tugas bab xiii akhlaq sosial

43
BAB XIII AKHLAQ SOSIAL A. PRIBADI 1. Pengertian Akhlak Pribadi. Akhlak menurut kamus Al-munajid Akhlak adalah budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. 1 [1] Menurut Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak. Jadi pengertian akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun secara rohani. 2. Macam Akhlak Pribadi. Macam akhlak pribadi pada dasarnya ada akhlak pribadi seorang muslim yang baik dan akhlak pribadi yang buruk. Berikut ini macam akhlak pribadi yang baik: A. SHIDIQ Shidiq artinya benar atau jujur. Seorang muslimin dituntut untuk selalu berada dalam keadaan yang benar baik lahir dan batin, baik benar dalam hati, benar perkataan dan benar perbuatan. Benar hati yaitu apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah dan selelu bersih dari penyakit hati. Benar perkataan adalah semua yang telah diucapkan dari mulut merupakan suatu kebenaran bukan kebathilan. Rosulullah saw telah memrintahkan setiap muslim untuk selalu jujur, karena sikap sidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan ke surga. Ada lima bentuk shidiq yaitu : Benar perkataan ( shidiq al hadist ) Orang ang selalu berkata benar akan dikasihioleh Allah dan akan dipercaya oleh masyarakat, dan sebaliknya orang yang berdusa oleh masyarakat akan dikucilkan dan selamnya tidak akan 1 1

Upload: lukmanul-chakim

Post on 27-Dec-2015

55 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

BAB XIII

AKHLAQ SOSIAL

A.PRIBADI

1.        Pengertian Akhlak Pribadi.Akhlak menurut kamus Al-munajid Akhlak adalah budi pekerti, perangai tingkah laku

atau tabiat. 1[1] Menurut Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan kehendak. Jadi pengertian akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.

Akhlak pribadi terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan merusak, meminasakan dan menganiyaya diri sendiri baik secara jasmani maupun secara rohani.

2.        Macam Akhlak Pribadi.Macam akhlak pribadi pada dasarnya ada akhlak pribadi seorang muslim yang baik dan

akhlak pribadi yang buruk. Berikut ini macam akhlak pribadi yang baik:

A. SHIDIQ

Shidiq artinya benar atau jujur. Seorang muslimin dituntut untuk selalu berada dalam keadaan yang benar baik lahir dan batin, baik benar dalam hati, benar perkataan dan benar perbuatan. Benar hati yaitu apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah dan selelu bersih dari penyakit hati. Benar perkataan adalah semua yang telah diucapkan dari mulut merupakan suatu kebenaran bukan kebathilan.

Rosulullah saw telah memrintahkan setiap muslim untuk selalu jujur, karena sikap sidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan menghantarkan ke surga. Ada lima bentuk shidiq yaitu :

Benar perkataan ( shidiq al hadist )Orang ang selalu berkata benar akan dikasihioleh Allah dan akan dipercaya oleh

masyarakat, dan sebaliknya orang yang berdusa oleh masyarakat akan dikucilkan dan selamnya tidak akan dipercaya seperti peribahasa “Sekali lancung keujian seumur hidup orang tidak akan dipercaya”

Benar pergaulan ( shidiq al mu’amalah )Seorang muslim akan selalu bergaul dengan benar tidak menipu, tidak berkhianat, dan

tidak memalsu sekalipun kepadakaum non muslim. Dia akan selalu bersikap melalui pergaulan dengan benar tanpa memendang kekayaan, kekuasaan, ataupun status sosial.

Benar kemauan ( shidiq al-azam )Seorang mukmin sebelum dia memutuskan sesuatu tentu ia harus mempertimbangkan

dan menilai terlebih dahulu apakah terhdapa apa yang dilakukan apakah akan mendatangkan mudhorot atau manfaat kepada orang lain. Tetapi bukan berarti dia menutup diri terhadap masuka atau kritik dari orang lain.

Benar Janji ( shidq al-wa’da )

1

1

Page 2: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

Janji merupakan sebuah hutang yang harus dilaksanaka. Apabilaseorang muslim berjanimaka ia akan selalu menepatinya seklipun dengan musuh ataupun anak kecil. Karena mungkir janji merupakan salah satu sifat munafik yang telah disebutkan dalam hadist (HR. Hmad). Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang menepati janji dalam firmannya :

Artinya : “ Dan ceritakanlah ( Hai Muhammad kepada mereka) kisah ismail ( yang tersebut) didalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seseorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang Rosul dan Nabi.” (Qs .maryam 19 : 45 )

Benar kenyataan ( sidq al-bal )Seorang muslim akan menampilkan diri seperti keadaan yang sebenarnya. Dia tidak akan

menipu kenyataan,tidak memakai baju kepalsuan, tidak mencari nama, dan tidak pula mengada ada.

Lawan dari shidiq adalah kebohongan. Kebohongan yaitu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataanya, entah itu di kurangi atau di tambahi sehingga tidaksesuai dengan kebenarannya. Sifat bohong adalah sifat yang sangat tercela.seorang muslim harus menjauhi segala macam bentuk kebohongan, baik dalam bentukpengkhianatan,mungkir janji, kesaksian, palsu, fitnah, gunjing, ataupun bentuk bentuk lainnya. Berikut ini merupakan bentuk-bentuk dari sifat kebohongan :

KhianatSifat khianat merupakan sifat sejelek-jeleknya yang dimiliki orang karena sifat khianat

dapat membawa mudhorot kepada orang lain secara langsung. Kalau sifat ini telah berkembang kedalam masyarakat maka lama-kelamaan masyarakat itu akan hancur. Allah tidak menyukai orang yang memiliki sifat khianat berdasarkan firmannya :

Artinya : “ Dan janganlah kamu berdebat ( untuk membela ) orang-orang yang menghianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berhianat lagi bergelimang dosa”

Mungkir janji Mungkir janiji atau ingkar janji merupakan sebagai salah satu sifat orang-orang munafik

karena sifat mungkir janji menunjukkan sikap jiwa manusia yang lemah, mungkir janji menyebabkan waktuterbuang sia-sia dan melahirkan angan-angan kosong.

Kesaksian palsuKesaksian palsu termasuk dalam dosa-dosa besar karena akan mendatangkan

kemudhorotan yang besar terhadap masyarakat, orang yang tidak bersalah akan menanggung akibat baiknyawa, harta benda dan lain sebagainya.

FitnahPada dasarnya tujuan dari memfitnah orang lain adalah untuk menjatuhkan nama atau

menggagalkanusahanya. Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada orang yang beriman sebelum mempercayai suatu berita di adakan suatu penyelidikan terlebih dahulu. Hal ini terdapat dalam surat Al-Hujarat 49 : 6

Gunjing Sifat mengunjinag adalah sifat sikap seseorang yang meiliki jiwa sakit, tidak ada keinginan

dalam hidupnya yang ada hanya dia akan senang jika melihat seseorang bermusuhan dan bertengkar. Allah memberi perumpamaan orang-orang yang memilik sifat gunjing seperti memakan bamgkai saudaranya. Oleh karena itu sebaik-baik senjata melawan gunjing adalah dengan tidak mendengarkannya.

B.        AMANAH ( dipercaya )

2

Page 3: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam pengertian luas amanah mencakup beberapa hal yaitu : menyimpan rahasia dan kehormatan orang lain, menjaga dirinya, menunaikan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah ataupun manusi dengan baik. Bentuk-bentuk amanah daoat dikemukakan sebagai berikut :

   Memelihara titipan dan mengembalikannya seperti semula.Sekalipun dalam penitipan tidak ada bukti atau transaksai tertulis dalam penitipan tersebut

maka seorang muslim akan mengembalikannya apa adanya. Hal ini terlihat contoh pada barang berharga yang dititpkan karena akan bebergian jauh, maka pada saatnya akan dikembalikan seperti semula

   Menjaga rahasiaSeorang muslim akan dapat menjaga rahasianya baik itu rahasia pribadi, keluarga,

organisaisi, dan lain sebagainya agar tidak di ketahui orang lain. Misalnya : dalam sebuah keluarga seorang suami isri harus dapat manjaga rahasia keluarga apalagi rahasia dalam ranjang kecuali karena alasan medi ataupun hukum.

   Tidak menyalahgunakan jabatanJabatan adalah suatu amanah yang harus dijaga. Hukumnya wajib. Penyalahgunaan jabatan

untuk kepentingan person , baik keluarga, pribadi ataupun kelompok yang termasuk perbuatan tercela yang melanggar amanah hukumnya haram. Misalnya seorang baigian storage di sebuah perusahan membeli barang dan mendapatkan potongan harga kepada penjual, dari sisa potongan harga tersebut dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi tidak diserahkan oleh perusahaan maka hukum komisi tersebut adalah haram.

   Menunaikan kewajiban dengan baik.Semua tugas yang diberikan kepada Allah ataupun manusia, maka manusia wajib

menjalankannya karrena itu semua sebuah pertanggung jawaban dihadapan Allah Swt.   Memelihara nikmat yang telah diberikan oleh Allah

Semua nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia merupakan suatu amanah yang harus dijaga dengan baik. Termasuk didalamnya umur, kesehatan, rizki, nikmat, harta benda dan lain sebaginya. Misalnya harta benda yang diberikan oleh Allah harus digunakan untuk mencari ridho Allah, selalu bersyukur dan membiasakan bersedekah.

