(makalah)_kelompok 4 kimia atmosfer

17
Tugas Kelompok: Kimia Lingkungan DAMPAK EMISI BERBAGAI POLUTAN TERHADAP ATMOSFER OLEH: (Kesehatan Lingkungan 2010) WISFER (K111 10 015) AINUN MUCHLISAH (K111 10 104) REZKI MALINDA (K 111 10 119) FAIRUZY BAHAR (K111 10 274) MEILSON (K111 10 370) A. TO TIMPA A. RAHMAN (K111 10 922) FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Upload: rezki-malinda-kiki-ii

Post on 11-Aug-2015

177 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: (Makalah)_Kelompok 4 Kimia Atmosfer

Tugas Kelompok:Kimia Lingkungan

DAMPAK EMISI BERBAGAI POLUTAN TERHADAP ATMOSFER

OLEH:

(Kesehatan Lingkungan 2010)

WISFER (K111 10 015)

AINUN MUCHLISAH (K111 10 104)

REZKI MALINDA (K 111 10 119)

FAIRUZY BAHAR (K111 10 274)

MEILSON (K111 10 370)

A. TO TIMPA A. RAHMAN (K111 10 922)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR, 2012

Page 2: (Makalah)_Kelompok 4 Kimia Atmosfer

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat dan rahmat Allah SWT karena atas

bimbingan serta petunjuk-Nya jualah sehingga makalah dengan judul “Dampak

Emisi Berbagai Polutan Terhadap Atmosfer” ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya, meskipun menemui banyak kendala.

Selanjutnya, kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah memberikan kontribusinya, baik tenaga maupun pikirannya

untuk membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Seperti pepatah lama, “tak ada gading yang tak retak”. Seperti itulah

kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki

banyak kekurangan. Karenanya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah ini.

Akhir kata, penulis hanya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Wasalam.

Makassar, Maret 2012

Penulis

Page 3: (Makalah)_Kelompok 4 Kimia Atmosfer

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan merupakan tempat tinggal bagi semua makhluk hidup, tidak

terkecuali manusia di mana lingkungan sendiri meliputi lingkungan air, tanah, dan

udara. Tentu saja segala aktivitas manusia, baik itu di sektor kesehatan, ekonomi

dan bisnis, sosial dan budaya, dsb akan melibatkan lingkungan sebagai sarana

aktivitas manusia sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi

manusia itu sendiri. Namun, pernahkah kita menyadari bahwa kebanyakan

aktivitas tersebut akan memberikan dampak terhadap lingkungan, baik itu secara

langsung maupun tidak langsung. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya

perubahan kondisi lingkungan yang nantinya akan berujung pada permasalahan

lingkungan itu sendiri. Perubahan kondisi lingkungan tersebut dapat dideteksi

melalui sensor gas yang digunakan untuk memonitor atmosfer melalui tekanan

parsial oksigen (O2).

Saat ini masalah lingkungan telah menjadi masalah yang kompleks dan

serius sehingga sudah selayaknya mendapatkan perhatian khusus. Masalah

lingkungan yang paling banyak mendapat perhatian saat ini, yaitu global warming

atau lebih dikenal sebagai pemanasan global. Intergovermental Panel on Climate

Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "Sebagian besar peningkatan suhu rata-

rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh

meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui

efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC,

metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari

yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya, panas terperangkap dalam

lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global.”

Polusi udara yang terdapat pada emisi gas buangan kendaraan seperti

nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan sulfur

Page 4: (Makalah)_Kelompok 4 Kimia Atmosfer

oksida (SOx) juga sedikit banyaknya memberikan kontribusi terhadap

meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca yang berdampak pada pemanasan

global. Fenomena pertumbuhan produksi kendaraan bermotor di

Indonesia saat ini, khususnya kendaraan bermotor roda dua,

terus mengalami peningkatan dan berdampak pada tingkat

permintaan komponen (suku cadang) otomotif yang juga

semakin tinggi.

Di Indonesia sendiri, emisi GHG (greenhouse gases) telah mencapai pada

tingkat yang mengkhawatirkan. Indonesia menempati posisi ketiga, setelah USA

dan Cina sebagai negara dengan emisi GHG terbesar di dunia. Jika negara-negara

Uni-Eropa dimasukkan, Indonesia menempati posisi keempat. Dalam hal ini,

sektor kehutanan mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap emisi GHG di

Indonesia. Emisi GHG dari sektor kehutanan tersebut terkait dengan proses

deforestasi (land use, land use change, and forestry – LULUCF) yang disertai

dengan kebakaran hutan. Selain dari sektor kehutanan, meningkatnya emisi GHG

di Indonesia juga bersumber dari penggunaan energi.

