makalah tahdzib akhlaq-istiqomah.pdf
DESCRIPTION
agamaTRANSCRIPT
MAKALAH
“Faktor Pendorong dan Penghambat Istiqomah”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tahdzib Akhlak
Disusun Oleh:
Fajar Sidiq (1300612)
Nika khoirun NIsa (1306448)
Wulan Aulia (1306448)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tahdzib Akhlak
mengenai Istiqomah.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah Tadzhib Akhlak mengenai Istiqomah.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Tadzhib Akhlak mengenai
Istiqomah ini sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Bandung, Febuari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................................................1
1.2. Rumusan masalah ........................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................1
1.4. Metode penulisan .........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................3
2.1. Kekuatan Insaniyah .....................................................................................................3
2.2 Istiqomah dan Iman .....................................................................................................3
2.3 Hal-hal yang menghambat berperilaku Istiqomah........................................................4
2.4. Nafsu Ammarah...................................... ....................................................................5
2.5 Syetan...........................................................................................................................5
BAB III PENUTUP .........................................................................................................6
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................6.
3.2 Saran ...........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam ajaran islam akhlak dan moralitas merupakan hal yang sangat diperhatikan.
Namun seiring dengan berkembangnya zaman akhlak dan moralitas itu sendiri tidak
banyak diterapkan dalam segala aspek kehidupan kita.
Bagi seorang muslim mempunyai akhlak sekaligus moralitas yang terpuji adalah
kewajiban dan juga perintah dari Alloh SWT. Akan tetapi dalam realitas kehidupan dan
fenomena ummat, tidak setiap ummat muslim memiliki pemahaman yang baik tentang
akhlak dalam islam dan tidak setiap umat muslim mampu mengimplementasikan dalam
seluruh kisi-kisi kehidupannya.
Akhlak dalam islam itu diantaranya adalah beristiqomah. Istiqomah akan tumbuh
apabila kekuatan insaniyah telah besar, martabat manusia telah tinggi, karena kita telah
sadar dengan keadaan dan fungsinya ditengah-tengah semesta ini, akan tumbuhlah
istiqomah dengan subur didalam jiwa kita. Meskipun bagaimana ujian yang dihadapkan
kepada kita apabila kita telah beristiqomah, kita tidak akan mau beranjak sedikit pun.
Sungguh betapa besar cobaan yang menimpa diri kita, kita tidak akan menyerah. Kita bisa
teguh dan terus menurus diatas agama, yaitu senantiasa taat pada Alloh.
Namun untuk menerapkan akhlak beristiqomah didalam kehidupan sehari-hari,
bukanlah hal yang mudah bagi umat muslim terlalu banyak godaan untuk selalu bersikap
teguh dan selalu konsekuen.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut maka penulis merasa tertarik untuk
mengkaji hal tersebut dan dijadikan judul makalah yang berjudul “Faktor Pendorong dan
Penghambat Istiqomah”
1.2 Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang permasalahan, penulis merumuskan masalah yang
akan dibahas sebagai berikut :
a. Bagaimana cara seorang muslim untuk beristiqomah?
b. Hal apa saja yang menjadi penghambat seorang muslim untuk beristiqomah ?
1.3 Tujuan dan manfaat penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yakni, mendeskripsikan tentang penerapan akhlak
istiqomah pada kehidupan umat muslim. Selain itu makalah ini juga akan mendeskripsikan
berbagai macam hambatan-hambatan yang dialami umat muslim dalam beristiqomah dan
juga makalah ini mendeskripsikan alasan Allah SWT memerintahkan umat muslim untuk
senantiasa selalu berada pada jalan-Nya.
