masalah masalah belajar

46
MASALAH-MASALAH DALAM BELAJAR DAN CARA MENGATASINYA A. Mengenal Cara Siswa Belajar Setiap siswa memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain dalam aspek fisik, pola pikir, dan cara-cara merespons atau mempelajari sesuatu yang baru. Dalam konteks belajar, setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individual tersebut. Bahkan akhir-akhir ini dalam sistem pembelajaran dibuat sedemikian rupa sehingga siswa dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali terdengar orang tua melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi berprestasi. Orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah favorit. Anak juga diikutkan dalam berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita habis waktu yang seharusnya bisa dipergunakan anaknya untuk senang- Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 1

Upload: dedi-yulianto

Post on 20-Jun-2015

14.520 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Masalah masalah belajar

MASALAH-MASALAH DALAM BELAJAR

DAN CARA MENGATASINYA

A. Mengenal Cara Siswa Belajar

Setiap siswa memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain dalam aspek

fisik, pola pikir, dan cara-cara merespons atau mempelajari sesuatu yang baru.

Dalam konteks belajar, setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangan dalam

menyerap pelajaran. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan dikenal berbagai

metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individual tersebut. Bahkan

akhir-akhir ini dalam sistem pembelajaran dibuat sedemikian rupa sehingga siswa

dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik

dirinya.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali terdengar orang tua melakukan

berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi berprestasi. Orang tua berlomba-

lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah favorit. Anak juga

diikutkan dalam berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita habis

waktu yang seharusnya bisa dipergunakan anaknya untuk senang-senang bermain

atau bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian, usaha-usaha

tersebut seringkali belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan ada

yang justru menimbulkan masalah baru bagi anaknya.

Pertanyaannya adalah? Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa anak-anak

tersebut tidak kunjung-kunjung berprestasi? Salah satu faktor yang dapat menjadi

penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar yang dimiliki oleh anak dengan

metode belajar yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya;

termasuk dalam mengikuti kursus atau les privat. Cara belajar yang dimaksudkan

disini adalah kombinasi dari cara individu menyerap, mengatur, dan mengelola

informasi.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 1

Page 2: Masalah masalah belajar

1. Otak sebagai Pusat Belajar

Otak manusia adalah kumpulan masa protoplasma yang paling kompleks

yang ada di alam semestas. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya

sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan

rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan proaktif selama

lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus

dikelola dengan baik seumur hidup agar terhindar dari kerusakan.

2. Karakteristik Gaya Belajar

Ciri-ciri perilaku belajar sesuai dengan masing-masing gaya belajar

menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik Perilaku Gaya Belajar Visual

Individu yang memiliki gaya belajar visual ditandai dengan ciri-ciri

perilaku belajar sebagai berikut:

1) Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar

2) Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual

3) Sulit menerima instruksi verbal sehingga seringkali minta instruksi secara

tertulis.

4) Biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika

sedang belajar

5) Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik

6) Merupakan pembaca yang cepat dan tekun

7) Lebih suka membaca daripada dibacakan

8) Mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik

9) Teliti dan rinci

10) Mementingkan penampilan

11) Dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, cenderung bersikap

waspada dan membutuhkan penjelasan secara menyeluruh

12) Jika sedang berbicara di telepon suka membuat coretan-coretan tanpa arti

selama berbicara

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 2

Page 3: Masalah masalah belajar

13) Sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

14) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat “ya” atau “tidak”

15) Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah

16) Lebih tertarik pada bidang seni lukis, pahat, dan gambar daripada musik

b. Karakteristik Gaya Belajar Aktif

Individu yang memiliki gaya belajar auditif ditandai dengan ciri-ciri

perilaku belajar sebagai berikut:

1) Jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras

2) Lebih senang mendengarkan daripada membaca

3) Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja

4) Mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik

5) Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama, dan warna suara

6) Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam

menceritakannya.

7) Berbicara dalam irama yang terpola dengan baik

8) Berbicara dengan sangat fasih

9) Lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya

10) Lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang

didiskusikan daripada apa yang dilihat

11) Senang berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar

12) Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan sesuatu secara panjang lebar

13) Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang

berhubungan dengan visualisasi

14) Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada

menuliskannya

15) Lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku homor/komik

c. Karakteristik Gaya Belajar Kinestetik

Individu yang memiliki gaya belajar kinestetik ditandai dengan ciri-ciri

perilaku belajar sebagai berikut:

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 3

Page 4: Masalah masalah belajar

1) Berbicara dengan perlahan

2) Menanggapi perhatian fisik

3) Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka

4) Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain

5) Banyak gerak fisik

6) Memiliki perkembangan otot yang baik

7) Belajar melalui praktik langsung

8) Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung

9) Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang sedang dibaca

10) Senang menggunakan bahasa tubuh (non verbal)

11) Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama

12) Sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut

13) Pada umumnya tulisannya kurang bagus

14) Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan secara fisik

Dengan memperhatikan gaya belajar yang paling menonjol pada siswa,

maka seorang guru diharapkan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran

secara arif, bijaksana, dan tepat. Bagi para siswa yang mengalami kesulitan

belajar, cobalah untuk mulai merenungkan dan mengingat-ingat kembali apa gaya

belajar yang dirasakan efektif. Setelah itu, cobalah untuk membuat rencana belajar

sebagai kiat belajar anda sehingga kemampuan belajar tersebut dapat

dikembangkan secara maksimal. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk

mendeteksi gaya belajar sendiri adalah dengan memanfaatkan media pendidikan

seperti tape recorder, video, gambar, cerita novel, dan lain-lain. Kemudian,

perhatikan betul-betul, pada media pendidikan jenis mana yang dirasakan sangat

tertarik dan menyenangkan.

B. Prinsip Dasar Memahami dan Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Perbedaan individual siswa menyebabkan masalah kesulitan belajar siswa

juga berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Akibatnya, menjadi tidak mudah

untuk menetapkan secara akurat masalah mereka yang sebenarnya. Namun

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 4

Page 5: Masalah masalah belajar

demikian, masalah kesulitan belajar ini sangat menarik perhatian tidak hanya para

ahli pendidikan, tetapi juga para ahli dari berbagai bidang. Misalnya: psikiater,

ahli saraf, dokter anak, dokter spesialis mata dan telinga, dan juga ahli bahasa.

Mereka setelah melihat masalah kesulitan belajar ini dari sudut pandang yang

berbeda-beda, akhirnya secara umum sampai pada suatu kesimpulan bahwa ada

dua faktor penyebab anak mengalami kesulitan belajar, yaitu faktor penyakit dan

faktor perilaku.

Dari sudut pandang kedokteran, kesulitan atau kelambanan belajar anak

dipandang berhubungan erat dengan ketidaknormalan dalam otak. Oleh sebab itu,

mereka menjelaskan adanya luka pada otak, kurang darah, dan ketidaknormalan

dalam saraf sebagai unsur penyebab kelambanan belajar. Dari sudut pandang ahli

psikologi, mereka berusaha menyelidiki masalah dari aspek-aspek kejiwaan yang

menyebabkan anak perilaku kelambanan belajar anak. Mereka menjelaskan

adanya gangguan dalam masalah kognitif, yaitu membaca, menghitung, dan

berbahasa.

