maman abdurahman sesali blunder di bukit jalil · withe pada piala aff. “saya tidak mempersoalkan...

1
ERIEZ M RIZAL D ALAM permainan sepak bola, segala kemungkinan bisa terjadi. Bisa saja tim yang kuat dan diunggulkan kalah, tim bertabur bintang ditahan imbang tim yang biasa saja. Bahkan sering juga terjadi pemain atau penjaga gawang yang dikenal hebat pun mela- kukan kesalahan fatal. Blunder memang sering menjadi mimpi yang menakutkan bagi pemain bola. Karena sering kali, supor- ter sulit memaafkan peristiwa itu yang sebenarnya adalah kejadian manusiawi di luar kontrol logika. Salah seorang pemain timnas yang masih menyesali keja- dian di luar keinginannya itu adalah Maman Abdurahman saat bermain di Stadion Bukit Jalil Malaysia pada Piala AFF Suzuki 2010. Bermaksud mengambil bola yang seharusnya keluar lapangan dari kaki pemain lawan, upaya Maman tersebut justru memberikan peluang bagi Malaysia mencetak gol. Maman yang di klubnya, Persib Bandung, berposisi se- bagai bek tengah, mengaku masih menyesali perannya di Bukit Jalil yang mengakibat- kan timnas ‘Garuda’ takluk (0-3) dari Malaysia. Perasaan bersalah itu, ia akui, terus menghantuinya khususnya seusai bertanding. Apalagi kejadian itu ber- langsung di saat jutaan pecinta bola dan masyarakat Indo- nesia pada umumnya sudah merindukan dapat meraih Piala AFF. “Hingga saat ini saya masih merasa berdosa, ketika saya melakukan blunder dan menghasilkan gol untuk timnas Malaysia. Mudah-mudahan itu kesalahan yang terakhir kali pada karier sepak bola saya,” kata Maman. Padahal, lanjutnya, saat di- rinya ditunjuk dalam skuat tim ‘Garuda’, ada perasaan bangga yang membumbung karena obsesi bisa diraih. “Waktu itu saya sangat ingin sekali menjadi pemain timnas dan ingin memberi yang ter- baik.” Nasi telah menjadi bubur, dan kini pelatih timnas Alfred Reidl tidak memanggil Maman dalam timnas. Sebagai seorang pemain yang sudah banyak makan asam garam, ia mengatakan bahwa apa pun yang diputus- kan Reidl dipastikan baik bagi timnas. “Saya selalu taat ke- pada pelatih. Saya akan fokus memperkuat Persib Bandung. Bagi saya ‘Maung Bandung’ (julukan Persib) merupakan rumah dan keluarga.” Rajin berlatih Lelaki berperawakan jang- kung (untuk ukuran Indonesia) itu terlihat segar ketika ditemui Media Indonesia seusai berlatih di Stadion Siliwangi, Jumat (11/2) pagi, di Kota Bandung. Bagi Maman, sebagai seorang pemain sepak bola profesional, berlatih merupakan makanan hariannya untuk tetap menjaga stamina. “Tak hanya untuk mengha- dapi pertandingan. Tidak me- lakukan latihan seperti punya utang,” ujar Maman sambil membuka kaus berlogo Persib yang sudah dipenuhi keri- ngat. Untuk itu ayah dua anak ini menyatakan soal staminanya yang selalu t dan tidak perlu dikhawatirkan. “Saya selalu siap bertanding kapan pun dan di mana pun,” katanya penuh optimisme. Kesiapan Maman dalam segi sik ini memang ia pelihara se- jak menapak merumput seba- gai pemain profesional. Tidak mengherankan jika pada 2006, suami Sulfiani Agustina itu pernah meraih predikat sebagai pemain terbaik. Pun, namanya masuk timnas asuhan Peter Withe pada Piala AFF. “Saya tidak mempersoalkan jika di- jadikan pemain cadangan. Yang penting saya bisa terus berkiprah dan berjuang.” Kiprah Maman bermain se- pak bola bermula pada 1995 saat masih duduk di bangku SMP. Ketika itu, pria yang pu- nya hobi main biliar itu masuk sekolah sepak bola PAM Ja- karta Timur. Meski terbilang telat, karena teman-temannya ada yang su- dah berkiprah di bawah usia 10 tahun, Maman tetap optimistis menjadi pemain andal di kota kelahirannya, Jakarta. “Ke- tika masih di Persija Junior, saya ditunjuk pelatih sebagai gelandang. Namun, karena badan saya termasuk tinggi, akhirnya dipercaya pelatih sebagai pemain bertahan. Di situlah karier saya sebagai pemain posisi bertahan hingga saat sekarang,” kisah Maman tersenyum simpul. Memang secara teknik dan kualitas, Maman ideal sebagai seorang bek. Selain dikenal pintar dan berani memotong umpan-umpan lawan, Maman juga dinilai tangguh saat ber- duel. Ia juga tidak mengenal kompromi saat menjaga lawan. Ditunjang tubuh yang tinggi dan tegap, Maman juga jago dalam adu badan. Dia pun sigap dalam mengantisipasi bola-bola lambung. Karena karakter dan du- kungan siknya yang lengkap ini, Maman sempat dipinang dan bermain untuk klub PSIS Semarang, tepatnya pada 2005. Tiga tahun