mars
DESCRIPTION
RSTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu intitusi yang fungsi utamanya memberikan
pelayanan kepada pasien secara diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit
dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah. Upaya
kesehatan dilakukan dengan melakukan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi, terpadu
dan berkesinambungan (American Hospital Association, 1978).
Rumah sakit memiliki berbagai bentuk pelayanan, salah satunya pelayanan
Farmasi. Dalam karya tulis ilmiah ini kami akan membahas bagaimana
manajemen farmasi bekerja dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit pada
umumnya dan pada khususnya Rumah Sakit Umum Daerah Solok. Menurut
Depkes (2003) instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu instalasi
penunjang medis yang mempunyai fungsi pengelolaan perbekalan farmasi, asuhan
kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan serta pencatatan dan
pelaporan.
Aditama (2000) menyatakan bahwa manajemen farmasi rumah sakit adalah
upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu
penunjang untuk tercapainya tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah sakit.
Upaya dan kegiatan ini meliputi penetapan standar obat, perencanaan pengadaan
obat, produksi, penyimpanan, pendistribusian/pelayanan kepada pasien pemberian
konsultasi/saran/informasi tentang obat, monitoring efek samping obat.
Manajemen farmasi dalam melaksanakan fungsinya tidak terlepas dari
fungsi-fungsi manajemen logistik yang merupakan rangkaian kegiatan yang
menyangkut perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, penerimaan,
pendistribusian, penghapusan serta pengendalian dengan memanfaatkan sumber-
1
sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan perangkat lunak dalam
upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Aditama, 2000).
1.2 Tujuan Penulisan
Penulis merasa perlu untuk mengetahui bagian instalasi farmasi di RSUD
Kota Solok dengan tujuan :
1. Tujuan Umum :
Mengetahui tentang manajemen instalasi farmasi secara umum di RSUD
Solok
2. Tujuan Khusus :
Mengetahui tentang manajemen instalasi farmasi RSUD Kota Solok.
Mengetahui tentang pengolahan perbekalan farmasi RSUD Solok
Mengetahui tentang struktur organisasi RSUD
1.3 Manfaat Penulisan
Bagi RSUD :
1. Dapat memanfaatkan hasil penulisan ini untuk pengambilan kebijakan
pengembangan RSUD termasuk pengembangan instalasi farmasi.
2. Dapat memanfaatkan hasil penulisan ini untuk meningkatkan fasilitas dan
pelayanan, terutama dalam instalasi farmasi.
Bagi Penulis :
1. Sebagai lahan untuk mempraktekkan Ilmu Manajemen Rumah Sakit.
2. Memperoleh pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan keahlian khusus
mengenai analisis kelayakan yang dapat digunakan dan dikembangkan bila
bekerja di rumah sakit.
3. Dapat menambah pengetahuan di bidang Manajemen Rumah Sakit
khususnya mengenai manajemen instalasi farmasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Rumah Sakit
Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009,
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit adalah
salah satu saranakesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif),penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan (Siregar, 2004).
B. Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Pemerintah Pusat dan Daerah diklasifikasikan
menjadi Rumah Sakit Umum kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut
didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan fisik, dan peralatan.
1. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan
subpesialistik luas.
2. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11
spesialistik dan subspesialistik terbatas.
3. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
3
4. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar (Siregar, 2004).
C. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Menurut Depkes (2003), instalasi farmasi rumah sakit merupakan
salah satu instalasi penunjang medis yang mempunyai fungsi pengelolaan
perbekalan farmasi, asuhan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan serta pencatatan dan pelaporan.
D. Fungsi Pelayanan Farmasi
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang
telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku.
6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian.
7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah
sakit.
b. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
1) Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan.
3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan.
4
4) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat
kesehatan.
5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
6) Memberi konseling kepada pasien/keluarga.
7) Melakukan pencampuran obat suntik.
8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
9) Melakukan penanganan obat kanker.
