keefektifan pembelajaran berdasarkan masalah terhadap peningkatan hasil belajar siswa
TRANSCRIPT
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI POKOK ALJABAR
DAN ARITMATIKA SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP 7
SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2005/ 2006
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1
untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nama : Heni Purwati
NIM : 4101401039
Prodi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
ABSTRAK
Heni Purwati (4101401039), “Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial pada Siswa Kelas VII SMP 7 Semarang Tahun Pelajaran 2005/ 2006”. Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, fokus pembelajaran matematika di sekolah adalah penguasaan konsep dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah. Agar tujuan pembelajaran tercapai maka guru pelajaran matematika perlu memilih model pembelajaran yang tepat, salah satu model yang digunakan adalah model pembelajaran berdasarkan masalah yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi pokok aljabar dan aritmatika sosial. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode ekspositori? (2) Apakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan bekerjasama dapat ditumbuhkembangkan pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VII SMP 7 Semarang tahun Pelajaran 2005/ 2006?. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui apakah pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode ekspositori. (2) Untuk mengetahui apakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan bekerjasama dapat ditumbuhkembangkan pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VII Semester I SMP 7 Semarang tahun pelajaran 2005/ 2006. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 7 Semarang tahun pelajaran 2005/ 2006. Dengan teknik pengambilan sampel menggunakan cara cluster random sampling diambil sampel sebanyak 2 kelas yaitu siswa kelas VII A sebagai kelompok eksperimen yang dikenai model pembelajaran berdasarkan masalah dan siswa kelas VIIB sebagai kelompok kontrol yang dikenai metode pembelajaran ekspositori. Pada akhir pembelajaran kedua kelas sampel diberi tes akhir dengan menggunakan instrumen yang sama yang telah diuji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembedanya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumentasi, angket, observasi, dan tes. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas data hasil tes dari kedua kelompok tersebut diperoleh bahwa data kedua sampel normal dan homogen, sehingga untuk pengujian hipotesis digunakan uji t. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 1.685 sedangkan nilai ttabel = 1.67, oleh karena itu thitung > ttabel maka Ho ditolak dan hipotesis diterima. Jadi rata-rata hasil evaluasi pembelajaran pada kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah terus mengalami peningkatan, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran terus meningkat dan perubahan sikap siswa terhadap pembelajaran juga terus membaik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode ekspositori. Selain itu pembelajaran berdasarkan masalah juga dapat
menumbuhkembangkan kemampuan siswa dalam bekerjasama dan memecahkan masalah pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VII SMP 7 Semarang tahun ajaran 2005/ 2006. Disarankan guru dapat terus mengembangkan pembelajaran berdasarkan masalah dan menerapkan pada materi pokok lain.
PENGESAHAN
SKRIPSI
Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Pokok
Aljabar dan Aritmatika Sosial Pada Siswa Kelas VII SMP 7 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006
Skrirsi ini telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang Hari : Rabu Tanggal : 22 Februari 2006
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris Drs. Kasmadi Imam S.,M.S Drs. Supriyono, M.Si NIP. 130781011 NIP. 130815345 Pembimbing Utama Penguji Utama Dr. ST. Budi Waluyo Drs. Suhito, M.PdNIP. 132046848 NIP. 130604210 Pembimbing Pendamping Anggota I Drs. Sugiarto Dr. ST. Budi Waluyo NIP. 130686732 NIP. 132046848 Anggota II Drs. Sugiarto NIP. 130686732
MOTTO
1. Allah SWT tidak akan mengubah nasib kita apabila kita tidak
berusaha untuk mengubahnya.
2. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S Alam
Nasyrah: 6).
3. Diantara pintu besar yang mendatangkan kebahagiaan adalah doa
kedua orang tua.
4. Bukan karena tidak tahu melainkan kemalasanlah yang menghambat
kemajuan.
PERSEMBAHAN:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu menyayangi dan mencintaiku, doa kalian selalu menyertai setiap langkahku.
2. Dek Puput yang selalu menemaniku dalam suka dan duka. 3. Rahayu, Asih, Ima, atas persahabatan dan kebersamaan yang tak
pernah terlupa. 4. Ika, Catur, Dimas, Mas2 Q yang selalu memberikan dorongan dalam
menyelesaikan skripsi. 5. Teman-teman KKN desa Batukali, Sari, Ida, Naomi, Andy, Ulfa,
Wi2k, Ning, Ardi, Arif. Tetap SEMANGAT. 6. Teman-teman Pend. Mat’01 atas kebersamaannya selama ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya, serta kemudahan dan kelapangan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH TERHADAP PENINGKATAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA
MATERI POKOK ALJABAR DAN ARITMATIKA SOSIAL PADA SISWA
KELAS VII SMP 7 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2005/ 2006”
Penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. H. A. T. Soegito, S. H., M. M., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Kasmadi Imam S., M. S., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
3. Drs. Supriyono, M. Si., Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
4. Dr. ST. Budi Waluyo, Dosen pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.
5. Drs. Sugiarto, Dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.
6. Dra. Roch Mulyati, M.Si., Kepala SMP 7 Semarang yang telah memberikan
ijin penelitian.
7. Subawa, S.Pd., Guru matematika kelas VII SMP 7 Semarang yang telah
membantu terlaksananya penelitian ini.
8. Siswa-siswi kelas VII SMP 7 Semarang tahun ajaran 2005/ 2006 atas
ketersediaanya menjadi responden dalam pengambilan data penelitian ini.
9. Bapak dan Ibu guru SMP 7 Semarang atas segala bantuan yang diberikan.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum
sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi
pembaca yang budiman.
Semarang, 2006
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DARTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Penegasan Istilah ........................................................................ 5
D. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 7
E. Sistematika Penulisan Skripsi ..................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ........................................ 10
A. Landasan Teori............................................................................ 10
1. Belajar dan Pembelajaran...................................................... 10
2. Pemecahan Masalah.............................................................. 13
3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah ..................................... 16
4. Metode Ekspositori ............................................................... 23
5. Soal Cerita............................................................................. 24
6. Aritmatika Sosial................................................................... 25
B. Kerangka Berpikir....................................................................... 33
C. Hipotesis...................................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 35
A. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 35
B. Variabel Penelitian ...................................................................... 35
C. Desain Penelitian......................................................................... 36
D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 36
E. Instrumen Penelitian ................................................................... 37
F. Metode Analisis Data.................................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................... 53
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 53
B. Pembahasan................................................................................. 61
BAB V PENUTUP................................................................................... 71
A. Simpulan ...................................................................................... 71
B. Saran............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 73
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Lembar Pengamatan Untuk Guru .......................................... 75
Lampiran 2. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa .................................... 76
Lampiran 3. Kisi-kisi Uji Coba Instrumen................................................. 77
Lampiran 4. Angket Kerjasama dalam Kelompok..................................... 80
Lampiran 5. Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran.................... 81
Lampiran 6. Daftar Nama Kelas Uji Coba................................................. 82
Lampiran 7. Analisis Uji Coba Tes............................................................ 83
Lampiran 8. Instrumen Soal yang Dipakai ................................................ 85
Lampiran 9. Contoh Perhitungan Validitas Instrumen .............................. 86
Lampiran 10. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Instrumen..................... 87
Lampiran 11. Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen .............. 89
Lampiran 12. Contoh Perhitungan Reliabilitas Instrumen........................... 90
Lampiran 13. Daftar Nama Kelompok......................................................... 92
Lampiran 14. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 93
Lampiran 15. Rencana Pembelajaran I ........................................................ 94
Lampiran 16. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran I ............ 97
Lampiran 17. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran I ...... 98
Lampiran 18. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran I........ 99
Lampiran 19. Data Skor Angket Kerjasama Siswa pada Pertemuan I......... 101
Lampiran 20. Analisis Daya Serap Tes Pertemuan I……………….. ......... 102
Lampiran 21. Rencana Pembelajaran II ....................................................... 103
Lampiran 22. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran II ........... 106
Lampiran 23. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran II ..... 107
Lampiran 24. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran II....... 108
Lampiran 25. Data Skor Angket Kerjasama Siswa pada Pertemuan II ....... 110
Lampiran 26. Analisis Daya Serap Tes Pertemuan II .................................. 111
Lampiran 27. Rencana Pembelajaran III...................................................... 112
Lampiran 28. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran III.......... 116
Lampiran 29. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran III.... 117
Lampiran 30. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran III ..... 118
Lampiran 31. Data Skor Angket Kerjasama Siswa pada Pertemuan III ...... 120
Lampiran 32. Analisis Daya Serap Tes Pertemuan III................................. 121
Lampiran 33. Rencana Pembelajaran IV ..................................................... 122
Lampiran 34. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran IV ......... 126
Lampiran 35. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran IV ... 127
Lampiran 36. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran IV..... 128
Lampiran 37. Data Skor Angket Kerjasama Siswa pada Pertmuan IV........ 130
Lampiran 38. Analisis Daya Serap Tes Pertemuan IV ................................ 131
Lampiran 39. Rencana Pembelajaran V....................................................... 132
Lampiran 40. Hasil Pengamatan Untuk Guru pada Pembelajaran V........... 136
Lampiran 41. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Pembelajaran V..... 137
Lampiran 42. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran V ...... 138
Lampiran 43. Data Skor Angket Kerjasama Siswa pada Pertemuan V ....... 140
Lampiran 44. Analisis Daya Serap Tes Pertemuan V.................................. 141
Lampiran 45. Rencana Pembelajaran VI ..................................................... 142
Lampiran 46. Hasil Penskoran Angket Kerjasama Dalam Kelompok......... 144
Lampiran 47. Tabel Analisis Uji Peningkatan Kerjasama dalam Kelompok 145
Lampiran 48. Uji Peningkatan Kerjasama dari Pertemuan I ke II ............... 146
Lampiran 49. Uji Peningkatan Kerjasama dari Pertemuan II ke III ............ 147
Lampiran 50. Uji Peningkatan Kerjasama dari Pertemuan III ke IV........... 148
Lampiran 51. Uji Peningkatan Kerjasama dari Pertemuan IV ke V............ 149
Lampiran 52. Grafik Daya Serap Siswa....................................................... 150
Lampiran 53. Grafik Kemampuan Pengelolaan Oleh Guru dan Grafik
Perkembangan Aktivitas Siswa............................................. 151
Lampiran 54. Grafik Hasil Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran............ 152
Lampiran 55. Data Kondisi Awal Siswa...................................................... 155
Lampiran 56. Uji Normalitas Data Kondisi Awal Kelompok Eksperimen . 156
Lampiran 57. Uji Normalitas Data Kondisi Awal Kelompok Kontrol ........ 157
Lampiran 58. Uji Kesamaan Dua Varians Nilai Awal Kelompok
Eksperimen dengan Kelompok Kontrol................................ 158
Lampiran 59. Uji Kesamaan Rata-rata Nilai Awal Kelompok
Eksperimen dengan Kelompok Kontrol................................ 159
Lampiran 60. Kisi-Kisi Soal Evaluasi.......................................................... 160
Lampitan 61. Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ................................................................ 162
Lampiran 62. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Kelompok Eksperimen .. 163
Lampiran 63. Uji Normalitas Nilai Hasil Belajar Kelompok Kontrol ......... 164
Lampiran 64. Uji Kesamaan Dua Varians Hasil Belajar Kelompok
Eksperimen dengan Kelompok Kontrol................................ 165
Lampiran 65. Uji Perbedaan Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
dengan Kelompok Kontrol................................................... 166
Lampiran 66. Uji ketuntasan Belajar Kelompok Eksperimen ..................... 167
Lampiran 67. Uji Ketuntasan Belajar Kelompok Kontrol ........................... 168
Lampiran 68. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Eksperimen...... 169
Lampiran 69. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar Kelompok Kontrol ............ 170
Lampiran 70. Contoh Rencana Pembelajaran Kelompok Kontrol............... 171
Lampiran 71. Daftar Kritik Uji T................................................................. 176
Lampiran 72. Tabel Nilai Chi Kuadrat ........................................................ 178
Lampiran 73. Daftar Kritik Z dari 0 ke Z..................................................... 179
Lampiran 74. Daftar Kritik Uji F ................................................................. 180
Lampiran 75. Daftar Kritik r Product Moment ............................................ 182
Lampiran 76. Dokumentasi Penelitian......................................................... 183
Lampiran 77. Surat Ijin Penelitian ............................................................... 184
Lampiran 78. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ..................... 185
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan
harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah
mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap
setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai
salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia. Pada
intinya pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan,
merubah perilaku, serta meningkatkan kualitas hidup.
Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, menurut kurikulum
2004, fokus pembelajaran matematika di sekolah adalah penguasaan konsep
dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah. Dan untuk
mencapai kompetensi tersebut dipilih materi-materi matematika dengan
memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat
esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari.
Agar tujuan pembelajaran tercapai, maka guru mata pelajaran
matematika juga perlu memilih model pembelajaran yang tepat. Model
pembelajaran adalah suatu kerangka konsepsual yang menggambarkan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
1
perancang dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar.
Salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kelas
adalah metode ekspositori. Berdasarkan hasil penelitian Shofwani (2005),
aktivitas siswa selama pembelajaran dengan metode ekspositori belum
memuaskan karena pembelajaran berlangsung satu arah saja. Guru tidak
mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran. Kalaupun siswa diberi
kesempatan untuk bertanya, sedikit sekali yang melakukannya. Hal ini karena
siswa masih takut atau bingung mengenai apa yang akan ditanyakan. Selain
itu siswa kurang terlatih dalam mengembangkan ide-idenya di dalam
memecahkan masalah. Siswa masih minder atau pasif, belum mampu berpikir
kritis dan berani mengungkapkan pendapat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan suatu model
pembelajaran yang lebih tepat dan menarik, dimana siswa dapat belajar secara
kooperatif, dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, dan
mengemukakan pendapat atau pemikirannya dengan bebas. Dan salah satu
upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam mata
pelajaran matematika pada materi aritmatika sosial di SMP 7 Semarang adalah
dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah karena model
pembelajaran berdasarkan masalah adalah model pembelajaran dengan
pendekatan siswa pada masalah kehidupan nyata sedangkan aritmatika sosial
merupakan materi yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian sehari-
hari yang biasa ditemui siswa. Sehingga materi ini sangat tepat jika diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah.
Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah kehidupan
nyata. Sehingga dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan
penyelidikan, memperoleh pengalaman tentang peran intelektual orang
dewasa, dan meningkatkan rasa percaya diri dalam kemampuan berpikir
(Ibrahim, 2000).
Suatu proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta
didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya (Mulyasa,
2003: 101). Dengan demikian diharapkan model pembelajaran berdasarkan
masalah pada materi aritmatika sosial lebih efektif daripada metode
pembelajaran ekspositori yang ditunjukkan dengan ketuntasan hasil belajar
siswa, yaitu jika siswa mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau
mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran
sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari
jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut yang telah tuntas belajar
(Mulyasa, 2003: 99).
Pemilihan model pembelajaran berdasarkan masalah didasarkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual, yaitu
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2003: 1).
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Berdasarkan buku-buku penunjang pelajaran matematika yang
mengacu pada kurikulum, banyak dijumpai soal-soal yang berbentuk soal
cerita hampir pada setiap materi pokok. Sementara itu pada pengalaman sering
dijumpai siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal
cerita.
Soal cerita dalam kehidupan sehari-hari lebih ditekankan kepada
penajaman intelektual anak sesuai dengan kenyataan yang mereka hadapi.
Karena masalah matematika sehari-hari lebih banyak bersifat kata-kata
daripada simbol. Salah satu masalah yang biasa mereka temui adalah masalah
ekonomi yaitu dalam hal perdagangan dan perbankan. Dalam mata pelajaran
matematika masalah tersebut merupakan pembahasan pada materi aritmatika
sosial. Dimana secara langsung maupun tidak langsung siswa sering sekali
berhubungan dengan masalah ekonomi termasuk masalah perdagangan dan
perbankan sehingga materi ini sangat berguna bagi kehidupan siswa di masa
mendatang.
Dengan demikian peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan
judul “Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Pokok
Aljabar dan Aritmatika Sosial Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 7 Semarang
Tahun Pelajaran 2005/ 2006”
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah penggunaan model pembelajaran berdasarkan masalah
lebih efektif daripada pembelajaran ekspositori?
2. Apakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan
bekerjasama dapat ditumbuhkembangkan pada materi pokok aljabar dan
aritmatika sosial pada siswa kelas VII semester 1 SMP 7 Semarang tahun
pelajaran 2005/ 2006?
C. Penegasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya salah penafsiran dalam penelitian ini,
maka perlu adanya penegasan-penegasan istilah yang terdapat dalam
penelitian ini.
1. Keefektifan
Artinya keadaan berpengaruh, keberhasilan terhadap usaha atau
tindakan (Poerwadarminta, 1999). Dalam konteks penelitian ini,
keefektifan dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:
a. Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran berdasarkan masalah secara signifikan lebih baik
daripada siswa yang diajar dengan metode ekspositori.
b. Hasil belajar dengan pembelajaran berdasarkan masalah mencapai
ketuntasan belajar lebih besar atau sama dengan 65 dan secara klasikal
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas
tersebut telah tuntas belajar (Mulyasa, 2003).
c. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan bekerja sama
dapat ditumbuhkembangkan melalui proses pembelajaran yang
ditandai dengan keterlibatan siswa secara aktif, baik mental, fisik,
maupun sosialnya.
2. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga dapat membantu
siswa mengembangkan keterampilan penyelidikan, memperoleh
pengalaman tentang peran intelektual orang dewasa, dan meningkatkan
rasa percaya diri dalam kemampuan berfikir (Ibrahim, 2000).
Permasalahan autentik diartikan sebagai masalah kehidupan nyata yang
ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa
dalam meyelesaikan soal cerita dengan menggunakan model pembelajaran
berdasarkan masalah pada materi pokok aljabar dan aritmatika sosial yang
ditunjukkan dengan nilai akhir dari tes evaluasi dan keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran.
4. Soal Cerita
Soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek.
Pada penelitian ini yang dimaksud dengan soal cerita adalah soal
matematika yang disajikan dengan kalimat dan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari serta memuat masalah yang menuntut pemecahan
5. Aritmatika Sosial
Dalam kurikulum 2004, aritmatika sosial adalah bagian dari materi
pokok aljabar dan aritmatika sosial. Dalam penelitian ini penulis memberi
batasan materi pada aritmatika sosial karena aritmatika sosial merupakan
materi yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian sehari-hari, yang
biasa ditemui siswa dan akan sangat berguna bagi kehidupan siswa di
masa mendatang. Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah
masalah perdagangan yang meliputi harga pembelian, harga penjualan,
untung, rugi, persentase untung dan rugi, diskon/ rabat, bruto, tara, netto,
serta bunga tunggal dalam tabungan.
6. SMP 7 Semarang
Adalah salah satu sekolah menengah pertama di kota Semarang
yang terletak di Jl. Imam Bonjol 191 A Semarang.
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika berdasarkan
masalah lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode
ekspositori.
b. Untuk mengetahui apakah kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah dan bekerja sama dapat ditumbuhkembangkan pada materi
aritmatika sosial pada siswa kelas VII semester 1 SMP 7 Semarang
tahun pelajaran 2005/ 2006.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan :
a. Bagi siswa
Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar, meningkatkan ketrampilan siswa dalam memahami soal
cerita, meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita, dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Bagi guru
Sebagai tolak ukur keberhasilan kegiatan belajar mengajar di kelas,
dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai pengajar di sekolah.
c. Bagi peneliti
Mendapat pengalaman menerapkan pembelajaran matematika
berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita, yang kelak dapat diterapkan saat mereka
telah terjun di lapangan.
E. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan tentang isi keseluruhan skripsi ini terdiri dari
bagian awal skripsi, bagian inti skripsi, dan bagian akhir skripsi.
Bagian awal skripsi berisi tentang halaman judul, abstrak, halaman
pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan
daftar lampiran
Bagian inti skripsi terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan, mengemukakan tentang alasan pemilihan judul,
masalah yang dihadapi, penegasan istilah, tujuan dan manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II Landasan Teori dan Hipotesis, membahas teori yang melandasi
permasalahan skripsi serta penjelasan yang merupakan landasan
teoritis yang diterapkan dalam skripsi, pokok bahasan yang
terkait dengan pelaksanaan penelitian dan hipotesis tindakan.
BAB III Metode Penelitian, meliputi populasi dan sampel penelitian,
variable penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data,
instrumen penelitian, metode analisis data, dan hasil uji coba alat
ukur.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi semua hasil penelitian
yang dilakukan dan pembahasannya.
BAB V Penutup, mengemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-
saran yang diberikan peneliti berdasarkan simpulan.
Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Interaksi belajar mengajar mengandung arti adanya kegiatan
interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu
pihak, dengan warga belajar (siswa, anak didik/ subjek didik) yang sedang
melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain.
Dalam kamus bahasa Indonesia, belajar diartikan sebagai usaha
sadar atau upaya yang disengaja untuk mendapatkan kepandaaian.
Sedangkan menurut kaum humanis, kegiatan belajar adalah persoalan-
persoalan memperoleh informasi baru dan mempersonalisasikan informasi
tersebut ke dalam individu. Jadi pemahaman suatu materi pelajaran tidak
terletak pada baik dan menariknya materi yang diberikan, atau tepat
tidaknya metode penyampaian materi tetapi sangat ditentukan oleh “arti”
materi itu bagi pribadi orang yang belajar (Darsono, 2000: 19).
Kegiatan belajar memiliki beberapa maksud, antara lain:
a. Mengetahui suatu kepandaian, kecakapan, atau konsep yang
sebelumnya tidak pernah diketahui.
b. Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dibuat, baik
tingkah laku maupun keterampilan.
10
c. Mampu mengkombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam
suatu pengertian baru baik keterampilan, pengetahuan, konsep,
maupun sikap dan tingkah laku.
d. Dapat memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta
antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004: 2).
Matematika adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang tata
cara berpikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif. Pada matematika diletakkan dasar bagaimana mengembangkan
cara berpikir dan bertindak melalui aturan yang disebut dalil (dapat
dibuktikan) dan aksioma (tanpa pembuktian). Selanjutnya dasar tersebut
dianut dan digunakan oleh bidang studi atau ilmu lain (Suherman, 2003).
Pembelajaran matematika diharapkan berakhir dengan sebuah
pemahaman siswa yang komprehensif dan holistik (lintas topik bahkan
lintas bidang studi jika memungkinkan) tentang materi yang telah
disajikan. Pemahaman siswa yang dimaksud tidak sekedar memenuhi
tuntutan tujuan pembelajaran matematika secara substantif saja, namun
diharapkan pula muncul ‘efek iringan’ dari pembelajaran matematika
tersebut. Efek iringan yang dimaksud adalah:
a. Lebih memahami keterkaitan antara suatu topik matematika dengan
topik matematika yang lain.
b. Lebih menyadari akan penting dan strategisnya matematika bagi
bidang lain.
c. Lebih memahami peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
d. Lebih mampu berpikir logis, kritis, dan sistematis.
e. Lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pemecahan sebuah
masalah.
f. Lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.