Masalah kelambanan atau kesulitan belajar juga dapat diselidiki dari aspek

penguasaan pelajaran dan aspek pertumbuhan fisik. Dari aspek penguasaan

pelajaran, kesulitan belajar siswa dapat dilihat dari kemampuan membaca,

menulis, dan berhitung. Pada umumnya bila terdapat perbedaan yang signifikan

antara kemampuan belajar dengan hasil pelajaran, dapat disimpulkan anak

tersebut mengalami kelambanan belajar. Sedangkan dari aspek pertumbuhan fisik

dapat dilihat dari hambatan berbicara, berpikir, mengingat, dan hambatan fungsi

indera. Hambatan berbicara merupakan hambatan belajar yang sering terdapat

pada tingkat anak prasekolah. Sedangkan masalah hambatan dalam berpikir

terlihat dari anak yang mengalami kesulitan dalam membentuk konsep,

mengaitkan apa yang dipikirkan, dan memecahkan masalahnya.

1. Penyebab Timbulnya Masalah Kesulitan Belajar

Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid

dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 5

Page 6: Masalah masalah belajar

a. Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu

sendiri), antara lain:

1) Faktor Keturunan

Di Swedia, Hallgren melakukan penelitian dengan objek keluarga dan

menemukan rata-rata anggota keluarga tersebut mengalami kesulitan dalam

membaca, menulis, dan mengeja. Setelah diteliti secara lebih mendalam, ternyata

salah satu faktor penyebabnya adalah faktor keturunan. Ahli lainnya, Hermann

mempelajari dan membandingkan anak-anak kembar yang berasal dari satu sel

telur. Ia memperoleh kesimpulan bahwa anak kembar dari satu sel itu lebih

mempunyai kesamaan dalam hal kesulitan membaca daripada anak kembar dari

dua sel telur.

2) Gangguan Fungsi Otak

Ada pendapat yang mengatakan bahwa anak yang lamban belajar

mengalami gangguan pada syaraf otaknya. Pendapat ini telah menjadi perdebatan

yang cukup sengit. Beberapa peneliti menganggap bahwa terdapat kesamaan ciri

pada perilaku anak yang mengalami kelambanan atau kesulitan belajar dengan

anak yang abnormal. Hanya saja, anak yang lamban belajar memiliki adanya

sedikit tanda cedera pada otak. Oleh sebab itu, para ahli tidak terlalu menganggap

cedera otak sebagai penyebabnya, kecuali ahli syaraf membuktikan masalah ini.

Mereka menyebutnya sebagai “disfungsi otak” ketimbang “cedera otak”. Sebab,

para ahli berpendapat bahwa sebenarnya sangat sulit untuk memastikan bahwa

kelambanan atau kesulitan belajar itu disebabkan oleh cedera otak.

3) Pengorganisasian Berpikir

Siswa yang mengalami kelambanan atau kesulitan belajar akan mengalami

kesulitan dalam menerima penjelasan tentang pelajaran. Salah satu penyebabnya

adalah mereka tidak mampu mengorganisasikan cara berpikirnya secara baik dan

sistematis. Misalnya, anak yang sulit membaca akan sulit pula merasakan atau

menyimpulkan apa yang dilihatnya. Para ahli berpendapat bahwa mereka perlu

dilatih berulang-ulang, dengan tujuan meningkatkan daya belajarnya.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 6

Page 7: Masalah masalah belajar

4) Kekurangan Gizi

Berdasarkan penelitian para ahli yang dilakukan terhadap anak-anak dan

binatang, ditemukan bahwa ada kaitan yang erat antara kelambanan belajar

dengan kekurangan gizi. Artinya, kekurangan gizi menjadi salah satu penyebab

terjadinya kelambanan atau kesulitan belajar. Walau pendapat tersebut tidak

seluruhnya benar, tetapi banyak bukti menyatakan bila pada awal pertumbuhan

seorang anak sangat kekurangan gizi, keadaan itu akan mempengaruhi

perkembangan syaraf utamanya sehingga menyebabkan kurang baik dalam proses

belajarnya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan. Pertama, bahwa gangguan-

gangguan itu akan berpengaruh secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-

organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit

menahan (alergi, asma, dan sebagainya ). Kedua, ketidakseimbangan mental

(adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya

kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang. Ketiga, kelemahan

emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri, tercekam

rasa takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi. Keempat, kelemahan

yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan

minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak

mengikuti pelajaran.

b. Faktor Eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu

berasal dari:

1) Sekolah, antara lain:

- Sifat kurikulum yang kurang fleksibel

- Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)

- Metode mengajar yang kurang memadai

- Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 7

Page 8: Masalah masalah belajar

2) Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan adalah hal-hal yang tidak menguntungkan yang

dapat menganggu perkembangan mental anak, baik yang terjadi di dalam

keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Gangguan tersebut mungkin

berupa kepedihan hati, tekanan keluarga, dan kesalahan pola asuh yang diterapkan

kepada anak. Meskipun faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kesulitan belajar,

tetapi bukan merupakan satu-satunya faktor terjadinya kesulitan belajar tersebut.

Namun, yang pasti faktor tersebut dapat menganggu ingatan dan daya kosentrasi

anak. Berdasarkan pengalaman dapat ditarik pelajaran bahwa lingkungan yang

tidak menguntungkan dapat mempengaruhi proses belajar siswa.

Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru.

Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan

suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat

menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan

keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang

memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-

muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif.

Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang

menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan

akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar

sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus

benar-benar memperhatikan peserta didiknya.

Menurut Belmon dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil

penelitiannya, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang banyak jumlah

anak, mempunyai keterampilan intelektual lebih rendah daripada anak-anak yang

berasal dari keluarga yang jumlah anaknya sedikit.

Mengidentifikasi murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar

murid yang mengalami masalah belajar, dapat diidentifikasi melalui tes hasil

belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 8

Page 9: Masalah masalah belajar

2. Membantu Mengatasi Masalah Kesulitan Belajar

Hal ini dapat dilakukan melalui cara-cara:

a. Berikan perintah yang terperinci. Karena anak-anak ini memiliki kesulitan

dalam belajar, guru perlu mengulang atau memberikan perintah baru ketika

tahap pelajaran berikutnya dimulai. Contohnya: daripada membacakan

serangkaian perintah yang harus ditaati, berikan satu atau dua perintah pada

saat yang sama. Pada saat anak sudah menyelesaikannya, berikan perintah

tambahan.

b. Gunakan semua indera Anda pada saat mengajar. Jika memungkinkan,

tanyakan kepada orang tua atau guru lainnya, indera mana yang potensial bagi

anak untuk dapat belajar dengan maksimal. Jika anak dapat belajar dengan

maksimal melalui penglihatan mereka, berikan kesempatan besar bagi anak

untuk mengalaminya melalui media penglihatan. Tekankan perintah Anda

dengan menggunakan indera lainnya.

c. Pastikan bahwa Anda mengajarkan ide pokok dari pelajaran Anda. Murid yang

mengalami kesulitan belajar ini bisa memberi rincian dari pelajaran Anda,

meskipun mungkin mereka tidak tahu apa inti dari pelajaran itu.

d. Sebisa mungkin jangan ada gangguan di dalam kelas karena anak-anak ini

mudah terganggu. Gambar-gambar, mainan, atau barang-barang yang tidak

diperlukan sangat berpeluang untuk menganggu mereka.

e. Sampaikan pelajaran dengan menggunakan contoh-contoh konkret. Anak yang

mengalami kesulitan dalam belajar akan memahami maknanya jika dia dapat

melihat dan merasakan apa yang Anda jelaskan. Contohnya, pada saat sesi

cerita Alkitab, berceritalah sambil menunjukkan benda-benda yang

berhubungan dengan cerita tersebut. Doronglah anak-anak untuk

membayangkan bagaimana mereka melakukannya dalam kegiatan mereka

sehari-hari.

f. Perhatikan jika mungkin beberapa anak yang mengalami kesulitan dalam

belajar ini terlihat sangat aktif atau bahkan terlalu aktif. Mereka memiliki

rentang perhatian yang rendah untuk melakukan hal yang sama terus-

menerus. Berusahalah supaya anak ini terus berada di dekat Anda. Kontak

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 9

Page 10: Masalah masalah belajar

fisik seperti merangkul atau memegang pundak bisa meningkatkan perhatian

mereka.