Lawan dari sifat Amanah adalah khianat. Khianat adalah sifat munafik yang dibenci oleh Allah apalagi jika yang dikhianati adlah Allah atau Rosulnya. Dalam firman Allah :

Artinya : “ Hai orang, orang yang eriman janganlah kamu menghianati Allah, dan rosul dan juga janganlah kamu menghianatiamanh-amanahyang dipercayakan kepada kamu, sedangkan kamu mengetahuinya.” ( Qs. Al anfal 8 : 27 )

C.  ISTIQOMAH  Secara epistemologi istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus.2

[3] Daam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan dan godaan. Perintah dalam beristiqomah dinyatakan dalam al-Aquran dan sunnah :  Artinya : “ Maka karna itu serulah ( mereka kepada agama itu ) dan istiqomahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka..” ( Qs. Asy Sura : 42 : 15 )

Iman yang sempurna adalah iman yang mencakup tiga dimensi yaitu hati, lisan dan amal perbuatan. Seorang yang beriman harus dapat beristiqomah dalam tiga dimensi tersebut. Ibarat berjalan seorang yang beristiqomah akan selalu berjalan kepada yang

2

3

Page 4: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

lurus yang cepat alam menghntarkan tujuan. Hal ini tercermin dalam perkataan dan perbuatanya yang benar untuk mensucikan hati dan dirinya. Tentulah orang yang berisitiqomah akan mengalami beberapa ujian dari Allah, dalam firmannya :

Artinya : “Apakah manusia tidak mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : “ kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak di uji lagi.” ( Qs.Al Ankabut 29: 4 )

Ujian dari Allah tidaklah berupa kesedihan semata melainkan ujian dari Allah termask kesenangan juga. Namun seorang yang istiqomah akan akan tetap teguh dalam mengahdapi kedua ujian terebut. Dia tidak akan pernah mundur terhadap ancaman, kemunduran, hambatan dan lain sebagainya. Tidak terbujuk oleh harta benda, kemegahan, pujian, kesenangan. Itulah yang di pesankan oleh Rosulullah Saw kepada Sufyan untuk selalu beristiqomah. Dalam Qs. Funshshilat 41 : 30 – 32 dijelaskan beberapa buah yang akan dipetik oleh orang yang beristiqomah baik didunia maupun di akhirat. Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa buah dari istiqomah adalah :

orang yang beristiqomah akan dijauhkan oleh Allah dari rasa takut dan sedih yang negatif. Misalnya takut mnghadapi masa depan, takut menyatakan kebenaran namun orang yang beristiqomah senantiasa akan mendapatkan kesuksesan dalm kehidupannya didunia karena akan dilindungi oleh Allah.

Akan mendapatkan lindungan oleh Allah yang dijamin akan mendaptkan kesuksesan dalam kehidupan perjuangan di dunia.

Demikianlah sikap istiqomah memang sangat diperlukan dalam kehidupan ini. Karena tanpa sikap seperti itu seseorang akan cepat berputus asa dan cepat lupa diri, dan mudah terombang ambing oleh berbagai macam arus. Orang yang tidak beristiqomah ibarat baling-baling di atas bukit yang berputar menuruti arah angin yang berhembus.

D.  IFFAHSecara epistemologi, ‘iffah adalah bentuk masdardari affa-ya’iffu ‘iffah yang berarti

menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga berarti kesucisn tubuh. Secara terminologi ‘iffah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjauhkanny.

Bentuk-bentuk iffah, alquran dan hadist mmberikan beberapa contoh dari ‘iffah diantara lain ;

      Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah seksual, seorang muslim dan muslimah diperintahkan untuk menjaga penglihatan, pergaulan, dan pakaiannya.tidak mengunjungi tempat-tempat hiburan yang ada kemaksiatanya, dan tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa mengantarkannya kepada perzinaan. Dalam firman allah artinya“dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaknya menjaga kesucian dirinya, sehingga allah memampukan mereka dengan karunia-Nya,,,”(QS.An-Nur 23:33)

      Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan masalah harta, islam mengajarkan, terutama bagi orang miskin untuk tidak menadahkan tangan meminta minta. Al-Qur’an menganjurkan kepada orang-orang berpunya untuk membantu orang-orang miskin yang tidak mau memohon bantuan karena sikap mereka.Meminta minta adalah perbuatan yang merendahkan kehormatan diri. Dari pada meminta-minta seseorang lebih baik mengerjakan apa apa saja untuk mendapatkan penghasilan asal halal.

           Untuk menjaga kehormatan diri dalam hubungannya dengan kepercayaan orang lain kepada dirinya, seseorang harus betul-betul menjauhi segala macam bentuk ketidakjujuran.sekali-kali jangan dia berkata bohong, mungkir janji, khianat, dan laian sebagainya.

E.   MUJAHADAHMujahadah berasal dari kata jahada yang berarti mencurahkan segala kemampuan.

Mujahadah adalah mencurahkan segala kemampuan untuk melepaskan diri dari segala sesuatu yang menghambat dalam melakukan pendekatan terhadap Allah swt. Untuk mengatasi dan

4

Page 5: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

melawan semua hambatan tersebut diperlukan kemauan keras dan perjuangan yang sungguh-sungguh, usaha inilah yang disebut mujahadah. Apabila seseorang bermujahadah untuk mencari keridhaan Allah swt., maka Allah berjanji akan menunjukkan jalan kepadanya untuk mencapai tujuannya tersebut. Dalam hal ini Allah swt. berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 69 :”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-‘Ankabuut : 69)

Secara terperinci objek mujahadah ada 6 :a.       Jiwa yang selalu mendorong seseorang untuk melakukan kedurhakaan. Karena pada dasarnya

manusiajuga diberi oleh Allah jiwa yang mendorong manusia untuk melakukan kejahatan yang di dalam Alquran disebut dengan nafsu ammarah bissuui.

b.      Hawa nafsu yang tidak terkendali sehingga seseorang melakukan apa saja untuk memenuhi hawa nafsunya tanpa memperdulikan larangan Allah swt. dan tanpa memperdulikan dampak bagi dirinya dan orang lain.

c.       Syaitan. Mereka selalu menggoda manusia untuk menuruti hawa nafsu sehingga mereka lupa kepada Allah swt.

d.      Kecintaan terhadap dunia yang berlebihan sehingga mengalahkan kecintaannya kepada Akhirat, padahal keberadaan manusia didunia hanya bersifat sementara, secara individual sampai maut datang menjemput, dan secara umum sampai kiamat datang. Kehidupan yang abadi adalah kehidupan di akhirat.

e.       Orang-orang kafir dan munafik yang tidak pernah puas hati sebelum orang-orang yang beriman kembali menjadi kufur.

f.       Para pelaku kemaksiatan dan kemungkaran, termasuk dari orang-orang yang mengaku beriman sendiri, yang tidak hanya merugikan mereka sendiri, tapi juga merugikan masyarakat.

F.   SYAJA’AHSyaja’ah berarti berani yang berlandaskan pada kebenaran dan dilakukan dengan penuh

pertimbangan. Ukuran keberanian adalah terletak pada kekuatan hati dan kebersihan jiwa. Mengendalikan amarah adalah salah satu contoh keberanian yang lahir dari hati.

Bentuk-bentuk keberanian yang disebutkan dalam Alquran dan Sunnah :a.       Keberanian menghadapi musuh dalam peperangan. Seorang muslim harus berani membela

agamanya hingga titik darah penghabisan dan mati syahid. Contohnya yaitu ketika Rasulullah melakukan perang Badar, dengan kekuatan personil 300 orangberani menghadapi musuh dengan kekuatan 1000 personil dan ternyata Rasulullah dan para sahabat berhasil mencapai kemenangan.

b.      Keberanian menyatakan kebenaran. Bahwasannya kabenaran harus disampaikan sekalipun mengandung resiko.

c.       Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah.Menurut Raid Abdul Hadi, ada tujuh faktor yang meyebabkan seseorang memiliki

keberanian.a.       Rasa takut kepada Allah swt.

Takut kepada Allah swt membuat orang tidak takut kepada siapapun selama dia yakin bahwa yang dilakukannya adalah dalam rangka menjalankan perintah Allah swt. Allah berfirman :Artinya :(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” (Q.S.AL-Ahzab:39)

b.      Lebih mencintai akhirat daripada duniaAkhirat merupakan tujuan akhir dari setiap kehidupan manusia, dunia hanyalah jembatan menuju akhirat. Karena manusia tidak akan ragu untuk meninggalkan dunia yang fana ini asalkan mendapatkan kebahagiaan di akhirat.

5

Page 6: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

c.       Tidak takut matiKematian merupakan sesuatu yang sudah pasti bagi makhluk hidup. Ketika ajal sudah datang maka tidak ada yang bisa mencegahnya.bagi seorang pejuang agama, kematian merupakan sesuatu yang didambakan. Semangat itulah yang menyebabkan para pejuang memiliki keberanian luar biasa.

d.      Tidak ragu-raguYang menyebabkan manusia memiliki rasa takut adalah rasa keragu-raguan. Ketika seseorang sedang ragu akan kebenaran yang ia miliki, maka ia akan takut menghadapi resiko yang ada, begitu juga sebaliknya.

e.       Tawakal dan yakin akan pertolongan Allahf.       Hasil pendidkan atau pembiasaang.      Tidak menomorsatukan kekuatan materi

Lawan dari Syaja’ah adalah penakut (jubun). Penakut merupakan sifat yang tercela. G.  TAWADLU

Merendahkan diri (tawadlu) adalah sifat yang sangat terpuji di hadapan Allah dan juga di hadapan seluruh makhluk-Nya. Orang yang tawadlu adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah swt. Maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amalnya hanya karena Allah.

Lawan dari tawadlu’ adalah takabbur atau sombong yaitu suka meremehkan orang lain. H. MALU

Malu (al-haya’) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau tidak baik. Orang yang memiliki rasa malu, apabila melakukan sesuatu yang tidak patut, rendah atau tidak baik dia akan terlihat gugup, atau mukanya merah. Sebaliknya orang yang tidak punya rasa malu, akan melakukannya dengan tenang tanpa ada rasa gugup sedikitpun. Sifat malu adalah akhlak terpuji yang menjadi keistimewaan ajaran Islam.

Sifat malu dapat dibagi menjadi tiga jenis :1.                  Malu kepada Allah ; seseorang akan malu kepada Allah apabila dia tidak mengerjakan perintah-Nya, tidak menjauhi larangan-Nya serta tidak mengikuti petunjuknya.2.                  Malu kepada diri sendiri ; orang yang malu terhadap Allah, dengan sendirinya malu terhadap dirinya sendiri. Ia malu mengerjakan pernuatan salah sekalipun tidak ada orang lain yang melihat atau mendengarnya. Penolakan datang dari dalam dirinya sendiri.3.                  Malu kepada orang lain ; setelah malu pada diri sendiri, dia akan malu melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

Malu adalah salah satu refleksi iman. Semakin kuat iman seseorang, semakin teballah rasa malunya, demikian pula sebaliknya.