Sedangkan manfaatnya makalah ini bagi pembaca adalah akan menjadi pengetahuan
dan juga pemahaman tentang penerapan akhlak beristiqamah dalam kehidupan sehari-hari
1.3 Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah :
1. Wawancara
2. Kajian pustaka dilakukan dengan mencari literatur di buku-buku panduan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kekuatan Insaniyah
Agar tetap teguh dalam menghadapi segala hambatan, tantangan, dan gangguan
terhadap kehidupan maka Alloh SWT memberikan kepada manusia itu suatu kekuatan besar
yang kita istilahkan dengan kekuatan insaniyah.
Kekuatan insaniyah yakni, suatu daya yang ditumbuhkan alloh didalam pribadi setiap
insan. Kekuatan yang ada dalam diri manusia itu dapat dipisahkan dalam dua bentuk:
a. Kekuatan berfikir
b. Kekuatan merasa
Kekuatan berfikir menjelmakan ilmu pengetahuan. Diujung tenaga manusia terdapat
dua muara. Kedua muara itu ialah akibat baik akibat buruk. Dan dipangkalnya pun terdapat
dua sumber yaitu niat baik dan niat buruk. Bila niat baik dialirkan, maka ia akan bermuara
kepada akibat baik begitupun sebaliknya bila niat buruk dialirkan, maka aia kan bermuara ke
akibat buruk. Adapun kekuatan perasaan pusatnya ialah hati, sebagai imbangan kekuatan fikiran
yang berpusat dikepala. Kekuatan perasaan terjadi dari berbagai kekuatan tersembunyi di
dalam hati, seperti kekuatan nafsu, emosi dan sebagainya.
Kekuatan insaniyah inilah yang membedakan antara manusia dan binatang. Bila
manusia menyadari ketinggian dirinya di alam raya ini, dengan sendirinya timbullah
keinginannya hendak menjaga kemanusiannya agar tidak sama martabatnya dengan hewan.
Semakin meningkat kekuatan insaniyah yang ada dalam diri manusia, kian jauhlah ia
terhindar dari godaan nafsu amarah dan semakin terhindarlah ia dari sifat-sifat buas, bebas,
keras kepala, suka marah dan lain-lain.
Bila kekuatan insaniyah telah besar, martabat manusia telah tinggi, karena kita telah
sadar dengan keadaan dan fungsinya ditengah-tengah semesta ini, akan tumbuhlah istiqamah
dengan subur didalam jiwa kita. Meskipun bagaimana ujian yang dihadapkan kepada dirinya
dia tidak akan mau beranjak sedikit pun. Sungguh betapa besar cobaan yang menimpa
dirinya, godaan yang menghampirinya dia tidak akan menyerah untuk senantiasa taat pada
Alloh dan menjauhi segala yang mendatangkan murka Alloh
2. 2 Istiqomah dan Iman
Sudah kita sebutkan bahwa istiqomah tidak akan tegak tanpa kekuatan insaniyah yang
ada di dalam diri manusia. Tetapi lebih dari itu, istiqomah tidak akan tumbuh kalau tidak
dilandasi dengan iman.
Perbedaan antara insaniyah dan iman ialah, bahwa rasa insaniyah itu tumbuh dengan
sendirinya di dalm diri manusia, tetapi iman datang merupakan hidayah dari Alloh dan
tumbuh di dalam jiwa insan dengan perjuangannya.
Barometer istiqomah tergantung bdengan iman. Iman yang telah mendarah daging
di dalm jiwa akan menumbuhkan itiqomah yang baik, tetapi iman yang kepalang tanggung
akan membawa manusia kepada kebinasaan. Dan kebinasaan itu pasti datang, karna iuman
akan tetap akan selalu mendapat ujian.
Dalam menghadapi cobaan yang didatangkan Alloh, dapatlah iman itu kita
kategorikan atas tiga tingkatan :
a. Iman yang lemah, tidak tahan menghadapi tantangan.
b. Iman yang masih dalam taraf pertengahan, dimana bila cobaan ringan yang
menimpanya, maka cobaan itu tidak memberi bekas, tetapi bila cobaan berat
menimpanya, ia pun kalah.
c. Iman yang kuat, walau apapun cobaan yang datang, akan dihdapinya dengan tangguh.
