mars

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu intitusi yang fungsi utamanya memberikan pelayanan kepada pasien secara diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah. Upaya kesehatan dilakukan dengan melakukan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan (American Hospital Association, 1978). Rumah sakit memiliki berbagai bentuk pelayanan, salah satunya pelayanan Farmasi. Dalam karya tulis ilmiah ini kami akan membahas bagaimana manajemen farmasi bekerja dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit pada umumnya dan pada khususnya Rumah Sakit Umum Daerah Solok. Menurut Depkes (2003) instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu instalasi penunjang medis yang mempunyai fungsi pengelolaan perbekalan farmasi, asuhan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan serta pencatatan dan pelaporan. Aditama (2000) menyatakan bahwa manajemen farmasi rumah sakit adalah upaya dan kegiatan yang dilaksanakan 1

Upload: fahrunidianiramani

Post on 04-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

RS

TRANSCRIPT

Page 1: Mars

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit merupakan suatu intitusi yang fungsi utamanya memberikan

pelayanan kepada pasien secara diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit

dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah. Upaya

kesehatan dilakukan dengan melakukan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi, terpadu

dan berkesinambungan (American Hospital Association, 1978).

Rumah sakit memiliki berbagai bentuk pelayanan, salah satunya pelayanan

Farmasi. Dalam karya tulis ilmiah ini kami akan membahas bagaimana

manajemen farmasi bekerja dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit pada

umumnya dan pada khususnya Rumah Sakit Umum Daerah Solok. Menurut

Depkes (2003) instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu instalasi

penunjang medis yang mempunyai fungsi pengelolaan perbekalan farmasi, asuhan

kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan serta pencatatan dan

pelaporan.

Aditama (2000) menyatakan bahwa manajemen farmasi rumah sakit adalah

upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu

penunjang untuk tercapainya tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit.

Upaya dan kegiatan ini meliputi penetapan standar obat, perencanaan pengadaan

obat, produksi, penyimpanan, pendistribusian/pelayanan kepada pasien pemberian

konsultasi/saran/informasi tentang obat, monitoring efek samping obat.

Manajemen farmasi dalam melaksanakan fungsinya tidak terlepas dari

fungsi-fungsi manajemen logistik yang merupakan rangkaian kegiatan yang

menyangkut perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, penerimaan,

pendistribusian, penghapusan serta pengendalian dengan memanfaatkan sumber-

1

Page 2: Mars

sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak dalam

upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Aditama, 2000).

1.2 Tujuan Penulisan

Penulis merasa perlu untuk mengetahui bagian instalasi farmasi di RSUD

Kota Solok dengan tujuan :

1. Tujuan Umum :

Mengetahui tentang manajemen instalasi farmasi secara umum di RSUD

Solok

2. Tujuan Khusus :

Mengetahui tentang manajemen instalasi farmasi RSUD Kota Solok.

Mengetahui tentang pengolahan perbekalan farmasi RSUD Solok

Mengetahui tentang struktur organisasi RSUD

1.3 Manfaat Penulisan

Bagi RSUD :

1. Dapat memanfaatkan hasil penulisan ini untuk pengambilan kebijakan

pengembangan RSUD termasuk pengembangan instalasi farmasi.

2. Dapat memanfaatkan hasil penulisan ini untuk meningkatkan fasilitas dan

pelayanan, terutama dalam instalasi farmasi.

Bagi Penulis :

1. Sebagai lahan untuk mempraktekkan Ilmu Manajemen Rumah Sakit.

2. Memperoleh pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan keahlian khusus

mengenai analisis kelayakan yang dapat digunakan dan dikembangkan bila

bekerja di rumah sakit.

3. Dapat menambah pengetahuan di bidang Manajemen Rumah Sakit

khususnya mengenai manajemen instalasi farmasi.

2

Page 3: Mars

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009,

rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit adalah

salah satu saranakesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan.

Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi

masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan

pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit

(preventif),penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan (Siregar, 2004).

B. Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah diklasifikasikan

menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut

didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan fisik, dan peralatan.

1. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan

subpesialistik luas.

2. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11

spesialistik dan subspesialistik terbatas.

3. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

3

Page 4: Mars

4. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar (Siregar, 2004).

C. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Depkes (2003), instalasi farmasi rumah sakit merupakan

salah satu instalasi penunjang medis yang mempunyai fungsi pengelolaan

perbekalan farmasi, asuhan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat

kesehatan serta pencatatan dan pelaporan.

D. Fungsi Pelayanan Farmasi

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.

3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang

telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan

yang berlaku.

6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian.

7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah

sakit.

b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan

1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.

2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alat kesehatan.

3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kesehatan.

4

Page 5: Mars

4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan.

5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.

6) Memberi konseling kepada pasien/keluarga.

7) Melakukan pencampuran obat suntik.

8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.

9) Melakukan penanganan obat kanker.

10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.

11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.

12) Melaporkan setiap kegiatan.

c. Administrasi dan Pengelolaan

Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan

farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar

pelayanan keprofesian yang universal.

1) Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi,

wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam

maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan

rumah sakit.

2) Bagian organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali setiap

tiga tahun dan diubah bila terdapat hal :

3) Perubahan pola kepegawaian.

4) Perubahan standar pelayanan farmasi.

5) Perubahan peran rumah sakit.

6) Penambahan atau pengurangan pelayanan.

d. Kepala instalasi farmasi harus terlibat dalam perencanaan manajemen dan

penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.

e. Instalasi farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk

membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi.

Hasil pertemuan tersebut disebar luaskan dan dicatat untuk disimpan.

5

Page 6: Mars

f. Adanya komite/panitia farmasi dan terapi di rumah sakit dan apoteker

Insatalasi farmasi rumah sakit (IFRS) menjadi sekretaris komite/panitia.

g. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu

berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat

antar bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi

dengan farmasi.

h. Hasil penilaian/pencatatan terhadap staf di dokumentasikan secara rahasia

dan hanya digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang untuk itu.

i. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan

evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap tiga tahun.

j. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala

keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan

obat.

E. Fasilitas dan Peralatan

Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung

administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga

menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan

etis.

a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua

barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung

jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi dan

sesuai dengan peraturan.

b. Tersedianya fasilitas produksi obat yang memenuhi standar.

c. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.

d. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.

e. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.

f. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik

sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.

g. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin

keamanan setiap staf.

6

Page 7: Mars

h. Kebijakan dan Prosedur.

Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan

tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus

mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan

dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri.

1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi,

panita/komite farmasi dan terapi serta para apoteker.

2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan

apoteker menganalisa secara kefarmasian. Obat adalah bahan berkhasiat

dengan nama generik.

3. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapa hal

berikut :

a) Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah

dokter.

b) Label obat yang memadai.

c) Daftar obat yang tersedia.

d) Gabungan obat parenteral dan labelnya.

e) Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis obat yang

diberikan.

f) Pengadaan dan penggunaan obat di rumah sakit.

g) Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, rawat jalan,

karyawan dan pasien tidak mampu.

h) Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan,

pengadaan, penerimaan, pembuatan/ produksi, penyimpanan,

pendistribusian dan penyerahan.

i) Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat

dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta

pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau dikeluhkan

pasien.

j) Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi.

7

Page 8: Mars

k) Pemberian konseling/informasi oleh apoteker kepada pasien

maupun keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan

obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang obat demi

meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan obat.

l) Pemantauan terapi obat (PTO) dan pengkajian penggunaan obat.

m) Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi maka

secara organisasi dibawah koordinasi instalasi farmasi.

n) Prosedur penarikan/penghapusan obat.

o) Pengaturan persediaan dan pesanan.

p) Cara pembuatan obat yang baik.

q) Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf.

r) Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan peraturan dan

undang undang.

s) Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus

terjamin.

t) Peracikan, penyimpanan dan pembuangan obat-obat sitotoksik.

u) Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap staf.

4. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang

salah dan atau mengatasi masalah obat.

5. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap sistem pelayanan

rumah sakit lainnya.

