manilkara kauki (l.) dubard) terhadap daya hambat...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH EKSTRAK DAUN SAWO KECIK
(Manilkara kauki (L.) Dubard) TERHADAP DAYA HAMBAT
PERTUMBUHAN Fusarium solani SECARA IN VITRO
Evi Novita Sari1, Utami Sri Hastuti
2, dan Sitoresmi Prabaningtyas
2
1Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
2Jurusan Biologi, , FMIPA, Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK: Sawo kecik (Manilkara kauki (L.) Dubard) merupakan salah satu
macam tanaman dari suku Sapotaceae. Tanaman sawo kecik dapat dimanfaatkan
sebagai obat tradisional, digunakan untuk mengobati diare pada anak-anak sebagai
obat penurun panas, obat cacing, dan sebagai antileprotik. Senyawa antifungal
mempunyai potensi dapat menghambat pertumbuhan kapang penyebab penyakit
tanaman. Kapang Fusarium spp. merupakan kelompok kapang patogen penyebab
beberapa macam penyakit pada tanaman, sebagai contoh Fusarium solani. Kapang
Fusarium solani menyebabkan penyakit busuk akar dan buah pada Cucurbita spp.,
busuk akar dan batang pada tanaman kacang polong, dan penyebab penyakit layu
fusarium pada kentang. Tujuan penelitian ini adalah: 1) menganalisis secara
kualitatif kandungan senyawa antifungal dalam ekstrak daun sawo kecik; 2)
meneliti pengaruh ekstrak daun sawo kecik terhadap daya hambat pertumbuhan
Fusarium solani secara in vitro; 3) menentukan konsentrasi ekstrak daun sawo
kecik yang paling efektif untuk menghambat pertumbuhan Fusarium solani secara
in vitro. Hasil penelitian ini adalah: 1) hasil uji kualitatif kandungan senyawa
antifungal dalam ekstrak daun sawo kecik menunjukkan hasil positif adanya
flavonoid, saponin, alkaloid, dan tanin; 2) ada pengaruh ekstrak daun sawo kecik
terhadap daya hambat pertumbuhan Fusarium solani,; 3) konsentrasi ekstrak daun
sawo kecik yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Fusarium solani
adalah konsentrasi 50%.
Kata Kunci: daya antifungal, ekstrak daun sawo kecik, Fusarium solani
Sawo kecik (Manilkara kauki (L.) Dubard) merupakan salah satu macam
tanaman dari suku Sapotaceae. Tanaman sawo kecik dapat dimanfaatkan sebagai
obat tradisional, akar dan kulit kayu dapat digunakan untuk mengobati diare pada
anak-anak, biji dapat dimanfaatkan sebagai obat penurun panas, obat cacing, dan
sebagai antileprotik. (Khare, 2007). Ekstrak daun sawo kecik mengandung
senyawa antifungal, berdasarkan Sistem Informasi Tanaman Obat Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga dalam Prayudhani dkk. (2013) tumbuhan sawo
kecik mengandung saponin, flavonoid dan polifenol. Senyawa antifungal mem-
punyai potensi dapat menghambat pertumbuhan kapang penyebab penyakit
tanaman, misalnya Fusarium spp, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai fungisida
hayati. Kapang Fusarium solani menyebabkan penyakit busuk akar dan buah pada
2
Cucurbita spp., busuk akar dan batang pada tanaman kacang polong, dan
penyebab penyakit layu fusarium pada kentang (Luginbuhl, 2010).
Upaya pengendalian penyakit tanaman dengan fungisida sintetik sering
menghasilkan residu pada bagian-bagian tanaman yang sulit dinetralkan, sehingga
dapat membahayakan kesehatan konsumen. Hal ini disebabkan oleh residu fungi-
sida sintetik yang sulit terurai secara alami, bahkan ada pula jenis pestisida sin-
tetik yang residunya dapat bertahan di tanah dan dalam air tanah (Novizan, 2002).
