manajemen sekolah bermutu dalam kajian sekolah potensial
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Manajemen Sekolah Bermutu dalam kajian Sekolah Potensial (Calon SSN),
Sekolah Kategori Mandiri (SKM)/Sekolah Standar Nasional (SSN), Dan Rintisan
Sekolah Berstandar Internasional (RSBI)
I. Konsep Mutu Pendidikan
A. Pengertian Mutu.
Mutu merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik secara
individual, berkelompok, bermasyarakat, berbangsa dann bernegara. Mutu memiliki banyak
pengertian. Berikut ini terdapat beberapa pengertian tentang mutu antara lain sebagai berikut :
1. Menurut Wiyono (1999) Mutu adalah faktor yang mendasar dari pelanggan. Mutu adalah
penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia
berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan,
mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan,
operasional teknik atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang
bergerak dalam pasar yang kompetitif”.
2. Definisi Mutu Dalam Kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki arti dalam bahasa
Inggris quality artinya taraf atau tingkatan kebaikan; nilaian sesuatu. Jadi mutu berarti
kualitas atau nilai kebaikan suatu hal.
3. Dalam membahas definisi mutu kita perlu mengetahui definisi mutu produk yang
disampaikan oleh lima pakar Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Berikut ini definisi-definisi tersebut :
a. Juran menyebutkan bahwa mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
b. Philip B Crosby mendefinisikan mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Boleh juga diartikan bahwa “Mutu adalah
kesesuaian terhadap permintaan persyaratan (The Conformance Of Requirements)
c. Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar.
d. Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.
e. Garvin dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
4. The Japan Industrial Standard (1960) mendefinisikan mutu sebagai keseluruhan sifat atau
kinerja yang benar yang menjadi sasaran optimasi untuk menentukan apakah sebuah produk
atau jasa dapat memenuhi tujuan penggunaannya.
5. The European Organization for Quality Control (1988) mutu adalah keseluruhan sifat dan
karekteristik produk atau jasa yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memuaskan
konsumen.
6. Edward Sallis (2010) mengatakan bahwa mutu adalah suatu ide yang dinamis maka
definisinya tidak boleh kaku karena sama sekali tidak akan membantu memahami mutu.
Dalam pandangannya mutu merupakan sebuah konsep yang absolute sekaligus relative.
Mutu dalam percakapan sehari-hari sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolute,
misalnya restoran yang mahal dan mobil – mobil yang mewah. Sebagai suatu konsep yang
absolute, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar; merupakan suatu idealisme
yang tidak dapat dikompromikan. Dalam definisi yang absolute, sesuatu yang bermutu
merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Dengan
demikian “produk yang bermutu adalah sesuatu yang dibuat secara sempurna dan dengan
biaya yang mahal. Mutu adalah semua yang memiliki kuaitas standar tinggi”. Mutu dalam
pandangan ini menunjukkan keunggulan status dan posisi, dimana sedikit orang yang dapat
mencapainya.
7. Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa peayanan yang berhubngan
dengan kemampuannya untukmemberikan kebutuhan kepuasaan” (American Society For
Quality Control ).
B. Pengertian Mutu Pendidikan
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 tahun 2009 tentang sistem
penjaminan mutu pendidikan Pasal (1) ayat (1), memberikan pengertian bahawa Mutu
Pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan
Sistem Pendidikan Nasional.
C. Standar Mutu Pendidikan
1. Standar mutu
Standar mutu adalah paduan sifat – sifat barang atau jasa termasuk sistem
manajemennya yang relatif establish dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Edward
Sallis mengemukakan bahwa standar mutu dapat dilihat dari dua sisi yaitu :
a. Standar produk barang atau jasa yang ditunjukan dengan :
1) Sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan atau conformance to spesification ;
2) Sesuai dengan penggunaan atau tujuan, atau fittness for purpose or use ;
3) Produk tanpa cacat atau zero deffect ;
4) Sekali benar dan seterusnya atau right first time, every time
b. Standar untuk pelanggan yang ditunjukan dengan :
1) Kepuasan pelanggan atau customer satisfaction, bila produk barang atau jasa dapat
melebihi harapan pelanggan, exceeding customer expectation
2) Setia kepada pelangganatau delighting the customer
2. Standar mutu pendidikan.
Standar Mutu pendidikan di Indonesia ditetapkan dalam suatu Standarisasi Nasional dan
dikenal dengan Standar Nasional pendidikan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat (1)
memberikan pengertian bahwa. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan tersebut meliputi :
a. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
b. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.
c. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
e. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
f. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pendidikan.
g. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya
operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
h. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
II. Konsep Manajemen Sekolah
A. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan
kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing),
memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah
sebuah kegiatan yang berkesinambungan”.
Menurut Terry sebagaimana dikutip oleh Mulyono (2008 : 16) mengemukakan bahwa :
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya - sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
B. Pengertian Manajemen Sekolah
Manajemen sekolah adalah pengorganisasian unsur – unsur Pendidikan disekolah untuk
mencapai tujuan Pendidikan.
