makalah tami

12
Kinerja dan Manfaat Multiprotocol Label Switching (MPLS) Didalam Jaringan IP Elvanno Hatorangan Mahasiswa Program Studi Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Bandung Email :[email protected] Abstrak MPLS merupakan sebuah teknologi yang dapat digunakan sebagai metode untuk menyelesaikan permasalahan jaringan backbone seperti delay, skalabilitas, quality of service dan traffic engineering. MPLS telah membuktikan kapasitasnya dalam mengintegrasikan layanan – layanan baru dan layanan konvensional sehingga pengembangan jaringan dapat lebih efektif. Teknologi MPLS mempersingkat proses-proses yang ada di IP Routing Tradisional dengan mengandalkan sistem label switching. Melalui teknologi MPLS performa jaringan IP dapat lebih ditingkatkan. Kata kunci: MPLS, Jaringan, Performa, Switching. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan aplikasi multimedia meningkat secara pesat. Tentu saja hal ini harus diikuti dengan peningkatan akan quality of service, reliability dan security yang merupakan komponen penting dalam sebuah jaringan backbone internet berskala besar. Dominasi IP (Internet Protocol ) dalam teknologi jaringan membuat berbagai macam aplikasi seperti video, voice dan data dapat dipastikan tergabung kedalam sebuah jaringan berbasis IP. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan peningkatan kinerja pada fungsi linking, routing dan switching yang diwujudkan oleh Multiprotocol Label Switching (MPLS). MPLS bekerja untuk meningkatkan traffic didalam jaringan berbasis IP dengan cara memadukan element pada layer 2 (Data Link) dan 3 (Network) dari Open System Interconnection Model (OSI). Rangkaian penggabungan kedua layer ini dinamakan label-Switching. Protokol - protokol layer 3 yang digunakan adalah protokol protokol yang umum digunakan seperti IP, IPX, Apple Talk, CLNP dan lain –lain. Karena kemampuannya tersebut maka skema label-switching disebut dengan multi-protocol . Selain itu sistem traffic-engineering jaringan MPLS mampu menyokong sistem – sistem pengiriman data yang telah ada sebelumnya seperti IP dan ATM. Beberapa keuntungan yang ditawarkan oleh MPLS adalah : 1. Mengurangi kompleksitas pengolahan di layer 3 dan memperbaiki kinerja pengiriman data melalui teknik routing yang baru. 2. MPLS dapat digabungkan dengan sistem yang telah ada seperti ATM dan IP sehingga dapat mempermudah pengembangan jaringan. 1

Upload: lambok-branner-nababan

Post on 20-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Tami

Kinerja dan Manfaat Multiprotocol Label Switching (MPLS) Didalam Jaringan IP

Elvanno HatoranganMahasiswa Program Studi Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Bandung

Email :[email protected]

Abstrak

MPLS merupakan sebuah teknologi yang dapat digunakan sebagai metode untuk menyelesaikan permasalahan jaringan backbone seperti delay, skalabilitas, quality of service dan traffic engineering. MPLS telah membuktikan kapasitasnya dalam mengintegrasikan layanan – layanan baru dan layanan konvensional sehingga pengembangan jaringan dapat lebih efektif.

Teknologi MPLS mempersingkat proses-proses yang ada di IP Routing Tradisional dengan mengandalkan sistem label switching. Melalui teknologi MPLS performa jaringan IP dapat lebih ditingkatkan.

Kata kunci: MPLS, Jaringan, Performa, Switching.

1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan aplikasi multimedia meningkat secara pesat. Tentu saja hal ini harus diikuti dengan peningkatan akan quality of service, reliability dan security yang merupakan komponen penting dalam sebuah jaringan backbone internet berskala besar. Dominasi IP (Internet Protocol) dalam teknologi jaringan membuat berbagai macam aplikasi seperti video, voice dan data dapat dipastikan tergabung kedalam sebuah jaringan berbasis IP. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan peningkatan kinerja pada fungsi linking, routing dan switching yang diwujudkan oleh Multiprotocol Label Switching (MPLS).

MPLS bekerja untuk meningkatkan traffic didalam jaringan berbasis IP dengan cara memadukan element pada layer 2 (Data Link) dan 3 (Network) dari Open System Interconnection Model (OSI). Rangkaian penggabungan kedua layer ini dinamakan label-Switching. Protokol - protokol layer 3 yang digunakan adalah protokol – protokol yang umum digunakan seperti IP, IPX, Apple Talk, CLNP dan lain –lain. Karena kemampuannya tersebut maka skema label-switching disebut dengan multi-protocol.Selain itu sistem traffic-engineering jaringan MPLS mampu menyokong sistem – sistem pengiriman data yang telah ada sebelumnya seperti IP dan ATM.

