kondisi belajar dan masalah

30
kondisi belajar dan masalah-masalah belajar DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan................................................. ................................... 2 BAB II A. Definisi Kondisi Belajar..................................................... ........ 3 B. Kondisi Belajar untuk Berbagai Jenis Belajar............................ 3 C. Masalah-masalah Belajar Internal dan Eksternal......................... 4 D. Cara Mendiagnosa Masalah Belajar dan Mengatasinya............. 14 BAB III Analisis Kasus....................................................... .......................... 16 BAB IV Kesimpulan.................................................. .................................... 18 1

Upload: mut-mu3tiah

Post on 22-May-2015

8.227 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tugas TBP

TRANSCRIPT

Page 1: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan.................................................................................... 2

BAB II A. Definisi Kondisi Belajar............................................................. 3

B. Kondisi Belajar untuk Berbagai Jenis Belajar............................ 3

C. Masalah-masalah Belajar Internal dan Eksternal......................... 4

D. Cara Mendiagnosa Masalah Belajar dan Mengatasinya............. 14

BAB III Analisis Kasus................................................................................. 16

BAB IV Kesimpulan...................................................................................... 18

1

Page 2: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

PENDAHULUAN

Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Belajar berarti bila

bahwa guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa berajar atau belajar. Dalam

kegiatan belajar-mengajar di sekolah ditemukan hal-hal berikut. Guru telah mengajar

dengan baik. Ada siswa yang giat. Ada siswa yang pura-pura belajar. Ada siswa yang

belajar setengah hati. Bahkan ada pula siswa yang tidak belajar. Guru bingung

menghadapi keadaan siswa. Guru tersebut berkonsultasi dengan guru konselor sekolah.

Kedua petugas pendidik tersebut menemukan adanya masalah-masalah yang dialami

siswa. Ada masalah yang dapat diselesaikan oleh konselor sekolah. Adapula yang

dkonsultasikan dengan ahli psikologi. Guru menyadari bahwa dalam tugas pembelajaran

ternyata masalah-masalah belajar dialami siswa. Bahkan guru harus memahami bahawa

kondisi lingkungan siswa juga dapat menjadi sumber timbulnya masalah-masalah belajar.

Guru professional berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil. Ia

menemukan bahwa ada bermacam hal yang menyebabkan siswa belajar.ada siswa yang

tidak belajar karena dimarahi oleh orang tua. Ada siswa yang enggan belajar karena

pindah tempat tinggal. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian waktu guru

mengajarkan topic tertentu. Ada pula siswa yang giat belajar karena bercita-cita menjadi

seorang ahli. Bermacam-macam keadaan siswa tersebut menggambarkan bahwa

pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan hal yang sangat penting bagi

guru atau calon guru.

Dalam makalah ini kami membahas mengenai kondisi belajar dan masalah-

masalah belajar. Kondisi belajar merupakn suatu keadaan yang mempengaruhi proses dan

hasil belajar. Kondisi belajar yang baik akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang

baik, begitu pula sebaliknya. Masalah-masalah dalam belajar juga mempengaruhi proses

dan hasil belajar pula.

2

Page 3: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

KONDISI BELAJAR DAN MASALAH-MASALAH BELAJAR

A. Definisi Kondisi Belajar

Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses

dan hasil belajar. Definisi lain tentang kondisi belajar adalah suatu yang mana

terjadi aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan

mental. Sedangkan menurut Gagne dalam bukunya “Condition of learning” (1977)

menyatakan “The occurence of learningis inferred from a difference in human

being’s performance before and after being placed in a learning situation”.

Terjadinya belajar pada manusia terdapat perbedaan dalam penampilan/kinerja

manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan pada situasi belajar. Dengan kata

lain ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning

situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada

seseorang setelah ia ditempatkan pada situasi tersebut.

Gagne membagi kondisi belajar atas dua, yaitu:

1. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada

diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh

seperangkat proses transformasi (ingat information processing theory Gagne).