F. Pelayanan Farmasi

Sesuai dengan standar pelayanan minimum (Kepmenkes no 129/2008)

1. Waktu tunggu pelayanan obat:

a. Obat jadi < 30 menit

b. Obat Racikan < 60 menit

2. Kepuasan pelanggan > 80%

G. Evaluasi dan Pengendalian Mutu

8

Page 9: Mars

Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian

yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik:

a. Pelayanan farmasi dilibatkan dalam program pengendalian mutu pelayanan

rumah sakit.

b. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodik terhadap konsep,

kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan

mutu pelayanan.

c. Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program pengendalian mutu.

d. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut :

1. Pemantauan: pengumpulan semua informasi yang penting yang

berhubungan dengan pelayanan farmasi.

2. Penilaian: penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah

pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki.

3. Tindakan: bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus

diambil tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi.

4. Evaluasi : efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan

dalam program jangka panjang.

5. Umpan balik : hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan

kepada staf.

H. Manajemen Instalasi Farmasi

Aditama (2000) menyatakan bahwa manajemen farmasi rumah sakit adalah

upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu

penunjang untuk tercapainya tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah

sakit. Upaya dan kegiatan ini meliputi penetapan standar obat, perencanaan

pengadaan obat, produksi, penyimpanan, pendistribusian/pelayanan kepada

pasien pemberian konsultasi/saran/informasi tentang obat, monitoring efek

samping obat.

Manajemen farmasi dalam melaksanakan fungsinya tidak terlepas dari

fungsi-fungsi manajemen logistik yang merupakan rangkaian kegiatan yang

menyangkut perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan,

9

Page 10: Mars

penerimaan, pendistribusian, penghapusan serta pengendalian dengan

memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan

perangkat lunak dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan

(Aditama, 2000).

I. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai

dari pemilihan,perencanaan,pengadaan,penerimaan,penyimpanan,pendistribusian,

pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi. Yang

diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Kepmenkes No.1197/MENKES/SK/X/2004).

a. Pemilihan

Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang

terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan

kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai

menjaga dan memperbaharui standar obat.

b. Perencanaan

Pedoman Perencanaan adalah:

- DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, Ketentuan

setempat yang berlaku.

- Data catatan medik

- Anggaran yang tersedia

- Penetapan prioritas

- Siklus penyakit

- Sisa persediaan

- Data pemakaian periode yang lalu

- Rencana pengembangan

c. Pengadaan

Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan

disetujui melalui:

a. Pembelian:

-Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi)

10

Page 11: Mars

- Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan

b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi:

-Produksi Steril

-Produksi Non Steril

c. Sumbangan/droping/hibah

d. Produksi

Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan

farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di

rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi:

- Sediaan farmasi dengan formula khusus

- Sediaan farmasi dengan harga murah

- Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil

- Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran

- Sediaan farmasi untuk penelitian

- Sediaan nutrisi parenteral

- Rekonstruksi sediaan obat kanker

e. Penerimaan

Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah

diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,

tender,konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan

farmasi:

Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa

Barang harus bersumber dari distributor utama

Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)

Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate

of origin

Expired date minimal 2 tahun

11

Page 12: Mars

f. Penyimpanan

Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan yang ditetapkan:

Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya

Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya

Mudah tidaknya meledak/terbakar

Tahan/tidaknya terhadap cahaya

g. Pendistribusian

Distribusi dapat dilakukan melalui cara-cara berikut:

1. Resep perorangan (individual prescription)

Penyaluran perbekalan farmasi dengan sistem ini adalah berdasarkan resep

yang diterima pasien. Semua pasien rawat jalan menerima perbekalan farmasi

melalui resep perorangan, tetapi sebagian pasien rawat inap juga menerima

resep perorangan. Sistem ini memungkinkan apoteker untuk langsung

mengkaji resep terlebih dahulu dan membuka kesempatan untuk berinteraksi

antara dokter,apoteker, perawat, dan pasien. Kekurangannya adalah jika obat

berlebih, pasien tetap harus membayarnya dan perbekalan dapat terlambat

sampai ke pasien.