Salah satu alternatif pengendalian penyakit akibat serangan kapang penyebab
penyakit pada tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida hayati
yang ramah lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) menganalisis secara kualitatif kandungan
senyawa antifungal dalam ekstrak daun sawo kecik; 2) meneliti pengaruh ekstrak
daun sawo kecik terhadap daya hambat pertumbuhan Fusarium solani secara in
vitro; 3) menentukan konsentrasi ekstrak daun sawo kecik yang paling efektif
untuk menghambat pertumbuhan Fusarium solani secara in vitro. Apabila me-
lalui penelitian ini berhasil diungkapkan tentang daya hambat pertumbuhan
Fusarium solani oleh ekstrak daun sawo kecik serta dapat ditemukan konsentrasi
ekstrak yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Fusarium solani,
maka hasil penelitian dapat digunakan sebagai landasan penelitian lebih lanjut
yang sejenis, misalnya: terhadap spesies kapang patogen selain Fusarium solani,
dan penelitian sejenis secara in vivo menggunakan tanaman uji di lapangan.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan di
Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Negeri Malang. Penelitian ini
dilakukan 4 kali ulangan pada setiap perlakuan. Rancangan penelitian yang di-
gunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Alat-alat yang dalam penelitian ini ialah beaker glass, gelas ukur, neraca,
cawan petri, autoklaf, makropipet 10 ml, gelas ukur, blender kering, batang peng-
aduk, oven kering, vacuum flask, dan rotary evaporator, Laminar Air Flow, jarum
inokulasi, dan jangka sorong. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
ialah daun sawo kecik, etanol 95%, alkohol 70%, aquades, medium PDA, biakan
kapang Fusarium solani, dan cellulose nitrat membrane filter.
3
Pembuatan Medium
Bahan medium berupa serbuk PDA ditimbang, lalu dimasukkan dalam
beaker glass, dan dilarutkan dengan akuades. Bahan selanjutnya dipanaskan dan
diaduk sampai homogen. Larutan medium PDA dimasukkan ke dalam labu
Erlenmenyer kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121˚C, tekanan 15
lbs selama 15 menit. Medium yang telah disterilisasikan selanjutnya didiamkan
sampai suhunya menjadi hangat atau kurang lebih 50˚C, ekstrak sesuai konsen-
trasi diambil 1 mL, lalu dituang ke dalam cawan petri steril secara aseptik dan
ditambah medium PDA, lalu medium dibiarkan padat.
Pembuatan ekstrak daun sawo kecik
Bahan baku berupa daun sawo kecik sebanyak 300 gram, dicuci bersih,
dikeringanginkan, dipotong-potong lalu dihaluskan. Bahan yang telah dihaluskan
selanjutnya dimaserasi dengan etanol 95% sebanyak 600 ml. Proses maserasi
dilakukan selama 3 hari. Ekstrak daun sawo kecik selanjutnya disaring
menggunakan kasa berlapis kapas steril dilanjutkan menggunakan cellulose nitrat
membrane filter. Filtrat yang telah disaring diuapkan menggunakan rotary
evaporator, sehingga diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 100%. Ekstrak daun
sawo kecik dibuat dengan beberapa konsentrasi yaitu 10%, 20%, 30%, 40% dan
50% dengan menggunakan pelarut aquades steril.
Uji Kualitatif Senyawa Antifungal dalam Ekstrak Daun Sawo Kecik
Identifikasi senyawa flavonoid dilakukan dengan cara memanaskan 5 ml
ekstrak menggunakan penangas selama 5 menit. Ekstrak ditambah dengan
beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk Mg. Hasil positif ditandai dengan
perubahan warna menjadi merah tua atau merah muda (Kristanti dkk., 2008).