C. Masalah Kesulitan Siswa Memahami Teks dan Cara Mengatasinya

1. Penyebab Kesulitan Memahami Teks

Laju perkembangan teknologi, eskalasi gobal, dan berbagai bentuk

perubahan yang sedemikian cepatnya telah mengakibatkan perubahan-perubahan

dramatis di bidang informasi di berbagai negara maju maupun negara

berkembang. Informasi disajikan sedemikian rupa, baik melalui media elektronik

maupun berbagai bahan bacaan. Bahkan berbagai bahan bacaan tidak saja

disajikan dalam bentuk buku, majalah, atau media cetak lainnya, melainkan juga

sudah dikemas dalam situs-situs internet. Sejak dari bacaan majalah ringan,

harian, ilmiah populer, dan bahkan sampai jurnal ilmiah nasional maupun

internasional tersaji di sana. Sedemikian pesatnya perkembangan bahan bacaan itu

tentunya menuntut kemampuan seseorang untuk memahami teks bacaan tersebut

agar dapat menyerap informasi-informasi penting yang terkandung di dalamnya.

Sayangnya, tidak sedikit temuan penelitian yang menunjukkan bahwa

kemampuan membaca dan memahami teks pada anak-anak sekolah di berbagai

negara berkembang masih sangat rendah (Ogle dalam Mohammad Asrori, 2008).

Penelitian Gutrie (1999) yang dilakukan terhadap anak-anak Sekolah Dasar dan

Sekolah Menengah di negara-negara Asia-Pasifik dan Asia Tenggara

menunjukkan rendahnya kemampuan membaca dan memahami teks tersebut;

kemampuan mereka tidak melaampaui 37,50%. Temuan penelitian ini tentunya

termasuk di dalamnya anak-anak Sekolah Dasar di Indonesia. Padahal,

kemampuan membaca dan memahami teks pada anak-anak Sekolah Dasar

merupakan sarana yang sangat mendasar dan penting bagi perkembangan di masa

mendatang untuk memburu, menyerap, dan memanfaatkan informasi guna

pengembangan ilmu dan teknologi ketika kelak mereka sudah mencapai tingkat

pendidikan yang lebih tinggi Bransford (1993). Untuk itu, peningkatan

kemampuan memahami teks sejak dini, yakni sejak masih duduk di bangku

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 10

Page 11: Masalah masalah belajar

Sekolah Dasar, menjadi suatu keharusan bagi proses pembelajaran di dalam

sistem pendidikan kita.

2. Cara Mengatasi Kesulitan Memahami Teks Bacaan

Model pembelajaran yang diperkenalkan untuk mengatasi kesulitan

memahami teks adalah “Model Pembelajaran K-W-L” (K-W-L Teaching

Model)”.

Prosedur dalam model pembelajaran K-W-L ini dinamakan dengan “three

step procedures” karena di dalamnya mengandung tiga tahap proses kognitif

dasar: (1) penilaian tentang “Apa yang Saya Ketahui” (What I Know (K); (2)

menentukan tentang “Apa yang Saya Ingin Pelajari” (What I Want to Learn (W);

dan (3) memanggil kembali “Apa yang Telah Saya Pelajari” (What I did Learn (L)

sebagai hasil dari suatu bacaan. Untuk memfasilitasi proses kelompok dan untuk

mengkonkritkan tahap-tahap tersebut pada siswa, Ogle dalam Mohammad Asrori

(2008) telah mengembangkan suatu lembar-lembar kerja yang dapat digunakan

oleh setiap siswa selama proses berpikir dalam membaca. Lembar-kerja tersebut

sebagaimana tertera pada Tabel:

1. “Apa yang Saya

Ketahui” (“K” : What

we Know)

“Apa yang Ingin Saya

Ketahui” (“W”: What

we Want to Find Out)

“Apa yang Telah Saya

Pelajari dan Masih Perlu

Saya Pelajari” (“L”:

What we Learned and

Still Need to Learn)

2. Kategori Informasi yang Saya Gunakan:

A. E.

B. F.

C. G.

D. H.

Dua langkah pertama dari proses tersebut adalah guru beserta siswa

terlibat aktif dalam diskusi secara lisan yang diikuti dengan respons pribadi siswa

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 11

Page 12: Masalah masalah belajar

yang dituangkan ke dalam lembar kerja. Pada langkah ketiga, siswa dapat mengisi

bagian “What I Learned” mengenai apa yang telah mereka baca atau kerjakan

segera setelah menyelesaikan bacaan suatu artikel atau teks. Pada langkah ini,

diskusi juga dapat dilakukan terhadap respons-respons individual siswa tersebut.

Jika teks bacaannya panjang, maka guru dapat merefleksikannya bersama

siswa secara bagian demi bagian, mengkaji ulang apa yang telah dipelajari, dan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memberikan arah terhadap bacaan atau

teks berikutnya.

1) Langkah K (What I “Know”)

Langkah ini merupakan langkah awal atau langkah pembukaan. Pada

langkah ini, menurut Ogle dalam Mohammad Asrori (2008) ada dua tahapan

untuk melakukan penilaian terhadap pengetahuan awal atau bekal awal siswa.

Langkah pertama, melakukan brainstorming (curah pendapat) mengenai

apa yang telah diketahui oleh para siswa berkenaan dengan topik atau teks yang

akan dibacanya. Selama proses pada langkah ini, peranan guru adalah mencatat di

papan tulis atau di plastik transparan OHP mengenai apa saja pendapat atau

pikiran-pikiran yang secara sukarela diajukan oleh para siswa berkenaan dengan

topik atau teks yang mereka baca. Kegiatan penting yang harus dilakukan guru di

sini adalah mencari dan memilih konsep-konsep kunci dari proses curah pendapat

tadi yang secara spesifik dipandang dapat mengantarkan pengetahuan siswa

kepada topik atau teks yang akan mereka baca.

