keefektifan pembelajaran berdasarkan masalah terhadap peningkatan hasil belajar siswa

87
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI POKOK ALJABAR DAN ARITMATIKA SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP 7 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2005/ 2006 SKRIPSI Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nama : Heni Purwati NIM : 4101401039 Prodi : Pendidikan Matematika Jurusan : Matematika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006

Upload: 3vh13h43

Post on 27-Jun-2015

903 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI POKOK ALJABAR

DAN ARITMATIKA SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP 7

SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2005/ 2006

SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1

untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nama : Heni Purwati

NIM : 4101401039

Prodi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Matematika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2006

Page 2: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

ABSTRAK

Heni Purwati (4101401039), “Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial pada Siswa Kelas VII SMP 7 Semarang Tahun Pelajaran 2005/ 2006”. Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, fokus pembelajaran matematika di sekolah adalah penguasaan konsep dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah. Agar tujuan pembelajaran tercapai maka guru pelajaran matematika perlu memilih model pembelajaran yang tepat, salah satu model yang digunakan adalah model pembelajaran berdasarkan masalah yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi pokok aljabar dan aritmatika sosial. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode ekspositori? (2) Apakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan bekerjasama dapat ditumbuhkembangkan pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VII SMP 7 Semarang tahun Pelajaran 2005/ 2006?. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode ekspositori. (2) Untuk mengetahui apakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan bekerjasama dapat ditumbuhkembangkan pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VII Semester I SMP 7 Semarang tahun pelajaran 2005/ 2006. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 7 Semarang tahun pelajaran 2005/ 2006. Dengan teknik pengambilan sampel menggunakan cara cluster random sampling diambil sampel sebanyak 2 kelas yaitu siswa kelas VII A sebagai kelompok eksperimen yang dikenai model pembelajaran berdasarkan masalah dan siswa kelas VIIB sebagai kelompok kontrol yang dikenai metode pembelajaran ekspositori. Pada akhir pembelajaran kedua kelas sampel diberi tes akhir dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembedanya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumentasi, angket, observasi, dan tes. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas data hasil tes dari kedua kelompok tersebut diperoleh bahwa data kedua sampel normal dan homogen, sehingga untuk pengujian hipotesis digunakan uji t. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 1.685 sedangkan nilai ttabel = 1.67, oleh karena itu thitung > ttabel maka Ho ditolak dan hipotesis diterima. Jadi rata-rata hasil evaluasi pembelajaran pada kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah terus mengalami peningkatan, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran terus meningkat dan perubahan sikap siswa terhadap pembelajaran juga terus membaik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode ekspositori. Selain itu pembelajaran berdasarkan masalah juga dapat

Page 3: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

menumbuhkembangkan kemampuan siswa dalam bekerjasama dan memecahkan masalah pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VII SMP 7 Semarang tahun ajaran 2005/ 2006. Disarankan guru dapat terus mengembangkan pembelajaran berdasarkan masalah dan menerapkan pada materi pokok lain.

Page 4: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

PENGESAHAN

SKRIPSI

Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Pokok

Aljabar dan Aritmatika Sosial Pada Siswa Kelas VII SMP 7 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006

Skrirsi ini telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Semarang Hari : Rabu Tanggal : 22 Februari 2006

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris Drs. Kasmadi Imam S.,M.S Drs. Supriyono, M.Si NIP. 130781011 NIP. 130815345 Pembimbing Utama Penguji Utama Dr. ST. Budi Waluyo Drs. Suhito, M.PdNIP. 132046848 NIP. 130604210 Pembimbing Pendamping Anggota I Drs. Sugiarto Dr. ST. Budi Waluyo NIP. 130686732 NIP. 132046848 Anggota II Drs. Sugiarto NIP. 130686732

Page 5: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

MOTTO

1. Allah SWT tidak akan mengubah nasib kita apabila kita tidak

berusaha untuk mengubahnya.

2. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Alam

Nasyrah: 6).

3. Diantara pintu besar yang mendatangkan kebahagiaan adalah doa

kedua orang tua.

4. Bukan karena tidak tahu melainkan kemalasanlah yang menghambat

kemajuan.

PERSEMBAHAN:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu menyayangi dan mencintaiku, doa kalian selalu menyertai setiap langkahku.

2. Dek Puput yang selalu menemaniku dalam suka dan duka. 3. Rahayu, Asih, Ima, atas persahabatan dan kebersamaan yang tak

pernah terlupa. 4. Ika, Catur, Dimas, Mas2 Q yang selalu memberikan dorongan dalam

menyelesaikan skripsi. 5. Teman-teman KKN desa Batukali, Sari, Ida, Naomi, Andy, Ulfa,

Wi2k, Ning, Ardi, Arif. Tetap SEMANGAT. 6. Teman-teman Pend. Mat’01 atas kebersamaannya selama ini.

Page 6: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan

karunia-Nya, serta kemudahan dan kelapangan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN

BERDASARKAN MASALAH TERHADAP PENINGKATAN HASIL

BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA

MATERI POKOK ALJABAR DAN ARITMATIKA SOSIAL PADA SISWA

KELAS VII SMP 7 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2005/ 2006”

Penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. A. T. Soegito, S. H., M. M., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Kasmadi Imam S., M. S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Supriyono, M. Si., Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. ST. Budi Waluyo, Dosen pembimbing utama yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

5. Drs. Sugiarto, Dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

6. Dra. Roch Mulyati, M.Si., Kepala SMP 7 Semarang yang telah memberikan

ijin penelitian.

7. Subawa, S.Pd., Guru matematika kelas VII SMP 7 Semarang yang telah

membantu terlaksananya penelitian ini.

Page 7: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

8. Siswa-siswi kelas VII SMP 7 Semarang tahun ajaran 2005/ 2006 atas

ketersediaanya menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini.

9. Bapak dan Ibu guru SMP 7 Semarang atas segala bantuan yang diberikan.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum

sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi

pembaca yang budiman.

Semarang, 2006

Penulis

Page 8: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................................... ii

PENGESAHAN ......................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DARTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Penegasan Istilah ........................................................................ 5

D. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 7

E. Sistematika Penulisan Skripsi ..................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ........................................ 10

A. Landasan Teori............................................................................ 10

1. Belajar dan Pembelajaran...................................................... 10

2. Pemecahan Masalah.............................................................. 13

3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah ..................................... 16

4. Metode Ekspositori ............................................................... 23

5. Soal Cerita............................................................................. 24

6. Aritmatika Sosial................................................................... 25

Page 9: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

B. Kerangka Berpikir....................................................................... 33

C. Hipotesis...................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 35

A. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 35

B. Variabel Penelitian ...................................................................... 35

C. Desain Penelitian......................................................................... 36

D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 36

E. Instrumen Penelitian ................................................................... 37

F. Metode Analisis Data.................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................... 53

A. Hasil Penelitian ........................................................................... 53

B. Pembahasan................................................................................. 61

BAB V PENUTUP................................................................................... 71

A. Simpulan ...................................................................................... 71

B. Saran............................................................................................. 72

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 73

Page 10: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran 1. Lembar Pengamatan Untuk Guru .......................................... 75

Lampiran 2. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa .................................... 76

Lampiran 3. Kisi-kisi Uji Coba Instrumen................................................. 77

Lampiran 4. Angket Kerjasama dalam Kelompok..................................... 80

Lampiran 5. Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran.................... 81

Lampiran 6. Daftar Nama Kelas Uji Coba................................................. 82

Lampiran 7. Analisis Uji Coba Tes............................................................ 83

Lampiran 8. Instrumen Soal yang Dipakai ................................................ 85

Lampiran 9. Contoh Perhitungan Validitas Instrumen .............................. 86

Lampiran 10. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Instrumen..................... 87

Lampiran 11. Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen .............. 89

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen........................... 90

Lampiran 13. Daftar Nama Kelompok......................................................... 92

Lampiran 14. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 93

Lampiran 15. Rencana Pembelajaran I ........................................................ 94

Lampiran 16. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran I ............ 97

Lampiran 17. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran I ...... 98

Lampiran 18. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran I........ 99

Lampiran 19. Data Skor Angket Kerjasama Siswa pada Pertemuan I......... 101

Lampiran 20. Analisis Daya Serap Tes Pertemuan I……………….. ......... 102

Lampiran 21. Rencana Pembelajaran II ....................................................... 103

Lampiran 22. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran II ........... 106

Page 11: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Lampiran 23. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran II ..... 107

Lampiran 24. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran II....... 108

Lampiran 25. Data Skor Angket Kerjasama Siswa pada Pertemuan II ....... 110

Lampiran 26. Analisis Daya Serap Tes Pertemuan II .................................. 111

Lampiran 27. Rencana Pembelajaran III...................................................... 112

Lampiran 28. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran III.......... 116

Lampiran 29. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran III.... 117

Lampiran 30. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran III ..... 118

Lampiran 31. Data Skor Angket Kerjasama Siswa pada Pertemuan III ...... 120

Lampiran 32. Analisis Daya Serap Tes Pertemuan III................................. 121

Lampiran 33. Rencana Pembelajaran IV ..................................................... 122

Lampiran 34. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran IV ......... 126

Lampiran 35. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran IV ... 127

Lampiran 36. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran IV..... 128

Lampiran 37. Data Skor Angket Kerjasama Siswa pada Pertmuan IV........ 130

Lampiran 38. Analisis Daya Serap Tes Pertemuan IV ................................ 131

Lampiran 39. Rencana Pembelajaran V....................................................... 132

Lampiran 40. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran V........... 136

Lampiran 41. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran V..... 137

Lampiran 42. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran V ...... 138

Lampiran 43. Data Skor Angket Kerjasama Siswa pada Pertemuan V ....... 140

Lampiran 44. Analisis Daya Serap Tes Pertemuan V.................................. 141

Lampiran 45. Rencana Pembelajaran VI ..................................................... 142

Page 12: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Lampiran 46. Hasil Penskoran Angket Kerjasama Dalam Kelompok......... 144

Lampiran 47. Tabel Analisis Uji Peningkatan Kerjasama dalam Kelompok 145

Lampiran 48. Uji Peningkatan Kerjasama dari Pertemuan I ke II ............... 146

Lampiran 49. Uji Peningkatan Kerjasama dari Pertemuan II ke III ............ 147

Lampiran 50. Uji Peningkatan Kerjasama dari Pertemuan III ke IV........... 148

Lampiran 51. Uji Peningkatan Kerjasama dari Pertemuan IV ke V............ 149

Lampiran 52. Grafik Daya Serap Siswa....................................................... 150

Lampiran 53. Grafik Kemampuan Pengelolaan Oleh Guru dan Grafik

Perkembangan Aktivitas Siswa............................................. 151

Lampiran 54. Grafik Hasil Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran............ 152

Lampiran 55. Data Kondisi Awal Siswa...................................................... 155

Lampiran 56. Uji Normalitas Data Kondisi Awal Kelompok Eksperimen . 156

Lampiran 57. Uji Normalitas Data Kondisi Awal Kelompok Kontrol ........ 157

Lampiran 58. Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Awal Kelompok

Eksperimen dengan Kelompok Kontrol................................ 158

Lampiran 59. Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Awal Kelompok

Eksperimen dengan Kelompok Kontrol................................ 159

Lampiran 60. Kisi-Kisi Soal Evaluasi.......................................................... 160

Lampitan 61. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ................................................................ 162

Lampiran 62. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Kelompok Eksperimen .. 163

Lampiran 63. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Kelompok Kontrol ......... 164

Lampiran 64. Uji Kesamaan Dua Varians Hasil Belajar Kelompok

Page 13: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Eksperimen dengan Kelompok Kontrol................................ 165

Lampiran 65. Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Eksperimen

dengan Kelompok Kontrol................................................... 166

Lampiran 66. Uji ketuntasan Belajar Kelompok Eksperimen ..................... 167

Lampiran 67. Uji Ketuntasan Belajar Kelompok Kontrol ........................... 168

Lampiran 68. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Eksperimen...... 169

Lampiran 69. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Kontrol ............ 170

Lampiran 70. Contoh Rencana Pembelajaran Kelompok Kontrol............... 171

Lampiran 71. Daftar Kritik Uji T................................................................. 176

Lampiran 72. Tabel Nilai Chi Kuadrat ........................................................ 178

Lampiran 73. Daftar Kritik Z dari 0 ke Z..................................................... 179

Lampiran 74. Daftar Kritik Uji F ................................................................. 180

Lampiran 75. Daftar Kritik r Product Moment ............................................ 182

Lampiran 76. Dokumentasi Penelitian......................................................... 183

Lampiran 77. Surat Ijin Penelitian ............................................................... 184

Lampiran 78. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ..................... 185

Page 14: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan

harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah

mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai

salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia. Pada

intinya pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan,

merubah perilaku, serta meningkatkan kualitas hidup.

Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, menurut kurikulum

2004, fokus pembelajaran matematika di sekolah adalah penguasaan konsep

dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah. Dan untuk

mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan

memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat

esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari.

Agar tujuan pembelajaran tercapai, maka guru mata pelajaran

matematika juga perlu memilih model pembelajaran yang tepat. Model

pembelajaran adalah suatu kerangka konsepsual yang menggambarkan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi

1

Page 15: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

perancang dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

belajar mengajar.

Salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kelas

adalah metode ekspositori. Berdasarkan hasil penelitian Shofwani (2005),

aktivitas siswa selama pembelajaran dengan metode ekspositori belum

memuaskan karena pembelajaran berlangsung satu arah saja. Guru tidak

mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran. Kalaupun siswa diberi

kesempatan untuk bertanya, sedikit sekali yang melakukannya. Hal ini karena

siswa masih takut atau bingung mengenai apa yang akan ditanyakan. Selain

itu siswa kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya di dalam

memecahkan masalah. Siswa masih minder atau pasif, belum mampu berpikir

kritis dan berani mengungkapkan pendapat.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu model

pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, dimana siswa dapat belajar secara

kooperatif, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, dan

mengemukakan pendapat atau pemikirannya dengan bebas. Dan salah satu

upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam mata

pelajaran matematika pada materi aritmatika sosial di SMP 7 Semarang adalah

dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah karena model

pembelajaran berdasarkan masalah adalah model pembelajaran dengan

pendekatan siswa pada masalah kehidupan nyata sedangkan aritmatika sosial

merupakan materi yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian sehari-

Page 16: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

hari yang biasa ditemui siswa. Sehingga materi ini sangat tepat jika diajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah.

Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah kehidupan

nyata. Sehingga dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan

penyelidikan, memperoleh pengalaman tentang peran intelektual orang

dewasa, dan meningkatkan rasa percaya diri dalam kemampuan berpikir

(Ibrahim, 2000).

Suatu proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta

didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya (Mulyasa,

2003: 101). Dengan demikian diharapkan model pembelajaran berdasarkan

masalah pada materi aritmatika sosial lebih efektif daripada metode

pembelajaran ekspositori yang ditunjukkan dengan ketuntasan hasil belajar

siswa, yaitu jika siswa mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau

mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran

sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari

jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut yang telah tuntas belajar

(Mulyasa, 2003: 99).

Pemilihan model pembelajaran berdasarkan masalah didasarkan bahwa

pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual, yaitu

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

Page 17: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2003: 1).

Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

Berdasarkan buku-buku penunjang pelajaran matematika yang

mengacu pada kurikulum, banyak dijumpai soal-soal yang berbentuk soal

cerita hampir pada setiap materi pokok. Sementara itu pada pengalaman sering

dijumpai siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal

cerita.

Soal cerita dalam kehidupan sehari-hari lebih ditekankan kepada

penajaman intelektual anak sesuai dengan kenyataan yang mereka hadapi.

Karena masalah matematika sehari-hari lebih banyak bersifat kata-kata

daripada simbol. Salah satu masalah yang biasa mereka temui adalah masalah

ekonomi yaitu dalam hal perdagangan dan perbankan. Dalam mata pelajaran

matematika masalah tersebut merupakan pembahasan pada materi aritmatika

sosial. Dimana secara langsung maupun tidak langsung siswa sering sekali

berhubungan dengan masalah ekonomi termasuk masalah perdagangan dan

perbankan sehingga materi ini sangat berguna bagi kehidupan siswa di masa

mendatang.

Dengan demikian peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan

judul “Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan

Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Pokok

Aljabar dan Aritmatika Sosial Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 7 Semarang

Tahun Pelajaran 2005/ 2006”

Page 18: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah

lebih efektif daripada pembelajaran ekspositori?

2. Apakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan

bekerjasama dapat ditumbuhkembangkan pada materi pokok aljabar dan

aritmatika sosial pada siswa kelas VII semester 1 SMP 7 Semarang tahun

pelajaran 2005/ 2006?

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini,

maka perlu adanya penegasan-penegasan istilah yang terdapat dalam

penelitian ini.

1. Keefektifan

Artinya keadaan berpengaruh, keberhasilan terhadap usaha atau

tindakan (Poerwadarminta, 1999). Dalam konteks penelitian ini,

keefektifan dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:

a. Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran berdasarkan masalah secara signifikan lebih baik

daripada siswa yang diajar dengan metode ekspositori.

b. Hasil belajar dengan pembelajaran berdasarkan masalah mencapai

ketuntasan belajar lebih besar atau sama dengan 65 dan secara klasikal

Page 19: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas

tersebut telah tuntas belajar (Mulyasa, 2003).

c. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan bekerja sama

dapat ditumbuhkembangkan melalui proses pembelajaran yang

ditandai dengan keterlibatan siswa secara aktif, baik mental, fisik,

maupun sosialnya.

2. Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah pendekatan

pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga dapat membantu

siswa mengembangkan keterampilan penyelidikan, memperoleh

pengalaman tentang peran intelektual orang dewasa, dan meningkatkan

rasa percaya diri dalam kemampuan berfikir (Ibrahim, 2000).

Permasalahan autentik diartikan sebagai masalah kehidupan nyata yang

ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa

dalam meyelesaikan soal cerita dengan menggunakan model pembelajaran

berdasarkan masalah pada materi pokok aljabar dan aritmatika sosial yang

ditunjukkan dengan nilai akhir dari tes evaluasi dan keaktifan siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran.

4. Soal Cerita

Soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek.

Pada penelitian ini yang dimaksud dengan soal cerita adalah soal

Page 20: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

matematika yang disajikan dengan kalimat dan berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari serta memuat masalah yang menuntut pemecahan

5. Aritmatika Sosial

Dalam kurikulum 2004, aritmatika sosial adalah bagian dari materi

pokok aljabar dan aritmatika sosial. Dalam penelitian ini penulis memberi

batasan materi pada aritmatika sosial karena aritmatika sosial merupakan

materi yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian sehari-hari, yang

biasa ditemui siswa dan akan sangat berguna bagi kehidupan siswa di

masa mendatang. Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah

masalah perdagangan yang meliputi harga pembelian, harga penjualan,

untung, rugi, persentase untung dan rugi, diskon/ rabat, bruto, tara, netto,

serta bunga tunggal dalam tabungan.

6. SMP 7 Semarang

Adalah salah satu sekolah menengah pertama di kota Semarang

yang terletak di Jl. Imam Bonjol 191 A Semarang.

D. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika berdasarkan

masalah lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode

ekspositori.

b. Untuk mengetahui apakah kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah dan bekerja sama dapat ditumbuhkembangkan pada materi

Page 21: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

aritmatika sosial pada siswa kelas VII semester 1 SMP 7 Semarang

tahun pelajaran 2005/ 2006.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan :

a. Bagi siswa

Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar

mengajar, meningkatkan ketrampilan siswa dalam memahami soal

cerita, meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita, dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Bagi guru

Sebagai tolak ukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar di kelas,

dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai pengajar di sekolah.

c. Bagi peneliti

Mendapat pengalaman menerapkan pembelajaran matematika

berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita, yang kelak dapat diterapkan saat mereka

telah terjun di lapangan.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan tentang isi keseluruhan skripsi ini terdiri dari

bagian awal skripsi, bagian inti skripsi, dan bagian akhir skripsi.

Page 22: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, abstrak, halaman

pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan

daftar lampiran

Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab, yaitu:

BAB I Pendahuluan, mengemukakan tentang alasan pemilihan judul,

masalah yang dihadapi, penegasan istilah, tujuan dan manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II Landasan Teori dan Hipotesis, membahas teori yang melandasi

permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan

teoritis yang diterapkan dalam skripsi, pokok bahasan yang

terkait dengan pelaksanaan penelitian dan hipotesis tindakan.

BAB III Metode Penelitian, meliputi populasi dan sampel penelitian,

variable penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data,

instrumen penelitian, metode analisis data, dan hasil uji coba alat

ukur.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil penelitian

yang dilakukan dan pembahasannya.

BAB V Penutup, mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-

saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan.

Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 23: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Interaksi belajar mengajar mengandung arti adanya kegiatan

interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu

pihak, dengan warga belajar (siswa, anak didik/ subjek didik) yang sedang

melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain.

Dalam kamus bahasa Indonesia, belajar diartikan sebagai usaha

sadar atau upaya yang disengaja untuk mendapatkan kepandaaian.

Sedangkan menurut kaum humanis, kegiatan belajar adalah persoalan-

persoalan memperoleh informasi baru dan mempersonalisasikan informasi

tersebut ke dalam individu. Jadi pemahaman suatu materi pelajaran tidak

terletak pada baik dan menariknya materi yang diberikan, atau tepat

tidaknya metode penyampaian materi tetapi sangat ditentukan oleh “arti”

materi itu bagi pribadi orang yang belajar (Darsono, 2000: 19).

Kegiatan belajar memiliki beberapa maksud, antara lain:

a. Mengetahui suatu kepandaian, kecakapan, atau konsep yang

sebelumnya tidak pernah diketahui.

b. Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dibuat, baik

tingkah laku maupun keterampilan.

10

Page 24: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

c. Mampu mengkombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam

suatu pengertian baru baik keterampilan, pengetahuan, konsep,

maupun sikap dan tingkah laku.

d. Dapat memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang

beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta

antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004: 2).

Matematika adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang tata

cara berpikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara

kualitatif. Pada matematika diletakkan dasar bagaimana mengembangkan

cara berpikir dan bertindak melalui aturan yang disebut dalil (dapat

dibuktikan) dan aksioma (tanpa pembuktian). Selanjutnya dasar tersebut

dianut dan digunakan oleh bidang studi atau ilmu lain (Suherman, 2003).

Pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan sebuah

pemahaman siswa yang komprehensif dan holistik (lintas topik bahkan

lintas bidang studi jika memungkinkan) tentang materi yang telah

disajikan. Pemahaman siswa yang dimaksud tidak sekedar memenuhi

tuntutan tujuan pembelajaran matematika secara substantif saja, namun

diharapkan pula muncul ‘efek iringan’ dari pembelajaran matematika

tersebut. Efek iringan yang dimaksud adalah:

a. Lebih memahami keterkaitan antara suatu topik matematika dengan

topik matematika yang lain.