C. Ruang lingkup Manajemen Sekolah
Adapun ruang lingkup manajemen sekolah antara lain :
1. Manajemen Kurikulum/pengajaran
Kurikulum di sekolah merupakan penentu utama kegiatan sekolah. Kurikulum yang
dirumuskan harus sesuai dengan filsafat dan cita-cita bangsa, perkembangan siswa, tuntutan,
dan kemajuan masyarakat. Arti kurikulum secara sempit adalah sejumlah mata pelajaran
yang diberikan di sekolah. Secara luas, kurikulum berarti semua pengalaman belajar yang
diberikan sekolah pada siswa selama mereka mengikuti pendidikan di sekolah (Sucipto
& Raflis, 1994: 142). Manajemen kurikulum membicarakan pengorganisasian sumber-
sumber yang ada di sekolah sehingga kegiatan manajemen kurikulum ini dapat
dilakukan dengan epektif dan efisien. Dalam merumuskan tujuan pendidikan, setidaknya
mempertimbangkan empat fungsi dasar dalam pendidikan, yaitu :
a. Pengembangan individu yang meliputi aspek-aspek hidup pribadi, etis, estetis,
emosional, fisis.
b. Pengembangan cara berpikir dan teknik penyelidikan berkenaan dengan kecerdasan yang
terlatih.
c. Pemindahan warisan budaya, menyangkut nilai-nilai sivik dan moral bangsa.
d. Pemenuhan kebutuhan sosial yang vital yang menyumbang pada kesejahteraan
ekonomi, sosial, politik, dan lapangan kerja Rohiat (2009 : 22-23).
2. Manajemen Peserta didik
Manajemen kesiswaan merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan masalah kesiswaan di
sekolah. Tujuan manajemen kesiswaan adalah menata proses kesiswaan mulai dari
proses perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan
institusional agar dapat berlangsung secara epektif dan efisien. Kegiatan manajemen
kesiswaan meliputi: perencanaan penerimaan siswa baru, pembinaan siswa, dan kelulusan.
Dalam penerimaan siswa baru, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan, seperti:
penetapan daya tampung, penetapan persyaratan siswa yang akan diterima, dan
pembentukan panitia dalam penerimaan siswa baru Rohiat (2009 : 25). Sedangkan
pembinaan siswa merupakan pemberian pelayanan kepada siswa di sekolah baik pada jam
sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah. Pembinaan yang dilakukan kepada siswa adalah
agar siswa menyadari posisi dirinya sebagai pelajar dan dapat menyadari tugasnya secara
baik. Beberapa hal yang dilakukan dalam pembinaan siswa, diantaranya: memberikan
orientasi pada siswa baru, mencatat kehadiran siswa, mencatat prestasi dan kegiatan siswa,
membina disiplin siswa, dan membina siswa yang tamat belajar Rohiat (2009 : 26).
3. Manajemen Ketenagaan/kepegawaian
Ketenagaan di sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah menuntut kemampuan
dalam manajemen personil yang memadai karena telah menjadi tuntutan bahwa kepala
sekolah harus ikut memikul tanggung jawab untuk keberhasilan atau kegagalan anggota
sekolah. Kesanggupan manajemen yang dituntut, meliputi: memperoleh dan memilih
anggota yang cakap, membantu anggota menyesuaikan diri pada tugas-tugas barunya,
menggunakan anggota dengan lebih epektif, dan menciptakan kesempatan untuk
perkembangan anggotanya secara berkesinambungan Rohiat (2009 : 27).
4. Manajemen keuangan
Manajemen keuangan meliputi kegiatan perencanaan, penggunaan, pencatatan data,
pelaporan dan pertanggung jawaban penggunaan dana sesuai dengan yang direncanakan.
Tujuan manajemen keuangan adalah untuk mewujudkan tertib administrasi keuangan
sehingga penggunaan keuangan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dan menjabat sebagai otorisator
berfungsi sebagai orang yang bisa memerintahkan pembayaran. Sedangkan
bendaharawan sekolah bertugas sebagai ordonator yang bisa melakukan pengujian atas
pembayaran Rohiat (2009 : 28).
5. Manajemen Perlengkapan/sarana-prasarana
Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan yang mengatur untuk mempersiapkan
segala peralatan/material bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sarana dan
prasarana pendidikan adalah semua benda yang bergerak dan tidak bergerak yang
dibutuhkan untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar secara langsung
maupun tidak langsung. Manajemen sarana dan prasarana merupakan keseluruhan proses
rencana pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan sarana dan prasarana yang
digunakan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai dengan epektif dan efisien.
Kegiatan manajemen sarana dan prasarana itu dapat meliputi: perencanaan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, penginvestasian, pemeliharaan, dan penghapusan sarana dan
prasarana pendidikan Rohiat (2009 : 26).
6. Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat
Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan timbal balik untuk menjaga kelestarian dan
kemajuan masyarakat itu sendiri. Pelaksanaan sekolah bertujuan untuk menjaga kelestarian
nilai positif masyarakat, dengan harapan sekolah dapat mewariskan nilai positif masyarakat
dengan baik dan benar. Sekolah juga berperan sebagai agen perubahan (agent of change), di
mana sekolah dapat mengadakan perubahan nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan
tuntutan masyarakat dalam kemajuan dan pembangunan Rohiat (2009 : 28).
7. Manajemen layanan khusus
Manajemen layanan khusus dilakukan dengan tujuan mendukung keberhasilan proses belajar
mengajar. Keberhasilan belajar tersebut di antaranya harus ditunjang dengan pusat
sumber belajar, pusat kesehatan sekolah, bimbingan konseling, dan kantin sekolah.
Manajemen layanan khusus merupakan usaha yang secara tidak langsung berhubungan
dengan proses belajar mengajar di kelas, tetapi secara khusus diberikan atau ditangani oleh
kepala sekolah kepada para siswa agar mereka lebih optimal dalam melaksanakan proses
belajar mengajar Rohiat (2009 : 28).
D. Manajemen Sekolah Bermutu
1. Indikator Sekolah Bermutu
Engkoswara (2010) menerangkan indikator – indikator sekolah yang bermutu dan tidak
bermutu yang diadaptasidari pandangan para ahli, yaitu sebagai berikut :
Sekolah bermutu Sekolah tidak bermutu
Masukan yang tepat Masukan yang banyak
Semangat kerja tinggi pelaksanaan kerja santai
Gairah motivasi belajar tinggi Aktivitas belajar santai
Penggunaan biaya, waktu, fasilitas, tenaga
yang profesional
Boros menggunakan sumber –
sumber
Kepercayaan berbagai pihak kurang peduli terhadap lingkungan
Tamatan yang bermutu Lulusan hasil katrol
Keluaran yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat
keluaran tidak produktif.