2. Kondisi Eksternal (eksternal condition) adalah situasi perangsang di luar diri

si belajar. Kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk

setiap kasus. Begitu pula dengan jenis kemampuan belajar yang berbeda akan

membutuhkan kemampuan belajar sebelumnya yang berbeda dan kondisi

eksternal yang berbeda pula.

B. Kondisi Belajar Untuk Berbagai Jenis Belajar

Gagne (dalam Richey, 2000) menyatakan bahwa dibutuhkan belajar yang

efektif untuk berbagai jenis/ kategori kemampuan belajar. Kondisi belajar dibagi

atas lima kategori belajar sebagai berikut:

a. Keterampilan intelektual (Intellectual Skill): untuk jenis belajar ini, kondisi

belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali keterampilan

keterampilan bawahan (yang sebelumnya), pembimbing dengan kata-kata atau

alat lainnya, pendemonstrasian penerapan oleh siswa dengan diberikan

balikan, pemberian review.

3

Page 4: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

b. Informasi verbal (Verbal Information): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar

yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali konteks dari informasi yang

bermakna, kinerja (performance) dari pengetahuan baru yang konstruktsi,

balikan

c. Strategi kognitif (Cognitive Strategy/problem solving): untuk jenis belajar ini,

kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan-aturan

dan konsep-konsep yang relevan, penyajian situasi masalah baru yang

berhasil, pendemonstrasian solusi oleh siswa.

d. Sikap (Attitude): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan

adalah pengambilan kembali informasi dan keterampilan intelektual yang

relevan dengan tindakan pribadi yang diharapkan. Pembentukan atau

pengingatan kembali model manusia yang dihormati, penguatan tindakan

pribadi dengan pengalaman langsung yang berhasil maupun yang dialami oleh

orang lain dengan mengamati orang yang dihormati.

e. Keterampilan motorik (Motor Skill): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar

yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali rangkaian unsur motorik,

pembentukan atau pengingatan kembali kebiasaan-kebiasaan yang

dilaksanakan, pelatihan keterampilan-keterampilan keseluruhan, balikan yang

tepat.

C. Masalah-masalah Belajar Internal dan Eksternal

Sebelum membahas masalah-masalah apa saja yang ada dalam kegiatan belajar,

alangkan baiknya terlebih dahulu membahas tentang definisi masalah belajar.

Masalah belajar terdiri dari kata masalah dan belajar. Masalah adalah Suatu

kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang ada dalam kenyataan

atau antara apa yang diperlukan dengan apa yang tersedia atau antara harapan

dengan kenyataan dsb. Sedangkan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses

yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara

keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi

dengan lingkungannya (Moh. Surya (1997)). Jadi masalah-masalah belajar

merupakan kesenjangan-kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa

yang ada dalam kenyataan atau antara apa yang diperlukan dengan apa yang

tersedia atau antara harapan dengan kenyataan dalam proses belajar. Secara

umum kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Kondisi

4

Page 5: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

itu antara lain, pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam proses

dan di sekitar proses pembelajaran memberi pengaruh bagi proses belajar. Kedua,

suasana emosional siswa. Suasana emosional siswa akan memberi pengaruh

dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini bisa dicermati ketika kondisi emosional

siswa sedang labil maka proses belajarpun akan mengalami gangguan. Ketiga,

lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang berada di sekitar siswa juga turut

mempengaruhi bagaimana seorang siswa belajar.

Di bawah ini adalah masalah-masalah belajar yang bersifat internal dan masalah-

masalah yang bersifat eksternal:

1. Masalah belajar internal adalah masalah yang timbul dari dalam diri siswa

atau faktor-faktor internal yang ditimbulkan kekurang beresan siswa dalam

belajar. Faktor internal berasal dari dalam diri anak itu sendiri, seperti:

a. Kesehatan

b. Rasa aman

c. Faktor kemampuan intelektual

d. Faktor afektif seperti perasaan dan percaya diri

e. Motivasi

f. Kematangan untuk belajar

g. Usia

h. Jenis kelamin

i. Latar belakang sosial

j. Kebiasaan belajar

k. Kemampuan mengingat

l. Dan kemampuan penginderaan seperti: melihat, mendengar atau

merasakan.