Beberapa keuntungan yang ditawarkan oleh MPLS adalah :

1. Mengurangi kompleksitas pengolahan di layer 3 dan memperbaiki kinerja pengiriman data melalui teknik routing yang baru.

2. MPLS dapat digabungkan dengan sistem yang telah ada seperti ATM dan IP

sehingga dapat mempermudah pengembangan jaringan.

3. MPLS menyediakan layanan pengiriman data dengan dilengkapi oleh QOS yang terjamin. Paket dapat ditandai sesuai kebutuhan kualitasnya.

4. MPLS menyediakan pengamanan yang cukup baik seperti yang diterapkan pada frame relay dengan mengurangi proses enkripsi jaringan IP.

5. MPLS menawarkan standar baru yang memungkinkan penggunaan secara multivendor.

1.2 TujuanTujuan paper ini adalah untuk memberikan

sebuah pembahasan mengenai kinerja dan manfaat teknologi pengiriman data baru yaitu MPLS yang dapat meningkatkan kinerja traffic-engineering didalam jaringan berbasis IP.

1.3 Batasan MasalahMasalah yang akan dibahas pada paper ini

mencakup bagaimana cara kerja MPLS, teknologi yang digunakan, manfaat, dan implementasi MPLS dalam jaringan IP.

2 Dasar Teori2.1 IP Network

IP merupakan standar komunikasi jaringan paket data bersistem UNIX, yang kemudian menjadi standar komunikasi global. IP itu sendiri merupakan salah satu protokol lapisan jaringan network (layer dalam model OSI) atau protokol lapisan internetwork (layer dalam DoD model).

IP berfungsi untuk mengantarkan paket data dari sumber ke tujuan berdasarkan alamatnya. Untuk

1

Page 2: Makalah Tami

tujuan tersebut IP menggunakan serangkaian metode dan struktur pengalamatan yang dikenal dengan encapsulation. Proses ini berlangsung dari layer paling atas hingga layer yang paling bawah.

Gbr. 1 – Model OSI

Paket data dalam jaringan IP merupakan blok data yang dilengkapi dengan informasi alamat yang diperlukan untuk mengantarkan data tersebut. Setiap paket diantarkan secara terpisah tanpa saling berhubungan. Format paket data itu sendiri disebut dengan datagram yang terdiri atas header dan data. Header tersebut mengandung informasi alamat dan fungsi kontrol lainnya.

Gbr. 2 – Model OSI

2.1.1 Routing IPPaket data akan diantarkan sesuai dengan alamat

tujuan yang tercantum di header. Paket akan langsung diantarkan apabila berada didalam jaringan yang sama. Akan tetapi apabila paket berada di jaringan luar, maka paket tersebut akan dikirimkan dengan mekanisme yang disebut routing. Perangkat yang digunakan untuk memilih, mengirim dan menerima paket IP antar jaringan disebut router.

Sebagian besar routing protocol saat ini bekerja berdasarkan algoritma yang di desain untuk mencari jalur terpendek untuk mengirimkan data. Setiap

router saling bertukar informasi dan menghitung jalur terbaik yang dapat digunakan di setiap hop.

Routing protocol ini tidak menyertakan metric – metric tambahan seperti delay, jitter dan traffic congestion, padahal unsur – unsur tersebut sangat berpengaruh pada unjuk kerja jaringan.

Proses routing dalam jaringan IP tidak menyertakan mekanisme pemeliharaan QoS. Protokol yang umum digunakan seperti TCP memungkinkan jaminan validitas data akan tetapi memiliki banyak kelemahan seperti delay yang terlalu besar untuk aplikasi multimedia seperti video dan suara.

2.1.2 QoSBerbagai jenis aplikasi memiliki kebutuhan yang

berbeda. Misalkasn transmisi data sangat sensitive pada error tapi kurang sensitif terhadap delay, sebaliknya komunikasi suara sangat sensitif terhadap delay tapi kurang sensitif terhadap error. Tabel dibwah ini memperlihatkan tingkat kepekaan performansi yang dibutuhkan untuk layanan berbeda.