2. Standar sekolah bermutu
Baker (2005) yang dikutip menurut Engkoswara (2010 : 310) memaparkan standar sekolah
yang bermutu, adalah sebagai berikut :
a. Administrator dan jajarannya serta guru – guru adalah para profesional yang handal.
b. Tersedia kurikulum yang luas bagi seluruh siswa.
c. Memiliki filosofi yang selalu dikomunikasikan bahwa seluruh anak dapat belajar dengan
harapan yang tinggi.
d. Iklim yang baik untuk belajar, aman, bersih, mempedulikan dan terorganiusasi dengan
baik.
e. Suatu sistem penilaian berkelanjutan yang didukung supervisi.
f. Keterlibatan masyarakat yang tinggi
g. Membantu para guru mengembangkan strategi, teknik instruksional dan mendorong
kerja sama kelompok
h. Menyusun jadwal secara terprogram untuk memberikan pelatihan dalam jabatan dan
seminar untuk seluruh staf.
i. Pengorganisasian SDM untuk melayani seluruh siswa
j. Komunikasi dengan orang tua dan menyediakan waktu cukup untuk dialog .
k. Menetapkan dan mengartikulasikan tujuan secara jelas.
l. Pelihara staf yang memiliki kesemimbangan ketrampilan dan kemampuan dan ketahui
kekuatan dan kapabilitas khusus dari staff.
m. Bekerja untuk memelihara moril tinggi yang berkontribusi terhadap stabilitas organisasi
dan membatasi tingkat turn – over (Perputaran guru)
n. Bekerja keras untuk memelihara ukuran kelas sesuai dengan mata pelajaran dan
tingkatan kelas siswa sesuai dengan aturan yang ada.
o. Kembangkan dengan staf dan orang tua kebijakan sekolah dalam disiplin, penilaian,
kehadiran, pengujian, promosi dan ingatan.
p. Kerja sama guru dan orang tua untuk menyediakan dukungan pelayanan dalam
pemecahan permasalahan siswa.
q. Memelihara hubungan baik dengan pemerintah daerah.
III. Kategori Sekolah
A. Sekolah Petensial (Calon SSN)
1. Pengertian Sekolah Potensial
Menurut Zenal Aqib (2010 : 4) menyatakan bahwa, Sekolah potensial adalah sekolah yang
masih relatif banyak kekurangan/kelemahan untuk memenuhi kriteria sekolah yang sesuai
dengan Standar Nasional pendidikan. Dalam penjelasan PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 11
Ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa kategori sekolah potensial adalah sekolah yang belum
memenuhi (Masih jauh) dari SNP.
2. Kriteria Sekolah Potensial.
Variasi sekolah umumnya sangat tinggi. Ada sekolah yang secara kuantitas masih banyak
kekurangan apabila dibandingkan dengan SSN, sebagian kecil baru memenuhi SNP,
setengahnya lagi telah memenuhi SNP dan sisanya belum memenuhi SNP.
Secara kualitas juga bervariasi dan relatif rendah, baik ditinjau dari kualitas lulusan atau
prestasi akademik/non akademik siswa, SDM, sarana dan prasarana, dan aspek pendidikan
lainnya.
Ditinjau dari manajemen sekolah juga belum memenuhi SNP.
Sumber dana dan pendanaan relatif rendah.
Dari letak geografisnya banyak sekolah didaerah pinggiran, terpencil, terpencar, dan
terisolir.
Dari input peserta didik, sekolah potensial rata – rata peserta didiknya dari masyarakat
dengan kemampuan akademiknya lebih rendah dari peserta didik sekolah Standar Nasional
(SSN).
3. Aspek – Aspek Pengembangan Sekolah Potensial
Pada dasarnya aspek – aspek pendidikan yang dikembangkan sekolah potensial untuk
menjadi sekolah Standar Nasional secara garis besar meliputi delapan aspek SNP serta diperluas
juga pada program, cakupan program, variasi program, dan kecepatan dalam pencapaian hasil.
Pencapaian pengembangan sekolah potensial dapat terlaksana dengan maksimal sangat
ditentukan oleh karakteristik atau kemampuan sekolah masing – masing.
4. Menentukan Standarisasi Keberhasilan Pengembangan sekolah Potensial.
Sebelum pengembangan berikutnya berdasarkan aspek – aspek yang akan dikembangkan
pada sekolah potensial, seyogyanya sekolah dapat merumuskan tentang apa saja yang akan
dihasilkan (Out Put), baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dalam waktu yang
telah ditentukan. Manfaat yang akan diperoleh atas tolok ukur keberhasilan tersebut antara lain :
a. Sekolah dapat mempergunakannya sebagai target yang harus dicapai dari sekolah potensial
sehingga menjadi SSN.
b. Sekolah dapat menyelenggarakan secara bertahap pelaksanaan pendidikan dengan perbaikan
atau peningkatan berbagai aspek sehingga menjadi SSN dalam jangka waktu yang pendek.
c. Dinas Pendidikan Kabupaten/kota dan propinsi dapat mempergunakan untuk melakukan
pembinaan secara kongkrit pada aspek – aspek apa saja yang masih belum memenuhi syarat
atau kekurangan sekolah pada setiap tahunnya.
d. Pihak – pihak lain yang terkait dapat ikut serta melakukan pembinaan dalam rangka
mempercepat pencapaian SSN.