2. Masalah belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luar diri

siswa sendiri atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan ketidak beresan

siswa dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri

siswa, seperti:

a. Kebersihan rumah

b. Udara yang panas

c. Ruang belajar yang tidak memenuhi syarat

d. Alat-alat pelajaran yang tidak memadai

5

Page 6: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

e. Lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah

f. Kualitas proses belajar mengajar.

Belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun faktor eksternal:

A. Faktor Internal

Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa baik kondisi

jasmani maupun rohani siswa.

Faktor Internal dibedakan menjadi:

1. Faktor Fisiologis.

Faktor Fisiologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan

jasmani seseorang, misalnya tentang fungsi organ-organ, dan susunan-

susunan tubuh yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa

dalam mengikuti pelajaran. Faktor Fisiologis yang dapat mempengaruhi

belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Tonus (kondisi) badan

Kondisi jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi

kegiatan belajar. Keadaan jasmani yang optimal akan berbeda sekali hasil

belajarnya bila dibandingkan dengan keadaan jasmani yang lemah.

Sehubungan dengan keadaan/kondisi jasmani tersebut, maka ada dua hal

yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Cukupnya nutrisi (nilai makanan dan gizi), yaitu:

Tubuh yang kekurangan gizi makanan, akan mengakibatkan

merosotnya kondisi jasmani. Sehingga, menyebabkan seseorang

belajarnya menjadi cepat lesu, mengantuk, dan tidak ada semangat

untuk belajar. Pada akhirnya siswa tidak dapat mencapai hasil

belajar yang diharapkan.

2) Beberapa penyakit ringan yang diderita, dapat berupa pilek, sakit gigi,

batuk, dan lain sejenisnya. Semua itu tentu akan mempengaruhi hasil

belajar siswa.

b. Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu

Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu yang dapat mempegaruhi

kegiatan belajar di sini adalah fungsi-fungsi panca indera. Panca indera

yang memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan

telinga. Apabila mekanisme mata dan telinga kurang berfungsi, maka

6

Page 7: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

tanggapan yang disampaikan dari guru, tidak mungkin dapat diterima

oleh anak didik. Jadi, siwa tidak dapat menerima dan memahami

bahan-bahan pelajaran, baik yang langsung disampaikan oleh guru,

maupun melalui buku bacaan.

2. Faktor Psikologis

Faktor Psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan

kejiwaan siswa.

Faktor Psikologis dapat dibedakan menjadi:

a. Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki anak untuk mencapai

keberhasilan. Bakat anak akan dimulai tampak sejak ia dapat berbicara

atau sudah masuk Sekolah Dasar (SD). Bakat yang dimiliki setiap anak

tidaklah sama. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya

prestasi belajar anak dalam bidang-bidang studi tertentu. Jadi,

merupakan hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan

kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan atau keahlian

tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya.

Dengan tidak adanya fektor penunjang dan usaha untuk

mengembangkannya, maka bakat tersebut lama kelamaan akan punah.

Untuk itu agar kegiatan belajar berhasil dengan didasari bakat tersebut

maka harus adanya faktor penunjang. Di antaranya, fasilitas untuk

sarana, pembiayaan, dan dorongan moral dari orang tua serta minat yang

dimiliki.

b. Minat

Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar untuk sesuatu. Dalam minat, ada dua hal yang

harus diperhatikan:

1) Minat Pembawaan

Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain,

baik kebutuhan maupun lingkungan.

2) Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar

Minat ini muncul dan bisa saja berubah karena adanya pengaruh

lingkungan dan kebutuhan. Spesialisasi bidang studi yang tidak

sesuai dengan minatnya, tidak mempunyai daya tarik baginya.

7

Page 8: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

c. Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan

atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

Kemampuan dasar yang tinggi pada anak, memungkinkan anak untuk

dapat menggunakan pikirannya untuk belajar dan memecahkan persoalan-

persoalan baru secara tepat, cepat, dan berhasil. Sebaliknya, jika tingkat

kemampuan dasar anak rendah maka dapat mengakibatkan anak

mengalami kesulitan dalam belajar.

d. Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal manusia yang mendorong manusia

untuk berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong sesorang untuk

interes pada kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan,

yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan mendorong seseorang untuk

pencapaian prestasi, yakni dengan adanya motovasi yang baik dalam

belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang baik pula.

B. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Faktor

Eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Faktor Sosial

Faktor sosial dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu:

a. Lingkungan keluarga, yaitu:

Orang tua

Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan

pengertian dari orang tua. Apabila anak sedang belajar, anak jangan

diganggu dengan tugas rumah. Orang tua berkewajiban memberi

pengertian dan dorongan serta semaksimal mungkin membantu dalam

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah. Didikan

orang tua yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap

kondisi anak dalam kegiatan belajar.

Suasana rumah

Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis akan

menimbulkan suasana kaku dan tegang dalam berkeluarga yang

menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar. Sedangkan suasana

8

Page 9: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

rumah yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan

memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.

Kemampuan ekonomi keluarga

Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan

mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan

kelas, tetapi juga alat-alat belajar yang memadai, seperti buku, pensil,

pena, peta, bahkan buku bacaan. Sedangkan sebagian besar, alat-alat

pelajaran harus disediakan sendiri oleh murid yang bersangkutan. Bagi

orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai, sudah barang tentu

tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secara maksimal.

Maka murid akan menanggung resiko yang tidak diharapkan.

Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-anak hendaknya

ditanamkan kebiasaan yang baik agar mendorong anak untuk belajar.

b. Lingkungan Guru, yaitu:

Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan

menyebabkan proses belajar menjadi kurang lancar, dan menyebabkan

anak didik merasa ada distansi (jarak) dengan guru, sehingga segan

untuk berpartisipai aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Hubungan antar murid

Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana,

maka tidak akna mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang

saling bersaing secara tidak sehat. Suasana kelas semacam ini sangat

tidak diharapkan dalam proses belajar. Untuk itu maka, guru harus

mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong-royong

dalam belajar bersama, hal ini dimaksudkan agar kondisi individual

siswa berlangsung dengan baik.

Cara penyajian bahan pelajaran

Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja,

membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat

saja. Guru yang progresif, adalah guru yang mencoba metode-metode

baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.

9

Page 10: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

c. Lingkungan Masyarakat, yaitu:

Teman Bergaul

Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam dan

membentuk kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua harus

memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai mendapat teman

bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena

prilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular kepada anak lain.

Pola Hidup Lingkungan

Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah di mana anak itu

berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak. Jika anak berada di kondisi masyarakat kumuh

yang serba kekurangan, dan anak-anak pengangguran misalnya, akan

sangat mempengaruhi kondisi belajar anak, karena ia akan mengalami

kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau

meminjam alat-alat belajar.

Kegiatan dalam masyarakat

Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari,

olah raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara

berlebihan, tentu akan menghambat kegiatan belajar. Jadi, orang tua

perlu memperhatikan kegiatan anak-anaknya.

Mass Media

Mass media adalah sebagai salah satu faktor penghambat dalam

belajar. Misalnya, bioskop, radio, video-kaset, novel, majalah, dan

lain-lain. Banyak anak yang terlalu lama menonton TV, membaca

novel, majalah yang tidak dibertanggung jawabkan dari segi

pendidikan. Sehingga, mereka akan lupa akan tugas belajarnya. Maka

dari itu, buku bacaan, video-kaset, majalah, dan mass media lainnya

perlu diadakan pengawasan yang ketat dan diseleksi dengan teliti.

2. Faktor Non-sosial

Faktor non-sosial dapat dibedakan menjadi:

a. Sarana dan prasarana sekolah, adalah sebagai berikut:

Kurikulum

Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu

kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum

10

Page 11: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau suatu kurikulum yang

disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah tersebut

berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar-mengajar,

dan evaluasi. Berdasarkan kurikulum tersebut guru menyusun desain

instruksional untuk membelajarkan siswa. Sistem intruksional

sekarang menghendaki, bahwa dalam proses belajar mengajar yang

dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka guru perlu mendalami

dengan baik dan harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar

dapat melayani anak belajar secara individual.