Identifikasi senyawa saponin dilakukan dengan cara memasukkan 1 ml ekstrak ke
dalam tabung reaksi, ditambah aquades lalu dikocok. Hasil positif adanya saponin
adalah terbentuknya busa. Idenfikasi senyawa tanin dilakukan dengan menambah
1 ml ekstrak dengan FeCl3 1%. Adanya senyawa tanin ditandai dengan perubahan
warna menjadi hijau, biru, ungu, biru tua, atau hijau kehitaman. Identifikasi
senyawa alkaloid dilakukan dengan menambah pereaksi dragendorf pada 1 ml
4
ekstrak. Hasil positif ditandai dengan adanya endapan berwarna jingga (Robinson,
1995).
Uji Daya Antifungal
Biakan kapang Fusarium solani dipotong secara aseptik menggunakan
bor gabus, dan diinokulasikan di permukaan media PDA lempeng bagian tengah.
Biakan kapang selanjutnya diinkubasi pada suhu 25o-27
oC selama 7x24 jam.
Pengamatan dilakukan hingga pertumbuhan kapang uji pada perlakuan kontrol
memenuhi cawan, yaitu selama 7x24 jam. Parameter yang diamati adalah
diameter koloni Fusarium solani sebagai kapang uji (Fitriani dkk., 2013).
Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengukur diameter pertumbuhan kapang Fusarium solani. Persentase pengham-
batan dihitung dengan rumus:
X = 𝑏−𝑎
𝑏 x 100%
Keterangan:
X = Persentase Penghambatan (%)
a = diameter pertumbuhan Fusarium solani pada perlakuan
b = diameter pertumbuhan Fusarium solani pada kontrol
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Varian
Tunggal dengan Rancangan Acak Lengkap. Apabila hasil analisis terbukti
signifikan maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
dengan taraf signifikan 5% untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun sawo
kecik yang efektif dalam menghambat pertumbuhan Fusarium solani.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengujian Senyawa Antifungal secara Kualitatif dalam Ekstrak Daun
Sawo Kecik
Hasil uji kualitatif senyawa antifungal pada ekstrak daun sawo kecik
menunjukkan hasil positif adanya senyawa flavonoid, saponin, alkaloid, dan tanin.
Hasil positif senyawa flavonoid ditandai dengan perubahan warna menjadi merah
muda. Hasil positif senyawa saponin adalah adanya busa setelah dikocok dengan
ditambah aquades. Adanya senyawa alkaloid ditunjukkan dengan adanya endapan
5
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Dia
me
ter
Ko
lon
i Fu
sari
um
so
lan
i (cm
)
Konsentrasi Ekstrak Daun Sawo Kecik
berwarna jingga. Adanya senyawa tanin ditandai dengan perubahan warna ekstrak
menjadi hijau kehitaman setelah ditambah FeCl3 1%.
Pengaruh Ekstrak Daun Sawo Kecik terhadap Daya Hambat Pertumbuhan
Fusarium solani secara in vitro.
Data hasil pengukuran diameter koloni Fusarium solani dapat dilihat pada
Tabel 1, medium yang diberi ekstrak daun sawo kecik dengan konsentrasi yang
berbeda menunjukkan adanya penurunan diameter koloni Fusarium solani
dibandingkan dengan konsentrasi 0%, sehingga diketahui bahwa ekstrak daun
sawo kecik dapat menghambat pertumbuhan koloni Fusarium solani.
Tabel 1 Hasil Pengukuran Diameter Koloni Fusarium solani
Konsentrasi
Ekstrak daun
sawo kecik dalam
cawan petri (%)
Diameter Koloni Fusarium solani (cm) Rata-rata
Diameter
pertumbuhan
Koloni (cm)
Presentase
Daya
Hambat
(%)
Ulangan
I II III IV
0%
10%
20%
30%
40%
50%
6,155
3,815
3,740
3,600
3,505
3,430
6,065
3,825
3,745
3,635
3,545
3,395
5,940
3,710
3,670
3,550
3,530
3,365
5,975
3,865
3,730
3,680
3,555
3,440
6,034
3,804
3,721
3,616
3,534
3,408
0
36,96
38,33
40,06
41,42
43,53
Gambar 1 menunjukkan adanya penurunan diameter koloni Fusarium
solani yang ditandai dengan grafik yang menurun mulai dari konsentrasi 10%
hingga 50%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak daun
sawo kecik, maka diameter koloni Fusarium solani semakin kecil.