B. Sekolah Kategori Mandiri (SKM)/Sekolah Standar Nasional (SSN)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 11
menjelaskan bahwa beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang
sederajat pada jalur pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit
semester/SKS. Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang menerapkan
SKS ditetapkan oleh peraturan menteri/Permen berdasarkan usul dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Pada ayat ini dijelaskan bahwa sekolah khususnya SMA/MA/ SMLB,
SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu
sekolah kategori standar dan sekolah kategori mandiri. Pengkategorian ini didasarkan pada
tingkat terpenuhinya SNP. Oleh karenanya Pemerintah dan Pemerintah Daerah berupaya agar
sekolah/madrasah yang berada dalam kategori standar meningkat menjadi sekolah/madrasah
kategori mandiri.
1. Terminologi SSN
Dua istilah (terminologi) sekolah standar nasional/SSN dan sekolah kategori
mandiri/SKM sepertinya muncul secara simultan dalam persekolahan kita. Konsep
pendiriannya juga sama, hanya saja SKM dipakai untuk jenjang pendidikan lanjutan (SMA)
ketika proyek percontohan dilakukan pada tahun-tahun pertama.Kini sama-sama digunakan
dengan term SSN. Sebagaimana sekolah kategori standar, bahkan sekolah bertaraf
internasional, SSN/SKM juga menggunakan kurikulum resmi yang ditetapkan oleh
pemerintah, yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan/KTSP. KTSP yang dikembangkan
oleh masing-masing sekolah berbasis pada kompetensi. Menurut Wilson (2001) paradigma
pendidikan yang berbasis pada kompetensi mencakup berbagai hal seperti kurikulum,
pedagogi, dan penilaian menekankan pada standar atau hasil. Hasil belajar yang berupa
kompetensi dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan
menggunakan pedagogi yang mencakup strategi mengajar atau metode mengajar. Tingkat
keberhasilan pembelajaran yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil ujian atau
tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Suatu tipikal SKM itu yakni pembelajarannya
dibedakan pada tiga kategori: tatap muka, tugas mandiri, dan penugasan mandiri
nonterstruktur. Itu harus jelas dan bisa diamati pada rencana pelaksanaan pembelajarannya
(RPP) secara eksplisit maupun inplisit. Di sinilah letak kemandiriannya bisa terlihat. Saat
kapan peserta didik mendapat bimbingan langsung oleh pendidik (tatap muka), saat kapan
ia harus berhadapan dengan berbagai macam sumber belajar baik secara individual maupun
kelompok (tugas mandiri), dan saat kapan ia lebih jauh menggali dan menggarap secara
tekun tugas yang lebih luas dalam jangka waktu lebih lama (penugasan mandiri
nonterstruktur). Hal itu sesuai dengan Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar
Proses dan edaran yang dibuat Direktorat SMA yang telah disosialisasikan pada kegiatan
bimbingan dan teknis (bintek) KTSP 2008 di seluruh wilayah Indonesia. Permendiknas
nomor 41 tahun 2007 dinyatakan bahwa kegiatan pembelajaran inti mencakup tiga hal,
yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Artinya, bahwa kegiatan inti itu mesti
memperlihatkan adanya langkah-langkah kegiatan penjajakan atau penjelajahan informasi
seluas - luasnya tentang materi/bahan ajar (eksplorasi). Kemudian, pada kegiatan inti juga
tampak adanya penggarapan yang sungguh-sungguh atau tekun atas materi/bahan ajar yang
telah ditemukan (elaborasi), untuk seterusnya perlu langkah-langkah kegiatan pembenaran,
penegasan, dan pengesahan materi/bahan ajar yang telah didapatkan. Jadi, adanya tuntutan
pembelajaran yang mesti bisa menyikapi kegiatan tatap muka, tugas mandiri, dan
penugasan mandiri nonterstruktur di satu sisi, dan harus pula bisa menyikapi kegiatan-
kegiatan pembelajaran yang mesti eksploratif, elaboratif, dan konfirmatif bukanlah sesuatu
hal yang menjadi ambivalen. Sekolah Kategori Mandiri (SKM)/Sekolah Standar Nasional
(SSN) adalah sekolah yang hampir atau sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
2. Ciri – ciri SKM/SSN
Ciri utama Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN) adalah :
Memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan meliputi Standar Isi,
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan.
Menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS).
3. Landasan Hukum Pelaksanaan SKM/SSN
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah, UU No. 32 tahun 2004
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Pasal 12, ayat 1, huruf b : setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya
Pasal 12, ayat 1, huruf f : setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing
dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan
Bab IX, pasal 35 menyebutkan bahwa : (1) Standar nasional pendidikan terdiri atas
standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala
d. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan antara
pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota
e. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, bagian ketiga pada Pasal 10 dan 11
mengatur tentang beban belajar dalam bentuk sistem paket dan sistem satuan kredit
semester (SKS). Pada Ayat 3 menyebutkan bahwa beban belajar untuk
SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan
formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester. Ketentuan tersebut
mengisyaratkan bahwa sekolah kategori mandiri “harus” menerapkan sistem SKS,
sedangkan sekolah kategori standar menerapkan sistem paket dan “dapat” menerapkan
sistem SKS.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota.
g. Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi
h. Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan
i. Permendiknas Nomor 6 tahun 2007, sebagai penyempurnaan Permendiknas Nomor 24
tahun 2006 tentang pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 tahun 2006
j. Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah
k. Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah
l. Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru
m. Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan
n. Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan pendidikan
o. Permendiknas Nomor 20 tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan
p. Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana pendidikan
q. Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses
r. Rencana Strategis Depdiknas tahun 2005-2009
s. Rencana Strategis Ditjen. Manajemen Dikdasmen tahun 2005-2009
4. Tantangan dan Harapan
Eksistensi SSN/SKM agaknya menjadi tantangan baru buat pengelolaan pendidikan di
tanah air saat ini. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah seharusnya punya kesungguhan
yang sama dalam mewujudkannya. Entitas persekolahan SSN yang ”baru” ini dilakukan
dengan SKS dalam pengelolaannya. Paradigma serupa juga telah duluan dilakukan pada
sekolah akselerasi meskipun mungkin sistem pengelolaan sekolah itu tidak diatur dengan
perundang-undangan yang lebih sistemik seperti SSN/SKM juga sekolah berstandar
internasional/SBI. Beban belajar peserta didik yang dinyatakan dalam bentuk SKS,
kemudian berimplikasi terhadap pembelajaran tatap muka, tugas mandiri dan penugasan
mandiri nonterstruktur. Tentulah semua itu menuntut konsentrasi dan kesungguhan semua
pihak, mulai dari pemerintah daerah (bupati/walikota, kepala dinas pendidikan), kepala
sekolah, para pendidik, masyarakat, dan peserta didik. Tanpa political will, sistem
pengelolaan yang kuat, sumber dana yang kuat, etos kerja para pendidik yang sinergis,
masyarakat yang sadar arti penting dan nilai pendidikan, maka pelaksanaan SSN hanya
akan ada dalam fantasi belaka. Bukankah sebelumnya kita pernah ”dihebohkan” sekolah-
sekolah berlabel plus, akselerasi, sekolah favorit, sekolah bertaraf internasional. Namun
gaung dari label-label yang hebat itu seringkali hanya dicantolkan pada bangunan fisiknya
semata, yang oleh karenanya, biaya untuk memasukinya menjadi berlipat – lipat. Di sisi
lain, sejumlah masyarakat merasa kecewa dengan sistem pendidikan yang secara inheren
kemudian mereka mendirikan homeschooling pula. Anggaran pendidikan yang menembus
angka 20 persen dari APBN 2009, kiranya bisa membuat SSN menjadi sistem persekolahan
yang futuristik di negeri ini.
C. Rintisan Sekolah Berstandar Internasional
1. Pengertian RSBI
Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) adalah Sekolah Standar Nasional
(SSN) yang menyiapkan peserta didik berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP)
Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuan
daya saing internasional.
2. Landasan Hukum dan Prasyarat RSBI
a. Landasan Hukum RSBI
1) UU No. 20 Tahun 2003 ps 50
2) UUNo. 32 Tahun 2004 : Pemerintahan Pusat dan Daerah
3) UU No 33 Tahun 2004 : Kewenangan Pemerintah (Pusat) dan Kewenangan Provinsi
sebagai Daerah Otonom
4) UU No. 25 Tahun 2000 : Program Pembangunan Nasional
5) PP NoTahun 2005 : Standar Nasional Pendidikan (SNP) ps 61
6) Permendiknas No. 22,23,24 Tahun 2006 : Standar Isi, SKL dan Implementasinya
b. Prasyarat RSBI
1) Kurikulum Nasional (modifikasi)
2) Wajib mengikuti UN
3) Ujian Internasional (optional)
4) Proses Pembelajaran dan Manajemen (standar internasional)
5) Berbasis pada kultur Indonesia
6) Tidak eksklusif (semua aspek dikembangkan)
7) Merit sistem dalam penerimaan siswa (akses untuk siswa miskin setara)
3. Tujuan Program RSBI
a. Umum
1) Meningkatkan kualitas pendidikan nasional sesuai dengan amanat Tujuan Nasional
dalam Pembukaan UUD 1945, pasal 31 UUD 1945, UU No.20 tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, PP No.19 tahun 2005 tentang SNP( Standar Nasional Pendidikan),
dan UU No.17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
yang menetapkan Tahapan Skala Prioritas Utama dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan akses
masyarakat terhadap pelayanan pendidikan.
2) Memberi peluang pada sekolah yang berpotensi untuk mencapai kualitas bertaraf
nasional dan internasional.
3) Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global.
b. Khusus
Menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum di dalam Standar
Kompetensi Lulusan yang diperkaya dengan standar kompetensi lulusan berciri
internasional.
4. Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM) dan Indikator Kinerja Kunci Tambahan
(IKKT) keberhasilan pelaksanaan RSBI
a. Indikator Kinerja Kunci Minimal
RSBI/SBI adalah sekolah yang berbudaya Indonesia, karena Kurikulumnya ditujukan
untuk Pencapaian indikator kinerja kunci minimal sebagai berikut :
1) Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ;
2) Menerapkan sistem satuan kredit semester di SMA/SMK/MA/MAK ;
3) Memenuhi Standar Isi; dan
4) Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
b. Indikator Kinerja Kunci Tambahan
Keberhasilan pelaksanaan RSBI juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci
tambahan sebagai berikut :
a. sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di
mana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masing – masing ;
b. muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada
sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD (Organization for Economic Co-
operation and Development) dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan
tertentu dalam bidang pendidikan; dan
c. menerapkan standar kelulusan sekolah/ madrasah yang lebih tinggi dari Standar
Kompetensi Lulusan. Adalah tidak benar kalau guru Bahasa Indonesia harus
menggunakan Bahasa Inggris dalam memberikan pengantar pelajarannya, walaupun hal
tersebut boleh saja dilakukan, tetapi penggunaan Bahasa Inggris adalah untuk
pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan saja,
sebagaimana dalam Bagian Proses Pembelajaran RSBI/SBI dinyatakan sebagai berikut:
‘’Mutu setiap SekolahStandar Internasional dijamin dengan keberhasilan melaksanakan
proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
5. Asas – asal Pelaksanaan Kurikulum dan Pembelajaran RSBI
Asas – asas pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran pada RSBI meliputi :
a. Menggunakan kurikulum yang berlaku secara nasional dengan mengadabtasi kurikulum
sekolah di Negara lain.
b. Mengajarkan bahasa asing, terutama penggunaan bahasa Inggris, secara terintegrasi dengan
mata pelajaran lainnya. Metode pengajaran dwi bahasa ini dapat dilaksanakan dengan dua
kategori yakni Subtractive Bilingualism (beri penjelasan oleh penulis) dan Additive
Bilingualism, yang menekankan pendekatan Dual Language.
