makalah survey pendahuluan kelompok 3
DESCRIPTION
Survey PendahuluanTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Kompleksitas operasi dalam perusahaan menuntut auditor untuk mengetahui kerumitan
operasi yang diaudit baik pada saat audit mulai dilakukan maupun pada saat audit sudah selesai.
Untuk memperoleh pemahaman, informasi, dan perspektif yang dibutuhkan untuk mendukung
kesuksesan audit maka para auditor perlu untuk melakukan survey pendahuluan.
Survey pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat yang akan
menunjang keberhasilan audit. Jika survey pendahuluan direncanakan dan dilaksanakan dengan
baik, maka survey tersebut akan menjadi lebih dari sekedar cara untuk pemahaman yang efektif
melainkan menjadi penentu keberhasilan audit. Auditor internal harus memastikan bahwa waktu
dan upaya yang dihabiskan untuk survey pendahuluan bisa produktif. Survey pendahuluan yang
baik akan menghasilkan program audit yang tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang
keberhasilan audit.
Sebagaimana halnya filosofi audit yang terus bergeser dan berkembang, pendekatan audit
khusus seperti control self assessment juga makin berkemban. Survey pendahuluan dapat
membantu auditor memutuskan jenis audit yang paling efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Survey Pendahuluan
Survey pendahuluan (preliminary survey) merupakan proses yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai risiko dari suatu unit yang akan diperiksa.
Survey pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai objek yang diteliti tanpa
melakukan verifikasi secara rinci. Tujuan dari survey pendahuluan ini untuk lebih memahami
aktivitas auditee, mengidentifikasi area/bidang yang memerlukan penekanan khusus dalam audit,
memperoleh informasi awal sebagai bahan untuk melakukan pekerjaan lapangan, dan menetukan
apakah perlu melakukan audit lebih lanjut. Dengan kata lain, survey pendahuluan berguna untuk
memahami lebih baik mengenai tujuan, proses, risiko, dan pengendalian dari bagian/fungsi yang
diaudit.
Survey pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis karyawan dan
system, namun bias juga menjadi sebuah pencarian yang tidak beraturan. Auditor internal harus
memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survey pendahuluan bias produktif.
B. Langkah Survey Pendahuluan
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh auditor untuk melakukan survey pendahuluan
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan studi awal
Studi awal yang dilakukan auditor mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun
sebelumnya, temuan audit, bagan organisasi, dan dokumen lain yang akan membantu
untuk lebih memahami subjek audit. Studi awal dilakukan dikantor pusat, meskipun
banyak auditor internal saat ini dapat mengakses informasi secara elektronik dari lokasi
yang jauh. Kertas kerja penugasan sebelumnya dapat menunjukan pendekatan yang
dilakukan auditor lain atas penugasan tersebut, meskipun pendekatan ini mungkin tidak
layak atau tidak diinginkan untuk audit tahun ini
2. Pendokumentasian (Documenting)
Beberapa hal yang dilakukan pada saat pendokumentasian adalah :
a. Pembuatan Daftar Pengingat
Daftar pengingat dirancang untuk membantu auditor mengorganisasikan kertas kerja
mereka dan membuat tahap audit selanjutkan lebih sederhana untuk dikerjakan.
b. Daftar Isi Awal
Daftar isi sebaiknya disiapkan di bagian pertama kertas kerja sebelum tahap
perencanaan audit. Daftar isi akan memaksa auditor untuk mendaftar masalah yang
harus ditangani seiring dengan kemajuan penugasan dan membuat kertas kerja.
c. Pengurangan Biaya (Cost Reduction)
Manajemen mengharapkan penugasan auditor internal akan mengurangi biaya yang
dapat mempengaruhi laba perusahaan.