10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
11) Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
12) Melaporkan setiap kegiatan.
c. Administrasi dan Pengelolaan
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan
farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar
pelayanan keprofesian yang universal.
1) Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi,
wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam
maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit.
2) Bagian organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali setiap
tiga tahun dan diubah bila terdapat hal :
3) Perubahan pola kepegawaian.
4) Perubahan standar pelayanan farmasi.
5) Perubahan peran rumah sakit.
6) Penambahan atau pengurangan pelayanan.
d. Kepala instalasi farmasi harus terlibat dalam perencanaan manajemen dan
penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya.
e. Instalasi farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk
membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi.
Hasil pertemuan tersebut disebar luaskan dan dicatat untuk disimpan.
5
f. Adanya komite/panitia farmasi dan terapi di rumah sakit dan apoteker
Insatalasi farmasi rumah sakit (IFRS) menjadi sekretaris komite/panitia.
g. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu
berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat
antar bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi
dengan farmasi.
h. Hasil penilaian/pencatatan terhadap staf di dokumentasikan secara rahasia
dan hanya digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang untuk itu.
i. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan
evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap tiga tahun.
j. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala
keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan
obat.
E. Fasilitas dan Peralatan
Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung
administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga
menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan
etis.
a. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua
barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi dan
sesuai dengan peraturan.
b. Tersedianya fasilitas produksi obat yang memenuhi standar.
c. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
d. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.
e. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
f. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik
sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik.
g. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin
keamanan setiap staf.
6
h. Kebijakan dan Prosedur.
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan
tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus
mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan
dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi,
panita/komite farmasi dan terapi serta para apoteker.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan
apoteker menganalisa secara kefarmasian. Obat adalah bahan berkhasiat
dengan nama generik.
3. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapa hal
berikut :
a) Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah
dokter.
b) Label obat yang memadai.
c) Daftar obat yang tersedia.
d) Gabungan obat parenteral dan labelnya.
e) Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis obat yang
diberikan.
f) Pengadaan dan penggunaan obat di rumah sakit.
g) Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, rawat jalan,
karyawan dan pasien tidak mampu.
h) Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, pembuatan/ produksi, penyimpanan,
pendistribusian dan penyerahan.
i) Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat
dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau dikeluhkan
pasien.
j) Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi.
7
k) Pemberian konseling/informasi oleh apoteker kepada pasien
maupun keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan
obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang obat demi
meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan obat.
l) Pemantauan terapi obat (PTO) dan pengkajian penggunaan obat.
m) Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi maka
secara organisasi dibawah koordinasi instalasi farmasi.
n) Prosedur penarikan/penghapusan obat.
o) Pengaturan persediaan dan pesanan.
p) Cara pembuatan obat yang baik.
q) Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf.
r) Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan peraturan dan
undang undang.
s) Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus
terjamin.
t) Peracikan, penyimpanan dan pembuangan obat-obat sitotoksik.
u) Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap staf.
4. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang
salah dan atau mengatasi masalah obat.
5. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap sistem pelayanan
rumah sakit lainnya.
F. Pelayanan Farmasi
Sesuai dengan standar pelayanan minimum (Kepmenkes no 129/2008)
1. Waktu tunggu pelayanan obat:
a. Obat jadi < 30 menit
b. Obat Racikan < 60 menit
2. Kepuasan pelanggan > 80%
G. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
8
Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian
yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik:
a. Pelayanan farmasi dilibatkan dalam program pengendalian mutu pelayanan
rumah sakit.
b. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodik terhadap konsep,
kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan
mutu pelayanan.
c. Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program pengendalian mutu.
d. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut :
1. Pemantauan: pengumpulan semua informasi yang penting yang
berhubungan dengan pelayanan farmasi.
2. Penilaian: penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah
pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki.
3. Tindakan: bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus
diambil tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi.