(Suherman, 2003)
Belajar matematika tidak sekedar learning to know (untuk
mengetahu sesuatu) tetapi juga learning to do (belajar melakukan),
learning to be (belajar menjiwai), learning to learn (belajar bagaimana
seharusnya belajar) serta learning to live together (belajar bersosialisasi
dengan sesama teman). Dengan pola belajar demikian akan terjadi
komunikasi antar pribadi dan kelompok belajar bersama antar siswa,
sehingga diharapkan kelas menjadi hidup karena perasaan siswa menjadi
senang.
Dengan kondisi kelas yang menyenangkan maka peran guru dalam
pembelajaran matematika bukan hanya bertanggung jawab dalam
memperkenalkan konsep-konsep, mendemonstrasikan keterampilan
melalui contoh masalah dan menilai pekerjan siswanya tetapi guru juga
akan berperan sebagai fasilitator (pengarah) dan promotor (penggerak).
Pijakan dari pengajaran guru akan meluas, lebih banyak waktu akan
digunakan guru untuk bekerja secara langsung dengan individu siswa dan
kelompok-kelompok.
2. Pemecahan Masalah
Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi
manusia. Sebagian besar kehidupan kita adalah berhadapan dengan
masalah-masalah. Bila kita gagal dengan suatu cara untuk menyelesaikan
suatu masalah, kita harus mencoba menyelesaikannya dengan cara lain.
Suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah hanya jika seseorang
tidak mempunyai aturan/ hukum tertentu yang segera dapat dipergunakan
untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut.
Suatu pertanyaan akan merupakan masalah bagi seorang siswa
pada suatu saat, tetapi bukan merupakan masalah lagi bagi siswa tersebut
pada saat berikutnya bila siswa tersebut sudah mengetahui cara atau proses
mendapatkan penyelesaian masalah tersebut. Soal atau pertanyaan akan
menjadi masalah bagi seorang siswa jika:
a. Pertanyaaan yang dihadapkan pada seorang siswa haruslah dapat
dimengerti oleh siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan
tantangan baginya untuk menjawabnya.
b. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang
telah diketahui siswa. Karena itu faktor waktu jangan dipandang
sebagai hal yang esensial (Hudojo, 2003: 149).
Menurut Polya (dalam Hudojo, 2003), terdapat dua macam
masalah yaitu:
a. Masalah untuk menemukan, dapat teoritis atau praktis, abstrak atau
konkrit, termasuk teka-teki. Bagian utama dari suatu masalah adalah
sebagai berikut:
1) Apa yang dicari?
2) Bagaimana data yang diketahui?
3) Bagaimana syaratnya?
Ketiga bagian utama tersebut merupakan landasan untuk dapat
menyelesaikan masalah jenis ini.
b. Masalah untuk membuktikan adalah untuk menunjukkan bahwa suatu
pernyataan itu benar, salah atau tidak kedua-duanya. Bagian utama dari
masalah jenis ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema
yang harus dibuktikan kebenarannya. Kedua bagian utama tersebut
sebagai landasan utama untuk dapat menyelesaikan masalah jenis ini.
Berdasarkan Teori Gagne (dalam Suherman, 2003) belajar
pemecahan masalah adalah tipe belajar yang paling tinggi karena lebih
kompleks dari pembentukan aturan. Dalam menyelesaikan suatu masalah,
kita seringkali dihadapkan pada suatu hal yang pelik dan kadang-kadang
pemecahannya tidak dapat diperoleh dengan segera. Tidak bisa dipungkiri
bahwa masalah yang biasa dihadapi sehari-hari itu tidak selamanya
bersifat matematis. Dengan demikian tugas utama guru adalah membantu
siswa untuk dapat memahami makna kata\kata atau istilah yang muncul
dalam suatu masalah sehingga kemampuan dalam memahami konteks
masalah bisa terus berkembang menggunakan keterampilan inkuiri dan
sains, menganalisa alasan mengapa suatu masalah itu muncul dalam studi
sosial, dan lain-lain. Pengetahuan, keterampilan dan pemahaman
merupakan elemen-elemen penting dalam belajar matematika.
Menurut Polya (dalam Suherman, 2003) solusi soal pemecahan
masalah memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu:
a. Memahami masalah, tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang
diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah
tersebut dengan benar.
b. Merencanakan penyelesaian, hal ini sangat tergantung pada
pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah.
c. Menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana.
d. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan.
Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan yang tidak perlu dapat
terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar
sesuai dengan masalah yang diberikan.
Di dalam menyelesaikan masalah, siswa diharapkan memahami
proses pemecahan masalah tersebut dan menjadi terampil dalam memilih
dan mengidentifikasi kondisi dan konsep yang relevan, mencari
generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian dan mengorganisasikan
keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya. Pemecahan masalah
mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses belajar mengajar
karena melalui penyelesaian masalah siswa-siswa dapat berlatih dan
mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema, dan keterampilan
yang telah dipelajari.
Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam
pengajaran matematika, sebab:
a. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian
menganalisis dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
b. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, hal ini merupakan hadiah
intrinsik bagi siswa.
c. Potensi intelektual siswa meningkat.
d. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses
melakukan penemuan.
3. Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Model pembelajaran berdasarkan masalah adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah
autentik sehingga dapat membantu siswa dalam mengembangkan
keterampilan penyelidikan, memperoleh pengalaman tentang peran
intelektual orang dewasa, dan meningkatkan rasa percaya diri dalam
kemampuan berpikir (Ibrahim, 2000). Permasalahan autentik diartikan
sebagai masalah kehidupan nyata yang ditemukan siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan mengerjakan masalah-masalah autentik, siswa dapat
melihat bagaimana keterampilan-keterampilan matematika yang sedang
mereka pelajari dapat diterapkan dalam dunia nyata.
Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah adalah :
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Masalah yang diajukan berupa
situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut.
Masalah yang baik harus memenuhi beberapa kriteria antara lain :
1) Masalah itu harus autentik, artinya bahwa masalah harus lebih
berakar pada pengalaman dunia nyata siswa daripada berakar pada
prinsip-prinsip disiplin ilmu lain.
2) Masalah yang diberikan sebaiknya tidak terdefinisi secara ketat, hal
ini untuk mencegah jawaban sederhana dan menghendaki alternatif
pemecahan.
3) Bermakna bagi siswa, masalah yang diberikan seharusnya
bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektual mereka.
4) Bersifat luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, masalah yang
disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah
tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang diajarkan sesuai
dengan waktu, tempat dan sumber daya yang terbatas. Selain itu
masalah yang telah disusun tersebut haruslah didasarkan pada
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.
5) Bermanfaat, masalah yang dibuat dan dirumuskan harus
bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun
bagi guru yang membuat masalah. Masalah yang bermanfaat
adalah masalah yang meningkatkan kemampuan berpikir dan
memecahkan masalah serta meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin, artinya masalah yang akan
diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya
siswa meninjau dari banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik, siswa harus menganalisis dan mendefinisikan
masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen
(jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
d. Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. Pembelajaran
berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk
tertentu dan bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan.
e. Kerjasama, pelaksanaan pembelajaran paling sering secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil. Kerjasama ini memotivasi
siswa untuk terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak
peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog, mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir (Ibrahim, 2000).
Pembelajaran berdasarkan masalah utamanya dikembangkan untuk
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan
masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang
dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi;
dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri, maksudnya dengan
bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan
mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap
masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan
tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak (Ibrahim, 2000).
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama,
yaitu:
Tahap Tingkah laku Guru
Tahap - 1
Orientasi siswa
kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap – 2
Mengorganisasi
siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap – 3
Membimbing penye-
lidikan individual
maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
Tahap – 4
Mengembangkan
dan menyajian hasil
karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
video, dan model dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Tahap – 5
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses- proses yang mereka gunakan.
(Ibrahim, 2000:13 )
Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah meliputi beberapa
kegiatan berikut ini :
a. Tugas-tugas perencanaan
Pembelajaran berdasarkan masalah membutuhkan banyak
perencanaan, seperti halnya dengan pelajaran interaktive yang lain,
yang menggunakan pendekatan berpusat pada siswa.
1) Penetapan tujuan
Mula-mula kita mendeskripsikan bagaimana pembelajaran
berdasarkan masalah direncanakan untuk membantu mencapai
tujuan-tujuan seperti keterampilan intelektual dan keterampilan
menyelidik, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa
menjadi pembelajar mandiri.
2) Merancang situasi masalah yang sesuai
Masalah yang disajikan tidak didefinisikan secara ketat sehingga
dapat merangsang rasa ingin tahu siswa sehingga melibatkan
mereka pada inkuiri.
3) Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Guru dalam pembelajaran berdasarkan masalah perlu
mengorganisasi sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk
penyelidikan siswa.
b. Tugas interaktif
Guru bersama siswa membahas konsep/ teori yang diperlukan
dalam kegiatan pemecahan masalah dan membahas soal-soal yang
belum tuntas. Selanjutnya guru melaksanakan fase-fase pembelajaran
berdasarkan masalah.
Fase 1. Mengorientasikan Siswa pada Masalah
Pada kegiatan ini, guru mengajukan masalah kepada siswa dan
meminta siswa mengemukakan ide mereka untuk memecahkan
masalah tersebut.
Fase 2. Mengorganisir Siswa untuk Belajar
Pada kegiatan ini, siswa dikelompokkan secara bervariasi
dengan memperhatikan kemampuan, rasial, etnis, dan jenis
kelamin yang didasarkan pada tujuan yang ditetapkan. Jika
terdapat perbedaan kelompok, maka guru dapat memberikan
tanda pada kelompok itu. Jika diperlukan guru dapat membagi
kelompok itu berdasarkan kesepakatan bersama antara siswa
dengan guru.
Fase 3. Membantu Siswa memecahkan masalah
Pada kegiatan ini, siswa mencari informasi dari berbagai
sumber dan mencoba memecahkan masalah secara bebas, baik
kelompok besar maupun kelompok kecil. Guru bertugas
mendorong siswa mengumpulkan data dan melaksanakan
eksperimen aktual, hingga mereka benar-benar mengerti inti
permasalahannya. Tujuannya adalah agar siswa dalam
mengumpulkan informasi cukup untuk mengembangkan dan
menyusun ide-idenya sendiri. Demikian pula, guru harus
banyak membaca masalah pada berbagai buku sumber guna
membantu siswa mengumpulkan informasi, mengajukan
permasalahan atau pertanyaan yang dapat dipikirkan siswa,
dan memberikan berbagai jenis informasi yang diperlukan
siswa dalam menjelajah dan menemukan penyelesaian.
Fase 4. Membantu Mengembangkan dan Menyajikan Hasil
Pemecahan Masalah
Pada kegiatan ini, guru menyuruh salah seorang anggota
kelompok untuk mempresentasikan hasil pemecahan masalah
kelompok dan membantu siswa jika mereka mengalami
kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil
sementara pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran yang diberikan.
Fase 5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah
Pada akhir kegiatan ini, guru membantu menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir siswa. Sedangkan siswa
menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan yang
dilampaui pada setiap tahap-tahap pembelajaran.
4. Metode Ekspositori
Metode ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari
seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal
pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab
(Suyitno, 2004: 4). Pada metode ekpositori dominasi guru banyak
berkurang, karena tidak terus menerus bicara. Ia berbicara pada awal
pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal pada waktu-waktu yang
diperlukan saja.