Kurikulum pada dasarnya disusun berdasarkan tuntutan zaman dan

kemajuan masyarakat yang didasarkan suatu rencana pembangunan

lima tahunan yang diberlakukan pemerintah. Dengan kemajuan dan

perkembangan masyarakat, timbul tuntunan kebutuhan baru, akibatnya

kurikulum perlu dikonstruksi yang menimbulkan lahirnya kurikulum

baru.

Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah. Masalah-

masalah itu adalah:

a) tujuan yang akan dicapai mungkin berubah, bila tujuan berubah

maka pokok bahasan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi akan

berubah. Sekurang-kurangnya, kegiatan belajar mangajar perlu

diubah,

b) isi pendidikan berubah; akibatnya buku-buku pelajaran dan buku

bacaan serta sumber yang lain akan berubah. Hal ini menimbulkan

anggaran pendidikan disemua tingkat,

c) kegiatan belajar mengajar berubah, akibatnya guru harus

mempelajari strategi, metode, teknik, dan pendekatan mengajar

yang baru. Bila pendekatan belajar berubah, maka kebiasaan siswa

akan mengalami perubahan, dan

d) evaluasi berubah; akibatnya guru akan mempelajari metode dan

teknik evaluasi belajar yang baru. Bila evaluasi berubah, maka

siswa akan mempelajari cara-cara belajar yang sesuai dengan

ukuran lulusan yang baru.

Perubahan kurikulum dapat menimbulkan masalah bagi guru,

siswa, petugas pendidik serta orang tua siswa. Bagi guru, ia perlu

11

Page 12: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

mengadakan perubahan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus

menghindarkan diri dari cara-cara belajar ”lama”. Bagi Siswa, ia

perlu mempelajari cara-cara belajar, buku pelajaran, dan sumber

belajar yang baru dengan cara siswa harus menghindarkan diri dari

cara-cara belajar ”lama”. Bagi petugas pendidik, ia juga perlu

mempelajari tata kerja pada kurikulum “baru”, dan menghindarkan

diri dari tata kerja pada kurikulum ”lama”. Bagi Orang Tua siswa,

ia perlu mempelajari maksud, tata kerja, peran guru, dan peran

siswa dalam belajr pada kurikulum “baru” serta memahami adanya

metode dan teknik belajar “baru” bagi anak-anaknya maka ia dapat

membantu proses belajar anaknya secara baik. (Dimyati dan

Mudjiono 1999:253).

Media pendidikan

Media pendidikan dapat berupa buku-buku di perpustakaan,

laboratorium, LCD, komputer dan lain sebagainya. Pada umumnya,

sekolah masih kurang memiliki media tersebut, baik dalam jumlah

maupun kualitas. Lengkapnya media pendidikan merupakan

kondisi belajar yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya

media pendidikan menentukan jaminan terselenggaranya proses

belajar yang baik. Justru disinilah timbul masalah “bagaimana

mengelola media pendidikan sehingga terselenggara proses belajar

yang berhasil baik.”

Media pendidikan dalam proses belajar adalah barang mahal.

Barang-barang tersebut dibeli dengan uang pemerintah dan uang

masyarakat. Maksud pembelian tersebut adalah untuk

mempermudah siswa belajar. Dengan tersedianya media

pendidikan berarti menuntut guru dan siswa dalam

menggunakannya.

Peranan guru adalah sebagai berikut:

memelihara, mengatur media untuk menciptakan suasana

belajar yang menggembirakan,

memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang

berorientasi pada keberhasilan siswa belajar, dan

12

Page 13: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

mengorganisasi belajar siswa sesuai dengan prasarana dan

sarana secara tepat guna.

Peranan siswa sebagai berikut:

ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan media

pendidikan secara baik,

ikut serta dan berperan aktif dalam pemanfaatan media

pendidikan secara tepat guna,

menghormati sekolah sebagai pusat pembelajaran dalam

rangka pencerdasan kehidupan generasi muda bangsa.