Tabel 1. – Kepekaaan Performansi

Skema yang sering digunakan untuk mengelola QoS adalah skema Integrated Service (IntServ) dan Differentiated Services (DiffServ). IntServ bertujuan untuk menyediakan bandwidth untuk traffic dari ujung ke ujuung, sedangkan DiffServ membagi traffic kedalam kelas – kelas yang diberi perlakuan berbeda.

A. Integrated ServiceArsitektur IntServ berdasar pada sistem

pencadangan sumberdaya per aliran trafik. Setiap aplikasi harus mengajukan permintaan bandwidth menggunakan Reservation Protocol (RSVP) agar dapat melakukan transmisi data.

Permasalahan pada IntServ adalah skalabilitas. Setiap node di network harus mengakui dan mengenali mekanisme ini dengan cara melakukan refresh secara berkala dan ditambah lagi dengan berlipatnya protokol RSVP untuk setiap aliran traffic. Berikut ini permasalahan umum yang dihadapi :

Jumlah informasi akan bertambah seiring bertambahnya aliran. Hal ini mengakibatkan paket akan membesar dan pemrosesan yang lebih lama di

2

Page 3: Makalah Tami

router. Oleh karena itu arsitektur ini tidak cocok digunakan pada internet core.

Kebutuhan router sangat tinggi. Semua router harus memiliki RSVP

Karena alasan – alasan tersebut aplikasi IntServ hanya cocok untuk komunikasi voice dan video, tapi tidak cocok untuk aplikasi yang alirannya banyak dengan dengan karakteristik paket yang kecil.

B. Differentitated ServicesIETF mengeluarkan standarisasi

Differentiated Services (DiffServ) dengan tujuan mengatasi masalah skalabilitas yang dialami oleh IntServ. Diffserv menyediakan diferensiasi layanan, dengan membagi trafik atas kelas – kelas, dan memperlakukan setiap kelas secara berbeda. Jumlah informasi bergantung pada jumlah kelas bukan besarnya traffic yang digunakan.

Identifikasi dilakukan dengan cara memasang kode DiffServ yang disebut DiffServ code point (DSCP) kedalam paket IP. DiffServ mengambil field IP TOS (type of service) didalam header IP dan menggantinya dengan DS byte dan menggunakannya untuk membawa informasi mengenai layanan paket IP yang dibutuhkan. Dengan cara ini, klasifikasi paket melekat pada paket, dan dapat diakses tanpa protokol pensinyalan tambahan.

Gbr. 3 – DSCP

2.2 MPLS2.2.1 Komponen MPLS

MPLS merupakan sebuah perpaduan antara teknik pengiriman yang bersifat connection-oriented dengan protokol – protokol routing yang digunakan di internet. Tujuan dari MPLS tidak lain adalah untuk mempercepat proses pengiriman data.

Gbr. 4 – MPLS

Network MPLS terdiri atas sirkit yang disebut dengan label-switched path (LSP) yang menghubungkan titik yang menentukan jalur mana yang akan dilalui oleh paket, titik ini disebut dengan label-switched router (LSR). LSR pertama disebut dengan ingress, sedangkan LSR terakhir disebut dengan egress. Jalur paket data ini tidak selamanya bergantung pada jalur terpendek yang telah ditentukan oleh protokol routing.

Gbr. 5 – Penggunaan LSR

LSP berkaitan erat dengan forwarding equivalence class (FEC), yang merupakan kumpulan paket – paket yang bertipe sama dan menerima perlakuan routing yang sama dalam sebuah LSR. FEC dapat berbasis rute IP address yang sama atau berbasis kebutuhan layanan yang sama, contohnya low latency.

2.2.2 Enkapsulasi PaketMPLS melakukan enkapsulasi paket IP dengan

memasang header MPLS. Header MPLS terdiri atas 32 bit data, termasuk 20 bit label, 2 bit eksperimen, dan 1 bit identifikasi stack, serta 8 bit TTL. Label memiliki panjang yang bersifat tetap, dan merupakan satu-satunya tanda identifikasi paket. Label digunakan untuk proses forwarding, termasuk proses traffic engineering.

3

Page 4: Makalah Tami

Gbr. 6 – Enkapsulasi MPLS

Setiap LSR memiliki tabel yang disebut label-information base (LIB). Tabel itu berisi informasi bagaimana paket dapat dikirim, informasi tersebut berisi pemetaan label masuk, label keluar, port yang digunakan dan link ke LSR berikutnya. Saat LSR menerima paket, label paket akan dibaca, kemudian diganti dengan label keluar, lalu paket dikirimkan ke LSR berikutnya.