2. Floor Stock

Pada sistem ini, perbekalan farmasi didistribusikan langsung kepada setiap

unit perawatan. Sistem ini hanya bisa diterapkan untuk pelayanan pada pasien

rawat inap. Keuntungan sistem ini antara lain:

a. Obat yang dibutuhkan cepat tersedia

b. Meniadakan obat yang return

c. Pasien tidak harus membayar obat yang lebih

d. Tidak perlu tenaga banyak.

Kelemahan sistem ini adalah:

12

Page 13: Mars

a. Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat atau

b. adanya kesalahan penulisan etiket.

c. Persediaan obat di ruangan harus banyak.

d. Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar.

3. Sistem One Day Dose Dispensing

Pada sistem ini, pendistribusian obat sesuai dengan dosis per hari yang

dibutuhkan oleh pasien. Sistem ini melibatkan kerjasama apoteker dengan

dokter dan juga perawat dalam memonitor pendistribusian seluruh perbekalan

farmasi kepada pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif

dapat tercapai. Keuntungan sistem ini adalah:

a. Pasien hanya membayar obat sesuai yang telah digunakannya.

b. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak terpakai di ruangan perawat.

c. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat.

d. Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada

4. Sistem kombinasi

Rumah sakit besar pada umumnya tidak terpaku pada satu sistem distribusi

obat saja, tetapi lebih fleksibel, yaitu dengan mengkombinasikan beberapa

sistem di atas, bahkan mungkin menggunakan semua sistem di atas, namun

sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

13

Page 14: Mars

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil RSUD Solok

Tabel 1. Profil RSUD Solok

Nama Rumah Sakit    RSUD SOLOK

Pemilik Pemerintah Provinsi SUMBAR

Tipe B

Jumlah Tempat Tidur         212/TT

Luas Area                    3,5 H

Direktur Dr.Hj.YUSNELLY

Status         Terakreditasi

1. Sejarah singkat

RSUD Solok diresmikan tanggal 7 April 1986 oleh Gubernur Propinsi

Sumatera Barat Bpk. Ir. Azwar Anas, kemudian ditetapkan sebagai rumah

sakit kelas C sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Prop. Sumbar Nomor

36 tahun 1986 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

303/Menkes/SK/1V 1987.

Pada tahun 2004 Rumah Sakit Umum Daerah Solok telah terakreditasi

untuk 5 standar pelayanan dan pada tahun 2010 Rumah Sakit Umum Daerah

Solok telah Terakreditasi Penuh 12 standar pelayanan.

Padatanggal 21 Februari 2011, sesuai dengan keputusan Menteri

Kesehatan RI No. HK.05/520/2011, Rumah Sakit Umum Solok ditetapkan

sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B.

2. Visi

"Menjadi Terunggul Dalam pelayanan di Provinsi Sumatera Barat Tahun

2015”

14

Page 15: Mars

3. Motto

  "Santun Dalam Melayani Cepat dan Tepat Bertindak”

Tabel 2. Pelayanan RSUD Solok

Jenis Pelayanan Pelayanan

Penunjang

Tenaga

a. Bedah

b. Penyakit Dalam

c. Anak

d. Obgyn

e. Kulit Kelamin

f. Paru

g. THT

h. Mata

i. Syaraf

j. Badah Tulang

k. Jiwa

l. Jantung

m. Gigi

a. Radiologi

b. Labor

c. Gizi

d. Anesthesi

e. Fisioterapi

f. IPSRS

g. Loundri

a. Dokter Spesialis; 23

orang

b. Dokter Umum; 16

orang

c. Dokter Gigi; 3 orang

d. Apoteker; 4 orang

e. Perawat; 170 orang

f. Tenaga Lainnya; 12

orang

B. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Solok

Adapun struktur organisasi instalasi farmasi RSUD Solok adalah sebagai

berikut:

15

Page 16: Mars

KEPALA INSTALASI FARMASIEVRIYANDRA, SSI.APT

PENANGGUNG JAWAB PERBEKALAN FARMASIEVRIYANDRA, SSI.APT

PENANGGUNG JAWAB FARMASI KLINIS

YUNI RAHAYU S.FARM.APTPENANGGUNG JAWAB

ADMINISTRASI FARMASIELVIYANTI, SE

PENANGGUNG JAWAB APOTIKAFRIANI S. FARM.APT

PENANGGUNG JAWAB MANAJEMEN MUTU

DEVI ANDRAIANI S.FARM.APT

Gambar 1. Struktur Organisasi RSUD Solok

C. Sistem Pelayanan Farmasi RSUD Solok

Adapun sistem pelayanan farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Solok.