Keadaan gedung

Dengan banyaknya jumlah siswa yang membeludak, keadaan

gedung dewasa ini masih sangat kurang. Mereka harus duduk

berjejal-jejal di dalam kelas. Faktor ini tentu menghambat

lancarnya kondisi belajar siswa. Keadaan gedung yang tua dan

tidak direnovasi, serta kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas

yang masih kurang. Hal itu, dapat menimbulkan ketidak nyamanan

siswa dalam belajar. Sehingga kegiatan belajar mengajar tidak

dapat berjalan dengan baik.

Sarana Belajar

Sarana belajar di sekolah, juga akan mempengaruhi kondisi belajar

siswa. Perpustakaan yang tidak lengkap, papan tulis yang sudah

buram, laboratorium yang darurat atau tidak lengkap, tempat

praktikum yang tidak memenuhi syarat, tentu akan mempengaruhi

kualitas belajar, dan pada akhirnya akan mempengaruhi hasil

belajar siswa. Adakalanya juga, sarana yang sudah begitu lengkap

tidak disertai dengan sistem pelayanan yang ramah. Contohnya,

pegawai perpustakaan yang cenderung tidak ramah, dan tidak

membantu, peraturan-peraturan yang tidak memberikan layanan

yang jelas terhadap pemakai sarana, sikap arogan petugas

menganggap bahwa pusat-pusat layanan itu adalah miliknya

karena ia mempunyai otoritas.

Waktu belajar

Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa

banyak, maka ada siswa yang harus terpaksa sekolah di siang

13

Page 14: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

hingga sore hari. Waktu di mana anak-anak harus beristirahat,

tetapi harus masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran

sambil mengantuk. Berbeda dengan anak yang belajar di pagi hari.

Sebab, pikiran mereka masih segar, dan jasmani dalam kondisi

baik. Karena belajar di pagi hari, lebih efektif daripada belajar pada

waktu lainnya. Oleh karena itu alangkah baiknya kegiatan belajar

di sekolah dilaksanakan pada pagi hari.

Rumah

Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan

yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk anak,

akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang

sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan

perkampungan seperti ini jelas berpengaruh buruk terhadap

kegiatan belajar siswa.

Alam

Hal ini dapat berupa keadaan cuaca yag tidak mendukung anak

untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun

berlangsung, tentu kondisi belajar siswa akan kurang optimal.

D. Cara Mendiagnosa Masalah Belajar dan Mengatasinya

Yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan

terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika

guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya.

Dianosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan

langkah-langkah:

1. Mengidentifikasi adanya masalah belajar

Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat

keterampilan khusus, sebab kemampuan mengidentifikasi yang berdasarkan

naluri belakang kurang efektif. Gejala-gejala munculnya masalah belajar

dapat diamati dalam berbagai bentuk, biasanya muncul dalam bentuk

perubahan perilaku yang menyimpang atau dalam menurunnya hasil belajar.

Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagi bentuk seperti: suka

mengganggu teman, merusak alat-alat pembelajaran dan lain sebagainya.

2. Menelaah/menetapkan status siswa

14

Page 15: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara:

Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid

Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan

menggunakan teknik dan alat yang tepat.

Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari

tujuan yang ditetapkan itu.

3. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar

Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks

yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa

prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah

belajar:

Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda

Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda

Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala

masalah yang makin kompleks.

15

Page 16: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

Analisis kasus

Seorang ibu datang kepada seorang psikolog untuk berkonsultasi tentang apa

yang dialami oleh anaknya. Anak ibu tersebut yang berumur delapan tahun dan masih di

kelas 1 SD karena tahun kemarin tidak naik kelas. Tahun ini, si ibu merasa kuatir anaknya

tidak naik kelas lagi karena nilainya pas-pasan. Padahal, standar nilai sekarang kan tinggi.

Pernah si ibu mendaftarkan anaknya untuk mengikuti tes intelejensi dan hasil IQ-nya 85.