Gambar 1 Grafik Pengaruh Ekstrak Daun Sawo Kecik terhadap Daya Hambat
Pertumbuhan Fusarium solani
6
Analisis Data
Data daya hambat pertumbuhan Fusarium solani selanjutnya dianalisis
menggunakan Analisis Varian Tunggal dengan Rancangan Acak lengkap (RAL).
Tabel 2 Ringkasan ANAVA Tunggal
SK db JK KT Fhitung F0,05 Sig
Perlakuan
Galat
Total
5
18
23
19,863
0,059
19,92
3,973
0,003
1219,3 2,77 0,000
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa Fhitung (1219,3) lebih besar dari Ftabel
dengan taraf signifikansi 5% (2,77) sehingga hipotesis diterima yaitu ada
pengaruh konsentrasi ekstrak daun sawo kecik terhadap daya hambat
pertumbuhan Fusarium solani secara in vitro. Konsentrasi ekstrak daun sawo
kecik yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan kapang Fusarium
solani dapat diketahui dengan melakukan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji BNT dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Uji BNT Daya Hambat Pertumbuhan Fusarium solani
Konsentrasi Ekstrak Daun
Sawo Kecik Rerata Notasi
0%
10%
20%
30%
40%
50%
6,034
3,804
3,721
3,616
3,534
3,408
a
b
b
c
c
d
Keterangan: Notasi dengan huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan, sedangkan
notasi dengan huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan secara
nyata.
Berdasarkan hasil uji BNT diketahui bahwa semua konsentrasi ekstrak
daun sawo kecik memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan kapang
Fusarium solani yang ditunjukkan adanya penurunan diameter Fusarium solani
pada penambahan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% (Gambar 2).
Ekstrak daun sawo kecik yang menghasilkan daya hambat pertumbuhan Fusarium
solani terbesar adalah konsentrasi 50% yang dinotasikan dengan huruf d.
Konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam
menghambat pertumbuhan Fusarium solani. Hal ini menunjukkan bahwa penam-
bahan konsentrasi ekstrak daun sawo kecik yang semakin meningkat menye-
7
babkan daya hambat pertumbuhan Fusarium solani juga semakin meningkat yang
ditunjukkan dengan adanya penurunan ukuran diameter koloni Fusarium solani.
Gambar 2 Diameter Pertumbuhan Fusarium solani
Keterangan: a. Pertumbuhan normal koloni Fusarium solani pada media kontrol
(0%). Pertumbuhan koloni Fusarium solani pada media yang ditambah ekstrak
daun sawo kecik dengan konsentrasi masing-masing 10%, 20%, 30%, 40%, dan
50% ditunjukkan pada kode b, c, d, e, dan f. Tampak adanya penurunan ukuran
diameter koloni Fusarium solani pada media yang ditambah ekstrak daun sawo
kecik dibandingkan dengan koloni Fusarium solani pada media kontrol.
Pengaruh Ekstrak Daun Sawo Kecik terhadap Daya Hambat Pertumbuhan
Fusarium solani secara In Vitro
Ekstrak daun sawo kecik dapat menghambat pertumbuhan kapang
Fusarium solani karena adanya kandungan senyawa antifungal. Berdasarkan uji
kualitatif kandungan senyawa antifungal pada daun sawo kecik menunjukkan
hasil positif adanya saponin, flavonoid, alkaloid, dan tanin. Sebagian besar tana-
man mengandung metabolit sekunder yaitu lektin, alkaloid, asam amino, gliko-
sida, saponin, dan tanin. Senyawa tersebut terlibat dalam pertahanan terhadap
herbivora, patogen, dan mengontrol perkecambahan biji, oleh karena itu metabolit
sekunder merupakan bagian yang dibutuhkan tanaman untuk interaksi spesies
dalam komunitas tumbuhan, hewan dan adaptasi tanaman untuk lingkungannya
(Makkar, et al., 2007).