Page 25: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

b. Lebih menyadari akan penting dan strategisnya matematika bagi

bidang lain.

c. Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

d. Lebih mampu berpikir logis, kritis, dan sistematis.

e. Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan sebuah

masalah.

f. Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.

(Suherman, 2003)

Belajar matematika tidak sekedar learning to know (untuk

mengetahu sesuatu) tetapi juga learning to do (belajar melakukan),

learning to be (belajar menjiwai), learning to learn (belajar bagaimana

seharusnya belajar) serta learning to live together (belajar bersosialisasi

dengan sesama teman). Dengan pola belajar demikian akan terjadi

komunikasi antar pribadi dan kelompok belajar bersama antar siswa,

sehingga diharapkan kelas menjadi hidup karena perasaan siswa menjadi

senang.

Dengan kondisi kelas yang menyenangkan maka peran guru dalam

pembelajaran matematika bukan hanya bertanggung jawab dalam

memperkenalkan konsep-konsep, mendemonstrasikan keterampilan

melalui contoh masalah dan menilai pekerjan siswanya tetapi guru juga

akan berperan sebagai fasilitator (pengarah) dan promotor (penggerak).

Pijakan dari pengajaran guru akan meluas, lebih banyak waktu akan

Page 26: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

digunakan guru untuk bekerja secara langsung dengan individu siswa dan

kelompok-kelompok.

2. Pemecahan Masalah

Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi

manusia. Sebagian besar kehidupan kita adalah berhadapan dengan

masalah-masalah. Bila kita gagal dengan suatu cara untuk menyelesaikan

suatu masalah, kita harus mencoba menyelesaikannya dengan cara lain.

Suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang

tidak mempunyai aturan/ hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan

untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut.

Suatu pertanyaan akan merupakan masalah bagi seorang siswa

pada suatu saat, tetapi bukan merupakan masalah lagi bagi siswa tersebut

pada saat berikutnya bila siswa tersebut sudah mengetahui cara atau proses

mendapatkan penyelesaian masalah tersebut. Soal atau pertanyaan akan

menjadi masalah bagi seorang siswa jika:

a. Pertanyaaan yang dihadapkan pada seorang siswa haruslah dapat

dimengerti oleh siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan

tantangan baginya untuk menjawabnya.

b. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang

telah diketahui siswa. Karena itu faktor waktu jangan dipandang

sebagai hal yang esensial (Hudojo, 2003: 149).

Page 27: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Menurut Polya (dalam Hudojo, 2003), terdapat dua macam

masalah yaitu:

a. Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau

konkrit, termasuk teka-teki. Bagian utama dari suatu masalah adalah

sebagai berikut:

1) Apa yang dicari?

2) Bagaimana data yang diketahui?

3) Bagaimana syaratnya?

Ketiga bagian utama tersebut merupakan landasan untuk dapat

menyelesaikan masalah jenis ini.

b. Masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu

pernyataan itu benar, salah atau tidak kedua-duanya. Bagian utama dari

masalah jenis ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema

yang harus dibuktikan kebenarannya. Kedua bagian utama tersebut

sebagai landasan utama untuk dapat menyelesaikan masalah jenis ini.

Berdasarkan Teori Gagne (dalam Suherman, 2003) belajar

pemecahan masalah adalah tipe belajar yang paling tinggi karena lebih

kompleks dari pembentukan aturan. Dalam menyelesaikan suatu masalah,

kita seringkali dihadapkan pada suatu hal yang pelik dan kadang-kadang

pemecahannya tidak dapat diperoleh dengan segera. Tidak bisa dipungkiri

bahwa masalah yang biasa dihadapi sehari-hari itu tidak selamanya

bersifat matematis. Dengan demikian tugas utama guru adalah membantu

siswa untuk dapat memahami makna kata\kata atau istilah yang muncul

Page 28: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

dalam suatu masalah sehingga kemampuan dalam memahami konteks

masalah bisa terus berkembang menggunakan keterampilan inkuiri dan

sains, menganalisa alasan mengapa suatu masalah itu muncul dalam studi

sosial, dan lain-lain. Pengetahuan, keterampilan dan pemahaman

merupakan elemen-elemen penting dalam belajar matematika.

Menurut Polya (dalam Suherman, 2003) solusi soal pemecahan

masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu:

a. Memahami masalah, tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang

diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah

tersebut dengan benar.

b. Merencanakan penyelesaian, hal ini sangat tergantung pada

pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah.

c. Menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana.

d. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah

dikerjakan.

Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak perlu dapat

terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar

sesuai dengan masalah yang diberikan.

Di dalam menyelesaikan masalah, siswa diharapkan memahami

proses pemecahan masalah tersebut dan menjadi terampil dalam memilih

dan mengidentifikasi kondisi dan konsep yang relevan, mencari

generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan

keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Pemecahan masalah

Page 29: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses belajar mengajar

karena melalui penyelesaian masalah siswa-siswa dapat berlatih dan

mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema, dan keterampilan

yang telah dipelajari.

Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam

pengajaran matematika, sebab:

a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian

menganalisis dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, hal ini merupakan hadiah

intrinsik bagi siswa.

c. Potensi intelektual siswa meningkat.

d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses

melakukan penemuan.

3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah model

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah

autentik sehingga dapat membantu siswa dalam mengembangkan

keterampilan penyelidikan, memperoleh pengalaman tentang peran

intelektual orang dewasa, dan meningkatkan rasa percaya diri dalam

kemampuan berpikir (Ibrahim, 2000). Permasalahan autentik diartikan

sebagai masalah kehidupan nyata yang ditemukan siswa dalam kehidupan

sehari-hari. Dengan mengerjakan masalah-masalah autentik, siswa dapat

Page 30: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

melihat bagaimana keterampilan-keterampilan matematika yang sedang

mereka pelajari dapat diterapkan dalam dunia nyata.

Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah adalah :

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Masalah yang diajukan berupa

situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan

memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut.

Masalah yang baik harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :

1) Masalah itu harus autentik, artinya bahwa masalah harus lebih

berakar pada pengalaman dunia nyata siswa daripada berakar pada

prinsip-prinsip disiplin ilmu lain.

2) Masalah yang diberikan sebaiknya tidak terdefinisi secara ketat, hal

ini untuk mencegah jawaban sederhana dan menghendaki alternatif

pemecahan.

3) Bermakna bagi siswa, masalah yang diberikan seharusnya

bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan

intelektual mereka.

4) Bersifat luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, masalah yang

disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah

tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang diajarkan sesuai

dengan waktu, tempat dan sumber daya yang terbatas. Selain itu

masalah yang telah disusun tersebut haruslah didasarkan pada

tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.

Page 31: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

5) Bermanfaat, masalah yang dibuat dan dirumuskan harus

bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun

bagi guru yang membuat masalah. Masalah yang bermanfaat

adalah masalah yang meningkatkan kemampuan berpikir dan

memecahkan masalah serta meningkatkan motivasi belajar siswa.

b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, artinya masalah yang akan

diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya

siswa meninjau dari banyak mata pelajaran.

c. Penyelidikan autentik, siswa harus menganalisis dan mendefinisikan

masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,

mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen

(jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.

d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. Pembelajaran

berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk

tertentu dan bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang

menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka

temukan.

e. Kerjasama, pelaksanaan pembelajaran paling sering secara

berpasangan atau dalam kelompok kecil. Kerjasama ini memotivasi

siswa untuk terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak

peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog, mengembangkan

keterampilan sosial dan keterampilan berpikir (Ibrahim, 2000).

Page 32: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Pembelajaran berdasarkan masalah utamanya dikembangkan untuk

membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan

masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang

dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi;

dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri, maksudnya dengan

bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan

mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap

masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan

tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak (Ibrahim, 2000).

Dalam pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama,

yaitu:

Tahap Tingkah laku Guru

Tahap - 1

Orientasi siswa

kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

memotivasi siswa terlibat pada aktivitas

pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap – 2

Mengorganisasi

siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap – 3

Membimbing penye-

lidikan individual

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Page 33: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Tahap – 4

Mengembangkan

dan menyajian hasil

karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

video, dan model dan membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan temannya.

Tahap – 5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

proses- proses yang mereka gunakan.

(Ibrahim, 2000:13 )

Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah meliputi beberapa

kegiatan berikut ini :

a. Tugas-tugas perencanaan

Pembelajaran berdasarkan masalah membutuhkan banyak

perencanaan, seperti halnya dengan pelajaran interaktive yang lain,

yang menggunakan pendekatan berpusat pada siswa.

1) Penetapan tujuan

Mula-mula kita mendeskripsikan bagaimana pembelajaran

berdasarkan masalah direncanakan untuk membantu mencapai

tujuan-tujuan seperti keterampilan intelektual dan keterampilan

menyelidik, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa

menjadi pembelajar mandiri.

Page 34: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

2) Merancang situasi masalah yang sesuai

Masalah yang disajikan tidak didefinisikan secara ketat sehingga

dapat merangsang rasa ingin tahu siswa sehingga melibatkan

mereka pada inkuiri.

3) Organisasi sumber daya dan rencana logistik

Guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah perlu

mengorganisasi sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk

penyelidikan siswa.

b. Tugas interaktif

Guru bersama siswa membahas konsep/ teori yang diperlukan

dalam kegiatan pemecahan masalah dan membahas soal-soal yang

belum tuntas. Selanjutnya guru melaksanakan fase-fase pembelajaran

berdasarkan masalah.

Fase 1. Mengorientasikan Siswa pada Masalah

Pada kegiatan ini, guru mengajukan masalah kepada siswa dan

meminta siswa mengemukakan ide mereka untuk memecahkan

masalah tersebut.

Fase 2. Mengorganisir Siswa untuk Belajar

Pada kegiatan ini, siswa dikelompokkan secara bervariasi

dengan memperhatikan kemampuan, rasial, etnis, dan jenis

kelamin yang didasarkan pada tujuan yang ditetapkan. Jika

terdapat perbedaan kelompok, maka guru dapat memberikan

tanda pada kelompok itu. Jika diperlukan guru dapat membagi

Page 35: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

kelompok itu berdasarkan kesepakatan bersama antara siswa

dengan guru.

Fase 3. Membantu Siswa memecahkan masalah

Pada kegiatan ini, siswa mencari informasi dari berbagai

sumber dan mencoba memecahkan masalah secara bebas, baik

kelompok besar maupun kelompok kecil. Guru bertugas

mendorong siswa mengumpulkan data dan melaksanakan

eksperimen aktual, hingga mereka benar-benar mengerti inti

permasalahannya. Tujuannya adalah agar siswa dalam

mengumpulkan informasi cukup untuk mengembangkan dan

menyusun ide-idenya sendiri. Demikian pula, guru harus

banyak membaca masalah pada berbagai buku sumber guna

membantu siswa mengumpulkan informasi, mengajukan

permasalahan atau pertanyaan yang dapat dipikirkan siswa,

dan memberikan berbagai jenis informasi yang diperlukan

siswa dalam menjelajah dan menemukan penyelesaian.

Fase 4. Membantu Mengembangkan dan Menyajikan Hasil

Pemecahan Masalah

Pada kegiatan ini, guru menyuruh salah seorang anggota

kelompok untuk mempresentasikan hasil pemecahan masalah

kelompok dan membantu siswa jika mereka mengalami

kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil

Page 36: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

sementara pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran yang diberikan.

Fase 5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Pada akhir kegiatan ini, guru membantu menganalisis dan

mengevaluasi proses berpikir siswa. Sedangkan siswa

menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan yang

dilampaui pada setiap tahap-tahap pembelajaran.