1. Semua obat dan perbekalan farmasi di rumah sakit adalah tanggung

jawab dan kewenangan Instalasi farmasi

2. Tanggung jawab tersebut berlaku sampai dengan obat telah disorder

dengan menggunakan resep atau perintah pengobatan atau permintaan

tertulis lainnya yang sah menurut peraturan yang berlaku di Rumah

Sakit Umum Daerah Solok

3. Guna mendukung pelayanan di unit atau instalasi tertentu, diberikan

pengecualian yang akan diatur tersendiri dengan Surat Keputusan

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Solok.

16

Page 17: Mars

Pelayanan resep untuk kebutuhan pasien dilaksanakan menggunakan

system pelayanan farmasi satu pintu yaitu seluruh resep dilingkungan

rumah sakit masuk ke Instalasi farmasi, sehingga seluruh penggunaan obat

dilingkungan rumah sakit diketahui oleh instalasi farmasi.

a). Pelayanan Resep Pasien IGD

Kegiatan pelayanan kefarmasian untuk memenuhi kebutuhan pasien

instalasi gawat darurat rumah sakit, dilaksanakan menggunakan system

resep perorangan. Untuk kebutuhan obat-obatan live saving, di instalasi

gawat darurat disediakan stok obat-obatan serta perbekalan farmasi

untuk kebutuhan live saving.

b). Pelayanan Resep Pasien Rawat Inap

Kegiatan pelayanan kefarmasian untuk memenuhi kebutuhan pasien

rawat inap rumah sakit, dilaksanakan dengan system sentralisasi

pelayanan farmasi melalui system resep perorangan.

Secara bertahap system peresepan perorangan akan dialihkan

menjadi system unit dose dengan mempersiapkan apotik satelit dengan

persediaan lengkap diseluruh ruangan perawatan.

Untuk kebutuhan CITO di ruangan perawatan, disediakan stok

obat-obatan serta perbekalan farmasi dalam jumlah terbatas sesuai

dengan kebutuhan tindakan di ruangan perawatan.

c). Pelayanan Resep Pasien Rawat Jalan

Kegiatan pelayanan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat

jalan di rumah sakit, dilaksanakan dengan system sentralisasi pelayanan

farmasi melalui system peresepan perorangan.

D. Pengelolaan pelayanan farmasi

1. Penggelolaan Perbekalan Farmasi

a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayana rumah sakit

17

Page 18: Mars

b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal

c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman berdasarkan pada

perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku

d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan rumah sakit

e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian

f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit unit pelayan rumah sakit

2. Pelayanan farmasi klinis

a. Mengkasi instruksi pengobatan / resep pasien

b. Mengidentifikasi masalh yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alat kesehatan

c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat

kersehatan

d. Member konselingf kepada pasien dan keluarga

e. Member informasi kepada petugas kesehatan, pasien, dan keluarga

f. Melakukan pencatatan setiap kegiatan

g. Melapor setiap kegiatan .

E. Prosedure Tetap Pengelolaan Perbekalan Farmasi

1. Pemilihan atau seleksi obat oleh sub-komite farmasi dan terapi

a) Sub-komite farmasi dan terapi menyusun draf daftar obat-obatan yang

akan digunakan di rumah sakit.

b) Sub-komite farmasi dan terapi membagikan draft tersebut kepada

seluruh perwakilan SMF, untuk di telaah sesuai kebutuhan terapi.

c) Sub-komite farmasi dan terapi mengumpulkan semua masukan dari

SMF dan melakukan seleksi terhadap masukan dari seluruh SMF dan

menetapkan daftar obat terpilih atau hasil seleksi yang akan digunakan

dalam terapi obat di rumah sakit.