Di atas landasan ketiga iman inilah tumbuhnya istiqomah. Orang telah sampai ke
tingkat ini tidak gentar menghadapi hidup. Apapun yang terjadi atas dirinya, tidak membuat
ia putus asa. Contoh yang paling utama dalam hal ini adalah Nabi kita sendiri. Tidak pernah
dia mengeluh kena cobaan, meskipun betapa beratnya; dihina, dicela, difitnah, dikucilkan,
bahkan akan dibunuh, namun dia tetap tegak mengumandangkan yang hak. Oleh sebab itu,
tidak salah kalau Alloh kepadanya predikat “Budiman yang agung” seperti firman-Nya yang
artinya ”sesungguhnya engkau (ya Muhammad) adalah budiman yang agung” (QS. AL-
Qolam : 4).
Tetapi bila manusia itu hanya dapat mencapai iman tingkat pertama, yakni iman
orang awam, maka sedikit sedikit saja ia kena cobaan imannya itu sudah lenyap. Bila iman
telah pudar dari dalam hati, akan sirnalah istiqomah. Suatu bangsa akan kehilangan harga diri
dan akan hina di mata bangsa lain, bila mereka tidakmemiliki istiqomah di dalamnya.
2.3 Hal-hal yang menghambat berperilaku Istiqomah
Hambatan yang menimpa umat muslim ketika hendak beristiqomah ada dua sumber,
yaitu :
a. Dari luar diri manusaia (eksternal), lahiriyah
b. Dari dalam diri sendiri (internal), ammarah
Di balik cobaan-cobaan lahiriyah ada lagi cobaan yang datang dari dalam diri manusia itu
sendiri. Kobaran nafsu ammarah dan syahwat, setan yang selalu hendak memperdayakan
manusia. Semuanya itu menjadi batu ujian bagi kita.
Kadang-kadang gelap mata karena dorongan nafsu angkara dan ditiup-tiup lagi oleh
syetan, sehingga berani berbuat onar, zina, korupsi, judi, dan sebagainya, yang semuanya
merupakan perbuatan-perbuatan yang digerakkan oleh nafsu buruk yang didatangkan Alloh
untuk menguji ketahanan iman manusia.
Bahakan cobaan itu bukan hanya datang dalam bentuk klasat mata berupa bencan.
Tetapi boleh jadi dia datang dalam bentuk yang amat tersembunyi, seperti didalam harta
benda, didalam amal usah, bahkan di dalam segala yang ada ini terdapat cobaan yang akan
menjadi ujian bagi manusia. Harta benda yang banyak sering membuat rang menjadi angkuh.
Dalam hal ini berarti dia telah gagal menghadapi satu ujian halus. Dalam soal ibadah sering
kita lihat orang yang suka memamerkan banyak bilangan shalatnya dimata orang lain. Dalam
hal ini berarti dia juga sudah gagal dalam menghadapi bahaya halus yang mencoba imannya.
2.4 Nafsu Ammarah Bis-suk
Nafsu ammara ini selalu ingin hendak menjerumuskan manusia ke lembah kehinaan
dengan jalan membangkitkan keinginan-keinginan buruk, syahwat dan seribu satu cara lain
yang dijalankannya agar manusia jatuh.
Nafsu ammarah akan selalu mendorong manusia kepada sifat-sifat :
1. Syaithaniyyah, seperti marah, penipu, keras kepala dan lain-lain, tak ubahnya
seperti perangai syetan.
2. syubu’iyah, buas, suka membunuh, menganiaya, merampas, dan sebagainya
3. Hayawaniyah, sifat kebinatangan
4. Bahimiyah, sifat binatang ternak, seprti bebal, bodoh, malas, dan sebagainya
Bila manusia telah jatuh ke dalam arena sifat yang empat ini, akan bertepuklah nafsu
ammarah, karena kemenangan berada ditangannya. Seterusnya, akan meluncurlah insaniyah
manusia ke lembah kehinaan. Bila telah terjatuh sulit untuk kembali ke atas.