kemudian, Ma- man bergabung dengan Persib Bandung hingga saat ini. “Di klub mana pun saya ber- main, saya sangat menikmat- inya. Kalau boleh terus terang, saya sangat nyaman bermain di Persib Bandung,” aku Maman menutup pembicaraan. (M-1) [email protected] 13 S O SOK RABU, 16 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA SESALI BLUNDER DI BUKIT JALIL MAMAN ABDURAHMAN HINDARI LAWAN: Pemain Indonesia Maman Abdurahman berusaha melewati hadangan pemain Malaysia M Muslim pada babak penyisihan Grup A Piala AFF Suzuki 2010 di Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (1/12/2010). MI/RAMDANI PENGANTAR: Untuk merayakan ulang tahun ke-41 Media Indonesia, kami menyajikan 41 sosok terpilih dari lapangan hijau. Berikut ini ialah sosok ke-27, Maman Abdurahman. Keinginan Maman memperkuat timnas sudah tercapai. Baginya, Piala AFF 2010 merupakan pelajaran paling berharga tentang koordinasi tim. MENJADI pemain belakang atau bek harus ngotot dan keras. Karena pemain di posisi terse- but memiliki tanggung jawab besar untuk mengamankan gawangnya dari serangan la- wan. Prinsip itulah yang selalu dipegang Maman Abdurahman setiap kali berlaga bagi Persib dan timnas Indonesia. Tak jarang ia mesti rela dikartu kun- ing demi menghentikan laju pemain lawan yang mencoba mendekati garis pertah- anannya. “Saya dan pemain belakang lain kan jadi palang pintu. Daripada kebobol- an, saya lebih baik melanggar musuh walaupun risikonya dapat kartu kuning atau merah,” ujar Maman. Namun, sebagai bek, ia juga kerap menghadapi provokasi lawan, baik dalam bentuk per- kataan maupun sik. Maman yang mempunyai karakter keras dan cenderung tem- peramental ini kadang sering terpancing untuk membalas provokasi lawan. “Kalau dapat sanksi gara- gara ini (provokasi), saya se- benarnya paling tidak suka. Habis selesai pertandingan, saya sering menyesal sendiri,” kenangnya. Maman lantas menceritakan pengalaman pahitnya saat membela Maung Bandung melawan PSPS Pekanbaru, 2 November 2010 lalu. Ayah dua anak itu diganjar kartu kuning dan denda sebesar Rp10 juta karena menyikut pemain de- pan PSPS. Padahal jika mengikuti ke- tentuan LSI tentang denda akibat kartu kuning, Maman hanya membayar Rp3 juta. Namun karena Komdis PSSI menilai Maman melakukan pelanggaran keras, denda di- tambah Rp7 juta. “Memang waktu itu sempat ada provokasi, tapi apa pun alasannya saya salah. Saya juga telah meminta maaf,” sesalnya. Ia akhirnya dilarang satu kali bertanding, yakni melawan Sriwijaya FC akibat akumulasi kartu kuning. Itu merupakan kerugian bagi Persib yang se- lama ini selalu mengandalkan Maman di lini belakang. Pria kelahiran Jakarta 28 ta- hun silam ini mengaku terus belajar mengendalikan emosi ketika berlaga. Paling tidak ia bisa mengurangi melakukan pelanggaran yang tidak perlu. “Saya sekarang merasa lebih kalem di lapangan walaupun belum sempurna. Jauh berbeda dengan tiga atau empat tahun lalu yang emosinya meledak- ledak dan gampang terpro- vokasi,” paparnya. Agar tidak mudah emosi, Maman memiliki cara sen- diri, yaitu tersenyum kepada lawan yang melanggar dirinya dan berusaha meminta maaf kepada lawan yang dilanggar- nya. Selain itu, Maman sebisa mungkin tidak terlibat dalam pertikaian kecil di lapangan. Meminta dukungan keluarga Terus Belajar Kendalikan Emosi Hingga saat ini saya masih merasa berdosa, ketika saya melakukan blunder dan menghasilkan gol untuk timnas Malaysia. Mudah- mudahan itu kesalahan yang terakhir kali pada karier sepak bola saya.” BIODATA: Nama lengkap: Maman Abdurahman Tempat, tgl lahir: Jakarta, 12 Mei 1982 Tinggi badan: 173 cm Istri: Sulfiani Agustina Posisi: Pemain Belakang Klub : PS PAM Jaya Jakarta (1996-1998) Persijatim Junior (1998-2000) Persijatim Solo (2001-2004) PSIS Semarang (2005-2007) Persib Bandung (2008-sekarang) pun juga ia lakukan. “Se- belum bermain saya selalu menelepon keluarga dan orang tua. Kadang mereka menyelipkan pesan supaya saya mengendalikan diri,” katanya. Seiring kematangannya di dunia sepak bola, Maman menyadari sifat tempera- mental justru berdampak buruk bagi karier dan tim- nya. Bahkan bisa merusak performa rekan-rekannya. “Pelatih memerlukan pe- main belakang yang keras dan pandai memotong bola lawan. Bukan pemain yang mudah emosional,” ujar Ma- man seraya berharap dipang- gil lagi membela timnas In- donesia oleh pelatih Alfred Riedl. (AX/M-4) MI/ADAM DWI