4. Evaluasi : efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan
dalam program jangka panjang.
5. Umpan balik : hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan
kepada staf.
H. Manajemen Instalasi Farmasi
Aditama (2000) menyatakan bahwa manajemen farmasi rumah sakit adalah
upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di bidang farmasi sebagai salah satu
penunjang untuk tercapainya tujuan serta sasaran didirikannya suatu rumah
sakit. Upaya dan kegiatan ini meliputi penetapan standar obat, perencanaan
pengadaan obat, produksi, penyimpanan, pendistribusian/pelayanan kepada
pasien pemberian konsultasi/saran/informasi tentang obat, monitoring efek
samping obat.
Manajemen farmasi dalam melaksanakan fungsinya tidak terlepas dari
fungsi-fungsi manajemen logistik yang merupakan rangkaian kegiatan yang
menyangkut perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan,
9
penerimaan, pendistribusian, penghapusan serta pengendalian dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia seperti tenaga, dana, sarana dan
perangkat lunak dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Aditama, 2000).
I. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai
dari pemilihan,perencanaan,pengadaan,penerimaan,penyimpanan,pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi. Yang
diperlukan bagi kegiatan pelayanan (Kepmenkes No.1197/MENKES/SK/X/2004).
a. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan
kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai
menjaga dan memperbaharui standar obat.
b. Perencanaan
Pedoman Perencanaan adalah:
- DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, Ketentuan
setempat yang berlaku.
- Data catatan medik
- Anggaran yang tersedia
- Penetapan prioritas
- Siklus penyakit
- Sisa persediaan
- Data pemakaian periode yang lalu
- Rencana pengembangan
c. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui melalui:
a. Pembelian:
-Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi)
10
- Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan
b. Produksi/pembuatan sediaan farmasi:
-Produksi Steril
-Produksi Non Steril
c. Sumbangan/droping/hibah
d. Produksi
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan
farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi:
- Sediaan farmasi dengan formula khusus
- Sediaan farmasi dengan harga murah
- Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
- Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran
- Sediaan farmasi untuk penelitian
- Sediaan nutrisi parenteral
- Rekonstruksi sediaan obat kanker
e. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,
tender,konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan
farmasi:
Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa
Barang harus bersumber dari distributor utama
Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)
Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate
of origin
Expired date minimal 2 tahun
11
f. Penyimpanan
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan:
Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
Mudah tidaknya meledak/terbakar
Tahan/tidaknya terhadap cahaya
g. Pendistribusian
Distribusi dapat dilakukan melalui cara-cara berikut:
1. Resep perorangan (individual prescription)
Penyaluran perbekalan farmasi dengan sistem ini adalah berdasarkan resep
yang diterima pasien. Semua pasien rawat jalan menerima perbekalan farmasi
melalui resep perorangan, tetapi sebagian pasien rawat inap juga menerima
resep perorangan. Sistem ini memungkinkan apoteker untuk langsung
mengkaji resep terlebih dahulu dan membuka kesempatan untuk berinteraksi
antara dokter,apoteker, perawat, dan pasien. Kekurangannya adalah jika obat
berlebih, pasien tetap harus membayarnya dan perbekalan dapat terlambat
sampai ke pasien.
2. Floor Stock
Pada sistem ini, perbekalan farmasi didistribusikan langsung kepada setiap
unit perawatan. Sistem ini hanya bisa diterapkan untuk pelayanan pada pasien
rawat inap. Keuntungan sistem ini antara lain:
a. Obat yang dibutuhkan cepat tersedia
b. Meniadakan obat yang return
c. Pasien tidak harus membayar obat yang lebih
d. Tidak perlu tenaga banyak.
Kelemahan sistem ini adalah:
12
a. Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan oleh perawat atau
b. adanya kesalahan penulisan etiket.
c. Persediaan obat di ruangan harus banyak.
d. Kemungkinan kehilangan dan kerusakan obat lebih besar.