Sebagai contoh, suatu ketika kelas akan membaca dan memahmi teks

tentang “kura-kura laut”. Untuk itu, gunakanlah kata-kata yang secara spesifik

berkaitan langsung dengan “kura-kura laut” sebagai stimulus, dan jangan gunakan

kata-kata yang bersifat umum seperti: “Apa yang kalian ketahui tentang hewan-

hewan yang hidup di laut?”, atau “Sudah pernahkah kalian pergi ke laut?”, atau

“sudah pernahkah kalian melihat laut?”. Demikian juga pengalaman-pengalaman

menyenangkan yang pernah siswa alami di pantai tidak perlu digunakan karena

tidak akan efektif untuk menimbulkan schema yang tepat dalam pikiran siswa.

Langkah kedua, melibatkan siswa, melalui teks yang mereka baca, ke

dalam berpikir tentang kategori informasi yang lebih umum sebagaimana yang

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 12

Page 13: Masalah masalah belajar

mereka temukan ketika membaca teks. Dalam prosesnya, guru dapat mengatakan,

misalnya: “Sebelum kalian membaca artikel tentang kura-kura laut ini,

pikirkanlah sejenak, jenis-jenis informasi apa yang paling sesuai untuk

dimasukkan ke dalamnya? Perhatikanlah daftar informasi berikut ini yang

tentunya sudah kalian kenal dan ketahui, kemudian ambillah beberapa di

antaranya sehingga dapat membentuk suatu kategori informasi yang sifatnya

umum?”

Misalnya, guru mengatakan: “Saya melihat ada tiga informasi yang

berbeda tentang bagaimana cara kura-kura melihat sesuatu. Deskripsi tentang cara

kura-kura melihat merupakan satu kategori informasi yang saya harapkan akan

masuk dalam teks bacaan ini.” (Di sini kemudian para siswa mencatat deskripsi

kategori tersebut, misalnya, dengan judul kategori informasi. “Cara Kura-kura

Laut Melihat Sesuatu?”). selanjutnya, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa;

“Dapatkah kalian menemukan kategori lain dari informasi yang telah saya

kemukakan tadi? Coba kalian deskripsikan lagi?.

Setelah diberikan beberapa contoh kategori informasi secara lisan, para

siswa memikirkan kembali kategori apa lagi yang dapat ditambahkan dan

kemudian ditulis dalam daftar kategori yang telah diberi judul tadi. Jika ternyata

mereka masih tidak dapat melakukannya, ada cara bagi guru untuk mendiagnosis

tentang kesiapan siswa memasuki tingkat berpikir seperti ini, dengan memberikan

teks bacaan lain yang hampir sama tetapi lebih mudah guna menggali latar

belakang pengetahuan mereka. setelah itu, cobalah dilakukan langkah-langkah

sebagaimana yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian lanjutkan dengan

mengulang kembali teks utama yang sebelumnya siswa masih mengalami

kesulitan.

2) Langkah W (What do I “Want” to Learn?)

Sebagian besar kegiatan dalam “Langkah W” ini dilakukan dalam kegiatan

kelompok, tetapi sebelum siswa mulai membaca teks, tiap-tiap siswa harus

menulis di lembar kerja mereka mengenai pertanyaan-pertanyaan spesifik yang

dipandang paling menarik yang akan dicari jawabannya dalam teks atau diskusi.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 13

Page 14: Masalah masalah belajar

Dengan cara ini, masing-masing siswa dapat mengembangkan komitmen pribadi

yang akan membimbing mereka dalam membaca teks.

Jika tiap-tiap siswa sudah memfokuskan pada topik bacaan dalam teks,

maka kegiatan membaca oleh siswa dapat segera dimulai. Namun, jika teks yang

akan dibaca merupakan suatu artikel panjang atau tidak mengikuti suatu pola

dasar artikel pada umumnya sehingga dapat membingungkan siswa, maka akan

sangat berguna jika guru membahasnya lebih dahulu guna melihat kesesuaian

antara harapan siswa dengan konstruksi artikel yang akan mereka baca.

Selanjutnya, bagian-bagian yang sulit dan tidak jelas dapat dicatat untuk

kemudian dijelaskan kepada siswa.

3) Langkah L (What I “Learn”)

Setelah selesai membaca suatu artikel, arahkan para siswa untuk menulis

tentang apa yang telah mereka pelajari dari bacaan tersebut. Guru hendaknya

mengecek apakah mereka sudah merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk

mengetahui sejauh mana artikel yang dibacanya berkenaan dengan minat mereka.

Jika tidak, anjurkan ke bacaan selanjutnya untuk memenuhi keingintahuan siswa.

Dengan cara ini, guru dapat mengetahui dengan jelas tentang prioritas yang ingin

mereka pelajari.

Setiap siswa yang telah telah membaca teks harus diberikan kesempatan

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskannya sendiri.

Dengan merumuskan pertanyaan-pertanyaan spesifik berkenaan dengan teks yang

telah mereka baca, siswa juga dapat memberikan penilaian secara lebih baik

tentang variasi yang terkandung di dalam artikel yang berbeda-beda yang telah

mereka baca. Selain itu, cara seperti ini sangat baik bagi siswa mengembangkan

kesadaran lebih kritis tentang keterbatasan interaksi antara penulis dengan

pembaca. Cara ini dikatakan oleh Nelson dalam Mohammad Asrori (2008)

sebagai “this is what reading is really about”.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 14

Page 15: Masalah masalah belajar

D. Masalah Membaca Cepat dan Cara Mengatasinya

Metode membaca cepat memberi banyak keuntungan bagi setiap orang.

Dengan membaca cepat kita bisa mengetahui seluruh isi buku dalam waktu yang

singkat. Hal ini sangat menguntungkan bagi kita yang memerlukan banyak

informasi, namun tidak memiliki waktu yang banyak untuk membaca. Untuk bisa

membaca cepat, ada teknik-teknik khusus yang harus dikuasai. Memang tidak

semua orang akan langsung mahir untuk membaca cepat. Keterampilan ini

membutuhkan latihan yang mungkin bisa sampai berulang-ulang agar seseorang

dapat menguasai teknik-teknik yang tepat dalam membaca cepat. Latihan-latihan

ini dipandang penting untuk dilakukan karena biasanya seseorang yang baru

pertama kali belajar membaca cepat akan menemui beberapa masalah yang bisa

menjadi penghambat dalam membaca cepat.

1. Penyebab Kesulitan dalam Membaca Cepat

Kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki seseorang dalam membaca pun secara

tidak sadar bisa menjadi penghambat untuk bisa membaca dengan cepat.

Kebiasaan-kebiasaan yang biasanya sudah dimiliki selama bertahun-tahun ini di

antaranya:

1) Vokalisasi atau berguman ketika membaca

2) Membaca dengan menggerakkan bibir namun tidak bersuara (komat-kamit)

3) Kepala yang bergerak searah dengan arah tulisan yang dibaca

4) Jari-jari tangan yang selalu menunjuk tulisan yang dibaca

5) Gerakan mata yang selalu kembali ke kata-kata sebelumnya atau mengulang

membaca kalimat dari depan.