d. Catatan Kesan (Record of Impression)
Catatan kesan berfungsi sebagai daftar pengingat bagi auditor ketika mereka sedang
melakukan pembicaraan rahasia dengan manajer senior. Catatan kesan dapat
membantu mengidentifikasi gejala-gejala kemunduran yang membutuhkan perhatian
khusus dan membutuhkan perbaikan dalam hubungan dengan karyawan, kondisi
kerja, manajemen, dan pengawasan. Kesan yang perlu dicatat antara lain moral
karyawan, kebiasan kerja, organisasi & penugasan staff, supervisor, hubungan
dengan organisasi lain & daerah kera.
e. Kuesioner
Kuesioner dapat membantu auditor dalam tugas, karena penugasan audit lebih baik
dilakukan oleh orang-orang yang sangat berkualifikasi untuk menyelesaikan dengan
cepat. Kuesioner dapat memberi peluang bagi karyawan untuk memahami diri
sendiri karena berfungsi sebagai lembar evaluasi diri yang efektif.
3. Bertemu Klien
Pertemuan auditor internal dengan manajer klien memberi peluang bagi auditor
untuk menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang akan dilakukan. Pertemuan awal
cenderung akan menuntun arah audit, salah satunya kemungkinan kerja sama. Auditor
internal harus terbuka mengenai tujuan audit. Auditor internal harus mempunyai keahlian
dalam berhubungan dengan orang dan bekomunikasi secara efektif . Penting bagi auditor
untuk memiliki keahlian dalam komunikasi lisan maupun tulisan sehingga dapat
menyampaikan tujuan audit, evaluasi, kesimpulan, dan rekomendasi secara jelas dan
efektif.
Wawancara merupakan salah satu upaya yang dapat menunjang keberhasilan audit.
Wawancara yang sukses didasarkan pada penerapan seksama enam langkah penting yaitu
persiapan, penjadwalan, pembukaan, pelaksanaan, penutupan, dan pencatatan.
4. Mengumpulkan Bahan Bukti
Informasi penting dapat diklasifikasikan ke dalam empat fungsi dasar manajemen
yaitu :
a. Perencanaan (Planning)
Tentukan tujuan dan aktivitas organisasi, baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
Dapatkan salinan kebijakan, arahan, dan prosedur.
Dapatkan salinan anggaran.
Tentukan proyek atau studi khusus yang tengah berlangsung.
Tentukan apakah rencana masa dating telah dibuat.
Tanyakan jika ada ide perbaikan yang belum direalisasikan.
Tentukan cara menetapkan sasaran dan siapa yang menetapkan atau yang
membantu menetapkannya.
b. Pengorganisasian
Dapatkan salinan bagan organisasi.
Dapatkan salinan deskripsi jabatan.
Tanyakan hubungan dengan organisasi lain.
Telaah tata letak fisikm catatan peralatan, serta lokasi dan kondisi aktiva.
Tentukan perubahan organisasional apa yang akan dilakukan akhir-akhir ini atau
sejak audit terakhir.
Dapatkan informasi mengenai ototritas yang didelegasikan dan tanggung jawab
yang diemban.
Dapatkan informasi mengenai lokasi, sifat, dan ukuran kantor cabang.
c. Pengarahan
Dapatkan salinan intruksi operasional bagi karyawan.
Tanyakan kepada karyawan apakah instruksi sudah cukup jelas dan bisa dipahami.
Tentukan apakah rentang manajemen dan pengawasan memungkinkan arah kerja
yang memadai.
Tentukan apakah kewenangan sama dengan tanggung jawab.
Pada badan pemerintah, tentukan masalah penting yang akan menarik minat
legislatif atau public.
Identifikasi hambatan bagi kemampuan organisasi untuk melaksanakan tugas yang
diembannya.
d. Kontrol
Dapatkan salinan standart dan pedoman kerja tertulis.
Telaah system dan alur kerja.
Telaah data finansial historis, kenali trennya.
Telaah operasi finansial.