Gbr. 7 – Jaringan MPLS

Selain paket IP, paket MPLS juga bisa dienkapsulasikan kembali dalam paket MPLS. Maka sebuah paket bisa memiliki beberapa header, proses ini disebut dengan label-stack. Label-stacking memungkinkan MPLS membedakan tipe dari aliran data. Proses label-stacking ini sering digunakan untuk membuat tunnels pada jaringan MPLS untuk aplikasi Virtual Private Network (VPN).

2.2.3 Distribusi LabelProses melengkapi tabel di setiap LSR dilakukan

dengan protokol distribusi label. Ini mirip dengan protokol pensinyalan di ATM, sehingga sering juga disebut protokol pensinyalan MPLS. Salah satu protokol ini adalah LDP (Label Distribution Protocol) .

Komponen MPLS yang bertugas dala proses ini adalah Edge Label Switching Routers (ELSR). Edge Label Switching Routers ini terletak pada perbatasan jaringan MPLS, dan berfungsi untuk mengaplikasikan label ke dalam paket-paket yang masuk ke dalam jaringan MPLS. Sebuah MPLS Edge Router akan menganalisa header IP dan akan menentukan label yang tepat untuk dienkapsulasi ke dalam paket tersebut ketika sebuah paket IP masuk ke dalam jaringan MPLS. Ketika paket yang

berlabel meninggalkan jaringan MPLS, maka Edge Router yang lain akan menghilangkan label yang disebut Label Switches. Perangkat Label Switches ini berfungsi untuk menswitch paket-paket ataupun sel-sel yang telah dilabeli berdasarkan label tersebut. Label Switches ini juga mendukung Layer 3 routing ataupun Layer 2 switching untuk ditambahkan dalam label switching. Operasi dalam label switches memiliki persamaan dengan teknik switching yang biasa dikerjakan dalam ATM.

LDP hanya memiliki feature dasar dalam melakukan forwarding. Komunikasi LDP antar perangkat dibangun didalam sebuah jaringan MPLS. Informasi yang bertukar dalam sesi komunikasi ini adalah:

Discovery messages - mengumumkan dan memantau kehadiran LSR di jaringan.

Session messages - membangun, memantau, dan memutuskan komunikasi antar cabang LDP.

Advertisement messages – membuat, mengganti, dan menghapus label pemetaan untuk FEC.

Notification messages – menyediakan informasi mengenai laporan dan sinyal error.

Untuk meningkatkan kemampuan mengelola QoS dan rekayasa trafik, beberapa protokol distribusi label lain telah dirancang dan dikembangkan juga. Yang paling banyak disarankan adalah CR-LDP (constraint-based routing LDP) dan RSVP-TE (RSVP dengan ekstensi Traffic Engineering).

2.3 Traffic MPLSRekayasa trafik (traffic engineering, TE) adalah

proses pemilihan saluran data traffic untuk menyeimbangkan beban trafik pada berbagai jalur dan titik dalam network. Tujuan akhirnya adalah memungkinkan operasional network yang andal dan efisien, sekaligus mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dan performansi trafik.

MPLS-TE terdiri atas komponen-komponen: manajemen path, penempatan trafik, penyebaran keadaan network, dan manajemen network.

2.3.1 Manajemen PathManajemen path merupakan serangkaian proses

pemilihan rute dan pemeliharaan tunnel LSP secara eksplisit berdasarkan kriteria – kriteria dan aturan tertentu. Proses ini dapat dilakukan secara manual atau otomatis. Secara otomatis pemilihan rute dilakukan dengan menggunakan proses routing yang bersifat constrain-based yaitu routing yang mengkalkulasi berbagai alternatif untuk memenuhi spesifikasi administratif. Proses routing ini bertujuan untuk mengurangi pekerjaan manual didalam TE.

Setelah pemilihan selesai, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah penempatan path dengan menggunakan protokol pensinyalan, yang juga

4

Page 5: Makalah Tami

merupakan protokol distribusi label. Ada dua protokol jenis ini yang sering dianjurkan untuk dipakai, yaitu RSVP-TE dan CR-LDP.

Manajemen path juga mengelola pemeliharaan path, yaitu menjaga path selama masa transmisi, dan mematikannya setelah transmisi selesai.