c. Pengajaran dengan pendekatan Dual Language menekankan perbedaan adanya Bahasa
Akademis dan Bahasa Sosial yang pengaturan bahasa pengantarnya dapat dialokasikan
berdasarkan subjek maupun waktu.
d. Menekankan keseimbangan aspek perkembangan anak meliputi aspek kognitif (intelektual),
aspek sosial dan emosional, dan aspek fisik.
e. Mengintegrasikan kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) termasuk Emotional
Intelligence dan Spiritual Intelligence ke dalam kurikulum.
f. Mengembangkan kurikulum terpadu yang berorientasi pada materi, kompetensi, nilai dan
sikap serta prilaku (kepribadian ).
g. Mengarahkan siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif dan analitis , memiliki kemampuan
belajar (learning how to learn) serta mampu mengambil keputusan dalam belajar.
Penyusunan kurikulum ini didasarkan prinsip ”Understanding by Design” yang menekankan
pemahaman jangka panjang (Enduring Understanding). Pemahaman (Understanding) dilihat
dari 6 aspek: Explain, Interpret, Apply, Perspective, Empathy, Self Knowledge.
h. Kurikulum tingkatan satuan pendidikan dapat menggunakan sistem paket dan kredit
semester.
i. Dapat memberikan program magang untuk siswa SMA, MA dan SMK.
j. Menekankan kemampuan pemanfaatan Information and Communication Technology (ICT)
yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran.
6. Penjaminan Mutu pada RSBI
a. Mutu Proses Pembelajaran
Terdapat pergeseran paradigma pendidikan dari mengajar ke membelajarkan. Mengajar
lebih menekankan pada kegiatan guru dalam mentransformasikan ilmu atau materi kepada
siswa, dan siswa hanya sebagai pendengar, sedangkan pembelajaran lebih menekankan pada
proses kegiatan siswa yang aktif mencari, menemukan sekaligus mempresentasikan temuan
belajarnya. Sekolah bertaraf Internasional diharapkan menerapkan azas-azas pembelajaran
aktif yang mengakses 5 pilar pendidikan (religious awareness, learning to know, learning to
do, learning to be, and learning how to live together) dalam pengelolaan pembelajaran
dengan rincian seperti berikut :
1) Pendekatan yang digunakan berfokus pada siswa dengan merangsang rasa ingin tahu
dan motivasi intrinsik serta partisipasi siswa (inquiry, investigation) sehingga ide
pembelajaran dapat datang dari siswa.
2) Siswa membangun pengetahuannya sendiri, bukan dibentuk oleh orang lain
(constructivism).
3) Guru berperan sebagai fasilitator, sehingga tercipta interaksi Guru-siswa, siswa dengan
siswa, siswa dengan guru, terjadi komunikasi multi arah, sikap guru terhadap siswa
harus menimbulkan rasa nyaman, penyusunan kelas dapat dibuat dengan 2 macam
pengelompokan seperti kelas dengan satu kelompok umur (Single Age), Kelas dengan
dua kelompok umur (Multi age)
4) Pembelajaran melayani semua anak termasuk anak dengan kebutuhan khusus ( special
needs ) secara terbatas (program inklusi), pendekatan yang digunakan menekankan
adanya keragaman kompetensi, intelligence, agama, minat.
5) Menekankan pada pemahaman siswa bukan hafalan dan sekedar mengejar target
pembelajaran maupun bahan ujian, tetapi berorientasi pada aktivitas dan proses.
6) Mengembangkan model-mdel pembelajaran yang konstruktif, inovatif seperti
cooperative learning, pembelajaran berbasis masalah, dan contextual teaching and
learning.
7) Memanfaatkan berbagai sumber belajar (lingkungan, nara sumber, dan penunjang
belajar lainnya) tidak hanya dari guru.
8) Materi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa
9) Memberikan kesempatan pada siswa untuk memilih (intelligent choice) seperti dalam
pemilihan proyek yang akan dikerjakan, gaya belajar, cara menyelesaikan soal, minat
dalam batasan tertentu. Dalam mengakomodasi keragaman, pengajaran materi dapat
diberikan berbeda-beda, umumnya tiga tingkatan/macam, sesuai dengan kebutuhan
siswa. Praktek yang umumnya disebut Differentiated Instruction ini menyebabkan
tugas yang diberikan kepada siswa juga dapat berbeda yang antara lain berupa Tiered
Assignments serta tehnik diferensiasi lainnya. Untuk siswa berkebutuhan khusus
(special needs) dapat dibuatkan program pembelajaran individu (Individual
Educational Program/IEP).
10) Siklus pembelajaran dapat dimulai dari tahapan Exposure, Mini Lesson, Workshop
dan Assessment. Siklus ini dapat berulang di setiap tahap sesuai dengan kebutuhan
siswa.
11) Menciptakan dan memelihara berbagai lingkungan yang kondusif untuk siswa belajar
seperti; penataan ruangan, materi pembelajaran, rasio guru siswa 1:12 sampai dengan
1: 24.
b. Mutu Kompetensi Lulusan
Standar kompetensi lulusan yang mampu bersaing di level internasional. Dengan
indikator pencapaian :
1) Siswa yang mempunyai integritas moral yang tinggi, beragama, jujur, pemecah
masalah, mampu mengidentifikasi, mendifinisikan, dan menganalisa persoalan,
mampu menformulasikan alternatif-alternatif pemecahan dengan menggunakan
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai hidup, mampu membuat pilihan yang tepat
dari alternatif-alternatif tersebut dan kemudian mengembangkan strategi untuk
pelaksanaan dan penilaian dari hasil pilihan tertsebut
2) Pembelajar sepanjang hidup yang mandiri yang diperlihatkan dengan kemampuan
mencari, mengorganisasikan dan memproses informasi untuk kepentingan kini dan
nanti.