Rasulullah Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang pemalu, saking pemalunya maka diandaikan bahwa beliau lebih pemalu ketimbang gadis pingitan. Sifat malu ini dimiliki Rasulullah SAW semenjak kanak kanak , saat anak – anak sebaya beliau kala itu saling berebut makanan maka beliau malu melakukannya, jika pakaiannya tersingkap dan menampakkan auratnya maka beliau akan segera bersembunyi karena malu. Jika hendak membuang air maka diriwayatkan beliau menjauh atau pergi hingga tak seorangpun melihatnya. Karena sifat pemalu ini beliau apabila melihat sesuatu yang tidak disukainya maka terlihatlah dari roman mukanya, dan beliau senantiasa menjauhkan pandangan matanya dari apa apa yang kurang baik. Bahkan dalam hubungan suami istri sifat pemalu Rasulullah SAW tetap dominan, dalam hadits yang diriwayatkan At Turmudzy dalam Asj Sjamaa il dari Siti Aisyah RA , ummul mukminin, berkata “ Aku sekali kali belum pernah melihat kemaluan Rasulullah SAW “ ( dalam riwayat lain ada ditambahkan “ Dan beliau pun tidak pernah melihat daripadaku “ ) sedangkan yang diriwayatkan oleh Ibnul Djauzy dari Ummu Salamah RA “ Adalah Rasulullah SAW itu apabila mendatangi

6

Page 7: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

seseorang dari istrinya beliau memejamkan kedua matanya dan menutupi kepalanya “. Dua hadits ini sangat menguatkan sifat pemalu beliau, kendati seorang istri sebenarnya halal hukumnya meski terlihat auratnya oleh suaminya dan sebaliknya.Akibat Hilangnya Malu

Rasa malu berfungsi mengontrol dan mengendalikan seseorang dari segala sikap dan perbuatan yang dilarang oleh agama. Tanpa kontrol rasa malu, seseorang akan bebas melakukan apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsunya. Dia akan menjadi manusia lepas kendali yang merasa bebas melakukan apa saja, tanpa mempertimbangkan halal haram, baik buruk dan manfaat mudharat perbuatannya tersebut. Dia akan melakukan apa saja untuk memuaskan hawa nafsunya. Segala macam cara dia halalkan untuk mencapai tujuannya.

Malu, amanah, rahmah dan Islam adalah empat hal yang saling berkait. Konsekuensi logis dari hilangnya malu adalah hilangnya amanah. Bila amanah hilang, akan hilanglah rahmah, dan bila rahmah hilang, hilanglah Islam. Pada akhirnya orang yang tidak punya rasa malu akan mengalami kehancuran dan kebinasaan. Dan kalu sifat malu itu juga hilang dari masyarakat, maka masyarakat itupun akan mengalami kehancuran dan kebinasaan.

I.     SABARSecara etimologis, sabar (ash-shabr) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa al-

kuf). Secara terminologis sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah. Yang tidak disukai itu tidak hanya yang tidak disenangi, tapi juga hal – hal yang disenangi misalnya segala kenikmatan duniawi yang disukai oleh hawa nafsu. Macam – macam sabar

Menurut Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ash-Shabr fi Al-Qur’an, sabar dapat dibagi kepada enam macam :1.                   Sabar menerima cobaan hidup2.                   Sabar dari keinginan hawa nafsu3.                   Sabar dalam taat kepada Allah swt.4.                   Sabar dalam berdakwah5.                   Sabar dalm perang6.                   Sabar dalam pergaulan

Keutamaan SabarSifat sabar dalam Islam menempati posisi yang istimewa. Al-Qur’an mengaitkan sifat

sabar dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya. Antara lain dikaitkan dengan keyakinan (QS. As-Sajdah 32:24), syukur (QS. Ibrahim 14:5), tawakkal (QS. An-Nahl 16:41-42), dan taqwa (QS. Ali ‘Imran 3:15-17). Orang-orang yang sabar akan menempati posisi yang istimewa. Sifat sabar memang sangat diperlukan untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat.

Dalam sejarah Islam diceritakan bahwa nabi sering kali diludahi oleh orang kafir (non muslim) ketika beliau melewati tempat si orang tersebut, namun nabi sendiri tidak pernah marah karena beliau tahu bahwa orang yang sering meludahinya adalah orang yang belum tahu akan islam dan belum mendapatkan hidayah, Namun alangkah takjubnya si kafir tadi yang sering meludahi nabi muhamad saat ia jatuh sakit, orang yang pertamakali menjenguknya adalah nabi muhammad yang sering ia ludahi. Alkisah orang kafir tadi menangis dan langsung memeluk islam.Jaza’u

Lawan dari sifat sabar adalah al-jaza’u yang berarti gelisah, sedih, keluh kesah, cemas dan putus asa. Ketidaksabaran dengan segala bentuknya adalah sifat yang tercela. Orang yang dihinggapi sifat ini bila menghadapi hambatan dan mengalami kegagalan akan mudah goyah, berputus asa dan mundur dari medan perjuangan. Sebaliknya apabila mendapatkan keberhasilan juga cepat lupa diri.

7

Page 8: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

J. PEMAAFPemaaf adalah sifat suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada

sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Dalam bahasa Arab sifat pemaaf tersebut disebut dengan al-‘afwu yang secara etimologis berarti kelebihan atau yang berlebih.

Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunnggu permohonan maaf dari yang bersalah. Sekalipun orang yang bersalah telah menyadari kesalahahnnya dan berniat untuk meminta maaf, tetapi boleh jadi dia mengalami hambatan psikologis untuk mengajukan permintaan maaf. Barangkali itulah salah satu hikmahnya kenapa Allah memerintahkan kita untuk member maaf sebelum dimintai maaf.

Suatu teladan sikap pemaaf Rasulullah adalah ketika ada seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi, maka pada saat itu dihadang oleh Umar dan diikat dengan tali. Rasulullah yang mengetahui orang itu malah menyuruh Umar untuk memberinya makan dan melepaskannya. Umar yang kaget tetap meyakinkan Rasulullah bahwa dia ingin membunuhnya. Namun Rasulullah tidak menghiraukannya dan menyuruh Tsumamah untuk mengucap kata “Laa ilaha illallah”, tetapi si lelaki tidak mau dan pergi. Keesokan harinya dia datang kepada Rasulullah dan mengucap kata “Laa ilaha illallah”, sehingga dia masuk Islam. Demikian contoh sikap Rasulullah yang pemaaf dan tidak dendam sekalipun kepada orang yang hendak membunuhnya, yang pada akhirnya membuahkan hasil yangbermanfaat.Lapang Dada

Tindakan meminta maaf sebaiknya diikuti dengan tindakan berlapang dada. Berlapang dada dalam bahasa Arab disebut dengan ash-shafhu yang secara etimologis berarti lapang. Halaman pada sebuah buku dinamai shafhah karena kelapangan dan keluasannya. Dari sini ash-shafhu dapat diartikan kelapangan dada.

Ibarat menulis di selembar kertas, jika terjadi kesalahan tulis, kesalahan itu akan dihapus dengan alat penghapus dengan alat penghapus. Tapi serapi-rapi menghapus tentu akan meninggalkan bekas, bahkan barangkali kertas tersebut menjadi kusut. Supaya lebih baik dan rrapi, sebaiknya diganti saja kertasnya dengan lembaran baru. Menghapus kesalahan itulah yang disebut dengan memaafkan, sedangkan berlapang dada adalah menukar lembaran yang salah dengan lembaran yang baru. Jadi berlapang dada menuntut seseorang untuk membuka lembaran baru hingga sedikitpun hubungan tidak ternodai, tidak kusut dan tidak seperti halaman yang telah dihapus kesalahannya.

DendamLawan dari sifat pemaaf adalah dendam, yaitu menahan rasa permusuhan di dalam hati

dan menunggu kesempatan untuk membalas. Seorang yang pendendam tidak akan mau memaafkan kesalahan orang lain sekalipun orang tersebut meminta maaf kepadanya. Baginya, tidak ada maaf sebelum dia dapat kesempatan membalaskan sakit hatinya. Orang yang enggan member maaf pada hakikatnya enggan memperoleh ampunan dari Allah swt.

Sifat pendendam tidak hanya merusak pergaulan bermasyarakat tapi jiga merugikan dirinya sendiri. Energi akan terkuras dalam memelihara dan berusaha untuk melampiaskan dendamnya.

Andaikata seseorang tidak mampu menguasai marahnya segera terhadap orang lain yang menyakiti atau menyinggung perasaannya, dia boleh menghindar untuk menenangkan dan menguasai nafsu marahnya. Rasulullah memberi waktu tiga hari, karena tiga hari tersebut dianggap sudah cukup untuk meredakan kemarahan. Setelah itu dia wajib kembali menyambung tali persaudaraan dan persahabatan sesama Muslim.

3.        Faktor yang Berpengaruh Terhadap Akhlak Seseorang.

8

Page 9: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

Akhlak Pribadi seseorang tidaklah selalu baik. Karena pada dasarnya akhlak seseorang itu ada dua macam yaitu akhlak baik dan aklak buruk. Ada juga akhlak pribadi seseorang yang baik kemudian dapat berubah menjadi buruk karena iman seseorang yang kurang kuat dan terpengaruh oleh beberapa faktor dari luar diantaranya :

a.       Faktor Lingkungan Jika kita hidup dalam lingkunga yang bukan kaum muslim, yang keseharianya

masyarakatnya berbuat maksiat, maka seseorang terkadang imannya akan goyah. Oleh karena itu iman yang kuat dibutuhkan oleh kaum muslim. Dan sebaiknya berhati-hatilah dalam memilih lingkungan.

b.      Faktor temanTeman dapat mempengaruhi akhlak seseorang ibaratnnya “ jika kita dekat dengan penjual

parfum maka kita akan harum, dan jika kita dekat dengan penjual tembakau maka kita akan bau tembakau “ jadi pada intinya teman dapat mempengaruhi akhlak seseorang. Oleh karena itu kita harus pandai-pandai dalam bergaul agar akhlak kita tidak terpengaruh kepada orang lain. Tentunya akhlak yang tidak baik.

c.       Faktor internal

Yaitu faktor yang timbul dari dalam diri manusia itu sendiri. Adapan yang termasuk dalam faktor intern adalah sebagai berikut : Gharizah atau naluri (instink) Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin gharizah adalah suatup embawaan yang menyebabkan seseorang itu dapat berbuat apa yangdi kehendakinya tanpa lebih dahulu melakukan apa yang akandi perbuatnya untuk mengerjakan perbuatan ini.