Upload: doantuong

Post on 01-Jul-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAMAN ABDURAHMAN SESALI BLUNDER DI BUKIT JALIL · Withe pada Piala AFF. “Saya tidak mempersoalkan jika di-jadikan pemain cadangan. Yang penting saya bisa terus berkiprah dan berjuang.”

ERIEZ M RIZAL

DALAM permainan sepak bola, segala kemungkinan bisa terjadi. Bisa saja tim

yang kuat dan diunggulkan kalah, tim bertabur bintang ditahan imbang tim yang biasa saja.

Bahkan sering juga terjadi pemain atau penjaga gawang yang dikenal hebat pun mela-kukan kesalahan fatal. Blunder memang sering menjadi mimpi yang menakutkan bagi pemain bola. Karena sering kali, supor-ter sulit memaafkan peristiwa itu yang sebenarnya adalah kejadian manusiawi di luar kontrol logika.

Salah seorang pemain timnas yang masih menyesali keja-dian di luar keinginannya itu adalah Maman Abdurahman saat bermain di Stadion Bukit Jalil Malaysia pada Piala AFF Suzuki 2010.

Bermaksud mengambil bola yang seharusnya keluar lapang an dari kaki pemain lawan, upaya Maman tersebut justru memberikan peluang bagi Malaysia mencetak gol.

Maman yang di klubnya, Persib Bandung, berposisi se-bagai bek tengah, mengaku masih menyesali perannya di Bukit Jalil yang mengakibat-kan timnas ‘Garuda’ takluk (0-3) dari Malaysia. Perasaan bersalah itu, ia akui, terus menghantuinya khususnya seusai bertanding.

Apalagi kejadian itu ber-langsung di saat jutaan pecinta bola dan masyarakat Indo-nesia pada umumnya sudah merindukan dapat meraih Piala AFF. “Hingga saat ini saya masih merasa berdosa, ketika saya melakukan blunder dan menghasilkan gol untuk timnas Malaysia. Mudah-mudahan itu kesalahan yang terakhir kali pada karier sepak bola saya,” kata Maman.

Padahal, lanjutnya, saat di-rinya ditunjuk dalam skuat tim ‘Garuda’, ada perasaan bangga yang membumbung karena obsesi bisa diraih.