3) Lulusan RSBI harus mempunyai pribadi yang bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan yang ditunjukkan dengan kesediaan menerima tugas, menentukan standar
dan strategi yang tepat menyelesaikan tugas tersebut, juga secara konsisten bekerja
menyelesaikan tugas tersebut, sert mampu mempertanggungjawabkan hasilnya.
4) Lulusan RSBI diharapkan juga bisa menjadi pemikir yang kreatif, siswa yang berani
berspekulasi dengan meneliti dan mensintesakan cara-cara yang belum pernah dicoba
untuk melahirkan ide baru.
5) Sebagai ciri lulusan sekolah berstandar internasional lulusan sekolah ini mampu
menjadi komunikator yang efektif dan efisien dalam bahasa Indonesia maupun dalam
bahasa internasional yaitu bahasa Inggris)
6) Sekolah ini juga diharapkan mampu mencetak lulusan yang memiliki pribadi yang
memahami dirinya sendiri sebagai hasil dari penilaian diri terhadap kepercayaan,
perasaan, sikap, dan nilai-nilai yang dimilikinya dan hubungan dirinya dengan
lingkungannya
7) Siswa tidak hanya akan dicetak menjadi pribadi yang mandiri namun juga harus
mampu bekerjasama dengan orang lain baik sebagai anggota kelompok atau pemimpin
kelompok
8) Tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan di era global sarat dengan kompetensi ICT
sehingga lulusan RSBI harus mempunyai keterampilan menggunakan sarana ICT
untuk menunjang studinya.
9) Perpustakaan konvensional yang dikembangkan menjadi perpustakaan elektronik
(Digital electronic) akan selalu menjadi media yang dekat dengan anak karena siswa
diharapkan mempunyai kebiasaan membaca dan menulis yang baik dan sekaligus
pembaca dan penulis yang baik
10) Sebagai syarat dari pemerintah bahwa setiap siswa SMA harus menempuh Ujian
Nasional maka siswa RSBI harus menguasai materi pelajaran yang ditunjukkan dengan
kelulusan Ujian Nasional.
11) Sebagai pribadi yang harus berdampingan dalam masyarakat lulusan sekolah ini
diharapkan mempunyai kepedulian terhadap lingkungan sosial, fisik, dan kultural
12) Wujud dari seseorang mempunyai kompetensi dan kemampuan siswa diharapkan
mampu menghasilkan karya yang berkaitan dengan IPTEK, seni, sosial, atau hal
positif yang lain.
Hal – hal lain mengenai standar kelulusan antara lain :
1) Standar kelulusan menekankan pada semua aspek seperti spiritual, norma, sosial,
emosional selain akademik.
2) Standar akademik menekankan pada pemahaman materi belajar, bukan pada
pengumpulan nilai, yang harus didukung oleh berbagai bukti otentik.
3) Kelulusan berdasarkan pada analisa individu yang menggunakan pertimbangan
profesional guru dan sekolah.
4) Kualitas lulusan dipersiapkan mampu bersaing secara global baik dari segi pengetahuan
maupun kompetensi berkomunikasi dengan tetap mempertahankan budaya Indonesia.
5) Terdapat standar minimal pendukung yang harus dipenuhi siswa yang dapat berupa;
projek dan makalah/tulisan, Community Service project (pengabdian pada
masyarakat),program magang untuk SMA,MA dan SMK, serta kehadiran.
6) Kualitas lulusan yang dihasilkan dapat diterima di sekolah-sekolah Internasional di dunia
berdasarkan: kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki siswa, tipe laporan standar
internasional, benchmark standar Internasional, dapat bekerjasama dengan lembaga
internasional.
c. Mutu Ketenagaan
1) Tenaga pendidik memiliki kualifikasi minimal S1, mampu berbahasa Inggris, memiliki
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompetensi
professional.
2) Seleksi tenaga pendidik dilakukan secara professional oleh tenaga ahli dalam bidang
sumber daya manusia (Human Resources Departement) yang dapat dilakukan dengan
tahapan: wawancara awal,Class observation, Behavioral interview ,Behavioral
test,English test (TOEFL dan conversation), Micro teaching and discussion,Tes
kesehatan.
3) Performance management dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan sebagai
dasar untuk pengembangan SDM lebih lanjut dengan instrumen khusus berdasarkan
standar Teaching Effectiveness.
4) Pengelolaan Sumber Daya Manusia berdasarkan Kompetensi (Competency-based
Human Resorces System)
d. Mutu Sarana Dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa berdasarkan cara
kerja otak dan standar internasional, terdiri dari ruangan beserta kelengkapannya, yaitu :
1) Ruang Belajar yang kondusif meliputi luas , pencahayaan, temperatur, tingkat
kebisingan.
2) Tempat bermain
3) Laboratorium
4) Perpustakaan
5) Fasilitas olah raga
6) Fasilitas kesenian
7) Ruang Guru
8) Ruang konseling
9) Ruang pertemuan siswa
10) Ruang serbaguna
11) Kantin
12) Klinik
13) Ruang ibadah
14) Ruang kepala sekolah dan administrasi
15) Fasilitas internet di setiap ruang kelas dan WiFi di seluruh sekolah untuk memudahkan
akses internet. Setiap siswa tingkatan SMA /SMK menggunakan laptop secara
individu dalam mengerjakan tugas sekolah.
16) Ruang terapi untuk special needs
17) Toilet
18) Ruang khusus lainnya sesuai dengan kebutuhan
e. Mutu Pembiayaan
1) Sumber dana diperoleh dari dana investasi pemilik dan pembayaran uang sekolah siswa
untuk jenis sekolah swasta; serta dapat bervariasi dari sumber lainnya,pemerintah dan
2) masyarakat untuk jenis sekolah negeri.Pengalokasian dana dikategorikan ke dalam :
Pengeluaran operasional rutin dan non rutin, pengeluaran investasi untuk pengembangan
sekolah.