Identifikasi aktivitas atau prosedur khusus yang akan digambarkan dengan bagan
alir.
5. Pengamatan (Observing)
Pengamatan (observing) akan terus dilakukan selama survey pendahuluan dilakukan.
Manfaat dari pengamatan (observing) adalah sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan, sasaran, dan standart.
Mendapatkan gambaran tujuan aktivitas yang tepat dan kesesuaian misinya dengan
sasaran strategis perusahaan merupakan cerminan professionalism auditor internal. Jika
tujuan tidak dipahami dengan baik maka audit akan kehilangan manfaatnya.
Auditor internal harus dapat mengetahui sarsan aktivitas yang akan mereka periksa
sebelum melakukan apa yang tertera di program audit dan melakukan pekerjaan
lapangan. Untuk hasil program, sasaran biasanya mencerminkan apa yang ingin dicapai
pihak berwenang seperti legislative, dewan komisaris, dan direktur utama. Auditor
internal yang tidak melalaporakan pencapaian tujuan dan sasaran tidak layak disebut
audit berorientasi manajemen yang efektif (effective management oriented audit).
Auditor tidak memiliki kewenangan atau tanggung jawab untuk menetapkan tujuan,
sasaran, atau standart untuk karyawan professional. Pedoman audit menyarankan bahwa
pekerjaan auditor internal harus melibatkan pengidentifikasian sasaran dan standart dan
mengupayakan agar bisa diterima tetapi tidak memaksa. Jika klien menyetujuinya, maka
sasaran dan standart tersebut milik klien. Manajer memiliki tanggung jawab utnuk
menetapkan sasaran dan standart untuk mereka sendiri dan karyawannya.
Saat melakukan survey, auditor internal akan senantiasa mengingat dengan tepat
tujuan, sasaran, dan standart yang seharusnya atau sedang diupayakan untuk dimiliki
organisasi klien. Auditr harus mencoba untuk menetukan apakah :
Pernyataan formal tentang tujuan telah disiapkan untuk klien.
Tujuan tersebut sesuai dengan rencana strategis dari organisasi suatu rancangan besar
perusahaan.
Orang yang akan dibatasi oleh tujuan, sasaran, dan standart berpartisipasi dalam
penetapannya.
Tujuan diketahui oleh semua pihak yang akan berpartisipasi dalam pencapaiannya.
Tujuan tersebut secara realistis mempertimbangkan sumber daya bagi aktivitas.
Tujuan tersebut menuntun aktivitas dalam menghadapi kendala dan kendali
eksternal.
Sasaran dan standart yang ditetapkan akan memotivasi orang untuk mencapai lebih
dari apa yang bisa mereka capai
Laporan formal dan periodic disiapkan untuk menunjukan tingkat pencapaian tujuan
dan terpenuhinya sasaran dan standart.
Tujuan, sasaran, dan standart secara periodic dievaluasi ulang dan didefinisikan
ulang.
b. Kontrol-Kontrol untuk Mencapai Tujuan
Jika tujuan, sasaran, dan standart telah teridentifikasi dan disepakati maka langkah
selanjutnya adalah menentukan control apa yang seharusnya diterapkan untuk
memastikan bahwa hasil-hasil yang diinginkan akan dicapai. Auditor internal dihadapkan
pada sejumlah control potensial ketika mereka melakukan survey pendahuluan kebijakan
organisasi atau agensi, prosedur, manual, instruksi khusus, laporan daftar, registrasi
formulir, pembagian tugas, system persetujuan, pengawasan, dan lainnya. Terkadang
apabila mencoba untuk menyerap literature mengenai sejumlah control sering kali
membuang waktu, karena membaca relevansinya dengan masalah tertentu semua control
ini kelihatan tidak berkaitan dengan kenyataan.
c. Mengevaluasi Resiko
Auditor Internal harus mendapatkan bukti yang cukup dan tepat untuk menentukan
bahwa tujuan kunci dari proses manajemen risiko telah tercapai dalam memberikan opini
atas kecukupan proses manajemen risiko. Dalam mengumpulkan bukti-bukti tersebut,
auditor internal mungkin mempertimbangkan prosedur audit berikut ini:
Melakukan riset dan review perkembangan, tren, dan informasi industri terkini
terkait dengan usaha yang dilakukan oleh organisasi, serta sumber informasi lain
yang sesuai untuk menentukan risiko dan eksposur yang dapat mempengaruhi
organisasi beserta prosedur pengendalian yang relevan.