Dalam metode ekspositori siswa tidak hanya mendengar dan
membuat catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan
dan siswa bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat menjelaskan
pekerjaan siswa secara individual atau klasikal. Siswa mengerjakan latihan
soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakannya bersama
dengan temannya, atau disuruh membuatnya di papan tulis (Suherman,
2003).
Kelebihan dari metode ekspositori adalah:
a. Dapat menampung kelas besar, setiap siswa mempunyai kesempatan
aktif yang sama.
b. Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.
c. Guru dapat menentukan terhadap hal-hal yang dianggap penting.
d. Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual
maupun klasikal.
Kekurangan dari metode ekspositori adalah:
a. Pada metode ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik seperti
aktivitas mental siswa.
b. Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan
pelajaran).
c. Pengetahuan yang didapat dengan metode ekspositori cepat hilang.
d. Kepadatan konsep dan aturan-aturan yang diberikan dapat berakibat
siswa tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan.
(Suharyono, 1996).
5. Soal Cerita
Soal dalam mata pelajaran matematika dibedakan menjadi dua
yaitu soal dalam bentuk cerita dan soal non cerita. Soal cerita adalah soal
yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat
merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Panjang
pendeknya bahasa yang digunakan untuk mengungkap soal cerita biasanya
berpengaruh terhadap tingkat kesulitan soal tersebut. Makin panjang
bahasa yang digunakan maka makin tinggi tingkat kesulitan soal tersebut.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan soal cerita adalah soal
matematika yang disajikan dengan kalimat dan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari serta memuat masalah yang menuntut pemecahan.
Menurut Tim Matematika Depdikbud, tiap soal cerita dapat
diselesaikan sebagai berikut:
a. Membaca soal tersebut dan memikirkan hubungan antara bilangan-
bilangan dalam soal.
b. Menuliskan kalimat matematika yang menyatakan hubungan-
hubungan tersebut dalam bentuk operasi bilangan.
c. Menyelesaikan kalimat matematika.
d. Menggunakan hasil penyelesaian tersebut untuk menjawab pertanyaan
dalam soal.
Soal cerita dalam matematika lebih ditekankan kepada penajaman
intelektual anak sesuai dengan realitas sehari-hari. Karena masalah
matematika sehari-hari lebih banyak bersifat kata-kata daripada simbol.
Bentuk masalah-masalah yang dihadapi dirangkai menjadi kata yang harus
diterjemahkan dalam bentuk kalimat matematika.
6. Aritmatika Sosial
Pokok bahasan aritmatika sosial merupakan materi yang
berhubungan dengan kegiatan perekonomian sehari-hari. Dalam pokok
bahasan aritmatika sosial ini meliputi beberapa materi antara lain istilah-
istilah dalam perdagangan meliputi harga pembelian, harga penjualan,
untung, rugi, persentase untung, persentase rugi, diskon/ rabat, pajak,
bruto, tara, dan neto serta istilah perbankan yaitu suku bunga tunggal.
a. Istilah-istilah perdagangan
1) Harga pembelian, harga penjualan, untung dan rugi
Harga pembelian adalah nilai uang dari suatu barang yang
dibeli. Sedangkan harga penjualan adalah nilai uang dari suatu
barang yang dijual (Sudirman, 2004: 89).
a) Penjualan dikatakan untung jika harga penjualan lebih tinggi
daripada harga pembelian.
Untung = Harga penjualan – Harga pembelian
Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diturunkan rumus
sebagai berikut:
Harga Penjualan = Harga Pembelian + Untung
Harga Pembelian = Harga Penjualan - Untung
b) Penjualan dikatakan rugi jika harga pembelian lebih tinggi dari
harga penjualan.
Rugi = Harga Pembelian – Harga Penjualan
Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diturunkan rumus
sebagai berikut:
Harga Pembelian = Harga Penjualan + Rugi
Harga Penjualan = Harga Pembelian - Rugi
2) Persentase untung dan rugi
Menentukan persentase untung/ rugi
Dalam perdagangan, untung atau rugi sering kali
dinyatakan dengan persentase. Pada persentase untung berarti
untung dibandingkan terhadap harga pembelian, dan pada
persentase rugi berarti rugi dibandingkan terhadap harga
pembelian.
Persentase untung = 100x pembelian harga
untung %
Persentase rugi = pembelian hargarugi x 100 %
3) Menghitung harga jual atau harga beli jika persentase untung atau
rugi diketahui.
a) Menghitung harga jual jika persentase untung atau rugi
diketahui.
Jika memperoleh untung/ laba:
Harga Jual = beli harga100
laba persentase100×
+
Jika menderita kerugian:
Harga Jual = beli harga100
rugi persentase100×
−
b) Menghitung harga beli jika persentase untung atau rugi
diketahui.
Jika memperoleh untung/ laba:
Harga Beli = jual hargalaba persentase100
100×
+
Jika menderita kerugian:
Harga Beli = jual hargarugi persentase100
100×
−
4) Rabat (diskon), Pajak, Bruto, Tara, dan Neto
a) Rabat (diskon)
Rabat artinya potongan harga atau lebih dikenal dengan
istilah diskon. Rabat biasanya diberikan kepada pembeli dari
suatu grosir atau toko tertentu.
b) Pajak
Pajak merupakan kewajiban dari masyarakat untuk
menyerahkan sebagian kekayaan kepada negara menurut
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah tetapi
tanpa mendapat jasa balik dari negara secara langsung, dan
hasil pajak digunakan untuk kesejahteraan umum (Adinawan,
2002: 131)
c) Bruto, Tara, dan Neto
Bruto adalah berat kotor, tara adalah potongan berat, dan
neto adalah berat bersih.
hubungan bruto, tara, dan neto dapat dirumuskan:
Neto = Bruto – Tara
b. Istilah Perbankan
Bunga Tabungan (Bunga Tunggal)
Bunga tabungan adalah uang yang diberikan kepada kita jika
kita menyimpan/ menabung di bank. Besarnya bunga yang diterima
tergantung besarnya bunga yang ditetapkan oleh bank yang
bersangkutan dan biasanya dihitung dalam persen. Bunga bank yang
dibahas dalam penelitian ini adalah bunga tunggal, yaitu yang
mendapat bunga hanya modalnya saja, sedangkan bunganya tidak akan
berbunga lagi dan besarnya tetap dari waktu ke waktu.
Untuk menghitung besarnya bunga yang kita terima dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus:
1. Bunga 1 tahun = persen bunga x modal
2. Bunga x bulan = 12x x persen bunga x modal
= 12x x bunga 1 tahun
3. Bunga harian =360
menabung hari banyaknya x persen bunga x modal,
(Adinawan, 2002: 130).
Contoh soal berdasarkan masalah
1. Seorang pedagang membeli satu keranjang buah. Pedagang tersebut
dapat menjual 32 bagian dari keranjang dengan harga yang sama ketika
Dia membeli 74 bagian dari keranjang. Jika satu keranjang buah habis
terjual, berapa persentase keuntugan pedagang tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui : 32 harga jual =
74 harga beli
Ditanyakan : berapa persentase untungnya?
Jawaban :
Misal : harga jual = HJ untung = U
harga beli = HB rugi = R
32 harga jual =
74 harga beli
32 HJ =
74 HB
HB
3274
HJ
3232
=
HJ = 74 x
23 HB
HJ = 76 HB
U = HJ – HB
= 76 HB – HB
= 71
− HB
Karena keuntungan bernilai negatif, maka pedagang tersebut mengalami
kerugian sebesar 71 dari harga belinya atau
71 x 100% = 14,28%.
Jadi pedagang tersbut mengalami untung sebesar –14,28% atau
menderita kerugian sebesar 14,28%.
Atau
32 harga jual =
74 harga beli
32 HJ =
74 HB
32 ( HB + U) =
74 HB
32 HB +
32 U =
74 HB
32 U =
74 HB -
32 HB
32 U =
212
− HB
U = (212
− x 23 ) HB
U = 71
− HB
U = 71
− x 100% = -14,28%
Jadi pedagang tersbut mengalami untung sebesar –14,28% atau
menderita kerugian sebesar 14,28%.
2. Ibu membeli buah jeruk, untuk pembelian 10 kg harganya Rp.
100.000,00; 15 kg harganya Rp. 145.000,00; 20 kg harganya Rp.
185.000,00 demikian seterusnya akan terjadi penyusutan harga maksimal
sampai pembelian 40 kg. Berapa uang yang harus dibayar oleh Ibu jika
membeli 40 kg?
Penyelesaian:
Diketahui : Harga beli 10 kg adalah Rp. 100.000,00
Harga beli 15 kg adalah Rp. 145.000,00
Harga beli 20 kg adalah Rp. 185.000,00
Ditanyakan : Berapa uang yang harus dibayar jika membeli 40 kg?
Jawaban :
Y = cbxax2 ++
100.000 = 100a + 10 b + c……….(1)
145.000 = 225a + 15 b + c……….(2)
185.000 = 400a + 20 b + c………(3)
(2) - (1) ⇒ 45.000 = 125a + 5b……(4)
(3) – (2) ⇒40.000 = 175a + 5b……(5) -
5.000 = -50a
a = -100………….(6)
(6) disubst (4) ⇒45.000 = 125 (-100) + 5b
45.000 = -12.500 + 5b
5b = 12.500 + 45.000
b = 11.500….(7)
(7) disubst (1) ⇒ 100.000 = 100 (-100) + 10 (11.500) + c
100.000 = -10.000 + 115.000 + c
c = 100.000 – 105.000
c = -5.000
Jadi y = -100x2 + 11.500x – 5000
Untuk
x = 40 maka y = –100 (40)2 + 11.500 (40) – 5.000
= -160.000 + 460.000 – 5.000 = 295.000
Jadi jika ibu membeli 40 kg, maka beliau harus membayar Rp.
295.000,00.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan upaya menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara
siswa dengan siswa. Berdasarkan teori diatas, salah satu model pembelajaran
yang efektif adalah pembelajaran berdasarkan masalah, yaitu suatu model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik
sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh-
kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa,
dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Permasalahan autentik diartikan
sebagai masalah kehidupan nyata yang ditemukan siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk
membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk a) membantu siswa
mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah,
b) belajar peranan orang dewasa yang autentik, dan c) menjadi pembelajar
yang mandiri.
Dalam kehidupan sehari-hari siswa sering dihadapkan oleh berbagai
masalah. Oleh karena itu perlu sedini mungkin diajarkan kepada siswa untuk
menyelesaikan masalah dengan cara mengerjakan soal dalam bentuk cerita.
Dengan demikian diharapkan siswa mampu mengambil keputusan dengan
melalui proses yaitu mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
informasi, dan meneliti kembali hasil yang telah diperoleh.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
adalah masalah perekonomian diantaranya adalah masalah perdagangan dan
perbankan sehingga siswa perlu memahami tentang permasalahan tersebut
dengan lebih jelas.
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a. Pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif daripada pembelajaran
dengan metode ekspositori.
b. Kemampuan siswa dalam bekerjasama dan memecahkan masalah dapat
ditumbuhkembangkan pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VII
SMP 7 Semarang tahun pelajaran 2005/ 2006.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP 7
Semarang tahun pelajaran 2005/ 2006, yaitu kelas VIIA, VIIB, VIIC,
VIID, VIIE, dan VIIF.
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
pengambilan secara cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIIA sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas
VIIB sebagai kelompok kontrol. Jumlah siswa pada kelas VIIA adalah 41
orang dan siswa pada kelas VIIB adalah 40 orang.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran
berdasarkan masalah.