Oleh karena itu, terkait efek pemanasan global pada lingkungan itu sendiri

yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan, khususnya

lingkungan atmosfer, penulis mengambil judul “Dampak Emisi Berbagai Polutan

Terhadap Atmosfer”.

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan akibat adanya emisi berbagai polutan

di udara?”

1.3 Tujuan Penulisan

“Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat adanya emisi berbagai

polutan di udara”

Page 5: (Makalah)_Kelompok 4 Kimia Atmosfer

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hasil dan Data Penelitian

Kualitas lingkungan merupakan determinan penting terhadap kesehatan

penduduk dunia. Penurunan kualitas lingkungan memiliki peran terhadap

terjadinya berbagai dampak pada lingkungan itu sendiri, khususnya lingkungan

atmosfer atau udara. Apalagi ketika kita sudah berbicara tentang global warming

atau pemanasan global seperti telah dijelaskan pada latar belakang di atas. Suhu

rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0,74 ± 0,18 °C (1,33 ±

0,32 °F) selama seratus tahun terakhir ini.

Hal ini tentu akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas udara itu

sendiri. Salah satu polutan yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas

udara, yaitu CO2. Khan (2008) mencatat bahwa negara maju menyumbangkan 80%

emisi CO2. Pendapat tersebut didukung oleh data 10 negara yang mempunyai

kontribusi terbesar terhadap persentase emisi CO2 total, yaitu AS (22%), Cina

(18%), Rusia (5%), India (4,9%), Jepang (4,6%), Jerman (3,1%), Kanada (2,3%),

Inggris (2,2%), Korea Selatan (1,7%), dan Italia (1,6%).

Terkait masalah kualitas udara, kemacetan lalu lintas yang terjadi di

Indonesia misalnya ikut memberikan pengaruh terhadap perubahan kondisi udara.

Pemanfaatan energi fosil sampai saat ini cukup mengkhawatirkan karena semakin

menipisnya sumber energi juga efek negatif yang ditimbulkan akibat

meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (SO2 dan NO2).

Perkembangan volume lalu lintas di perkotaan Indonesia mencapai 15%

pertahun. Transportasi di kota-kota besar merupakan sumber pencemaran udara

terbesar di mana 70% pencemaran udara di perkotaan disebabkan oleh aktivitas

kendaraan bermotor. Parameter polusi udara dari kendaraan bermotor seperti

Page 6: (Makalah)_Kelompok 4 Kimia Atmosfer

nitrogen oksida (NOx) dan sulfur dioksida (SOx) tentu akan menimbulkan efek

terhadap pemanasan global.

Penelitian oleh M. Akrom, P. Marwoto, dan Sugianto berhasil membuat

MMC berbasis teknologi metalurgi serbuk dengan memanfaatkan aluminium dari

limbah kaleng minuman dan aditif abu sekam padi di mana dari analisis XRD

ditemukan bahwa terjadi penyebaran unsur utama Al, Si, senyawa SiC, serta

timbul senyawa stabil MgAl O , Al O yang bersifat konstruktif yang dapat

memberikan sifat mekanis yang baik bagi komposit, dan senyawa destruktif Al C

yang bersifat korosif.

Berikut disajikan tabel tentang konsentrasi polutan, yaitu SO2 dan NO2

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Radyan Putra Pradana dan Eko Heriyanto

terhadap kualitas udara di gerbang tol Cikampek pada saat arus mudik.

Tabel 1. Nilai rata-rata konsentrasi polutan dan faktor meteorologi pada saat arus mudik

Pukul

SO2 NO2 (ppm) Suhu (C) Kelembaban (%)

15.00 0,208917 0,016417 32,04348 60,1304316.00 1,234633 0,021967 30,37333 67,333317.00 1,277 0,014125 28,885 75,6518.00 0,0994 0,0042 27,81167 80,8166719.00 0,026233 0,004 27,54333 83,2666720.00 0,00825 0,003 27,81875 82,625

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Bayu Fitra Perdana Setyawan, Trika

Pitana, dan Dwi Priyanta berdasarkan perhitungan estimasi dan sebaran emisi dari

data AIS, GIS, dan data sekunder lainnya tentang jumlah emisi untuk masing-

masing kapal berdasarkan bendera atau negaranya menunjukkan bahwa jumlah

total emisi untuk NOx sebesar 932 kg/jam, SOx sebesar 1446 kg/jam, CO 1731,7

kg/jam, CO2 adalah sebesar 528 kg/jam, dan PM sebesar 29,53 kg/jam. Diketahui

pula penyumbang emisi terbesar adalah kapal berbendera Indonesia dengan

jumlah NOx sebesar 402,9 kg/jam, SOx sebesar 758,45 kg/jam, CO sebesar

967,13 kg/jam, dan CO2 sebesar 277,46 kg/jam, dan PM sebesar 15,52 kg/jam.