3. Sistem One Day Dose Dispensing
Pada sistem ini, pendistribusian obat sesuai dengan dosis per hari yang
dibutuhkan oleh pasien. Sistem ini melibatkan kerjasama apoteker dengan
dokter dan juga perawat dalam memonitor pendistribusian seluruh perbekalan
farmasi kepada pasien sehingga penggunaan obat yang rasional dan efektif
dapat tercapai. Keuntungan sistem ini adalah:
a. Pasien hanya membayar obat sesuai yang telah digunakannya.
b. Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak terpakai di ruangan perawat.
c. Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat.
d. Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada
4. Sistem kombinasi
Rumah sakit besar pada umumnya tidak terpaku pada satu sistem distribusi
obat saja, tetapi lebih fleksibel, yaitu dengan mengkombinasikan beberapa
sistem di atas, bahkan mungkin menggunakan semua sistem di atas, namun
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil RSUD Solok
Tabel 1. Profil RSUD Solok
Nama Rumah Sakit RSUD SOLOK
Pemilik Pemerintah Provinsi SUMBAR
Tipe B
Jumlah Tempat Tidur 212/TT
Luas Area 3,5 H
Direktur Dr.Hj.YUSNELLY
Status Terakreditasi
1. Sejarah singkat
RSUD Solok diresmikan tanggal 7 April 1986 oleh Gubernur Propinsi
Sumatera Barat Bpk. Ir. Azwar Anas, kemudian ditetapkan sebagai rumah
sakit kelas C sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Prop. Sumbar Nomor
36 tahun 1986 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
303/Menkes/SK/1V 1987.
Pada tahun 2004 Rumah Sakit Umum Daerah Solok telah terakreditasi
untuk 5 standar pelayanan dan pada tahun 2010 Rumah Sakit Umum Daerah
Solok telah Terakreditasi Penuh 12 standar pelayanan.
Padatanggal 21 Februari 2011, sesuai dengan keputusan Menteri
Kesehatan RI No. HK.05/520/2011, Rumah Sakit Umum Solok ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B.
2. Visi
"Menjadi Terunggul Dalam pelayanan di Provinsi Sumatera Barat Tahun
2015”
14
3. Motto
"Santun Dalam Melayani Cepat dan Tepat Bertindak”
Tabel 2. Pelayanan RSUD Solok
Jenis Pelayanan Pelayanan
Penunjang
Tenaga
a. Bedah
b. Penyakit Dalam
c. Anak
d. Obgyn
e. Kulit Kelamin
f. Paru
g. THT
h. Mata
i. Syaraf
j. Badah Tulang
k. Jiwa
l. Jantung
m. Gigi
a. Radiologi
b. Labor
c. Gizi
d. Anesthesi
e. Fisioterapi
f. IPSRS
g. Loundri
a. Dokter Spesialis; 23
orang
b. Dokter Umum; 16
orang
c. Dokter Gigi; 3 orang
d. Apoteker; 4 orang
e. Perawat; 170 orang
f. Tenaga Lainnya; 12
orang
B. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Solok
Adapun struktur organisasi instalasi farmasi RSUD Solok adalah sebagai
berikut:
15
KEPALA INSTALASI FARMASIEVRIYANDRA, SSI.APT
PENANGGUNG JAWAB PERBEKALAN FARMASIEVRIYANDRA, SSI.APT
PENANGGUNG JAWAB FARMASI KLINIS
YUNI RAHAYU S.FARM.APTPENANGGUNG JAWAB
ADMINISTRASI FARMASIELVIYANTI, SE
PENANGGUNG JAWAB APOTIKAFRIANI S. FARM.APT
PENANGGUNG JAWAB MANAJEMEN MUTU
DEVI ANDRAIANI S.FARM.APT
Gambar 1. Struktur Organisasi RSUD Solok
C. Sistem Pelayanan Farmasi RSUD Solok
Adapun sistem pelayanan farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah Solok.