Oleh karena ada beberapa cara agar akhlak pribadi seseorang terbentuk baik diantaranya sebagai berikut :

a.       Akidah (Keyakinan) Yang Benarb.      Berdo’a kepada Allah SWTc.       Mujahadah (Perjuangan)d.      Muhasabah (Intropeksi Diri )e.       Tafakkur (Merenung) Dampak positif dari Akhlak Muliaf.       Melihat dampak negatif dari akhlak tercela g.      Jangan Pernah Berputus asah.      Bercita – cita yang Tinggii.        Berpaling dari orang-orang yang bodoh (Jahil)j.        Terbuka dengan Kritikan dan Sarank.      Bersahabat dengan orang memiliki akhlak mulial.        Membaca Buku-buku tentang akhlak

B.KELUARGA

A. Aspek Akhlak

sikap keteraturan yang ditampakkan oleh allah swt dalam mengelola alam semesta serta

keteraturan yang harus dimunculkan ketika beribadah harus terimplementasi dalam kehidupan

berkeluarga. Seorang kepala keluarga berkewajiban mengatur dan mengelola sistem yang akan

diberlakukan di dalam keluarganya tersebut. Sistem yang dibangun tersebut seyogyanya

mengakomodasi kepentingan-kepentingan anggota keluarganya secara keseluruhan, dan sebagai

9

Page 10: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

konsekwensinya seluruh anggota harus mempunyai komitmen untuk tidak keluar dari peraturan

yang disepakati, sehingga dengan demikian diharapkan terjadi keharmonisan di antara anggota

keluarga tersebut.

Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga tersebut diantaranya:

1. Tanggung jawab

Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa keluarga – sebagaimana halnya bangsa – tidak

dapat hidup tenang dan bahagia tanpa suatu peraturan, kendali dan disiplin yang tinggi.

Kepincangan dalam menerapkan peraturan mengakibatkan kepincangan kehidupan. Memimpin

rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian juga memimpin bangsa. Rasulullah

SAW bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan dituntut

pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”

Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan di berbagai bidang

termasuk kemampuan leadership (kepemimpinan), dan disadari ataupun tidak, sikap bertanggung

jawab ini akan menjadi contoh atau tauladan bagi anggota keluarga yang lain, karena sikap

bertanggung jawab ini tidak hanya dibutuhkan oleh sang pemimpin tapi juga harus menjadi

karakter setiap anggota keluarga, bahkan seluruh anggota masyarakat dan bangsa.

2. Kerjasama

Dalam konteks yang lebih besar, kepemimpinan suatu bangsa misalnya tidak mungkin

mencapai sukses apabila langkah-langkah pemimpin daerah tidak searah dengan kepemimpinan

pusat. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan berjalan mulus jika

bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah keluarga, dan dalam lingkup yang

lebih sederhana, kepemimpinan keluarga pun tentu tidak akan berdaya jika tidak ditunjang

kerjasama dari seluruh anggota keluarga itu sendiri, dengan demikian keharmonisan serta

keteraturan dalam sebuah keluarga akan sukses jika didukung oleh semua pihak yang terlibat di

dalamnya.

Dari keterkaitan-keterkaitan tersebut, terlihat jelas bahwa keteraturan yang di bangun dalam

keluarga yang bersifat mikro sangat berpengaruh terhadap keteraturan keluarga dalam kontek

makro, yaitu kehidupan berbangsa dan bernegara, dan jelaslah pula bahwa keluarga merupakan

tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa.

3. Perhitungan dan Keseimbangan

Kepemimpinan, betapapun kecil dan sederhananya, membutuhkan perhitungan yang tepat.

Jangankan mengelola sebuah keluarga, mengurus satu penjamuan kecil pun mengharuskan

adanya perhitungan, keseimbangan dan keserasian antara jumlah undangan, kapasitas ruangan,

serta konsumsi dan waktu penyelenggaraan. Sangat tidak baik jika kemampuan material

seseorang atau kapasitas ruangan yang tersedia hanya cukup untuk sepuluh orang misalnya

sementara yang diundang seratus orang, tindakan tersebut tentu mengabaikan keseimbangan .

Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga dituntut oleh ajaran Islam.

10

Page 11: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan tanggung jawab terhadap generasi

selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut sebagai “buah hati yang menyejukkan”, serta “Hiasan

kehidupan dunia”. Bagaimana mungkin mereka menjadi “buah hati” dan “hiasan hidup” jika

beban yang dipikul orang tuanya melebihi kemampuannya? Bukankah kita dianjurkan untuk

berdoa: “Ya Tuhan kami, janganlah bebani kami apa yang tak sanggup kami pikul.

4. Disiplin

Keteraturan-keteraturan seperti yang telah diungkapkan sebelumnya pada aspek ibadah,

ternyata berkorelasi dengan sikap kedisiplinan. Keteraturan waktu shalat misalnya,

membutuhkan sikap kedisiplinan bagi yang menjalankannya, tanpa kedisiplinan, kebermaknaan

shalat menjadi berkurang, bahkan bisa jadi hilang. Begitupun ibadah-ibadah yang lain.

Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk mendapatkan

kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin dalam mengatur waktu

untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang anak, untuk menggapai cita-citanya

dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya untuk belajar, bermain, ibadah dan istirahat.

Tanpa kedisiplinan, keteraturan hidup susah tercapai.

5. Kasih sayang

Di antara perasaan-perasaan mulia yang ditanamkan Allah di dalam keluarga adalah perasaan

kasih sayang. Seorang ayah rela bekerja keras mencari nafkah tentu karena kasih sayang

terhadap anak dan istrinya, seorang ibu tanpa mengeluh dan tak kenal lelah mengandung

anaknya selama sembilan bulan, inipun dilandasi cinta dan kasih sayang kepada sang jabang

bayi, bahkan setelah sang anak lahir, dia pun rela mengorbankan diri dan waktunya untuk

membesarkan anaknya tersebut, serta masih banyak lagi contoh keajaiban dari kekuatan besar

yang dinamakan cinta yang merupakan anugrah dari Allah SWT.

Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi seluruh aspek kehidupan berkeluarga, karena

dengan cinta sesuatu yang berat akan terasa mudah. Dan sebaliknya, jika seseorang hatinya

kosong dari cinta atau maka orang tersebut akan cenderung bersifat keras dan kasar, dan pada

akhirnya bisa berakibat tidak baik bagi kelangsungan hidup berkeluarga, seperti timbulnya

penyimpangan-penyimpangan dan lain sebagainya.

Rasulullah SAW bersabda:“Tidaklah termasuk golongan kami, orang-orang yang tidak

mengasihi anak kecil di antara kami dan tidak mengetahui hak orang besar di antara kami.”

Walaupun cinta dan kasih sayang ini adalah sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap insan, tapi

ternyata tidak semua orang mudah mendapatkannya, karena untuk mendapatkannya diperlukan

sebuah perjuangan. Rasulullah SAW bersabda:

“Allah menjadikan kasih sayang di dalam hati orang-orang yang dikehendaki-Nya dari para

hamba-Nya. Dan sesungguhnya Allah hanya mengasihi hamba-hamba –Nya yang suka

mengasihi.”

Dengan demikian, perjuangan untuk mendapatkan kasih sayang-Nya adalah dengan berusaha

sekuat tenaga dan terus menerus memancarkan kasih sayang kepada-Nya dan kepada sesama,

karena semakin ia menyayangi atau mengasihi-Nya maka kasih sayang-Nya akan semakin ia

11

Page 12: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

dapatkan.

B. Ketauladan Ibu Dan Bapak Yang Wajib Ditunjukkan Kepada Anak

Hubungan yang sangat erat yang terjadi dalam pergaulan sehari-hari antara orang tua dan anak

merupakan hubungan berarti yang diikat pula oleh adanya tanggung jawab yang benar sehingga

sangat memungkinkan pendidikan dalam keluarga dilaksanakan atas dasar rasa cinta kasih

sayang yang murni, rasa cinta kasih sayang orang tua terhadap anaknya.

Tetapi hubungan orang tua yang tidak serasi, banyak perselisihan dan percekcokan akan

membawa anak kepada pertumbuhan pribadi dan tidak dibentuk, karena anak tidak mendapat

suasana yang baik untuk berkembang, sebab selalu terganggu oleh suasana orang tuanya. Dan

banyak lagi faktor-faktor tidak langsung dalam keluarga yang mempengaruhi pembinaan pribadi

anak. Di samping itu, banyak pula pengalaman-pengalaman yang mempunyai nilai pendidikan

baginya, yaitu pembinaan-pembinaan tertentu yang dilakukan oleh orang terhadap anak, baik

melalui latihan-latihan atau pembiasaan, semua itu merupakan unsur pembinaan pribadi anak.

1. Contoh Tauladan

Suatu sikap keteladanan dan perbuatan yang baik dan positif yang dilaksanakan oleh orang tua

sangat diperlukan. Hal ini merupakan proses pendisiplinan diri anak sejak dini, agar anak lekas

terbiasa berbuat baik sesuai dengan aturan dan norma yang ditetapkan di masyarakat berdasarkan

kaidah yang berlaku orang tua yang dapat memberi contoh tauladan yang baik kepada anak-

anaknya adalah orang tua yang mampu dan dapat membimbing anak-anaknya ke jalan yang baik

sesuai dengan yang diharapkan.