Terdapat sekelompok atribut yang melekat pada LSP dan digunakan dalam operasi manajemen path. Atribut-atribut itu antara lain: Atribut parameter trafik, adalah karakteristrik

trafik yang akan ditransferkan, termasuk nilai puncak, nilai rerata, ukuran burst yang dapat terjadi, dll. Ini diperlukan untuk menghitung resource yang diperlukan dalam trunk trafik.

Atribut pemilihan dan pemeliharaan path generik, adalah aturan yang dipakai untuk memilih route yang diambil oleh trunk trafik, dan aturan untuk menjaganya tetap hidup.

Atribut prioritas, menunjukkan prioritas pentingnya trunk trafik, yang dipakai baik dalam pemilihan path, maupun untuk menghadapi keadaan kegagalan network.

Atribut pre-emption, untuk menjamin bahwa trunk trafik berprioritas tinggi dapat disalurkan melalui path yang lebih baik dalam lingkungan DiffServ. Atribut ini juga dipakai dalam kegiatan restorasi network setelah kegagalan.

Atribut perbaikan, menentukan perilaku trunk trafik dalam kedaan kegagalan. Ini meliputi deteksi kegagalan, pemberitahuan kegagalan, dan perbaikan.

Atribut policy, menentukan tindakan yang diambil untuk trafik yang melanggar, misalnya trafik yang lebih besar dari batas yang diberikan. Trafik seperti ini dapat dibatasi, ditandai, atau diteruskan begitu saja.

Atribut-atribut ini memiliki banyak kesamaan dengan network yang sudah ada sebelumnya. Maka diharapkan tidak terlalu sulit untuk memetakan atribut trafik trunk ini ke dalam arsitektur switching dan routing network yang sudah ada.

2.3.2 Penempatan TrafficSetelah LSP dibentuk, trafik harus dikirimkan

melalui LSP. Manajemen trafik berfungsi mengalokasikan trafik ke dalam LSP yang telah dibentuk. Ini meliputi fungsi pemisahan, yang membagi trafik atas kelas-kelas tertentu, dan fungsi pengiriman, yang memetakan trafik itu ke dalam LSP.

Hal yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah distribusi beban melewati deretan LSP. Umumnya ini dilakukan dengan menyusun semacam pembobotan baik pada LSP-LSP maupun pada trafik-trafik. Ini dapat dilakukan secara implisit maupun eksplisit.

2.3.3 Penyebaran Informasi Keadaan Network

Penyebaran ini bertujuan membagi informasi topologi network ke seluruh LSR di dalam network. Ini dilakukan dengan protokol gateway seperti IGP yang telah diperluas.

Perluasan informasi meliputi bandwidth link maksimal, alokasi trafik maksimal, pengukuran TE default, bandwidth yang dicadangkan untuk setiap kelas prioritas, dan atribut-atribut kelas resource. Informasi-informasi ini akan diperlukan oleh protokol pensinyalan untuk memilih routing yang paling tepat dalam pembentukan LSP.

2.3.4 Manajemen NetworkManajemen network meliputi konfigurasi

network, pengukuran network, dan penanganan kegagalan network.

Pengukuran terhadap LSP dapat dilakukan seperti pada paket data lainnya. Traffic flow dapat diukur dengan melakukan monitoring dan menampilkan statistika hasilnya. Path loss dapat diukur dengan melakukan monitoring pada ujung-ujung LSP, dan mencatat trafik yang hilang. Path delay dapat diukur dengan mengirimkan paket probe menyeberangi LSP, dan mengukur waktunya. Notifikasi dan alarm dapat dibangkitkan jika parameter-parameter yang ditentukan itu telah melebihi ambang batas.

2.3.5 Protokol PensinyalanProtokol pensinyalan berfungsi sebagai salah

satu cara memilih path secara otomatis didalam MPLS-TE. Dua protokol pensinyalan yang umum digunakan untuk MPLS-TE adalah CR-LDP dan RSVP-TE. RSVP-TE memperluas protokol RSVP yang sebelumnya telah digunakan untuk IP, untuk mendukung distribusi label dan routing eksplisit. Sementara itu CR-LDP memperluas LDP yang sengaja dibuat untuk distribusi label, agar dapat mendukung pensinyalan berdasar QoS dan routing eksplisit.

CR-LDP dan RSVP-TE bersifat constraint-based dalam melakukan kalkulasi routing. Keduanya menggunakan informasi QoS yang sama untuk menyusun routing eksplisit dengan alokasi resource yang sama. Perbedaan utamanya adalah dalam meletakkan layer tempat protokol pensinyalan bekerja. CR-LDP adalah protokol yang bekerja di atas TCP atau UDP, sedangkan RSVP-TE bekerja langsung di atas IP. Perbandingan kedua protokol ini dipaparkan dalam tebal berikut.