Kebiasaan-kebiasaan ini menjadi penghambat karena kecepatan membaca,

melakukan gerakan, dan bersuara tidaklah sama. Melakukan suatu gerakan

maupun bersuara pada waktu membaca membutuhkan waktu yang lebih banyak

daripada membaca tulisan. Demikian pula dengan membaca dalam hati. Dengan

membaca dalam hati, kita cenderung memperhatikan pelafalan, bukan makna

yang terkandung dalam bacaan tersebut.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 15

Page 16: Masalah masalah belajar

Untuk mengatasi masalah-masalah ini, usahakan untuk mencegah bibir,

jari-jari tangan, dan kepala untuk bergerak pada saat membaca. Cara

pencegahannya bisa dengan mengatupkan bibir, memasukkan tangan ke dalam

saku atau memegangi kepala pada waktu membaca. Sedangkan untuk

menghindari supaya tidak bersuara pada waktu membaca adalah dengan

merasakan getaran suara di leher. Dengan meletakkan tangan di leher, akan

diketahui apakah kita bersuara atau tidak. Membaca dalam hati memang tidak bisa

dicegah, tetapi usahakan supaya tidak memperhatikan pelafalannya.

Selain masalah-masalah yang tersebut di atas, ada beberapa masalah lain

yang berkaitan dengan materi bacaan yang kita baca, misalnya:

1) Kepadatan dan beragamnya informasi yang disajikan oleh bacaan, misalnya

seperti yang terdapat pada koran dan majalah;

2) Bentuk kalimat yang formal, kaku, dan bahasa yang susah dipahami serta

berbelit-belit, misalnya seperti dalam korespondensi, perundang-undangan;

3) Baik buruknya tulisan, jika ditulis tangan;

4) Format, susunan kalimat yang tidak baik dan jumlah halaman yang banyak,

misalnya seperti dalam laporan-laporan;

5) Faktor teknis, jika dalam e-mail dan teleteks;

6) Terlalu panjang dan detail, misalnya dalam perincian dan laporan keuangan

yang sebagian besar berupa angka.

2. Cara Mengatasi Kesulitan Membaca Cepat

Berikut ini ada beberapa langkah yang bisa digunakan untuk membantu

mengatasi masalah-malasah dalam membaca cepat.

1) Miliki kosakata yang banyak

Jika saat ini Anda masih memiliki kosakata yang terbatas, ada cara-cara

yang bisa ditempuh untuk mengatasinya, yaitu dengan menyiapkan catatan kata-

kata baru yang belum Anda ketahui. Setelah itu, carilah artinya DI dalam kamus.

Perbendaharaan kata yang banyak sangat membantu dalam memahami suatu

bacaan.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 16

Page 17: Masalah masalah belajar

2) Sikap tubuh

Membaca cepat memang memerlukan konsentrasi yang tinggi. Tidak

jarang pembaca justru berada dalam posisi tegang. Kondisi yang seperti ini justru

menjadi penghambat. Untuk itu, ambilah posisi santai saat membaca.

3) Membaca sepintas lalu

Dengan membaca sepintas lalu, Anda bisa mengantisipasi hal-hal yang

mungkin terjadi.

4) Konsentrasi

Konsentrasi yang penuh menghindarkan Anda dari melamun atau pikiran

yang melayang-layang. Kesulitan dalam berkonsentrasi menunjukkan kecepatan

membaca yang rendah. Untuk itu, usahakan agar selalu berkonsentrasi ketika

membaca cepat.

5) Retensi (mengingat kembali informasi dari bacaan)

Mengingat kembali informasi yang baru saja Anda baca bisa dilakukan

dengan beberapa cara, misalnya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan,

diskusi, maupun menulis kembali informasi yang sudah diterima.

6) Tujuan yang jelas

Dengan menentukan tujuan dari membaca, Anda akan mengetahui apakah

bacaan tersebut sesuai dengan kebutuhan Anda atau seperti yang Anda inginkan.

7) Motivasi

Motivasi yang jelas dalam membaca akan mempengaruhi tingkat

pemahaman bacaan. Jika Anda sudah memiliki motivasi yang jelas dalam

membaca suatu bacaan. Anda akan lebih mudah menyerap informasi dalam

bacaan tersebut. Untuk itu, tumbuhkanlah motivasi dalam membaca.

Dari uraian di atas akan semakin jelas bahwa membaca cepat sangat

penting untuk dikuasai dan dilakukan. Dengan membaca cepat siswa dapat

memperoleh informasi sebanyak mungkin dari isi buku tanpa harus menghabiskan

waktu berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Kendala dalam membaca cepat

sangat mungkin terjadi sehingga siswa memerlukan latihan-latihan supaya dapat

menguasai teknik-teknik membaca cepat tersebut. Selain itu, peningkatan

konsentrasi, motivasi yang tinggi, dan kejelasan tujuan membaca juga merupakan

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 17

Page 18: Masalah masalah belajar

faktor-faktor yang sangat penting untuk bisa memiliki kemampuan membaca

cepat.

E. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.

Ciri-ciri anak yang mengalami Disleksia:

1) Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional

2) Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata.

3) Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi

sebuah kata.

4) Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Bahkan mungkin anak

akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan.

5) Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Anak bingung

menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti “b & d”, “u

& n”, “m & n”.

6) Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah dihalaman

lainnya.

7) Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca.

8) Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata. Misal. “ratu”

menjadi “taru”, atau “kucing duduk di atas meja” menjadi “meja duduk di

atas kucing”.

9) Rancu dengan kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi.

10) Bingung menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis.

11) Lupa mencantumkan huruf besar atau mencantumkannya di tempat salah.

12) Lupa meletakkan titik dan tanda-tanda baca lainnya.

13) Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik.

14) Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak

stabil, kadang naik, kadang turun.

15) Menempatkan paragraf secara keliru.

Walaupun mengalami kesulitan-kesulitan tersebut di atas, anak yang

mengalami gangguan disleksia sebetulnya mempunyai kelebihan. Mereka

biasanya sangat baik di bidang musik, seni, grafis dan aktivitas-aktivitas kreatif

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 18

Page 19: Masalah masalah belajar

lainnya. Cara berpikir adalah dengan gambar, tidak dengan huruf, angka, simbol

atau kalimat. Mereka juga baik dalam menghafal dan mengingat informasi.

Kesulitan mereka adalah dalam menyatukan informasi-informasi yang ada dan

mengolah informasi tersebut dengan kata-kata atau kalimat yang tepat.

Cara mengatasi Disleksia:

1) Teknik permainan tiba-tiba

Permainan tiba-tiba merupakan teknik permainan tidak terencana tapi

mengasyikan karena mengajari anak bicara dari apa yang menarik perhatiannya

saat itu. Misalnya, anak tertarik pada kaleng bekas yang kebetulan tergeletak di

lantai. Lantas, anak mengambil, membuka dan menutup kaleng tersebut.

Kesempatan ini dapat digunakan oleh guru untuk mengajari konsep tentang

“buka” dan “tutup”. Caranya, guru menutup kaleng sambil mengatakan , “tutup”.

Lantas penutup kaleng kaleng tersebut diberikan kepada anak. Kemudian meminta

anak untuk mengikuti apa yang dilakukan sebelumnya. Atau, bisa juga

menggunakan kaleng lain, agar guru dan anak melakukan permainan ini secara

bersamaan.