1. Semua obat dan perbekalan farmasi di rumah sakit adalah tanggung
jawab dan kewenangan Instalasi farmasi
2. Tanggung jawab tersebut berlaku sampai dengan obat telah disorder
dengan menggunakan resep atau perintah pengobatan atau permintaan
tertulis lainnya yang sah menurut peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit Umum Daerah Solok
3. Guna mendukung pelayanan di unit atau instalasi tertentu, diberikan
pengecualian yang akan diatur tersendiri dengan Surat Keputusan
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Solok.
16
Pelayanan resep untuk kebutuhan pasien dilaksanakan menggunakan
system pelayanan farmasi satu pintu yaitu seluruh resep dilingkungan
rumah sakit masuk ke Instalasi farmasi, sehingga seluruh penggunaan obat
dilingkungan rumah sakit diketahui oleh instalasi farmasi.
a). Pelayanan Resep Pasien IGD
Kegiatan pelayanan kefarmasian untuk memenuhi kebutuhan pasien
instalasi gawat darurat rumah sakit, dilaksanakan menggunakan system
resep perorangan. Untuk kebutuhan obat-obatan live saving, di instalasi
gawat darurat disediakan stok obat-obatan serta perbekalan farmasi
untuk kebutuhan live saving.
b). Pelayanan Resep Pasien Rawat Inap
Kegiatan pelayanan kefarmasian untuk memenuhi kebutuhan pasien
rawat inap rumah sakit, dilaksanakan dengan system sentralisasi
pelayanan farmasi melalui system resep perorangan.
Secara bertahap system peresepan perorangan akan dialihkan
menjadi system unit dose dengan mempersiapkan apotik satelit dengan
persediaan lengkap diseluruh ruangan perawatan.
Untuk kebutuhan CITO di ruangan perawatan, disediakan stok
obat-obatan serta perbekalan farmasi dalam jumlah terbatas sesuai
dengan kebutuhan tindakan di ruangan perawatan.
c). Pelayanan Resep Pasien Rawat Jalan
Kegiatan pelayanan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat
jalan di rumah sakit, dilaksanakan dengan system sentralisasi pelayanan
farmasi melalui system peresepan perorangan.
D. Pengelolaan pelayanan farmasi
1. Penggelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayana rumah sakit
17
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman berdasarkan pada
perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
persyaratan kefarmasian
f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit unit pelayan rumah sakit
2. Pelayanan farmasi klinis
a. Mengkasi instruksi pengobatan / resep pasien
b. Mengidentifikasi masalh yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kersehatan
d. Member konselingf kepada pasien dan keluarga
e. Member informasi kepada petugas kesehatan, pasien, dan keluarga
f. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
g. Melapor setiap kegiatan .
E. Prosedure Tetap Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1. Pemilihan atau seleksi obat oleh sub-komite farmasi dan terapi
a) Sub-komite farmasi dan terapi menyusun draf daftar obat-obatan yang
akan digunakan di rumah sakit.
b) Sub-komite farmasi dan terapi membagikan draft tersebut kepada
seluruh perwakilan SMF, untuk di telaah sesuai kebutuhan terapi.
c) Sub-komite farmasi dan terapi mengumpulkan semua masukan dari
SMF dan melakukan seleksi terhadap masukan dari seluruh SMF dan
menetapkan daftar obat terpilih atau hasil seleksi yang akan digunakan
dalam terapi obat di rumah sakit.
18
d) Sub-komite farmasi dan terapi menyerahkan daftar obat terpilih hasil
seleksi kepada instalasi farmasi untuk dijadikan acuan dalam
penyusunan kebutuhan obat di rumah sakit.