18

Page 19: Mars

d) Sub-komite farmasi dan terapi menyerahkan daftar obat terpilih hasil

seleksi kepada instalasi farmasi untuk dijadikan acuan dalam

penyusunan kebutuhan obat di rumah sakit.

2. Perencanaan obat atau perbekalan farmasi

a) Pelaksanaan administrasi farmasi menyiapkan data untuk penyususnan

perencanaan sebagai berikut :

a. Data stok atau persediaan di gudang Istalasi Farmasi.

b. Data kebutuhan rata-rata bulanan

c. Data asuhan dari seluruh SMF yang telah diseleksi panitia

farmasi dan terapi.

b) Kepala instalasi farmasi selanjutnya menyusun daftar perencanaan

perbekalan farmasi dengan menggunakan kombinasi metode konsumsi

dengan memperhatikan pola penyakit berdasarkan masukan dari

seluruh SMF melalui sub-komite farmasi dan terapi.

c) Kepala Instalasi Farmasi mengajukan daftar perencanaan perbekalan

farmasi kepada Direktur Rumah Sakit melalui Panitia Farmasi dan

Terapi.

d) Setelah mendapat persetujuan Direktur melalui Panitia Farmasi dan

Terapi, kepala instalasi farmasi mengkoordinasikan perencanaan

pengadaan perbekalan farmasi dengan Sub Bagian Keuangan dan

Program dan panitia Pengadaan Barang dan jasa rumah sakit, untuk

direalisasikan.

3. Proses Pengadaan Perbekalan Farmasi

a) Pengadaan perbekalan farmasi

a. Mengadakan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh panitia

pengadaan barang dan jasa RSUD solok.

b. Pengadaan perbekalan kefarmasi dilaksanakan sesuai dengan

peraturan tentang pengadaan barang dan jasa.

19

Page 20: Mars

c. Pengadaan perbekalan farmasi disesuaikan dengan dana yang

tersedia.

b) Pengadaan obat narkotika

Pengadaan obat narkotika harus dilaksanaan sesuai dengan

Undang-undang No.30 tahun 2009 tentang narkotika dan

peraturan pelaksanaannya.

4. Penerimaan Perbekalan Farmasi

a) Petugas Gedung Instalasi Farmasi bersama panitia penerimaan barang

dan jasa memeriksa perbekalan farmasi yang masuk sesuai dengan

dokumen pengadaan.

b) Petugas Gudang hatus memeriksa secara cermat pemenuhan terhadap

persyaratan teknis kefarmasian sebagai berikut :

a. Keaslian

b. Masa kadarluarsa

c. Kuantitas dan kualitas fisik

d. Persyaratan lain yang ditetapkan untuk obat-obatan tertentu

c) Petugas Gundang Instalasi Farmasi dapat menolak perbekalan farmasi

yang tidak memenuhi persyaratan teknis kefarmasian.

d) Petugas gudang menerima perbekalan farmasi yang memenuhi

persyaratan dan selanjutnya disimpan di gudang penyimpanan instalasi

farmasi sesuai dengan prosedur penyimpanan perbekalan farmasi.

e) Petugas gudang melaksanakan pencatatan pada kartu stok barang dan

menyimpan arsip dokumen penerimaan barang.

5. Penerimaan Obat Narkotika

a) Apoteker atau petugas gudang memastikan bahwa obat-obatan

narkotika yang masuk disertai dengan faktur atau tanda terima atau

dokumen pengiriman barang.

20

Page 21: Mars

b) Apotek atau petugas gudang bersama panitia penerima barang dan jasa

memeriksa obat-obatan narkotika yang masuk sesuai dengan dokumen

pengadaan.

c) Apoteker atau petugas gudang memeriksa secara cermat pemenuhan

terhadap persyaratan teknis kefarmasian sebagai berikut :

a. Keaslian

b. Masa kadrluarsa

c. Kuantitas dan kualitas fisik

d) Apoteker atau petugas gudang dapat menolak obat-obatan narkotika

yang tidak memenuhi persyaratan teknis kefarmasiaan.

e) Apoteker atau petugas gudang menerima obat-obatan narkotika yang

memenuhi persyaratan dan selanjutnya disimpan sesuai dengan

prosedur penyimpanan obat-obatan narkotika.

f) Apoteker atau petugas gudang melaksanakan pencatatan pada kartu

stok barang dan menyimpan arsip dokumen penerimaan barang.