4. Metode Ekspositori

Metode ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari

seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal

pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab

(Suyitno, 2004: 4). Pada metode ekpositori dominasi guru banyak

berkurang, karena tidak terus menerus bicara. Ia berbicara pada awal

pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal pada waktu-waktu yang

diperlukan saja.

Dalam metode ekspositori siswa tidak hanya mendengar dan

membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan

dan siswa bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat menjelaskan

pekerjaan siswa secara individual atau klasikal. Siswa mengerjakan latihan

soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakannya bersama

dengan temannya, atau disuruh membuatnya di papan tulis (Suherman,

2003).

Page 37: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Kelebihan dari metode ekspositori adalah:

a. Dapat menampung kelas besar, setiap siswa mempunyai kesempatan

aktif yang sama.

b. Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.

c. Guru dapat menentukan terhadap hal-hal yang dianggap penting.

d. Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual

maupun klasikal.

Kekurangan dari metode ekspositori adalah:

a. Pada metode ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik seperti

aktivitas mental siswa.

b. Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan

pelajaran).

c. Pengetahuan yang didapat dengan metode ekspositori cepat hilang.

d. Kepadatan konsep dan aturan-aturan yang diberikan dapat berakibat

siswa tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan.

(Suharyono, 1996).

5. Soal Cerita

Soal dalam mata pelajaran matematika dibedakan menjadi dua

yaitu soal dalam bentuk cerita dan soal non cerita. Soal cerita adalah soal

yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat

merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Panjang

pendeknya bahasa yang digunakan untuk mengungkap soal cerita biasanya

berpengaruh terhadap tingkat kesulitan soal tersebut. Makin panjang

Page 38: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

bahasa yang digunakan maka makin tinggi tingkat kesulitan soal tersebut.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan soal cerita adalah soal

matematika yang disajikan dengan kalimat dan berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari serta memuat masalah yang menuntut pemecahan.

Menurut Tim Matematika Depdikbud, tiap soal cerita dapat

diselesaikan sebagai berikut:

a. Membaca soal tersebut dan memikirkan hubungan antara bilangan-

bilangan dalam soal.

b. Menuliskan kalimat matematika yang menyatakan hubungan-

hubungan tersebut dalam bentuk operasi bilangan.

c. Menyelesaikan kalimat matematika.

d. Menggunakan hasil penyelesaian tersebut untuk menjawab pertanyaan

dalam soal.

Soal cerita dalam matematika lebih ditekankan kepada penajaman

intelektual anak sesuai dengan realitas sehari-hari. Karena masalah

matematika sehari-hari lebih banyak bersifat kata-kata daripada simbol.

Bentuk masalah-masalah yang dihadapi dirangkai menjadi kata yang harus

diterjemahkan dalam bentuk kalimat matematika.

6. Aritmatika Sosial

Pokok bahasan aritmatika sosial merupakan materi yang

berhubungan dengan kegiatan perekonomian sehari-hari. Dalam pokok

bahasan aritmatika sosial ini meliputi beberapa materi antara lain istilah-

istilah dalam perdagangan meliputi harga pembelian, harga penjualan,

Page 39: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

untung, rugi, persentase untung, persentase rugi, diskon/ rabat, pajak,

bruto, tara, dan neto serta istilah perbankan yaitu suku bunga tunggal.

a. Istilah-istilah perdagangan

1) Harga pembelian, harga penjualan, untung dan rugi

Harga pembelian adalah nilai uang dari suatu barang yang

dibeli. Sedangkan harga penjualan adalah nilai uang dari suatu

barang yang dijual (Sudirman, 2004: 89).

a) Penjualan dikatakan untung jika harga penjualan lebih tinggi

daripada harga pembelian.

Untung = Harga penjualan – Harga pembelian

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diturunkan rumus

sebagai berikut:

Harga Penjualan = Harga Pembelian + Untung

Harga Pembelian = Harga Penjualan - Untung

b) Penjualan dikatakan rugi jika harga pembelian lebih tinggi dari

harga penjualan.

Rugi = Harga Pembelian – Harga Penjualan

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diturunkan rumus

sebagai berikut:

Harga Pembelian = Harga Penjualan + Rugi

Harga Penjualan = Harga Pembelian - Rugi

2) Persentase untung dan rugi

Menentukan persentase untung/ rugi

Page 40: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Dalam perdagangan, untung atau rugi sering kali

dinyatakan dengan persentase. Pada persentase untung berarti

untung dibandingkan terhadap harga pembelian, dan pada

persentase rugi berarti rugi dibandingkan terhadap harga

pembelian.

Persentase untung = 100x pembelian harga

untung %

Persentase rugi = pembelian hargarugi x 100 %

3) Menghitung harga jual atau harga beli jika persentase untung atau

rugi diketahui.

a) Menghitung harga jual jika persentase untung atau rugi

diketahui.

Jika memperoleh untung/ laba:

Harga Jual = beli harga100

laba persentase100×

+

Jika menderita kerugian:

Harga Jual = beli harga100

rugi persentase100×

b) Menghitung harga beli jika persentase untung atau rugi

diketahui.

Jika memperoleh untung/ laba:

Harga Beli = jual hargalaba persentase100

100×

+

Page 41: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Jika menderita kerugian:

Harga Beli = jual hargarugi persentase100

100×

4) Rabat (diskon), Pajak, Bruto, Tara, dan Neto

a) Rabat (diskon)

Rabat artinya potongan harga atau lebih dikenal dengan

istilah diskon. Rabat biasanya diberikan kepada pembeli dari

suatu grosir atau toko tertentu.

b) Pajak

Pajak merupakan kewajiban dari masyarakat untuk

menyerahkan sebagian kekayaan kepada negara menurut

peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah tetapi

tanpa mendapat jasa balik dari negara secara langsung, dan

hasil pajak digunakan untuk kesejahteraan umum (Adinawan,

2002: 131)

c) Bruto, Tara, dan Neto

Bruto adalah berat kotor, tara adalah potongan berat, dan

neto adalah berat bersih.

hubungan bruto, tara, dan neto dapat dirumuskan:

Neto = Bruto – Tara

b. Istilah Perbankan

Bunga Tabungan (Bunga Tunggal)

Bunga tabungan adalah uang yang diberikan kepada kita jika

kita menyimpan/ menabung di bank. Besarnya bunga yang diterima

Page 42: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

tergantung besarnya bunga yang ditetapkan oleh bank yang

bersangkutan dan biasanya dihitung dalam persen. Bunga bank yang

dibahas dalam penelitian ini adalah bunga tunggal, yaitu yang

mendapat bunga hanya modalnya saja, sedangkan bunganya tidak akan

berbunga lagi dan besarnya tetap dari waktu ke waktu.

Untuk menghitung besarnya bunga yang kita terima dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus:

1. Bunga 1 tahun = persen bunga x modal

2. Bunga x bulan = 12x x persen bunga x modal

= 12x x bunga 1 tahun

3. Bunga harian =360

menabung hari banyaknya x persen bunga x modal,

(Adinawan, 2002: 130).

Contoh soal berdasarkan masalah

1. Seorang pedagang membeli satu keranjang buah. Pedagang tersebut

dapat menjual 32 bagian dari keranjang dengan harga yang sama ketika

Dia membeli 74 bagian dari keranjang. Jika satu keranjang buah habis

terjual, berapa persentase keuntugan pedagang tersebut?

Penyelesaian:

Diketahui : 32 harga jual =

74 harga beli

Ditanyakan : berapa persentase untungnya?

Page 43: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Jawaban :

Misal : harga jual = HJ untung = U

harga beli = HB rugi = R

32 harga jual =

74 harga beli

32 HJ =

74 HB

HB

3274

HJ

3232

=

HJ = 74 x

23 HB

HJ = 76 HB

U = HJ – HB

= 76 HB – HB

= 71

− HB

Karena keuntungan bernilai negatif, maka pedagang tersebut mengalami

kerugian sebesar 71 dari harga belinya atau

71 x 100% = 14,28%.

Jadi pedagang tersbut mengalami untung sebesar –14,28% atau

menderita kerugian sebesar 14,28%.

Atau

32 harga jual =

74 harga beli

Page 44: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

32 HJ =

74 HB

32 ( HB + U) =

74 HB

32 HB +

32 U =

74 HB

32 U =

74 HB -

32 HB

32 U =

212

− HB

U = (212

− x 23 ) HB

U = 71

− HB

U = 71

− x 100% = -14,28%

Jadi pedagang tersbut mengalami untung sebesar –14,28% atau

menderita kerugian sebesar 14,28%.

2. Ibu membeli buah jeruk, untuk pembelian 10 kg harganya Rp.

100.000,00; 15 kg harganya Rp. 145.000,00; 20 kg harganya Rp.

185.000,00 demikian seterusnya akan terjadi penyusutan harga maksimal

sampai pembelian 40 kg. Berapa uang yang harus dibayar oleh Ibu jika

membeli 40 kg?

Penyelesaian:

Diketahui : Harga beli 10 kg adalah Rp. 100.000,00

Harga beli 15 kg adalah Rp. 145.000,00

Page 45: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Harga beli 20 kg adalah Rp. 185.000,00

Ditanyakan : Berapa uang yang harus dibayar jika membeli 40 kg?

Jawaban :

Y = cbxax2 ++

100.000 = 100a + 10 b + c……….(1)

145.000 = 225a + 15 b + c……….(2)

185.000 = 400a + 20 b + c………(3)

(2) - (1) ⇒ 45.000 = 125a + 5b……(4)

(3) – (2) ⇒40.000 = 175a + 5b……(5) -

5.000 = -50a

a = -100………….(6)

(6) disubst (4) ⇒45.000 = 125 (-100) + 5b

45.000 = -12.500 + 5b

5b = 12.500 + 45.000

b = 11.500….(7)

(7) disubst (1) ⇒ 100.000 = 100 (-100) + 10 (11.500) + c

100.000 = -10.000 + 115.000 + c

c = 100.000 – 105.000

c = -5.000

Jadi y = -100x2 + 11.500x – 5000

Untuk

x = 40 maka y = –100 (40)2 + 11.500 (40) – 5.000

= -160.000 + 460.000 – 5.000 = 295.000

Page 46: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Jadi jika ibu membeli 40 kg, maka beliau harus membayar Rp.

295.000,00.

B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan upaya menciptakan iklim dan pelayanan

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang

beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara

siswa dengan siswa. Berdasarkan teori diatas, salah satu model pembelajaran

yang efektif adalah pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu suatu model

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik

sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh-

kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa,

dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Permasalahan autentik diartikan

sebagai masalah kehidupan nyata yang ditemukan siswa dalam kehidupan

sehari-hari.

Dalam pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk

membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.

Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk a) membantu siswa

mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah,

b) belajar peranan orang dewasa yang autentik, dan c) menjadi pembelajar

yang mandiri.

Dalam kehidupan sehari-hari siswa sering dihadapkan oleh berbagai

masalah. Oleh karena itu perlu sedini mungkin diajarkan kepada siswa untuk

Page 47: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

menyelesaikan masalah dengan cara mengerjakan soal dalam bentuk cerita.

Dengan demikian diharapkan siswa mampu mengambil keputusan dengan

melalui proses yaitu mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis

informasi, dan meneliti kembali hasil yang telah diperoleh.

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari

adalah masalah perekonomian diantaranya adalah masalah perdagangan dan

perbankan sehingga siswa perlu memahami tentang permasalahan tersebut

dengan lebih jelas.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif daripada pembelajaran

dengan metode ekspositori.

b. Kemampuan siswa dalam bekerjasama dan memecahkan masalah dapat

ditumbuhkembangkan pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VII

SMP 7 Semarang tahun pelajaran 2005/ 2006.