2) Lomba menamai benda

Untuk mempraktikan cara ini, guru membutuhkan gambar-gambar yang

sudah dikenal anak untuk kemudian dinamai anak. Misalnya: gambar kucing,

kelinci, burung, topi, sepatu, apel, gajah. Gambar-gambar tersebut dicari yang

menarik dari segi warnanya; dapat dipotong dari majalah bekas. Tempelkan

gambar pada karton berukuran kartu pos dan dibuat sedemikian menarik,

kemudian tempelkan pada dinding ruang belajar. Selanjutnya, adakanlah lomba

dengan instruksi yang sederhana pada anak. Contoh instruksi: “Anak-anak

sekarang lari, pegang gambar kucing, kemudian sebutkan kata “kucing”. Setelah

instruksi diberikan, guru berlari bersama anak-anak untuk memegang gambar

kucing sambil berteriak, “kucing”. Permainan ini dapat juga dikembangkan

dengan menyebutkan dua kata, seperti, “kucing hitam, kucing belang, atau kucing

merah,” dan sebagainya.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 19

Page 20: Masalah masalah belajar

3) Lagu atau nyanyian

Menyanyikan lagu merupakan cara menyenangkan untuk mengembangkan

kemampuan verbal anak karena pada umumnya anak-anak suka sekali bernyanyi.

Melalui bernyanyi anak dapat belajar mengucapkan lirik lagu tersebut satu

persatu.

Mengajari anak bernyanyi sebaiknya dimulai dari lagu yang sederhana dan

liriknya pendek. Pilihlah lagu sederhana yang disukai anak. Misalnya: “Balonku

Ada Lima,” “Aku Punya Anjing Kecil”, atau lagu-lagu lainnya, yang biasa

didengarkan anak. Agar menarik perhatian anak, lagu yang sudah sering didengar

dan dihafal oleh anak bisa diubah sedikit liriknya, tetapi tepat dengan cara yang

menarik. Misalnya: lagu “Aku Punya Anjing Kecil” diganti menjadi: “Aku Punya

Kucing Kecil.” Sehingga liriknya pun berubah.

4) Menonton Televisi

Ada beberapa hal penting yang harus diperhatiakan dalam membantu anak

mengatasi kemampuan verbal melalui TV, yaitu: Pertama, sebelum mengajarkan

anak berbicara melalui nonton TV, kenalilah film apa yang menjadi kesukaan

anak, misalnya: flim “Dora, Naruto, Teletubbies, atau Doraemon”. Kedua,

pahami betul sejauhmana kemampuan anak dalam mengenal konsep, seperti

warna, bentuk, jumlah, benda, dan sejenisnya. Ini sangat membantu guru saat

meminta anak menceritakan apa yang telah ditonton. Misalnya: “Baju Lala

warnanya apa?”, siapa yang naik motor?” dan sebagainya.

5) Permainan Berpura-pura (Role Play)

Permainan berpura-pura merupakan teknik untuk mengembangkan

kemampuan verbal anak melalui skenario pendek yang dibuat oleh guru dari

permainan yang dipilih. Jadi, semacam teknik bermain peran. Oleh sebab itu, guru

dituntut harus mampu membuat skenario pendek. Skenario ini sesungguhnya tidak

sulit karena skenario pendek dan diperkirakan pada umumnya guru mampu

membuatnya sendiri. Misalnya: “Pura-pura jadi dokter”. Di sini guru harus

membuat skenario antara seorang dokter dengan pasiennya. Dalam permainan ini,

bisa saja gurunya menjadi dokter dan anak menjadi pasien. Berikut ini adalah

contoh sederhana skenario permainan: “Pura-Pura Jadi Dokter”.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 20

Page 21: Masalah masalah belajar

Suasana : Dokter sedang duduk di ruang kerjanya dengan alat

dokternya yang ditaruh di atas meja. Di samping meja

ada sebuah tikar untuk digunakan pasien berbaring.

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.

Pasien : “Selamat pagi, dokter”

Dokter : “Selamat pagi. Silakan duuk”.

Pasien : (Duduk di hadapan dokter) “Dokter, saya pusing

sekali”.

Dokter : “Coba saya periksa dulu” (dokter membimbing pasien

tidur di atas tikar yang telah disiapkan. Kemudian ,

memeriksa suhu tubuh dan kepala pasien yang sakit.

Setelah diperiksa, dokter mengajak pasiennya duduk

kembali.)

Dokter : “Wah, ibu terkena flu ini. Saya akan memberikan obat

untuk diminum.”

Pasien : “Terima kasih, dokter”.

Untuk membantu anak agar lancar dalam bermain, sebaiknya sebelum

permainan dilakukan, ajari anak menghafal dialog yang diminta. Bila dengan

skenario pendek itu anak sudah mampu mengikuti permainan dengan baik, maka

skenario berikutnya dapat dibuat lebih panjang lagi. Selain itu, anak juga boleh

bertukar peran dalam kesempatan yang berbeda. Misalnya: gantian anak yang

berperan menjadi dokter, sedangkan guru yang menjadi pasien.

F. Diskalkulia (dyscalculia), yakni kesulitan belajar matematika

Berikut ini adalah beberapa pemikiran untuk mengurangi ketakutan atau

persepsi negatif terhadap matematika menurut Mohammad Asrori (2008);

1) Buatlah Pembelajaran Matematika yang Berorientasi Dunia Sekitar Siswa

Teknik ini sering dikenal dengan istilah “Realistic Mathematics

Education’ (RME). RME dilakukan dengan mengaitkan dan melibatkan

lingkungan sekitar siswa, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa dalam

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 21

Page 22: Masalah masalah belajar

kehidupan sehari-hari, dan menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa.

Dengan pendekatan RME siswa tidak hanya dibawa ke dunia nyata melainkan

juga berhubungan langsung dengan masalah situasi nyata yang ada dalam pikiran

siswa. Jadi siswa diajak berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang sering

dialami dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara demikian, matematika

bukanlah sesuatu yang abstrak, melainkan menjadi sesuatu yang nyata sehingga

dapat memudahkan siswa untuk memecahkannya.

2) Berikan Siswa Kebebasan Bergerak

Kalau pembelajaran matematika selama ini selalu dilaksanakan di ruang

kelas sehingga siswa kurang bergerak, cobalah strategi pembelajaran yang

memungkinkan siswa berhubungan langsung dengan kehidupan dan lingkungan

sekitar sekolah dan sekaligus menggunakannya sebagai sumber belajar. Strategi

pembelajaran semacam ini dikenal dengan istilah “Out door mathematics”.

Sesungguhnya, banyak hal di luar sekolah yang dapat dijadikan sumber belajar

matematika. Pilihlah topik yang sesuai dengan materi pelajaran yang sedang

dipelajari, misalnya: mengukur tinggi pohon, mengukur lebar pohon, atau

mengukur tinggi layang-layang. Dengan cara seperti ini, matematika akan lebih

menarik bagi siswa.

3) Tuntaskanlah dalam Mengajar

Sesungguhnya lebih baik siswa mempelajari sedikit materi sampai tuntas

daripada belajar banyak namun dangkal. Seringkali guru dihadapkan pada

sejumlah besar tuntutan pencapaian target kurikulum dan tuntutan target daya

serap, namun dengan alokasi waktu yang terbatas. Oleh karena itu, guru harus

memberanikan diri menuntaskan siswa dalam belajar sebelum melanjutkan

kepada materi berikutnya. Ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan konsepsi

pada materi yang dipelajari yang akan berakibat pada kesulitan siswa untuk

mempelajari konsep-konsep materi berikutnya. Jika kesalahan konsep ini terjadi,

akan berakibat siswa mengalami kesulitan secara berkelanjutan sehingga

membangun persepsi atau bahkan keyakinan bahwa matematika memang sesuatu

yang sulit, menakutkan dan harus dijauhi.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 22

Page 23: Masalah masalah belajar

4) Belajar Sambil Bermain

Gejala umum selama ini, kebanyakan siswa merasakan bahwa belajar

matematika merupakan beban berat dan membosankan. Akibatnya, siswa kurang

termotivasi cepat bosan, cepat lelah, dan bahkan malas belajar matematika. Untuk

itu, ciptakanlah salah satu cara belajar sambil bermain, misalnya: memberikan

kuis atau teka-teki yang harus ditebak secara kelompok atau individu, membuat

puisi matematika dan mempresentasikan di depan kelas secara bergantian.