Ayahnya sangat keras dan mengancam tidak akan menyekolahkan anaknya kalau

sampai tidak naik kelas lagi. Sepintas, si anak bisa komunikasi dengan baik dan tidak

terlihat bodoh. Namun, kalau materi terlalu banyak tidak bisa mengikuti. Si ibu merasa

kebingungan. Dan bertanya kepada psikolog : Apa yang harus ibu lakukan ? Apa anak

saya mengalami kelainan? Bagaimana solusi terbaik?

dari hasil IQ, putra ibu memang termasuk di bawah rata-rata. Kemungkinannya, anak

mengalami kelambatan belajar. Namun, bukan karena dia tidak mau tetapi terbatas pada

kemampuannya. Misalnya ibu sudah menyuruhnya belajar dan anak sudah melakukannya

dengan waktu cukup lama dan berusaha maksimal.

Tetapi, sesampai di sekolah anak lupa atau tidak bisa mengerjakan dengan baik. Salah

satu sebabnya karena kemampuan mengingat materi pelajaran dan kapasitas kemampuan

anak tidak berimbang. Kalau memang si kecil dirasa kesulitan mengikuti pelajaran di

sekolah umum, dan tahun ini anak tidak naik kelas, ibu sepertinya harus mulai mencari

sekolah alternatif.

Seperti memilih sekolah umum yang berkelas kecil, sekolah khusus anak slow leaner,

atau home schooling. Sebelum memutuskan mana yang dipilih sebaiknya ibu mencari

informasi mengenai dua lembaga tersebut. Dengan demikian, ibu lebih paham dan bisa

memilih sekolah yang sesuai dengan keadaan keuangan, kondisi anak, dan situasi yang

memungkinkan.

Lebih baik, si ibu pikirkan bersama suami agar keputusan yang diambil bisa jadi

motivasi ibu dan bapak dalam memaksimalkan potensi si kecil. Dan, tidak lagi

menyudutkan anak dengan segala keterbatasan yang dia miliki. Atau, menyalahkan ibu

yang dianggap kurang bisa mendidik dengan baik.

Apapun yang terjadi, ibu dan bapak patut bersyukur, meskipun keadaan si kecil seperti

saat ini namun secara fisik dia sehat dan bisa berkomunikasi dengan baik. Anak-anak

dengan kelambatan belajar butuh ketekunan, kesabaran, dan keuletan dalam memberikan

materi pelajaran. Karena, penalaran anak kurang berkembang tetapi dengan latihan terus-

menerus, anak bisa mengejar ketertinggalannya.

16

Page 17: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

Tumbuhkan terus motivasinya dan jangan pernah memberikan sansi fisik, hal tersebut

hanya membuatnya frustasi.Ibu bisa mencari bakat dan minat anak yang mungkin

menurut kita kurang berguna, tapi anak suka dan bisa melakukannya dengan enjoy.

Misal ketrampilan, olahraga, dan lainnya. Patokan anak berprestasi tidak melulu

melalui nilai akademik.

17

Page 18: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

Kesimpulan

Kondisi diri siswa harus dipertimbangkan dalam merancang materi pembelajaran,

metode dan media pembelajaran, serta pemilihan pendekatan belajar agar tidak

menimbulkan hambatan belajar, melainkan dapat mengembangkan potensi diri siswa.

Hasil yang diharapkan terbentuk pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan (PAKEM). Guru sebagai sumber pembelajar memiliki kewajiban mencari,

menemukan, dan diharapkan memecahkan masalah-masalah belajar siswa. Dalam

pencarian dan penemuan masalah-masalah tersebut guru dapat melakukan langkah-

langkah berupa (1) Mengidentifikasi adanya masalah belajar (2) Menelaah/menetapkan

status siswa (3) Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.

18

Page 19: Kondisi belajar dan masalah

k o n d i s i b e l a j a r d a n m a s a l a h - m a s a l a h b e l a j a r

DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Eveline dan Nara, Hartini.(2007). Teori Belajar dan Pembelajaran . Jakarta:

Universitas Negri Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Depdikbud

berkerjasama dengan Rineka

http://konselingindonesia.com/index

http://nic.unud.ac.id/~

19