5

Page 6: Makalah Tami

Tabel 2. – Perbandingan Protokol Pensinyalan

2.4 Implementasi QoS pada MPLSSeperti yyang telah dijelaskan sebelumnya QoS

merupakan faktor pening bagi sebagian besar aplikasi yang berada di jaringan. Untuk membangun jaringan lengkap dengan implementasi QoS dari ujung ke ujung, diperlukan penggabungan secara menyeluruh, yaitu implementasi QoS di access network dan QoS di core network.

MPLS merupakan teknologi yang sangat tepat apabila kita menginginkan QoS yang optimal di core network. Sedangkan untuk implementasi QoS di access network Ada beberapa alternatif yang sangat tergantung pada jenis aplikasi yang digunakan customer.

2.4.1 MPLS dengan IntServBaik RSVP-TE maupun CR-LDP mendukung

IntServ. RSVP-TE lebih alami untuk soal ini, karena RSVP sendiri dirancang untuk model IntServ. Namun CR-LDP memiliki keunggulan karena menggunakan TCP yang dikenal memiliki mekanisme pengiriman reliable.

Permintaan reservasi dilakukan dengan pesan path di RSVP-TE atau Label Request di CR-LDP. Di ujung penerima, egress akan membalas dengan pesan RESV untuk RSVP-TE atau Label Mapping untuk CR-LDP, dan kemudian resource LSR langsung tersedia bagi aliran trafik dari ingress. Perbedaan arsitektur antara keduanya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. – Perbandingan Arsitektur CR-LDP dan RSVP-TE

2.4.2 MPLS dengan DiffServDukungan untuk DiffServ dilakukan dengan

membentuk LSP khusus, dinamai L-LSP, yang secara administratif akan dikaitkan dengan perlakukan khusus pada tiap kelompok PHB. Alternatif lain adalah dengan mengirim satu LSP bernama E-LSP untuk setiap kelompok PHB.

Beda L-LSP dan E-LSP adalah bahwa E-LSP menggunakan bit-bit EXT dalam header MPLS untuk menunjukkan kelas layanan yang diinginkan; sementara L-LSP membedakan setiap kelas layanan dalam label itu sendiri. Baik RSVP-TE dan LDP dapat digunakan untuk mendukung LSP khusus untuk model DiffServ ini.

3. Pembahasan3.1 Alternatif Jaringan 3.1.1 ATM

Sesuai spesifikasi ITU, ATM telah memiliki implementasi QoS yang sangat baik dengan adanya diferensiasi layanan. Kontrak trafik dengan user selalu meliputi jenis trafik dan QoS yang dibutuhkan.

Kelemahan implementasi langsung ATM adalah bahwa customer harus menyediakan terminal ATM pada instalasi mereka. Ini bukan soal mudah, karena sebagian besar customer diperkirakan hanya akan menggunakan perangkat IP. Keharusan mengadakan perangkat baru akan mengurangi minat menggunakan layanan ini.

3.1.2 IP Over ATMSkema IP over ATM adalah skema yang

membedakan teknologi antara core network dan access network. ATM akan bertugas di core network, sedangkan interface ke customer menggunakan IP.

Customer dapat langsung berkomunikasi dengan IP dari instalasi mereka tanpa perangkat tambahan. Customer yang memiliki kebutuhan network bukan IP dapat langsung terhubung dengan struktur ATM yang juga tersedia. Kontrak trafik akan menyebutkan apakah pelanggan akan terhubung ke router IP atau switch ATM.

Gbr. 8 – Jaringan IP Over ATM

6

Page 7: Makalah Tami

Konfigurasi IP over ATM umumnya membutuhkan pembentukan PVC antara router di tepian network ATM. Routing IP dan switching ATM merupakan proses yang sama sekali terpisah dan tidak saling mempengaruhi. Artinya pembentukan routing IP sama sekali tidak mempertimbangkan topologi network ATM. Ada potensi masalah di sini. Bagi network ATM, proses ini dapat menurunkan efisiensi total, karena PVC dilihat oleh IP sebagai sebuah link tunggal yang cost dan prioritasnya sama dengan link lainnya. Bagi IP, jika sebuah link ATM putus, beberapa link antar router dapat terputus, mengakibatkan masalah pada update data routing sekaligus dalam jumlah besar.