Page 48: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 7

Semarang tahun pelajaran 2005/ 2006, yaitu kelas VIIA, VIIB, VIIC,

VIID, VIIE, dan VIIF.

2. Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

pengambilan secara cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini

adalah siswa kelas VIIA sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas

VIIB sebagai kelompok kontrol. Jumlah siswa pada kelas VIIA adalah 41

orang dan siswa pada kelas VIIB adalah 40 orang.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran

berdasarkan masalah.

35

Page 49: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pokok bahasan aritmatika sosial pada siswa

kelas VII SMP 7 Semarang.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini diawali dengan menentukan populasi dan memilih

sampel dari populasi yang ada. Pemilihan sampel dilakukan dengan random

sampling, yaitu pemilihan sampel secara acak. Sampel diambil sebanyak dua

kelas, yaitu siswa kelas VIIA sebagai kelompok eksprimen dan siswa kelas

VIIB sebagai kelompok kontrol. Sedang untuk uji coba dipilih satu kelas lagi

selain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelompok eksperimen

diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah, sedang pada kelompok

kontrol diterapkan metode ekspositori.

Pada akhir pembelajaran dilakukan evaluasi pada kedua kelompok

untuk mengetahui hasil belajar siswa. Data-data yang diperoleh dianalisis

sesuai dengan statistik yang sesuai. Analisis data dilakukan untuk menguji

normalitas dan homogenitas dari kedua kelompok.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Metode dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data nama-nama siswa yang

akan menjadi sampel dalam penelitianini dan untuk memperoleh data nilai

Page 50: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

ulangan matematika pada pokok bahasan sebelumnya. Nilai tersebut

digunakan untuk mengetahui normalitas dan homogenitas sampel.

2. Metode angket

Metode ini digunakan untuk mengetahui perubahan sikap dan pendapat

siswa tentang pembelajaran berdasarkan masalah, angket ini diberikan

pada siswa di setiap akhir pembelajaran.

3. Metode observasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan

pengelolaan pembelajaran dengan metode pembelajaran berdasarkan

masalah oleh guru dan partisipasi siswa dikelompoknya dan juga kerja

kelompok secara keseluruhan. Lembar pengamatan ini mengukur secara

individual maupun kelas bagi keaktifan mereka belajar.

4. Metode tes

Metode tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa setelah

proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi terlebih dahulu

diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari tiap-tiap butir

tes.

E. Instrumen Penelitian

1. Materi dan Bentuk Tes

Materi tes berupa soal cerita yang terdapat pada materi aritmatika

sosial. Dan bentuk tes yang diberikan adalah berupa soal uraian.

Page 51: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Pemakaian bentuk soal uraian dalam pembuatan soal mempunyai

kelebihan sebagai berikut:

a. Mudah disiapkan dan disusun.

b. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-

untungan.

c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta

menyusunnya dalam bentuk kalimat yang bagus.

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya

dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.

e. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang

diteskan.

(Arikunto, 2002: 163)

2. Metode Penyusunan Perangkat Tes

Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah sebagai

berikut:

a. Melakukan pembatasan materi yang diujikan.

b. Menentukan tipe soal.

c. Menentukan jumlah butir soal.

d. Menentukan waktu mengerjakan soal.

e. Menentukan komposisi atau jenjang.

f. Membuat kisi-kisi soal.

g. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, bentuk lembar jawab, kunci

jawaban, dan penentuan skor.

Page 52: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

h. Menulis butir soal.

i. Mengujicobakan instrumen.

j. Menganalisis hasil uji coba dalam hal validitas, reliabilitas, daya beda

dan tingkat kesukaran.

k. Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah

dilakukan.

3. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini akan diketahui keefektifan penggunaan

metode pembelajaran berdasarkan masalah pada siswa kelas VII SMP 7

Semarang Tahun Ajaran 2005/ 2006. Setelah diketahui item soal yang

dipilih untuk dijadikan instrumen penelitian maka dilakukan treatmen pada

kelompok sampel. Perlakuan yang diberikan adalah kelompok eksperimen

dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Sedangkan kelompok

kontrol dalam proses pembelajarannya dengan menggunakan metode

ekspositori. Setelah semua perlakuan berakhir kemudian diberi tes.

4. Pelaksanaan Tes Uji Coba

Setelah perangkat tes tersusun, kemudian diujicobakan pada kelas

uji coba yaitu kelas VIIE SMP 7 Semarang untuk diuji apakah butir-butir

soal tersebut memenuhi kualifikasi soal yang baik dan dapat digunakan.

5. Analisis Perangkat Tes

a. Reliabilitas soal

Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat

memberikan hasil yang relatif tetap atau ajeg jika tes tersebut

Page 53: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

digunakan pada kesempatan yang lain. Karena tes yang dilakukan

merupakan tes bentuk uraian maka rumus yang digunakan untuk

mencari reliabilitas soal adalah rumus alpha, yaitu:

⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

⎡−

⎥⎦⎤

⎢⎣⎡

−=

∑=2

1

22x

xx 1

rx

n

ii

nn

σ

σσ, (Arikunto, 2002: 109)

dengan

rxx = reliabilitas yang dicari

∑ 2xσ = jumlah varians skor tiap-tiap item

2xσ = varians total

rumus varians:

( )

NNX

22

2∑ ∑−

= ,

Nilai rxx yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan r

product moment pada tabel dengan ketentuan jika rxx > rtabel maka tes

tersebut reliabel.

Soal uji coba yang diberikan sebanyak 15 butir. Dari

perhitungan uji coba didapat rxx adalah 0.8254. Dengan α = 5 %, n =

42 dan k = 15. diperoleh rtabel = 0.304. Karena rxx > rtabel, maka dapat

disimpulkan bahwa soal uji coba tersebut reliabel. Perhitungan analisis

uji coba reliabilitas soal dapat dilihat pada lampiran 7 dan lampiran 8.

Page 54: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

b. Validitas

Untuk menghitung validitas tiap butir soal digunakan rumus

product moment, yaitu:

( )( )( ){ } ( ){ },

YN

Y 2222 ∑ ∑∑ ∑

∑ ∑∑−−

−=

YXXN

XXYNrxy (Arikunto, 2002: 81)

dengan

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y , dua

variabel yang dikorelasikan.

N = banyaknya peserta tes

X = jumlah skor item

Y = jumlah skor total

Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel harga kritik

product moment dengan taraf signifikasi 5%. Jika rxy > rkritik maka butir

soal tersebut valid/ signifikan.

Soal uji coba yang diberikan sebanyak 15 butir, dan dari hasil

uji coba, yang termasuk kategori valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 5, 6,

7, 8, 10, 11, 13, 15. Karena butir-butir soal tersebut mempunyai rxy

lebih dari rtabel. Perhitungan analisis uji coba validitas soal dapat dilihat

pada lampiran 7.

c. Taraf Kesukaran

Teknik perhitungan taraf kesukaran adalah dengan menghitung

berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau ada di bawah

batas lulus (passing grade) untuk tiap-tiap item. Untuk

Page 55: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

menginterpretasikan nilai taraf kesukaran itemnya dapat digunakan

tolok ukur sebagai berikut,

- Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27%, termasuk mudah.

- Jika jumlah testi yang gagal antara 28% sampai dengan 72%,

termasuk sedang.

- Jika jumlah testi yang gagal 72% ke atas, termasuk sukar.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

TK = N

TG x 100%, (Arifin, 1991: 135)

dengan

TK = taraf kesukaran

TG = banyaknya testi yang gagal

N = banyaknya siswa

Dari hasil uji coba, 15 butir soal yang termasuk dalam kategori:

1) Mudah adalah : 1, 4, dan 5.

2) Sedang adalah : 2, 3, 6, 7, 9, 10, dan 11.

3) Sukar adalah : 8, 12, 13, 14, 15.

Perhitungan analisis taraf kesukaran butir soal dapat dilihat

pada lampiran 7.

d. Daya Pembeda

Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bagi

tes bentuk uraian adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata-

rata (mean) yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata

Page 56: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

dari kelompok bawah untuk tiap-tiap item. Rumus yang digunakan

adalah:

( )

( ) ⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ +

−=

∑ ∑1- ni ni

XX

MLMHt22

21

, (Arifin, 1991: 141)

dengan

t = daya pembeda

MH = rata- rata dari kelompok atas

ML = rata- rata dari kelompok bawah

∑ 21X = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas

∑ 22X = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah

Ni = 27% x N , dengan N adalah jumlah peserta tes.

Df = (n1 - 1) + (n2 – 1), α = 5%

Dengan kriteria soal memiliki daya beda yang signifikan apabila t >

ttabel. Dari hasil uji coba diperoleh soal yang signifikan adalah soal

nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, dan 15.

Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa 10 item dari 15 item

soal yang diujicobakan layak untuk dipakai yaitu dengan kriteria valid

dan mempunyai daya pembeda yang tidak jelek sehingga soal tersebut

dapat digunakan. Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal

nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, dan 15.

Perhitungan analisis uji coba tes selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 7 dan 8.

Page 57: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

F. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dari penelitian dan

dari hasil analisis ditarik kesimpulan. Analisis dalam penelitian ini dibagi

dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang merupakan tahap pemadanan sampel

dan tahap akhir, yang merupakan tahap analisis data untuk menguji hipotesis

penelitian.

1. Analisis Data Awal

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan

digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk

menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau non

parametrik.

Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh yaitu

nilai ulangan harian matematika dari materi sebelumnya dapat

digunakan uji Chi-Kuadrat.

Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:

1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.

2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.

3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

4) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.

5) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dengan rumus:

SXXZ i

i−

= ,

Page 58: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

dimana S adalah simpangan baku dan X adalah rata-rata sampel

(Sudjana, 1996: 138).

6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan

menggunakan tabel.

7) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva

( ) ,Ei

EiOiχK

Ei

22 ∑ −=

dengan

2χ = Chi–kuadrat

Oi = frekuensi pengamatan

Ei = frekuensi yang diharapkan

8) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat

dengan taraf signifikan 5%.

9) Menarik kesimpulan, jika , maka data berdistribusi

normal (Sudjana, 1996: 273).

tabel2

hit2 XX <

Dari hasil perhitungan pada lampiran didapat:

a) Untuk kelompok eksperimen

Dari hasil perhitungan diperoleh = 5,8432, dengan n = 4 dan

taraf nyata

α = 0,05. Sedangkan pada tabel nilai = 9,49. Karena

<

2χ 2χ tabel maka Ho berada pada daerah penerimaan, maka data

berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 56.

Page 59: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

b) Untuk kelompok kontrol

Dari hasil perhitungan diperoleh = 4,7005, dengan n = 4 dan

taraf nyata

α = 0,05. Sedangkan pada tabel nilai = 9,49. Karena

<

2χ 2χ tabel maka Ho berada pada daerah penerimaan, maka data

berdistribusi normal. Perhitungan selengkapmya dapat dilihat pada

lampiran 57.

b. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa

sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang

selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam

pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki

apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak.

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai

berikut:

Ho = sampel homogen

Ha = sampel tidak homogen

Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai

berikut:

terkecilVarians terbesarVariansFhitung = , (Sudjana, 1996: 250)

untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak maka

Fhitung dikonsultasikan dengan Ftabel dengan α = 5 % dengan dk

pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut =

Page 60: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka

Ho diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians

yang sama atau dikatakan homogen.