35
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam
menyelesaikan soal cerita pokok bahasan aritmatika sosial pada siswa
kelas VII SMP 7 Semarang.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini diawali dengan menentukan populasi dan memilih
sampel dari populasi yang ada. Pemilihan sampel dilakukan dengan random
sampling, yaitu pemilihan sampel secara acak. Sampel diambil sebanyak dua
kelas, yaitu siswa kelas VIIA sebagai kelompok eksprimen dan siswa kelas
VIIB sebagai kelompok kontrol. Sedang untuk uji coba dipilih satu kelas lagi
selain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelompok eksperimen
diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah, sedang pada kelompok
kontrol diterapkan metode ekspositori.
Pada akhir pembelajaran dilakukan evaluasi pada kedua kelompok
untuk mengetahui hasil belajar siswa. Data-data yang diperoleh dianalisis
sesuai dengan statistik yang sesuai. Analisis data dilakukan untuk menguji
normalitas dan homogenitas dari kedua kelompok.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Metode dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data nama-nama siswa yang
akan menjadi sampel dalam penelitianini dan untuk memperoleh data nilai
ulangan matematika pada pokok bahasan sebelumnya. Nilai tersebut
digunakan untuk mengetahui normalitas dan homogenitas sampel.
2. Metode angket
Metode ini digunakan untuk mengetahui perubahan sikap dan pendapat
siswa tentang pembelajaran berdasarkan masalah, angket ini diberikan
pada siswa di setiap akhir pembelajaran.
3. Metode observasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan
pengelolaan pembelajaran dengan metode pembelajaran berdasarkan
masalah oleh guru dan partisipasi siswa dikelompoknya dan juga kerja
kelompok secara keseluruhan. Lembar pengamatan ini mengukur secara
individual maupun kelas bagi keaktifan mereka belajar.
4. Metode tes
Metode tes digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa setelah
proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi terlebih dahulu
diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari tiap-tiap butir
tes.
E. Instrumen Penelitian
1. Materi dan Bentuk Tes
Materi tes berupa soal cerita yang terdapat pada materi aritmatika
sosial. Dan bentuk tes yang diberikan adalah berupa soal uraian.
Pemakaian bentuk soal uraian dalam pembuatan soal mempunyai
kelebihan sebagai berikut:
a. Mudah disiapkan dan disusun.
b. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan.
c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta
menyusunnya dalam bentuk kalimat yang bagus.
d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya
dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang
diteskan.
(Arikunto, 2002: 163)
2. Metode Penyusunan Perangkat Tes
Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
a. Melakukan pembatasan materi yang diujikan.
b. Menentukan tipe soal.
c. Menentukan jumlah butir soal.
d. Menentukan waktu mengerjakan soal.
e. Menentukan komposisi atau jenjang.
f. Membuat kisi-kisi soal.
g. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, bentuk lembar jawab, kunci
jawaban, dan penentuan skor.
h. Menulis butir soal.
i. Mengujicobakan instrumen.
j. Menganalisis hasil uji coba dalam hal validitas, reliabilitas, daya beda
dan tingkat kesukaran.
k. Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah
dilakukan.
3. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini akan diketahui keefektifan penggunaan
metode pembelajaran berdasarkan masalah pada siswa kelas VII SMP 7
Semarang Tahun Ajaran 2005/ 2006. Setelah diketahui item soal yang
dipilih untuk dijadikan instrumen penelitian maka dilakukan treatmen pada
kelompok sampel. Perlakuan yang diberikan adalah kelompok eksperimen
dengan model pembelajaran berdasarkan masalah. Sedangkan kelompok
kontrol dalam proses pembelajarannya dengan menggunakan metode
ekspositori. Setelah semua perlakuan berakhir kemudian diberi tes.
4. Pelaksanaan Tes Uji Coba
Setelah perangkat tes tersusun, kemudian diujicobakan pada kelas
uji coba yaitu kelas VIIE SMP 7 Semarang untuk diuji apakah butir-butir
soal tersebut memenuhi kualifikasi soal yang baik dan dapat digunakan.
5. Analisis Perangkat Tes
a. Reliabilitas soal
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat
memberikan hasil yang relatif tetap atau ajeg jika tes tersebut
digunakan pada kesempatan yang lain. Karena tes yang dilakukan
merupakan tes bentuk uraian maka rumus yang digunakan untuk
mencari reliabilitas soal adalah rumus alpha, yaitu:
⎥⎥⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢⎢⎢
⎣
⎡−
⎥⎦⎤
⎢⎣⎡
−=
∑=2
1
22x
xx 1
rx
n
ii
nn
σ
σσ, (Arikunto, 2002: 109)
dengan
rxx = reliabilitas yang dicari
∑ 2xσ = jumlah varians skor tiap-tiap item
2xσ = varians total
rumus varians:
( )
NNX
Xσ
22
2∑ ∑−
= ,
Nilai rxx yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan r
product moment pada tabel dengan ketentuan jika rxx > rtabel maka tes
tersebut reliabel.
Soal uji coba yang diberikan sebanyak 15 butir. Dari
perhitungan uji coba didapat rxx adalah 0.8254. Dengan α = 5 %, n =
42 dan k = 15. diperoleh rtabel = 0.304. Karena rxx > rtabel, maka dapat
disimpulkan bahwa soal uji coba tersebut reliabel. Perhitungan analisis
uji coba reliabilitas soal dapat dilihat pada lampiran 7 dan lampiran 8.
b. Validitas
Untuk menghitung validitas tiap butir soal digunakan rumus
product moment, yaitu:
( )( )( ){ } ( ){ },
YN
Y 2222 ∑ ∑∑ ∑
∑ ∑∑−−
−=
YXXN
XXYNrxy (Arikunto, 2002: 81)
dengan
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y , dua
variabel yang dikorelasikan.
N = banyaknya peserta tes
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor total
Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel harga kritik
product moment dengan taraf signifikasi 5%. Jika rxy > rkritik maka butir
soal tersebut valid/ signifikan.
Soal uji coba yang diberikan sebanyak 15 butir, dan dari hasil
uji coba, yang termasuk kategori valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 5, 6,
7, 8, 10, 11, 13, 15. Karena butir-butir soal tersebut mempunyai rxy
lebih dari rtabel. Perhitungan analisis uji coba validitas soal dapat dilihat
pada lampiran 7.
c. Taraf Kesukaran
Teknik perhitungan taraf kesukaran adalah dengan menghitung
berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau ada di bawah
batas lulus (passing grade) untuk tiap-tiap item. Untuk
menginterpretasikan nilai taraf kesukaran itemnya dapat digunakan
tolok ukur sebagai berikut,
- Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27%, termasuk mudah.
- Jika jumlah testi yang gagal antara 28% sampai dengan 72%,
termasuk sedang.
- Jika jumlah testi yang gagal 72% ke atas, termasuk sukar.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
TK = N
TG x 100%, (Arifin, 1991: 135)
dengan
TK = taraf kesukaran
TG = banyaknya testi yang gagal
N = banyaknya siswa
Dari hasil uji coba, 15 butir soal yang termasuk dalam kategori:
1) Mudah adalah : 1, 4, dan 5.
2) Sedang adalah : 2, 3, 6, 7, 9, 10, dan 11.
3) Sukar adalah : 8, 12, 13, 14, 15.
Perhitungan analisis taraf kesukaran butir soal dapat dilihat
pada lampiran 7.
d. Daya Pembeda
Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda bagi
tes bentuk uraian adalah dengan menghitung perbedaan dua buah rata-
rata (mean) yaitu antara rata-rata dari kelompok atas dengan rata-rata
dari kelompok bawah untuk tiap-tiap item. Rumus yang digunakan
adalah:
( )
( ) ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ +
−=
∑ ∑1- ni ni
XX
MLMHt22
21
, (Arifin, 1991: 141)
dengan
t = daya pembeda
MH = rata- rata dari kelompok atas
ML = rata- rata dari kelompok bawah
∑ 21X = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas
∑ 22X = jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok bawah
Ni = 27% x N , dengan N adalah jumlah peserta tes.
Df = (n1 - 1) + (n2 – 1), α = 5%
Dengan kriteria soal memiliki daya beda yang signifikan apabila t >
ttabel. Dari hasil uji coba diperoleh soal yang signifikan adalah soal
nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, dan 15.
Dari hasil analisis tersebut terlihat bahwa 10 item dari 15 item
soal yang diujicobakan layak untuk dipakai yaitu dengan kriteria valid
dan mempunyai daya pembeda yang tidak jelek sehingga soal tersebut
dapat digunakan. Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal
nomor 1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 13, dan 15.
Perhitungan analisis uji coba tes selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 7 dan 8.
F. Metode Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dari penelitian dan
dari hasil analisis ditarik kesimpulan. Analisis dalam penelitian ini dibagi
dalam dua tahap, yaitu tahap awal yang merupakan tahap pemadanan sampel
dan tahap akhir, yang merupakan tahap analisis data untuk menguji hipotesis
penelitian.
1. Analisis Data Awal
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan
digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk
menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau non
parametrik.
Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh yaitu
nilai ulangan harian matematika dari materi sebelumnya dapat
digunakan uji Chi-Kuadrat.
Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:
1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.
2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.
4) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.
5) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dengan rumus:
SXXZ i
i−
= ,
dimana S adalah simpangan baku dan X adalah rata-rata sampel
(Sudjana, 1996: 138).
6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan
menggunakan tabel.
7) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva
( ) ,Ei
EiOiχK
Ei
22 ∑ −=
dengan
2χ = Chi–kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
8) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat
dengan taraf signifikan 5%.
9) Menarik kesimpulan, jika , maka data berdistribusi
normal (Sudjana, 1996: 273).
tabel2
hit2 XX <
Dari hasil perhitungan pada lampiran didapat:
a) Untuk kelompok eksperimen
Dari hasil perhitungan diperoleh = 5,8432, dengan n = 4 dan
taraf nyata
2χ
α = 0,05. Sedangkan pada tabel nilai = 9,49. Karena
<
2χ
2χ 2χ tabel maka Ho berada pada daerah penerimaan, maka data
berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 56.
b) Untuk kelompok kontrol
Dari hasil perhitungan diperoleh = 4,7005, dengan n = 4 dan
taraf nyata
2χ
α = 0,05. Sedangkan pada tabel nilai = 9,49. Karena
<
2χ
2χ 2χ tabel maka Ho berada pada daerah penerimaan, maka data
berdistribusi normal. Perhitungan selengkapmya dapat dilihat pada
lampiran 57.
b. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa
sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang
selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam
pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki
apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak.
Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai
berikut:
Ho = sampel homogen
Ha = sampel tidak homogen
Untuk menguji kesamaan dua varians digunakan rumus sebagai
berikut:
terkecilVarians terbesarVariansFhitung = , (Sudjana, 1996: 250)
untuk menguji apakah kedua varians tersebut sama atau tidak maka
Fhitung dikonsultasikan dengan Ftabel dengan α = 5 % dengan dk
pembilang = banyaknya data terbesar dikurangi satu dan dk penyebut =
banyaknya data yang terkecil dikurangi satu. Jika Fhitung < Ftabel maka
Ho diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut mempunyai varians
yang sama atau dikatakan homogen.