Page 7: (Makalah)_Kelompok 4 Kimia Atmosfer

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa emisi GHG (greenhouse gases)

di Indonesia telah mencapai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Berikut

disajikan tabel tentang perbandingan potensi pemanasan global dari jenis-jenis

GHG dengan CO2 sebagai acuannya.

Tabel 2. Indeks Potensi Pemanasan Global (Global Warming Potential Index)No. Jenis GHG Sumber Global Warming Potential Index

1. CO2 Pembakaran bahan bakar fosil 1oleh sektor energi, industri,transportasi, deforestasi, pertanian

2. CH4 Pertanian, perubahan sistem lahan, 21pembakaran biomassa,pemakain lahan

3. N2O Pembakaran bahan bakar fosil 310oleh industri dan pertanian

4. HFCs Industri manufaktur, pendingin (freon), 500penggunaan erosol

5. SF6 Transmisi listrik, industri manufaktur, 9.200pendingin (freon), penggunaan erosol

Sumber: MenLH (2007).

2.2 Pembahasan Hasil dan Data Penelitian

Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dipelajari series data yang terbaik

untuk dianalisis pada tanggal 18 September 2009 dan rentang waktu antara pukul

15.00 - 20.00 WIB yang terlihat bahwa rata - rata suhu udara yang paling tinggi

terjadi pada pukul 15.00 WIB dan kelembaban udara tertinggi pada pukul 19.00

WIB (83,27%). Konsentrasi rata-rata polutan paling tinggi yang terukur untuk

NO2 dan SO2 pada arus mudik ini masing-masing terdapat pada pukul 16.00 WIB

dan 17.00 WIB. Besarnya kandungan gas SO2 di lokasi pengamatan disinyalir

karena sebelum dilakukan sampling, hujan tidak pernah turun sekitar dua minggu.

Akibatnya, gas buangan kendaraan masih terdapat di udara, belum

diencerkan oleh air hujan. Hal ini ditunjukkan dengan kelembapan udara saat itu,

yakni sebesar 83,27 %. Suhu rata-rata pada saat sampling juga menunjukkan

teriknya panas matahari sebesar 32C. Faktor lainnya yang menyebabkan

Page 8: (Makalah)_Kelompok 4 Kimia Atmosfer

tingginya kadar SO2 di lokasi pengamatan juga dipengaruhi oleh banyaknya

kendaraan bermesin diesel dan bensin yang melewati jalan tersebut dengan

pembakaran tidak sempurna yang memberikan kontribusi besar terhadap

meningkatnya gas SO2 di udara.

Adapun tabel 2 menunjukkan bahwa CO2, CH4, dan N2O berkontribusi besar

terhadap GHG dengan CO2 sebagai kontributor utama. Dalam waktu bersamaan,

kontribusi HFCs, PFCs, dan SF6 sangat kecil, yaitu kurang dari 1% dari total

GHG. Namun, ketiga jenis GHG tersebut mempunyai potensi pemanasan global

yang lebih tinggi dibandingkan CO2, CH4, and N2O. Berbagai studi membuktikan

bahwa meningkatnya emisi CO2 didorong oleh meningkatnya jumlah penduduk

dan aktivitas ekonomi yang menjadi faktor pendorong yang bersifat

anthropogenic selain teknologi (Dietz dan Rosa, 1997; Shi, 2001; Rosa dan York,

2002; Neumayer, 2004; dan Martinez-Zarzoso, 2006).

Para ahli juga sepakat bahwa emisi GHG terkait dengan berbagai aktivitas

manusia seperti terlihat pada tabel di atas. Pada dasarnya, sumber emisi GHG

dapat berasal dari dua sumber, yaitu sumber yang bergerak dan seperti sektor

transportasi dan sumber yang bersifat tetap seperti sektor industri, domestik dan

komersial, serta kehutanan. IPCC (2007) melaporkan bahwa dalam skala global,

meningkatnya GHG tahun 1970-2004 kebanyakan berasal dari penawaran energi,

transportasi, dan industri, sedangkan sektor domestik dan komersial, kehutanan,

serta pertanian mempunyai kontribusi yang relatif kecil.

Telah dijelaskan sebelumnya juga bahwa meningkatnya konsentrasi gas-gas

rumah kaca kemungkinan besar disebabkan oleh aktivitas manusia itu sendiri

(aktivitas antropogenik) di samping proses alami. Aktivitas antropogenik seperti

berasal dari cerobong asap industri atau pabrik, pembangkit listrik tenaga

batubara, industri bahan-bahan kimia seperti terlihat pada tabel 2 di atas, maupun

kendaraan bermotor seperti terlihat pada tabel 1 di atas. Sedangkan, proses alami

seperti kebakaran hutan dan letusan gunung berapi yang mungkin saja

mengakibatkan fenomena hujan asam akibat dihasilkannya gas SO2, aerosol, dsb.

