah hanya berfokus pada proses
pelaksanaan saja tidak mementingkan pemberdayaan guru untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Konsep kebijakan pendidikan ini tidak berjalan dengan baik sehingga tidak
menghasilkan hasil yang diharapkan.
Dalam kebijakan penerapan program RSBI dan SBI untuk meningkatkan daya saing
pendidikan Indonesia di mata internasional. Namun dalam pelaksanannya hanya sebagai
ajang sekolah mengeruk keuntungan dari pihak orang tua karena membutuhkan dana yang
besar dan tidak disubsidi oleh pemerintah maka biaya pendidikan yang tinggi sebagai
alasan mereka dalam meningkatkan kualitas sekolah. Adanya kesenjangan yang terjadi
karena merasa sekolah RSBI dan SBI sebagai sekolah mahal dan elit sehingga banyak
potensi anak didik yang pintar yang terbatas oleh dana karena orang tuanya yang berasal
dari ekonomi lemah tidak mendapatkan layanan pendidikan RSBI dan SBI. Maka konsep
ini tianggap tidak sesuai dengan kondisi dan kultur sekolah yang ada di Indonesia karena
terjadi kesenjangan pendidikan yang dimunculkan karena biaya yang diminta pihak
sekolah hanya terjangkau oleh kelompok orang yang mempunyai ekonomi yang kaya saja.
28
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari semua pembahasan tentang kebijakan-kebijakan pendidikan yang telah diterapkan
oleh pemerintah Indonesia dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan maka dapat
disimpulkan bahwa semua teori yang ada dapat dikatakan tidak sejalan dengan pelaksanaan
di lapangan. Karena banyaknya kendala-kendala yang dihadapi saat penerapan kebijakan-
kebijakan tersebut di dalam lingkup sekolah pada setiap daerah di Indonesia.
Dari kebijakan penerapan konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah yang
terbentuk dari isu densentralisasi dan daerah otonomi daerah, menciptakan sekolah menjadi
organisasi pendidikan yang mencerminkan partisipasi dari seluruh pihak yang terlibat
dengan dunia pendidikan seperti : orang tua, masyarakat, dan pihak swasta. Dengan
menonjolkan peran meraka akan membantu pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Dengan
mengubah paradigma masyarakat yang berfikir jika urusan pendidikan hanya berdasarkan
dari pemerintah pusat. Namun dalam pelaksanaannya tidak berjalan di mayoritas sekolah
di Indonesia karena kurangnya sosialisasi pemerintah tentang konsep MPMBS sehingga
kurangnya pengetahuan dan informasi kepada kepala sekolah sebagai pemimpin dalam
mengatur sekolah.
Dari kebijakan penerapan program sertifikasi guru untuk meningkatkan kompentensi guru.
Denagn meningkatkan kompetensi guru maka dapat meningaktkan mutu lulusan dari
sekolah-sekolah yang mempunyai daya saing yang tinggi. Pemberdayaan ini meningkatkan
tingkat hidup guru dengan mengangkat kualitas diri guru. Namun dalam pelaksanaanya
tidak berjalan dengan tujuan pemerintah karena banyaknya kendala yang ditemukan
seperti: susahnya proses sertifikasi, lambatnya peran pemerintah dalam mengatur proses
sertifikasi guru, dll. Karena banyak kendala ini mengakibatkan tidak adanya perubahan
mutu pendidikan yang diinginkan dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
29
Dalam kebijakan penerapan program RSBI dan SBI untuk meningkatkan daya saing
pendidikan Indonesia di mata internasional. Dengan adanya UU no 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas yang memunculkan banyak alternatif bentuk lembaga penddidikan yang
menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pada era globalisasi. Salah satunya adalah
pembentukan sekolah yang bertaraf internasional yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
lulusan dari Indonesia yang mempunyai kemampuan yang setara dengan lulusan dari luar
negeri. Dengan kurikulum yang berbasis pada fokus pada pembangunan kemampun bahasa
inggris sebagai bahasa wajib sesuai dengan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.
Namun dalam pelaksanaannya tidak berjalan dengan tujuan yang diinginkan karena
banyaknya kendala yang ditemui yaitu : kurangnya pengetahuan dan informasi tentang
konsep ini, mahalnya biaya yang diminta oleh sekolah bertaraf internasional ini,
kesenjangan pendidikan, dll. Sehingga konsep ini dianggap tidak sesuai dengan kultur
dalam dunia pendidikan Indonesia.
Banyak ketimpangan yang terjadi dalam penerapan kebijakan-kebijakan ini maka
damapaknya peserta didik yang dikorbankan sebgai ajang uji coba dan semakin jauh kita
tertinggal dari negara lain dalam proses peningkatan mutu pendidikan kita.
B. SARAN
Untuk pihak masyarakat :
Mendukung program pendidikan untuk memajukan anak bangsa.
Memberikan kepedulian terhadap pendidikan dengan memberikan ide atau kritik
membangun untuk saling membantu dalam proses peningkatkan mutu pendidikan
Indonesia.
Berpartisipasi dalam proses pelaksananannya dengan sama-sama mengontrol
pendidikan peserta didik.
Untuk pihak sekolah:
Lebih banyak mengali kemampuan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan.
30
Mengetahui semua informasi yang dibutuhkan dan melaksanakan kebijakan
pendidikan dengan baik sesuai dengan peraturan dan undang-undang.
Lebih memfokuskan kemandirian sekolah dalam hal pengelolaan sekolah baik SDM
dan SDA yang ada sehingga dapat dioptimalkan dalam pelaksanaanya.
Untuk pihak Pemerintah :
Lebih banyak melakukan analisis kebutuhan pelanggan dalam dunia pendidikan agar
dapat mengetahui kebutuhan yang sangat diperlukan pada dunia pendidikan di
Indonesia sehingga dapat memngambil keputusan yang tepat dalam hal kebijakan
pendidikan.
Lebih banyak melakukan sosialisasi kebijakan pendidikan yang sudah dibuat kepada
setiap sekolah di Indonesia agar mengetahui dan memahami kebijakan tersebut
sehingga dapat dijalankan sesuai dengan yang diharapkan.
Lebih banyak melihat kemampuan setiap daerah yang berbeda sehingga melakukan
penerapan yang sesuai dengan kondisi di daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
31
Mulyasa, E. 2008. “Standar Kompentensi dan Sertifikasi Guru “.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E.2009. Manajemen Sekolah Berbasis Sekolah. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Nurkolis, 2005. Managemen Berbasis Sekolah, Teori Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.
Rivai, Veitzhal dan Sylviana Murni.2009. Education Management Analisis Teori dan Praktik,
Jakarta, Raja Grafindo Persada.
www.mbs-sd.org didownload tanggal 9 April 2011.
www.rsbi-sma.com didownload tanggal 30 maret 2011.
www.google.co.id tentang konsep RSBI, SBI, MPMBS di download tanggal 10 April 2011.
www.wikipedia.org tentang kosep rsbi, sbi, MPMBS didownload tanggal 10 April 2011.
32