Mereview kebijakan perusahaan dan risalah rapat Dewan untuk menentukan
strategi bisnis organisasi, filosofi dan metodologi manajemen risiko, selera risiko,
serta penerimaan risiko.
Mereview laporan evaluasi risiko sebelumnya yang dikeluarkan oleh manajemen,
auditor internal, auditor eksternal, dan/atau sumber lain.
Melakukan wawancara dengan manajemen lini dan manajemen senior untuk
menentukan tujuan unit bisnis, risiko yang terkait, serta mitigasi risiko dan aktivitas
pemantauan pengendalian manajemen.
Menyerap informasi untuk kemudian secara independen mengevaluasi efektivitas
mitigasi risiko, pemantauan, dan komunikasi risiko beserta kegiatan pengendalian
terkait.
Menilai ketepatan garis pelaporan untuk aktivitas pemantauan risiko.
Mereview kecukupan dan ketepatan waktu pelaporan hasil manajemen risiko.
Review kelengkapan analisis risiko yang dilakukan manajemen serta tindakan
yang diambil untuk mengatasi isu yang diangkat oleh proses manajemen risiko, dan
menyarankan perbaikan.
Menentukan efektivitas proses self-assessment yang dilakukan manajemen
melalui pengamatan, tes langsung atas prosedur pengendalian dan pemantauan,
pengujian keakuratan informasi yang digunakan dalam aktivitas pemantauan, serta
teknik lainnya yang sesuai.
Mereview isu terkait risiko yang mungkin menunjukkan kelemahan dalam praktik
manajemen risiko dan, jika perlu, diskusikan dengan manajemen senior dan
Dewan. Jika auditor yakin bahwa manajemen telah menerima tingkat risiko yang
tidak sesuai (atau yang dianggap tidak bisa diterima) dengan strategi dan kebijakan
manajemen risiko organisasi, auditor harus mengacu pada standar 2600 dan pedoman
audit internal lain terkait.
d. Menentukan pengendalian untuk meminimalkan risiko
Tujuan utama dari audit tersebut adalah untuk memberikan suatu tindakan untuk
berpendapat, apakah atau tidak laporan keuangan yang diaudit menyajikan secara wajar
keuntungan keuangan, posisi/ rugi dan arus kas entitas. Risiko Audit adalah risiko auditor
memberikan pendapat yang tidak pantas atas laporan keuangan, terutama ketika laporan
keuangan tersebut mengandung salah saji material.
e. Membuat penentuan risiko secara sistematik
Risiko audit (Audit Risk): risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi
Mungkin dapat kita sebut bahwa didalam risiko audit itu terdapat beberapa komponen
risiko, komponenrisiko tersebut meliputi risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko
deteksi. Dalam artikel saya kali ini, saya akan mencoba untuk menjelaskan tentang risiko
audit beserta komponen risiko yang menyertainya tersebut, dan juga bagaimana model
risiko auditnya, serta hubungan antara risiko audit dan bukti audit.