3.1.3 MPLSMPLS bersifat alami bagi dunia IP, oleh karena

itu sebenarnya jaringan IP over ATM dapat digantikan oleh sebuah jaringan MPLS.

Keuntungan yang diperoleh dengan MPLS adalah Traffic engineering pada MPLS memperhitungkan sepenuhnya karakter trafik IP yang melewatinya dan tidak diperlukannya kerumitan teknis seperti enkapsulasi ke dalam AAL dan pembentukan sel-sel ATM, yang masing-masing menambah delay, menambah header, dan memperbesar kebutuhan bandwidth.

Gbr. 9 – Jaringan MPLS

Persoalan besar dengan MPLS adalah bahwa hingga saat ini belum terbentuk dukungan untuk trafik non IP.

Yang cukup menjadikan harapan adalah banyaknya alternatif konversi berbagai jenis trafik ke dalam IP, sehingga trafik jenis lain dapat pula diangkut melalui jaringan MPLS.

3.1.4 Jaringan MPLS over ATMMPLS over ATM adalah alternatif untuk

menyediakan interface IP/MPLS dan ATM dalam suatu jaringan. Alternatif ini lebih baik daripada IP over ATM, karena menciptakan semacam IP over ATM yang tidak lagi saling acuh. Alternatif ini juga lebih baik daripada MPLS tunggal, karena mampu

untuk mendukung trafik non IP jika dibutuhkan customer.

Kelemahan sistem ini adalah keuntungan MPLS akan berkurang, karena banyak kelebihannya yang akan overlap dengan keuntungan ATM. Alternatif ini sangat tidak costeffective.

3.2 VPN dengan MPLSSalah satu feature MPLS adalah kemampuan

membentuk tunnel atau virtual circuit yang melintasi networknya. Kemampuan ini membuat MPLS berfungsi sebagai platform alami untuk membangun virtual private network (VPN).

VPN yang dibangun dengan MPLS sangat berbeda dengan VPN yang hanya dibangun berdasarkan teknologi IP, yang hanya memanfaatkan enkripsi data. VPN pada MPLS lebih mirip dengan virtual circuit dari FR atau ATM, yang dibangun dengan membentuk isolasi trafik. Trafik benar-benar dipisah dan tidak dapat dibocorkan ke luar lingkup VPN yang didefinisikan.

Lapisan pengamanan tambahan seperti IPSec dapat diaplikasikan untuk data security, jika diperlukan. Namun tanpa metode semacam IPSec pun, VPN dengan MPLS dapat digunakan dengan baik.

3.2.1 Feature Bagi KonsumenDi dalam VPN, customer dapat membentuk

hubungan antar lokasi. Konektivitas dapat terbentuk dari titik mana pun ke titik mana pun (banyak arah sekaligus), tanpa harus melewati semacam titik pusat, dan tanpa harus menyusun serangkaian link dua arah. Ini dapat digunakan sebagai platform intranet yang secara efisien melandasi jaringan IP sebuah perusahaan. Ini juga dapat digunakan sebagai extranet yang menghubungkan perusahaanperusahaan yang terikat perjanjian.

Mekanisme pembentukan VPN telah tercakup dalam konfigurasi MPLS, sehingga tidak diperlukan perangkat tambahan di site customer. Bahkan, jika diinginkan, konfigurasi VPN sendiri dapat dilakukan dari site provider.

3.2.3 Mekanisme VPNAda beberapa rancangan yang telah diajukan

untuk membentuk VPN berbasis IP dengan MPLS. Belum ada satu pun yang dijadikan bakuan. Namun ada dua rancangan yang secara umum lebih sering diacu, yaitu MPLS-VPN dengan BGP, dan explicitly routed VPN. MPLSVPN dengan BGP saat ini lebih didukung karena alternatif lain umumnya bersifat propriertary dan belum menemukan bentuk final.

Panduan implementasi MPLS-VPN dengan BGP adalah RFC-2547. BGP mendistribusikan informasi tentang VPN hanya ke router dalam VPN yang sama, sehingga terjadi pemisahan trafik. E-LSR dari provider berfungsi sebagai provider-edge router (PE) yang terhubung ke customer-edge router (CE). PE mempelajari alamat IP dan membentuk sesi BGP

7

Page 8: Makalah Tami

untuk berbagi info ke PE lain yang terdefinisikan dalam VPN. BGP untuk MPLS berbeda dengan BGP untuk paket IP biasa, karena memiliki ekstensi multi-protokol seperti yang didefinisikan dalam RFC-2283.