8
Flavonoid termasuk dalam pigmen antosianin yang berfungsi untuk
menarik serangga pollinator dan isoflavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri
dan agen antifungal (Hopkins et al., 2009). Saponin pada tanaman berfungsi
sebagai racun terhadap herbivora dan kapang. Saponin beracun karena dapat
merusak membran plasma kapang (Heldt dan Piechulla, 2011). Saponin mempu-
nyai peran dalam pertahanannya melawan kapang patogen (Hopkins et al., 2009).
Tanin berfungsi melindungi tanaman terhadap serangan mikroorganisme. Infeksi
sel tanaman oleh mikroorganisme diawali oleh sekresi enzim untuk memecah din-
ding sel tanaman. Proses kerja enzim mikroorganisme dapat dihentikan ketika ta-
nin terikat pada enzim tersebut. Alkaloid berfungsi sebagai senyawa pertahanan
terhadap hewan dan mikroorganisme (Heldt dan Piechulla, 2011).
Konsentrasi Efektif Ekstrak Daun Sawo Kecik dalam Menghambat
Pertumbuhan Fusarium solani
Hasil uji BNT pada taraf signifikansi 5% menunjukkan bahwa ekstrak
daun sawo kecik mulai dari konsentrasi 10% berbeda secara nyata dengan
konsentrasi 0% yang ditandai dengan notasi huruf yang berbeda. Ekstrak daun
sawo kecik dengan konsentrasi 50% merupakan konsentrasi yang memiliki daya
hambat terbesar terhadap pertumbuhan Fusarium solani. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak daun sawo kecik maka semakin besar persentase daya hambat
pertumbuhan Fusarium solani. Hal ini dapat disebabkan oleh karena dalam
ekstrak dengan konsentrasi 50% terkandung senyawa antifungal yang lebih besar
dibandingkan dengan konsentrasi lain sehingga konsentrasi 50% memiliki
kemampuan terbesar dalam menghambat pertumbuhan Fusarium solani. Hasil
penelitian ini memperkuat hasil penelitian terdahulu tentang daya antifungal
ekstrak daun sirih terhadap Rhizoctonia sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin besar ekstrak daun sirih yang diberikan maka semakin kecil diameter
koloni Rhizoctonia sp. dan semakin tinggi persentase penghambatan pertumbuhan
Rhizoctonia sp. (Achmad dan Suryana, 2009).
9
Mekanisme Penghambatan Kapang Fusarium solani oleh Ekstak Daun Sawo
Kecik
Membran plasma kapang mengandung ergosterol sebagai membran utama
sterol, ergosterol merupakan target utama beberapa fungisida yang digunakan
untuk mengontrol kapang patogen pada tanaman (Deacon, 2006). Mekanisme
utama dari aktivitas antifungal saponin adalah kemampuannya untuk berikatan
dengan sterol dalam membran kapang yang menyebabkan hilangnya integritas
membrane (Morrissey dan Osbourn, 1999). Mekanisme antifungal alkaloid adalah
dengan menghambat replikasi DNA pada kapang sehingga dapat mengganggu
pertumbuhannya (Enriz, 2006).
Mekanisme antifungal senyawa flavonoid adalah dengan mendenaturasi
protein, merusak lapisan lipid dan merusak dinding sel. Mekanisme tersebut ter-
jadi karena flavonoid bersifat lipofilik sehingga dapat mengikat fosfolipid-
fosfolipid pada membran sel kapang dan merusak semipermeabilitas membran sel
Tanin merupakan senyawa aktif yang berperan sebagai antifungal. Mekanisme
antifungal tanin adalah menghambat sintesis kitin yang digunakan untuk pemben-
tukan dinding sel pada kapang dan merusak membran sel sehingga pertumbuhan
kapang terhambat (Luning, dkk., dalam Fitriani dkk., 2013).