2. Pembentukan Sikap

Ngalim Purwanto (1997:140), mengemukakan definisi sikap ialah “Suatu cara bereaksi terhadap

suatu perangsang” suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu

perangsang atau situasi yang dihadapi. Untuk mengetahui sejauh mana peranan sikap orang tua

terhadap anak, maka akan diperinci setiap sikap serta akibatnya yang dapat dilihat dari sifat-sifat

kepribadian yang terbentuk, yaitu:

1) Sikap Terlalu Menyayangi Dan Melindungi Serta Memanjakan

2) Sikap Otoriter

3) Sikap Demokratis

C. Birrul Walidain

Birrul Wlidain terdiri dari kata birru dan al-walidain. Birru artinya kebajikan. Al-walidain

artinya dua orang tua atau ibu dan bapak. Birrul Walidain merupakan suatu istilah yang berasal

langsung dari Nabi Muhammad saw, yang berarti berbuat kebajikan kepada kedua orang tua.

Semakna dengan birrul walidain, Al-Qur’an Al-Karim menggunakan istilah ihsan (wa bi al-

walidaini ihsana), seperti yang terdapat dalam firman Allah SWT berikut ini:

وقضىربكاالتعبدوااالاياهوباالوالديناحسانا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah

kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya…”(QS. Al-Isra’ 23)

12

Page 13: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

Allah SWT mewasiatkan kepada umat manusia untuk berbuat ihsan kepada kedua orang tua kita,

Allah SWT berfirman:

ووصينااالنسانبوالديهحسنا

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya…”(QS. Al-

Ankabut 8)

Allah SWT juga meletakan perintah berterima kasih kepada kedua orang tua langsung sesudah

perintah berterima kasih kepada Allah SWT. Allah berfirman:

ووصينااالنسانبوالديهحملتهامهوهناعلىوهنوفصلهفىعاميناناشكرلىولوالديكالىالمصير

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya

telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam

dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah

kembalimu.”(QS. Luqman 14)

Rasulullah juga mengaitkan bahwa keridhaan dan kemarahan Allah SWT berhubungan dengan

keridhaan dan kemarahan kedua orang tua. Rasulullah bersabda:

“Keridhaan Rabb (Allah) ada pada keridhaan orang tua, dan kemarahan Rabb (Allah) ada pada

kemarahan orang tua.”(HR. Tirmidzi)

Bentuk-bentuk Birrul Waldain

1) Mengikuti keinginan dan saran orang tua

2) Menghormati dan Memuliakan kedua orang tua

3) Membantu kedua orang tua secara fisik dan materiil

4) Mendo’akan kedua orang tua

Demikianlah Allah SWT dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat

istimewa sehingga berbuat baik kepada keduanya menempati posisi yang sangat mulia, dan

sebaliknya durhaka kepada salah satu atau keduanya juga menempati posisi yang sangat hina.

Secara khusus Allah mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam

mengandung, menyusui, merawat, dan mendidik anaknya. Kemudian bapak walaupun tidak ikut

mengandung, tetapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi,

membesarkan, dan mendidik anaknya hingga mampu berdiri sendiri, bahkan sampai waktu yang

tidak terbatas.

Berdasarkan hal tersebut maka sangatlah wajar apabila seorang anak menghormati dan

menyanyangi kedua orang tua setelah cintanya kepada Allah SWT.

C.BERMASYARAKAT

1. Bertamu dan Menerima Tamu

Islam memberikan tuntunan bagaimana sebaiknya kegiatan bertamu dan bagaimana

menerima tamu.

13

Page 14: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

Bertamu

Sebelum memasuki rumah seseorang, hendaklah yang bertamu terlebih dahulu meminta

izin dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah. Sebagaiman dijelaskan allah dalam

firmanya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu

sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik

bagimu agar kamu (selalu) ingat” (QS. Surat an-nur: 27)

Adab meminta izin :

a. Memberi salam kemudian meminta izin

b. Memberi tahu nama, sifat, dan kedudukan

c. Meminta izin tiga kali

d. Jangan mengetuk pintu dengan keras

e. Menjauh dari pintu ketika meminta izin

f. Jika tuan rumah memerintahkan pulang, maka pulanglah

Menerima Tamu

Jika tamu datang dari tempat jauh dan ingin menginap, tuan rumah wajib menerima dan

menjamunya maksimal tiga hari tiga malam menurut rasul saw menjamu tamu lebih dari tiga

hari nilanya sedekah.

2. Hubungan Baik dengan Tetangga

Rasulullah saw mengatakan, bahwa tetangga yang baik adalah salah satu dari tiga hal

yang mebahagiakan hidup.

“ Diantara yang membuat bahagia seorang muslim adalah tetangga yang baik, rumah

yang lapang dan kendaraan yang nyaman” (HR. Hakim)

Pentingnya hubungan baik dengan tetangga

Berkali-kali malaikat jibril memesankan kepada nabi muhammad saw untuk berbuat

baik kepada tetangga. Sampai-sampai beliau mengira tetangga akan mendapatkan warisan.

Beliau bersabda yang artinya :

“ Selalu jibril memesankan kepada ku (untuk berbuat baik) dengan tetangga, sampai aku

menduga bahwa tetangga akan menerima warisan” (HR. Mutafaq Alih)

Bentuk-bentuk hubungan baik dengan tetangga

Minimal hubungan baik dengan tetangga diwujudkan dalam bentuk tidak mengganggu

atau menyusahkan mereka. Rasulullah pernah berpesan kepada abu Dzar:

“ Jika engkau memasak gulai, perbanyaklah kuahnya, kemudian perhatikanlah tetangga-

tetanggamu, dan berilah mereka sepantasnya” (HR. Musli)

14

Page 15: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

3. Hubungan Baik dengan Masyarakat

Adab Bergaul Dalam Masyarakat :

1. Adab bergaul dengan yang lebih tua

Isalm mengajarkan bahwa setelah kita menghormati atau menggauli kedua orang tua

dengan penuh kesayangan dan mendo’akannya. Kitapun dianjurkan untuk bergaul dengan orang-

orang tua lainnya dengan penuh hormat dan sopan santun. Karena bagaimanapun mereka adalah

merupakan generasi pendahulu kita, yang mewariskan kebudayaan kepada kita sehingga kita

dapat menikmati hasil perjuangan mereka. Dalam hal ini Nabi saw bersabda :

"Sebagian tanda memuliakan Allah adalah menghormati orang islam yang telah putih rambutny

(tua). (HR. Abu Daud)".

2. Adab bergaul dengan orang yang sebaya

Pergaulan dengan orang yang sebaya adalah amat penting, karena dalam mengarungi

kehidupan di dunia ini kita tidak luput dari kesulitan. Dan dalam mengatasi kesulitan itu akan

lebih cepat tersatasi apabila kita banyak mendapatkan pertolongan orang-orang yang sebaya

dengan kita, karena sama sama merasakan nasip yang seimbang berdasarkan keseimbangan

pengalaman, pengetahuan, usia dan lain sebagainya. Manusia itu tidak akan dapat dengan

sempurna tanpa ada pertolongan orang lain. Firman Allah SWT :

"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikaan bersifat lemah". (QS. An Nisa’ : 28).

3. Adab bergaul dengan yang lebih muda

Kita senantiasa dianjurkan untuk bersikap merendah, yakni bersifat sopan santun

terhadap sesama orang mukmin, termasuk terhadap orang-orang yang lebih muda dari pada kita. 

Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman :.

"Dan merendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. (QS Al Hijr: 88)".

4. Adab bergaul dengan orang yang berbeda agama

Terhadap orang yang berbeda agama pun kita dianjurkan untuk bergaul dengan baik

karena pada dasarnya mereka pun sama-sama manusia yang tidak berbeda dengan kita, asal

kejadian mereka sama dengan kita. Yang membedakan antara kita dengan orang-orang yang

berlainan agama adalah ketaqwaannya .

Firman Allah SWT :

"Hai manusia sesunguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

15

Page 16: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

kenal mengenal. Sesunguhnya orang yang paling mulia diantara kau disisi Allah adalah orang

yang paling bertaqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha

mengenal".

5. Adab berpakaianPakaian itu dikategorikan kedalam dua fungsi yaitu :

1. Pakaian berfungsi sebagai penutup aurat.

2. Sebagai perhiasan memperindah jasmani manusia.

Firman Allah SWt :

"Hai anak adam sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan dan pakaian taqwa yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat". (QS. Al A’raf : 26)

Dalam hal adab berpakaian bagi wanita telah dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min : “Hendaklah mereka menggunakan jilbabnya keseluruh tubuh yang demilian itu supaya mereka mudah untuk dikenali, dan dengan itu merka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

6. Adap Memandang

Dalam masalah adab memandang dalam Alquran di jelaskan sebagai berikut:

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya

dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah kebaikan bagi mereka. Dan Allah maha

mengetahui apa yang mereka perbuat.

7. Adab Berbicara

Sebagai seorang mukmin hendaknya senantiasa membicarakan hal-hal dan masalah-

masalah yang membawa kemaslahatan hidup. Cara kita berbicara juga dengan cara yang benar

artinya menggunakan sopan santun berbicara serta tidak boleh berbicara dihadapan lawan

dengan cara ngotot.

8. Adab Makan dan Minum

Adab dalam makan antara lain :

1. Bila hendak makan membaca Basmalah

2. Tidak boleh makan dengan tangn kiri

3. Tidak boleh makan minum sambil berdiri.

4. Tidak boleh mencela makanan.

5. Tidak boleh menghembus minuman.

16

Page 17: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

Dalam surat al-hujurat ayat 13 dinyatakan bahwa manusia diciptakan dari laki-laki dan

perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling mengenal.

Kewajiban sosial sesama muslim

Adapun kewajiban-kewajiban seorang muslim atas muslim lainnya :

1. Menjawab salam

2. Mengunjungi orang sakit

3. Mengiringi jenazahnya

4. Memenuhi undangannya

5. Menjawab ketika orang bersin

6. Memberi pertolongan ketika dimintai pertolongan

Toleransi Agama

Islam mengajarkan kkepada kita untuk bertoleransi, yaitu menghormati keyakinan umat

lain tanpa memaksa (QS. Al-Baqarah : 256), kalau berdialog dengan mereka hendaklah dengan

cara yang baik (QS. Al-Ankabut : 46) tidak boleh menghina agama dan keyakinan mereka.