2. Perencanaan obat atau perbekalan farmasi
a) Pelaksanaan administrasi farmasi menyiapkan data untuk penyususnan
perencanaan sebagai berikut :
a. Data stok atau persediaan di gudang Istalasi Farmasi.
b. Data kebutuhan rata-rata bulanan
c. Data asuhan dari seluruh SMF yang telah diseleksi panitia
farmasi dan terapi.
b) Kepala instalasi farmasi selanjutnya menyusun daftar perencanaan
perbekalan farmasi dengan menggunakan kombinasi metode konsumsi
dengan memperhatikan pola penyakit berdasarkan masukan dari
seluruh SMF melalui sub-komite farmasi dan terapi.
c) Kepala Instalasi Farmasi mengajukan daftar perencanaan perbekalan
farmasi kepada Direktur Rumah Sakit melalui Panitia Farmasi dan
Terapi.
d) Setelah mendapat persetujuan Direktur melalui Panitia Farmasi dan
Terapi, kepala instalasi farmasi mengkoordinasikan perencanaan
pengadaan perbekalan farmasi dengan Sub Bagian Keuangan dan
Program dan panitia Pengadaan Barang dan jasa rumah sakit, untuk
direalisasikan.
3. Proses Pengadaan Perbekalan Farmasi
a) Pengadaan perbekalan farmasi
a. Mengadakan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh panitia
pengadaan barang dan jasa RSUD solok.
b. Pengadaan perbekalan kefarmasi dilaksanakan sesuai dengan
peraturan tentang pengadaan barang dan jasa.
19
c. Pengadaan perbekalan farmasi disesuaikan dengan dana yang
tersedia.
b) Pengadaan obat narkotika
Pengadaan obat narkotika harus dilaksanaan sesuai dengan
Undang-undang No.30 tahun 2009 tentang narkotika dan
peraturan pelaksanaannya.
4. Penerimaan Perbekalan Farmasi
a) Petugas Gedung Instalasi Farmasi bersama panitia penerimaan barang
dan jasa memeriksa perbekalan farmasi yang masuk sesuai dengan
dokumen pengadaan.
b) Petugas Gudang hatus memeriksa secara cermat pemenuhan terhadap
persyaratan teknis kefarmasian sebagai berikut :
a. Keaslian
b. Masa kadarluarsa
c. Kuantitas dan kualitas fisik
d. Persyaratan lain yang ditetapkan untuk obat-obatan tertentu
c) Petugas Gundang Instalasi Farmasi dapat menolak perbekalan farmasi
yang tidak memenuhi persyaratan teknis kefarmasian.
d) Petugas gudang menerima perbekalan farmasi yang memenuhi
persyaratan dan selanjutnya disimpan di gudang penyimpanan instalasi
farmasi sesuai dengan prosedur penyimpanan perbekalan farmasi.
e) Petugas gudang melaksanakan pencatatan pada kartu stok barang dan
menyimpan arsip dokumen penerimaan barang.
5. Penerimaan Obat Narkotika
a) Apoteker atau petugas gudang memastikan bahwa obat-obatan
narkotika yang masuk disertai dengan faktur atau tanda terima atau
dokumen pengiriman barang.
20
b) Apotek atau petugas gudang bersama panitia penerima barang dan jasa
memeriksa obat-obatan narkotika yang masuk sesuai dengan dokumen
pengadaan.
c) Apoteker atau petugas gudang memeriksa secara cermat pemenuhan
terhadap persyaratan teknis kefarmasian sebagai berikut :
a. Keaslian
b. Masa kadrluarsa
c. Kuantitas dan kualitas fisik
d) Apoteker atau petugas gudang dapat menolak obat-obatan narkotika
yang tidak memenuhi persyaratan teknis kefarmasiaan.
e) Apoteker atau petugas gudang menerima obat-obatan narkotika yang
memenuhi persyaratan dan selanjutnya disimpan sesuai dengan
prosedur penyimpanan obat-obatan narkotika.
f) Apoteker atau petugas gudang melaksanakan pencatatan pada kartu
stok barang dan menyimpan arsip dokumen penerimaan barang.