2.5 Syetan
Semenjak dulu kala syetan telah ditetepkan Alloh sebagai musuh manusia. Di mana
saja manusia berada selalu didampingi syetan. Oleh sebab itu, dikatakan oleh Rasul :”Kalau
kamu berduaan anatara seorang pria dan seorang wanita, maka yang keti ialah syetan”.
Imam Al-Ghazali, seorang thabib jiwa yang amat ulung menerangkan tujuh cara yang
selalu dipergunakan syetan dalam menyesatkan manusia. Ketujuh cara itu ialah :
1. Mencegah manusia beribadah
2. Berusaha menanamkan keraguan di lubuk hati ketika beribadah
3. Berusaha agar manusia tergesa-gesa dalam beribadah
4. Menanamkan sifat riya
5. Menanamkan sifat ujub
6. Membisikan agar manusia tersesat kepda keriyaan dengan dalih bahwa perbuatan
itu memang disuruh Allah mengerjakan secara terang-terangan
7. Membisikan ke dalam hati manusia bahwa tidak ada gunanya ibadah kalau Alloh
sudah mentakdirkan dia menjadi orang yang akan bebahagia. Dan tidak ada juga
guna ibadah kalau Alloh sudah mentakdirkan celaka.
Demikian keterangan Imam Al-Ghazali.
Memang susah menghadapi musuh yang satu ini, karena :
Pertama, dia datang dengan cara yang tidak kelihatan oleh mata kepala
Kedua, dia menggoda manusia secara terus-menerus, tak kenal damai
Inilah dua musuh bebuyutan manusia yang selalu berusaha hendak menjatuhkan
kedudukan manusia dari ketinggian insaniyahnya.
Bila ketinggian insaniyah telah tiada, lenyaplah istiqomah. Kejatuhan insaniyah
menyebabkan manusia hina, seperti disebutkan di dalam Al-Qur’an yang artinya “ Engkau
lihatkanlah orang yang menjadikan hawannya menjadi Tuhan? Dapatkah engkau menjadi
pemeliharanya? Apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan
memahami? Mereka tidak lain hanyalah seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat
jalannya (dari binatang ternak). (QS. Al-Furqon :43-44)”
Begitulah sifat-sifat orang yang telah kehilangan kekuatan insaniyah, hidup
memperturutkan nafsu, tidak mendengar seruan Alloh, tidak sedikitpun akalnya hendak
memikir dan merasakan kehidupan yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demikianlah kejatuhan manusia, berujung kepada keburukan yang seburk-buruknya.
Tetapi sebaliknya, bila ia hati-hati, selalu mujhadah (berjuang) menentang semua musuh-
musuh yang hendak menjurumuskannya, niscaya Alloh akan menunjukan kepadanya jalan
kebenaran sesuai dengan firman-Nya yang artinya “Orang-orang yang berjuang bersungguh-
sungguh dalam urusan Kami, niscaya akan Kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan Kami,
sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Ankabut :69)
Di sini bertemulah kita dengan simpul kata bahwa kekuatan insaniyah dan iman
adalah tiang dari istiqomah sedangkan berjuang melawan nafsu amarah, setan, adalah
pagarnya. Istiqomah tidak bisa tegak tanpa kekuatan insaniyah dan iman dan tidak akan
selamat dari gangguan setan-setan kalau tidak dengan mujahadah (berjuang).
3.2 Saran
Penulisan makalah ini tentulah banyak sekali kekurangannya, sehingga diharapkan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun baik dari dosen mata kuliah Tahdzib
Akhlaq maupun dari rekan-rekan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Yunasril, Pilar-pilar TASAWUF. Jakarta Pusat: Kalam Mulia, 2005
Sauri Sofyan, FILSAFAT DAN TEOSOFAT AKHLAK. Bandung: Rizqi Press, 2014