6. Penyimpanan obat – obatan

a) Petugas gudang memastikan bahwa obat-obatan yang diterima telah

memenuhi prosedur penerimaan perbekalan farmasi

b) Petugas gudang melaksanakan pneyimpanan dan menempatkan obat-

obatan dalam kelompok berikut :

a. Kelompok Narkotika

b. Kelompok Psikotropika

c. Kelompok Obat-obatan tablet/kapsul/kaplet

d. Kelompok Injeksi

e. Kelompok Syrup

f. Kelompok Obat tetes, salep/obat luar

g. Kelompok vaksin, serum, suppose, kemoterapi dll.

c) Petugas gudang menempatkan penyimpanan obat-obatan system FEFO

(First Expired First Out) dan sisitim FIFO (First In First Out) sbb :

21

Page 22: Mars

a. Kelompok obat Narkotika disimpan dalam lemari terkunci

berukuran minimal 40x80x100 cm.

b. Kelompok obat Psikotropika disimpan dalam lemari terkunci.

c. Obat-obatan tablet, kapsul, kaplet ditempatkan dalam rak

penyimpanan.

d. Kelompok injeksi ditemapatkan dalam rak penyimpanan

injeksi.

e. Kelompok syrup ditempatkan di tempat penyimpanan syrup.

f. Kelompok obat tetes, salep/obat luar ditempatkan di rak

penyimpanan obat tetes, salep/obat luar.

g. Kelompok vaksin, serum, suppose, insulin, kemoterapi dan

obat-obatan yang harus disimpan pada suhu dingin,

ditempatkan dalam lemari pendingin pada suhu 2-8 C

d) Petugas gudang memastikan bahwa penyimpanan obat-obatan harus

dihindari dari cahaya matahari langsung dan harus memilik sirkulasi

udara yang cukup.

7. Penyimpanan Bahan Laboratorium

a) Petugas gudang memastikan bahwa beban laboratorium yang diterima

telah memenuhi prosedur penerimaan perbekalan farmasi.

b) Petugas gudang melaksanakan penyimpanan dan menempatkan bahan

laboratorium dengan menggunakan system FEFO (First Expyre First Out)

dan system FIFO (First In First Out) dalam kelompok berikut :

a. Kelompok bahan/regeansia laboratorium yang disimpan pada suhu

2-8 C ditempatkan pada lemari pendingin (Refrigerator)

b. Kelompok bahan/regeansia laboratorium yang disimpan pada suhu

kamar dan ditempatkan pada penyimpanan rak alat/bahan

laboratorium dan bahan radiologi.

c. Kelompok alat habis pakai laboratorium ditempatkan pada rak

penyimpanan alat/ bahan laboratorium.

22

Page 23: Mars

c) Petugas gudang memastikan bahwa penyimpanan bahan laboratorium

harus terhindar dari cahaya matahari langsung dan harus memiliki

sirkulasi udara yang cukup.

Unit terkait : Panitia penerima barang RSUD Solok

Subbagian Tata usaha /Bendaharawan Material RSUD Solok

8. Penyimpanan Bahan Radiologi

a) Petugas gedung memastikan bahwa bahan radiologi yang diterima telah

memenuhi prosedur penerimaan perbekalan farmasi.

b) Petugas gudang melaksanakan penyimpanan dan menempatkan bahan

laboratorium dan bahan radiologi dengan sistem FEFO (First Expyred

First Out) dan system FIFO (First In First Out) dalam kelompok berikut :

a. Kelompok film rontgen ditempatkan pada rak penyimpanan film

rontgen

b. Kelompok Fixer dan Developer radiologi ditempatkan pada

gudang bahan berbahaya.

c. Kertas USG ditempatkan pada rak penyimpanan bahan radiologi.

c) Petugas gudang memastikan bahwa penyimpanan bahan radiologi harus

terhindar dari cahaya matahari langsung dan harus memiliki sirkulasi

udara yang cukup.

i. Unit terkait : Panitia penerimaan barang RSUD Solok

ii. Sub bagian Tata usaha / Bendaharawan Material RSUD

solok

9. Penyimpanan Perbekalan Farmasi

a) Petugas gedung memastikan bahwa perbekalan farmasi telah memenuhi

prosedur penerimaan perbekalan faramsi.