Dari hasil perhitungan didapat S12 = 142,11 dan S2

2 = 151,39

diperoleh F = 1,065 dengan derajat kebebasan untuk pembilang = 40,

penyebut=39, dan α = 0,05 dari daftar F(0,025)(39,40) = 1,885. Jelas Fhitung

< Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan varians

antara kedua kelompok tersebut. Perhitungan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 58.

c. Uji Kesamaan Rata-Rata

Analisis data dengan uji t digunakan untuk menguji hipotesis:

Ho = 21 μμ =

Ha = , 21 μμ ≠

1μ = rata-rata data kelompok eksperimen

2μ = rata-rata data kelompok homogen (variansnya sama),

maka untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

21

21

n1

n1s

xxt+

−= dengan ( ) ( )

2nns1ns1ns

21

222

2112

−+−+−

= ,

(Sudjana, 1996: 239)

dengan

1X = nilai ulangan harian kelompok eksperimen

2X = nilai ulangan harian kelompok kontrol

Page 61: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

n1 = banyaknya subyek kelompok eksperimen

n2 = banyaknya subyek kelompok kontrol

Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika – ttabel < thitung < ttabel dengan

derajat kebebasan d(k) = n1 + n2 – 2 dan tolak Ho untuk harga t

lainnya.

Dari hasil perhitungan diperoleh t = 0,0938, dengan dk = 79 dan taraf

nyata α = 0,05. Sedangkan pada tabel nilai t = 1,99. Karena – ttabel <

thitung < ttabel maka Ho berada pada daerah penerimaan. Dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 59.

2. Analisis Data Akhir

Setelah semua perlakuan berakhir kemudian diberi tes. Data yang

diperoleh dari hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk mengetahui

apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang diharapkan.

a. Uji Normalitas

Langkah-langkah pengujian normalitas sama dengan langkah-langkah

uji normalitas pada analisis data awal.

b. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)

Langkah-langkah pengujian homogenitas sama dengan langkah-

langkah uji homogenitas pada analisis data awal.

Page 62: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

c. Uji Keefektifan Pembelajaran

Pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi syarat ketuntasan

belajar yaitu jika rata–rata hasil belajar siswa mencapai minimal 65

(Mulyasa, 2003). Rumus yang digunakan adalah:

nSμxt 0−

= ,

dengan

x = rata-rata hasil belajar

S = simpangan baku

n = banyak siswa

Dengan uji pihak kanan, kriteria yang digunakan adalah Ho ditolak

jika (Sudjana, 1996: 227). ( )( 1nα1hitung tt −−> )

d. Uji Peningkatan Kerjasama dalam Kelompok

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan

kerjasama dalam kelompok dari pertemuan satu ke pertemuan

berikutnya. Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho = 21 μμ =

Ha = , 21 μμ >

dengan

1μ = rata-rata kelompok eksperimen

2μ = rata-rata kelompok kontrol

Page 63: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:

nSBt

B= ,

dengan

B = selisih rata–rata pertemuan satu ke pertemuan berikutnya

SB = standar deviasi dari selisih

N = banyak siswa

Dengan pihak kanan, kriteria yang digunakan adalah Ho ditolak jika

(Sudjana, 1996: 242). ( )( 1nα1tt −−> )

e. Uji Perbedaan Rata-rata (Uji Pihak Kanan)

Hipotesis yang diajukan dalam uji perbedaan rata-rata adalah sebagai

berikut:

211

210

μμHμμH

>===

1μ = rata-rata data kelompok eksperimen

2μ = rata-rata data kelompok kontrol

Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

1) Jika 21 οο ≠

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

−=

2

22

1

21

21

ns

ns

XXt

Page 64: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

2) Jika 21 οο =

s

21

21

n1

n1

XXt+

−= ,

dengan

( ) ( )2nn

s 1ns 1ns21

222

2112

−+−+−

= ,

keterangan:

1X = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen

2X = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol

1n = banyaknya siswa kelas eksperimen

2n = banyaknya siswa kelas kontrol

21s = varians kelompok eksperimen

22s = varians kelompok kontrol

2s = varians gabungan

dengan dk = ( )221 −+ nn , kriteria pengujian tersebut ditolak jika

dengan menentukan taraf signifikan = 5%

peluang (1-α ) (Sudjana, 1996: 243).

( ) (tabeldata tt ≥ ) α

Page 65: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

f. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar

n

ZXn

ZX σμσγγ

21

21 +<<− ,

dengan

γ = koefisien kepercayaan

γ21Z = bilangan Z didapat dari tabel normal baku untuk peluang γ

21

Page 66: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini adalah hasil studi

lapangan untuk memperoleh data dengan teknik tes setelah dilakukan suatu

pembelajaran yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Variabel yang diteliti adalah hasil belajar matematika pada materi

pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial pada siswa kelas VII SMP 7 Semarang.

Sebagai kelompok eksperimen adalah siswa kelas VIIA dan sebagai kelompok

kontrol adalah siswa kelas VIIB. Setelah gambaran pelaksanaan penelitian

dijelaskan, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis menggunakan statistik t

dengan pengujian normalitas dan kesamaan varians sebagai uji prasyaratnya.

1. Pelaksanaan Pembelajaran

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang terdiri dari

dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 September 2005

sampai dengan 1 Oktober 2005, pada siswa kelas VIIA dan VIIB SMP 7

Semarang. Sebelum kegiatan penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu

menentukan materi dan menyusun rencana pembelajaran, dan lembar

observasi/ pengamatan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Materi pokok yang dipilih adalah Aljabar dan

Aritmatika Sosial, sedangkan dalam penelitian ini hanya diambil sub

53

Page 67: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

materi yaitu Aritmatika Sosial, karena materi ini sering digunakan oleh

siswa dalam kegiatan ekonomi sehari-hari.

Model pembelajaran yang digunakan dalam kelas eksperimen

yaitu model pembelajaran berdasarkan masalah dan di kelas kontrol

digunakan pembelajaran dengan metode ekspositori. Pelaksanaan

pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 tahap utama yaitu: guru

mengorientasikan atau memperkenalkan siswa pada situasi masalah,

mengorganisir siswa untuk belajar dengan cara membagi kelas menjadi

kelompok-kelompok yang terdiri dari 5-6 orang, membantu siswa dalam

memecahkan masalah baik secara kelompok maupun individu, membantu

mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah dan yang

terakhir, yaitu menganalisis hasil kerja siswa.

2. Hasil Uji Normalitas

Dari perhitungan data kelompok eksperimen setelah perlakuan

dengan mean 81.22; simpangan baku = 12.75; nilai tertinggi = 100; nilai

terendah = 48; banyak kelas interval = 7, dan panjang kelas interval = 8

diperoleh = 7.0772. Dengan banyaknya data 41, dan dk = 4,

diperoleh = 9.49, dengan demikian < , ini berarti nilai

hasil belajar matematika kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 62.

hitung2χ

tabel2χ hitung

2χ tabel2χ

Hasil perhitungan untuk kelompok kontrol setelah perlakuan

dengan mean = 76.80; simpangan baku = 10.73; nilai tertinggi = 96; nilai

terendah = 50; banyaknya kelas interval = 7, dan panjang kelas interval =

Page 68: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

7, diperoleh = 3.4951. Dengan banyaknya data 40, taraf nyata 5%,

dan dk = 4, diperoleh = 9.49. Dengan demikian < . Ini

berarti nilai hasil belajar matematika kelompok kontrol berdistribusi

normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 63.

hitung2χ

tabel2χ hitung

2χ tabel2χ

3. Hasil Uji Homogenitas

Hasil perhitungan untuk kelompok eksperimen didapat varians =

162.68 dan untuk kelompok kontrol didapat varians = 115.19. Dari

perbandingannya diperoleh Fhitung = 1.412. Dari tabel distribusi F dengan

taraf nyata 5% dan dk pembilang = 40 serta dk penyebut = 39, diperoleh

Ftabel = 1.70. Karena Fhitung = 1.412 < Ftabel = 1.70, maka Ho diterima yang

berarti kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan/ homogen.

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 64.

4. Nilai Rata-rata Hasil Belajar

Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata hasil belajar

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh sebagai berikut:

Sampel Rata-rata Hasil Belajar Simpangan Baku

Kel. Eksperimen 81.22 12.75

Kel. Kontrol 76.80 10.73

5. Uji Ketuntasan Belajar

Hasil perhitungan uji keefektifan pembelajaran kelompok

eksperimen diperoleh thitung = 8.15. Dengan kriteria uji pihak kanan, untuk

α = 5% dan dk = n – 1 = 41 – 1 = 40, diperoleh t(0.95)(40) = 1.68. Karena

thitung > ttabel maka disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok

Page 69: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

eksperimen 65, sehingga dapat dinyatakan bahwa siswa telah mencapai

ketuntasan belajar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

66.

6. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar

Hasil perhitungan uji estimasi rata-rata hasil belajar kelompok

eksperimen adalah 77.20 – 85.24 untuk koefisien γ = 0,975 dan dk = 41 –

1 = 40, diperoleh tp= 2.02. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 68.

7. Uji Perbedaan Dua Rata-rata: Uji pihak Kanan

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data hasil belajar

matematika siswa kelas VIIA dan VIIB berdistribusi normal dan

homogen. Untuk menguji perbedaan dua rata-rata antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji t satu pihak yaitu uji

pihak kanan. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:

Ho : 21 μμ =

Ha : 21 μμ >

Dari penelitian diperoleh bahwa rata-rata kelompok eksperimen 1x =

81.22 dan rata-rata kelompok kontrol 2x = 76.80, dengan n1 = 41 dan n2 =

40 diperoleh thitung = 1.685. Dengan α = 5% dan dk = 41 + 40 – 2 = 79,

diperoleh ttabel =1.67. Karena thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha

diterima, berarti rata-rata hasil belajar matematika pada materi aritmatika

sosial dengan pembelajaran berdasarkan masalah lebih dari rata-rata hasil

Page 70: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

belajar matematika dengan metode ekspositori. Perhitungan selengkapnya

dapat dilihat pada lampiran 65.

8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen

selama pembelajaran diperoleh data sebagai berikut.

Pada pembelajaran I persentase aktivitas siswa sebesar 63.89 %, aktivitas

siswa masih rendah, hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan

metode pembelajaran yang diterapkan. Siswa masih belum begitu paham

dengan tugas yang harus dikerjakan, sehingga masih banyak siswa yang

bertanya dan menimbulkan kegaduhan. Persentase aktivitas siswa pada

pembelajaran II sebesar 69.44 %, mengalami peningkatan sebesar 5.55 %.

Sedang pada pembelajaran III menjadi 75 %, meningkat sebesar 5.56 %.

Pada pembelajaran IV persentase aktivitas siswa sebesar 80.55 %

meningkat sebesar 5.55 %. Kemudian pada pembelajaran ke V persentase

aktivitas siswa sebesar 86.11 %, mengalami peningkatan sebesar 5.56 %.

Terlihat bahwa aktivitas siswa dari pembelajaran satu ke pembelajaran

berikutnya selalu mengalami peningkatan. Untuk selengkapnya

perkembangan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dapat dilihat

pada lampiran 17, 23, 29, 35, dan 41. Dan grafik perkembangan aktivitas

siswa dapat dilihat pada lampiran 53.

Page 71: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

9. Hasil Observasi Pengelolaaan Pembelajaran oleh Guru

Berdasarkan hasil observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru

pada kelas eksperimen selama proses pembelajaran diperoleh data sebagai

berikut.

Pada pembelajaran I persentase kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran sebesar 62.5 %. Persentase kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran II sebear 67.5 %, mengalami peningkatan sebesar

5 %. Sedang pada pembelajaran III menjadi 75 % meningkat sebesar 7.5

%. Pada pembelajaran IV persentase kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran sebesar 82.5 %, meningkat sebesar 7.5 %. Kemudian pada

pembelajaran ke V persentase kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran sebesar 87.5 %, mengalami peningkatan sebesar 5%.