Risiko Audit (AuditRisk)
Bukankah hampir semua yang dilakukan oleh seseorang itu memiliki risiko, begitu
juga dengan proses audit yang dilakukan oleh auditor, tentu saja memiliki risiko
tersendiri. Untuk menjelaskan apa sih risiko audit ini ? Kita sebaiknya melihat dahulu apa
tujuan auditor melakukan proses audit, bukankah tujuan auditor melakukan proses audit
adalah untuk menyatakan pendapatnya secara tepat atas laporan keuangan klien yang
diaudit yang mengandung salah saji material, sesuai dengan keyakinan yang memadai
yang dimiliki oleh auditor, jika tujuan audit seperti diatas, mungkin kita dapat
mengatakan bahwa risiko audit adalah risiko kemungkinan auditor dalam menyatakan
pendapat atas laporan keuangan klien yang mengandung salah saji material tanpa sengaja
telah gagal dilakukan dengan tepat.
Risiko Bawaan
Mungkin beberapa hal didalam laporan keuangan rentan untuk salah saji material,
seperti halnya kas yang mungkin rentan untuk salah saji material karena mudahnya kas
untuk disalahgunakan. Berkaitan dengan risiko, kerentanan salah saji material suatu
asersi itulah yang dimaksud dengan risiko bawaan, bisa kita sebut risiko bawaan
merupakan risiko yang melekat pada suatu akun.
Risiko Pengendalian
Pengendalian berkaitan dengan sistem pengendalian internal suatu entitas, tujuan
adanya sistem pengendalian internal adalah untuk mencegah salah saji material yang
mungkin terjadi dalam suatu asersi dengan tepat waktu, jika pengendalian internal
bertujuan untuk itu, maka yang dimaksud dengan risiko pengendalian adalah risiko
terjadi kegagalan pengendalian internal yang tidak bisa mencegah salah saji material
yang mungkin terjadi di suatu asersi dengan tepat waktu. Ingat bahwa risiko
pengendalian melibatkan sistem pengendalian internal suatu entitas, ketika sistem
pengendalian internal suatu entitas itu baik (efektif) maka risiko pengendalian akan
rendah, sebaliknya jika sistem pengendalian suatu entitas tersebut tidak bagus atau jelek
(tidak efektif) maka risiko pengendalian akan tinggi.
Risiko Deteksi
Ketika seorang auditor melakukan audit terhadap suatu asersi pun terdapat risiko
tersendiri, auditor melakukan audit terhadap suatu asersi tersebut untuk mendeteksi salah
saji material yang terjadi terhadap asersi tersebut, maka yang dimaksud dengan risiko
deteksi adalah risiko auditor tidak dapat mendeteksinya. Risiko deteksi terbagi menjadi
dua, yaitu risiko prosedur analitis dan risiko pengujian terinci.
6. Pembuatan Bagan Alir
Bagan alir memotret suatu proses. Bagan alir dapat menjadi alat yang berguna bagi
auditor karena dapat menggambarkan system dan merupakan sarana untuk menganalisis
operasi yang kompleks. Pembuatan bagan alir yang formal seharusnya distandarisasikan
dengan departemen audit. Semua auditor harus menggunakan bentuk yang sama dan
mengikuti instruksi dasar yang sama. Biasanya akan sangat membantu bila bagan alir
dikoordinasikan dengan auditor eksternal ataupun auditor independen. Analisis yang tidak
selalu bisa dicapai dangan narasi yang rinci. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua
bagan alir terperinci, formal, dan ekstensif.
7. Pelaporan
Survei yang dilakuakn biasanya menghasilkan sejumlah informasi yang bermanfaat. Data
yang dikumpulkan dapat mengidentifikasi masalah yang dapat membantu auditor untuk
memutuskan apakah pemeriksaan lebih lanjut diperlukan. Selama penelaahan hasil survey
dengan manajemen, pelaporan temuan positif dan negative bisa jadi kondusif bagi hubungan
auditor dan klien.
Jika survey memberikan keyakinan adanya system, control, pengawasan dan manajemen
yang baik, maka bisa menjadi dasar keputusan tidak dilakukannya audit. Sumber daya audit
biasanya langka dan kebanyakan organisasi audit internal memiliki lebih banyak proyek
audit dibandingkan auditor yang akan melakukannya.