Memang cara ini sangat menuntut kreativitas guru untuk menciptakan permainan

yang menyenangkan. Jangan sampai tugas permainan matematika yang tujuannya

membuat siswa senang, tetapi akhirnya justru membebani siswa lagi. Kalau ini

yang terjadi, maka bukan permainan yang berkembang, tetapi tugas yang

memberatkan siswa.

5) Harmonisasi Hubungan Guru, Siswa, dan Orang Tua

Seringkali orang tua menyerahkan sepenuhnya mengenai kemajuan belajar

anaknya itu kepada sekolah. Apalagi, bagi orang tua yang sangat sibuk dan

kemudian menyekolahkan anaknya di sekolah favorit dengan membayar biaya

mahal. Seringkali terdengar kata-kata: “Saya menyekolahkan anak saya di sini

dengan membayar mahal itu kan supaya saya tidak lagi repot-repot mengurusi

belajar anak saya. Untuk apa saya bayar mahal-mahal kalau saya masih harus

memperhatikan belajar anak saya?” Keadaan seperti ini dan keinginan orang tua

seperti itu sebenarnya didasari atau tidak telah memperberat siswa dalam belajar.

Oleh karena itu, harmonisasi hubungan guru dengan siswa di sekolah, orang tua

dengan anak di rumah, dan orang tua dengan guru harus diciptakan dengan baik.

Orang tua memantau kesulitan belajar anaknya dengan cara berkonsultasi secara

rutin baik secara kedinasan maupun pribadi. Sebaliknya guru menginformasikan

perkembangan siswa yang sebenarnya kepada orang tua. Dengan cara demikian,

masalah kesulitan belajar matematika pada anak menjadi kerja bersama dan

tanggungjawab bersama antara anak, guru, dan orang tua.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 23

Page 24: Masalah masalah belajar

G. Gifted Children (Anak Berbakat) dan Kesulitan Belajarnya

Anak gifted pada mulanya sebagai anak yang memiliki skor IQ yang tinggi

dan mempunyai prestasi sekolah baik. Namun, belakangan permasalahan tersebut

menjadi lebih kompleks dengan munculnya hasil-hasil penelitian yang

menentukan adanya anak berkemampuan tinggi, tetapi juga mengalami kesulitan

dalam belajar (Brody & Mills dalam Mohammad Asrori, 2008). Adalah tidak

mudah untuk menjelaskan ciri-ciri tipikal anak-anak gifted yang sekaligus

mengalami kesulitan belajar (Gifted-Learning-Disabalities atau sering disingkat

G/LD) karena terdapat banyak tipe pada aspek berkemampuannya (giftedness) dan

sekaligus banyak pula kemungkinan aspek berketidakmampuannya (learning

disabilities). Kesulitan terbesar dalam mengidentifikasi adalah seringkali antara

ketidakmampuannya (disabilities) dan kemammpuannya (giftedness) itu saling

menutupi.

Secara umum, seorang anak gifted yang sekaligus memiliki

ketidakmampuan belajar ditandai dengan kelebihan luar biasa pada beberapa

aspek yang lain. Anak gifted yang sekaligus mengalami kesulitan belajar ini

secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori.

Pertama, anak-anak berbakat yang memiliki beberapa kesulitan dalam

belajar di sekolah dan sering dikatakan sebagai anak yang “underachiever”.

Kelompok anak semacam ini mudah teridentifikasi sebagai anak gifted atau

berbakat karena memiliki skor IQ yang tinggi, tetapi dalam perkembangan

selanjutnya terjadi kesenjangan yang besar antara kemampuan atau IQ yang

dimiliki dengan prestasi yang dicapai. Anak pada kelompok ini mungkin akan

mengejutkan dengan kemampuan verbal yang sangat bagus, sementara ia

mengalami kesulitan besar pada kemampuan menulis, apalagi kalau didikte.

Kadangkala anak kelompok ini amat pelupa, ceroboh, dan pola pikir serta tingkah

lakunya tak terorganisir dengan baik (disorganized), sehingga pada sekolah

lanjutan pertama yang tuntutannya sudah semakin tinggi menjadi mengalami

kesulitan untuk berprestasi. Mereka dapat mengatasi kesulitan dengan usaha

keras, namun kenyataannya banyak dari mereka tidak tahu cara untuk

mengatasinya, karena terlanjur dikategorikan sebagai anak berkemampuan tinggi.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 24

Page 25: Masalah masalah belajar

Kedua, anak-anak yang teridentifikasi dan diketahui berkesulitan belajar,

tetapi tidak pernah terindentifikasi sebagai anak gifted. Ketidaktepatan

pengukuran atau tertekannya skor IQ sering menyebabkan dugaan yang keliru

terhadap kemampuan intelektualnya. Jika bakat yang luar biasa tidak diketahui,

maka kelebihan-kelebihannya tidak pernah menjadi fokus dalam pendidikannya

sehingga tidak pernah teraktualisasikan.

Ketiga, anak yang tidak teridentifikasi sebagai anak berbakat maupun

sebagai anak berkesulitan belajar. Mereka lebih nampak sebagai anak yang

berprestasi rata-rata. Kemampuan intelegensi yang tinggi seringkali membantu

kesulitan atau kelemahannya. Sebaliknya, kelemahannya juga menutupi

kelebihannya. Bakat yang dimiliki kemungkinan dapat berkembang bila

terstimulasi oleh situasi kelas yang diajar oleh guru yang menggunakan metode

belajar yang bervariasi, kreatif, dan menantang.

Keempat, ini mungkin kelompok besar. Mereka berprestasi pada level

yang tidak menguntungkan yakni jauh di bawah potensi atau keterbakatan yang

dimilikinya (Baum, 1990; Broudy & Mills, 1997).

1. Karakteristik Anak Gifted yang Mengalami Kesulitan Belajar

Anak gifted yang berkesulitan belajar ini adalah suatu tipikal siswa yang

seringkali dikarakteristikkan sebagai anak yang cerdas, tapi bermasalah di

sekolah. Mereka sering mengalami perasaan frustasi, bertindak ceroboh, dan

sering tidak mampu menyelesaikan tugas. Mereka juga sering membuat suasana

kelas menjadi terganggu. Sementara di bidang lain, mereka mampu menampilkan

diri sebagai anak berkemampuan tinggi. Misalnya, mereka sangat pandai dalam

berpikir abstrak (Baum, 1984), dapat mengkonseptualisasikan sesuatu dengan

cepat, mampu melakukan generalisasi dengan mudah, mampu membuat inferensi

dengan tepat, dan menyukai tantangan untuk memecahkan suatu problem (Barton

& Stanes, 1989). Biasanya hobi atau kesukaan mereka adalah hal-hal yang

membutuhkan motivasi, tantangan dan perlu pemikiran yang kreatif.