4. Pergaulan Muda-mudi

Mengucapkan dan menjawab salam

9. Islam mengajarkan kepada sesama muslim untuk saling bertukar salam apabila bertemu (QS.

An-Nisa’ : 86 / bertamu (QS. An-Nur : 27))

10. Salam yang diucapkan minimal adalah “assalamu’alaikum”

11. Mengucapkan salam hukumnya sunnah, tetapi menjawabnya wajib

12. Bila bertamu, yang mengucapkan salam terlebih dahulu adalah yang bertamu (QS. An-Nur :

27)

13. Salam tidak diucapakan hanya saat saling bertemu, tapi tatkala mau berpisah juga

14. Jika dalam rombongan, baik yang mengucapkan dan maupun yang menjawab salam boleh

hanya salah seorang dari anggota rombongan tersebut

15. Rasulullah saw melarang mengucapkan atau menjawab salam ahlul kitab.

16. Pria boleh mengucapkan salam kepada wanita dan begitu pula sebaliknya

berjabatan tangan

rasulullah bersabda :

“ sungguh, jika kepala seorang di antara kamu ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya : (HR. Tabrani dan baihaqi)

Dari hadits tersebut seorang pria tidak boleh berjabat tangna dengan seorang wanita

yang bukan istri dan bukan mahramnya, begitu pula sebaliknya. Salah satu hikamah larangan

tersebut adalah sebagai tindakan preventif dari perbuatan yang lebih besar dosanya, yaitu

perzinahan.

Khalwah

17

Page 18: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

Khalwah adalah berdua-duaan antara pria dan wanita yang tidak ada hubungan suami

istri dan tidak pula mahram tanpa ada orang ketiga dan larangan berkhalwah adalah tindakan

pencegahan supaya tidak terjatuh ke lembah dosa yang lebih dalam lagi.

5. Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah islamiyah adalah sebuah istilah yang menunjukkan persaudaraan antara

sesama muslim di seluruh dunia tanpa adanya perbedaan. Pesaudaraan seiman ini ditegaskan

dalam surah Al-Hujurat ayat 10 :

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara, oleh karena itu damaikanlah

antara kedua saudaramu, dan bertakwalah kepada allah agar kamu mendapat rahmat “

Menegakkan dan Membina Ukhuwah Islamiyah

Empat tiang penyangga ukhuwah islamiyah yaiyu:

1. Ta’aruf

2. Tafahum

3. Ta’awun

4. Takaful

Memelihara Ukhuwah Islamiyah

Ada enam sikap dan perbuatan yang dilarang leh allah untuk memelihara ukhuwah islamiyah :

1. Memperolok-olokkan orang lain

2. Mencaci orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan

3. Memanggil orang lain dengan gelar-gelar yang tidak disukai

4. Berburukl sangka

5. Mencari-cari kesalahan orang lain

6. Bergunjing

D.AKHLAQ BERNEGARA

Sesungguhnya , akhlak adalah nilai pemikiran yang telah menjadi sikap mental yang mengakar dalam jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku yang bersifat tetap, natural, dan refleks. Jadi, jika nilai islam mencakup semua sektor kehidupan manusia, maka perintah beramal shalih pun mencakup semua sektor kehidupan manusia.

Tentunya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan pengertian akhlak bernegara ini untuk membuat diri kita ‘kebal’ terhadap kebatilan yang nantinya akan menggoda iman kita , dalam melaksanakan bakti kita kepada negara.

A. Musyawarah

18

Page 19: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

Kata ( شورى ) Syûrâ terambil dari kata ( - إستشاورة- مشاورة .Syûrâ ( شورى ) menjadi (شاورةKata Syûrâ bermakna mengambil dan mengeluarkan pendapat yang terbaik dengan menghadapkan satu pendapat dengan pendapat yang lain.Dalam Lisanul ‘Arab berarti memetik dari serbuknya dan wadahnya. Kata ini terambil dari kalimat ( العسل saya mengeluarkan (شرتmadu dari wadahnya.

Berarti mempersamakan pendapat yang terbaik dengan madu, dan bermusyawarah adalah upaya meraih madu itu dimanapun ia ditemukan, atau dengan kata lain, pendapat siapapun yang dinilai benar tanpa mempertimbangkan siapa yang menyampaikannya. Musyawarah dapat berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu.

Adapun salah satu ayat dalam Al – Qur’an yang membahas mengenai Musyawarah adalah surah Al-Syura ayat 38:

1ف0ُق.وَن, .ن ي ,اه.ْم1 ق1ن َز, ر, و,م0م4ا ,ه.ْم1 1ن ,ي ب ى ور, ش. ه.ْم1 م1ر., و,َأ الص4الة, ,ق,ام.وا و,َأ 7ه0ْم1 ب 0ر, ل .وا اب ,َج, ت اس1 4ِذ0يَن, و,ال

Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-Syura: 38)

Dalam ayat diatas , syura atau musyawarah sebagai sifat ketiga bagi masyarakat Islam dituturkan setelah iman dan shalat . Menurut Taufiq asy-Syawi , hal ini memberi pengertian bahwa musyawarah mempunyai martabat setelah ibadah terpenting , yakni shalat , sekaligus memberi pengertian bahwa musyawarah merupakan salah satu ibadah yang tingkatannya sama dengan shalat dan zakat . Maka masyarakat yang mengabaikannya dianggap sebagai masyarakat yang tidak menetapi salah satu ibadah .

Memang , musyawarah sangat diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang paling baik disamping untuk memperkokoh rasa persatuan dan rasa tanggung jawab bersama . Ali Bin Abi Thalib menyebutkan bahwa dalam musyawarah terdapat tujuh hal penting yaitu , mengambil kesimpulan yang benar , mencari pendapat , menjaga kekeliruan , menghindari celaan , menciptakan stabilitas emosi , keterpaduan hati , mengikuti atsar.

1. Hal – Hal yang Boleh di Musyawarahkan

Islam memberikan batasan – batasan hal – hal apa saja yang boleh dimusyawarahkan . Karena musyawarah adalah pendapat orang, maka apa – apa yang sudah ditetapkan oleh nash (Al – Qur’an dan As-Sunnah) tidak boleh dimusyawarahkan , sebab pendapat orang tidak boleh mengungguli wahyu.

Jadi musyawarah hanyalah terbatas pada hal – hal yang bersifat Ijtihadiyah . Para sahabat pun kalau dimintai pendapat mengenai suatu hal , terlebih dahulu mereka bertanya kepada Rasulullah SAW . Apakah masalah yang dibicarakan telah diwahyukan oleh Allah atau merupakan Ijtihad Nabi . Jika pada kenyataannya adalah ijtihad Nabi , maka mereka mengemukakan pendapat .

Masalah – masalah ijtihadiyah diungkapkan dalam Al – Qur’an dengan kata Al – Amr . Istilah amruhum disini berarti masalah bersama atau ‘common problems’ , yaitu masalah – masalah yang menyangkut kepentingan nasib atau anggota masyarakat yang bersangkutan .

19

Page 20: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

2. Tata Cara Musyawarah

Rasulullah mempunyai tata cara bermusyawarah yang sangat bervariasi ; (1) Kadang kala seseorang memberikan pertimbangan kepada beliau , lalu beliau melihat pendapat itu benar , maka beliau mengamalkannya (2) Kadang – kadang beliau bermusyawarah dengan dua atau tiga orang saja (3) Kadang kala beliau juga bermusyawarah dengan seluruh massa melalui cara perwaklian .

Dari beberapa tata cara bermusyawarah Rasulullah diatas kita dapat menyimpulkan bahwa tatacara musyawarah , anggota musyawarah bias selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman , tetapi hakekat musyawarah harus selalu tegak ditengah masyarakat dan Negara .

Adapun hal – hal yang harus dimusyawarahkan dengan seluruh umat , baik langsung maupun lewat perwakilan , dan ada hal – hal yang cukup dimusyawarahkan dengan pemimpin (ulil amri) , ulama , cendekiawan , dan pihak - pihak berkompeten lainnya , tetapi tetap dan tidak boleh tidak harus dengan semangat kebenaran dan kejujuran . Yang dicari dalam musyawarah adalah kebenaran bukan kemenangan .

3. Sikap Bermusyawarah

Supaya musyawarah dapat berjalan dengan lancar dan penuh persahabatan , firman Allah dalm surat Ali Imran ayat 159 :

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imran : 159)Dapat kita lihat Allah SWT mengisyaratkan ada beberapa sikap yang harus dilakukan dalam bermusyawarah , yaitu sikap lemah lembut , pemaaf , dan memohon ampunan Allah SWT .

1. Lemah Lembut

Seseorang yang melakukan musyawarah , apalagi sebagai pimpinan harus menghindari tutur kata yang kasar serta sikap keras kepala , karena jika tidak , mitra musyawarah akan tidak menghormati pemimpin musyawarah.

2. Pemaaf

Setiap orang yang bermusyawarah harus menyiapkan mental untuk selalu bersedia member maaf . Karena mungkin saja ketika musyawarah terjadi perbedaan pendapat , atau keluar kalimat – kalimat yang menyinggung pihak lain . Dan bila itu masuk kedalam hati , akan mengeruhkan pikiran , bahkan boleh jadi musyawarah berubah menjadi pertengkaran .

3. Mohon Ampunan Allah SWT

Untuk mencapai hasil yang terbaik ketika musyawarah , hubungan dengan Tuhan pun harus

20

Page 21: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

harmonis . Oleh sebab itu , semua anggota musyawarah harus senantiasa membersihkan diri dengan cara memohon ampun kepada Allah SWT baik untuk diri sendiri , maupun anggota musyawarah lainnya .

B. Menegangkan Keadilan

Istilah keadilan berasal dari kata ‘adl (Bahasa Arab), yang mempunyai arti antara lain sama dan seimbang. Dalam pengertian pertama, keadilan dapat diartikan sebagai membagi sama banyak, atau memberikan hak yang sama kepada orang-orang atau kelompok. Dengan status yang sama. Misalnya semua pegawai dengan kompetensi akademis dan pengalaman kerja yang sama berhak mendapatkan gaji dan tunjangan yang sama. Semua warga negara – sekalipun dengan status sosial – ekonomi – politik yang berbeda-beda – mendapatkan perlakuan yang sama dimata hukum.