Dari hasil perhitungan didapat S12 = 142,11 dan S2
2 = 151,39
diperoleh F = 1,065 dengan derajat kebebasan untuk pembilang = 40,
penyebut=39, dan α = 0,05 dari daftar F(0,025)(39,40) = 1,885. Jelas Fhitung
< Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan varians
antara kedua kelompok tersebut. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 58.
c. Uji Kesamaan Rata-Rata
Analisis data dengan uji t digunakan untuk menguji hipotesis:
Ho = 21 μμ =
Ha = , 21 μμ ≠
1μ = rata-rata data kelompok eksperimen
2μ = rata-rata data kelompok homogen (variansnya sama),
maka untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
21
21
n1
n1s
xxt+
−= dengan ( ) ( )
2nns1ns1ns
21
222
2112
−+−+−
= ,
(Sudjana, 1996: 239)
dengan
1X = nilai ulangan harian kelompok eksperimen
2X = nilai ulangan harian kelompok kontrol
n1 = banyaknya subyek kelompok eksperimen
n2 = banyaknya subyek kelompok kontrol
Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika – ttabel < thitung < ttabel dengan
derajat kebebasan d(k) = n1 + n2 – 2 dan tolak Ho untuk harga t
lainnya.
Dari hasil perhitungan diperoleh t = 0,0938, dengan dk = 79 dan taraf
nyata α = 0,05. Sedangkan pada tabel nilai t = 1,99. Karena – ttabel <
thitung < ttabel maka Ho berada pada daerah penerimaan. Dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 59.
2. Analisis Data Akhir
Setelah semua perlakuan berakhir kemudian diberi tes. Data yang
diperoleh dari hasil pengukuran kemudian dianalisis untuk mengetahui
apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang diharapkan.
a. Uji Normalitas
Langkah-langkah pengujian normalitas sama dengan langkah-langkah
uji normalitas pada analisis data awal.
b. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)
Langkah-langkah pengujian homogenitas sama dengan langkah-
langkah uji homogenitas pada analisis data awal.
c. Uji Keefektifan Pembelajaran
Pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi syarat ketuntasan
belajar yaitu jika rata–rata hasil belajar siswa mencapai minimal 65
(Mulyasa, 2003). Rumus yang digunakan adalah:
nSμxt 0−
= ,
dengan
x = rata-rata hasil belajar
S = simpangan baku
n = banyak siswa
Dengan uji pihak kanan, kriteria yang digunakan adalah Ho ditolak
jika (Sudjana, 1996: 227). ( )( 1nα1hitung tt −−> )
d. Uji Peningkatan Kerjasama dalam Kelompok
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan
kerjasama dalam kelompok dari pertemuan satu ke pertemuan
berikutnya. Hipotesis yang digunakan adalah:
Ho = 21 μμ =
Ha = , 21 μμ >
dengan
1μ = rata-rata kelompok eksperimen
2μ = rata-rata kelompok kontrol
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
nSBt
B= ,
dengan
B = selisih rata–rata pertemuan satu ke pertemuan berikutnya
SB = standar deviasi dari selisih
N = banyak siswa
Dengan pihak kanan, kriteria yang digunakan adalah Ho ditolak jika
(Sudjana, 1996: 242). ( )( 1nα1tt −−> )
e. Uji Perbedaan Rata-rata (Uji Pihak Kanan)
Hipotesis yang diajukan dalam uji perbedaan rata-rata adalah sebagai
berikut:
211
210
μμHμμH
>===
1μ = rata-rata data kelompok eksperimen
2μ = rata-rata data kelompok kontrol
Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
1) Jika 21 οο ≠
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
−=
2
22
1
21
21
ns
ns
XXt
2) Jika 21 οο =
s
21
21
n1
n1
XXt+
−= ,
dengan
( ) ( )2nn
s 1ns 1ns21
222
2112
−+−+−
= ,
keterangan:
1X = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
2X = rata-rata hasil belajar siswa pada kelas kontrol
1n = banyaknya siswa kelas eksperimen
2n = banyaknya siswa kelas kontrol
21s = varians kelompok eksperimen
22s = varians kelompok kontrol
2s = varians gabungan
dengan dk = ( )221 −+ nn , kriteria pengujian tersebut ditolak jika
dengan menentukan taraf signifikan = 5%
peluang (1-α ) (Sudjana, 1996: 243).
( ) (tabeldata tt ≥ ) α
f. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar
n
ZXn
ZX σμσγγ
21
21 +<<− ,
dengan
γ = koefisien kepercayaan
γ21Z = bilangan Z didapat dari tabel normal baku untuk peluang γ
21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini adalah hasil studi
lapangan untuk memperoleh data dengan teknik tes setelah dilakukan suatu
pembelajaran yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Variabel yang diteliti adalah hasil belajar matematika pada materi
pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial pada siswa kelas VII SMP 7 Semarang.
Sebagai kelompok eksperimen adalah siswa kelas VIIA dan sebagai kelompok
kontrol adalah siswa kelas VIIB. Setelah gambaran pelaksanaan penelitian
dijelaskan, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis menggunakan statistik t
dengan pengujian normalitas dan kesamaan varians sebagai uji prasyaratnya.
1. Pelaksanaan Pembelajaran
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang terdiri dari
dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 September 2005
sampai dengan 1 Oktober 2005, pada siswa kelas VIIA dan VIIB SMP 7
Semarang. Sebelum kegiatan penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu
menentukan materi dan menyusun rencana pembelajaran, dan lembar
observasi/ pengamatan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Materi pokok yang dipilih adalah Aljabar dan
Aritmatika Sosial, sedangkan dalam penelitian ini hanya diambil sub
53
materi yaitu Aritmatika Sosial, karena materi ini sering digunakan oleh
siswa dalam kegiatan ekonomi sehari-hari.
Model pembelajaran yang digunakan dalam kelas eksperimen
yaitu model pembelajaran berdasarkan masalah dan di kelas kontrol
digunakan pembelajaran dengan metode ekspositori. Pelaksanaan
pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari 5 tahap utama yaitu: guru
mengorientasikan atau memperkenalkan siswa pada situasi masalah,
mengorganisir siswa untuk belajar dengan cara membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok yang terdiri dari 5-6 orang, membantu siswa dalam
memecahkan masalah baik secara kelompok maupun individu, membantu
mengembangkan dan menyajikan hasil pemecahan masalah dan yang
terakhir, yaitu menganalisis hasil kerja siswa.
2. Hasil Uji Normalitas
Dari perhitungan data kelompok eksperimen setelah perlakuan
dengan mean 81.22; simpangan baku = 12.75; nilai tertinggi = 100; nilai
terendah = 48; banyak kelas interval = 7, dan panjang kelas interval = 8
diperoleh = 7.0772. Dengan banyaknya data 41, dan dk = 4,
diperoleh = 9.49, dengan demikian < , ini berarti nilai
hasil belajar matematika kelompok eksperimen berdistribusi normal.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 62.
hitung2χ
tabel2χ hitung
2χ tabel2χ
Hasil perhitungan untuk kelompok kontrol setelah perlakuan
dengan mean = 76.80; simpangan baku = 10.73; nilai tertinggi = 96; nilai
terendah = 50; banyaknya kelas interval = 7, dan panjang kelas interval =
7, diperoleh = 3.4951. Dengan banyaknya data 40, taraf nyata 5%,
dan dk = 4, diperoleh = 9.49. Dengan demikian < . Ini
berarti nilai hasil belajar matematika kelompok kontrol berdistribusi
normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 63.
hitung2χ
tabel2χ hitung
2χ tabel2χ
3. Hasil Uji Homogenitas
Hasil perhitungan untuk kelompok eksperimen didapat varians =
162.68 dan untuk kelompok kontrol didapat varians = 115.19. Dari
perbandingannya diperoleh Fhitung = 1.412. Dari tabel distribusi F dengan
taraf nyata 5% dan dk pembilang = 40 serta dk penyebut = 39, diperoleh
Ftabel = 1.70. Karena Fhitung = 1.412 < Ftabel = 1.70, maka Ho diterima yang
berarti kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan/ homogen.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 64.
4. Nilai Rata-rata Hasil Belajar
Berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata hasil belajar
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh sebagai berikut:
Sampel Rata-rata Hasil Belajar Simpangan Baku
Kel. Eksperimen 81.22 12.75
Kel. Kontrol 76.80 10.73
5. Uji Ketuntasan Belajar
Hasil perhitungan uji keefektifan pembelajaran kelompok
eksperimen diperoleh thitung = 8.15. Dengan kriteria uji pihak kanan, untuk
α = 5% dan dk = n – 1 = 41 – 1 = 40, diperoleh t(0.95)(40) = 1.68. Karena
thitung > ttabel maka disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok
eksperimen 65, sehingga dapat dinyatakan bahwa siswa telah mencapai
ketuntasan belajar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
66.
≥
6. Estimasi Rata-rata Hasil Belajar
Hasil perhitungan uji estimasi rata-rata hasil belajar kelompok
eksperimen adalah 77.20 – 85.24 untuk koefisien γ = 0,975 dan dk = 41 –
1 = 40, diperoleh tp= 2.02. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 68.
7. Uji Perbedaan Dua Rata-rata: Uji pihak Kanan
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data hasil belajar
matematika siswa kelas VIIA dan VIIB berdistribusi normal dan
homogen. Untuk menguji perbedaan dua rata-rata antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol digunakan uji t satu pihak yaitu uji
pihak kanan. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
Ho : 21 μμ =
Ha : 21 μμ >
Dari penelitian diperoleh bahwa rata-rata kelompok eksperimen 1x =
81.22 dan rata-rata kelompok kontrol 2x = 76.80, dengan n1 = 41 dan n2 =
40 diperoleh thitung = 1.685. Dengan α = 5% dan dk = 41 + 40 – 2 = 79,
diperoleh ttabel =1.67. Karena thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, berarti rata-rata hasil belajar matematika pada materi aritmatika
sosial dengan pembelajaran berdasarkan masalah lebih dari rata-rata hasil
belajar matematika dengan metode ekspositori. Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 65.
8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada kelas eksperimen
selama pembelajaran diperoleh data sebagai berikut.
Pada pembelajaran I persentase aktivitas siswa sebesar 63.89 %, aktivitas
siswa masih rendah, hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan
metode pembelajaran yang diterapkan. Siswa masih belum begitu paham
dengan tugas yang harus dikerjakan, sehingga masih banyak siswa yang
bertanya dan menimbulkan kegaduhan. Persentase aktivitas siswa pada
pembelajaran II sebesar 69.44 %, mengalami peningkatan sebesar 5.55 %.
Sedang pada pembelajaran III menjadi 75 %, meningkat sebesar 5.56 %.
Pada pembelajaran IV persentase aktivitas siswa sebesar 80.55 %
meningkat sebesar 5.55 %. Kemudian pada pembelajaran ke V persentase
aktivitas siswa sebesar 86.11 %, mengalami peningkatan sebesar 5.56 %.
Terlihat bahwa aktivitas siswa dari pembelajaran satu ke pembelajaran
berikutnya selalu mengalami peningkatan. Untuk selengkapnya
perkembangan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dapat dilihat
pada lampiran 17, 23, 29, 35, dan 41. Dan grafik perkembangan aktivitas
siswa dapat dilihat pada lampiran 53.
9. Hasil Observasi Pengelolaaan Pembelajaran oleh Guru
Berdasarkan hasil observasi pengelolaan pembelajaran oleh guru
pada kelas eksperimen selama proses pembelajaran diperoleh data sebagai
berikut.
Pada pembelajaran I persentase kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran sebesar 62.5 %. Persentase kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran II sebear 67.5 %, mengalami peningkatan sebesar
5 %. Sedang pada pembelajaran III menjadi 75 % meningkat sebesar 7.5
%. Pada pembelajaran IV persentase kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran sebesar 82.5 %, meningkat sebesar 7.5 %. Kemudian pada
pembelajaran ke V persentase kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran sebesar 87.5 %, mengalami peningkatan sebesar 5%.