Silverman, direktur pusat studi anak berbakat di Denver, mengatakan

bahwa anak-anak dengan keistimewaan ganda ini mempunyai karakter yang unik,

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 25

Page 26: Masalah masalah belajar

mereka seringkali disebut visual-spatial learners dan memiliki long-term memory

yang sangat bagus, yang membutuhkan metode diagnosis dan pengajaran yang

berbeda. Mereka juga anak yang sangat sensitif dengan sikap guru.

Anak gifted yang berkesulitan belajar ini memandang dirinya sebagai anak

yang tidak mampu di bidang akademik, sehingga meningkatkan motivasi untuk

menolak tugas-tugas sekolah. Anak dengan keistimewaan ganda ini sering merasa

malu dan memandang bahwa dirinya tidak mampu bersekolah. Inilah yang

mematahkan semangat mereka. Tidak jarang dari mereka meneruskan perasaan

tentang kegagalan ini di sekolah, sementara di rumah ia mampu belajar dan

berkarya. Mereka sering memiliki konsep diri yang negatif dan merasa bahwa

sesungguhnya dirinya tidak sama dengan teman sebayanya.

2. Kesalahan Diagnosis

Kesalahan diagnosis terhadap anak gifted sangat mungkin terjadi. Mereka

seringkali tidak didiagnosis oleh guru, dokter atau psikolog sebagai anak berbakat

tinggi, mereka justru banyak didiagnosis sebagai anak autis ringan, Attention

Deficit Hiperactive Disorder/Attention Deficit Disorder (ADHD/ADD), disleksia,

kelambanan mental, atau gangguan perkembangan lainnya. Ini disebabkan anak

gifted seringkali mempunyai karakteristik yang berpotensi untuk berperilaku

yang menurut pandangan orang pada umumnya dipandang “negatif”. Ini terutama

terjadi pada anak gifted yang kemampuan kreativitasnya sangat tinggi. Persepsi

semacam ini karena mereka menunjukkan perilaku antara lain:

1) Overaktif secara fisik atau mental

2) Ceroboh dan sepele terhadap hal-hal yang dianggapnya tidak penting

3) Pelupa dan suka berhayal

4) Kurang tertarik pada hal-hal yang kecil

5) Penuntut

6) Temperamental dan berperilaku tergantung mood yang ada dalam dirinya

7) Tidak komunikatif, sinis, dan suka berargumentasi

8) Suka menanyakan aturan, otoritas, dan aturan moral yang umum

9) Kurang kooperatif dan suka menentang dominasi.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 26

Page 27: Masalah masalah belajar

Karena kecenderungan memiliki perilaku seperti itu, maka seringkali

anak-anak semacam ini dimasukkan ke dalam kategori anak-anak dengan

gangguan tertentu. Hingga tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan perlakuan

kurang menyenangkan dari guru-guru atau orangtua yang merasa terganggu oleh

perilaku mereka ini. Akibatnya, tidak jarang anak-anak berbakat tinggi (highly

gifted), terutama bagi mereka yang kreativitasnya sangat tinggi, menjadi memiliki

penghargaan-diri (self-esteem) dan konsep-diri (self-concept) yang rendah

sehingga mengalami kegagalan di sekolah.

3. Proses Pembelajaran yang Sesuai

Ada sejumlah faktor penting yang harus diperhatikan dalam

menyelenggarakan proses pembelajaran untuk anak gifted yang berkesulitan

belajar ini, yaitu:

1) Sangat penting memperhatikan perkembangan pada kemampuan yang

menonjol, minat dan kapasitas intelektual anak ini dalam merencanakan

proses pembelajarannya. Kesulitan belajar mereka agar tidak cenderung

menjadi permanen sudah seharusnya menjadi pertimbangan penting untuk

mengarahkan dan mendorong mereka memahami dan meningkatkan

kemampuan yang dimiliki. Jadi guru hendaklah mencari cara untuk

mengurangi kesulitan yang mereka alami dengan mengembangkan

kemampuan yang mereka miliki.

2) Program yang disediakan untuk mereka haruslah difokuskan pada hal-hal

yang menjadi kelemahan mereka. mereka harus dibimbing untuk memahami

kelemahan dan kelebihannya kemudian diarahkan untuk menyadari cara

yang tepat untuk mengurangi kesulitannya dalam belajar serta memupuk

keberbakatannya. Para guru dan orangtua harus membantu anak-anak ini

untuk membentuk konsep diri yang realistis dan sehat sehingga mereka

dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Mereka

harus disadarkan bahwa mereka dapat mengembangkan cara alternatif

dalam berpikir dan berkomunikasi serta dapat belajar sesuai dengan

kelebihan yang dimilikinya.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 27

Page 28: Masalah masalah belajar

3) Anak dengan keistimewaan ganda ini membutuhkan kurikulum yang tepat

yang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mereka akan pendidikan khusus

bagi kedua keistimewaan tersebut. Kebutuhan ini berhubungan dengan

keberbakatannya dan kelemahan atau kesulitannya yang spesifik. Jangan

sampai perlakukan-perlakuan yang diberikan justru mengahmbat

perkembangan dan pengekspresian keberbakatannya.

4. Peran Orang Tua dalam Proses Pembelajaran di Rumah

Orang tua adalah orang terdekat yang paling besar pengaruhnya terhadap

perkembangan anaknya. Marker dan Udall dalam Mohammad Asrori (2008)

memberikan beberapa alternatif yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk

membantu anaknya yang gifted dan sekaligus berkesulitan belajar, yaitu:

1) Orang tua harus menjadi pendorong yang efektif bagi anaknya. Oleh sebab

itu, orang tua juga harus mempelajari betul-betul keadaan anaknya.

2) Carilah orangtua yang juga memiliki anak gifted dan sekaligus berkesulitan

belajar agar bisa berbagi pengalaman. Dengan cara demikian diharapkan

akan memperoleh cara-cara yang tepat untuk menangani anak.

3) Jika ada, kunjungilah lembaga terdekat yang memiliki program pendidikan

khusus untuk anak gifted yang memiliki kesulitan belajar dan mintalah

bantuan kepada lembaga tersebut.

4) Carilah terapis atau psikolog yang cocok dengan anak.

5) Orang tua sebaiknya terlibat secara aktif dan proaktif selama proses terapi.

6) Orang tua harus berusaha dengan maksimal untuk meningkatkan

pemahaman akan kebutuhan anak agar bisa lebih mudah untuk menerima

beberapa hal yang kontradiksi pada diri anaknya. Orang tua kadang-kadang

merasa frustasi atau marah terhadap dirinya sendiri karena ada hal-hal yang

kontradiksi dalam dirinya.

7) Terimalah anak apa adanya dan kenali betul-betul kelebihan serta

kelemahannya.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 28

Page 29: Masalah masalah belajar

8) sediakan lingkungan yang penuh suasana kehangatan dan kasih sayang

kemudia lakukanlah komunikasi atau diskusi dengan topik yang menarik

bagi anak.

9) Sediakan permainan edukatif yang menarik bagi anak.

Masalah-Masalah dalam Belajar dan Cara Mengatasinya 29