6. Penyimpanan obat – obatan
a) Petugas gudang memastikan bahwa obat-obatan yang diterima telah
memenuhi prosedur penerimaan perbekalan farmasi
b) Petugas gudang melaksanakan pneyimpanan dan menempatkan obat-
obatan dalam kelompok berikut :
a. Kelompok Narkotika
b. Kelompok Psikotropika
c. Kelompok Obat-obatan tablet/kapsul/kaplet
d. Kelompok Injeksi
e. Kelompok Syrup
f. Kelompok Obat tetes, salep/obat luar
g. Kelompok vaksin, serum, suppose, kemoterapi dll.
c) Petugas gudang menempatkan penyimpanan obat-obatan system FEFO
(First Expired First Out) dan sisitim FIFO (First In First Out) sbb :
21
a. Kelompok obat Narkotika disimpan dalam lemari terkunci
berukuran minimal 40x80x100 cm.
b. Kelompok obat Psikotropika disimpan dalam lemari terkunci.
c. Obat-obatan tablet, kapsul, kaplet ditempatkan dalam rak
penyimpanan.
d. Kelompok injeksi ditemapatkan dalam rak penyimpanan
injeksi.
e. Kelompok syrup ditempatkan di tempat penyimpanan syrup.
f. Kelompok obat tetes, salep/obat luar ditempatkan di rak
penyimpanan obat tetes, salep/obat luar.
g. Kelompok vaksin, serum, suppose, insulin, kemoterapi dan
obat-obatan yang harus disimpan pada suhu dingin,
ditempatkan dalam lemari pendingin pada suhu 2-8 C
d) Petugas gudang memastikan bahwa penyimpanan obat-obatan harus
dihindari dari cahaya matahari langsung dan harus memilik sirkulasi
udara yang cukup.
7. Penyimpanan Bahan Laboratorium
a) Petugas gudang memastikan bahwa beban laboratorium yang diterima
telah memenuhi prosedur penerimaan perbekalan farmasi.
b) Petugas gudang melaksanakan penyimpanan dan menempatkan bahan
laboratorium dengan menggunakan system FEFO (First Expyre First Out)
dan system FIFO (First In First Out) dalam kelompok berikut :
a. Kelompok bahan/regeansia laboratorium yang disimpan pada suhu
2-8 C ditempatkan pada lemari pendingin (Refrigerator)
b. Kelompok bahan/regeansia laboratorium yang disimpan pada suhu
kamar dan ditempatkan pada penyimpanan rak alat/bahan
laboratorium dan bahan radiologi.
c. Kelompok alat habis pakai laboratorium ditempatkan pada rak
penyimpanan alat/ bahan laboratorium.
22
c) Petugas gudang memastikan bahwa penyimpanan bahan laboratorium
harus terhindar dari cahaya matahari langsung dan harus memiliki
sirkulasi udara yang cukup.
Unit terkait : Panitia penerima barang RSUD Solok
Subbagian Tata usaha /Bendaharawan Material RSUD Solok
8. Penyimpanan Bahan Radiologi
a) Petugas gedung memastikan bahwa bahan radiologi yang diterima telah
memenuhi prosedur penerimaan perbekalan farmasi.
b) Petugas gudang melaksanakan penyimpanan dan menempatkan bahan
laboratorium dan bahan radiologi dengan sistem FEFO (First Expyred
First Out) dan system FIFO (First In First Out) dalam kelompok berikut :
a. Kelompok film rontgen ditempatkan pada rak penyimpanan film
rontgen
b. Kelompok Fixer dan Developer radiologi ditempatkan pada
gudang bahan berbahaya.
c. Kertas USG ditempatkan pada rak penyimpanan bahan radiologi.
c) Petugas gudang memastikan bahwa penyimpanan bahan radiologi harus
terhindar dari cahaya matahari langsung dan harus memiliki sirkulasi
udara yang cukup.
i. Unit terkait : Panitia penerimaan barang RSUD Solok
ii. Sub bagian Tata usaha / Bendaharawan Material RSUD
solok
9. Penyimpanan Perbekalan Farmasi
a) Petugas gedung memastikan bahwa perbekalan farmasi telah memenuhi
prosedur penerimaan perbekalan faramsi.