2.3 Solusi

Page 9: (Makalah)_Kelompok 4 Kimia Atmosfer

Dengan disadarinya efek global warming atau pemanasan global yang

terjadi saat ini, Erwansyah Lubis menyatakan bahwa kebutuhan akan pembangkit

energi listrik (PEL) yang bersih dan mampu memenuhi kesehatan serta

keselamatan lingkungan merupakan suatu solusi yang mampu mengurangi

dampak emisi berbagai polutan terhadap atmosfer, khususnya parameter CO2.

PEL dengan bahan bakar uranium telah terbukti mengurangi penumpukan CO2 di

atmosfer dalam skala yang besar. Tiap 22 ton Uranium (26 ton U3O8) yang

digunakan dalam satu PLTN mengurangi emisi 1 juta ton CO2 dari pengopersaian

PLTB. Pemanasan global yang terjadi oleh adanya GRK yang terus meningkat

dapat dikurangi melalui pemanfaatan PLTN dalam PEL.

Sedangkan menurut Deni Kusumawardani, ada dua rekomendasi yang

ditawarkan. Pertama, mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dengan

mengembangkan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Indonesia

memiliki potensi energi yang dapat diperbaharui seperti tenaga angin dan panas

bumi. Kedua, mengembangkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi energi

melalui aktivitas penelitian dan pengembangan. Solusi tersebut ditawarkan karena

emisi CO2 yang dihasilkan dari penggunaan energi di Indonesia, terutama dari

sektor industri, terkait dengan dua alasan seperti telah dijelaskan di atas, yaitu

intensitas penggunaan energi yang tinggi dan didominasi oleh energi fosil,

terutama minyak, serta tingkat efisiensi energi yang rendah.

Page 10: (Makalah)_Kelompok 4 Kimia Atmosfer

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Merujuk kepada rumusan masalah, yaitu tentang dampak yang ditimbulkan

akibat adanya emisi berbagai polutan di udara, dapat disimpulkan bahwa dampak

yang ditimbulkan tentu akan mempengaruhi kualitas dari udara itu sendiri. Polusi

udara yang terdapat pada emisi gas buangan kendaraan seperti nitrogen oksida

(NOx), karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan sulfur oksida (SOx) juga

sedikit banyaknya memberikan kontribusi terhadap meningkatnya konsentrasi gas-

gas rumah kaca yang berdampak pada pemanasan global. Jadi, sangat jelas bahwa

emisi polutan tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas udara

yang tentu saja akan berujung pada global warming atau pemanasan global.

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar kita memberikan perhatian khusus terhadap

masalah lingkungan yang telah menjadi masalah yang kompleks dan serius.

Tentunya, di samping tetap menjalankan aktivitas antropogenik, kita jangan lupa

untuk tetap melakukan suatu upaya guna meminimalisir dampak negatif dari

aktivitas tersebut. Salah satunya melalui penghematan energi fosil yang dapat

menghasilkan berbagai polutan dan mengembangkan energi alternatif yang ramah

lingkungan.

Page 11: (Makalah)_Kelompok 4 Kimia Atmosfer

DAFTAR PUSTAKA

A. To Timpa A. Rahman: Agusta Kurniawan. 2010. “Pengaruh Letusan Gunung

Sinabung Terhadap Pengukuran Deposisi Asam di bukit Kototabang”. Megasains:

Vol. 1/No. 4 hlm 218-119

Ainun Muchlisah: Deni Kusumawardani. 2009. “Emisi CO2 dari Penggunaan

Energi di Indonesia: Perbandingan Antar Sektor”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis:

Vol. 6/No. 2 hlm. 176-187

Fairuzy Bahar: M. Akrom, P. Marwoto, dan Sugianto. 2010. “Pembuatan

MMC Berbasis Teknologi Metalurgi Serbuk Dengan Bahan Baku Aluminium dari

Limbah Kaleng Minuman dan Aditif Abu Sekam Padi”. Jurnal Pendidikan

Fisika Indonesia: hlm. 14-19

Meilson: Radyan Putra Pradana, Eko Heriyanto . 2009. “Analisis Pemantauan

Kualitas Udara pada Saat Arus Mudik dan Balik Lebaran di Gerbang Tol

Cikampek Tahun 2009”. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika: Vol. 12/No. 3 hlm.

261- 269

Rezki Malinda: Bayu Fitra Perdana Setyawan, Trika Pitana, Dwi Priyanta. 2010.

“Estimasi Pencemaran Udara dari Transportasi Laut di Daerah Shore Line Selat

Madura dengan Menggunakan Data Automatic Identification System (AIS) dan

Sistem Informasi Geografis (SIG)”.

Wisfer: Erwansyah Lubis. 2010. “Keselamatan Lingkungan dan Kecelakaan

dalam Produksi Energi Listrik”. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah: Volume

13 Nomor 2 hlm. 32-38