“Waktu itu saya sangat ingin

sekali menjadi pemain timnas dan ingin memberi yang ter-baik.” Nasi telah menjadi bubur, dan kini pelatih timnas Alfred Reidl tidak memanggil Maman dalam timnas.

Sebagai seorang pemain yang sudah banyak makan asam garam, ia mengatakan bahwa apa pun yang diputus-kan Reidl dipastikan baik bagi timnas. “Saya selalu taat ke-pada pelatih. Saya akan fokus memperkuat Persib Bandung.

Bagi saya ‘Maung Bandung’ (julukan Persib) merupakan rumah dan keluarga.”

Rajin berlatihLelaki berperawakan jang-

kung (untuk ukuran Indonesia) itu terlihat segar ketika ditemui Media Indonesia seusai berlatih di Stadion Siliwangi, Jumat (11/2) pagi, di Kota Bandung.

Bagi Maman, sebagai seorang pemain sepak bola profesional, berlatih merupakan makanan

hariannya untuk tetap menjaga stamina.

“Tak hanya untuk mengha-dapi pertandingan. Tidak me-lakukan latihan seperti punya utang,” ujar Maman sambil membuka kaus berlogo Persib yang sudah dipenuhi keri-ngat.

Untuk itu ayah dua anak ini menyatakan soal staminanya yang selalu fi t dan tidak perlu dikhawatirkan. “Saya selalu siap bertanding kapan pun dan

di mana pun,” katanya penuh optimisme.

Kesiapan Maman dalam segi fi sik ini memang ia pelihara se-jak menapak merumput seba-gai pemain profesional. Tidak mengherankan jika pada 2006, suami Sulfiani Agustina itu pernah meraih predikat sebagai pemain terbaik. Pun, namanya masuk timnas asuhan Peter Withe pada Piala AFF. “Saya tidak mempersoalkan jika di-jadikan pemain cadangan.

Yang penting saya bisa terus berkiprah dan berjuang.”

Kiprah Maman bermain se-pak bola bermula pada 1995 saat masih duduk di bangku SMP. Ketika itu, pria yang pu-nya hobi main biliar itu masuk sekolah sepak bola PAM Ja-karta Timur.

Meski terbilang telat, karena teman-temannya ada yang su-dah berkiprah di bawah usia 10 tahun, Maman tetap optimistis menjadi pemain andal di kota kelahirannya, Jakarta. “Ke-tika masih di Persija Junior, saya ditunjuk pelatih sebagai gelandang. Namun, karena badan saya termasuk tinggi, akhirnya dipercaya pelatih sebagai pemain bertahan. Di situlah karier saya sebagai pemain posisi bertahan hingga saat sekarang,” kisah Maman tersenyum simpul.

Memang secara teknik dan kualitas, Maman ideal sebagai seorang bek. Selain dikenal pintar dan berani memotong umpan-umpan lawan, Maman juga dinilai tangguh saat ber-duel. Ia juga tidak mengenal kompromi saat menjaga lawan. Ditunjang tubuh yang tinggi dan tegap, Maman juga jago dalam adu badan. Dia pun sigap dalam mengantisipasi bola-bola lambung.

Karena karakter dan du-kungan fi siknya yang lengkap ini, Maman sempat dipinang dan bermain untuk klub PSIS Semarang, tepatnya pada 2005. Tiga tahun kemudian, Ma-man bergabung dengan Persib Bandung hingga saat ini.

“Di klub mana pun saya ber-main, saya sangat menikmat-inya. Kalau boleh terus terang, saya sangat nyaman bermain di Persib Bandung,” aku Maman menutup pembicaraan. (M-1)

[email protected]

13SOSOKRABU, 16 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

SESALI BLUNDER DI BUKIT JALIL

M A M A N A B D U R A H M A N

HINDARI LAWAN: Pemain Indonesia Maman Abdurahman berusaha melewati hadangan pemain Malaysia M Muslim pada babak penyisihan Grup A Piala AFF Suzuki 2010 di Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (1/12/2010).

MI/RAMDANI

PENGANTAR: Untuk merayakan ulang tahun ke-41 Media Indonesia, kami menyajikan 41 sosok terpilih dari lapangan hijau. Berikut ini ialah sosok ke-27, Maman Abdurahman.

Keinginan Maman memperkuat timnas sudah tercapai. Baginya, Piala AFF 2010 merupakan pelajaran paling berharga tentang koordinasi tim.