Penelitian ini telah berhasil mengungkapkan adanya daya antifungal dari
ekstrak etanol daun sawo kecik terhadap pertumbuhan koloni Fusarium solani.
Hal ini akan menambah kemanfaatan tanaman sawo kecik, selain buahnya dapat
dikonsumsi, terbukti pula bahwa ekstrak daunnya mempunyai daya antifungal.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lanjut yang sejenis
dengan memanfaatkan bagian-bagian lain dari tanaman sawo kecik atau menggu-
nakan kapang uji yang lain. Apabila berhasil ditemukan berbagai kemanfaatan
dari bagian-bagian tanaman sawo kecik, maka tanaman sawo kecik sebagai salah
satu plasma nutfah Indonesia perlu dilestarikan agar tidak punah.
PENUTUP
Kesimpulan dan Saran
Hasil penelitian ini adalah: 1) hasil uji kualitatif kandungan senyawa anti-
fungal dalam ekstrak daun sawo kecik menunjukkan hasil positif adanya flavo-
noid, saponin, alkaloid, dan tanin; 2) ada pengaruh ekstrak daun sawo kecik terha-
10
dap daya hambat pertumbuhan Fusarium solani; 3) konsentrasi ekstrak daun sawo
kecik yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Fusarium solani
adalah konsentrasi 50%. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
penelitian lebih lanjut yang sejenis terhadap spesies kapang patogen selain
Fusarium solani, atau dapat diujikan secara langsung pada tanaman yang
terinfeksi kapang di lahan pertanian.
DAFTAR RUJUKAN
Achmad & Suryana, I. 2009. Pengujian Aktivitas Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle
Linn.) terhadap Rhizoctonia sp. secara In Vitro. Buletin Littro. 20 (1): 92-
98.
Deacon, J.W. 2006. Fungal Biology 4th
Edition. UK: Blackwell Publishing.
Enriz, R.D. 2006. Structure Activity Relationship of Berberine and Derivatives
Acting as Antifungal Compounds. The Journal of the Argentine Chemical
Society. 94 (3): 113-119.
Fitriani, E., Alwi, M., & Umrah. 2013. Studi Efektifitas Ekstrak daun Sereh
Wangi (Cymbopogon nardus) sebagai Antifungi Candida albicans. Jurnal
Biocelebes. 7 (2): 15-20.
Fitriani, S., Raharjo, & Trimulyono, G. 2013. Aktivitas Antifungi Ekstrak Daun
Kedondong (Spondias pinnata) dalam Menghambat Pertumbuhan
Aspergillus flavus. Jurnal LenteraBio. 2 (2): 125-129.
Heldt, H.W, & Piechulla, 2011. Plant Biochemistry 4th
Edition. German:
Academic Press.
Hopkins, W.G., & Huner, N.P.A. 2009. Introduction to Plant Physiology. United
State of America: John Wiley & Sons, Inc.
Khare, C. P. 2007. Indian Medicinal Plants. New Delhi: Springer
Kristanti, A.N., Aminah, N.S., Tanjung, M., & Kurniadi B. 2008. Buku Ajar
Fitokimia. Surabaya: Airlangga University Press.
Luginbuhl, S. 2010. Fusarium solani, (Online), (http://www.cals.ncsu.edu),
diakses 10 Februari 2015.
Makkar, H.P.S., Siddhuraju, P., & Becker, K. 2007. Plant Secondary Metabolites.
Totowa, New Jersey: Humana Press.
Morrisey, J.P., & Osbourn, A. 1999. Fungal Resistance to Plant Mechanism of
Pathogenesis. Microbiology and Molecular Biology Reviews. 63 (3): 708-
724.
Novizan, 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.
Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Prayudhani, M. F., Hastuti, U. S., dan Suarsini, E. 2013. Daya Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun dan Kulit Batang Sawo Kecik (Manilkara kauki) terhadap
Bakteri Escherchia coli. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional X
Pendidikan Biologi FKIP UNS. Semarang
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB Press