Terlihat bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari

setiap pembelajaran selalu mengalami peningkatan. Untuk selengkapnya

perkembangan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dapat

dilihat pada lampiran 16, 22, 28, 34, dan 42. Dan grafik kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 53.

10. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran

Berdasarkan hasil angket refleksi siswa terhadap pembelajaran

berdasarkan masalah diperoleh sikap dan tanggapan siswa selama

pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut:

a. Mengenai pelaksanaan pembelajaran matematika dengan

menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah. Pada setiap proses

Page 72: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

pembelajaran semua siswa menanggapi bahwa metode pembelajaran

yang digunakan menyenangkan. Hal ini terlihat dari hasil angket

refleksi yang menunjukkan bahwa pada pembelajaran I, banyak siswa

yang menyatakan menyenangkan adalah 31 orang siswa atau 75.61 %

dan siswa yang menyatakan sangat menyenangkan sebanyak 10 orang

siswa atau 24.39 %. Dan sampai pada pembelajaran V jumlah siswa

yang menyatakan sangat menyenangkan adalah 14 orang atau 34.15 %.

b. Mengenai pelaksanaan pembelajaran matematika dengan

menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah. Pada pembelajaran I

hasil angket refleksi menunjukkan bahwa banyak siswa yang

menyatakan pembelajaran berdasarkan masalah membuat siswa

menjadi bingung adalah 3 orang atau 7.32 % dan di akhir pembelajaran

yaitu pembelajaran V semua siswa sudah merasa mudah dan jelas.

Sedang siswa yang menyatakan pembelajaran berdasarkan masalah

sangat jelas pada pembelajaran I adalah 10 orang siswa atau 24.39 %

dan pada pembelajaran V menjadi 13 orang siswa atau 31.71 %.

c. Mengenai pembelajaran yang dilakukan dengan kerja kelompok. Dari

setiap pembelajaran semua siswa merasa senang dengan model

pembelajaran yang dilakukan dengan kerja kelompok. Berdasarkan

hasil angket refleksi menunjukkan bahwa pada pembelajaran I banyak

siswa yang menyatakan menyenangkan adalah 24 orang siswa atau

58.54 % dan siswa yang menyatakan sangat menyenangkan sebanyak

17 orang siswa atau 41.46 % dan sampai pada pembelajaran V jumlah

Page 73: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

siswa yang menyatakan sangat menyenangkan bertambah hingga

menjadi 24 siswa atau 58.54 %.

d. Mengenai penyajian hasil kerja kelompok. Dari setiap pembelajaran

semua siswa merasa senang dengan metode penyajian hasil kerja

kelompok. Dari hasil angket refleksi menunjukkan bahwa pada

pertemuan I, banyak siswa yang menyatakan menyenangkan sebanyak

29 orang siswa atau 70.73 % dan siswa yang menyatakan sangat

menyenangkan adalah sebanyak 12 orang siswa atau 29.27 %, dan

sampai pada pembelajaran V jumlah siswa yang menyatakan sangat

menyenangkan bertambah hingga 17 orang siswa atau 41.46 %.

e. Mengenai masalah yang harus diselesaikan sebagai evaluasi

pembelajaran. Berdasarkan hasil angket refleksi pada pembelajaran I

menunjukkan bahwa banyak siswa yang menyatakan masalah yang

harus diselesaikan sebagai evaluasi pembelajaran sulit adalah 3 orang

siswa atau 7.32 % dan diakhir pembelajaran yaitu pembelajaran V

sudah tidak ada yang menyatakan bahwa masalah yang harus

diselesaikan sulit. Sedangkan siswa yang menyatakan masalah yang

harus diselesaikan sebagai evaluasi pembelajaran membuat siswa

termotivasi untuk terus belajar pada pembelajaran I adalah 27 orang

siswa atau 65.85 % dan pada pembelajaran V menjadi sebanyak 34

orang siswa atau 82.39 %.

f. Mengenai pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

berdasarkan masalah. Dari hasil angket refleksi pada pembelajaran I

Page 74: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

menunjukkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah ini membuat

siswa biasa saja adalah 1 orang siswa atau 2.44 % dan di akhir

pembelajaran yaitu pembelajaran V sudah tidak ada lagi yang

menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah ini biasa saja.

Sedang siswa yang yang menyatakan pembelajaran berdasarkan

masalah ini membuat siswa menjadi sanagat berani pada pembelajaran

I adalah 11 orang siswa atau 26.83 % dan pada pembelajaran V

menjadi sebanyak 16 orang siswa atau 39.02 %.

Untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 18, 24,

30, 36, dan 42. Dan grafiknya dapat dilihat pada lampiran 54.

B. Pembahasan

1. Proses Kelompok Eksperimen

Pembelajaran kelompok eksperimen diterapkan dengan model

pembelajaran berdasarkan masalah yaitu dengan pengajuan pertanyaan

masalah kepada siswa yang diberikan dalam bentuk kartu masalah. Pada

awal pembelajaran terlebih dahulu guru menjelaskan tujuan dan model

pembelajaran dengan menjelaskan tentang logistik atau kelengkapan yang

dibutuhkan serta memberikan motivasi kepada siswa. Kemudian guru

memberikan apersepsi dan dengan metode ceramah dan tanya jawab guru

menerangkan materi yang dipelajari (terbatas) kemudian guru memberikan

permasalahan yang kontekstual untuk dicari pemecahannya, soal yang

Page 75: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

diberikan dibahas secara klasikal. Setelah itu guru melakukan tahap-tahap

pembelajaran berdasarkan masalah.

Berdasarkan pertemuan I masih terdapat kekurangan selama proses

pembelajaran sebagai berikut, kinerja guru dalam pengelolaan

pembelajaran belum dilaksanakan dengan baik karena model ini

merupakan hal yang baru bagi guru. Motivasi yang diberikan guru masih

terlalu sedikit, peran guru dalam membimbing siswa dalam

mengorganisasi tugas-tugas masih perlu ditingkatkan sehingga masih

terdapat beberapa kelompok yang belum memahami tugas yang harus

diselesaikan sehingga banyak siswa yang bertanya, bercerita sendiri, dan

tidak aktif dalam kelompoknya sehingga menimbulkan kegaduhan. Dalam

membimbing siswa membuat hasil karya, peran guru juga masih perlu

ditingkatkan.

Penyajian hasil diskusi kelompok oleh wakil dari setiap kelompok

belum disajikan dengan baik, tulisan yang ditampilkan belum lengkap dan

tulisannya kecil-kecil, suara yang dikeluarkan juga masih pelan sehingga

belum bisa dimengerti oleh teman sekelasnya dengan baik sehingga

terkesan menerangkan untuk dirinya sendiri. Reaksi dari siswa atau

kelompok lain juga belum ada karena masih belum ada siswa yang

bertanya atau menanggapi tentang penyajian dari kelompok yang maju.

Kerja sama siswa pada pertemuan I belum baik karena siswa belum

terbiasa dengan model pembelajaran yang dilaksanakan, masih banyak

siswa yang pasif dalam kelompoknya dan belum ada pembagian tugas

Page 76: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

yang merata dalam kelompok. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan

I belum dilaksanakan dengan baik, sehingga masih perlu diperbaiki, agar

kemampuan dalam memecahkan masalah dan bekerja sama dapat

ditumbuhkembangkan sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan II sudah lebih baik dari

pertemuan sebelumnya. Tetapi motivasi yang diberikan guru masih

sedikit. Bimbingan penyelidikan secara individual atau kelompok juga

masih perlu ditingkatkan, karena masih ada beberapa siswa yang belum

aktif dalam pelaksanaan diskusi. Peran guru dalam membimbing

pengembangan dan penyajian hasil karya perlu ditingkatkan karena belum

dibuat kesepakatan dengan siswa tentang posisi kertas dalam menyajikan

hasil karya sehingga siswa masih semaunya sendiri.

Aktivitas siswa sudah semakin baik, sebagian anggota kelompok

sudah berbagi tugas. Interaksi antar siswa belum terlaksana dengan

maksimal, mereka masih canggung untuk saling bertanya dan menjelaskan

dengan teman sekelompoknya sehingga masih sering bertanya kepada

guru bila menemui kesulitan. Dalam menyampaikan tanggapan dan

gagasan secara lisan juga perlu ditingkatkan, karena dalam penyajian hasil

diskusi masih terlihat malu-malu sehingga memakan banyak waktu.

Kerjasama siswa sudah semakin baik, karena siswa sudah

mengenal model pembelajaran yang dilaksanakan. Partisipasi siswa di

dalamnya menunjukkan sedikit peningkatan. Diskusi antar teman dalam

Page 77: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

kelompok terlaksana dengan baik walau masih ada sebagian siswa yang

tidak berperan aktif dalam kelompoknya.

Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah pada pertemuan III

menunjukkan peningkatan yang lebih baik daripada pertemuan II. Guru

telah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lengkap dan

memunculkan masalah dengan sangat baik. Bimbingan guru dalam

mengorganisasi tugas-tugas sudah sangat baik juga, siswa sudah dengan

sendirinya mengambil dan mempersiapkan logistik yang diperlukan

walaupun masih terkesan ramai. Bimbingan individual maupun kelompok

sudah mulai ditingkatkan, sehingga suasana pembelajaran menjadi

kondusif, hampir seluruh siswa aktif dalam pembelajaran. Peran guru

dalam membimbing siswa menyajikan hasil karya sudah lebih baik.

Penulisan hasil diskusi dalam kertas manila sudah tertulis lengkap. Dalam

menyimpulkan materi pada pertemuan III ini, guru masih berperan cukup

banyak karena siswa masih kesulitan dalam merangkai kata-kata.

Aktivitas siswa pada pertemuan III juga meningkat dibanding

pertemuan II. Sebagian besar siswa melakukan aktivitas matematika

seperti menghitung, mengamati, mencatat, memprediksi, dan membuat

kesimpulan sehingga pembagian tugas dalam kelompok sudah lebih

merata dan tidak terlihat siswa yang diam atau bercerita sendiri. Interaksi

antar siswa sudah baik, mereka sudah saling bekerjasama, berdiskusi,

bertanya dan menjelaskan, bahkan sudah ada sebagian kelompok yang

berdiskusi dengan guru ketika guru memberikan bimbingan kelompok.

Page 78: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Siswa menjadi lebih berani dalam menyajikan hasil diskusi

kelompok di depan kelas. Wakil kelompok yang maju setiap kali

pertemuan tidak sama dengan pertemuan sebelumnya, hal ini untuk

melatih keberanian tiap-tiap anak. Suara yang dikeluarkan sudah cukup

keras sehingga siswa lain yang di belakang dapat mendengar. Beberapa

anak sudah berani bertanya dan menanggapi secara lisan hasil presentasi

kelompok yang maju. Kerjasama siswa pada pertemuan ini, menunjukkan

peningkatan. Semua anggota kelompok sudah terbiasa membagi tugas

untuk memecahkan masalah, setiap anggota kelompok terlibat di

dalamnya.

Pada pertemuan IV, guru sudah agak mengurangi pemberian

bantuan karena siswa sudah bisa melakukannya sendiri. Guru hanya

memberikan bantuan pada kelompok yang mengalami kesulitan. Pada

pertemuan yang ke IV ini, guru tetap mengaktifkan diskusi/ dialog antar

teman dalam kelompoknya. Diskusi antara guru dengan siswa juga

semakin meningkat, siswa sudah tidak merasa canggung lagi bertanya

kepada guru. Hubungan yang baik antara guru dengan siswa dan sesama

siswa dalam kelompok telah meningkatkan kerjasama yang baik sehingga

jumlah siswa yang mengalami kesulitan sudah berkurang.