Kebanyakan auditor internal merasa perlu menerbitkan laporan audit walaupun hanya
survey yang dilakukan. Dengan informasi yang dikumpulkan selama survey, mungkin
laporan berharga bisa disiapkan. Namuan akan menjadi lebih bijak untuk secara hati-hati
menguraikan lingkup audit yang terbatas, dengan berkonsentrasi pada kecukupan, bukan
pada efektivitas control dan menunjukan dasar keputusan untuk terus melakukan audit.
Dalam situasi program audit akan disiapkan dan pekerjaan lapangan akan dilakukan yang
mungkin berguna untuk membuat ringkasan hasil survey dan melaporkannya secara
informal ke manajemen. Kadang informasi yang mencukupi akan diperoleh selama survey
untuk merekomendasikan perbaikan bahkan sebelum pengujian substantive dilakukan.
Selama penelahaan hasil survey dengan manajemen, pelaporan temuan positif dan jadi
kondusif bagi hubungan auditor dan klien.
Jika hasil survey kemudian membutuhkan audit, ringkasan audit seharusnya mencakup
langkah-langkah audit yang disarankan dan rasional bagi mereka. Auditor juga harus
mengidentifikasi aktivitas yang tidak akan diaudit dan menjelaskan alasannya. Estimasi awal
untuk waktu dan kebutuhan sumber daya harus dilakukan, bersama dengan target tanggal
pekerjaan lapangan dan fase pelaporan audit.
C. Membuat Anggaran Survey
Memperkirakan waktu yang dibutuhkan auditor merupakan factor kunci dalam survey
pendahuluan. Waktu yang akan dialokasikan akan tergantung pada sejumlah factor. Makin kenal
auditor dengan aktivitas yang ada, maka makin sedikit waktu yang diperlukan untuk melakukan
survey. Jika audit bersifat rotasional dan kertas kerja memberikan gambaran yang jelas mengenal
tujuan, sasaran, standart, dan control operasi, bersama dengan bagan alir, bagan organisasi, dan
dokumen lainnya, yang dibutuhkan untuk memperbarui informasi tersebut.
Perubahan signifikan dalam tujuan, prosedur, system operasi, otomatisasi, organisasi,
manajemen dan pegawai juga akan mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk mengenal dan
mengidentifikasi masalah. Semua factor harus dipertimbangkan dalam membuat anggaran
survey. Tidak ada jaminan bahwa baik orang atau tingkah laku mereka akan tetap sama dari
tahun ke tahun.
Tidak ada alasan untuk menggali verifikasi pekerjaan setiap operasi tanpa survey
pendahuluan, bahkan jika hanya menanyakan perubahan apa yang telah terjadi sejak audit
terakhir. Tidak ada standart untuk anggaran survey pendahuluan. Berdasarkan survey informasi
dari praktisi, estimasi wajar mungkin 10 persen hingga 20 persen dari total anggaran untuk
proyek audit.
BAB III
KESIMPULAN
Survey pendahuluan dapat menjadi sarana yang baik untuk menganalisis karyawan dan
system, namun bisa juga menjadi sebuah pencarian yang tidak beraturan. Auditor internal harus
memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan untuk survey pendahuluan bisa produktif.
Keberhasilan dan kegagalan audit sangat tergantung pada survey. Semakin auditor mengenal
lebih jauh aktivitas maka akan semakin cepat waktu yang diperlukan untuk survey pendahuluan.
Survey pendahuluan merupakan sarana penting untuk membuat auditor lebih memahami
tujuan, proses, risiko, dan control yang terkait dengan audit. Auditor internal sebaiknya
melakukan survey dalam tujuh langkah dasar yaitu melakukan studi awal, mendokumentasikan,
bertemu klien, mendapatkan informasi, mengamati, membuat bagan alir, dan melaporkan.