Dalam pengertian kedua, keadilan dapat diartikan dengan memberikan hak seimbang dengan kewajiban, atau memberi seseorang sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya orang tua yang adil akan membiayai pendidikan anak-anaknya sesuai dengan tingkat kebutuhan masing-masing sekalipun secara nominal masing-masing anak tidak mendapatkan jumlah yang sama. Dalam hukum waris misalnya, anak laki-laki ditetapkan oleh Al-Qur’an (QS. An-Nisa’ 4:11) mendapatkan warisan dua kali bagian anak perempuan. Hal itu karena anak laki-laki setelah berkeluarga menanggung kewajiban membiayai hidup isteri dan anak-anaknya, sementara anak perempuan setelah berkeluarga dibiayai oleh suaminya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adil diartikan (1) tidak berat sebelah; tidak memihak; (2) berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran; dan (3) sepatunya; tidak sewenang-wenang. Beberapa pengertian ini tetap berangkat dari dua makna kata adil diatas. Dengan prinsip persamaan seorang yang adil tidak akan memihak kecuali kepada yang benar. Dan dengan azas keseimbangan seorang yang adil berbuat atau memutuskan sesuatu dengan sepatunya dan tidak bertindak sewenang-wenang.

Disamping menggunakan kata ‘adl Al-Qur’an juga menggunakan kata qisbth dan mizan untuk pengertian yang sama. Misalnya dalam dua ayat berikut ini :

“Katakanlah, “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan.”(QS. Al-A’raf 7: 29)

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksankan keadilan..”(QS. Al-Hadid 57:25).

a. Perintah Berlaku Adil

Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya manusia berlaku adil dan menegakkan keadilan. Perintah itu ada yang bersifat umum dan ada yang khusus dalam bidang-bidang tertentu. Yang bersifat umum misalnya :

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl 16:90)

Sedangkan yang bersifat khusus misalnya bersikap adil dalam menegakkan hukum (QS. An-Nisa’ 4: 58); adil dalam mendamaikan conflik (QS. Al-Hujurat 49:9); adil terhadap musuh (QS.

21

Page 22: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

Al-Maidah : 8) adil dalam rumah tangga (QS. An-Nisa’ 4:3 dan 129); dan adil dalam berkata (QS. Al-An’am 6:152).

b. Keadilan Hukum

Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat dalam hukum, tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit, status sosial, ekonomi, politik dan lain sebagainya. Allah menegaskan :

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’4:58).

Keadilan hukum harus ditegakkan walaupun terhadap diri sendiri, atau terhadap keluarga dan orang-orang yang dicintai. Tatkala seorang sahabat yang dekat dengan Rasulullah SAW meminta “keistimewaan” hubungan untuk seorang wanita bangsawan yang mencuri, Rasulullah menolaknya dengan tegas:

“Apakah anda hendak meminta “keistimewaan” dalam pelaksanaan hukum Allah? Sesungguhnya kehancuran ummat yang terdahulu karena mereka menghukum pencuri yang lemah, dan membiarkan pencuri yang elit. Demi Allah yang memelihara jiwa saya, kaulah Fatimah binti Muhammad mencuri, pastilah Muhammad akan memotong tangan puterinya itu.”(HR. Ahmad, Muslim dan Nasa’i)

Mengingat pentingnya menengakkan keadilan itu menurut ajaran Islam, maka orang yang diangkat menjadi hakim haruslah yang betul-betul memenuhi syarat keahlian dan kepribadian. Kecuali mempunyai ilmu yang luas, dia juga haruslah seorang yang taat kepada Allah, mempunyai akhlaq yang mulia, terutama kejujuran atau amanah. Apabila hakim itu seorang yang lemah, maka dia mudah dipengaruhi, ditekan dan disuap. Akibatnya orang-orang yang bersalah dibebaskan dari hukumnya, sekalipun kesalahan atau kejahatannya sangat merugikan masyarakat dan negara.

Rasulullah SAW bersabda dari tiga orang hakim dua akan masuk neraka dan hanya satu yang masuk sorga. Hakim yang masuk neraka adalah 1). Hakim yang menjatuhkan hukuman dengan cara yang tidak adil, bertentangan dengan hati nuraninya, bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah, sedang dia sendiri mengetahui dan menyadari perbuatannya itu; 2). Hakim yang menjatuhkan hukuman yang tidak adil karena kebodohannya. Hakim yang masuk sorga adalah hakim yang menjatuhkan hukuman berdasarkan keadilan dan kebenaran.  c. Keadilan dalam Segala Hal

Disamping keadilan hukum, islam memerintahkan kepada umat manusia, terutama orang-orang yang beriman untuk bersikap adil dalam segala aspek kehidupan, baik terhadap diri dan keluarganya sendiri, apalagi kepada orang lain. Bahkan kepada musuh sekalipun setiap mukmin harus dapat berlaku adil. Mari kita perhatikan beberapa nash berikut ini :

1. Adil terhadap diri sendiri

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan,

22

Page 23: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia (terdakwa atau tergugat itu) kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti bawa nafsu kamu ingin menyimpang dari kebenaran...”(QS. An-Nisa’4:135)

2. Adil terhadap isteri dan anak-anak

“....Kawinilah wanita-wanita yang kamu sukai dua, tiga, atau empat. Tapi jika kamu khawatir tidak dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja...”(QS. An-Nisa’ 4:3).

3. Adil dalam mendamaikan perselisihan

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah) maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”(QS. Al-Hujurat 49:9).4. Adil dalam berkata

“...Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat (mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu, diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.” (QS. Al-An’am 6:152)

5. Adil terhadap musuh sekalipun

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Maidah 5:8)

Tentu masih banyak nash Al-Qur’an dan Sunnah tentang keadilan dalam seluruh aspek kehidupan yang belum penulis sebutkan dalam fasal ini karena keterbatasan ruangan, tapi cukuplah kita menyimpulkan bahwa Islam menginginkan keadilan yang komprehensif, yang mencakup keadilan politik, ekonomi, sosial dan lain-lainnya.

C. Mar Ma’ruf Nahi Munkar

Secara harfiah amar ma’ruf nahi munkar (al-amru bi ‘l-ma’ruf wa ‘n-nahyu ‘an ‘l-munkar) berarti menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.

Ma’ruf secara etimologis berarti yang dikenal, sebaliknya munkar adalah sesuatu yang tidak dikenal. Menurut Muhammad ‘Abduh, ma’ruf adalah apa yang dikenal (baik) oleh akal sehat dan hati nurani (ma ‘arafathu al-‘uqul wa ath-thaba’ as-salimah), sedangkan munkar adalah apa yang ditolak oleh akal sehat dan hati nurani (ma ankarathu al-‘uqul wa ath-thaba’ as-salimah).

Berbeda dengan Abduh, Muhammad ‘Ali ash-Shabuni mendefinisikan ma’ruf dengan “apa yang diperintahkan syara’ (agama) dan dinilai baik oleh akal sehat” (ma amara bibi asy-syara’ wa ‘stabsanahu al-‘aqlu as-salim), sedangkan munkar adalah “apa yang dilarang syara’ dan dinilai buruk oleh akal sehat” (ma naha ‘anhu asy-syara’ wa’staqbahahu al-‘aqlu as-salim).

23

Page 24: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

  Terlihat dari dua definisi diatas, bahwa yang menjadi ukuran ma’ruf atau munkarnya sesuatu ada dua, yaitu agama dan akal sehat atau hati nurani. Bisa kedua-duanya sekaligus atau salah satunya. Semua yang diperintahkan oleh agama adalah ma’ruf, begitu juga sebaliknya, semua yang dilarang oleh agama adalah munkar.

Hal-hal yang tidak ditentukan oleh agama ma’ruf dan munkarnya ditentukan oleh akal sehat atau hati nurani. Jadi waw dalam definisi Shabuni diatas berarti aw sebagaimana yang didefinisikan oleh al-Ishfahani: “Ma’ruf adalah sebuah anma untuk semua perbuatan yang dikenal baiknya melalui akal atau syara’, dan munkar adalah apa yang ditolak oleh keduanya” (Wa al-ma’ruf ismun likulli fi’lin yu’rafu bi al-‘aqli aw as-syari’ husnuhu, wa al-munkar ma yunkaru bihima.

Dengan pengertian diatas tentu ruang lingkup yang ma’ruf dan munkar sangat luas sekali, baik dalam aspek aqidah, ibadah, akhlaq maupun mu’amalat (sosial, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dlsb). Tauhidullah, mendirikan shalat, membayar zakat, amanah, toleransi beragama, membantu kaum dhu’afa’ dan mustadh’afin, disiplin, transparan dan lain sebagainya adalah beberapa contoh sikap dan perbuatan yang ma’ruf. Sebaliknya bahu-membahu dalam menjalankannya. Dalam hal ini Allah menjelaskan :

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah 9:71)

Dalam ayat diatas juga dapat kita lihat bahwa kewajiban amar ma’ruf nahi munkar tidak hanya dipikulkan kepada kaum laki-laki tapi juga kepada kaum perempuan, walaupun dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kodrat dan fungsi masing-masing.

Jika umat Islam ingin mendapatkan kedudukan yang kokoh di atas permukaan bumi, disamping mendirikan shalat dan membayar zakat mereka harus melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Allah SWT berfirman :

“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”(QS. Al-Haji 22:41)

Muhammad Asad, sebagaimana dikutip oleh Ahmad Syafii Maarif, mengartikan ungkapan in makkannahum fi ‘l ardhi dengan if We firmly establish them on earth” (manakala Kami kokohkan posisi mereka di muka bumi”. Kedudukan yang kokoh artinya punya kekuasaan politik maupun ekonomi.

Jika umat Islam mengabaikan amar ma’ruf nahi munkar, maka hal itu tidak hanya akan membuat mereka kehilangan posisi yang kokoh diatas permukaan bumi, tapi juga akan mendapat kutukan dari Allah SWT sebagaimana Allah dulu mengutuk Bani Israil. Allah berfirman :

“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan “Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalul melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Maidah 5: 78-79)

24

Page 25: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

Mereka dikutuk terutama karena mereka satu sama lain tidak melarang tindakan munkar yang mereka lakukan, bukan karena mereka Bani Israil. Sebab Bani Israil (Ahlul Kitab) yang masuk Islam dan setelah itu melakukan amar ma’ruf nahi munkar dipuji oleh Allah sebagai ornag-orang yang saleh. Allah berfirman :

“Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud. Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada pelbagai kebajikan. Mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ali Imran : 113-114).