Aktivitas siswa yang dilakukan pada pertemuan IV sudah baik.

Model kerja sama yang dilaksanakan pada model pembelajaran

berdasarkan masalah telah meningkatkan keberanian siswa dalam bertanya

dan mengemukakan pendapat. Siswa sudah berani menyampaikan

Page 79: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

gagasannya secara lisan. Dalam penyampaian hasil diskusi, siswa sudah

dapat menyampaikan gagasan kelompoknya secara lengkap dan teratur.

Kerjasama siswa pada pertemuan IV juga semakin baik. Antar

sesama anggota kelompok sudah saling membantu dalam mengutarakan

pendapat, dan saling mendengarkan pendapat yang diajukan oleh salah

satu anggota. Mereka berbicara secara teratur dan bergiliran sehingga

suasana diskusi terlihat semakin kondusif.

Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah pada pertemuan V

sudah baik. Guru telah melaksanakan tahap-tahap pembelajaran

berdasarkan masalah dengan sangat baik. Guru telah memunculkan

masalah dan memotivasi siswa untuk bisa memecahkan masalah yang

diajukan dengan sangat baik sehingga siswa semakin senang dengan

model pembelajaran yang dilaksanakan. Peran guru dalam membimbing

siswa mengorganisasikan tugas-tugas dan berbagi tugas dengan teman

kelompoknya juga sudah baik. Siswa sudah dengan sendirinya

melaksanakan tugas-tugas yang harus dikerjakan. Bantuan yang diberikan

guru sudah berkurang, guru hanya memberikan bantuan pada siswa atau

kelompok yang membutuhkan.

Ada peningkatan aktivitas siswa dibanding pertemuan-pertemuan

sebelumnya, dengan model kerja kelompok yang dilakukan setiap kali

pertemuan telah meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan

memecahkan masalah yang dihadapi. Bentuk kerjasama yang selalu

mereka kerjakan juga melatih mereka untuk selalu menghargai orang lain.

Page 80: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Menurut peneliti, kerjasama yang baik ini menjadi salah satu

pendukung keberhasilan siswa yang ditunjukkan tidak hanya pada hasil

belajarnya saja tetapi pada kemampuan siswa dalam memahami dan

memecahkan masalah serta kerjasama yang dapat ditumbuhkembangkan.

Hasil penskoran angket kerjasama dan uji peningkatan kerjasama dari

setiap pertemuan dapat dilihat pada lampiran 58, 59, 60, 61, 62, dan 63.

Berdasarkan hasil angket refleksi dari siswa menunjukkan bahwa

pembelajaran berdasarkan masalah ini sangat menyenangkan model kerja

kelompok dan penyajian hasil kerja kelompok juga membuat mereka

senang. Masalah yang mereka peroleh juga telah memotivasi mereka

untuk terus belajar. Model pembelajaran ini membuat mereka menjadi

berani mengemukakan pendapat dan meningkatkan percaya diri bagi siswa

untuk tampil di depan kelas.

2. Proses Kelompok Kontrol

Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol adalah

pembelajaran ekspositori. Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya

jawab, dan pemberian tugas. Dalam pembelajaran ekspositori, guru

menjelaskan materi secara urut kemudian siswa diberi kesempatan untuk

mencatat. Selanjutnya guru memberikan beberapa contoh soal latihan.

Kemudian guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan di buku

latihan. Setelah selesai mengerjakan soal, beberapa siswa diminta untuk

mengerjakan soal tersebut di papan tulis. Guru memberikan kesempatan

bertanya kepada siswa mengenai hal-hal yang belum dipahami. Di akhir

Page 81: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

pembelajaran, guru menegaskan kembali tentang materi yang telah

dipelajari kemudian memberi tugas rumah.

Pembelajaran dengan metode ekspositori pada awalnya memang

membuat siswa lebih tenang karena guru yang mengendalikan siswa.

Siswa duduk dan memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran. Hal

semacam ini justru mengakibatkan guru kurang memahami pemahaman

siswa, karena siswa yang sudah jelas atau belum hanya diam saja. Siswa

yang belum jelas kadang tidak berani atau malu untuk bertanya pada guru.

Pada waktu mengerjakan soal latihan hanya siswa yang pandai saja yang

serius mengerjakan soal yang diberikan oleh guru sedangkan yang lain

lebih asyik bercerita dengan temannya.

Permasalahan lain yang dihadapi oleh siswa adalah tentang

kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah. Karena

pembelajaran tidak menggunakan sistem kelompok maka masalah yang

diberikan harus dikerjakan sendiri, oleh karena itu pemahaman siswa

dalam memahami arti atau maksud soal yang diberikan agak lambat dan

kecepatan berhitung pun agak lambat sehingga memakan banyak waktu,

dalam setiap kali pertemuan tidak selalu bisa memberikan evaluasi. Bila

model pembelajaran seperti ini terus berlanjut akan mengakibatkan tidak

tercapainya tujuan pembelajaran sehingga hasil belajar matematika siswa

tidak akan meningkat. Karena itu guru yang memberikan pelajaran

sebaiknya mengadakan variasi model pembelajaran dalam mengajar.

Page 82: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan analisis hasil penelitian, kita ketahui bahwa hasil

belajar kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol. Hal ini

disebabkan karena kedua kelas ini diberi perlakuan yang berbeda. Pada

kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan

masalah sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan metode

ekspositori. Indikator dari keefektifan pembelajaran tidak hanya dilihat

dari hasil tes secara individual yang mampu menyelesaikan minimal 65 %

dari tujuan keseluruhan, tetapi juga ketuntasan belajar secara klasikal yang

mencapai sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah peserta didik yang ada di

kelas telah tuntas belajar.

Suatu proses pembelajaran juga dikatakan efektif apabila seluruh

peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Hal

ini dapat dilihat dari meningkatnya kemampuan siswa dalam memecahkan

masalah dan kerjasama siswa dalam kelompoknya. Kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran pun semakin meningkat pada setiap

pertemuan.

Pada penelitian ini hipotesis penelitian sudah tercapai pada

pertemuan IV. Walaupun demikian guru masih perlu memberikan

penguatan materi dan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan secara

individual karena siswa harus dilatih untk berfikir mandiri. Tidak

selamanya siswa harus menyelesaikan masalah secara bersama-sama atau

kelompok. Selain itu dengan pemberian masalah yang berbeda dari tiap

kelompok juga menyebabkan pemahaman yang berbeda, siswa lebih

Page 83: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

menguasai masalah yang dihadapi dalam kelompoknya sedangkan masalah

yang terdapat dalam kelompok lain siswa perlu pemahaman khusus.

Pelaksanaan model pembelajaran yang monoton dapat

menyebabkan kejenuhan pada siswa, untuk lebih memotivasi dan

menghindari kejenuhan pada siswa dalam pelaksanaan pembelajaran

berdasarkan masalah guru dapat mengadakan variasi dengan memberikan

keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki dan pemecahannya

dapat dilakukan dengan beragam material dan peralatan, dan

pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, bisa juga dilakukan di

perpustakaan atau laboratorium, bahkan dilakukan diluar sekolah agar

siswa lebih memahami peran matematika yang mereka pelajari dalam

kehidupan sehari-hari. Hambatan yang dialami selama proses

pembelajaran kiranya dapat menjadi tinjauan bagi guru dalam

melaksanakan pembelajaran serupa. Pembelajaran berdasarkan masalah

perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Pada metode ekspositori, karena tidak adanya sistem kelompok

maka kebebasan mengeluarkan pendapat dan bekerjasama tidak dapat

dilaksanakan secara optimal. Dengan metode pembelajaran yang demikian

belum bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Suharyono (dalam Tursinah, 2004) mengenai kelemahan metode

ekspositori yang diterapkan pada kelompok kontrol ini.

Page 84: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran berdasarkan masalah

lebih baik daripada pembelajaran dengan metode ekspositori. Pembelajaran

berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam

memahami maksud soal cerita dan memecahkan masalah yang diberikan.

Selain itu pembelajaran berdasarkan masalah juga dapat meningkatkan

keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan juga

menumbuhkembangkan kerjasama antar siswa dalam kelompok.

Pada pembelajaran berdasarkan masalah fungsi guru hanya sebagai

fasilitator, yaitu memberikan pengarahan seperlunya pada siswa. Keaktifan

siswa lebih diutamakan pada model pembelajaran ini. Dengan adanya

keaktifan ini akan meningkatkan motivasi belajar yang tinggi sehingga akan

sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif daripada pembelajaran

dengan metode ekspositori.

2. Kemampuan siswa dalam bekerjasama dan memecahkan masalah dapat

ditumbuhkembangkan pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VII

SMP 7 Semarang tahun ajaran 2005/ 2006.

71

Page 85: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

B. SARAN

1. Guru diharapkan dapat mengembangkan kreatifitas dalam membuat soal

diskusi dengan lebih mengaitkan masalah pada soal dengan kegiatan

sehari-hari sehingga keaktifan siswa dapat lebih ditingkatkan.

2. Dalam proses pembelajaran berdasarkan masalah masih memerlukan

adanya perbaikan yaitu guru dapat lebih memotivasi siswa dalam

mengikuti pembelajaran dengan cara memberikan keleluasaan kepada

siswa dalam menyelesaikan masalah misalnya dengan bekerja dengan

beragam material dan peralatan dan pelaksanaannya bisa juga dilakukan di

perpustakaan atau laboratorium bahkan dilakukan di luar sekolah sehingga

siswa lebih memahami peran matematika yang mereka pelajari.

3. Pembelajaran berdasarkan masalah perlu terus diterapkan dan

dikembangkan pada materi yang lain agar siswa lebih memahami bahwa

materi yang dipelajari ada hubungannya dan berguna bagi kehidupan

sehari-hari.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian

ini.

Page 86: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

DAFTAR PUSTAKA

Abba, N. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction). Makalah. Universitas Negeri Surabaya.

Adinawan, M.C. 2002. Matematika SLTP Kelas 1 Semester 1. Erlangga: Jakarta. Arifin, Z. 1991. Evaluasi Instruksional. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

Darsono, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. IKIP Semarang Press: Semarang.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning

(CTL)). Jakarta. Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

Jurusan Matematika FMIPA. Universitas Negeri Malang. Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. UNESA- University

Press: Surabaya. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Remaja Rosdakarya:

Bandung. Poerwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:

Jakarta. Shofwani, S.A. 2005. Keefektifan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah

dangan Penggunaan Media (Kartu Masalah) Terhadap kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Cerita Pokok Bahasan Perbandingan Kelas II Semester I Mts. Al Asror Semarang Tahun Pelajaran 2004/ 2005. Skripsi. Perpustakaan Jurusan Matematika: UNNES.

Sudirman, dkk. 2004. Cerdas Aktif Matematika untuk kelas 1 SMP. Ganeca Exact:

Jakarta. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sudjana, N. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Page 87: Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Suharyono, T, dkk. 1996. Strategi Belajar Matematika. AMP Matematika Jakarta: Konsultan dan TIM Pengembangan PKG Matematika Dirjen Dikdasmen Depdikbud.

Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jurusan

Pendidikan Matematika FPMIPA. Unversitas Pendidikan Indonesia. Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika.

Universitas Negeri Semarang.

Tursinah. 2004. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Aritmatika Sosial dengan Menggunakan Metode diskusi, Ekspositori, dan Resitasi pada Siswa Kelas I Semester I Bantarkawung Brebes Tahun Ajaran 2003/ 2004. Skripsi. Perpustakaan Jurusan Matematika: UNNES.