Terlihat bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dari
setiap pembelajaran selalu mengalami peningkatan. Untuk selengkapnya
perkembangan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dapat
dilihat pada lampiran 16, 22, 28, 34, dan 42. Dan grafik kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 53.
10. Hasil Angket Refleksi Siswa Terhadap Pembelajaran
Berdasarkan hasil angket refleksi siswa terhadap pembelajaran
berdasarkan masalah diperoleh sikap dan tanggapan siswa selama
pembelajaran berdasarkan masalah sebagai berikut:
a. Mengenai pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah. Pada setiap proses
pembelajaran semua siswa menanggapi bahwa metode pembelajaran
yang digunakan menyenangkan. Hal ini terlihat dari hasil angket
refleksi yang menunjukkan bahwa pada pembelajaran I, banyak siswa
yang menyatakan menyenangkan adalah 31 orang siswa atau 75.61 %
dan siswa yang menyatakan sangat menyenangkan sebanyak 10 orang
siswa atau 24.39 %. Dan sampai pada pembelajaran V jumlah siswa
yang menyatakan sangat menyenangkan adalah 14 orang atau 34.15 %.
b. Mengenai pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah. Pada pembelajaran I
hasil angket refleksi menunjukkan bahwa banyak siswa yang
menyatakan pembelajaran berdasarkan masalah membuat siswa
menjadi bingung adalah 3 orang atau 7.32 % dan di akhir pembelajaran
yaitu pembelajaran V semua siswa sudah merasa mudah dan jelas.
Sedang siswa yang menyatakan pembelajaran berdasarkan masalah
sangat jelas pada pembelajaran I adalah 10 orang siswa atau 24.39 %
dan pada pembelajaran V menjadi 13 orang siswa atau 31.71 %.
c. Mengenai pembelajaran yang dilakukan dengan kerja kelompok. Dari
setiap pembelajaran semua siswa merasa senang dengan model
pembelajaran yang dilakukan dengan kerja kelompok. Berdasarkan
hasil angket refleksi menunjukkan bahwa pada pembelajaran I banyak
siswa yang menyatakan menyenangkan adalah 24 orang siswa atau
58.54 % dan siswa yang menyatakan sangat menyenangkan sebanyak
17 orang siswa atau 41.46 % dan sampai pada pembelajaran V jumlah
siswa yang menyatakan sangat menyenangkan bertambah hingga
menjadi 24 siswa atau 58.54 %.
d. Mengenai penyajian hasil kerja kelompok. Dari setiap pembelajaran
semua siswa merasa senang dengan metode penyajian hasil kerja
kelompok. Dari hasil angket refleksi menunjukkan bahwa pada
pertemuan I, banyak siswa yang menyatakan menyenangkan sebanyak
29 orang siswa atau 70.73 % dan siswa yang menyatakan sangat
menyenangkan adalah sebanyak 12 orang siswa atau 29.27 %, dan
sampai pada pembelajaran V jumlah siswa yang menyatakan sangat
menyenangkan bertambah hingga 17 orang siswa atau 41.46 %.
e. Mengenai masalah yang harus diselesaikan sebagai evaluasi
pembelajaran. Berdasarkan hasil angket refleksi pada pembelajaran I
menunjukkan bahwa banyak siswa yang menyatakan masalah yang
harus diselesaikan sebagai evaluasi pembelajaran sulit adalah 3 orang
siswa atau 7.32 % dan diakhir pembelajaran yaitu pembelajaran V
sudah tidak ada yang menyatakan bahwa masalah yang harus
diselesaikan sulit. Sedangkan siswa yang menyatakan masalah yang
harus diselesaikan sebagai evaluasi pembelajaran membuat siswa
termotivasi untuk terus belajar pada pembelajaran I adalah 27 orang
siswa atau 65.85 % dan pada pembelajaran V menjadi sebanyak 34
orang siswa atau 82.39 %.
f. Mengenai pembelajaran matematika dengan model pembelajaran
berdasarkan masalah. Dari hasil angket refleksi pada pembelajaran I
menunjukkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah ini membuat
siswa biasa saja adalah 1 orang siswa atau 2.44 % dan di akhir
pembelajaran yaitu pembelajaran V sudah tidak ada lagi yang
menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah ini biasa saja.
Sedang siswa yang yang menyatakan pembelajaran berdasarkan
masalah ini membuat siswa menjadi sanagat berani pada pembelajaran
I adalah 11 orang siswa atau 26.83 % dan pada pembelajaran V
menjadi sebanyak 16 orang siswa atau 39.02 %.
Untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 18, 24,
30, 36, dan 42. Dan grafiknya dapat dilihat pada lampiran 54.
B. Pembahasan
1. Proses Kelompok Eksperimen
Pembelajaran kelompok eksperimen diterapkan dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah yaitu dengan pengajuan pertanyaan
masalah kepada siswa yang diberikan dalam bentuk kartu masalah. Pada
awal pembelajaran terlebih dahulu guru menjelaskan tujuan dan model
pembelajaran dengan menjelaskan tentang logistik atau kelengkapan yang
dibutuhkan serta memberikan motivasi kepada siswa. Kemudian guru
memberikan apersepsi dan dengan metode ceramah dan tanya jawab guru
menerangkan materi yang dipelajari (terbatas) kemudian guru memberikan
permasalahan yang kontekstual untuk dicari pemecahannya, soal yang
diberikan dibahas secara klasikal. Setelah itu guru melakukan tahap-tahap
pembelajaran berdasarkan masalah.
Berdasarkan pertemuan I masih terdapat kekurangan selama proses
pembelajaran sebagai berikut, kinerja guru dalam pengelolaan
pembelajaran belum dilaksanakan dengan baik karena model ini
merupakan hal yang baru bagi guru. Motivasi yang diberikan guru masih
terlalu sedikit, peran guru dalam membimbing siswa dalam
mengorganisasi tugas-tugas masih perlu ditingkatkan sehingga masih
terdapat beberapa kelompok yang belum memahami tugas yang harus
diselesaikan sehingga banyak siswa yang bertanya, bercerita sendiri, dan
tidak aktif dalam kelompoknya sehingga menimbulkan kegaduhan. Dalam
membimbing siswa membuat hasil karya, peran guru juga masih perlu
ditingkatkan.
Penyajian hasil diskusi kelompok oleh wakil dari setiap kelompok
belum disajikan dengan baik, tulisan yang ditampilkan belum lengkap dan
tulisannya kecil-kecil, suara yang dikeluarkan juga masih pelan sehingga
belum bisa dimengerti oleh teman sekelasnya dengan baik sehingga
terkesan menerangkan untuk dirinya sendiri. Reaksi dari siswa atau
kelompok lain juga belum ada karena masih belum ada siswa yang
bertanya atau menanggapi tentang penyajian dari kelompok yang maju.
Kerja sama siswa pada pertemuan I belum baik karena siswa belum
terbiasa dengan model pembelajaran yang dilaksanakan, masih banyak
siswa yang pasif dalam kelompoknya dan belum ada pembagian tugas
yang merata dalam kelompok. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan
I belum dilaksanakan dengan baik, sehingga masih perlu diperbaiki, agar
kemampuan dalam memecahkan masalah dan bekerja sama dapat
ditumbuhkembangkan sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan.
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan II sudah lebih baik dari
pertemuan sebelumnya. Tetapi motivasi yang diberikan guru masih
sedikit. Bimbingan penyelidikan secara individual atau kelompok juga
masih perlu ditingkatkan, karena masih ada beberapa siswa yang belum
aktif dalam pelaksanaan diskusi. Peran guru dalam membimbing
pengembangan dan penyajian hasil karya perlu ditingkatkan karena belum
dibuat kesepakatan dengan siswa tentang posisi kertas dalam menyajikan
hasil karya sehingga siswa masih semaunya sendiri.
Aktivitas siswa sudah semakin baik, sebagian anggota kelompok
sudah berbagi tugas. Interaksi antar siswa belum terlaksana dengan
maksimal, mereka masih canggung untuk saling bertanya dan menjelaskan
dengan teman sekelompoknya sehingga masih sering bertanya kepada
guru bila menemui kesulitan. Dalam menyampaikan tanggapan dan
gagasan secara lisan juga perlu ditingkatkan, karena dalam penyajian hasil
diskusi masih terlihat malu-malu sehingga memakan banyak waktu.
Kerjasama siswa sudah semakin baik, karena siswa sudah
mengenal model pembelajaran yang dilaksanakan. Partisipasi siswa di
dalamnya menunjukkan sedikit peningkatan. Diskusi antar teman dalam
kelompok terlaksana dengan baik walau masih ada sebagian siswa yang
tidak berperan aktif dalam kelompoknya.
Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah pada pertemuan III
menunjukkan peningkatan yang lebih baik daripada pertemuan II. Guru
telah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan lengkap dan
memunculkan masalah dengan sangat baik. Bimbingan guru dalam
mengorganisasi tugas-tugas sudah sangat baik juga, siswa sudah dengan
sendirinya mengambil dan mempersiapkan logistik yang diperlukan
walaupun masih terkesan ramai. Bimbingan individual maupun kelompok
sudah mulai ditingkatkan, sehingga suasana pembelajaran menjadi
kondusif, hampir seluruh siswa aktif dalam pembelajaran. Peran guru
dalam membimbing siswa menyajikan hasil karya sudah lebih baik.
Penulisan hasil diskusi dalam kertas manila sudah tertulis lengkap. Dalam
menyimpulkan materi pada pertemuan III ini, guru masih berperan cukup
banyak karena siswa masih kesulitan dalam merangkai kata-kata.
Aktivitas siswa pada pertemuan III juga meningkat dibanding
pertemuan II. Sebagian besar siswa melakukan aktivitas matematika
seperti menghitung, mengamati, mencatat, memprediksi, dan membuat
kesimpulan sehingga pembagian tugas dalam kelompok sudah lebih
merata dan tidak terlihat siswa yang diam atau bercerita sendiri. Interaksi
antar siswa sudah baik, mereka sudah saling bekerjasama, berdiskusi,
bertanya dan menjelaskan, bahkan sudah ada sebagian kelompok yang
berdiskusi dengan guru ketika guru memberikan bimbingan kelompok.
Siswa menjadi lebih berani dalam menyajikan hasil diskusi
kelompok di depan kelas. Wakil kelompok yang maju setiap kali
pertemuan tidak sama dengan pertemuan sebelumnya, hal ini untuk
melatih keberanian tiap-tiap anak. Suara yang dikeluarkan sudah cukup
keras sehingga siswa lain yang di belakang dapat mendengar. Beberapa
anak sudah berani bertanya dan menanggapi secara lisan hasil presentasi
kelompok yang maju. Kerjasama siswa pada pertemuan ini, menunjukkan
peningkatan. Semua anggota kelompok sudah terbiasa membagi tugas
untuk memecahkan masalah, setiap anggota kelompok terlibat di
dalamnya.
Pada pertemuan IV, guru sudah agak mengurangi pemberian
bantuan karena siswa sudah bisa melakukannya sendiri. Guru hanya
memberikan bantuan pada kelompok yang mengalami kesulitan. Pada
pertemuan yang ke IV ini, guru tetap mengaktifkan diskusi/ dialog antar
teman dalam kelompoknya. Diskusi antara guru dengan siswa juga
semakin meningkat, siswa sudah tidak merasa canggung lagi bertanya
kepada guru. Hubungan yang baik antara guru dengan siswa dan sesama
siswa dalam kelompok telah meningkatkan kerjasama yang baik sehingga
jumlah siswa yang mengalami kesulitan sudah berkurang.