Nahi Munkar

Dibandingkan dengan amar ma’ruf, nahi munkar lebih berat karena berisiko tinggi, apalagi bila dilakukan terhadap penguasa yang zalim. Oleh karena itu Rasulullah SAW sangat memuliakan orang-orang yang memiliki keberanian menyatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim. Beliau bersabda:“Jihad yang paling utama ialah menyampaikan al-baq terhadap penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud, Trimizi dan Ibn Majah)

Nahi munkar dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bagi yang mampu melakukan dengan tangan (kekuasaannya) dia harus menggunakan kekuasaannya itu, apalagi tidak bisa dengan kata-kata, dan bila dengan kata-kata juga tidak mampu paling kurang menolak dengan hatinya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :

“Barangsiapa diantara kamu melihat kemunkaran, hendaklah dia merobahnya dengan tangannya. Kalau tidak sanggup (dengan tangan, maka robahlah) dengan lisannya. Dan apabla tidak sanggup (dengan lisan), maka robahlah dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman”. (HR. Muslim).

D. Hubungan Pemimpin Dan Yang Dipimpin

Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah SWT adalah pemimpin orang-orang yang beriman :

“Allah Pemimpin orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, pemimpin-pemimpin mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah 2:257)

Azh-zhulumat (kegelapan) dalam ayat diatas adalah simbol dari segala bentuk kekufuran, kemusyrikan, kefasikan dan kemaksiatan. Atau dalam bahasa sekarang azh-zhulumat adalah bermacam-macam ideologi dan isme-isme yang bertentangan dengan ajaran Islam seperti komunisme, sosialisme, kapitalisme, liberalisme, materialisme, hedonisme dan lain sebagainya. Sedangkan an-Nur adalah simbol dari ketauhidan, keimanan, ketaatan dan segala kebaikan lainnya.

At-thaghut adalah segala sesuatu yang disembah (dipertuhan) selain dari Allah SWT dan dia suka diperlakukan sebagai Tuhan tersebut. Menurut Sayyid Qutub, Thaghut adalah segala sesuatu yang menentang kebenaran dan melanggar batas yang telah digariskan oleh Allah SWT untuk hamba-Nya. Dia bisa berbentuk pandangan hidup, peradaban dan lain-lain yang tidak berlandaskan ajaran Allah SWT.

25

Page 26: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

Secara operasional kepemimpinan Allah SWT itu dilaksanakan oleh Rasulullah SAW, dan sepeninggal beliau kepemimpinan itu dilaksanakan oleh orang-orang yang beriman. Hal itu dinyatakan di dalam Al-Qur’an :

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (Al – Maidah : 55 )

a. Kriteria Pemimpin dalam Islam

Pemimpin umat atau dalam ayat diatas di istilahkan dengan waliy dan dalam ayat lain (Q.S An-Nisa 4:59) disebut dengan Ulil Amri adalah penerus kepemimpinan Rasulullah SAW setelah beliau meninggal dunia . Orang – orang yang dapat dipilih menggantikan beliau sebagai pemimpin minimal harus memenuhi empat kriteria sebagaimana dijelaskan dalam surat Al – Maidah ayat 55 .

1. Beriman kepada Allah SWT

Karena Ulil Amri adalah penerus kepemimpinan Rasulullah SAW , sedangkan Rasulullaj sendiri adalah pelaksana kepemimpinan Allah SWT , maka tentu saja yang pertama kali harus dimiliki penerus beliau adalah Keimanan . Tanpa Keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya bagaimana mungkin pemimpin dapat diharapkan memimpin umat menempuh jalan Allah diatas permukaan bumi ini .

2. Mendirikan Shalat

Shalat adalah ibadah Vertikal langsung kepada Allah SWT . Seorang pemimpin yang mendirikan shalat diharapkan memiliki hubungan vertical yang baik dengan Allah SWT . Diharapkan nilai – nilai kemuliaan dan kebaikan yang terdapat dalam shalat dapat tercermin dalam kepemimpinannya.

3. Membayarkan Zakat

Zakat adalah ibadah madhdhah yang merupakan simbol kesucian dan kepedulian social . Seorang pemimpin yang berzakat diharapkan selalu berusaha mensucikan hati dan hartanya . Dia tidak mencari dan menikmati harta dengan cara yang tidak halal (mis : Korupsi , Kolusi , dan Nepotisme ) . Dan lebih dari pada itu dia memiliki kepedulian social yang tinggi terhadap kaum dhu’afa dan mustadh’afin . Dia akan menjadi pembela orang – orang yang lemah .

4. Selalu Tunduk Patuh kepada Allah SWT

Dalam ayat diatas disebutkan pemimpin itu haruslah orang selalu ruku’ . Ruku’ adalah simbol kepatuhan secara mutlak kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yang secara konkret dimanifestasikan dengan menjadi seorang muslim yang kaffah , baik dalam aspek aqidah , ibadah , akhlaq maupun muamalat . Aqidahnya benar , ibadahnya tertib , dan sesuai tuntutan Nabi , akhlaknya terpuji , dan muamalatnya tidak bertentangan dengan syariat .

b. Konsep Leader is a Ladder

Konsep ini merupakan konsep Hubungan Pemimpin dan yang dipimpin yang merupakan hasil ijtihad dari penulis , dimana Konsep Leader is a Ladder merupakan konsep dimana seorang

26

Page 27: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

pemimpin merupakan sebuah tangga yang akan menjadi perantara atau jembatan bagi calon pemimpin selanjutnya .

Pemimpin yang baik disini adalah pemimpin yang mencetak sebanyak mungkin calon Pemimpin , yang nantinya dapat melanjutkan kepemimpinan selanjutnya dengan lebih baik dan lebih matang .

Konsep ini diterapkan agar pemimpin menjadi panutan dan teladan bagi bawahannya dan Menurut James A.F Stonen, terdapat tujuh tugas utama seorang pemimpin adalah :

1. Pemimpin bekerja dengan orang lain : Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi.

2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas): Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa kegagalan.

3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas : Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas- tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.

4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual : Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.

5. Manajer adalah forcing mediator : Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).

6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat: Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.

7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit : Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.

Dari ketujuh hal inilah yang harusnya pemimpin terapkan dalam tugasnya memimpin orang - orang , dan setelah hal ini diimplementasikan maka seorang pemimpin wajib untuk 'menurunkan ilmu' nya ini kepada bawahannya . Agar bawahannya ini kelak akan menjadi pemimpin yang dapat menjalankan tugasnya kelak.

Adapun hambatan yang dihadapi ketika ingin menerapkan 1. Egois : kenapa Egois , karena kebanyakan para pemimpin hanya mau dia sajalah merasakan bangku kepemimpinan tersebut , tanpa harus memikirkan orang setelahnya yang akan menduduki posisi pimpinan tersebut . Sehingga mereka terlalu 'masa bodoh' dengan bawahannya.

27

Page 28: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

2. Sombong : penyakit kekuasaan yang satu ini tentunya telah mengakar sejak zaman dahulu kala , penyakit kesombongan karena merasa sudah diatas sehingga melupakan bawahannya . Hal ini menggambarkan bahwa seorang pemimpin tidak sepantasnya bersikap sombong , karena pemimpin bagaikan tangga maka pemimpin harus menjadi fasilitator.

3. Iri dan Dengki : walaupun sudah menjadi pemimpin , penyakit iri dan dengki masih saja menjangkiti para pemimpin . Sebagian kecil dari pemimpin tersebut masih saja iri melihat bawahannya yang mendapatkan jatah lebih banyak dari dirinya . Maka si pemimpin akan iri terhadap bawahannya , dan mengambil jatah bawahannya.  c. Persaudaraan antara Pemimpin dan yang Dipimpin

Sekalipun dalam struktur bernegara ada hirarki kepemimpinan yang mengharuskan umat atau takyat patuh kepada pemimpinnya , tetapi dalam pergaulan sehari – hari hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin tetaplah dilandaskan kepada prinsip – prinsip ukhuwah islamiyah , bukan prinsip – prinsip atasan dengan bawahan . Demikianlah yang dicontohkan Rasulullah SAW.

Kaum Muslimin yang berada di sekitat beliau waktu itu dipanggil dengan sebutan sahabat – sahabat , suatu panggilan yang menujukkan hubungan yang horizontal , sekalipun ada kewajiban patuh secara mutlak kepada beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul .

Hubungan persaudaraan seperti itu dalam praktiknya tidaklah melemahkan kepemimpinan Rasulullah SAW , tetapi malah memperkokoh , karena tidak hanya didasari hubungan Formal , tapi juga hubungan hati yang dipenuhi kasih sayang .

PENUTUP

KESIMPULAN

Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Akhlak

dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku yang tibul dari dalam diri manusia sendiri dengan

didorong oleh motivasi dari dalam diri manusia tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan

terlebih dahulu. Bisa dikatakan kalau akhlak mucul atas kemauan hati nurani yang terdalam.

Akhlak sendiri terbagi atas dua jenis yaitu akhlak mahmudah atau akhlak-akhlak terpuji dan

akhlak mazmumah atau akhlak-akhlak tercela. Sebagai umat manusia tentunya kita harus

memiliki akhlak yang baik dengan berpedoman kepada Al-Quran dan Hadist, karena di dalam

kedua pedoman hidup tersebut memuat seluruh aturan-aturan yang berguna sebagai pembatas

dalam melakukan sesuatu selama hidup di dunia. Dengan berpedoman pada Al-Quran dan Hadist

tentunya hidup ini akan menjadi tentram dan selalu diliputi kebahagiaan.

Aktualisasi akhlak dalam kehidupan sehari-hari meliputi akhlak kepada Allah SWT, akhlak

kepada Rasulullah saw, akhlak pribadi, kepada sesame manusia dan kepada lingkungan hidup.

28

Page 29: Tugas Bab Xiii Akhlaq Sosial

29