3.3 GMPLSGMPLS (generalised MPLS) adalah konsep

konvergensi vertikal dalam teknologi transport, yang tetap berbasis pada penggunaan label seperti MPLS. Setelah MPLS dikembangkan untuk memperbaiki jaringan IP, konsep label digunakan untuk jaringan optik berbasis DWDM, dimana panjang gelombang (λ) digunakan sebagai label. Standar yang digunalandisebut MPλS. Namun, mempertimbangkan bahwa sebagian besar jaringan optik masih memakai SDH, bukan hanya DWDM, maka MPλS diperluas untuk meliputi juga TDM, ADM dari SDH, OXC. Konsep yang luas ini lah yang dinamai GMPLS.

GMPLS merupakan konvergensi vertikal, karena ia menggunakan metode label switching dalam layer 0 hingga 3 .Tujuannya adalah untuk menyediakan network yang secara keseluruhan mampu menangani bandwidth besar dengan QoS yang konsisten dan pengendalian penuh. Diharapkan GMPLS akan menggantikan teknologi SDH dan ATM klasik, yang hingga saat ini masih menjadi layer yang paling mahal dalam pembangunannetwork.

Gbr. 10 – Perkembangan Jaringan MPLS

4. KesimpulanMPLS yang menggabungkan Layer 2 dan 3 telah

memberikan manfaat yang besar dalam mengatasi masalah trafik internet. MPLS memiliki banyak keunggulan bagi traffic engineering diantaranya adalah meningkatkan skalabilitas jaringan, penyederhanaan layanan, operasi, design dan pengaturan jaringan.

MPLS menawarkan layanan yang sangat menguntungakan karena kemampuannya dalam integrasi dengan teknik IP routing konvensional, sehingga biaya implementasi lebih hemat.

Hal terakhir yang MPLS tawarkan adalah kemampuan MPLS untuk bekerja pada banyak teknologi link-layer lain.

5. Referensi[1] http://www.ietf.org/html.charters/mplscharter. html.[2] http://www.wikipedia.org/mpls.html[3] Rosen, E., Viswanathan, A., and Callon, R., Multiprotocol Label Switching Architecture, April 1999.[4] Semeria, Chuck. Multirotocol Label Switching.

Whitepaper[5] Wastuwibowo, Kuncoro .2003. Jaringan

MPLS. Whitepaper.

8

Page 9: Makalah Tami

DAFTAR SINGKATAN

AAL = ATM Adaptation LayerATM = Asynchronous Transfer ModeBGP = Border Gateway Protocol (IP/MPLS)CE = Customer Edge (VPN)CR = Constraint-Based RoutingDiffServ = Differentiated Service (IP)DSCP = DiffServ Code PointDWDM = Dense Wavelength Division MultiplexingFEC = Forwarding-Equivalence Class (MPLS)FR = Frame RelayGMPLS = Generalized Multi Protocol Label

SwitchingHDLC = High-Level Data-Link ControlIETF = Internet Engineering Task ForceIntServ = Integrated Service (IP)IP = Internet ProtocolLDP = Label Distribution Protocol (MPLS)LSP = Label-Switched Path (MPLS)LSR = Label-Switched Router (MPLS)MEGACO = Media Gateway ControllerMPLS = Multi Protocol Label SwitchingMP?S = Multi Protocol Lambda (Wavelength)

SwitchingNGN = Next Generation NetworkOXC = Optical Cross ConnectPE = Provider Edge (VPN)POS = Packet over SONET, Packet over SDHPPP = Point to Point ProtocolPVC = Permanent Virtual Circuit (ATM)QoS = Quality of ServiceRFC = Request for Comments (IETF)RSVP = Resource Reservation Protocol (IP/MPLS)RTP = Real-Time Transport Protocol (IP)SDH = Synchronous Digital HierarchySIP = Session Initiation ProtocolSONET = Synchronous Optical NetworkSPE = Synchronous Payload EnvelopeTCP = Transmission Control Protocol (IP)TDM = Time Division MultiplexingTE = Traffic EngineeringTTL = Time to Live (IP/MPLS)UDP = User Datagram Protocol (IP)VC = Virtual Circuit (ATM), Virtual Container

(SDH)VPN = Virtual Private NetworkVT = Virtual Tributary (SDH)

9