Aktivitas siswa yang dilakukan pada pertemuan IV sudah baik.
Model kerja sama yang dilaksanakan pada model pembelajaran
berdasarkan masalah telah meningkatkan keberanian siswa dalam bertanya
dan mengemukakan pendapat. Siswa sudah berani menyampaikan
gagasannya secara lisan. Dalam penyampaian hasil diskusi, siswa sudah
dapat menyampaikan gagasan kelompoknya secara lengkap dan teratur.
Kerjasama siswa pada pertemuan IV juga semakin baik. Antar
sesama anggota kelompok sudah saling membantu dalam mengutarakan
pendapat, dan saling mendengarkan pendapat yang diajukan oleh salah
satu anggota. Mereka berbicara secara teratur dan bergiliran sehingga
suasana diskusi terlihat semakin kondusif.
Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah pada pertemuan V
sudah baik. Guru telah melaksanakan tahap-tahap pembelajaran
berdasarkan masalah dengan sangat baik. Guru telah memunculkan
masalah dan memotivasi siswa untuk bisa memecahkan masalah yang
diajukan dengan sangat baik sehingga siswa semakin senang dengan
model pembelajaran yang dilaksanakan. Peran guru dalam membimbing
siswa mengorganisasikan tugas-tugas dan berbagi tugas dengan teman
kelompoknya juga sudah baik. Siswa sudah dengan sendirinya
melaksanakan tugas-tugas yang harus dikerjakan. Bantuan yang diberikan
guru sudah berkurang, guru hanya memberikan bantuan pada siswa atau
kelompok yang membutuhkan.
Ada peningkatan aktivitas siswa dibanding pertemuan-pertemuan
sebelumnya, dengan model kerja kelompok yang dilakukan setiap kali
pertemuan telah meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan
memecahkan masalah yang dihadapi. Bentuk kerjasama yang selalu
mereka kerjakan juga melatih mereka untuk selalu menghargai orang lain.
Menurut peneliti, kerjasama yang baik ini menjadi salah satu
pendukung keberhasilan siswa yang ditunjukkan tidak hanya pada hasil
belajarnya saja tetapi pada kemampuan siswa dalam memahami dan
memecahkan masalah serta kerjasama yang dapat ditumbuhkembangkan.
Hasil penskoran angket kerjasama dan uji peningkatan kerjasama dari
setiap pertemuan dapat dilihat pada lampiran 58, 59, 60, 61, 62, dan 63.
Berdasarkan hasil angket refleksi dari siswa menunjukkan bahwa
pembelajaran berdasarkan masalah ini sangat menyenangkan model kerja
kelompok dan penyajian hasil kerja kelompok juga membuat mereka
senang. Masalah yang mereka peroleh juga telah memotivasi mereka
untuk terus belajar. Model pembelajaran ini membuat mereka menjadi
berani mengemukakan pendapat dan meningkatkan percaya diri bagi siswa
untuk tampil di depan kelas.
2. Proses Kelompok Kontrol
Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol adalah
pembelajaran ekspositori. Metode yang digunakan adalah ceramah, tanya
jawab, dan pemberian tugas. Dalam pembelajaran ekspositori, guru
menjelaskan materi secara urut kemudian siswa diberi kesempatan untuk
mencatat. Selanjutnya guru memberikan beberapa contoh soal latihan.
Kemudian guru memberikan soal-soal latihan untuk dikerjakan di buku
latihan. Setelah selesai mengerjakan soal, beberapa siswa diminta untuk
mengerjakan soal tersebut di papan tulis. Guru memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa mengenai hal-hal yang belum dipahami. Di akhir
pembelajaran, guru menegaskan kembali tentang materi yang telah
dipelajari kemudian memberi tugas rumah.
Pembelajaran dengan metode ekspositori pada awalnya memang
membuat siswa lebih tenang karena guru yang mengendalikan siswa.
Siswa duduk dan memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran. Hal
semacam ini justru mengakibatkan guru kurang memahami pemahaman
siswa, karena siswa yang sudah jelas atau belum hanya diam saja. Siswa
yang belum jelas kadang tidak berani atau malu untuk bertanya pada guru.
Pada waktu mengerjakan soal latihan hanya siswa yang pandai saja yang
serius mengerjakan soal yang diberikan oleh guru sedangkan yang lain
lebih asyik bercerita dengan temannya.
Permasalahan lain yang dihadapi oleh siswa adalah tentang
kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah. Karena
pembelajaran tidak menggunakan sistem kelompok maka masalah yang
diberikan harus dikerjakan sendiri, oleh karena itu pemahaman siswa
dalam memahami arti atau maksud soal yang diberikan agak lambat dan
kecepatan berhitung pun agak lambat sehingga memakan banyak waktu,
dalam setiap kali pertemuan tidak selalu bisa memberikan evaluasi. Bila
model pembelajaran seperti ini terus berlanjut akan mengakibatkan tidak
tercapainya tujuan pembelajaran sehingga hasil belajar matematika siswa
tidak akan meningkat. Karena itu guru yang memberikan pelajaran
sebaiknya mengadakan variasi model pembelajaran dalam mengajar.
Berdasarkan analisis hasil penelitian, kita ketahui bahwa hasil
belajar kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol. Hal ini
disebabkan karena kedua kelas ini diberi perlakuan yang berbeda. Pada
kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan
masalah sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan metode
ekspositori. Indikator dari keefektifan pembelajaran tidak hanya dilihat
dari hasil tes secara individual yang mampu menyelesaikan minimal 65 %
dari tujuan keseluruhan, tetapi juga ketuntasan belajar secara klasikal yang
mencapai sekurang-kurangnya 85 % dari jumlah peserta didik yang ada di
kelas telah tuntas belajar.
Suatu proses pembelajaran juga dikatakan efektif apabila seluruh
peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Hal
ini dapat dilihat dari meningkatnya kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah dan kerjasama siswa dalam kelompoknya. Kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran pun semakin meningkat pada setiap
pertemuan.
Pada penelitian ini hipotesis penelitian sudah tercapai pada
pertemuan IV. Walaupun demikian guru masih perlu memberikan
penguatan materi dan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan secara
individual karena siswa harus dilatih untk berfikir mandiri. Tidak
selamanya siswa harus menyelesaikan masalah secara bersama-sama atau
kelompok. Selain itu dengan pemberian masalah yang berbeda dari tiap
kelompok juga menyebabkan pemahaman yang berbeda, siswa lebih
menguasai masalah yang dihadapi dalam kelompoknya sedangkan masalah
yang terdapat dalam kelompok lain siswa perlu pemahaman khusus.
Pelaksanaan model pembelajaran yang monoton dapat
menyebabkan kejenuhan pada siswa, untuk lebih memotivasi dan
menghindari kejenuhan pada siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan masalah guru dapat mengadakan variasi dengan memberikan
keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki dan pemecahannya
dapat dilakukan dengan beragam material dan peralatan, dan
pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, bisa juga dilakukan di
perpustakaan atau laboratorium, bahkan dilakukan diluar sekolah agar
siswa lebih memahami peran matematika yang mereka pelajari dalam
kehidupan sehari-hari. Hambatan yang dialami selama proses
pembelajaran kiranya dapat menjadi tinjauan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran serupa. Pembelajaran berdasarkan masalah
perlu terus ditingkatkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Pada metode ekspositori, karena tidak adanya sistem kelompok
maka kebebasan mengeluarkan pendapat dan bekerjasama tidak dapat
dilaksanakan secara optimal. Dengan metode pembelajaran yang demikian
belum bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suharyono (dalam Tursinah, 2004) mengenai kelemahan metode
ekspositori yang diterapkan pada kelompok kontrol ini.
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa nilai rata-rata hasil belajar pada pembelajaran berdasarkan masalah
lebih baik daripada pembelajaran dengan metode ekspositori. Pembelajaran
berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami maksud soal cerita dan memecahkan masalah yang diberikan.
Selain itu pembelajaran berdasarkan masalah juga dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan juga
menumbuhkembangkan kerjasama antar siswa dalam kelompok.
Pada pembelajaran berdasarkan masalah fungsi guru hanya sebagai
fasilitator, yaitu memberikan pengarahan seperlunya pada siswa. Keaktifan
siswa lebih diutamakan pada model pembelajaran ini. Dengan adanya
keaktifan ini akan meningkatkan motivasi belajar yang tinggi sehingga akan
sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran berdasarkan masalah lebih efektif daripada pembelajaran
dengan metode ekspositori.
2. Kemampuan siswa dalam bekerjasama dan memecahkan masalah dapat
ditumbuhkembangkan pada materi aritmatika sosial pada siswa kelas VII
SMP 7 Semarang tahun ajaran 2005/ 2006.
71
B. SARAN
1. Guru diharapkan dapat mengembangkan kreatifitas dalam membuat soal
diskusi dengan lebih mengaitkan masalah pada soal dengan kegiatan
sehari-hari sehingga keaktifan siswa dapat lebih ditingkatkan.
2. Dalam proses pembelajaran berdasarkan masalah masih memerlukan
adanya perbaikan yaitu guru dapat lebih memotivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran dengan cara memberikan keleluasaan kepada
siswa dalam menyelesaikan masalah misalnya dengan bekerja dengan
beragam material dan peralatan dan pelaksanaannya bisa juga dilakukan di
perpustakaan atau laboratorium bahkan dilakukan di luar sekolah sehingga
siswa lebih memahami peran matematika yang mereka pelajari.
3. Pembelajaran berdasarkan masalah perlu terus diterapkan dan
dikembangkan pada materi yang lain agar siswa lebih memahami bahwa
materi yang dipelajari ada hubungannya dan berguna bagi kehidupan
sehari-hari.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abba, N. 2000. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction). Makalah. Universitas Negeri Surabaya.
Adinawan, M.C. 2002. Matematika SLTP Kelas 1 Semester 1. Erlangga: Jakarta. Arifin, Z. 1991. Evaluasi Instruksional. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.
Darsono, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. IKIP Semarang Press: Semarang.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs. Jakarta.
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning
(CTL)). Jakarta. Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.
Jurusan Matematika FMIPA. Universitas Negeri Malang. Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. UNESA- University
Press: Surabaya. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Remaja Rosdakarya:
Bandung. Poerwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka:
Jakarta. Shofwani, S.A. 2005. Keefektifan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah
dangan Penggunaan Media (Kartu Masalah) Terhadap kemampuan Menyelesaikan Soal-soal Cerita Pokok Bahasan Perbandingan Kelas II Semester I Mts. Al Asror Semarang Tahun Pelajaran 2004/ 2005. Skripsi. Perpustakaan Jurusan Matematika: UNNES.
Sudirman, dkk. 2004. Cerdas Aktif Matematika untuk kelas 1 SMP. Ganeca Exact:
Jakarta. Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.
Sudjana, N. 1990. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Suharyono, T, dkk. 1996. Strategi Belajar Matematika. AMP Matematika Jakarta: Konsultan dan TIM Pengembangan PKG Matematika Dirjen Dikdasmen Depdikbud.
Suherman, E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jurusan
Pendidikan Matematika FPMIPA. Unversitas Pendidikan Indonesia. Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika.
Universitas Negeri Semarang.
Tursinah. 2004. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Aritmatika Sosial dengan Menggunakan Metode diskusi, Ekspositori, dan Resitasi pada Siswa Kelas I Semester I Bantarkawung Brebes Tahun Ajaran 2003/ 2004. Skripsi. Perpustakaan Jurusan Matematika: UNNES.