MENJADI pemain belakang atau bek harus ngotot dan keras. Karena pemain di posisi terse-but memiliki tanggung jawab besar untuk mengamankan gawangnya dari serangan la-wan.

Prinsip itulah yang selalu dipegang Maman Abdurahman setiap kali berlaga bagi Persib dan timnas Indonesia. Tak jarang ia mesti rela dikartu kun-ing demi menghentikan laju pemain lawan yang mencoba

mendekati garis pertah-anannya.

“Saya dan pemain belakang lain kan jadi palang pintu. Daripada kebobol-a n , s a y a l e b i h baik melanggar musuh walaupun

risikonya dapat kartu ku ning atau merah,” ujar Maman.

Namun, sebagai bek, ia juga kerap menghadapi provokasi lawan, baik dalam bentuk per-kataan maupun fi sik. Maman yang mempunyai karakter keras dan cenderung tem-peramental ini kadang sering terpancing untuk membalas provokasi lawan.

“Kalau dapat sanksi gara-gara ini (provokasi), saya se-benarnya paling tidak suka. Habis selesai pertandingan, saya sering menyesal sendiri,” kenangnya.

Maman lantas menceritakan pengalaman pahitnya saat membela Maung Bandung melawan PSPS Pekanbaru, 2 November 2010 lalu. Ayah dua anak itu diganjar kartu kuning

dan denda sebesar Rp10 juta karena menyikut pemain de-pan PSPS.

Padahal jika mengikuti ke-tentuan LSI tentang denda akibat kartu kuning, Maman hanya membayar Rp3 juta. Namun karena Komdis PSSI menilai Maman melakukan pelanggaran keras, denda di-tambah Rp7 juta.

“Memang waktu itu sempat ada provokasi, tapi apa pun alasannya saya salah. Saya juga telah meminta maaf,” sesalnya.

Ia akhirnya dilarang satu kali bertanding, yakni melawan Sriwijaya FC akibat akumulasi kartu kuning. Itu merupakan kerugian bagi Persib yang se-lama ini selalu mengandalkan Maman di lini belakang.

Pria kelahiran Jakarta 28 ta-hun silam ini mengaku terus belajar mengendalikan emosi ketika berlaga. Paling tidak ia bisa mengurangi melakukan pelanggaran yang tidak perlu.

“Saya sekarang merasa lebih kalem di lapangan walaupun belum sempurna. Jauh berbeda dengan tiga atau empat tahun lalu yang emosinya meledak-ledak dan gampang terpro-vokasi,” paparnya.

Agar tidak mudah emosi, Maman memiliki cara sen-diri, yaitu tersenyum kepada lawan yang melanggar dirinya dan berusaha meminta maaf kepada lawan yang dilanggar-nya. Selain itu, Maman sebisa mungkin tidak terlibat dalam pertikaian kecil di lapangan.

Meminta dukungan keluarga

Terus Belajar Kendalikan Emosi

Hingga saat ini saya masih merasa

berdosa, ketika saya melakukan blunder dan menghasilkan gol untuk timnas Malaysia. Mudah-mudahan itu kesalahan yang terakhir kali pada karier sepak bola saya.”

BIODATA:Nama lengkap: Maman Abdurahman

Tempat, tgl lahir: Jakarta, 12 Mei 1982

Tinggi badan: 173 cm

Istri: Sulfiani Agustina

Posisi: Pemain Belakang

Klub :• PS PAM Jaya Jakarta (1996-1998)• Persijatim Junior (1998-2000)• Persijatim Solo (2001-2004)• PSIS Semarang (2005-2007)• Persib Bandung (2008-sekarang)

pun juga ia lakukan. “Se-belum bermain saya selalu menelepon keluarga dan orang tua. Kadang mereka menyelipkan pesan supaya saya mengendalikan diri,” katanya.

Seiring kematangannya di dunia sepak bola, Maman menyadari sifat tempera-mental justru berdampak buruk bagi karier dan tim-nya. Bahkan bisa merusak performa rekan-rekannya.

“Pelatih memerlukan pe-main belakang yang keras dan pandai memotong bola lawan. Bukan pemain yang mudah emosional,” ujar Ma-man seraya berharap dipang-gil lagi membela timnas In-donesia oleh pelatih Alfred Riedl. (AX/M-4)

MI/ADAM DWI