23

Page 24: Mars

b) Petugas gudang mencatat penerimaan perbekalan faramasi pada buku

penerimaan perbekalan farmasi data berikut :

a. Tanggal penerimaan

b. Nama PBF /Rekanan asala barang

c. Nomor tanda terima/DO/Faktur

d. Nama perbekalan faramasi yang diterima

e. Jumlah/kuantitas barang

c) Petugas gudang menempatkan barang pada kelompok berikut :

a. Obat-obatan

b. Bahan Habis Pakai

c. Bahan Laboratorium/ Rontgen

d. Bahan Berbahaya

d) Petugas gudang mencatat pada kartu stok barang dan menempatkan barang

kedalam lemari/rak penyimpanan gudang instalasi farmasi berdasarkan :

a. FIFO (First In First Out)

b. Bentuk sediaan

c. Tanggal kadaluarsa

d. Sumber penerimaan

24

Page 25: Mars

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan, serta wawancara secara langsung dengan petugas

Farmasi RSUD Kota Solok di tahun 2015 disimpulkan bahwa :

1. RS RSUD Kota Solok, terutama bahagian instalasi farmasi memiliki

Standar Operasional Prosedur.

2. Dalam pelaksanaan pelayanan medis, sudah menerapkan Standar

Operasional Prosedur yang telah ditetapkan.

3. Selama kurun waktu Kepala Ruangan menjabat, tidak ditemukan

kesalahan dalam pelaksanaan pelayanan medis yang sesuai dengan standar

operasional prosedur.

25

Page 26: Mars

4. Pada instalasi farmasi di RSUD Solok terdapat kekurangan dalam hal

tempat penyimpanan obat.

5. Dalam hal penyimpanan obat, RSUD Solok belum sepenuhnya sesuai

dengan standar penyimpanan obat, seperti suhu penyimpanan dan ukuran

ruangan penyimpanan yang belum memadai.

B. SARAN

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan , maka

penulis memberikan saran kepada RSUD Kota Solok sehingga RSUD Kota

Solok kedepannya semakin baik terutama dalam pelayanan medis, antara lain:

1. RSUD Kota Solok supaya tetap melaksanakan pelayanan medis di ruang

instalasi farmasi tetap mematuhi standar operasional prosedur yang telah

ditetapkan.

2. RSUD Kota Solok agar selalu melakukan evaluasi terhadap tenaga medis

di instalasi farmasi dalam memberikan pelayanan medis sehingga

diharapkan selalu melakukan pelayanan sesuai dengan standar

opreasional prosedur.

3. RSUD Kota Solok agar lebih menerapkan sistem Reward dan Punishment

kepada tenaga medis, supaya dalam pelaksanaan kegiatannya sesuai

dengan standar operasional prosedur, sehingga mutu pelayanan di

instalasi farmasi terjaga.

4. Dalam hal tempat penyimpanan obat sebaiknya perlu penambahan

ruangan.

26

Page 27: Mars

KEPUSTAKAAN

1. Analisis Pelayanan, Wildan Pahlevi, FKM UI,2009.

2. Depkes RI, (2000). Kebijakan Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun

2000-2001, Jakarta Depkes RI.

27

Page 28: Mars

3. Depkes RI, Standart Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit,

Jakarta.2000.

4. Farmasi. Di sadur dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6849.

5. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Standar

Rumah Sakit Pendidikan, Jakarta . 2005

6. RSUD Solok.Prosedure Tetap Pengelolaan Perbekalan Farmasi (Dokumen)

7. RSUD Solok. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat Kesehatan (Dokumen)

8. RSUD Solok. Struktur organisasi RSUD Solok (Dokumen)

28