23
b) Petugas gudang mencatat penerimaan perbekalan faramasi pada buku
penerimaan perbekalan farmasi data berikut :
a. Tanggal penerimaan
b. Nama PBF /Rekanan asala barang
c. Nomor tanda terima/DO/Faktur
d. Nama perbekalan faramasi yang diterima
e. Jumlah/kuantitas barang
c) Petugas gudang menempatkan barang pada kelompok berikut :
a. Obat-obatan
b. Bahan Habis Pakai
c. Bahan Laboratorium/ Rontgen
d. Bahan Berbahaya
d) Petugas gudang mencatat pada kartu stok barang dan menempatkan barang
kedalam lemari/rak penyimpanan gudang instalasi farmasi berdasarkan :
a. FIFO (First In First Out)
b. Bentuk sediaan
c. Tanggal kadaluarsa
d. Sumber penerimaan
24
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan, serta wawancara secara langsung dengan petugas
Farmasi RSUD Kota Solok di tahun 2015 disimpulkan bahwa :
1. RS RSUD Kota Solok, terutama bahagian instalasi farmasi memiliki
Standar Operasional Prosedur.
2. Dalam pelaksanaan pelayanan medis, sudah menerapkan Standar
Operasional Prosedur yang telah ditetapkan.
3. Selama kurun waktu Kepala Ruangan menjabat, tidak ditemukan
kesalahan dalam pelaksanaan pelayanan medis yang sesuai dengan standar
operasional prosedur.
25
4. Pada instalasi farmasi di RSUD Solok terdapat kekurangan dalam hal
tempat penyimpanan obat.
5. Dalam hal penyimpanan obat, RSUD Solok belum sepenuhnya sesuai
dengan standar penyimpanan obat, seperti suhu penyimpanan dan ukuran
ruangan penyimpanan yang belum memadai.
B. SARAN
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan , maka
penulis memberikan saran kepada RSUD Kota Solok sehingga RSUD Kota
Solok kedepannya semakin baik terutama dalam pelayanan medis, antara lain:
1. RSUD Kota Solok supaya tetap melaksanakan pelayanan medis di ruang
instalasi farmasi tetap mematuhi standar operasional prosedur yang telah
ditetapkan.
2. RSUD Kota Solok agar selalu melakukan evaluasi terhadap tenaga medis
di instalasi farmasi dalam memberikan pelayanan medis sehingga
diharapkan selalu melakukan pelayanan sesuai dengan standar
opreasional prosedur.
3. RSUD Kota Solok agar lebih menerapkan sistem Reward dan Punishment
kepada tenaga medis, supaya dalam pelaksanaan kegiatannya sesuai
dengan standar operasional prosedur, sehingga mutu pelayanan di
instalasi farmasi terjaga.
4. Dalam hal tempat penyimpanan obat sebaiknya perlu penambahan
ruangan.
26
KEPUSTAKAAN
1. Analisis Pelayanan, Wildan Pahlevi, FKM UI,2009.
2. Depkes RI, (2000). Kebijakan Pengembangan Tenaga Kesehatan tahun
2000-2001, Jakarta Depkes RI.
27
3. Depkes RI, Standart Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit,
Jakarta.2000.
4. Farmasi. Di sadur dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6849.
5. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Standar
Rumah Sakit Pendidikan, Jakarta . 2005
6. RSUD Solok.Prosedure Tetap Pengelolaan Perbekalan Farmasi (Dokumen)
7. RSUD Solok. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat Kesehatan (Dokumen)
8. RSUD Solok. Struktur organisasi RSUD Solok (Dokumen)
28