3) Pengelolaan keuangan dilakukan secara profesional: transparan, efisien, akuntabel
dengan diperiksa oleh akuntan publik
f. Mutu Penilaian
1) Tujuan utama penilaian untuk memantau perkembangan hasil belajar siswa secara
individu dan berkesinambungan bukan untuk mengkategorikan siswa sehingga tidak
membandingkan prestasi antar siswa.
2) Penilaian dilakukan dengan menggunakan prinsip Pedoman Acuan Kriteria (PAK)
dengan memperhatikan aspek: otentik yang artinya penilaian relevan sesuai dengan
potensi masing-masing siswa dan relevan dengan dunia nyata. Keseimbangan dengan
memperhatikan produk, proses dan progres.
3) Penilaian dilakukan sesuai dengan kriteria belajar yaitu kriteria produk, kriteria proses
dan kriteria progress. Kriteria produk berfokus pada apa yang siswa tahu dan bisa
lakukan pada saat tertentu. Kriteria proses berfokus pada bagaimana siswa mencapai
perfomansi bukan pada hasil akhir. Kriteria progres berfokus pada tingkat pencapaian
4) Penilaian dilakukan dengan mengacu pada tujuan pembelajaran bukan dengan prestasi
siswa lainnya
5) Penilaian dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai teknik dan
instrumen seperti rubrik, observasi harian, performance task dan tes tertulis (paper and
pencil)
6) Pembelajaran didasarkan atas pencapaian ketuntasan belajar siswa (mastery learning)
maka laporan yang dikeluarkan sekolah dapat berupa: Laporan Narasi,Laporan
Perkembangan Siswa per individu yang diterima secara internasional.
7. Tahapan Pengembangan Dan Program Prioritas RSBI
a. Tahapan Pengembangan RSBI
Tahap pengembangan RSBI melalui tahap - tahap, berikut antara lain :
1) tahap Pengembangan (3 tahun pertama);
2) tahap Pemberdayaan (2 tahun; tahun ke-4 an 5); dan
3) tahap Mandiri (tahun ke-6).
Pada tahap pengembangan yaitu tahun ke-1 sampai dengan ke-3 sekolah didampingi
oleh tenaga dari lembaga professional independent dan/atau lembaga terkait dalam
melakukan persiapan, penyusunan dan pengembangan kurikulum, penyiapan SDM,
modernaisasi manajemen dan kelembagaan, pembiayaan, serta penyiapan sarana prasarana.
Sedangkan pada tahap pemberdayaan yaitu tehun ke-4 dan ke-5 adalah sekolah
melakasanakan dan meningkatkan kualitas hasil yang sudah dikembangkan pada tahap
pendampingan, oleh karena itu dalam proses ini hal terpenting adalah dilakukannya refleksi
terhadap pelaksanaan kegiatan untuk keperluan penyempurnaan serta realisasi program
kemitraan dengan sekolah mitra dalam dan luar Negeri serta lembaga sertifikasi pendidikan
internasional. Pada tahap mandiri pada tahun ke-6 adalah sudah sekolah sudah berubah
predikatnya dari rintisan bertaraf internasional (RSBI) menjadi Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI) dengan catatan semua profil yang diharapkan telah tercapai. Sedangkan
apabila profil yang diharapkan mulai dari standar isi dan standar kompetensi lulusan, SDM
(guru, kepala sekolah, tenaga pendukung), sarana prasarana, penilaian, pengelolaan,
pembiayaan, kesiswaan, dan kultur sekolah belum tercapai, maka dimungkinkan suatu
sekolah RSBI akan terkena passing - out.
b. Program Prioritas RSBI
1) Adaptasi kurikulum yang setaraf kurikulum Internasional
2) Pengembangan materi dan metode yang bervariasi
3) Pendampingan /outsourcing
4) Sistem Remedial Yang Terkontrol
5) Peningkatan kemampuan guru berbahasa Inggris
6) Kegiatan ekstra yang mendukung bahasa Inggris
7) Peningkatan kemampuan memecahkan soal secara mandiri
8) Peningkatan kemampuan guru mengajar dengan berbagai media
9) Kegiatan ekstra yang mendukung siswa berkarya
Dukungan dari masyarakat, pemerintah Kabupaten, pemerintah propinsi akan selalu
bersinergi sehingga dambaan bahwa akan ada sekolah negeri yang terjangkau dengan
sertifikasi internasional akan segera terwujud.
IV. Kesimpulan.
1. Manajemen sekolah adalah pengorganisasian atau pengelompokan unsur – unsur Pendidikan
dalam suatu kegiatan yang terencana disekolah dalam rangka pencapaian tujuan Pendidikan.
2. Ditinjau dari Manajemen Sekolah untuk pencapaian delapan standar nasional pendidikan, maka
sekolah Potensial belum mencapai SNP tersebut dan kategori sekolah tersebut belum bermutu
dan akan mengarah kebermutu, jika dilaksanakan pengembangan. Maka perlu dilaksanakan
pengembangan sekolah potensial untuk menjadi SSN. Pencapaian pengembangan sekolah
potensial dapat terlaksana dengan maksimal sangat ditentukan oleh karakteristik atau
kemampuan sekolah masing – masing.
3. Sekolah SSN dan RSBI, jika ditinjau dari Manajemen sekolahnya untuk pencapaian SNP dua
kategori sekolah tersebut sudah mencapai SNP dan sudah dikatakan bermutu, namun masih
harus melaksanakan pengembangan, Dukungan dari masyarakat, pemerintah Kabupaten,
pemerintah propinsi akan selalu bersinergi sehingga dambaan bahwa akan ada sekolah negeri
yang terjangkau dengan sertifikasi internasional akan segera terwujud.